You are on page 1of 57

54 IV.

PENCEGAHAN PENGENDALIAN PEMBERANTASAN GULMA

Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negaranegara yang sedang membangun, kegiatan pengendalian yang terbanyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pencegahan gulma baru, terutama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat baru, dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya, kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarnya gulma baru adalah pembersihan bibit pertanaman daripada kontaminasi biji-biji gulma, mencegah pemakaian pupuk kandang yang belum matang, mencegah pengangkutan jarak jauh jerami dari rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi sungai dan salurun-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pelarangan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya. Cara pencegahan tersebut hanya dapat berjalan bila ditunjang oleh undang-undang atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Pemberantasan gulma arti kata tersebut adalah usaha penekanan populasi gulma sampai di bawah ambang ekonominya. Beberapa dasar pengendalian gulma yang penting antara lain adalah : Membunuh gulma sebelum berbunga dan berbiji Memacu perkecambahan lalu membunuhnya Membongkar dan mengangkat akar dan rizoma, kemudian dibiarkan mengering terkena sinar matahari Memacu pertumbuhan untuk menghabiskan makanan cadangan Menghalangi unsur-unsur kebutuhan hidup gulma (oksigen, air, hara dan sinar matahari) Dasar-dasar pengendalian tersebut dipergunakan dalam berbagai cara pemberantasan. Terdapat cara-cara pengendalian gulma yaitu : fisik (mekanisme), budidaya, hayati dan kimiawi.

55 4.1 Pencegahan Tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah suatu area agar tidak terserang spesies gulma tertentu. Inilah metode pengendalian gulma yang terbukti paling efisien. Pelaksanaan program pencegahan yang efektif membutuhkan banyak perhatian dan kewaspadaan. Aturan program pengendalian gulma yang efektif adalah sebagai berikut : 1. Menggunakan biji yang bersih. 2. Jangan melakukan feed screenings, butiran biji atau makanan ternak kering (hay) yang mengandung biji gulma sebelum menghancurkan viabilitasnya lebih dulu dengan cara menggiling, memasak, atau ensiling. 3. Jangan memakai pupuk kecuali jika viabilitas biji gulma sudah dihancurkan melalui fermentasi, seperti menyimpannya dalam tangki (slurry tank) selama enam bulan. Sekitar 90% biji gulma dalam makanan ternak kering yang diberikan pada sapi dapat dihancurkan oleh sistem pencernaan binatang. Ayam dapat menghancurkan sekitar 99% biji gulma dalam makanannya karena sudah digiling di dalam lambung otot. Akibat pupuk kandang dari kotoran ayam mengandung sedikit biji gulma dibandingkan pupuk kandang dari hewan ternak. 4. Jangan langsung memindahkan hewan ternak dari daerah yang terserang gulma ke daerah yang bersih. Barbed seeds, seperti burdock dan cocklebur mudah menempel pada bulu binatang, sementara lainnya dimakan hewan piaraan yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan menyebar ke lahan pertanian bersama dengan gulma. 5. Alat pemanen yang bersih, alat pembersih, piringan bajak, bajak dan peralatan lain sebelum memindahkannya dari area yang terkena gulma. 6. Hindari pemakaian pasir, kerikil dan tanah dari tempat yang terserang gulma. 7. Periksa stok nurseri untuk mengetahui adanya biji gulma dan umbi akar serta rizoma dari gulma perennial. 8. Bersihkan bagian pinggir/sisi saluran irigasi dari gulma. Kebanyakan biji bisa mengapung sebentar sementara biji yang berukuran cukup kecil bisa terbawa air sampai jauh.

56 9. Bersihkan bagian pojok pagar, area sepanjang pagar, sisi jalan dan area yang tidak ditanami dari gulma yang mudah tumbuh di mana saja. 10. Cegah produksi biji gulma yang mudah terbawa angin. Biji dari beberapa gulma seperti dandelion dan thistle bisa beradaptasi dan menyebar dengan perantaraan angin. 4.2 PENGENDALIAN Pengendalian adalah proses membatasi gangguan/perkembangbiakan gulma. Ada enam metode pokok pengendalian : 1. Pengendalian secara mekanik dengan menggunakan alat-alat untuk memotong, menutup atau mencabut gulma yang tidak diinginkan dari tanah. Metodenya meliputi : a. Mencabut gulma dengan tangan terbukti tidak efisien dan menghabiskan tenaga, meskipun cara ini terbukti efektif untuk menangani gulma semusim dan tahunan. Kebanyakan gulma tahunan tidak bisa dikendalikan dengan cara ini karena gulma tahunan masih bisa menghasilkan tunas-tunas baru dari sistem jaringan akarnya. b. Gulma yang berukuran kecil biasanya dipotong dengan cara dicangkul dan disekop. c. Pembajakan (merusak sistem perakaran) secara mekanik dapat dimanfaatkan dengan dua cara : 1) terbukti efektif dapat memberantas gulma tahunan berukuran kecil yang mengganggu atau menutup gulma. 2) Pembajakan dilakukan untuk merusak sistem akar gulma tahunan sehingga pembajakan harus sering dilakukan agar pengendalian gulma bisa efektif. d. Menyiangi gulma dapat mencegah produksi biji dan mengurangi persaingan antar gulma, tapi keberhasilan cara ini tergantung pada pemilihan waktu yang tepat. Menyiangi gulma sebelum terbentuk kuncup bunga dapat mencegah produksi biji yang mampu bertahan hidup, tapi beberapa gulma seperti Taraxacum officinale dan Sonchus spp masih bisa menghasilkan biji yang terhidupkan setelah tangkai bunganya dipotong. Bagaimanapun, cara ini tidak efektif untuk gulma yang pendek (low-growing). Terlalu sering menyiangi gulma tahunan dapat

57 menghabiskan cadangan makanan pada akar sehingga gulma akan mati. Menyiangi gulma juga dapat merangsang kuncup dorman

menghasilkan tunas baru yang mengurangi cadangan akar dan sehingga perlu pemakaian herbisida. e. Menggenangi dengan air, jika memang memungkinkan, merupakan salah satu metode yang terbukti efektif dalam mengendalikan gulma. Inilah cara fisik menghilangkan oksigen dari dalam tanah. Keba-

nyakan gulma tahunan yang mampu beradaptasi terhadap iklim kering dan semi-kering tidak bisa bertahan dalam genangan air terlalu lama dan akan lekas mati. f. Penggundulan (smothering) bisa dilakukan dengan meletakkan rintangan fisik, seperti lembaran plastik hitam di atas permukaan tanah yang tidak bisa ditembus gulma. Hal ini untuk mencegah agar gulma tidak mendapatkan sinar untuk proses fotosintesis sehingga gulma akan segera mati. Metode ini sering dipakai untuk tanaman bernilai tinggi dan tanaman di kebun sekitar rumah. 2. Persaingan tanaman terbukti efektif dimana kebiasaan tumbuh dari tanaman tersebut dapat membantu perkembangan tanaman, terkait dengan keberadaan gulma. Tanaman akan bersaing secara lebih efisien da-lam mendapatkan sinar matahari, air, unsur hara dan ruang dibanding gulma. Metode pengendalian gulma inilah yang dianggap paling ekonomis dan paling mudah. 3. Pengendalian secara biologi menggunakan predator untuk mengendalikan gulma tanpa merusak tanaman yang diinginkan. Beberapa contoh pengendalian gulma secara biologi adalah dengan menggunakan serangga, penyakit, tanaman parasit, pencabutan rumput secara selektif dan tanaman pengganti yang kompetitif. Pengendalian secara biologi ini seringkali berupa suatu siklus dimana saat gulma dihilangkan maka populasi predator akan berkurang akibat kekurangan sumber makanan. Spesies gulma mungkin akan kembali meningkat lagi saat jumlah populasi predator cukup memadai untuk mengendalikan gulma. Siklus ini akan terus berlangsung sampai terjadi suatu keseimbangan.

58 Di Wyoming telah diperkenalkan pemakaian zat pengendali biologi untuk memberantas musk thistle weevil, di mana zat ini diberikan pada biji yang nantinya dapat membatasi penyebaran gulma. Selain itu, larva dari paintedlady butterfly terbukti dapat merontokkan daun dari Canada thistle Cirsium arvense di Wyoming. 4. Rotasi tanaman merupakan salah satu cara mengendalikan gulma karena terjadi persaingan yang kuat antar tanaman pada tanah yang mengalami gangguan selama musim tanam. Gulma bisa berkembang sebelum tanaman terbentuk dan setelah panen. Tanaman pokok yang tumbuh lebih dulu dapat membatasi pertumbuhan gulma selanjutnya. Jika memang memungkinkan, pengelola tanaman harus menutup tanaman pokok tersebut selama musim tanam. 5. Pembakaran terbukti efektif dalam memberantas tanaman yang tidak diinginkan. Panas yang diberikan secara terus-menerus dapat membakar/ menghanguskan tanaman hijau yang biasanya akan mengering dalam 10 sampai 14 hari sampai pembakarannya sempurna. Pembakaran dapat menghancurkan biji gulma yang ada di permukaan tanah berikut tunastunasnya. Pembakaran lebih efektif dalam mengendalikan gulma tahunan berukuran kecil, tapi kurang efektif untuk spesies tanaman perennial. 6. Bahan kimia adalah cara pengendalian gulma yang terbukti paling modern dan efisien. Herbisida yang selektif sudah diupayakan bertahuntahun, tapi kemajuan di bidang herbisida baru terjadi empat dekade terakhir. Herbisida merupakan produk teknologi modern sebagai alat pengendali gulma, tetapi bahan kimia tidak dapat menggantikan praktek pengelolaan tanaman yang baik dan pengolahan lahan yang hati-hati. 4.3 Pemberantasan Pemberantasan adalah pembasmian semua tanaman yang hidup, bagian-bagian gulma dan biji dari spesies gulma yang menjadi target di suatu lahan pertanian. Pemberantasan yang sempurna sulit dilakukan karena semua biji dan tanaman yang hidup (sumber menyebar kembali) harus dihancurkan. Pemberantasan biasanya hanya bersifat ekonomis untuk area kecil yang terinfestasi dengan gulma tahunan.

59 V. GULMA AIR

Gulma perairan biasanya mengurangi efektivitas perairan untuk produksi ikan. Gulma perairan bisa mengasimilasi kuantitas esar kandungan gizi dari air mengurangi ketersediaan mereka untuk plankton algae. Mereka mungkin menyebabkan pengurangan tingkat oksigen dan pertukaran senyawa gas dengan air yang menghasilkan kerugian produksi ikan. Walaupun kelebihan perkembangan gulma mungkin menyediakan bentuk perlindungan di air untuk pertumbuhan ikan kecil ini, mungkin juga turut campur dengan pemanenan ikan. Beberapa pengaruh Negatife dari Gulma Air : Mengurangi kapasitas penyimpanan air dalam waduk, tendon, kolam Menghalangi arus dan jumlah air dalam kanal dan sistem pengairan Mengurangi produksi ikan Turut campur dengan navigasi dan nilai estetis Memberikan habitat untuk nyamuk Gulma terapung dan di bawah permukaan air turut serta dalam navigasi. Water hyacinth dan alligator weed tumbuh sedalamdalamnya dan menciptakan ketebalan yang mencegah pergerakan perahu dan suatu waktu bisa saja kapal besar. 5.1 Klasifikasi Gulma Perairan Gulma perairan diklasifikasikan berdasar beragam habitat yang membentuk lingkungan ekologis dan menjadi kondusif untuk perkembangannya, reproduksi, dan penyebaran. 5.1.1 Gulma Permukaan Air Gulma ini tumbuh di perairan dangkal dan situasinya mendekati posisi air di mana air surut dan meningkat sesuai musim atau pelepasan regular dari sejumlah besar air atau waduk. Kebanyakan situasi cukup permanen di alam sekitar di mana tingkatan air minimum dan maksimum cukup konsisten. Beberapa situasi seperti pinggiran kanal, sungai, batas luar perairan yang kebanyakan di bendungan dari tanah, dan beberapa bagian di bendungan

60 dari batu, selokan, dan kolam air dekat pedesaan. Gulma ini bisa disebut semiaquatic tapi lebih tepatnya dikenal sebagai gulma perairan yang muncul di permukaan air. Ada situasi dimana area luas dari suatu daratan yang tersisa tak jelas tanggalnya dengan air untuk periode jangka panjang, dan mungkin hanya mengering saat kondisi kemarau parah. Beberapa daratan dikenal sebagai wilayah rawa, yang mendukung beberapa tipe vegetasi tumbuhan atau gulma yang memadai untuk tumbuh baik dalam kondisi banjir dan penuh air. Ini bisa dimasukkan tahunan hingga pepohonan besar (Gambar 18).

Keterangan : 1. Muncul : a. tepian b. di atas air 2. Tenggelam : a. bebas b. berakar 3. Mengapung : a. bebas b. berakar c. pulau terapung Gambar 17. Jenis-Jenis Gulma yang Hidup di Perairan 5.1.2 Gulma yang Muncul di Permukaan Air Spesies gulma termasuk dalam kelompok bertunas, tumbuh dan reproduksi dibawah permukaan air. Akar dan organ reproduksi tersisa dalam tanah di dasar perairan. Gulma ini berdampak maksimal, karena mereka tidak nampak pada permukaan dan menghalangi arus air yang beragam berdasar derajat intensitas dan pertumbuhan mereka. Kebanyakan dari gulma ini ditemukan pada kedalaman perairan yang dangkal dan sedang serta pada arus anal yang berkesinambungan dan selokan.

61 Ekosistem menyediakan kondisi yang memperbolehkan pertumbuhan algae, filamentous algae, yaitu algae yang lebih tinggi pada kondisi perairan dangkal dan jauh di bawah kedalaman, juga gulma yang berada di bawah permukaan air mungkin bisa dikategorikan lebih jauh lagi sebagai berikut: Gulma di Bawah Permukaan Air yang Dangkal 1. Algae Nama Biologis Chara zeylanica Spirogyra spp. Nama Umum Musk grass Slimy green algae 2. Tanaman yang lebih tinggi Nama Biologis Vallisneria spiralis Najas minor All 3. Gulma yang berakar di bawah permukaan air yang sangat dalam Nama Biologis Hydrilla vertillicata Royle Nyriophyllum spicatum L Nama Umum Hydrilla Eurasian water milfoil Family Hydrocharitaceae Holorhagaceae Nama Umum Eel weed Naiad Family Najadaceae Najadaceae Family Characeae Chloraphyaceae

5.1.4 Gulma Terapung Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang tumbuh dan memenuhi siklus hidup dalam perairan. Mereka cukup beragam mulai dari ukurannya yang ada mulai bersel satu (algae) dan mungkin berkembang hingga tumbuhan berpembuluh lebar. Dalam masalah pengeringan air kebanyakan dari mereka memberikan benih dan organ reproduksi vegetasi lainnya pada dasar permukaan daratan. Gulma ini

62 diteliti pada permukaan kedalaman luas, dalam, dan dangkal; berkesinambungan lebih jauh ke dalam arus kanal; berkelanjutan pada arus sungai, kolam yang luas, tendon, dll. Beberapa gulma dalam ekosistem ini secara bebas mengapung dan bergerak dalam jarak yang panjang, sementara beberapa dari mereka mengapung di permukaan air tapi berlabuh jauh ke dasar permukaan perairan. Spesies gulma ini membuat hilangnya sejumlah air melalui evapotranspirasi dan lagi rintangan yang disebabkan oleh arus air. Gulma ini dapat diklasifikasikan pada dua sub grup seperti di bawah ini : 1. Gulma Terapung Bebas Nama Biologis Eicchornia crassipes (Mart) Solens Pistia stratiotes L Lemna minor 2. Gulma Terapung Berakar Nama Biologis Ipomea hederacea Nelumbo nucifera G Nymphaea alba L Nama Umum Nilkalmi Lotus Liliy air putih Family Convolvulaceae Nymphaceae Nymphaceae Nama Umum Water hyacinth Selada air Duck weed Family Pontederiaceae Araceae Lemnaceae

Beberapa jenis gulma perairan dangkal di Indonesia Tanaman perairan paling umum di danau Rawa Pening meliputi 4 spesies yang berakar dan berada di bawah permukaan air, 6 berada di atas permukaan air, dan 10 spesies terapung. Beberapa spesies gulma meliputi E. Crassipes, Hydrilla verticillata, dan Mimosa pigra (Tjotropcdirdjo,1990). Dan juga Hanguana Malayana yang telah diteliti pada perairan terbuka di Indonesia. Di danau Sentani Irian Jaya, terdapat 89 spesies gulma perairan yang telah diidentifikasi. Yang paling umum ialah Salvinia molesta, Scirpus

63 grossus dan Panicum repens (Sukrawa,1990). Polygonum barbatum massanya ialah 11,57 kg/m3 dan RGR 1,23 persen/hari dan ET ialah 45,31 m3/ha/hari (9 kali lebih tinggi dibanding gulma di area bebas) di waduk Rian Kanan (Hisbi,1990). 6.2 Pengelolaan Gulma Perairan Pengelolaan gulma perairan memiliki dua pendekatan yaitu preventif dan pengendalian gangguan yang sudah muncul. 6.1.1 Pendekatan preventif Karantina merupakan alat pengaturan yang mungkin bisa digunakan untuk meredakan efek gulma. Karantina didefinisikan sebagai

penjatuhan pelarangan sebagaimana hal ini merupakan hak dimana produksi, pergerakan, keberadaan tumbuhan, produk tumbuhan, hewan, produk hewan, artikel atau material atau aktivitas normal seseorang yang di bawah aturan dalam tujuan perkenalan atau penyebaran hama yang mungkin bisa dicegah atau dibatasi. Kesuksesan program pengelolaan gulma preventif beragam dengan spesies gulma. Program preventif ini biasanya membutuhkan aksi komunitas melalui pembuatan dan penekanan dari hukum dan peraturan yang tepat (Day,1972). Pengairan irigasi Nebraska telah menjadi sumber signifikan benih gulma (Aldrich, 1984). Di India, kanal irigasi muncul sebagai sumber potensial untuk penyebaran water hyacinth (Sushil Kumar and Bahn, 1994). Saat pendekatan preventif dan

pembasmian gagal memberikan hasil terbaik pada lingkungan perairan, alternatif satusatunya yang tersisa untuk menjaga batas pengendalian gulma perairan sehingga pemanfaatan air digunakan secara efisien yaitu dengan kepedulian terhadap persediaan air waduk dan transportasi melalui kanal tidak dikurangi. Pengelolaan gulma perairan pada waduk, kanal air, sistem pengairan, kolam, dll. mengikuti sistem pendekatan pengelolaan gulma perairan seperti mengikuti pencegahan, pembasmian, dan teknik pengendalian berdasar habitat dan bentuk flora gulma pada kondisi saat ini. Kondisi ini menghasilkan pengurangan serius dalam

64 arus air irgasi dan sistem pengairan yang justru menghasilkan banjir, salinitas dan alkalinitas. Di bawah situasi spesifik hal ini mungkin

merugikan dan mempengaruhi navigasi dan opreasi turbin pada proyek hidro elektris. 6.1.2 Pendekatan Pengendalian Bentuk flora gulma perairan dan intensitas mereka mempengaruhi akibat yang disebabkan oleh mereka. Habitat dan bentuk tumbuhan gulma

mempengaruhi teknik pengendalian gulma. Untuk pemahaman yang lebih luas, pengendalian gulma artinya menjaga gulma pada suatu tingkatan dimana mereka tidak menyebabkan dampak ekonomi. Gulma perairan dapat dikendalikan untuk mengatur batas dari berbagai metode. Metode ini bisa dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu : A. Metode fisik atau mekanik B. Metode biologis C. Metode kimiawi Terdapat kondisi yang langka ketika gulma dapat dibasmi tapi biasanya dapat dicegah dari gangguan area lainnya. Pencegahan bisa sangat berguna untuk beberapa spesies gulma atau mungkin sekelompok gulma perairan dalam lingkungan perairan yang diberikan. Sekali tindakan pencegahan gagal maka langkah berikutnya adalah pembasmian seperti menangani masalah ini agar mereka tidak muncul lagi. A. Metode Pengendalian Fisik atau Mekanik Metode pengendalian mekanik gulma perairan pada utamanya melakukan pemindahan gulma dari suatu kelompok secara fisik dari perairan. Hal ini mungkin melibatkan kekuatan fisik yang mungkin secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gulma perairan. Hal ini bisa diselesaikan secara manual dengan tangan, menggunakan alat tangan atau kekuatan mesin. Termasuk juga mengubah lingkungan atau menciptakan kondisi yang mungkin berpengaruh atau tidak mengijinkan adanya pertumbuhan dan perkembangan gulma.

65 Keuntungan metode mekanik termasuk keuntungan memiliki sumber kekuatan manusia, aman di lingkungan dan target spesifik, menghasilkan hasil yang cepat, non selektif (pada beberapa kondisi) dan menyediakan kesempatan lebih sedikit giliran tumbuhan air untuk tumbuh. Metode ini

secara tidak langsung menghilangkan populasi masa depan gulma. Gulma yang dipanen memiliki beragam manfaat seperti makanan, pupuk, sumber energy, dll., dan yang terpenting metode mekanik dapat dipelajari di berbagai area lokalisasi perairan. Batasan ini termasuk keterbatasan efektivitas sebagaimana pada beberapa kasus gulma perairan tumbuh lagi dari akar yang tersisa, rhizoma, dan semacam : pemindahan secara fisik khususnya dengan mesin mungkin membantu menyebarkan gulma pada wilayah baru dan terkadang memindahkan gulma perairan mengurangi kandungan gizi perairan untuk partumbuhan tanaman. Survey vegetasi Rawa Pening pada tahun 1989 menemukan 4 spesies yang berakar dan berada di bawah permukaan air, 6 berada di atas permukaan air, dan 10 spesies terapung. Tumbuhan perairan paling umum yang menempati 410 ha pada area danau yang berubahubah mulai 1760 2770 ha pada 1988, ialah water hyacinth (Eichhornia crassipes) Mengendalikan gulma pada lingkungan perairan sangat susah karena kekurangan penguasaan wilayah perairan. Kebanyakan area ini merupakan tempat yang disukai banyak orang. Peran dari departemen kesehatan, peneliti perairan, dan agen lainnya sangan diperlukan sebelum proses pengendalian gulma tidak berjalan lagi. Pada banyak Negara berkembang atau di bawah tidak ada pengendalian penggunaan perairan. Pada banyak negaranegara Asia perairan dapat digunakan untuk sejumlah alasan untuk mandi, minum dan pengairan. a. Pembersihan Manual Pada tempat yang masih sedikit gangguannya, gulma bisa dibuang dengan tangan seperti gulma terapung. Pada umumnya metode ini diterapkan untuk mengendalikan gulma di atas permukaan air seperti Typha spp., dimana seseorang memotong pertumbuhan tanaman dengan pisau besar

66 dan kait. Pada perairan dangkal, rhizoma dan organ reproduktif lain dapat dibuang begitu saja. b. Pemotongan Metode ini secara fisik memotong tanaman ini di bawah air dengan pisau, atau pemotong mekanis. Pada kasus Typha, hal ini telah diteliti jika

tumbuhan dipotong di bawah air dan dibiarkan di bawah permukaan air lebih dari seminggu hingga 10 hari, maka pengendalian pasti bisa dilakukan. Hal ini juga bagus untuk Phragmites spp. pemotongan mekanik pada water hyacinth dan gulma perairan lainnya yang di bawah permukaan seperti Phragmites spp. akan memberi kelegaan sesaat dari gangguan gulma. Pemotong gulma mekanik digunakan untuk memotong gulma terapung dan gulma di bawah permukaan air pada kedalaman 11,5 m pada waduk. Tindakan ini termasuk alat pemotong tajam yang dikendalikan lewat perahu. Gulma itu dikumpulkan dan dijauhkan dari air untuk mempercepat dehidrasi. c. Chaining Chaining menggunakan rantai besi penarik yang berat dan ditempatkan diantara dua traktor, yang ditarik pada permukaan bawah ketebalan gulma pengganggu atau kanal yang sedang. Rantai memisahkan gulma berakar dan menghilangkan mereka dari bawah permukaan. Metode ini telah dikenal efektif dimana tak ada dominasi gulma di atas permukaan dan di bawah permukaan air. Praktek metode ini dilakukan saat gulma berada pada 30 50 cm di bawah permukaan air. Salah satu kelemahan metode ini ialah

ukuran selokan haruslah seragam dan sama, akses dari kedua sisi dengan traktor dan bebas dari pohon serta gangguan lain. d. Pemotong Gulma Air Pada perairan yang sangat luas, pemotong gulma digunakan untuk mengendalikan gulma berakar di bawah permukaan air. Pemotong di bawah air : biasanya dipasangkan pada perahu motor. Perlengkapannya yaitu pemotong tajam dan kuat Pemanen : mesin ini memotong dan mengangkut gulma dari perairan dan membawanya secara simultan

67 Pemotong di bawah air digunakan di kota (India) untuk membersihkan kanal Chambal dari gulma perairan (Gupta, 1973). Pada Institut Pusat

Teknologi Perikanan, suatu mesin portabel telah dikembangkan dan hal ini bisa memgalihkan gulma terapung dan di bawah permukaan air pada tingkat 11,5 ha/hari (Mukhopadhyay, 1995). B. Pengendalian Gulma Secara Biologis Pengelolaan biologis gulma perairan ialah terminologi luas untuk eksploitasi makhluk hidup atau produk mereka untuk mengurangi atau mencegah pertumbuhan dan reproduksi gulma. Organisme yang digunakan untuk pengendalian biologis beragam seperti serangga, pathogen, nematoda, parasit, dan tanaman semacamnya. Pengendalian biologis lebih kompleks dibanding pengendalian mekanik karena membutuhkan : a. Rencana jangka panjang b. Banyak taktik c. Manipulasi sistem penanaman untuk berinteraksi dengan lingkungan Julien (1989), berusaha mengerjakan keseluruhan untuk mengatasi gulma dengan alatalat biologis. Dia menyadari setelah pelepasan 13 alat untuk control klasik gulma pada dekade pertama abad ini, jumlah pelepasan tiap dekade meningkat secara eksponen. Tingkat efektivitas menurun dari 29% dari keseluruhan pelepasan mulai dari 1980 hingga 25% pada 1985. Berbagai pendekatan pengendalian biologis didiskusikan sebagai berikut : 1. Agen Biologis Menyadari peningkatan tentang dampak penyakit herbisida dan tanpa pengendalian pada penggunaan air, pada akhirnya penekanan diberikan peneliti dengan pendekatan nonkimiawi. Pengendalian biolgis dianggap salah satu pendekatan paling aman. Banyak organism pemakan tanaman bisa digunakan untuk mengendalikan gulma perairan dan hal ini tidak mengganggu nilai ekonomi tumbuhan atau menciptakan ketidakseimbangan yang kurang menarik pada komunitas tumbuhan. Beberapa musuh alami telah diarahkan untuk pengendalian di bawah permukaan air, terapung, dan gulma di atas permukaan air.

68 2. Patogen Gulma dapat dikendalikan dengan pathogen semacam jamur, bakteri, virus dan virus seperti agen. Di antara kelas pathogen, jamur telah digunakan untuk digunakan pada keberadaan yang lebih besar daripada bakteri, virus dan nematoda. Pada beberapa kasus, hal ini sudah bisa dimungkinkan untuk di mengisolasi, membudayakan, memformulasikan dan menyebarkan pembiakan jamur sebagai mycoherbisida. Beberapa buku memberikan gambaran detail sejarah, perkembangan prospek dan aspek teknis penggunaan pathogen tumbuhan (Julien, 1992). Patogen memiliki banyak keuntungan seperti: Kebanyakan pathogen adalah jamur Sifatnya merusak Menyebar secara luas Kebanyakan dari mereka dapat berbudaya secara missal Mereka bisa terintergrasi menjadi sistem pengelolaan hama yang terorganisir Kebanyakan spesifisitas merupakan tampilan fundamental. Pathogen dengan jangkauan induk luas kurang cocok karena mereka bisa saja menyerang tanaman. Formulasi fungi diterapkan sebagai pemasukan sesuatu sebagai suatu sikap yang mirip dengan herbisida kimiawi yang telah dinamakan myco-herbisida. Hal ini menyangkut pembudidayaan secara massal, standardisasi, formulasi dan aplikasi pemasukan jamur ke gulma. Sudah ada dua mycoherbisida yang sudah didaftarkan di Amerika Serikat sebagai herbisida. Mereka adalah De-Vine dan Collego. 4. Penggunaan Mamalia Air dan Tikus Pengenalan Manatee (Trichechus inunguis) dan tikus Coypus (Myocastu coypus) keduanya dikenal sebagai pemakan vegetasi perairan yang sudah disarankan sebagai agen biokontrol yang memungkinkan melawan gulma perairan, tapi tingkat reproduksi lambat dari yang sebelumnya telah dihilangkan dari percobaan.

69 5. Penggunaan Ikan Hickling (1965), telah menggunakan ikan dalam pengendalian biologis vegetasi perairan. Diantara beberapa spesies ikan herbivora yang memakan gulma perairan, diantaranya adalah : T. zili dan T. nilotica. Verigin (1963), mencoba T. Zili pada kolam beku pembangkit listrik di Moskow dan menyadari bahwa ini merupakan konsumen gulma Vallisneria yang hebat, tapi ikan ini tidak dapat bertahan di bawah F. Orang Rusia yang mempertimbang-

kan ikan sebagai agen yang penting dan permanen untuk pengendalian gulma dibanding kendali cara mekanik dan kimiawi. Mereka menggunakan

gurami Clenopharyngodon idella dan Hypophthal michthys molitrix. Spesies ini dinyatakan sebagai yang paling efektif. Ikan ini memakan gulma perairan pada wilayah yang luas seperti (Potamogeton, Lemna, dan Elodea). Ikan C. idella digunakan untuk pengendalian gulma di Cina, Hungaria, dan Jepang dan di beberapa kawasan. Ikan ini memakan gulma terapung dan yang di bawah permukaan air. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan beragam dengan sumber makanan. 6. Penggunaan Siput Hasil menjanjikan telah diraih dengan menggunakan siput Pomade canliculata Lamer, melawan gulma perairan, Anachaares alensa di Brazil dan Marisa cornuarietis di Florida (Seaman dan Porterfield, 1964). Hasil yang baik juga telah diteliti melawan gulma perairan seperti Ceratophylum demersum yang dikendalikan secara penuh. Pistia straitoises dan Alternathera

philoxeiroides sebagian dikendalikan ketika Eichhornia crassipes tidak sepenuhnya dimakan tapi pertumbuhan dan pembungaan benarbenar jadi lambat dengan tindakan siput yang memangkas akar. Siput Marisa coruarietis memakan sejumlah tumbuhan air dan dipertimbangkan memiliki kendali potensial terhadap gulma. Bagaimanapun, kegunaannya sangat

terbatas karena kemampuan makan tanaman padi muda dan ketidak tahanan suhu air di bawah 100. Di sisi lain, kemampuan merusak tempat perkembangbiakan dari vector siput bilharzia ditempatkan di wilayah tanpa padi.

70 7. Penggunaan Serangga Water hyacinth (Eichhornia crassipes) merupakan gulma perairan yang paling banyak di dunia. Penyebarannya pada suatu tingkat waspada di

Afrika dan Papua Nugini, menjadi masalah utama di wilayah India dan Asia Tenggara. Pengendalian biologis yang sukses dapat mengurangi secara signifikan penutupan gulma dalam 310 tahun setelah penetapannya pada agen dan meraih pengendalian yang sempurna pada sejumlah negara. (Julien et.al., 1996). Penggunaan curculinoid Neochetina bruchi untuk

mengendalikan water hyacinth diteliti di Karnataka (India) pada 1984, yaitu antara bulan Februari dan Juli, sejumlah 7 pelepasan terdiri dari 1700 kumbang yang disiapkan pada wilayah 20 ha dalam penyimpanan untuk mengganggu sepenuhnya tumbuhan water hyacinth. Pelepasan dikonfirmasi pada wilayah sekitar 1 ha dan penelitian dari pendirian serta pengusiran kumbang dibuat pada jarak waktu 2 bulan. Pada Maret 1985, sejumlah 5 orang menunjukkan tanamannya pada area pelepasan dan serangga mulai dibubarkan menuju bagian lain dari penyimpanan. Pada September 1987, sekitar 90% pengendalian water hyacinth telah diraih. C. Pengendalian Gulma Air secara Kimiawi Herbisida adalah pestisida yang dipakai untuk membunuh gulma atau menghambat pertumbuhan normal gulma. Dalam 40 tahun terakhir, herbisida menggantikan metode mekanik pengendalian gulma. Herbisida memberikan cara pengendalian gulma yang lebih efektif dibandingkan dengan cara mencangkul, dan mencabutnya dengan tangan. Pemakaian herbisida dengan bahan kimia pertanian lainnya, seperti pupuk, dan pestisida adalah salah satu metode yang banyak dipakai untuk menekan biaya yang cukup besar dan tenaga kerja banyak. Herbisida berat banyak dipakai di Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang dan Australia. Herbisida mungkin bersifat selektif atau non-selektif tergantung pada bagaimana dan kapan herbisida itu dipakai. Selain didasarkan pada selektifitas herbisida, pengklasifikasiannya juga didasarkan pada waktu pemakaian, area yang tercakup, mode of action dan struktur bahan kimianya.

71 1. Herbisida Selektif Herbisida yang selektif adalah bahan kimia yang dapat membasmi spesies gulma tertentu tanpa merusak atau mengganggu spesies tanaman lainnya. Selektifitas biasanya didapatkan sebagai akibat dari cara pemakaian herbisida. Selektifitas suatu bahan kimia tidak absolut dan mungkin tergantung pada hal-hal berikut : a) banyaknya bahan kimia yang digunakan. b) cara pemakaian. c) kadar air pada daun. d) presipitasi setelah perlakuan. e) toleransi suatu spesies tanaman terhadap herbisida tertentu. f) perbedaan kebiasaan tumbuh tanaman dan gulma. Karena selektifitas herbisida tergantung pada semua faktor di atas,, maka pemakaian bahan kimia sebagai perlakuan selektif atau non-selektif tergantung pada pemakaian seperti yang diharapkan. Contohnya 2,4-D dapat mengendalikan tumbuhnya rumput meskipun pemakaian utama adalah untuk mengendalikan gulma berdaun lebar pada gulma rumput-rumputan. Atrazine berkadar tinggi merupakan sterilant tanah yang efektif, meskipun sebenarnya dipakai untuk mengendalikan gulma pengganggu tanaman jagung. 2. Herbisida Non-Selektif Herbisida non selektif adalah bahan kimia yang beracun untuk semua jenis tanaman. Herbisida jenis ini mungkin dipakai untuk memberantas

berbagai jenis tanaman di suatu lahan. Bila bertujuan tidak untuk selektifitas, maka bahan kimia ini dapat dipakai untuk mengendalikan tanaman yang ada di sepanjang pagar, sekeliling saluran pipa, rambu lalu lintas, area gudang, tempat parkir dan area lain seperti yang diinginkan.

72 V. PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI (HERBISIDA)

5.1 Klasifikasi Herbisida Herbisida di dalam penggunaan dapat dikelompokkan berdasar pada waktu dan metode pemakaiannya. 5.1.1 Berdasarkan pada Waktu Pemakaian A. Pre-planting Pemakaian herbisida sebelum menanam tanaman pokok. B. Pre-emergence Pemakaian herbisida setelah menanam tanaman pokok tapi sebeum tanaman pokok atau gulma tumbuh. C. Post-emergence Pemberian herbisida setelah kemunculan gulma dilakukan setelah tanaman pokok atau gulma mulai tumbuh. 5.1.2 Berdasar pada Metode Pemakaian A. Band (terbatas dalam bentuk barisan) Herbisida digunakan dalam tempat terbatas, biasanya dalam barisan tanaman atau di antara barisan tanaman dan tidak pada seluruh luasan. B. Directed (langsung/terarah) Perlakuan herbisida langsung diarahkan kepada tumbuhan

pengganggu atau pada tanah, untuk mengurangi kontak langsung dengan tanaman. C. Overall (menyeluruh) Penyemprotan secara menyeluruh dan merata pada seluruh areal (kebalikannya dengan band aplication). D. Overhead (di atas tanaman) Penyemprotan dilakukan di atas tanaman, berlainan dengan penyemprotan ditujukan pada tanaman pengganggu.

73 E. Contact pre-emergence Digunakan secara kontak pada tumbuhan pengganggu yang telah tumbuh, tetapi sebelum tanaman sendiri tumbuh. F. Residual pre-emergence Pemakaian herbisida beresidu yang diarahkan pada tanah, sebelum tanaman tumbuh. G. Spot (tempat terbatas) Ditujukan pada tumbuhan pengganggu pada tempat-tempat tertentu. H. Pada kulit kayu pada pangkal batang Untuk mematikan semak-semak atau pohon-pohon dengan membuat luka pada kulit kayu melingkar pada pangkal batang (dengan disemprot/disikat, atau dengan alat injeksi pohon). 5.1.3 Berdasarkan pada Mode of Action Mode aksi mengacu pada interaksi bahan kimia yang menganggu proses biologi yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Saat dikaitkan dengan pemakaian herbisida, inilah rantai peristiwa, dari mulai tanaman kontak pertama dengan herbisida sampai pengaruh terakhir yang seringkali mengarah pada matinya tanaman. A. Herbisida sistemik (ditranslokasikan) B. Herbisida kontak A. Herbisida Sistemik Herbisida sistemik atau yang ditranslokasikan diserap oleh akar atau bagian-bagian tanaman yang ada di atas tanah untuk kemudian diangkut ke seluruh jaringan tanaman. Agar pengendaliannya bisa efektif, pemakaian herbisida harus sama, mengingat cakupan yang lengkap tidak seperti itu. Klasifikasi herbisida yang ditranslokasikan dapat dibagi menjadi lima : a. Herbisida yang mengatur pertumbuhan b. Herbisida yang menghambat aktifitas enzim c. Herbisida yang menghambat aktifitas meristematic d. Herbisida yang menghambat fotosintesis e. herbisida yang menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel.

74 a. Herbisida yang Merangsang Pertumbuhan Herbisida ini mengganggu pertumbuhan normal tanaman yang menyebabkan sel-sel pada urat-urat daun (leafy veins) membelah dengan cepat dan memanjang, sementara sel-sel di antara urat-urat tersebut tidak lagi membelah diri sehingga menghasilkan ikatan sempit yang panjang seperti daun muda. Kadar air juga meningkat sehingga membuat tanaman menjadi rapuh. Pembelahan sel dan tingkat respirasi meningkat begitu juga dengan fotosintesis. Akar kehilangan kemampuannya dalam menyerap unsur hara dari dalam tanah dan jaringan batang tidak dapat lagi mengangkut makanan ke seluruh bagian tanaman. Gejala kerusakan. Berdaun lebar: daun mengalami malformasi; uraturat daun nampak sejajar dan bukan berjaring-jaring, batang menjadi bengkok, rapuh, dengan internode yang semakin pendek. Rumput: daun-daun baru tidak membentang, nampak seperti bawang merah batangnya rapuh, melengkung atau bengkok dengan internode pendek, penyatuan akar penunjang (brace root). Contoh : Phenoxys Asam bensoat Picolinic acid : 2,4-D; 2,4-DB; 2,4DP; MCPA; MCPB; MCPP : Dicamba (Clarity, Banvel) : Clopyralid (Stinger), Picloram (Tordon), Triclopyr (Garlon) b. Herbisida yang Menghambat Aktifitas Enzim Herbisida-herbisida ini dapat menghambat aksi lebih dari satu enzim yang mengkatalisa reaksi kimia di dalam tanaman. Hal ini mengarah pada terhentinya aktifitas metabolisme pada tanaman yang menyebabkan tanaman mati. Gejala kerusakan. Tanaman yang peka akan segera berhenti tumbuh dan berubah warna seperti jerami, menjadi coklat dan akhirnya mati; tunas muda mati dalam dua sampai empat hari. Tanaman perennial yang terbentuk dalam dua sampai empat minggu. Contoh : Herbisida non-organik : Glyphosate (Roundup), Dalapon (Dowpon M)

75 Imidazolinones : Imazapyr (Arsenal), Imazaquin (Scepter), Imazethapyr (Pursuit), AC-222, 293 (Assert) Sulfonyl ureas : Benzsulfuron (Londax), Chlorimuron (Classic), Chlorsulfuron (Glean, Telar), Metsulfuron (Ally, Escort), Sulfometuron (Oust), Thiameturon (Harmony), DPX-L5300 (Express). c. Herbisida yang Menghambat Aktifitas Meristematik Herbisida ini cepat terserap oleh rumput dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh dimana herbisida ini menghambat aktifitas meristematik. Hal ini mengarah pada terhentinya pertumbuhan. Herbisida ini paling

efektif untuk memberantas rumput yang tumbuh di musim panas seperti, Panicum dichotomiflorum, Setaria faberi, Digitaria sanguinalis, Rumput yang tumbuh di musim dingin seperti Elytrigia repens, Dactylis glomerata dan butiran-butiran kecil tidak begitu peka terhadap herbisida. Herbisida ini tidak efektif untuk gulma berdaun lebar. Gejala kerusakan ditandai rumput yang mati lebih dulu adalah bagian titik tumbuh dan diikuti mati bagian tengah dalam daun yang seringkali mengubah warnanya menjadi keungu-unguan. Contoh : Aryl-oxy-phenoxys : Clethodim (Select), Diclofop (Hoelon), Fenoxaprop (Acclaim, Whip), Fluazifop-P (Fusilade 2000), Haloxyfop (Verdict), Quizalofop (Assure) Bahan kimia yang hampir sama : Sethoxydim (Poast), Mefluidide (Vistar, Embark) d. Herbisida yang Menghambat Fotosintesis Fotosintesis adalah proses di mana klorofil yang merupakan zat hijau pada tanaman menggunakan energi cahaya matahari untuk mensintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air. Mekanisme ini merupakan sistem pembuatan makanan pada tumbuhan, saat tanaman perlahanlahan kekurangan makanan dan akhirnya mati. Semua herbisida di atas

76 dapat menghambat fotosintesis. Triazine, pengganti urea, uracils, dan phenyl carbamates menghambat penggantian elektron pada klorofil. Amitrol dan clomazone menghambat pembentukan pigmen. Saat herbisida diberikan ketika tunas mulai tumbuh, maka biji mungkin akan berkecambah secara normal tapi akan kehilangan warna hijaunya, kemudian akan mati karena tidak bisa mendapatkan makanan. Herbisida ini lebih efektif untuk tunas tanaman daripada untuk tanaman yang sudah terbentuk. Gejala kerusakan pada daun lebar yaitu daun-daun menjadi burikburik, berubah warna dari kuning menjadi coklat (putih menjadi coklat dengan amitrole dan clomazone). Pada rumput maka daun berubah warna dari hijau muda menjadi putih. Tanaman perennial berkayu dan herbaceous karena akar yang besar sebagai tempat cadangan makanan sehingga bisa bertahan hidup lebih lama, tanaman mungkin kehilangan daunnya beberapa kali sebelum akhirnya mati. Contoh : Triazines : Atrazine (various), Cyanazine (Bladex), Simazine (Princep), Propazine (Milogard), Ametryn (Evik), Metribuzin (Sencor, Lexone), Prometon (Pramitol), Hexazinone (Velpar) Pengganti urea : Linuron (Lorox), Diuron (Karmex), Chloroxuron

(Tenoran), Fluometuron (Cotoran), Fenuron + TCA (Urab), Monuron + TCA (Urox), Tebuthiuron (Spike) Uracils : Terbacil (Sinbar), Bromacil (Hyvar X)

Phenyl carbamates : Desmedipham (Betanex), Phenmedipham (Betanal) Bahan kimia lain : Amitrote (Amitrol), Bentazon (Basagran), Clomazone (Command), Propanil (Stam), Pyrazon (Pyramin). e. Herbisida yang Menghambat Pertumbuhan dan Pembelahan Sel Kecuali untuk dinitroanilines dan bensulide serta siduron, herbisida ini menyebabkan perkembangan sel menjadi abnormal atau mencegah

77 pembelahan sel pada tunas yang ada ujung akar dan tunas, sehingga perlahan-lahan tanaman akan kehilangan kekuatannya. Gejala kerusakannya pada berdaun lebar maka warna daun berubah menjadi hijau tua, berkerut, kuncupnya tidak bisa terbuka, akarnya memendek, tebal, rapuh, clublike (seperti pentung). Pada rumput: tidak muncul tunas dibagian yang daun tidak bisa membuka sehingga daun terpilin, bentuknya seperti bawang merah denghan ujung terminal (posisi mulut di ujung hidung) tetap kaku dan tidak seperti bendera. Dinitroanilines dan bensulide serta siduron mencegah pembelahan sel pada ujung akar yang berkembang dan hanya efektif pada tunas tanaman rumput-rumputan serta pada beberapa tanaman berdaun lebar. Gejala kerusakannya pada berdaun lebar maka biji berkecambah tapi tidak bisa muncul atau muncul sebagai tunas yang tidak bisa tumbuh sempurna/kerdil, tunas yang muncul memiliki batang yang lebih pendek dan tebal, berdaun kecil dan pendek, akarnya berbentuk pentung. Tunas tanaman yang berakar tunggang seperti alfalfa tidak terpengaruh, begitu juga pada tanaman yang terbentuk. Pada biji rumput maka berkecambah tapi biasanya tidak dapat muncul tunas, tunas yang rusak memiliki akar pendek yang berbentuk seperti pentungan dan tebal dengan jaringan batang yang rapuh. Contoh : Phenyl carbamates : Chlorpropham (Furloe, CIPC), Propham (Chem-hoe), Asulam (Asulox) Thiocarbamates : EPTC + Safener + Extender (Eradicane extra), EPTC (Eptam), Butylate + Safener (Sutan+), Vernolate (Vernam), Pebulate (Tillam), Cycloate (Ro-Neet), Diallate (Avadex), Triallate (Avadex BW, Far-go) Pengganti amides : Alachlor (Lasso), Metalochlor (Dual), Acetochlor (Harness), (Devrinol), Propachlor CDAA (Ramrod), Napropamide (Kerb),

(Randox),

Pronamide

Diphenamid (Enide)

78 Nitrile Dinitroanilines : Dichlobenil (Casoron, Dyclomec, Norosac) : Trifluralin (Treflan), Benefin (Balan), Fluchloralin

(Basalin), Isopropalin (Paarlan), Oryzalin (Surflan), Pendimethalin (Prowl, Stomp), Dinitramine (Cobex) Bahan kimia lain : Bensulide (Prefar, Betasan), Siduron (Tupersan)

B. Herbisida Kontak Herbisida kontak adalah bahan kimia yang tidak bisa melakukan translokasi atau terangkut dalam seluruh bagian tanaman. Bahan kimia ini hanya membunuh tanaman atau bagian tanaman yang terkena langsung dengan herbisida. Jenis herbisida ini lebih efektif untuk gulma tahunan

daripada gulma perennial. Beberapa dari herbisida ini tidak aktif saat di dalam tanah dan harus diberikan pada daun. Agar pengendalian gulma bisa efektif seluruh bagian daun harus mendapatkan herbisida ini. a. Herbisida kontak yang diberikan pada daun Bipyridyliums Selective oil : Paraquat (Gramoxone), Diquat (Ortho Diquat) : Stodards solvent

Nonselective oils : Mnyak tanah, bahan bakar, solar Dephenyl ethers : Acifluorfen (Blazer, Tackle) Bahan kimia lain : Ametryn (Evik), Bentazon (Basagran), Bromoxynil

(Buctril), Difenzoquat methyl sulfate (Avenge), Endothall (Endothal, Aquathol, Hydrothal), Linuron (Lorox),

Pyridate (Tough, Lentagran). b. Herbisida Kontak yang Diberikan pada Daun atau Tanah Gejala kerusakannya dapat menyebabkan kerusakan membran sel, yang memungkinkan plasma sel keluar. Paraquat, diquat, linuron, ametryn, dan pyridate menunjukkan pengaruh sekunder karena dapat menghambat fotosintesis sehingga menyebabkan berkembangnya bahan beracun. Contoh : Diphenyl ethers Bahan kimia lain : Oxyfluorfen (Goal) : Oxadiazon (Ronstar)

79 Herbisida anorganik : Sodium chlorate (Sodium Chlorate), Sodium borate (Polybor), campuran Sodium chlorate dan Borate. C. Sterilan Tanah Sterilan tanah adalah bahan kimia yang menjaga tanah agar terbebas dari tanaman selama lebih dari satu tahun. Sampai kapan tanah itu steril tergantung pada herbisida yang dipakai, kadar pemakaian, curah hujan, dan komposisi serta jenis tanah. Kebanyakan herbisida bisa dipakai sebagai

sterilan tanah jika kadar yang dipakai cukup tinggi. Gejala kerusakan akibat herbisida organik adalah penghambat fotosintesis dan menunjukkan gejala-gejala seperti yang dijelaskan sebelumnya. Herbisida anorganik adalah kontak herbisida yang dapat membunuh jaringan tanaman dalam beberapa jam atau beberapa hari. Contoh : Herbisida organik : Prometon (Pramitol), Monuron TCA (Urox), Tebuthiuron (Spike), Bromacil (Hyvar X) Herbisida anorganik : Sodium chlorate (Sodium Chlorate), Sodium borate (Polybor), campuran Sodium chlorate dan borate D. Fumigan Tanah Fumigan tanah adalah cairan atau gas beracun yang mudah menguap dipakai untuk mengasapi hama pada tanah. Kebanyakan fumigan harus berada dalam wadah yang tertutup rapat agar gas tidak mudah menguap. Setelah 24 sampai 48 jam, penutup harus dibuka agar gas yang tersisa didalam bisa keluar. Setelah beberapa saat, semua akan menguap sehingga tidak ada residu aktif yang tersisa. Area tersebut akan tetap terbebas dari gulma sampai biji gulma mulai muncul kembali atau terkubur di dalam tanah dan akhirnya muncul ke permukaan. Gejala kerusakan disebabkan uap air dari herbisida dapat meresap ke tanah sampai kedalaman 4-6 inci dan membunuh biji gulma, gulma, nematoda, jamur dan serangga, gulma berubah warna menjadi coklat dan mati. Contoh :

80 Herbisida organik : Chloropicrin (Picfume, Larvicide 100, Clor-O-Pic), Chloropicrin + Methyl bromide (Dowfume, Brom-OGas), Metham (Vapam), Methyl bromide (Meth-O-Gas) 5.1.4 Berdasar pada Struktur Bahan Kimia A. Aromatic carboxylic acids a. Phenoxy herbicides : 2,4-D (various); 2,4-DB (Butyrac 200, Butoxone); 2,4-DP, dichlorprop (various); MCPA (various); MCPB (Can-trol, This-trol); MCPP, mecoprop (various) b. Asam benzoat : chloramben (Amiben); dicamba (Banvel) c. Phthalic acids : DCPA (Dacthal); naptalam (Alanap) d. Picolinic acids : clopyralid (Lontrel); picloram (Tordon); triclopyr (Garlon) B. Aryl-oxy-phenoxys : clethodim (Select); diclofop (Hoelon);

fenoxaprop (Acclaim, Whip); fluazifop-P (Fusilade 2000); haloxyfop (Verdict); quizalofop (Assure) C. Aliphatic acids : dalapon (Dowpon M); TCA (Sodium TCA) D. Arsenik organik : AMA (Super-dal-e-rad); CMA; DSMA (Ansar, Weed-e-rad); MSMA (Ansar, Bueno, Daconate, Weed-hoe, Weede-rad); cacodylic acid (Phytar 560, Rad-E-Cate) E. Turunan Heterocyclic nitrogen a. Triazines : ametryn (Evik); atrazine (various); cyanazine (Bladex); hexazinone (Velpar); metribuzin (Lexone, Sencor); prometon (Pramitol); prometryn (Caparol); propazine (Milogard); simazine (Princep) b. Sulfonyl ureas: benzsulfuron (Londax); chlorimuron (Classic); chlorsulfuron sulfometuron (Express) c. Imadazolinones : imazapyr (Arsenal); imazaquin (Scepter); imazethapyr (Pursuit), imazapic (Plateau), AC-222,293 (Assert) d. Uracils : bromacil (Hyvar X); terbacil (Sinbar) (Glean, (Oust); Telar); metsulfuron (Ally, Escort);

thiameturon

(Harmony);

DPX-L5300

81 e. Diphenyl ethers : acifluorfen (Blazer); bifenox (Mowdown); oxyfluorfen (Goal) f. Bipyridyliums : diquat (Ortho Diquat); paraquat (Gramoxone) g. Turunan lain dari heterocyclic nitrogen : amitrole (Amitrol); bentazon (Basagran); maleic hydrazide (MH-30) F. Turunan aliphatic nitrogen a. Urea : chloroxuron (Tenoran); diuron (Karmex); fenuron; linuron (Lorox, Lenex); monuron; siduron (Tupersan); tebuthiuron (Spike) b. Amides : acetochlor (Harness); alachlor (Lasso); CDAA (Randox); diphenamid (Enide); metalachlor (Dual); napropamide (Devrinol); pronamide (Kerb); propachlor (Ramrod); propanil (Stam) c. Phenyl carbamates : asulam (Asulox); barban (Carbyne); chlorpropham (Chloro IPC, Furloe); desmedipham (Betanex); phenmedipham (Betanal); propham (IPC, Chem-Hoe) G. Thiocarbamates : butylate (Sutan); butylate + safener (Sutan +); cycloate (Ro-Neet); diallate (Avadex); EPTC (Eptam); EPTC + safener (Eradicane); EPTC + safener + extender (Eradicane Extra); pebulate (Tillam); triallate (Avadex BW, Far-go); vernolate (Vernam) H. Dinitroanilines : benefin (Balan); dinitramine (Cobex); fluchloralin (Basalin); isopropalin (Paarlan); oryzalin (Surflan); pendimethalin (Prowl, Stomp); trifluralin (Treflan) I. Pengganti nitriles : bromoxynil (Buctril); dichlobenil (Casoron, Dyclomec, Norosac) J. Tidak tergolong organik : bensulide (Betasan, Prefar); chloropicrin (Picfume, Larvicide 100, Clor-O-Pic); chloropicrin + methyl bromide (Brom-O-Gas, Dowfume); clomazone (Command); solar; endothall (Endothall, Aquathal); bahan bakar; glyphosphate (Roundup, Ranger, Rodeo); minyak tanah; metham (Vapam); methyl bromide (Meth-O-Gas); oxadiazon (Ronstar); pyridate (Tough, Lentagran); Stoddards solvent

82 K. Tidak tergolong anorganik : sodium borate (Polybor); sodium chlorate (Sodium Chlorate) 5.2 Herbisida Daun Perlakuan herbisida pada daun adalah pemberian herbisida pada daun tanaman yang sedang tumbuh dan dalam bentuk semprotan, asap atau tepung. Jenis perlakuan pada daun meliputi kontak herbisida dan translokasi herbisida. Aplikasi herbisida pada daun gulma adalah cara langsung agar bahan kimia dapat langsung masuk ke dalam tanaman dan akhirnya ke tempat aksinya. Sudah diketahui bahwa populasi dari satu spesies tanaman

mendapatkan herbisida dengan kondisi yang sama tidak menunjukkan reaksi yang sama, maka harus ada yang dapat mempengaruhi penyerapan dan pengangkutan herbisida pada tanaman atau faktor aplikasi lain yang mungkin mempengaruhi efektifitas pemberian herbisida tersebut. a. Sampai ke Tanaman Faktor ini sering kali diabaikan saat dipraktekkan di lapangan. Setidaknya ada tiga hal yang membuat herbisida tidak sampai ke daun : 1) Arah/aliran semprotan (spray drift). Yaitu gerakan partikel-partikel semprotan termasuk carrier dari area target. Masalah ini biasa terjadi bila aplikasinya diberikan lewat udara yang menghasilkan dropletdroplet yang berukuran lebih kecil. Mulut alat semprotan yang cukup besar dan tekanan yang rendah akan menimbulkan aliran semprotan yang cukup potensial. 2) Mudah menguap (volatilization). Perubahan herbisida dari bentuk padat atau cair menjadi gas, karena beberapa herbisida tergolong mudah menguap sehingga dapat menimbulkan kerugian yang cukup signifikan saat penyemprotan. Perlu diketahui perbedaan antara spray drift dan volatility, serta pilihlah herbisida yang tidak mudah menguap karena perpindahan fase gas ini dapat merusak tanaman pokok. 3) Pengaruh naungan (canopy effect). Yang dimaksud adalah saat tanaman yang lebih pendek dinaungi oleh tanaman yang lebih tinggi,

83 maka naungan yang menutup di bagian atas tidak hanya dapat menahan kontak herbisida tapi juga pentranslokasikan herbisida, sehingga herbisida tidak akan sampai ke tanaman yang lebih pendek di bawah naungan akibat kurang pengawasan. b. Tetap Tertahan di Daun Bila herbisida sudah sampai di daun, maka herbisida ini akan tertahan cukup lama pada permukaan daun sebelum akhirnya terserap. Ada beberapa faktor yang dapat menahan herbisida pada daun. 1) Morfologi tanaman. Posisi daun yang tegak atau horizontal dapat menentukan apakah semprotan herbisida tersebut akan tetap tertahan di daun atau menetes (run-off). 2) Lapisan lilin. Apakah permukaan daunnya berlilin atau tidak. 3) Karakteristik larutan semprotan. Karakteristiknya bisa diubah dengan menambahkan bahan aditif atau adjuvan (substansi yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisika atau kimia pestisida). Bahan kimia pembasah bisa bertindak sebagai bahan perekat jika dipakai dalam volume air yang rendah. 4) Daya menguap. Beberapa herbisida akan cepat menguap dalam waktu tertentu. 5) Ukuran droplet semprotan. Semprotan terdiri atas droplet-droplet kecil dan diaplikasikan dengan tekanan tinggi dan volume yang rendah untuk meningkatkan retensinya. Herbisida yang mengendap pada daun akan hilang terkena air hujan. Garam dari berbagai herbisida akan hilang setelah larutan disemprotkan dan menguap, dengan meninggalkan kristal-kristal bebas pada permukaan karena tidak dapat menembus ke dalam tanaman. Perlu dipertimbangkan bahwa suhu yang tinggi dapat mempercepat penguapan herbisida dan bila terkena cahaya akan menyebabkan kerusakan kimia sebelum terjadi penyerapan. c. Menembus Daun Penyerapan herbisida dipengaruhi oleh banyak faktor seperti herbisida dapat masuk ke dalam daun melalui permukaan bawah atau atas daun. Permukaan bagian bawah lebih mudah ditembus daripada permukaan ba-

84 gian atas. Herbisida dapat menembus daun melalui stomata atau langsung melalui kutikula. Dua jalur penetrasi yang relatif penting ini banyak diperdebatkan dan begitu banyak opini yang beredar di masyarakat. Penyerapan tergantung pada spesies tanaman dan kondisi lingkungan (cahaya, kelembaban, apakah stomata terbuka atau tertutup). Yang tak kalah penting adaah formulasi herbisida. Empat hal penting yang bisa terjadi setelah herbisida tertahan di daun. 1) Herbisida akan tetap tertahan pada permukaan daun berupa kristal atau cairan. Ini terjadi pada kebanyakan formulasi garam saat air sebagai pembawanya menguap. 2) Herbisida dapat masuk ke kutikula dan tetap larut dalam porsi nonpolar. Contoh : minyak gulma. 3) Herbisida dapat masuk dan terangkut dalam fase encer di sepanjang dinding sel sampai ke sistem vascular. Contoh : amitrole dan dalapon. 4) Herbisida dapat masuk langsung melalui sel-sel hidup menuju ke sistem vascular. Contoh : 2,4-D. Penyerapan herbisida merupakan konsep yang sangat penting terkait dengan aktifitas herbisida yang diberikan pada daun. Herbisida agar dapat masuk ke daun memerlukan jarak sangat dekat, sebab komposisi dan karakter permukaan daun dapat menjadi penghalang besar masuknya herbisida ke daun. Satu faktor yang dapat mengganggu aktifitas herbisida adalah

ketergantungan pada penyerapan dan translokasi pada daun. Jaringan tanaman memiliki perbedaan yang sangat besar dalam hal kepekaan terhadap herbisida. Sel-sel yang baru berkembang biasanya lebih mudah dipengaruhi oleh konsentrasi herbisida yang rendah sementara tanaman dewasa ber sifat lebih toleransi. d. Menuju ke Tempat Aksinya (site of action) Herbisida yang diberikan pada daun bisa berupa kontak herbisida hanya mampu membunuh jaringan yang terkena herbisida secara langsung atau herbisida sistemik, yang bergerak dari titik aplikasi ke bagian-bagian lain pada tanaman. Herbisida sistemik meliputi senyawa 2,4-D, picloram (Tordon) dan glyphosate (Roundup).

85 Konsep penting yang terkait dengan translokasi berhubungan dengan bagian symplast dan apoplast tanaman. Symplast (sym berarti bersama-sama) merupakan total jumlah protoplasma yang hidup di dalam tanaman. dan akan terus hidup dalam tanaman. Floem adalah komponen utama dari symplast, sehingga translokasi floem adalah melalui symplast. Apoplast (apo berarti terpisah atau terlepas) tersusun dari seluruh rangkaian dinding sel mati yang ada pada tanaman. Komponen utama apoplast adalah xilem. Jarak tempuh herbisida cukup pendek dengan hanya melakukan difusi, tetapi aksi sistemik yang terjadi herbisida harus melalui jaringan symplastic, apoplastic atau interseluler pada tanaman. Beberapa herbisida dapat melalui symplast, apoplast dan ada yang dapat melalui keduanya. Konsep penting lain dalam memahami translokasi adalah konsep source to sink. Sink mengacu pada tempat yang ada di dalam tanaman, di mana zat gula dipakai untuk membentuk bahan penyimpanan atau dalam metabolisme yang aktif. Zat gula cenderung berpindah dari area daun tempat memproduksi zat gula (source) menuju sink, selama proses ini berlangsung herbisida juga akan ikut terbawa, seperti 2,4-D dan bahan kimia lain. Kebanyakan translokasi herbisida dari daun terjadi di dalam floem (jaringan hidup), yang dapat membakar daun dan batang dengan cepat. Kadar herbisida yang cukup tinggi dapat membunuh bagian atas gulma namun tak banyak yang sampai ke bagian akar. e. Aksi Racunnya Bisa Bertahan Cukup Lama Herbisida mungkin bisa langsung segera diserap bila sudah mencapai protoplasma hidup yang ada pada tanaman dan mungkin menjadi subyek deaktivasi melalui metabolisme tanaman. Proses ini mengubah struktur kimia molekul herbisida yang ada dalam tanaman. Perubahan ini seringkali mengurangi fitotoksisitas herbisida, yaitu mengurangi kemampuan herbisida dalam merusak tanaman.

86 5.3 Herbisida Tanah Perlakuan herbisida tanah adalah pemberian herbisida pada tanah, merupakan bahan kimia yang diberikan langsung (contact) atau

ditranslokasikan ke tanah. Agar bekerja efektif maka bahan kimia tersebut harus bisa terserap ke dalam tanah dengan bantuan aliran air atau hujan yang suatu saat bisa diserap jaringan akar gulma. Selektifitas bisa diupayakan pada lokasi tertentu dari herbisida di dalam tanah disebabkan, oleh toleransi tanaman, tahap pertumbuhan atau penentuan waktu. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pemberian Herbisida pada Tanah Herbisida mungkin diberikan ke tanah untuk mengendalikan gulma secara selektif di lahan pertanian atau non selektif di lahan industri. Variabilitas kinerja herbisida yang diberikan ke tanah terpakai dalam jumlah besar. Faktor-faktor yang memberikan kontribusi bagi kinerja herbisida pada tanah harus sepenuhnya dipahami. Ada banyak faktor yang mempengaruhi efektifitas herbisida yang diberikan ke tanah. Herbisida yang diberikan ke tanah dipengaruhi langsung oleh karakteristik tanah, jenis herbisida, spesies tanaman dan variasi iklim, sehingga membuat studi mengenai pemberian herbisida tanah ini menjadi sangat kompleks dan beragam. Herbisida yang diberikan langsung ke tanah berupa 1) perlakuan pra tanam, 2) perlakuan pra muncul tanaman, 3) perlakuan pasca muncul tanaman atau 4) sterilan tanah. Waktu aplikasi bisa menunjuk pada tanaman atau gulma. Beberapa herbisida hanya diberikan pada permukaan tanah dan beberapa herbisida lain dapat dipadukan. Karena kebanyakan gulma tahunan berkecambah di bagian tanah atas sedalam inci, maka keberhasilan perlakuan pra muncul tanaman tergantung pada tingginya konsentrasi herbisida di zona ini. Jika biji yang berkecambah di permukaan tanah ini mati, maka permukaan tanah akan tetap terbebas dari gulma selama beberapa waktu setelah bahan kimianya mulai habis. Biji gulma tidak akan berkecambah bila cukup dalam dipendam di dalam tanah.

87 Agar sterilisasi efektif maka herbisida harus tetap aktif di zona perakaran untuk membunuh biji yang berkecambah dan tanaman yang berakar cukup dalam. A. Persistensi di Dalam Tanah Sampai kapan herbisida bisa tetap aktif atau bertahan di dalam tanah menjadi masalah yang sangat penting terkait dengan sampai kapan pengendalian gulma itu dilakukan. Residu yang mengandung racun juga perlu dipikirkan terkait dengan efek fitotoksisitas setelah pemberian herbisida yang mungkin akan merusak tanaman. Herbisida akan cepat hilang bila terkena aliran air yang cukup besar, sehingga tanah jadi terbebas dari herbisida serta apabila disertai pengolahan tanah secara berulang-ulang atau pencampuran tanah. Dalam beberapa hal, tanah bisa diberi pupuk untuk mengurangi efek merusak pasca pemberian herbisida tertentu terhadap tanaman berikutnya. Pemakaian arang kayu yang diaktivasi juga dapat mengurangi fitotoksisitas herbisida. Arang kayu yang diaktifitasi ini biasanya hanya efektif untuk herbisida organik dan bukan herbisida anorganik. Arang kayu yang diaktivasi adalah arang kayu biasa yang sudah dihaluskan agar bisa menyerap dengan baik dan memiliki muatan listrik, sehingga dapat menarik molekul-molekul herbisida yang menyebabkan herbisida tidak dapat diserap tanaman. Arang kayu yang diaktifasi tidak punya efek yang signifikan terhadap tanah, tanaman atau pupuk. Ada tujuh faktor yang mempengaruhi persistensi herbisida dalam tanah : a) dekomposisi mikroorganisme, b) dekomposisi bahan kimia, c) adsorpsi pada koloid tanah, d) pelepasan, e) volatilitas, f) foto-dekomposisi, dan g) terangkat oleh tanaman saat panen. a. Dekomposisi mikroorganisme. Mikroorganisme yang banyak ditemui di dalam tanah adalah ganggang, jamur dan bakteri. Organisme ini menggunakan senyawa organik seperti zat organik dan bahan organik seperti herbisida organik sebagai makanan untuk energi dan pertumbuhan. Beberapa bahan organik bisa

88 langsung dikomposisi (dimanfaatkan) dan ada yang tahan terhadap dekomposisi. Mikroorganisme akan langsung menyerang senyawa organik termasuk herbisida organik yang diberikan ke tanah. Organisme yang memanfaatkan persediaan makanan baru tersebut akan terus berkembang biak. Aksi ini akan meningkatkan dekomposisi herbisida yang mungkin saja meningkatkan aktifitas mikroorganisme menjadi lebih mempercepat gangguan aplikasi, sehingga membutuhkan kadar herbisida yang lebih tinggi untuk mendapatkan hasil yang sama. Saat dekomposisi populasi mikroorganisme menurun karena persediaan makanan mulai berkurang. Selain persediaan makanan, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Faktor-faktor antara lain suhu, air, oksigen dan persediaan unsur hara. Kebanyakan organisme tanah dalam kondisi dorman pada suhu 40 F dan dalam kondisi paling baik pada suhu 75 sampai 90 F. Kebanyakan organisme akan dorman atau mati tanpa air. Organisme ini juga sangat peka terhadap persediaan oksigen di dalam tanah. Kurangnya unsur hara seperti nitrogen, fosfor atau kalium dapat mengurangi perkembangan mikroorganisme. Pengaruh pH tanah terhadap mikroorganisme, pada jamur akan berkembang dengan baik di tanah dengan pH kurang dari 5,5 dan bakteri dengan pH di atas 5,5. Herbisida mungkin akan tetap beracun untuk jangka waktu yang lama jika tanah dingin, kering, memiliki aerasi yang buruk atau kondisi lain yang tidak menunjang bagi pertumbuhan mikroorganisme. Tanah

yang subur, hangat, lembab, teraerasi dengan baik merupakan tempat yang paling baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Dalam kondisi yang ideal ini, mikroorganisme akan langsung mendekomposisi herbisida organik. Kadar aplikasi herbisida yang biasa diberikan tidak mempengaruhi populasi mikroorganisme karena herbisida bisa menguntungkan satu kelompok organisme dan merusak organisme lain. Saat herbisida

89 didekomposisi, maka populasi mikroorganisme akan kembali ke level sebelumnya. Persistensi herbisida cukup bervariasi, kebanyakan bahan kimia yang dipakai untuk tanaman pokok akan mengalami dekomposisi kurang dari 12 bulan saat diberikan menurut kadar yang direkomendasikan. b. Dekomposisi bahan kimia. Dekomposisi bahan kimia mungkin akan merusak herbisida dan mengaktifkan yang lain. Reaksi degradasi bahan kimia terdiri atas hidrolisa, oksidasi, isomerisasi, ionisasi dan formasi garam. Dari semua ini, yang paling penting adalah hidrolisa dan oksidasi. Dalapon akan melakukan proses hidrolisa secara perlahan-lahan dengan adanya air, sehingga membuat tidak efektif. c. Adsorpsi pada koloid tanah. Koloid tanah adalah partikel-partikel mikroskopis organik dan anorganik dalam tanah yang memiliki kapasitas adsorpsi yang cukup besar. Dapat dikalkulasikan bahwa satu kubik inchi tanah liat berkoloid memiliki area permukaan adsorptif seluas 200 sampai 500 kaki persegi. Adsorpsi herbisida pada partikel-partikel tanah mengurangi konsentrasi herbisida yang ada di dalam air tanah secara bebas. Hal ini membatasi jumlah herbisida yang dibutuhkan oleh tanaman. Karena kapasitas adsorptif dari koloid tanah, tanah yang mengandung zat organik tinggi membutuhkan lebih banyak herbisida sterilan dan herbisida pra kemunculan tanaman untuk mengendalikan gulma yang ada pada tanah dengan kandungan zat organik rendah. Tanah yang kaya akan kandungan tanah liatnya membutuhkan lebih banyak herbisida dibanding tanah berpasir untuk mengendalikan gulma yang diberi herbisida pra kemunculan atau sterilan tanah karena tanah liat punya area permukaan yang lebih adsorptif dibanding pasir. Tanah yang kaya akan kandungan zat organik dan tanah liatnya akan cenderung mengikat herbisida lebih lama dibanding tanah berpasir, sehingga herbisida yang terserap akan dilepaskan perlahan-lahan sehingga bahan kimia tersebut menjadi tidak efektif. Dibutuhkan herbisida dalam jumlah tertentu untuk menjenuhkan kapasitas adsorptif tanah. Di atas ambang batas ini, kadar yang lebih

90 tinggi akan meningkatkan jumlah bahan kimia dalam larutan tanah sehing ga dapat meningkatkan toksisitas herbisida terhadap tanaman. d. Pencucian (leaching). Pelepasan adalah perpindahan suatu substansi dalam larutan ke arah bawah melalui tanah. Pelepasan herbisida seperti ini akan menentukan efektifitasnya sebagai herbisida yang mungkin dapat menjelaskan tentang selektifitas atau hilangnya herbisida dari tanah. Kebanyakan herbisida pra kemunculan yang diberikan ke permukaan tanah akan hilang/dilepaskan oleh air hujan menuju ke permukaan tanah bagian atas atau ke zona biji gulma yang berkecambah. Biji gulma yang berkecambah di zona impregnasi yang mengandung bahan kimia akan mati, mengingat tanaman berbiji besar yang ditanam di bawah area yang berkonsentrasi herbisida tinggi tidak akan mengalami kerusakan. Beberapa herbisida dapat hilang dari tanah melalui proses pelepasan. Sampai seberapa besar herbisida itu dilepaskan dari tanah, ditentukan oleh: 1. Hubungan adsorptif antara herbisida dan tanah 2. solubilitas herbisida dalam air 3. banyaknya air yang merembes melalui tanah Biasanya, herbisida yang mudah larut dalam air paling mudah mengalami proses pelepasan. Tapi beberapa herbisida yang dapat larut dalam air mungkin akan bereaksi dengan berbagai bagian tanah dan membentuk molekul yang relatif stabil. Kekuatan ikatan adsorpsi mungkin lebih penting dibanding solubilitas air dalam menentukan potensi pelepasan herbisida. e. Volatilitas. Herbisida yang hilang karena menguap mungkin akan lebih signifikan dibanding untuk herbisida yang diberikan ke permukaan tanah. Selama musim panas, jika permukaan tanah bisa tetap lembab, air akan cepat hilang dengan kecepatan sekitar 200 ton/acre/bulan hanya dari tanah saja. Suhu permukaan tanah dapat mencapai 180 F.

91 Semua bahan kimia, baik itu cair atau padat, punya tekanan uap. Penguapan air adalah contoh dari benda cair dan penguapan naphthalena (kamper) adalah contoh penguapan benda padat. Pada suatu tekanan tertentu, penguapan benda cair dan benda padat akan meningkat jika suhunya naik. Herbisida mungkin akan menguap dari tanah dan akan hilang di atmosfir sebagai gas yang mudah menguap. Hilangnya herbisida ini

seringkali diabaikan sehingga pengendalian gulma menjadi kurang efektif dan/atau merusak tanaman yang rentan terhadap gulma. Contoh adalah 2,4-D ester. Herbisida mungkin pindah ke tanah berpori sebagai gas yang mudah menguap. EPTC (Eptam) dianggap sebagai gas yang mudah menguap. EPTC dan herbisida lain yang mudah menguap seringkali bercampur dalam tanah secara mekanik tak lama setelah pemberian herbisida untuk mengurangi penguapan. Air hujan atau irigasi yang dialirkan ke tanah kering, akan melepaskan herbisida ke dalam tanah atau membantu adsorpsi tanah. Bila sudah terserap tanah, volatilitas herbisida akan berkurang. Jika tidak ada air hujan atau irigasi, perpaduan herbisida akan dapat membantu mengurangi penguapan herbisida. f. Fotodekomposisi. Fotodekomposisi atau degradasi oleh cahaya, dialami oleh

beberapa herbisida. Bahan kimia yang diberikan ke permukaan tanah seringkali akan menguap terutama jika tertahan cukup lama tanpa ada air hujan untuk diserap ke dalam tanah. Proses ini dimulai saat molekul herbisida menyerap energi cahaya yang menyebabkan molekul terpisah dan menjadi deaktifasi. g. Terangkat bersama dengan tanaman saat dipanen. Tanaman mungkin akan menyerap herbisida dari tanah tempat tumbuh tanaman. Herbisida yang terserap mungkin akan terangkat bersama tanaman saat tanaman dipanen. Tanaman jagung biasanya dipakai untuk

92 mengangkat simazine dan atrazine dari tanah saat keduanya diberikan sebagai sterilan tanah dan ditujukan untuk tanaman hias. B. Konsentrasi Herbisida dalam Tanah Yang harus dipertimbangkan saat memberikan herbisida ke dalam tanah adalah konsentrasi herbisida. Pemberian herbisida ke tanah ada dua faktor penting yang harus diperhatikan. 1. Berat tanah. Berat tanah rata-rata 3,5 juta lb/acre foot. Karena itu, 3,5 lb herbisida dicampur dalam top foot of soil yang ada dengan konsentrasi 1 bagian per juta (ppm). 2. Air yang menahan kapasitas tanah. Air yang menahan kapasitas tanah sangat bervariasi dan kebanyakan herbisida beraksi melalui larutan tanah. Karena itu, konsentrasi herbisida dalam larutan tanah tergantung pada banyaknya air dalam tanah pada waktu tertentu. Kelembaban tanah per acre foot bervariasi dari 300.000 sampai 1,5 juta pon. Karena itu, herbisida yang mudah larut dalam air akan mencapai konsentrasi (dalam larutan) lima kali sebesar yang ada di tanah pertama dan tanah kedua. 5.4 Selektifitas Herbisida Herbisida yang selektif adalah bahan kimia yang lebih beracun pada satu tanaman dibandingkan pada tanaman lain. Saat herbisida semacam itu diberikan pada berbagai macam tanaman, beberapa tanaman ada yang mati dan yang lain ada yang terpengaruh sedikit atau tidak sama sekali. Ada banyak faktor yang mempengaruhi selektifitas dan aktifitas herbisida. Faktor-faktor ini perlu diketahui agar bisa menggunakan dan memilih herbisida yang tepat. Selektifitas bersifat relatif yaitu tergantung pada pemakaian herbisida tertentu secara tepat. Faktor-faktor selektifitas yang terpenting adalah : a) perbedaan struktur atau morfologi, b) penyerapan, c) translokasi dan d) perbedaan fisiologi. A. Perbedaan Struktur atau Morfologi Perbedaan struktur memungkinkan aplikasi herbisida yang selektif, melindungi area tanam-tanaman agar tidak mengalami kerusakan akibat

93 pemberian herbisida dan keterlibatan perbedaan permukaan tanaman atau berorientasi pada bagian-bagian tanaman yang mungkin mempengaruhi retensi semprotan dan penyerapan herbisida. Tanaman tinggi yang batangnya toleran terhadap bahan kimia mempermudah pemakaian herbisida pada gulma yang ada di dekat permukaan tanah. Contoh herbisida yang sering diberikan pada gulma dan semak-

semak di bawah pohon tinggi tidak akan merusak tanaman tersebut. Tetesan dari mulut semprotan dipakai untuk menyemprot gulma pada tanaman pokok yang tergolong peka seperti kapas, jagung dan sorghum. Herbisida tersebut disemprotkan di dekat permukaan tanah dan hanya menyentuh batang tanaman pokok yang resisten. Lokasi titik tumbuh tanaman juga cukup penting. Tanaman berdaun lebar menunjukkan titik tumbuh di ujung tunas dan di ketiak daun. Sebaliknya, titik tumbuh tanaman rumput-rumputan ada di dasar tanaman dan dilindungi oleh daun-daun di sekelilingnya dan dalam beberapa hal mungkin berada di bawah permukaan tanah. Tanaman perennial seringkali dalam kondisi dorman selama musim dingin. Saat musim dingin, tanaman tahunan dapat dikendalikan sebelum muncul tanaman perennial. Selain itu, tanaman yang berakar cukup dalam seringkali toleran terhadap bahan kimia yang tertinggal di permukaan tanah sehingga gulma yang berakar pendek akan mati. Contoh tanaman gulma tahunan yang dikendalikan saat dalam masa dorman adalah alfalfa. Lapisan lilin, bulu atau pubescens (permukaan daun yang berbulu pendek dan lembut) pada suatu tanaman mungkin dapat mencegah droplet dari semprotan menempel pada daun. Jika memang dapat melekat, droplet ini akan mengering pada sisik berlilin atau di atas bulu daun tanpa bersentuhan langsung dengan bagian epidermis daun sehingga tidak dapat terserap. Bulu-bulu ini dapat meningkatkan efektifitas herbisida. Bulu-bulu ini mungkin akan bersifat jenuh, meningkatkan kuantitas semprotan bahan kimia yang ada di permukaan dan mengurangi aliran permukaan (run-off).

94 b. Penyerapan Penyerapan adalah pengangkutan zat di dalam tanaman dari sumber eksternal (biasanya daun dan akar). Herbisida harus terserap oleh tanaman agar pengendalian bisa efektif. Beberapa permukaan tanaman menyerap herbisida dengan cepat sementara permukaan tanaman lain menyerap secara perlahan-lahan atau tidak sama sekali. Sifat bahan kimia dari herbisida juga berpengaruh, karena itu, penyerapan diferensial atau penyerapan selektif mungkin memperhitungkan perbedaan respon dari tiap tanaman. Awal penetrasi herbisida di daun mungkin terjadi di seluruh permukaan daun melalui stomata. Beberapa herbisida yang mudah menguap dan beberapa larutan masuk melalui stomata, yang terpenting adalah penetrasi langsung ke permukaan daun. Agar bisa efektif, herbisida harus bisa masuk ke lapisan kutikula dan dinding sel. Polaritas permukaan daun dan herbisida yang dipakai juga penting. Kutikula berlilin dan selulosa pada daun serta batang tanaman termasuk nonpolar. Kebanyakan zat organik bersifat nonpolar, yang termasuk dalam kelompok nonpolar adalah minyak, lilin, 2,4-D ester, dsb. Senyawa polar meliputi air, asam amino, garam dari 2,4-D, dsb. Senyawa nonpolar

cenderung terserap oleh daun lebih cepat dibanding herbisida yang bersifat polar. Penambahan bahan kimia pembasah (wetting agent) dapat mengurangi selektifitas dari herbisida tersebut. Wetting agent ini cenderung menyamakan penyerapan herbisida pada daun untuk berbagai jenis tanaman. Wetting agent juga dapat mengurangi selektifitas herbisida jika tergantung pada penyerapan daun yang selektif. Suhu meningkat biasanya berhubungan dengan penyerapan yang lebih cepat. Dalam batasan yang ada, kecepatan proses bahan kimia tersebut dua kali lipat yang masing-masing mengalami peningkatan 17 F. Kebanyakan herbisida diserap dari tanah melalui akar. Akar paling baik menyerap zat yang bersifat polar dan menyerap zat nonpolar perlahan-lahan atau tidak sama sekali. Saat bersentuhan dengan tanah, zat non-polar

95 mungkin berubah bentuk menjadi zat polar. Contoh herbisida yang dapat diserap oleh akar adalah Picloram (Tordon) dan dicamba (Banvel) Sel-sel tanaman yang tumbuh dengan cepat memiliki tingkat respirasi yang tinggi. Faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan juga membantu mempercepat penyerapan unsur hara serta mempercepat penyerapan herbisida. C. Perbedaan Translokasi Translokasi herbisida menjadi masalah besar dalam upaya mengendalikan gulma perennial yang akar menancap jauh ke dalam tanah. Agar pengendalian gulma bisa efektif, herbisida harus sampai ke floem (jaringan pengangkut makanan) dan ke xilem (jaringan pengangkut air) serta ruang antar sel (interseluler). Pengangkutan mungkin terjadi dari satu sistem ke sistem yang lain di dalam tanaman. 1. Translokasi Melalui Floem Jaringan floem tersusun dari sel-sel yang hidup, sedangkan herbisida yang mengandung kadar beracun sangat tinggi dapat membunuh sel-sel tersebut sehingga menghentikan translokasi. Pengangkutan dalam floem

biasanya terjadi dari daun ke akar. Translokasi akan terjadi lebih cepat dan sangat efektif jika banyak cadangan makanan yang terangkut dari daun ke akar. Hal ini biasanya terjadi setelah daun berkembang sempurna. Telah ditunjukkan bahwa 2,4-D dapat terangkut dari daun ke akar dengan kecepatan 40 inci per jam. Agar pengendalian gulma bisa efektif, dipakai herbisida berkadar rendah yang diberikan berulang-ulang dan hasilnya terbukti lebih baik karena sel-sel tanaman perlahan-lahan akan mati, sehingga herbisida bisa ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Pemakaian yang seragam lebih penting dibanding banyak carrier yang digunakan. 2. Translokasi Melalui Xilem Dalam xilem, herbisida terangkut dari tanah melalui akar dan terus terangkut ke bagian atas tanaman bersama dengan air dan unsur hara. Herbisida yang terserap daun lateral mungkin akan ditranslokasikan pertama kali dari floem ke xilem kemudian diangkut ke atas melalui xilem. Jaringan

96 pengangkut pada xilem bukan jaringan hidup, karena itu herbisida yang mengandung kadar racun tinggi dapat diserap dari tanah dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Penyerapan dan translokasi mungkin terjadi meskipun akar mati. Studi di atas menunjukkan bahwa tiga kondisi berikut harus ada agar translokasi ke bagian bawah tanaman melalui xilem bisa efektif yaitu a) tanaman harus mengalami defisit air, b) herbisida harus bisa membuat jaringan dapat ditembus antara titik aplikasi dan xilem, dan c) tanaman harus dibiarkan cukup lama agar herbisida bisa menyerap sempurna. 3. Translokasi Interseluler Zat non-polar mungkin terangkut melalui ruang interseluler tanaman. Minyak mungkin diserap oleh tanaman melalui kutikula, epidermis, kulit kayu, stomata dan bahkan akar yang rusak. Setelah diserap, minyak mungkin

akan terangkut ke semua bagian tanaman atas, bawah atau radial. Diyakini bahwa minyak terangkut melalui ruang interseluler sehingga 2,4-D ester yang ada dalam minyak akan menunjukkan aksi yang sama. B. Perbedaan Fisiologi Hanya sebagian ilmuwan yang memahami perbedaan fisiologi yang dapat menyebabkan toksisitas selektif herbisida. Perbedaan sistem enzim, respon terhadap perubahan pH, metabolisme sel, permeabilitas sel, variasi dalam unsur pokok kimia serta polaritas. Perubahan pada satu atau lebih dari faktor-faktor ini akan merangsang atau menghambat proses biokimia tertentu. Contoh reaksi enzim dalam satu spesies tanaman mungkin akan terhambat sementara pada spesies tanaman lain tidak. Contoh aktivasi dari 2,4-DB yang tidak aktif menjadi 2,4-D yang aktif. Tanaman legume yang berbiji kecil perlahan-lahan akan memetabolisme 2,4-DB (Butoxone, Butyrac) menjadi 2,4-D, sementara reaksi ini terjadi dengan cepat pada sebagian besar gulma berdaun lebar. Karena itu, kebanyakan gulma berdaun lebar bisa dikendalikan sementara legume berbiji kecil tidak rusak. Jagung mampu memetabolisme atrazine menjadi bahan kimia yang aman namun dapat memberantas gulma yang menjadi target pembasmian.

97 Dasar fotosintesis dan respirasi sangat penting untuk mengetahui bagaimana herbisida dapat mempengaruhi tanaman. Ada banyak buku yang mengangkat tentang masalah pokok ini terlalu panjang untuk dimasukkan dalam buletin ini. 5.5 Formulasi Herbisida Formulasi mungkin akan mempengaruhi selektifitas dan aktifitas herbisida. Metode pemakaian dan peralatannya sangat bervariasi tergantung pada jenis formulasi herbisida yang dipilih untuk praktek pengendalian gulma. Herbisida tidak dijual dalam bentuk bahan kimia murni melainkan berupa campuran atau formulasi lebih dari satu herbisida dengan berbagai bahan aditif. Jenis formulasi menentukan toksisitas pada tanaman, keseragaman cakupan tanaman, stabilitas dalam penyimpanan, penanganan, efektifitas dan keamanan. 1. Garam dapat larut yang membentuk larutan sejati/larutan murni. Garam dapat larut adalah senyawa yang dapat larut dalam air dan perlu diadukaduk sebentar agar bisa tetap larut dalam larutan. Untuk itu, ada beberapa singkatan yang perlu diketahui S = larutan, SC = konsentrat dapat larut, L = cairan, dan WSC = konsentrat yang larut dalam air. Dalapon dan 2,4-D amine adalah contoh herbisida yang dapat larut. 2. Konsentrat yang bisa diemulsi (EC) nampak seperti susu bila dicampur dengan air. Bahan yang bisa diemulsi diberikan dalam bentuk droplet yang bisa disuspensi dalam air. Ini yang disebut emulsi normal atau

emulsi minyak dalam air. Jarang sekali ada formulasi emulsi terbalik, yang merupakan emulsi air dalam minyak, yang dimaksud mungkin menyerupai saos salad atau krim wajah. Formulasi ester dapat larut dalam zat pembawa minyak (oil carrier). Karena formulasi yang bisa diemulsi ini dapat larut dalam air, mungkin diperlukan sedikit adukan dengan menggunakan aliran by-pass dari pompa, tanpa diaduk-aduk cairan mungkin akan memisah. Konsentrat yang bisa diemulsi, bila diformulasikan dengan tepat tetap berupa suspensi dalam air kira-kira selama 24 jam tak perlu diaduk lagi.

98 Tiap galon konsentrat yang bisa diemulsi mengandung 4 sampai 7 pon bahan pelarut minyak tanah seperti xylene. Karena bahan pelarut dalam konsentrat yang bisa diemulsi ini dapat menyebabkan terbakarnya daun-daunan pada suhu tinggi (> 90o F). Contoh konsentrat yang dapat diemulsi adalah 2,4-D ester yang dapat larut dalam air. 3. Wetting powder (formulasi berupa tepung yang dapat larut dengan bahan kimia pembasah) (WP) adalah material berbutir halus yang tidak dapat larut dalam air dan tersuspensi dalam air. Serbuk ini mengandung bahan kimia pembasah untuk menghindari agar tidak tercampur dengan air sebelum penyemprotan. Tanpa bahan kimia pembasah ini, campuran ini akan mengambang sehingga sulit bercampur dengan air. Formulasi bahan kimia pembasah mengandung 50 sampai 75% tanah liat atau talek, sehingga akan segera tenggelam di dasar tangki penyemprot kecuali bila terus diaduk-aduk. Agar kadar aplikasi tetap sama, tangki semprot tersebut harus memiliki pengaduk mekanik atau pengaduk jet. Slurry dari serbuk yang dibasahkan ini dicampur dengan air sebelum dimasukkan ke tangki semprotan untuk menghindari agar formulasi tersebut tidak menjadi suspensi. Bahan kimia pembasah tidak akan

membakar daun sekalipun bila konsentrasi cukup tinggi. Contoh atrazine 80W. 4. Dry flowable (DF) atau butiran-butiran yang dapat menyebar dalam air adalah serbuk yang dapat larut dengan ditambah bahan kimia pembasah yang terbentuk menjadi prills, sehingga bisa dituang dengan mudah dalam tangki penyemprot tanpa menggumpal. Hampir bisa dilarutkan tapi perlu diaduk-aduk agar tetap berupa suspensi. Atrazine mungkin juga diformulasikan sebagai dry flowable. 5. Flowables (F) atau cairan yang dapat menyebar dalam air adalah serbuk yang dapat larut bila ditambah bahan kimia pembasah yang sudah disuspensi dalam air sehingga bisa dituang. Flowable hampir dapat larut dalam air sehingga perlu diaduk-aduk agar tetap berupa suspensi. Atrazine juga diformulasikan sebagai flowable.

99 6. Water soluble powder (serbuk dapat larut dalam air) (SP) atau Dry Soluble Powder (DS) membentuk larutan murni dalam air sehingga tidak perlu diaduk-aduk . Contoh Chloramben (Amiben). 7. Ultra-Low-Volume Conscentrates (ULV) merupakan produk teknis dalam bentuk cairan asli. Konsentrat ini diberikan tanpa diencerkan dalam peralatan khusus yang berhubungan dengan udara atau tanah (special aerial or ground equipment) dalam kadar satu setengah pint sampai satu setengah galon per acre berupa semprotan yang sangat halus. Tetesan-tetesan droplet yang cukup kecil dari semprotan ULV mungkin menimbulkan masalah timbulnya endapan. 8. Butiran-butiran diformulasikan dengan menyatukan herbisida dan bahan kering seperti tanah liat, pupuk, kapur, vermikulit, atau tongkol jagung tanah. Unsur aktifnya berkisar antara 2% sampai 25%. Butiran-butiran kering itu diberikan ke tanah sehingga membutuhkan lebih banyak curah hujan untuk aktifasi dibandingkan semprotan. Keuntungannya, tidak perlu air dalam aplikasi, alat aplikasi cukup terjangkau, tidak menimbulkan endapan seperti pada semprotan sehingga bisa diberikan kapan saja. Kerugiannya adalah jumlah cukup besar, berat, biaya kirim mahal dan aplikasi tidak sama seperti semprotan. 9. Pellet seperti formulasi butiran tapi dipadatkan hingga jadi seperti silinder yang lebih besar sepanjang inci. Pellet biasanya diberikan secara

manual untuk mengendalikan rumpun semak-semak. 10. Dust (formulasi herbisida berbentuk tepung untuk diembuskan) diembuskan ke daun-daun tanaman. Metode aplikasi ini tidak eksisten karena menimbulkan endapan sehingga mengganggu tanaman lain yang ada di dekatnya. 11. Fumigan dipakai untuk memberantas biji gulma dan hama tanah lainnya pada tanaman hortikultura, greenhouse dan pada tanaman pokok bernilai tinggi. Fumigan berbentuk cairan dalam kontainer dengan alat tekan dan harus diinjeksikan atau dilepaskan dalam gas tight tarp untuk mencegah agar tidak menguap ke udara.

100 5.6 Surface Active Agents (Surfaktan) Surfaktan adalah bahan kimia yang menimbulkan perubahan fisik di permukaan cairan, karena perubahan tersebut, karena perubahannya terjadi di permukaan maka surfaktan lebih dikenal dengan surface active agent (surfaktan). Yang termasuk di sini adalah bahan kimia pembasah, emulsifier, detergen, spreader, bahan perekat (stickers), dispersing agent, dan zat modifikasi permukaan lainnya. Surfaktan biasa dikenal dalam formulasi herbisida untuk meningkatkan efektifitas larutan semprot dan formulasi herbisida. Surfaktan mungkin bisa meningkatkan atau mengurangi fitotoksisitas herbisida karena surfaktan tidak boleh ditambahkan pada formulasi herbisida kecuali bila direkomendasikan oleh produsen. Air tidak cocok untuk bahan kimia yang dipakai sebagai herbisida. Air tidak bisa bercampur dengan minyak atau bahan lain sejenis minyak. Dengan menambahkan surfaktan (zat pengemulsi) pada minyak, herbisida bisa dicampur dengan air untuk membentuk emulsi minyak dalam air sehingga bisa disemprotkan dengan mudah. Air juga tidak dapat diserap kutikula tanaman yang berbentuk seperti lapisan lilin. Dengan menambahkan surfaktan (zat pembasah) pada herbisida, tegangan permukaan dari campuran herbisida air jadi berkurang sehingga makin banyak area permukaan dari larutan herbisida yang mengenai bagian permukaan tanaman sehingga efektifitasnya semakin meningkat. Terkait dengan masalah surfaktan, ada empat hubungan permukaan yang harus diperhitungkan. 1. Cairan dengan cairan. Contoh : minyak akan menyebar dalam air dengan cara diaduk-aduk sehingga membentuk emulsi atau formulasi ester 2,4-D yang disuspensi dalam air. 2. Padat dengan cairan. Contoh : tanah liat yang disuspensi dalam air, atau herbisida serbuk yang dapat larut dengan ditambah bahan kimia pembasah yang disuspensi dalam air. 3. Padat dengan udara. Contoh : karbon yang ada di udara membentuk asap atau partikel pestisida yang berbentuk seperti tepung yang disuspensi di udara.

101 4. Cairan dengan udara. Contoh : kabut, yaitu droplet air berukuran kecil yang disuspensi di udara, atau droplet semprot dari herbisida yang ada di udara. Air cenderung ditolak oleh cairan lain dalam suatu suspensi atau emulsi atau oleh zat padat yang membentuk suspensi. Untuk bahan yang ada dalam suspensi dibutuhkan suatu zat yang mempunyai afinitas untuk air dan bahan lain, sehingga kedua bahan tersebut dapat terikat. Surfaktan

akan memodifikasi interface (bidang pisah) permukaan dari hubungan di atas dengan cara berorientasi sendiri antar kedua permukaan tersebut mampu menyatu dalam suatu hubungan yang lebih erat sehingga bahan-bahan tersebut tetap dalam bentuk suspensi. Suatu zat memiliki aktifitas surfaktan jika mengandung kelompok polar yang kuat sehingga bisa ditarik oleh air (hydrophilic) dan kelompok nonpolar yang ditarik oleh minyak, lemak dan lilin (lipophilic). A. Jenis Surfaktan Surfaktan digolongkan dalam tiga kategori, tergantung pada ionisasinya atau pelepasannya di dalam air. Inilah kemampuan zat untuk bermuatan positif (kation) atau negatif (anion) : 1. Surfaktan bermuatan anion. Dalam surfaktan bagian molekul yang

bermuatan anion (-) memberikan pengaruh yang sangat dominan. Surfaktan ini sering dipakai dalam formulasi herbisida saja atau dikombinasikan dengan surfaktan nonionic. Kerugiannya adalah surfaktan

mungkin bisa bereaksi dengan partikel yang bermuatan (ion) lain termasuk herbisida itu sendiri baik dalam formulasi atau larutan semprot sehingga mengurangi efektifitas. Surfaktan anionic membuat bahan kimia pembasah menjadi lebih baik begitu juga untuk deterjen. 2. Surfaktan bermuatan kation. Dalam surfaktan bagian molekul yang

bermuatan kation (+) memberikan pengaruh yang sangat dominan. Surfaktan jenis ini diperoleh dari ammonia dan biasa tidak dipakai dalam formulasi herbisida. Surfaktan ini seringkali bersifat phytotoxic dan merupakan bakterisida yang sangat efektif. Kerugian yang terbesar adalah

102 bisa langsung dipresipitasi dalam air keras dan merupakan deterjen yang berkualitas rendah. 3. Surfaktan nonionic. Surfaktan ini tidak mengalami ionisasi atau bermuatan dalam larutan air. Karena itu, surfaktan ini tidak terpengaruh oleh air keras, yang berarti surfaktan ini tidak membentuk garam yang dapat larut dengan ion-ion kalsium, magnesium atau besi seperti yang terjadi pada air keras. Surfaktan ini juga dipakai dalam larutan asam merupakan kelompok surfaktan baru yang dikembangkan di akhir tahun 1960-an. Jenis ini sekarang banyak dijumpai di pasaran dengan sifat yang menonjol dari surfaktan nonionic adalah surfaktan jenis ini merupakan emulsifier yang baik dan dapat membentuk emulsi yang stabil. Karena itu,

surfaktan nonionic sering dipakai sebagai emulsifier dalam formulasi herbisida konsentrat yang bisa diemulsi, mempunyai kemampuan membuat dispersing agent yang baik dan juga deterjen serta foam tidak seperti surfaktan anionic (surfaktan bermuatan anion). Zat ini lebih mudah larut dalam air dingin daripada dalam air panas, dapat dicampur dengan surfaktan anionic untuk meningkatkan sifat bahan kimia pembasah dari formulasi jenis EC. B. Pengaruh Surfaktan Terhadap Tanaman Aksi umum dari surfaktan adalah meningkatkan aktifitas herbisida yang diberikan pada bagian daun tanaman manapun, dalam beberapa kasus selektifitas herbisida mungkin dapat hilang. Surfaktan juga membantu penyebaran larutan semprotan sehingga pembasahan pada seluruh bagian tanaman bisa merata. Surfaktan membuat droplet semprotan menempel pada tanaman sehingga kurang bounce-off. Droplet tidak tersuspensi pada bulu, sisik atau proyeksi lain pada permukaan daun, sehingga memungkinkan larutan herbisida dapat kontak langsung dengan permukaan tanaman. Akibatnya seperti kutikula berlilin

atau bagian dinding sel yang berlemak mungkin akan berubah sehingga tanaman bisa langsung menyerap herbisida.

103 5.7 Campuran Herbisida dan Masalah Pencampuran Herbisida Pemakaian kombinasi herbisida bukanlah hal yang baru, tapi belum mendapat perhatian dan masukan yang dibutuhkan agar bisa memahami dan mengimplementasikan praktek sepenuhnya. Meskipun jumlah herbisida yang ada di pasaran terus bertambah, kita harus tahu bahwa herbisida punya aktifitas spesifik terhadap rumputrumputan atau gulma berdaun lebar dan bahkan spesies lain dalam kategori ini. Herbisida yang baik punya batasan yang mungkin bisa berkurang bila ditambah dengan herbisida lain. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari kombinasi herbisida, yaitu : 1. Mengendalikan spektrum gulma yang lebih luas. 2. Pengendalian yang lebih konsisten di berbagai iklim. 3. Mengurangi potensi residu herbisida pada tanaman dan tanah. 4. Kadar aplikasi yang lebih rendah mengurangi kerusakan tanaman dan hemat biaya 5. Pengaruh sinergisitas yang tidak diharapkan (efektifitas herbisida meningkat melebihi apa yang diharapkan). Ada batasan-batasan dan masalah di masa lalu yang berkaitan dengan pemakaian kombinasi herbisida secara sah. University of Wyoming tidak pernah merekomendasikan campuran bahan kimia kecuali herbisida, campuran herbisida-pupuk dan pestisida lain yang terdaftar pada Environmental Protection Agency (EPA) dan negara bagian Wyoming. Kebijakan EPA mengenai herbisida dan campuran herbisida-pupuk adalah sebagai berikut : 1. Herbisida atau campuran herbisida mungkin bisa dicampur dengan pestisida lain atau pupuk, jika campuran tersebut tidak dilarang menurut label. 2. Lebih dari dua herbisida atau pestisida bisa dicampur, jika semua dosis sesuai atau di bawah ketentuan yang direkomendasikan pada label.

104 Saat membuat campuran tersebut, perlu diingat bahwa resiko dari campuran pestisida yang diberikan ini harus ditanggung sendiri oleh aplikator terutama berkaitan dengan efeknya terhadap tanaman, peralatan aplikasi, keselamatan aplikator, dampak terhadap lingkungan dan toleransi residu. A. Pencampuran Herbisida Bisa dipastikan, alat semprot sudah disesuaikan sebagaimana mestinya. Hitung banyak herbisida yang ditambahkan ke tangki penyemprot berdasarkan pada bahan aktif di tiap galon konsentrat herbisida atau persentase unsur aktif dari formulasi herbisida kering. Baca dan ikuti instruksi yang

diberikan produsen pada label yang berisi tentang cara penanganan bila terjadi bahaya. Tahapan berikut harus dilakukan saat mencampur herbisida, yaitu : 1. Isi tangki penyemprot kira-kira separuh volume air atau larutan pupuk seperti yang anda butuhkan 2. Aduk terus sampai merata 3. Jika perlu, tambahkan compatibility agents, agar keuntungan bisa maksimal. Semua harus berupa larutan sebelum ditambah herbisida. 4. Tambah, campur dan uraikan herbisida kering (serbuk bahan kimia pembasah atau butir-butiran yang mudah terurai dalam air). Formulasi ini mengandung bahan pengurai (dispersing agent) dan bahan kimia pembasah (wetting agent) yang membantu proses pencampuran. 5. Tambahkan cairan yang mudah terbawa air (liquid flowables) dan lakukan pencampuran dengan sempurna. 6. Tambahkan konsentrat yang bisa diemulsi (EC) dan campur dengan sempurna. 7. Akhiri pencampuran dengan menambahkan formulasi yang dapat larut dalam air (2,4-D amine, dsb). 8. Tambahkan surfaktan, konsentrat minyak tanaman, dsb. yang terakhir minyak tanaman (crop oil) tidak akan tercampur dan terurai dengan baik jika ditambahkan pertama kali.

105 9. Tambahkan sisa air atau pupuk cair dan aduk terus saat menyemprot sampai tangki kosong. Jangan pernah menuang herbisida terkonsentrasi ke dalam tangki kosong. Jangan pernah membiarkan alat semprot yang berisi bahan kimia campuran didiamkan tanpa diaduk, karena serbuk-serbuk berat yang basah mungkin dapat menyumbat mulut semprotan atau mengendap di pojok-pojok tangki penyemprot. Campuran wettable powder dan konsentrat yang dapat diemulsi di dalam tangki akan menimbulkan masalah, jika tidak dicampur dengan tepat. Prosedur yang tepat adalah pertama-tama lumerkan (pre-slurry) wettable powder dan tambahkan ke dalam tangki 3/4 air. Konsentrat yang dapat

diemulsi bisa ditambahkan kemudian baru masukkan air secukupnya ke dalam tangki. Jika urutan ini dibalik dengan menambahkan wettable powder pada urutan terakhir, maka akan timbul masalah yang tidak diinginkan (maka akan mengakibatkan material di dalam tangki menggum-pal sehingga dapat menyumbat alat penyemprot). B. Campuran Pupuk dan Herbisida Campuran pupuk cair dan pestisida yang digunakan secara bersamaan memiliki beberapa keuntungan. Campuran tersebut terbukti dapat menghemat waktu, tenaga, bahan bakar dan dapat membantu mengurangi kepadatan tanah. Mungkin saja ada campuran herbisida+pupuk = gulma+pakan; pupuk+insektisida = pakan+cacing; herbisida+insektisida = gulma+cacing. Material berikut hanya terkait dengan konsep gulma+pakan untuk pencampuran herbisida dengan pupuk cair. Sebelum mengecek kesesuaian campuran herbisida+pupuk, ada beberapa faktor penting lain yang harus dipertimbangkan. 1. Apakah anda punya alat aplikasi yang tepat? Pemakaian pupuk tidak sama persis dengan pemakaian herbisida. Pemakaian yang sama untuk setiap inchi persegi sangat penting agar pemakaian herbisida bisa efektif. Peralatan yang biasa dipakai untuk apli-

106 kasi pupuk tidak memberikan pola distribusi yang sama dengan peralatan yang dipakai untuk aplikasi herbisida. Beberapa peralatan aplikasi pupuk tidak memiliki alat pengaduk yang dibutuhkan untuk menjaga agar herbisida bisa terurai dengan sempurna. Peralatan aplikasi herbisida mungkin tidak bisa menahan berat dan sifat korosif dari pupuk cair ataupun volume pupuk cair sesuai yang dibutuhkan. 2. Apakah campuran herbisida dan pupuk tersebut sangat praktis? Aplikator harus menentukan kapan waktu pemberian yang tepat, penempatan serta distribusi dari tiap komponen dalam campuran tersebut cukup sama untuk diaplikasikan sebagai campuran. Beberapa herbisida dan pupuk dapat diberikan secara bersamaan, misal Aatrex (atrazine) bisa dicampur dalam tangki dengan pupuk cair dan diberikan pada tanaman jagung selama pra-tanam atau disebarkan di atas permukaan tanah setelah jagung ditanam, tapi sebelum muncul tunas tanaman. Penempatan campuran mungkin akan menimbulkan satu pertanyaan terkait dengan praktek, anggap saja campuran herbisida dan pupuk disemprotkan pada barisan kiri dan kanan tanaman jagung selama masa tanam. Dengan menggunakan larutan nitrogen sebagai carrier

agar herbisida yang merupakan bentuk nitrat dari nitrogen dapat bercampur dengan air hujan. Jika bentuk ammonium (NH4) dari nitrogen dipakai sebagai carrier yang akan disebarkan di atas permukaan tanah, maka akan bereaksi dengan partikel-partikel tanah dan akan tertahan pada bagian atas tanah sedalam 1/4 inchi. Nitrogen ini akan terus menuju ke bawah setelah berubah menjadi bentuk nitrat. Jika carrier pupuk untuk herbisida adalah larutan yang mengandung nitrogen dan fosfor, maka harus diposisikan di dalam tanah di dekat akar agar tanaman dapat menggunakannya, karena fosfor tidak bisa langsung berpindah di dalam tanah. Jika larutan pupuk yang mengandung nitrogen dan fosfor diberikan di kiri dan kanan tanaman jagung saat masa tanam, maka jagung akan mendapat keuntungan dari fosfor sebagai starter awal pertumbuhan tanaman.

107 Distribusi campuran. Pemberian herbisida bersama dengan pupuk

diberikan dengan cara disebar, kebanyakan herbisida dapat diberikan di kiri dan kanan tanaman dapat menurunkan total biaya pemakaian herbisida per acre yang sebanding dengan jarak baris dan luas lahan yang diberi perlakuan ini. Karena total keuntungan dan ekonomi dari pencampuran tersebut perlu dipertimbangkan. 3. Apakah campuran pupuk-herbisida kompatibel/cocok? Herbisida mungkin tidak selalu tercampur sempurna dengan pupuk cair atau komponen-komponennya mungkin akan terpisah sehingga pemakaian jadi tidak praktis. Harus dilakukan tes sederhana sebelum mencampur dalam jumlah besar. C. Kesesuaian Meskipun sudah diberikan pedoman yang berkaitan dengan pencampuran di dalam tangki, namun masih ada pertanyaan tentang kesesuaian saat mencampur dua bahan kimia atau lebih terutama saat tidak tertera di label mengenai petunjuk pencampuran dan aplikasi. Mungkin saja ada ketidaksesuaian kimia dan fisik terkait dengan ketidaksesuaian kimia, bahan kimia mungkin benar-benar akan terdeaktifitasi sehingga tidak dapat untuk mengendalikan gulma. Bahan kimia tersebut mungkin menjadi bersifat sangat fitotoksis, sehingga dapat merusak tanaman. Mungkin juga pencampuran ini mengubah toksisitas pada hewan mamalia dengan membuat bahan kimia yang aman menjadi bahan kimia yang sangat beracun. Ketidaksesuaian fisik paling sering terjadi pada presipitasi dalam larutan semprotan yang membentuk kristal-kristal padat, formasi gelatin atau pemisahan komponen yang membentuk lapisan. Kurang kesesuaian mungkin hanya menimbulkan formasi substansi yang dapat menyumbat saringan dan mulut semprotan, ketidaksesuaian yang ekstrim dapat menimbulkan endapan material yang mengeras seperti beton di dasar tangki dan di dalam selang, pipa atau bagian-bagian internal alat semprot. Akibat yang ditimbulkan mungkin kerugian total untuk pestisida dan pemakaian alat semprot.

108 Kesesuaian campuran bahan kimia tidak mungkin bisa ditentukan tanpa dilakukan penelitian yang ekstensif sementara kesesuaian fisik bisa diperiksa dengan mudah. Anda hanya boleh menuliskan pada label campuran atau campuran dalam tangki, sebagaimana yang direkomendasikan oleh para ilmuwan berpengalaman yang rekomendasinya berdasarkan pada hasil penelitian dan pengujian. Untuk semua campuran dalam tangki yang tidak diberi label,

dianjurkan untuk melakukan tes dalam wadah untuk menguji kesesuaian campuran herbisida-herbisida, campuran herbisida-insektisida, campuran herbisida-pupuk atau kombinasi lain yang melibatkan pestisida atau pupuk. Dalam beberapa hal, penambahan bahan penyesuai atau compatibility agent (Compex, Unite, atau surfaktan yang bisa dibandingkan) mungkin bisa membantu dalam menjaga dispersi komponen. 5.8 Mengevaluasi Kerusakan Akibat Herbisida Gejala-gejala kerusakan karena pemakaian herbisida seringkali disebabkan oleh faktor lain seperti serangga, penyakit, cuaca buruk (hujan es, kekeringan, banjir), terbakar akibat pemakaian pupuk dan kekurangan unsur hara. Bila terjadi kerusakan pada tanaman, penjelasan berikut ini

mungkin dapat membantu mendiagnosa permasalahan tersebut. 1. Pola di lapangan terkait dengan rusaknya tanaman atau gulma yang tak terkendali. a) Pola kerusakan yang terjadi di tempat-tempat yang tidak beraturan mengikuti arah aliran udara bisa menunjukkan penguapan herbisida dan perpindahan uap dari herbisida. b) Area kerusakan yang terbuka (sebidang-sebidang) atau gulma yang bertahan hidup pada interval yang bisa diprediksikan menunjukkan kemungkinan aplikasi yang terlewat atau berlapis-lapis (overlapping). c) Kurangnya pengawasan di bagian sisi lahan akibat dari hanya separuh yang tercakup oleh pipa semprot terakhir lebih banyak sinar matahari yang mengenai sisi lahan.

109 d) Kerusakan yang terbatas pada sisi baris atau di ujung lahan, disebabkan aplikasi yang overlapping atau kadar herbisida yang tinggi saat dilakukan secara bergiliran. e) Pemisahan yang tepat antara bagian lahan normal atau yang tidak rusak dan sisa lahan menunjukkan perbedaan besar dalam jenis tanah atau pH antara kedua sisi tersebut. f) Pola aplikasi yang jelas seperti yang ditunjukkan oleh adanya lahan gundul/kosong (karena tanaman dan gulma mati), diikuti kelangsungan hidup tanaman yang semakin baik dengan pengendalian gulma yang baik, diikuti kurangnya kerusakan tanaman atau pengendalian gulma yang menunjukkan kurang memadai atau buruknya agitasi dalam tangki penyemprot. Bukti tersebut lebih kuat jika pola ini berulang pada interval yang berhubungan dengan tiap muatan baru. 2. Bagaimana riwayat dari lahan yang bermasalah tersebut? Contohnya, program pemupukan apa yang diberikan, urutan penanaman, persiapan tanah, pH tanah, zat organik dan tekstur tanah, dan sumber biji? 3. Bagaimana kondisi cuacanya (suhu, kelembaban, curah hujan, angin) pada saat herbisida diberikan? 5.9 Kaliberasi Supaya daya kerja efektif, perlu diperhitungkan dengan tepat volume dari cairan yang telah dicampur/dilarutkan atau dengan kata lain perlu diadakan kaliberasi (penentuan jumlah volume cairan per hektar yang harus di semprotkan dari alat penyemprot yang akan digunakan). Faktor paling menentukan aktivitas herbisida adalah jumlah bahan aktif yang dipergunakan per hektar dan faktor kedua adalah kebutuhan jumlah bahan pelarut per hektar. Volume semprotan per hektar (volume rate) ditentukan oleh faktor output nozel, jarak antar nozel, tekanan dan kecepatan menyemprot. Secara empiris kaliberasi dapat dijalankan dengan salah satu dari dua cara sebagai berikut :

110 Suatu luasan yang telah diketahui luasnya disemprot secara merata (dengan menggunakan air), dan dengan mengukur jumlah volume yang digunakan itu, maka jumlah volume per hektar dapat dihitung. Volume semprotan (total) yang dikeluarkan nozel, alat penyemprot pada satu satuan waktu ditentukan dan jumlah volume yang akan digunakan per hektar pada waktu yang dibutuhkan dapat dihitung. Suatu contoh sebagai berikut : Dengan menggunakan knapsack sprayer, isilah 10 lt air dan semprotkanlah air itu secara merata tepat pada luasan tanah 100 m2, seperti bila orang menyemprotkan herbisida. Setelah selesai ukurlah yang tersisa dalam alat penyemprot dan dari situ hitunglah berapa liter air yang terpakai dan kalikanlah dengan 100, maka akan terdapat volume yang diperlukan untuk per hektar. Suatu contoh dengan cara kedua adalah menggunakan alat semprotan yang dinaikkan pada trator, isilah tanki dengan air dan semprotkan sampai semua nozel yang terdapat pada boom bekerja baik, kemudian matikan dulu. Tempatkan gelas/piala di bawah semua nozel dan kemudian semprotkan lagi sampai jumlah air yang terdapat pada gelas/piala pada setiap nozel mudah diukur dan matikan semprotan. Lihat berapa lamanya alat penyemprot disemprotkan dan ukur volume total yang dikeluarkan semua nozel. Katakanlah volume 12,4 lt, waktu 1 menit, panjang boom 10 m dan kecepatan menyemprot 8 km/jam, maka luasan yang akan disemprotkan dalam satu jam = 8000 x 10 m2 = 8 ha; waktu yang diperlukan untuk menyemprot 1 ha = 1/8 jam = 7,5 menit; volume yang diperlukan per hektar = 7,5 x 12,4 lt = 93 lt/ha. Salah satu rumus untuk perhitungan adalah sebagai berikut : GPH GPA = MPH x NSI x 0,01 GPA GPH MPH NSI = gallons per acre = galons per haour nozzle = sprayer speed in miles per hour = nozzels spacing in inches dimana

You might also like