You are on page 1of 17

MAKALAH

DINAMIKA KELOMPOK

OLEH :
1) HASTATIK MUSYARAFAH 2) MUKADI

UNIVERSITAS INSAN UNGGUL SURABAYA 2011

1.

Pengertian Dinamika Kelompok Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok. Pengertian dinamika Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika anggota juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara kelompok dengan kelompok secara

keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Pengertian kelompok Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok: Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya Adanya saling menghargai pendapat anggota lain Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari dua orang atau lebih Berinteraksi satu sama lain Saling membagi beberapa tujuan yang sama

Melihat dirinya sebagai suatu kelompok

Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pengertian dinamika kelompok Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain: Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota kelompok. Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai ice breaking. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut storming. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota

kelompok, proses ini disebut norming. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut performing. Secara singkat proses dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:

Individu

Ice Breaking

Storming

Forming

Performing

Norming

Alasan pentingnya dinamika kelompok: Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif 2. Arti Dan Pentingnya Keterbukaan Diri Pembukaan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tenggapan kita di masa kini (Jhonson, 1981). Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detail-detail intim dari masa lalu kita. Mengungkapkan hal-hal yang sangat pribadi di masa lalu kita dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat. Menurut Jhonson (1981), pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu: bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain. Menurut Jhonson (1981), bebarapa manfaat dan dampak pembuakaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. 2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita. 3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat. 4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain. 5. Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik. 3. Jendela Lokasi Teori Self Disclosure sering pula disebut Jendela Johari merupakan dasar untuk menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi. Jendela Johari ini terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Bingkai 1. Bidang Terbuka yang menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan ini disebabkan dua pihak (saya dan orang lain), samasama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan. Bidang terbuka ini merupakan suatu bingkai yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antar pribadi. Bingkai 2. Bidang Buta yang menunjukkan orang yang tidak mengetahui banyak tentang dirinya sendiri, sementara orang lain banyak mengetahui tentang dia. Bingkai 3. Bidang Tersembunyi yang menunjukkan keadaan bahwa pelbagai hal diketahui diri sendiri, namun tidak diketahui orang lain. Bingkai 4. Bidang Tidak Dikenal yang menunjukkan keadaan bahwa pelbagai hal tidak diketahui diri sendiri dan orang lain.(Alo Liliweri : 1997 : 49-52) 4. Pemahaman Umpan Balik Umpan balik dari orang lain yang kita percaya memang dapat meningkatkan pemahaman diri kita, yakni membuat kita sadar pada aspek diri serta konsekuensi prilaku kita yang tidak pernah kita sadari sebelumnya (Jhonson, 1981).

Tujuan dari umpan balik adalah memberikan informasi konstruktif untuk menolong kita menyadari bagaimana perilaku kita dipersepsikan oleh orang lain dan mempengaruhinya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu menunjukkan kepada kita bahwa perilaku kita tidak atau belum se-efektif sebagaimana kita harapkan, sehingga kita dapat mengubahnya agar lebih efektif. Sebaliknya, kita memberikan umpan balik kepada orang lain apabila kita mengungkapkan cara kita menanggapi perilakunya, sangat penting diperhatikan agar cara kita memberikan umpan balik jangan sampai bersifat menyerang atau menyinggung perasaan si penerima, sebab hal itu akan membuatnya defensif atau menutup diri. 5. Teknik teknik membina Dinamika Kelompok Developing Group Cohesion Teori tentang urutan dan nama dari setiap tahap sangat banyak.. Banyak model, akan tetapi bagaimanapun hasil penting dari hubungan interpersonal tentu harus dicapai dalam kelompok manapun untuk memperpanjang keberadaan sebuah kelompok. Anggota pada banyak kelompok harus, sebagai contoh menemukan siapa anggota kelompok yang lain, mencapai sebuah tingkat saling ketergantungan, dan menguraikan konflik. Oleh karena itu banyak model memasukkan tahapan tahapan yang ada dibawah ini. Pada permulaannya kelompok harus mulai mengarahkan yang lain pada tujuan tertentu, kemudian mereka akan sering menemukan konflik, dan mencari beberapa solusi untuk memperbaiki kelompok. Dalam fase ketiga kelompok dapat bermain sebagai sebuah kesatuan untuk mencapai tujuan. Dan pada tahap terakhir rangkaian tahapan perkembangan kelompok berakhir pada tahap istirahat. Pertumbuhan Dan Perkembangan Kelompok Kelompok dapat dibentuk, tetapi kelompok juga dapat bubar. Misalnya, kelompok belajar pada suatu waktu dibentuk, tetapi kalau sudah dianggap cukup atau tujuan telah tercapai, maka kelompok pun dapat bubar. Namun, ada kelompok yang sulit untuk bubar, misalnya kelompok keluarga.

Kelompok terbentuk karena adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan, sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya. Kelompok merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses

dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut: 1. Adaptasi Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu 2. Pencapaian tujuan Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya. Perkembangan tiga tahap, yaitu: a. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana

komunikasi dalam kelompok. Perkembangan kelompok dibagi menjadi

berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota. b. Tahap Fungsional Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok. c. Tahap Disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok. Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu: a. Fase orientasi Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan

persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual. b. Fase bekerja Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka. c. Fase terminasi Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada

perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau

puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok). Teori Bruce W. Tuckman Tuckman perkembangan mengidentifikasikan suatu kelompok, lima tahapan untuk melihat norming,

yaitu

forming,

storming,

performing, dan adjourning (Johnson dan Johnson, 2000). 1. Tahapan forming merupakan suatu tahapan di mana anggota kurang yakin untuk menentukan tempatnya dalam kelompok serta prosedur dan aturan-aturan dalam kelompok. 2. Tahapan storming, mulai timbul berbagai macam konflik karena anggota menentang pengaruh kelompok dan kurang sesuai dalam menyelesaikan berbagai macam tugas. 3. Tahapan norming, kelompok membuat beberapa konsensus mengenai peran, struktur, dan norma yang digunakan sebagai acuan dalam berperilaku yang tepat. Dalam periode ini, komitmen dan kohesi meningkat. 4. Tahapan performing, anggota kelompok menjadi cakap dalam kerja sama untuk pola kerja samanya. 5. Tahapan adjourning, kelompok menjadi bubar.

Teori Johnson dan Johnson Menurut Johnson dan Johson (2000), sebenarnya apa yang

dikemukakan Tuckman dengan segala revisinya termasuk dalam group leader yang pasif dan nondirective di mana pimpinan tidak berusaha mengadakan intervensi dalam kelompok. Padahal dalam kelompok pada umumnya terdapat koodinator, team leader, atau instruktur yang berusaha agar fungsi kelompok produktif. Dalam mengaplikasikan konklusi Tuckman dalam kelompok, Johnson dan Johson (2000) mengidentifikasikan adanya tujuh tahapan dalam perkembangan kelompok, yaitu :

1. Defining and Structure Prosedure Apabila kelompok mulai, umumnya para anggota mulai memusatkan perhatiannya pada hal yang menyangkut dirinya mengenai hal-hal apakah yang diharapkan pada mereka dan mengenai tujuan kelompok. Anggota kelompok ingin mengetahui apa yang akan terjadi, apa yang akan diterimanya, bagaimana kelompok akan berfungsi, dan bagaimana anggota kelompok yang lain. Anggota kelompok mengharapkan pimpinan menjelaskan fungsi kelompok, apakah kelompok akan dapat memberikan ketenteraman bagi anggota dan apakah akan dapat memenuhi apa yang mereka harapkan. Berkaitan dengan hal itu, pemimpin dalam pertemuan yang pertama kali perlu memberikan penjelasan tentang prosedur yang digunakan, tujuan kelompok, menciptakan saling bergantung dari para, mengorganisasikan kelompok dan menyertakan dimulainya kerja kelompok. 2. Conforming to Procedures and Getting Acquainted Para anggota kelompok menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditentukan, menyesuaikan dengan tugas, serta mengenal satu dengan yang lain agar menjadi familier dengan prosedur yang ada dan dapat mengikutinya dengan mudah. Mereka dapat mengenal kelebihan dan kekurangan anggota lain. Dalam tahapan ini, par anggota bergantung pada pipinan dalam hal pengarahan dan penjelasan tujuan serta prosedur kelompok. Selanjutnya, pimpinan pun menjelaskan norma kelompok yang perlu diikuti oleh para anggota. 3. Recognizing Mutually and Building Trust Anggota kelompok menyadari mengenai saling bergantung satu dengan yang lain dan membentuk kepercayaan (trust) satu dengan yang lain. Dalam tahapan ini pula, para anggota membentuk kebersamaan, senasib sepenanggungan. Anggota mulai bertanggung jawab satu dengan yang lain serta melakukan performa dan perilaku yang tepat. Dlam periode ini, kepercayaan antara anggota satu dengan yang lain terbentuk melalui pengungkapan (disclose) pikiran, ide, perasaan, dan respons yang bersifat penerimaan, mendukung dan saling mengungkapkan satu dengan yang lain.

4. Rebelling and Differentiating Tahapan ditandai anggota kelompok yang menentang pimpinan dan prosedur yang telah ditentukan. Kemudian, mereka membedakan dirinya dengan anggota lain, sehingga menimbulkan perpecahan dan konflik. Dalam perkembangan kelompok, tahapan demikian sebenarnya sudah dapat diprediksi, tetapi dapat berlangsung dengan cepat atau lambat. Seorang pemimpin dapat memprediksi terjadinya penentangan

terhadap pemimpin dan prosedur yang telah digariskan dalam kelompok serta kemungkinan terjadinya konflik dalam kelompokk pada perjalanan perkembangan kelompok. Dalam hal ini, pemimpin harus dapat bertindak bijaksana. 5. Committing to the Groups Goals and Procedures Dalam tahapan ini, ketergantungan pada pimpinan dan konformitas pada prosedur beralih pada ketergantungan pada anggota lain dan komitmen personal terhadap kolaboratif dari pengalaman. Jiwa kelompok berubah dari pimpinan ke kita (our). Norma kelompok menjadi terinternalisasi. Motivasi menjadi lebih intrinsik daripada ekstrinsik. Lebih lanjut, anggota menjadi komit terhadap prosedur dan menerima tanggung jawab untuk memaksimalkan kinerja semua anggota kelompok. 6. Functioning Maturely and Productivity Dalam tahapan ini, kelompok telah menjadi dewasa, otonom, dan produktif, sehingga terbentuklah identitas kelompok. Anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan kelompok yang bervariasi dan menghadapi konflik dalam secara positif. Dalam hal ini, pemimpin lebih sebagai konsultan dalam kelompok daripada pengarah. Hubungan para anggota kelompok terus berkembang atau meningkat dan demikian pula antara pemimpin anggota. Dalam keadaan yang demikian, semua kriteria sebagai kelompok efektif dapat dipenuhi. Namun demikia,, banyak kelompok yang tidak dapat sampai ke tahapan ini. 7. Terminatinating

Dalam

tahapan

ini,

kehidupan

kelompok

berakhir.

Dengan

berakhirnya kelompok, para anggota pergi meninggalkan kelompok sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Masing-masing membawa apa yang telah dialaminya untuk mengarungi pengalaman yang baru. Sehingga jika dilihat dalam tabel teori Tuckman dan Jhonson membagi perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai berikut: Fase Perilaku Tim Perilaku pemimpin Orientation Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi instruksi, membuat skema tujuan Forming Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan komunikasi, mulai termotivasi Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif, mendorong adanya partisipasi Storming Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan Norming Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab,

interaksi tim efektif, resolusi konflik Fokus pada tujuan, menyertai proses, memberikan dorongan pada tim Performing Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah Beraksi seperti anggota kelompok, dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil Terminating Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.

Siklus Perkembangan Kelompok Banyak ilmuan percaya bahwa kelompok melalui setiap tahapan tidak hanya sekali. Para ilmuan tadi berpendapat bahwa hal tersebut pasti berpengaruh terhadap interaksi kelompok selama melalui fase-fase perkembangan kelompok. Sebagai untuk contoh dalam model ekuilibrium antara Bale perkembangan tugas dan

kelompok didasari atas pikiran bahwa anggota kelompok mengusahakan memelihara keseimbangan mengerjakan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dengan kelompok. Jadi, Bales membantah bahwa kelompok yang sudah matang cenderung kembali dan seterusnya diantara apa yang disebut Tuckman tahap Norming dan Forming: Sebuah periode untuk memperpanjang usaha kelompok harus diikuti periode aktivitas pembentukan kohesi interpersonal. Teori Punctuated equilibrium setuju dengan pandangan Bales, tapi menambahkan bahwa kelompok relatif sering melalui periode dengan perubahan yang cepat. Consequences Of Cohesion Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan kelompok dan

intensitasnya mempengaruhi anggota, dinamika kelompok dan performa kelompok baik dalam hal positif dan negatif. Sebagai contohnya pada tahun 1932-1940, para pria dan wanita dari Disney studio merasa sangat puas dengan kelompoknya, ketika kelompoknya itu adalah kelompok yang bersatu daripada yang tidak. Dan hal tersebut dipandang sebagai suatu kenyamanan hidup tersendiri. Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang lebih positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerima tujuan, keputusan dan norma kelompok. Selanjutnya, penyesuaian terhadap tekanan akan lebih banyak pada kohesivitas kelompok, sehingga penolakan individu pada tekanan tersebut akan melemah.

Namun ternyata kohesivitas kelompok tidak hanya membawa hal yang positif saja. Kohesivitas kelompok juga dapat meningkatkan proses yang negatif seperti permusuhan dan penyebab kesalahan. Contohnya : Kelompok kohesif dan nonkohesif dihadapkan pada masalah yang tidak ada solusinya. Disaat seluruh kelompok menunjukkan frustasinya, koalisi justru ditunjukkan oleh kelompok nonkohesif. Sementara kelompok kohesif menunjukkan frustasinya sebagai agresi pribadi seperti : bermusuhan, joking hostility dan dominansi pribadi. Application: Work Team Teamwork proses dinamik yang menggambarkan kecenderungan sebuah kelompok yang tetap bersatu dan tetap pada kebersamaan tujuan dan sasaran (Carrron, 1982, p. 124). Suatu eksperimen yang dilakukan di sebuah perusahaan dimana dikondisikan sebagai bagian dari kelompok kecil. Prosesnya dengan mengubah karakteristik fisik dari lingkungan kerja. Ternyata hal tersebut dapat mempengaruhi produktifitas. Hasilnya, seseorang tidak mau bekerja keras karena ruangannya dirubah (karena merasa bukan lagi suatu kelompok kohesif). Tim itu harus memiliki kualitas dasar, kualitas dasar yang harus dimiliki semua kelompok adalah : 1. Interaction, interaksi anggota tim adalah berupa kerjasama dan koordinasi. Beberapa anggota bekerja sama, menggabungkan kualitas individu dengan berbagai pertimbangan. 2. Structure, tim adalah struktur grup. Norma grup, peran anggota yang spesifik dalam kelompok dan pola komunikasi yang didapatkan secara terbuka. 3. Cohesiveness, tim merupakan hubungan yang terikat antara satu anggota dengan anggota yang lainnya, khususnya dalam pemahaman bahwa anggota merupakan suatu kesatuan dalam usahanya untuk menjalankan tujuan-tujuan yang sama.

4. Social Identity, anggota tim itu harus saling mengenal antar anggota yang lainnya dalam satu kelompok dan merasa bahwa kelompok itu lebih besar daripada jumlah anggota individu. 5. Goals, tim berorientasi pada tujuan. Pasangan tim saling tergantung berdasar atas koordinasi dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama. Tim cenderung untuk menjadi bagian organisasi luas, dan

menyatakan bahwa mereka bekerja dan mengambil keputusan mereka dapat membuat pengaruh yang besar. Anggota tim yang spesifik biasanya memiliki spesifikasi atau spesialisasi pengetahuan, skill, dan kemampuan tersebut mereka kontribusikan pada kelompok dan kesuksesan suatu kelompok bergantung pada gabungan kualitas individu yang sangat efektif. Tim juga sering bekerja dibawah tekanan seperti, pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan, waktu yang terbatas, dan bersaing dengan kelompok lain. Team Building Membangun sebuah tim dimulai dari asumsi bahwa kesuksesan dari hasil suatu kelompok berasal dari kolaborasi atau gabungan kualitas individu yang saling tergantung dan berkembang secara terus menerus. Bagaimana mengorganisasikan tim menjadi lebih baik, ahli sumber daya manusia menawarkan suatu susunan subesti dan intervensi untuk merubah suatu kelompok pada tim. 1. Goal Setting, melihat tujuan suatu kelompok dan mereka akan menjalankan fungsinya menjadi lebih efektif jika tujuannya jelas untuk anggotanya. 2. Role Definition, Tim cenderung bekerja lebih efisien jika anggotanya mengerti dan memahami tentang kepentingan perannya. 3. Interpersonal Proces Analysis, anggota harus belajar untuk mengkoordinasikan usaha-usaha mereka dengan anggota kelompok yang lainnya. Anggota mempelajari pola-pola komunikasi dan ketertarikan,

prosedur pengambilan keputusan, sumber kekuatan, norma sosial informal, dan variasi konflik antar anggota. 4. Cohesion Building, kekuatan kelompok dalam membangun moril sebuah tim adalah dengan membesarkan hati interpersonal, kerjasama dan mengembangkan sebuah identitas kelompok. 5. Problem Solving, anggota tim belajar untuk menggunakan metode pengambilan keputusan yang efektif dengan mengidentifikasi masalah dan solusi mereka. PENUTUP Demikianlah presentasi makalah dari kelompok kami tentang Keterbukaan Diri, semoga bermanfaat dan menjadi acuan kepada kami pemakalah dan umumnya kepada peserta diskusi. Kurang dan lebihnya kami mohon maaf, apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun penyampaiannya.

Daftar Pustaka 1. Hare,1982; Lacoursiere, 1980; wheelan,1994,Developing Group Cohesion 2. Kohesivitas dan Perkembangan Kelompok http//dinkelpsiunair.blogspot.com 3. Salya, Perilaku Kelompok, dalam http//:diskelfeunpad.blogspot.com 4. Bales,1965; Bales & Cohen, Eith eilliamson, 1979 5. Bales, loc. Cit, 1967 6. Triyasa,Pembentukan KelompokSosial, http://erwientriyasa.blogspot.com/2010/05/ 7. Adhitya,Perkembangan Masyarakat Multikultural, http://sosiologiadhityasmansa.blogspot.com/2010/02/blog-post.htm

You might also like