You are on page 1of 16

MAKALAH

PERANAN AGAMA DAN PSIKOLOGI DALAM MELAKSANAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bimbingan Dan Konseling yang Dibimbing Oleh : Drs. Sarwan, M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 4 Siti Rofah Moh. Sobri Muhammad Taufik : 084 081 272 : 084 091 128 : 084 081 199

Muhammad Mukhlas : 084 091 133 Abdul fatahilLah : 084 073 253

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JEMBER


Desember, 2011 BAB I PENDAHULUAN
Latara Belakang Menurut pendapat para ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan kelakuan dan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian tumbuh dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada pengaruh terhadap kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan kepribadian. Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi Pendidikan dalam program bimbingan dan konseling akan membuat konselor paham akan perkembangan dan pertumbuhan individu, perkembangan karir, dan perbedaan budaya. Pemahaman mengenai diri siswa seutuhnya dalam upaya mengembangkan karir membuat bimbingan dan konseling bersinggungan dengan ranah psikologi dan agama. Rumusan Masalah

Bagaimana ajaran islam yang berkaitan dengan bimbingan konseling ? Bagaimana pendekatan islam dalam melaksanakan bimbingan dan konseling ? Bagaimana peranan psikologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling ? BAB II PEMBAHASAN Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (Problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :

y9$#ur b) z`|SM}$# "s9 Az w) t%!$# (#qZtB#u (#q=Jtur Mys=9$# (#q|#uqs?ur d,ys9$$/ (#q|#uqs?ur 99$$/
Artinya: Demi masa, sesunguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman fa mengerjakn amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehait kesabaran (QS. Al-ashr : 1-3) Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.

Aq)tur t%!$# (#rxx. Iwqs9 tAR& mn=t pt#u `iB mn/ 3 @% c) !$# @ `tB !$to kuur ms9) `tB

Artinya : Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan1 siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya", (QS.) Dari ayat-ayat diatas sehingga dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai bimbingan dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi. Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayatayat berikut :

3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<) :$#` s tbrB'tur $rpRQ$$/ tbqygZtur `t s3YJ9$# 4 y7s9'r&ur Nd cqs=J9$#
Artinya : Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran:104) Sedangkan pada beberapa Hadits yang berkaitan dengan arah
1 Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami
petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

perkembangan anak yang artinya adalah sebagai berikut :Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR Baihaqi) Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini : Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik. Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.

st !$# t%!$# (#qZtB#u N3ZB t%! $#ur (#q?r& zO=9$# ;My_uy 4 !$#ur $yJ/ tbq=yJs? 7yz
Artinya:

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS AlMujadalah 58:11) Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pendekatan Islami dalam pelaksanaan bimbingan konseling dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras. namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat. Memiliki Prinsip Kepemimpina, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Quran Al Karim. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada Hari Kemudian Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada Ketentuan Allah Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu Dua Kalimat Syahadat, Kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu Shalat lima waktu, dan Ketiga, memiliki

kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling. Allah berfirman :

3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<)` s :$# tbrB'tur $rpRQ$$/ tbqygZtur `t s3YJ9$# 4 y7s9'r&ur Nd cqs=J9$#
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar2 merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali-iran: 104) Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut homo divians yaitu mahluk yang berkeTuhan-an, bebarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans). Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (Homo Religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT :

O%r's y7yg_ur e$#9 $ZZym 4 |Nt !$# L9$# tss }$Z9$# $pk n=t 4 @ 7s? w
2 Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

,=y9

!$#

9s

e$!$#

Ohs)9$#

3s9ur usY2r& $Z9$# w tbqJn=t


Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Q.S. Ar-Rum : 30) Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamaya, dalam hal ini Agama Islam. Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Al-quran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT. Semangat ajaran memimbing ini bahkan tertuang dalam al-quran secara khusus dalam surat al-hujara, yang menurut para ahli tafsir, surat ini dinamakan sebagai surat al-muaddibah, yakni tatacara bergaul dengan sesama umat manusia. Jadi, sangat jelas bahwa peran agama tentunya yang diyakini oleh umatnya, sangat berpengaruh pada kepribadiaannya. Dengan begitu, peran agama dalam kegiatan bimbingan dan konseling, tentu sangat besar, terutama dalam bentuk aspek kepribadian dan kejiwaan seseorang. Peranan Psikologi Dalam Melaksankan Bimbingan Dan Konseling Secara teoritis, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara

umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling,yatiu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya dan landasan ilmu pengetahuan (ilmah) dan tekhnologi. Khusus terkait dengan landasan psikologis dalam kegiatan bimbingan dan konseling, akhmad sudrajad memaparkan bahwa landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu di kuasai oleh konselor adalah sebagai berikut: Motif dan Motivasi Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motifmotif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan. Pembawaan dan Lingkungan. Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan dikembangkan dan pada dasarnya bersifat potensial dan yang perlu untuk mengoptimalkan mewujudkannya

bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan

lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersiasiakan. Perkembangan Individu. Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat Belajar. Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun arah perkembangan individu itu dimasa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

psikomotor/keterampilan. Kepribadian Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) yang dikutip oleh anas salahudin (Bimbingan dan Konseling: 2010), menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) yang dikutip oleh anas salahudin 2010 mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi

Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) yang di kutip oeh anas salahudin mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yaitu di antaranya mencakup : Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.

Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Dengan demikian, psikologi psikologi terlihat sangat dominan dalam memainkan peranannya dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

BAB III PENUTUP Kesimpulan ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling

dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini :

y9$#ur b) z`|SM}$# "s9 Az w) t%!$# (#qZtB#u (#q=Jtur Mys=9$# (#q| #uqs?ur d,ys9$$/ (#q|#uqs?ur 99$$/
Artinya: Demi masa, sesunguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman fa mengerjakn amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehait kesabaran (QS. Al-ashr : 1-3) Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dalam islam terkait pelaksanaannya, pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga pendekatan untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu Dua Kalimat Syahadat, Kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu Shalat lima waktu, dan Ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Prinsip dan langkag tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Terkait dengan peranan psikologi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya

(klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspekaspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana. http://duniapsikologi.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u= %2Fjournal%2Fitem Salahudin Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling, bandung: Pustaka Setia. Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung.

Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang.

You might also like