You are on page 1of 51

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Proses Penjernihan Air IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya 4.1.1 Pengolahan air baku Proses pengolahan air minum merupakan proses yang terstruktur dan terorganisasi dengan baik. Air baku memegang peranan yang sangat penting dalam pengolahan air minum. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan merencanakan pengolahan air minum antara lain : 1. Kualitas air baku harus diperiksa secara berkala (sekurang-kurangnya pada musim hujan dan musim kemarau) 2. Mengetahui kualitas air baku dan membandingkan dengan standar kualitas air minum yang berlaku 3. Menentukan parameter-parameter yang diperlukan dengan pengolahan air minum 4. Menentukan beberapa alternatif pengolahan air minum yang mungkin dapat dilakukan 5. Memilih alternatif pengolahan air minum tersebut dengan mempertimbangkan beberapa faktor : : Batch process, misalnya alat jar test, column test. Continuous process, misalnya dengan pilot plant, membuat unit pengolahan skala kecil. Ekonomis Tersedianya bahan-bahan kimia atau peralatan Kemudahan pengangkutan ke lokasi pengolahan Kemudahan pengoperasian Melakukan penelitian pengolahan di laboratorium sampai

mendapatkan hasil yang memuaskan, percobaan ini dapat dilakukan secara

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

6. Perencanaan

sistem

pengolahan

air

minum

dengan

berdasarkan

pertimbangan hasil-hasil percobaan pengolahan di laboratorium. 4.1.2 Jenis pengolahan air baku Pengolahan air minum dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsurunsur yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang berlaku. Pengolahan air minum adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk memberikan perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu sumber air menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar aman dipergunakan oleh masyarakat pemakai air minum. Dalam pengolahan air minum dikenal 3 jenis pengolahan air antara lain : 1. Pengolahan Fisik Merupakan pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi kotoran kasar seperti benda-benda terapung, pasir, sampah, dan zat organik yang ada di dalam air baku. Proses pengolahan ini adalah Bar Screen, sedimentasi dan filtrasi. 2. Pengolahan Kimiawi Merupakan pengolahan yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran di dalam air baku dalam bentuk koloidal, menghilangkan dan memperbaiki unsur-unsur kimia yang tidak dikehendaki yang terdapat di dalam air dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia. Proses pengolahan kimiawi adalah seperti aerasi, koagulasi, flokulasi, dan netralisasi. 3. Pengolahan Bakteriologis Merupakan pengolahan yang bertujuan untuk memusnahkan bakteri atau mikrobiologi yang terkandung di dalam air dengan cara pembubuhan desinfektan. 4.1.3 Tahapan penjernihan air Proses penjernihan air secara ringkas ditunjukkan pada gambar 4.1.

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Gambar 4.1 Diagram Proses Penjernihan Air

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Sumber air baku yang digunakan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karang Pilang Surabaya adalah dari Kali Surabaya. Air baku ini masuk melewati screener sebagai tahap penyaringan awal untuk memisahkan air dengan minyak. Air baku yang telah melewati screener masuk ke dalam pompa intake yang akan mendorong air masuk ke dalam aerator. Dalam aerator terjadi proses aerasi yang bertujuan untuk : 1. meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air (Dissolve Oxygen) 2. menguraikan zat-zat pencemar 3. menghilangkan bau pada air baku Hasil keluaran (output) dari proses aerasi kemudian masuk kedalam bak prasedimentasi (inlet prased) dimana dalam proses ini terjadi pemisahan partikel kotoran padat pada air baku. Partikel-partikel dengan ukuran besar akan mengendap dengan sendirinya secara gravitasi pada dasar bak prasedimentasi. Hasil dari prasedimentasi (outlet) selanjutnya masuk ke dalam proses pengadukan cepat (mixer). Pada tahap mixer ini terjadi koagulasi dan flokulasi akibat dari penambahan bahan kimia yang berupa tawas dan polielektrolit. Selanjutnya outlet mixer masuk kedalam bak clarifier untuk mengendapkan partikel yang telah terflokulasi dan mengakumulasikannya menjadi lumpur, sehingga terjadi pemisahan air bersih dari flok dengan perantara tube settler sebelum proses filtrasi. Tahap selanjutnya adalah proses filtrasi yang bertujuan untuk memisahkan partikel kotoran dari air dengan batasan kekeruhan tertentu, sehingga air yang keluar dari filter memenuhi standar kekeruhan kualitas air minum (1-5 NTU). Tahap terakhir adalah penambahan gas klor. Untuk memenuhi persyaratan bakteriologis dalam air minum dilakukan proses desinfeksi dengan prinsip klorinasi. Selanjutnya air yang telah diklorinasi ditampung dalam reservoir sebelum didistribusikan ke pelanggan. 4.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengolahan air 1. Sifat kimia Jika alum atau tawas dibubuhkan dalam air akan terjadi reaksi hidrolisis yaitu:
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

(Al(H2O)6)3+ + H2O Al(H2O)5(OH)2+ + H3O+ Al(H2O)5(OH)2+ + H2O Al(H2O)4(OH)2 + H3O+ Hidrolisa alum atau tawas dalam air tergantung pada pH rendah sehingga muatan menjadi positif, oleh karena itu jika pH tinggi maka muatan akan menjadi negatif. 2. Sifat fisika. Jika suhu turun maka viskositas akan turun sehingga kecepatan pengendapan flok akan naik. Kesukaran yang timbul karena temperatur yang dingin dapat diatasi dengan penambahan koagulan untuk menaikkan densitas flok dan koagulan, dan menaikkan dosis koagulan tidak hanya menaikkan kemungkinan tumbukan dari partikel tetapi juga akan mengubah pH. Namun proses koagulasi akan lebih baik bila mendekati pH optimum untuk air pada temperatur rendah 3. Pengaruh pencampuran Pada proses koagulan diperlukan pengadukan cepat, hal ini penting untuk mendistribusikan koagulan dan memelihara tumbukan antar partikel koagulan dengan partikel dalam air. 4.2 Proses Pengujian Kualitas Air Baku dan Air Produksi IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya 4.2.1 Proses Pengujian Kualitas Air Baku dan Air Produksi Pengujian terhadap kualitas air baku dan air produksi rutin dilakukan oleh IPAM Karangpilang II PDAM Kota Surabaya.Hal ini bertujuan untuk memantau secara kontinyu kondisi air baku dan air produksi.Selain itu juga berfungsi untuk mencari solusi yang tepat dalam memproduksi air deengan kualitas memenuhi peraturan MENKES RI apabila kondisi air baku buruk.Hasil pengujian ini selanjutnya akan dilaporkan ke kantor pusat PDAM Kota Surabaya.

4.2.2 Mekanisme analisa kualitas air Proses analisa kualitas air diawali dengan pengambilan sampel, yaitu air baku, air sumber air, air di unit pengolahan, air produksi, dan air distribusi.
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Sampel air membutuhkan perlakuan pendahuluan, seperti penyimpanan atau pengawetan sampel sebelum dilakukan proses analisa. Secara ringkas, mekanisme analisa kualitas air disajikan pada gambar 4.2.
ANALISA SAMPEL AIR Preparasi sampel Pembuatan reagen atau media Cek peralatan Kalibrasi peralatan Analisa parameter Parameter : Fisika, Kimia, dan Mikrobiologi

PENGAMBILAN SAMPEL Air baku Air sumber air Air di unit pengolahan Air produksi Air distribusi / pelanggan

PENYIMPANAN / PENGAWETAN SAMPEL

VERIFIKASI DATA HASIL ANALISA SAMPEL Kepala Laboratorium Kepala LITBANG

DISTRIBUSI LAPORAN KEPADA PIHAK TERKAIT

LAPORAN HASIL ANALISA KUALITAS AIR

Gambar 4.2 Mekanisme Analisa Kualitas Air Air baku sebelum diolah untuk didistribusikan ke konsumen terlebih dahulu diperiksa di laboratorium. Beberapa parameter yang digunakan untuk analisa air, baik air baku maupun air produksi dapat dilihat pada tabel 11. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Parameter Turbiditi DHL pH Alkalinitas Organik ( bil permanganat) Total Coli Fecal Coli Sisa Chlor Detergent Metode Nephelometri Konduktometri Konduktometri Titrasi Oksidasi dalam suasana asam Tabung ganda Tabung ganda Colorimetri Metilen blue Waktu Pelaksanaan Harian Harian Harian Harian Harian Seminggu 3X Seminggu 3X Mingguan Mingguan
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Warna DO Nitrit Ammonia Tembaga Besi Krom hexavalen COD Kalsium Magnesium Suhu Aluminium Sulfat Kesadahan

Spektrofotometri Winkler Sulfanilat Spektrofotometri Metode asam askorbat Spektrofotometri Spektrofotometri Refluks tertutup Titrasi Perhitungan Pemuaian Colorimetri Spektrofotometri Titrasi

Harian Harian Harian Harian Harian Harian Harian Mingguan Harian Harian Harian Bulanan Mingguan Harian

Tabel 11.Tabel Parameter yang Digunakan untuk Uji Kualitas Air 4.2.3 Standar Uji Air Minum Terdapat berbagai macam parameter untuk standar uji air

minum.Diantaranya uji fisika,kimia dan biologis. Air yang diukur dan dipantau di lapangan , sebagai acuan standar bakunya dibandingkan dengan standar baku mutu menurut peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, sehingga dapat dibandingkan angka parameter kulitas air di lapangan dengan standar baku yang diacu. 4.2.4 4.2.5 4.2.6 Syarat Mutu Air Baku Syarat Mutu Air Produksi Parameter Fisik Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika),seperti air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa,suhu antara 10-25 C (sejuk), dan tidak meninggalkan endapan. 4.2.6.1 Temperatur Keadaan temperatur atau suhu air di alam berkisar 3C.Misalnya bila suhu di alam suhunya sekitar 25C, maka suhu air tersebut masih dianggap baik dan diperbolehkan berkisar antara 22C-28C.Jika air yang di ukur di alam kurang dari 22C atau lebih tinggi dari 28C,maka telah terjadi pencemaran pada air tersebut.Sehingga air harus mengalami pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Metode dan Prinsip
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Metode yang digunakan yaitu pemuaian air raksa atau alkohol.Dan prinsipnya yaitu air raksa atau alkohol yang merupakan isi dari thermometer akan memuai atau menyusut dengan perubahan panas lingkungannya.Tingkat pemuaian dalam skala celcius menggambarkan kondisi panas lingkungannya.Temperatur sampel bisa berubah karena factor tempat( wadah), transport, dan perbedaan waktu yang signifikan, sehingga pengukuran temperatur air harus dilakukan secara insitu sewaktu sampling. Peralatan Alat yang digunakan yaitu thermometer raksa atau thermometer alcohol atau termistor pada elektroda Cara Pengukuran Temperatur 1. Bila menggunakan termistor elektroda maka menyalakan power dan menunggu kesetabilan termal alat 5-10 menit. 2. Pengukuran temperatur air bisa dilakukan langsung di badan air atau dengan tabumng sampel. 3. Termometer atau probe termistor dicelupkan kedalam badan air yang diukur,ditunggu sampai terjadi kesetimbangan termal antara thermometer dengan kondisi lingkungannya, ditandai dengan pembacaan konstan pada skala thermometer atau termistor. 4.2.6.2 Warna Warna memberi petunjuk jumlah benda yang tersuspensi dan terlarut.Warna air dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu warna sejati (True Color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut dan warna semu (Apparent Color) yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena adanya bahan-bahan tersuspensi termasuk diantaranya koloid. Analisis Warna Jenis Pengujian Metode Pengujian Alat/ Standar No. Seri Tgl Kalibrasi Terakhir Faktor Koreksi : Warna : Kalium Platina Chlorida : Spektrofotometer : 0016-007 : 16 Desember 2008 :2
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Metode dan Prinsip Untuk menganalisis warna digunakan spektrofotometri atau perbandingan visual.Sedangkan prinsipnya menggunakan warna sejati air dapat diperiksa dengan membandingkannya dengan larutan Pt-Co.Gangguan dalam analisis ini adalah warna semu karena zat-zat tersuspensi atau kekeruhan.Untuk menghilangkan atau meminimalkan gangguan maka sampel harus disaring sebelum diukur intensitas warnanya. Peralatan Labu ukur 50 ml,Kuvet,Spektrofotometri, kertas saring vakum Cara Kerja 1. Sampel disaring dengan pompa vakum 2. Setelah disaring sampel dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, lalu dianalisis dengan spektrofotometri 4.2.6.3 Kekeruhan Metode dan Prinsip Metodenya menggunakan visual 2100A Peralatan Satu unit alat turbidimeter HACH 2100A Cara Kerja 1. 2. 3. 4. Menyalakan alat turbudimeter HACH 2100A, dan membiarkan 510 menit. Memblanko alat dengan standart blanko yang tersedia. Standarisasi alat dengan standart yang tersedia. Mengocok sampel dan memasukkan kedalam tabung,mengeringkan bagian luar tabung dengan tissue dan kemudian meletakkannya di tempat yang tersedia pada alat dan menutupnya. 5. Mencatat skala yang ditunjukkan Perhitungan: Kekeruhan sebagai mg/l SiO2 dihitung dengan cara membaca pada skala yang ada pada kurva kalibrasi yang tersedia.
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

0,45 m dan pompa

dengan turbidimeter HACH

dan prinsip yang digunakannya yaitu dengan membandingkan

intensitas cahaya yang melalui larutan baku silica.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

4. Parameter Kimia 4.4.1 Penentuan DO (Dissolved Oxygen) Kadar oksigen terlarut dalam air atau limbah tergantug pada aktivitas fisik,kimia dan biokimia di dalam badan air.Analisa DO merupakan kunci pengujian dalam pencemaran air dan pengontrolan proses pengolahan air limbah.Analisa DO dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a. Metode Winkler Bahan dan Alat yang digunakan: 1. 2. 3. 4. Botol Winkler Buret,Statif dan Klem Pipet Karet Penghisap

Parameter yang digunakan 1. Larutan NHOH/ KI 34 gr NaOH + 10 gr KI dilarutkan dalam 100ml akuades 2. MnCl2 (40%) 80 gr MnCl2 dilarutkan dalam 120 ml akuades 3. Amomonium Phospat Pekat 4. Larutan Na Thio Sulfat dalam 1000 ml akuades Prosedur Penentuan 1. Memasukkan sampel air yang diperiksa kedalam botol winkler (250-310 ml) dengan menggunakan selang penghisap (biarkan over flow & jangan sampai terjadi gelembung udara) 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menambahkan 2 ml MnCl2 Menambahkan 2 ml NaOH/ KI pada dasar botol Menutup botol Winkler kocok hingga larutan homogeny Membiarkan mengendap, buang perlahan bagian yang jernih (endapan jangan sampai terbuang) Menambahkan 4 ml H3PO4 lalu dikocok Menyimpan diruang gelap 10 menit
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

8.

Mentitrasi dengan Na Thio Sulfat hingga warna kembali ke warna sampel semula Perhitungan DO (mg/l) =

b. Metode Test Kit Sampel yang berupa air baku ditambahkan 5 tetes reagen 1 dan 10 tetes reagen 3, 1 tetes reagen 4, tambahkan reagen 5 hingga warna larutan menjadi tidak berwarna.Saat tepat larutan menjadi tidak berwarna maka volume penambahan reagen 5 merupakan nilai DO yang terukur (ppm).

4.3.1.3 Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) Metode Gravimetri Prinsip Zat Padat Total Total Solid (TS) Filtrat Residu

Total Zat Padat Terlarut Total Dissolve Solid (TDS)

Total Padatan Tersuspensi Total Suspended Solid (TSS)

TDS Anorganik (550 C)

TSS Anorganik (550 C)

TDS Organik Peralatan 1. Furnice dengan 550C

TSS Organik

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

2. Oven dengan suhu 105C 3. Cawan Porselin 50 ml 4. Timbangan analitis 5. Desikator 6. Kertas saring bebas abu 7. Vacum filter

Cara Kerja A. Analisa Zat Padat Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Cawan dimasukkan ke dalam furnance 550C selama 1 Dinginkan dalam desikator selama 15 menit Ditimbang dengan timbangan analitis Sebanyak 25 ml sampel dituang ke dalam cawan yang telah Kemudian dimasukkan dalam oven 105C Didinginkan dalam desikator selama 15 menit Ditimbang dengan timbangan analitis Dihitung jumlah zat padat total dengan rumus berikut : jam, setelah itu dimasukkan ke dalam oven 105C selama 15 menit

ditimbang

Keterangan : a = cawan kosong setelah difurnance 550C dan dioven 105C b = cawan dan residu setelah dioven 105C c = volume sampel 9. 10. 11. 12. Zat padat total dibakat di dalam furnance dengan suhu Masukkan dalam oven 105C selama 15 menit Dinginkan dengan desikator selama 15 menit Timbang dengan timbangan analitis
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

550C selama 1 jam

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

13.

Hitung jumlah zat padat total organiuk dan anorganik

dengan rumus berikut :

Keterangan : d = berat cawan dan residu setelah pembakaran 550C B. Zat Padat Tersuspensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Cawan porselin dibakar dengan suhu 550oC selama 1 jam, setelah itu dimasukkan ke oven 105oC selama 15 jam. Memasukkan kertas saring ke oven 105oC selama 1 jam. Cawan dan kertas saring di atas didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Menimbang cawan dan kertas saring dengan timbangan analitis (e mg). Meletakkan kertas saring yang telah ditimbang pada vacum filter. Menuangkan 25 ml sampel di atas filter yang telah dipasang pada vacum filter, volume sampel yang digunakan ini tergantung dari kepekatannya, catat volume sampel (g ml). 7. 8. 9. 10. 11. menyaring sampel sampai kering atau airnya habis. Meletakkan kertas saring pada cawan dan dimasukkan ke oven 105oC selama 1 jam. Mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit. Menimbang dengan timbangan analitis (f mg). Menghitung jumlah Zat Padat Tersuspensi dengan rumus berikut: Zat Padat Tersuspensi (mg/l) = Keterangan : e f g = cawan kosong setelah difurnace 550oC dan dioven 105oC = cawan dan residu setelah dioven 105oC = volume sampel
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

X 1000

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

C. Zat Padat Tersuspensi Organik dan Inorganik 1. Kertas saring dan residu hasil analisa zat padat tersuspensi di atas, dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah dipanaskan 550oC dan ditimbang. 2. Cawan dan kertas saring dibakar dalam furnace 550oC selama 1 jam sampai tinggal abu, setelah itu dimasukkan ke dalam oven 105oC selama 15 menit. 3. Kemudian perlakuan selanjutnya ialah mendinginkan dalam desikator selama 15 menit. 4. Menimbang dengan timbangan analitis (h mg). 5. Menghitung jumlah Zat Padat Tersuspensi Organik dan Inorganik dengan rumus berikut: Zat Padat Tersuspensi Organik (mg/l) = Zat Padat Tersuspensi Inorganik = Keterangan : h = berat cawan, kertas saring dan residu setelah pembakaran 550oC D. Zat Padat Terlarut 1. 2. 3. selama 1 jam. 4. 5. 6. Didinginkan di dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang dengan timbangan analitis (k mg). Menghitung jumlah Zat Padat Terlarut dengan rumus berikut: Cawan porselin dibakar dengan suhu 550oC selama 1 jam, Menimbang cawan timbangan analitis (i mg). Mengambil seluruh filtrat dari sampel air yang sudah disaring setelah itu dimasukkan ke oven 105oC selama 15 menit. X 1000 X 1000

pada analisa Zat Padat Tersuspensi, Kemudian memasukkan ke oven 105oC

Zat Padat Terlarut (mg/l) = Keterangan

X 1000

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

i k

= cawan kosong setelah difurnace 550oC dan dioven 105oC = cawan dan residu setelah dioven 105oC

E. Zat Padat Terlarut Organik dan Inorganik 1. Cawan dan residu hasil analisa zat padat terlarut di atas, dibakar dalam furnace 550oC selama 1 jam, setelah itu dimasukkan ke dalam oven 105oC selama 15 menit. 2. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit 3. Ditimbang dengan timbangan analitis (l mg). 4. Menghitung jumlah Zat Padat Terlarut Organik dan Inorganik dengan rumus berikut: Zat Padat Terlarut Organik = Zat Padat Terlarut Inorganik = Keterangan : l = berat cawan, kertas saring dan residu setelah pembakaran 550oC Metoda Organoleptis test Prinsip Bau ditimbulkan adanya evaporasi dari zat-zat di dalam air yang mudah membentuk gas atau menguap dan memiliki bau yang tajam. Rasa ditimbulkan oleh adanya ion-ion atau zat yang ada dalam air. Tidak ada skala bau dan warna secara pengukuran eksak, sehingga didekati dengan uji leptis atau dengan indra penciuman dan indra perasa. Peralatan Indra pembau dan indra perasa Tabung reaksi atau cawan Reagen Air sampel 4.3.1.5 Daya Hantar Listrik Metode Konduktivitimetri
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

X 1000 X 1000

4.3.1.4 Bau dan Rasa

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Prinsip Daya hantar listrik disebabkan karena adanya ion-ion (kation maupun anion) dalam air, sehingga makin besar nilai DHL air, makin besar pula jumlah ion yang ada di dalamnya. DHL dinyatakan dalam umhos/cm. Nilai ini dipengaruhi oleh temperatur, karena kelarutan ion juga dipengaruhi temperatur. Peralatan Kondutivitimeter Termometer Cara kerja 1. Pembuatan Larutan Standar Kerja atau kalibrasi - Larutan baku kalium klorida (KCl) 0,01 M. Melarutkan 0,7456 gram KCl kering kedalam aquades sampai volume menjadi 1000 mL. Larutan tersebut mempunyai DHL 1.413 umhos/cm pada suhu 25 0C - Larutan baku KCl 0.1 M. Melarutkan 7,4560 gram KCl kering ke dalam aquades hingga volume menjadi 1000 mL. Larutan tersebut mempunyai DHL 12.900 umhos/cm pada suhu 25 0C - Larutan baku KCl 0,5 M. Melarutkan 37.2800 gram KCl kering ke dalam aquades hingga volume menjadi 1000 mL. Larutan teersebut mempunyai DHL 58.640 umhos/cm pada suhu 25 0C 2. Pengukuran air sampel - Menyalakan Konduktivitimeter, membersihkan probe dengan aquades. - Mengkalibrasi konduktivitimeter dengan ketiga larutan baku yang telah dibuat di atas. Memutar knop DHL untuk menyesuaikan pembacaan dengan larutan baku. - Membilas dengan aquades hingga benar-benar bersih, mengeringkan dengan tissue
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

- Mencelupkan pada air sampel, kemudian menunggu sampai display pembacaan stabil. Hasil pembacaan dalam dicatat dalam dokumen analisis. 4. Parameter Kimia 4.4.1 Penentuan DO (Dissolved Oxygen) Kadar oksigen terlarut dalam air atau limbah tergantug pada aktivitas fisik,kimia dan biokimia di dalam badan air.Analisa DO merupakan kunci pengujian dalam pencemaran air dan pengontrolan proses pengolahan air limbah.Analisa DO dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : c. Metode Winkler Bahan dan Alat yang digunakan: 5. 6. 7. 8. Botol Winkler Buret,Statif dan Klem Pipet Karet Penghisap

Parameter yang digunakan 5. Larutan NHOH/ KI 34 gr NaOH + 10 gr KI dilarutkan dalam 100ml akuades 6. MnCl2 (40%) 80 gr MnCl2 dilarutkan dalam 120 ml akuades 7. Amomonium Phospat Pekat 8. Larutan Na Thio Sulfat dalam 1000 ml akuades Prosedur Penentuan 9. Memasukkan sampel air yang diperiksa kedalam botol winkler (250-310 ml) dengan menggunakan selang penghisap (biarkan over flow & jangan sampai terjadi gelembung udara) 10. Menambahkan 2 ml MnCl2 11. Menambahkan 2 ml NaOH/ KI pada dasar botol 12. Menutup botol Winkler kocok hingga larutan homogeny 13. Membiarkan mengendap, buang perlahan bagian yang jernih (endapan jangan sampai terbuang)
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

14. Menambahkan 4 ml H3PO4 lalu dikocok 15. Menyimpan diruang gelap 10 menit 16. Mentitrasi dengan Na Thio Sulfat hingga warna kembali ke warna sampel semula Perhitungan DO (mg/l) = d. Metode Test Kit Sampel yang berupa air baku ditambahkan 5 tetes reagen 1 dan 10 tetes reagen 3, 1 tetes reagen 4, tambahkan reagen 5 hingga warna larutan menjadi tidak berwarna.Saat tepat larutan menjadi tidak berwarna maka volume penambahan reagen 5 merupakan nilai DO yang terukur (ppm). 8.4.2 COD (Chemical Oxygen Demand) Chemical Oxygen Demand (COD) ialah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dengan menggunakan Kalium Bikromat (K2Cr2O7) sebagai sumber oksigennya. Angka COD merupakan ukuran pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses biologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat dioksidasi melalui tes COD.Adapun zat-zat yang dapat dioksidasi oleh tes COD adalah sebagai berikut: 1. Zat organik yang biodegradabel (protein,gula dsb) 2. Selulosa dan sebagainya 3. N organis yang biodegradable maupun non biodegradable 4. Hidrokarbon aromatik Prosedur Kerja berikut: Metode: Refluks (Titrimetri) Prinsip:
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

untuk analisis COD dalam sampel adalah sebagai

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Prinsip dari analisa COD ini yaitu sebagian besar zat organic dioksidasi dengan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih: CaHbCc + Cr2O72- + H+ Zat Organis (Warna Kuning) E Ag2SO4 (Warna Hijau) CO2 + H2O + Cr3+

Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi.Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada didalam air buangan. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa setelah direfluks.Sisa K2Cr2O7 tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut dapat ditentuka melalui titrasi dengan fero ammonium sulfat (FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut: 6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe 3+ + 2Cr3+ + 7H2O Indikator Feroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi disaat warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat- merah.Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7. Peralatan dan Bahan: 1. Refluks 2. Erlenmeyer 250/ 500 ml 3. Kondensor Leybig 300 ml dengan sistem gram glass joint 4. Pipet,karet penghisap 5. Hot Plate 1,4 Watt/ cm2 6. Stirer 7. Buret Preaksi 1. Larutan Kalium Dikromat 0,25 N

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

12,259 gr Kalium Dikromat (PA yang dipanaskan 103C selama 2 jam) diencerkan dengan akuades sampai dengan 1000 ml. 2. Asam Sulfat pekat 3. Garam Mohr(Ferro Ammonium Sulfat 6 Hidrat) 98,035 gr FAS diencerkan sampai dengan 1000 ml akuades 4. Ferroinlosung 5. Mercury Sulfat Prosedur 1. Mengisi Erlenmeyer 1 dengan 20 ml akuades (Blank) 2. Mengisi Erlenmeyer 2 dengan 20 ml sampel air yang diperiksa 3. Menambahkan masing-masing Erlenmeyer 1&2 dengan: 0,4 gr Mercury Sulfat 25 ml Kalium Dikromat 30 ml Asam Sulfat Pekat 4. Memanaskan selama 2 jam dengan menggunakan pendingin balik (Refluks) 5. Mendinginkan, kemudian diencerkan sampai dengan 300 ml akuades 6. Masing-masing Erlenmeyer 1&2 ditambahkan 5 tetes indicator Ferroinlosung 7. Mentitrasi dengan garam Mohr hingga terjadi perubahan warna menjadi coklat the Perhitungan : ppm O2 =

4.4.3

Uji BOD

BOD atu kebutuhan oksigen adalah suatu analitis empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologi yang terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikan zat organic terlarut dan sebagian zat-zat organic yang tersuspensi dalam air.
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah. Jika air telah tercemar oleh zat organik, maka oksigen terlarut dalam air tersebut dihabiskan oleh bakteri. Proses oksidasi Prinsip : Pemeriksaan BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organic dengan oksigen di dalam air. Proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Hasil reaksi tersebut berupa karbon dioksida, air dan amoniak. Alat BOD Meter Botol BOD warna gelap (coklat) tersebut mengakibatkan matinya ikan-ikan sehingga menimbulkan bau b usuk pada perairan.

Stirer magnetik Botol Winkler 432 ml Karet penutup Bahan Kimia Prosedur 1. Mensterilkan semua peralatan yang akan digunakan dengan cara dicuci bersih, kemudian dibilas dengan air suling baik botol BOD, botol Winkler dan stirer magnetic serat karet penutup. 2. Alat yang dicuci disterilkan dengan Luminer Flow (lampu UV) selama 10 menit. 3. Memasukkan air sampel secara perlahan-lahan ke dalam botol Winkler BOD sampai tumpah.Dari botol Winkler dipindahkan kedalam botol BOD beserta stirrer magnetic. Sebagai indicator ditambahkan NaOH sebanyak 4 butir, lalu dimasukkan kedalam BOD meter dan ditunggu 10 menit sebelum ditutup dengan tube pada selang yang berasal dari tabung air
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

NaOH

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

raksa.Setelah 10 menit tube ditutup dan hasilnya dapat dilihat setelah 5 hari berikutnya.Hasil dibaca dengan skala air raksa. i.Pelunakan Air Sadah dan Analisa Kesadahan Pelunakan adalah penghapusan ion- ion tertentu yang ada dalam air dan dapat bereaksi dengan zat- zat lain sehingga distribusi air dan penggunaanya jadi terganggu. Kesadahan dalam air biasanya disebabkan oleh Ca2+, Mg2+, Mn 2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergent sabun hilang.Kelebihan ion Ca2+ dan ion CO32- (salah satu ion alkaliniti) mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat CaCO3.Kerak ini akan mengurangi penampang basal pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam katel. Mg2+ + 2OHCa2+ + CO32CO2 + OHHCO3- + OHMetode: Titrimetri Prinsip : Larutan yang mengandung Ca dan Mg dapat bereaksi dengan larutan EDTA membentuk senyawa kompleks Ca dan Mg EDTA pada pH 10.Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan indicator EBT (Eriochrom Black T).Titrasi yang baik dikerjakan pada temperature kamar normal.Perubahan warna menjadi lambat bila temperature sampel mendekati nol. Cara Kerja: 1.Larutan Dapar a. b. 1,18 gr EDTA + 0,644 gr MgCl2 6H2O + 50 ml aqua 16,9 gr NH4Cl + 143 ml ammonia pekat Mg(OH)2 endapan CaCO3 endapan HCO3CO32- + H2O (1) (2) (3) (4)

CO32- berasal dari CO2 dan HCO3- yang sudah terlarut dalam air

Prosedur Penentuan Kesadahan Total adalah:

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Larutan a ditambah larutan b diencerkan dengan akuadest sampai sampai 250 ml. 2. Larutan Penghambat MgEDTA (1,2 Cylolyxadiamine tetra acetic acid) 3. Indikator EBT 0,2 G EBT + 100 gr NaCl rapat 4. Titran Baku EDTA 0,01 M 3,72 gr Na-EDTA dilarutkan dalam akuadest sampai 1000 ml (dilakukan pembakuan secara berkala dan penentuan faktor koreksi) 5. Larutan Baku CaCO3 1,00 gr serbuk kalsium karbonat CaCO3 bebas air dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml.Melalui corong dituangkan HCl 1:1 sedikit demi sedikit sampai CaCO3 larut .Ditambah 200 ml air suling dan didihkan selama beberapa menit untuk mengusir CO2.Lalu didinginkan dan ditambah beberapa tetes indicator metil merah kemudian NH4OH 3 N atau HCl 1 N secukupnya sampai larutan berwarna jingga.Larutan ini dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 1 liter dan ditambah air suling sampai tanda batas. 6. Indikator metil merah 200 mg metal merah dilarutkan dalam 100 ml etanol Prosedur Kerja 1. Sampel 50 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer. 2. Dimasukkan larutan penghambat 0,125 gr (dilarutkan) 3. Ditambahkan 1-2 ml larutan larutan dapar (atur pH 10-10,1) dan 0,2 gr indikator EBT.Perubahan warna dari merah muda menjadi biru apabila dititer dengan EDTA. 4. Sampel dengan kesadahan rendah,diambil volume yang lebih besar antara 1001000 ml.Dengan demikian penambahan dapar, penghambat dan indicator juga diperbesar. 5. Blangko dibuat dengan air suling atau air bebas Ca dan Mg Perhitungan: Keasadahan (ppm CaCO3) =
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

digerus,disimpan dalam botol kaca tertutup

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

A = Volume titer B = mg CaCO3 yang setara dengan 1,0 ml titran EDTA. 4.4.3 Keasaman Air (pH) Prinsip Derajat keasaman (pH) menunjukkan kadar asam atau basa suatu larutan, melalui konsentrasi aktifitas ion hidrogen H+. Ion hidrogen merupakan faktor utama untuk mengetahui reaksi kimiawi dalam ilmu teknik lingkungan karena: 1. Ion H+ ada dalam keseimbangan dinamis dalam air yang membentuk suasana untuk reaksi kimiawi yang berkaitan dengan pencemaran air. 2. H+ juga tersusun oleh banyak unsur lain. Prinsip analisa pH adalah: 1. Kalorimeter dengan menggunakan indikator, kalau keadaan indikator berubah maka keadaan dapat berubah. 2. Potensiometri tegangan yang diukur oleh pH meter tergantung oleh keadaan larutan dan diukur dengan mV. 3. Titrasi asam basa menentukan normalitas asam basa. Elektroda mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+ dalam air secara elektrometer. Alat dan Bahan 1. pH meter 2. Larutan buffer pH 4,01 (25OC)/4 3. Larutan buffer pH 6,86 (25OC)/7 4. Larutan buffer pH 9,18 (25OC)/9 Prosedur Percobaan 1. Setiap jenis pH meter mempunyai perlakuan tertentu yang dicantumkan dalam buku petunjuk alat. Oleh karena itu, tidak bisa dibicarakan secara terperinci. Hanya saja setiap pH meter hendaknya dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan buffer pH 4,01; 6,86 dan 9,18
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

sebelum digunakan untuk pengukuran pH dari sampel air. Suhu pengukuran disesuaikan antara suhu pada pH meter dengan suhu sampel pada saat itu. Pada keadaan tidak dialiri arus listrik jarum pH meter harus menunjukkan angka 7,0 kecuali dengan pH meter sistem digital 2. Probe elektroda dibilas dengan aquades beberapa kali, kemudian dikeringkan dengan tisu. 3. Probe elektroda dicelupkan pada sampel air uji, tunggu sampai pembacaan stabil 4. Pembacaan dicatat sebagai nilai pH larutan. 4.4.4 Uji Fe Jenis pengujian Barang yang diuji Metode pengujian Alat / standar No. seri Faktor koreksi : : : : : : Besi (Fe) Tertera Penantrolin Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008 2

Tanggal kalibrasi terakhir :

Prinsip kerjanya sebagai berikut : Pada umumnya, besi yang ada dalam air dapat bersifat: 1. Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe 3+ (feri). 2. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter 1m) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, FeOH, Fe(OH)3 dan sebagainya. 3. Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganik (seperti tanah liat). Pada air yang tidak mengandung oksigen (O2), seperti sering kali air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutannya dibawah beberapa g/l) bahkan dapat menjadi ferihidroksida

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Bahan dan Alat yang dibutuhkan 1.Larutan Hydroxylamine (NH2OH.HCl). 2.Larutan HCl pekat. 3.Larutan Amonium Acetate Buffer (NH4C2H3O2). 4.Larutan Phenanthroline Monohydrate. 5.Spektrofotometer dan kuvet. 6.Erlenmeyer 100 ml 2 buah. 7.Pipet 5 ml, 25 ml, 10 ml. 8.Pemanas listrik. Cara Kerja Uji : 1.Mengambil 2 erlenmeyer 100 ml dan mengisi masing-masing erlenmeyer dengan 25 ml sampel air dan air aquadest (sebagai blanko). 2.Menambahkan masing-masing 1 ml HCl pekat. 3.Menambahkan (NH2OH.HCl). 4.Memanaskan hingga volume menjadi 15-20 ml (ini khusus untuk sampel air saja). 5.Mendinginkan dan mengencerkan dengan air aquadest hingga volume mencapai 25 ml dalam labu ukur. 6.Menambahkan 5 ml laruitan Amonium Acetate Buffer pada masing-masing erlenmeyer. 7.Menambahkan pada masing-masing erlenmeyer 1 ml larutan Phenanthroline Monohydrate. 8.Membaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 m Kemudian Menghitung hasil absorbansi pada rumus hasil kalibrasi atau kurva kalibrasi. 4.4.5 Uji nitrit (NO2-) Jenis pengujian Barang yang diuji : : Nitrit (NO2-) Tertera
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

masing-masing

0,5

ml

Hydroxylamine

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Metode pengujian Alat / standar No. seri Faktor koreksi

: : : :

Naphtilamin Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008 2

Tanggal kalibrasi terakhir :

Pada uji nitrit menggunakan alat spektrofotometer. Prinsip dari uji ini adalah nitrit harus dalam suasana asam pada pH 2,0-2,5 akan bereaksi dengan asam sulfinilat yang diazotasikan dengan N(1-naftil) etilen-diamin hidroklorida (NED hidroklorida) membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguunguan. Warna yang terbentuk diukur serapannya secara spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Gangguan dari uji ini adalah warna, kekeruhan, Cl bebas yang ada dalam air, nitrogen triklorida, serta logam-logam contonya Fe, Hg, Ag, bismut, antimon, Pb, Au, Cl, platina dan metavanadat. Prosedur pengujian Nitrit adalah sebagai berikut : Metoda : Spektrofotometri. Prinsip : nitrit yang ada di dalam air bereaksi dengan sulfanilamide dan N-1 napthyl ethylenediamine bersama dengan amino atau kelompok hidroksil dari aromatic kompleks membentuk senyawa azo yang berwarna merah terang (pink). Peralatan : Spektrofotometri perkin elmer lambda 3B Alat-alat gelas

Cara Kerja : Pembuatan pereaksi : Air bebas nitrit 1 ml H2SO4 pk ditambah 0,2 ml larutan MnSO4 (36,4 gr MnSO4H2O/100 ml. aquadest) kesetiap 1 liter aquadest dan membuat merah muda dengan 1-3 ml larutan KMnO4 (400 mg KMnO4/1 L aquadest),kemudian didistilasi. Selalu menggunakan air bebas nitrit dalam pembuatan reagent dan pengenceran. Reagent Warna
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

800 ml aquadest ditambah 100 ml H3PO4 85% ditambah 10 gr sulfanilamide. Setelah sulfanilamide terlarut semua, menambahkan 1 gr N-1 napthyl ethylenediamine dihydrochloride. Mencampur dan melarutkan kemudian mengencerkan sampai 1 liter dengan aquadest. Catatan : larutan ini stabil untuk sebulan bila disimpan dalam botol gelap dan di masukkan ke dalam refrigerator. Larutan standart NO2-N 250 ppm (stock standart) Melarutkan 0,1232 gr ke dalam air dan mengencerkan menjadi 1000 ml, mengawetkan dengan 1 ml CHCl3. Untuk membuat larutan standart : 50 ppm : memipet 2 ml larutan standart 250 ppm lalu mengencerkan dengan aquadest sampai 100 ml. 0,5 ppm : memipet 5 ml larutan standart 50 ppm lalu mengencerkan dengan aquadest sampai 550 ml. Siapkan setiap hari. Prosedur kerja : Apabila sampel keruh, saring dengan membrane filtrate 0,45 m Pengembalian warna : Atur pH larutan antara 5 dan 9 dengan penambahan 1N HCl atau 1N NH4OH Ambil 25 ml sampel ditambah 2 ml reagent warna dan kocok. Tunggu 10-2 jam, periksa pada spektrofotometer dengan = 543 nm.

Perhitungan. nitrit. 4.4.6 Analisa Nitrat (NO3-) Jenis pengujian Barang yang diuji Metode pengujian : : : Nitrat (NO3-) Tertera Brucine Sulfat
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Membuat kurva kalibrasi antara serapan dan kadar Menghitung kadar nitrit dari sampel dalam mg/liter

dengan menggunakan kurva kalibrasi.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Alat / standar No. seri Tanggal kalibrasi terakhir Faktor koreksi Prinsip

: : : :

Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008 2

Nitrat (NO3-) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada kosentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas (bila persyaratan lain seperti kosentrasi phosphat terpenuhi), sehingga air kekurangan oksigen terlarut. Bahan dan Alat Larutan Brucine Sulfat Larutan Asam Sulfat (H2SO4) pekat Erlenmeyer 50 ml 2 buah Spektrofotometer dan kuvet Pipet 10 ml, 5 ml Pereaksi : 1. larutan standart nitrat (1000 ppm) mengeringkan KNO3 dalam oven suhu 105 0C selama 24 jam menimbang 1,631 gr ditambah 20 ml air suling, diencerkan sampai 1 L. 2. larutan Brucin asam sulfanilat 1 gr Brucin sulfat+ 0,1 gr asam sulfanilat, dimasukkan dalam 70 ml air panas, ditambahkan 3 ml HCl pekat, didinginkan kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml. lalu disimpan dalam botol tertutup dan dihindarkan dari sinar matahari (larutan ini tahan untuk beberapa bulan). 3. larutan asam sulfat pekat menambahkan dengan hati-hati 500 ml H2SO4 pekat (Bj=1,84) ke dalam 75 ml aquadest, didinginkan. Disimpan dalam botol tertutup untuk menghindari kelembaban udara. 4. larutan Na Arsenit (NaAsO2) 1,83 gr NaAsO2 dilarutkan dalam aquadest sampai dengan 1000 ml. 5. suspensi Al hidroksida.
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

125 gr K2Al2(SO4)4.24H2O dilarutkan dalam aquadest dan diencerkan sampai 1 liter, dipanaskan 60 menit dan ditambahkan 5 ml larutan NH4OH (Bj=0,9) lalu diaduk dan didiamkan 1 jam, kemudian suspensi dicuci dengan air dengan cara pengendapan tuangan sampai bebas dari NH4, Cl, NO3- ,dan NO2-. Cara kerja : 1. membuat kurva kalibrasi 2. memipet 0,05/2,5 ml larutan baku nitrat ke dalam labu ukur 25 ml, diencerkan dengan aquadest sampai volume 5 ml. pada labu ukur lainnya dimasukkan 5 ml aquadest sebagai blanko. Menambahkan masing-masing 1 ml larutan Brucin sulfat asam sulfanilat ditambah 10 ml asam sulfat kemudian dikocok dan didiamkan di tempat gelap selama 10 menit, lalu mengukur warna yang terbentuk pada panjang gelombang 410 nm. Persiapan sampel : jika sampel mengandung klorin, ditambahkan 0,1 ml larutan Na arsenit ke dalam 50 ml larutan sampel yang mengandung 0,05 ppm Cl2. kemudian dikocok jika sampel keruh dan berwarna maka ditambahkan 0,5 gr karbon aktif dan 3 ml larutan suspensi Al Hidroksida ke dalam 150 ml sampel. Kemudian dicampur dan dikocok dengan baik selanjutnya didiamkan beberapa menit dan disaring lalu saringan pertama dibuang dan saringan berikutnya digunakan untuk analisis. Perhitungan Mengatur kalibrasi baku antara serapan dan kadar nitat. Mengitung kadar ion nitrat dengan menggunakan kurva kalibrasi dalam mg/liter. 4.4.7 Analisis Ammonium Jenis pengujian Barang yang diuji Metode pengujian Alat / standar No. seri : : : : : Ammonium (NH4+) Tertera Nessler Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Tanggal kalibrasi terakhir :

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Faktor koreksi

Prinsip Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut Amonium (NH4). Kadar amoniak yang tinggi selalu menunjukkan adanya pencemaran. Rasa NH3 kurang enak, sehingga kadar NH3 harus rendah, pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus di bawah 0,5 mg/l N (syarat mutu air sungai di Indonesia). NH3 tersebut dapat dihilangkan sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan Asam Hipoklorit HOCl atau Kaporit dan sebagainya, sehingga menjadi Kloramin yang tidak berbahaya atau menjadi gas N2. Cara Uji : Nessler. a. Prinsip. Ion amonium dalam suasana basa akan bereaksi dengan larutan nessler membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning sampai coklat. Warna yang terbentuk diukur serapanya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 400 425 nm. b. Gangguan. Peralatan a. Spektrofotometer b. Labu suling lengkap dengan pendingin c. pH meter/kertas pH d. Alat-alat gelas Pereaksi
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Warna dan kekeruhan Sejumlah senyawa alifatik, senyawaa amin

aromatik, klomarin organik, aseton, alhedid dan alkohol. Kalsium, magnesium dan sulfida.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Pereaksi yang digunakan harus pa. (pro analysis). Air suling yan digunakan harus bebas amonium. a. larutan dapar fosfat. liter air. b. Larutan NaOH 1 N CO2. c. Larutan asam sulfat 1 N. liter. d. Larutan NaOH 6 N CO2. e. Larutan seng sulfat (10%). air. g. Larutan asam bort. Melarutkan 20 g asam borat (H3BO3) kedalam 1 liter air bebas amonia. h. Larutan pereaksi nessler. Melarutkan 100 g HgI2 dan 70 g KJ kedalam sedikit air, memasukkan kedalam 500 ml larutan dingin yang mengandung 160 g NaOH sambil diaduk dengan hati-hati dan mengencerkan sampai 1 liter. i. Larutan baku induk amonia 1 ml = 1 mg N = 1,2 mg NH3 Melarutkan 3,819 g Na4CI yang telah dikeringkan pada suhu 1000C selama 2 jam kedalam labu ukur satu liter dengan air dan diencerkan sampai tanda batas dan kocok.
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Larutan 14,3 KH2PO4 dan 68,8 K2HPO4 dalam satu

Melarutkan 40 g NaOH kedalam 1 liter air bebas

Mengencerkan 28 ml asam sulfat pekat kedalam

500 ml air dengan hati-hati, dinginkan dan encerkan sampai satu

Melarutkan 240 g NaOH kedalam 1 liter air bebas

Melarutkan 100 g ZnSO4.7H2O kedalam 1 liter air. Melarutkan 50 g KnaC4H4O6.4H2O kedalam 1 liter

f. Larutan kalium natrium tartrat.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

j. Larutan baku induk amonia 1 ml = 10ug N = 12,2 ug NH3 kocok. k. Larutan Natrium Arsenit. Melarutkan 1,0 n natrium arsenit (NaAsO2) dengan air dan diencerkan sampai satu liter. Cara kerja. a. pembuatan kurva kalibrasi. Menyiapkan beberapa labu ukur 50 ml yang sejenis, Memipet berturut-turut larutkan baku induk amonia kering bersih dalam rak yang dasarnya putih dan terang. 0,2; 0,4; 0,7; 1,0; 1,4; 1,7; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,5; 5,0 dan 6,0 ml memasukkan ke dalam tabung nesler. Menambahkan air sampai volume masing-masing Kedalam labu ukur lainnya dimasukkan 50 ml air Melanjutkan pekerjaan seperti diatas. menjadi 50 ml. sebagai blangko. b. Persiapan sampel Jika sampel air ada gangguan dari senyawa organik maka dilakukan pengerjaan sebagai berikut : Memasukkan 500 ml sampel air yang telah dinetralkan pH 7 dengan menambahkan larutan NaOH 1 N atau larutan asam sulfat 1 N kedalam labu suling. Menambahkan larutan dapar fosfat 10 ml (jika sampel mengandung 250 mg per liter kalsium, ditambahkan 40 ml larutan dapar (bufer) fosfat), maka pH larutan menjadi 7,4 + 0,2. Jika ada klor (Cl2) ditambahkan 1 ml larutan arsenit per 1 mg/liter Cl2 dalam sampel.
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Pipet 10,00 ml larutan induk kemidian dimasukkan

ke dalam labu ukur satu liter, diencerkan sampai tanda batas dan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Memeriksa perlengkapan penyulingan, jika tidak

ada yang bocor, dilakukan penyulingan dengan laju kecepatan rata-rata 6 10 ml/menit. Menampung sulingan dalam erlenmeyer 500 ml Menghentikan pekerjaan penyulingan jika sebagian Memindahkan destilat secara kuantitatif kedalam Memipet 50,0 ml larutan tersebut dimasukkan yang berisi 50 ml asam borat. sampel tertampung + 300 ml. labu ukur 500 ml, mengencerkan dengan air, kemudian dikocok. kedalam tabung nessler yang sejenis. Jika terdapat banyak sulfida : ditambahkan 1,0 ml larutan seng sulfat larutan ke dalam 150 ml larutan sampel. Mengatur pH sampel air menjadi 10,5 dengan penambahan beberapa tetes NaOH 6N. Mengaduk perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit dan disaring. Buang filtrat pertama, lanjutkan penyaringan sisanya didapat larutan jernih tak berwarna dan bebas sulfida. c. Cara penetapan Terhadap larutan sampel, baku dan blangko berturut-turut ditambahkan 1,0 ml larutan garam kalium natrium tartrat, dan diaduk. Menambahkan 2,0 ml larutan pereaksi nessler, Mengukur serapan warna dengan menggunakan diaduk dan dibiarkan selama 10 menit. spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Perhitungan Atur pH filtrat menjadi netral (pH=7) dengan penambahan larutan asam sulfat 1 N.

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Membuat kurva kalibrasi standar antara serpan dan Menghitung kadar nitrogen amonia dari sampel Mg/liter NH3 N A.ml sampel x B/C

kadar amonium. dalam mg/liter dengan menggunakan kurva kalibrasi. A = ug N yan diperoleh pada kurva kalibrasi B = total sulingan (destilat) C = volume (ml) sulingan yang digunakan 4.4.8 Analisis Tembaga (Cu) Jenis pengujian Barang yang diuji Metode pengujian Alat / standar No. seri Faktor koreksi Prinsip Asam rubianat (dithiooxamida) menghasilkan warna hijau zaitun dengan Cu dalam larutan asam asetat. Gangguan Dalam larutan ammonia Cu,Ni dan Co akan terendapkan.Kestabilan warna koloid dapat ditingkatkan dengan menambahkan larutan gelatin atau gum Arabic.Bismut tidak mengganggu penetapan tetapi Pb,Sn,Fe dan Sb harus diikat sebagai kompleks misalnya dengan asam tartrat. Peralatan 1. Spektrofotometer 2. pH meter 3. Alat-alat gelas Pereaksi 1. Indikator Methyl Orange 2. Buffer Asetat : : : : : : Tembaga (Cu) Tertera Dietil Ditiokarbamat Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008 2

Tanggal kalibrasi terakhir :

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

3. 40 ml asam asetat glacial dan 40 gr ammonium asetat dilarutkan menjadi 100 gram 4. Larutan asam rubianat 0,1% dalam alkohol absolute. Cara Kerja 1. Sampel yang mengandung asam mineral dinetralkan dengan indicator M.O dan diencerkan sampai 90 ml 2. Menambahkan 5 ml lar.Buffer dan 1 ml larutan Rubianat.Lalu diencerkan dan dihomogenkan 3. Setelah itu mengukur %T nya dalam 2-3 menit pada panjang gelombang 550 nm. 4.4.9 Analisis Sulfat (SO42-) Jenis pengujian Barang yang diuji Metode pengujian Alat / standar No. seri Faktor koreksi : : : : : : Sulfat (SO42-) Tertera Barium Klorida Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008 2

Tanggal kalibrasi terakhir :

Ion sulfat dapat ditenukan kadarnya dengan cara membentuk endapa putih BaSO4 dengan adanya BaCl2 dalam suasana asam.Agar endapan BaSO4 tetap dalam bentuk koloid maka suasananya harus dibuat banyak mengandung elektrolit.Kadar sulfat diketahui dari kurva hubungan absorbansi terhadap konsentrasi sulfat standar. Alat: a. Spekrofotometri UV-VIS b. Labu takar c. Pipet d. Batang pengaduk e. Pipet tetes f. Kertas hisap g. kuvet Bahan
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

a. b. c. d. e.

Larutan standar SO42Gliserin BaCl2 sebagai pengendap Larutan NaCl 1 N; HCl 1 N = 1:1 Akuades Cara Kerja 1.Ambil 50 mL contoh kedalam labu takar. 2.Tambahkan 6 mL gliseril dan kocok 3.Tambahkan 25 mL Larutan NaCl 1N : HCl 1N = 1 : 1 dan kocok 4.Tambahkan 0,2 g BaCl2dan kocok 5.Encerkan sampai 100 ml kemudian diaduk dan dibiarkan selama 15 menit 6. Diukur absorbansi standart dan sampel dengan membandingkan terhadap kurva standart. 7.Dihitung konsentrasi sulfat 4.4.10 Analisis Krom (Cr) Jenis pengujian Barang yang diuji Metode pengujian Alat / standar No. seri Faktor koreksi : : : : : : Krom (Cr) Tertera Diphenylcarbazid Spektrofotometer 0016-007 16 Desember 2008 2

Tanggal kalibrasi terakhir :

Uji logam Cr dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan langkah-langkah sebagai berikut; Prinsip Ion Cr dalam suasana asam dan panas dioksidasi oleh Krom heksavalen dalam suasana sedikit asam bereaksi dengan permanganate menjadi krom heksavalen. difenilkarbazid membentuk senyawa yang berwarna ungu kemerahan.

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna baku yang

telah diketahui kadarnya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Peralatan - Spektrofotometri - Alat-alat gelas Pereaksi a. Larutan baku induk krom Melarutkan 0,1414 g K2Cr2O7 dengan air suling dalam labu ukur 1 liter dan mengencerkan sampai tanda batas. 1 ml = 0,05 mg Cr b. Larutan baku kerja krom Mengencerkan 10 ml larutan baku induk krom dengan air suling dalam labu ukur 100 ml dan mengencerkan sampai tanda batas 1 ml = 0,005 mg Cr. c. HNO3 pekat d. H2SO4 (1+1) e. Indiikator metal jingga ; Melarutkan 0,5 g metil jingga dalam 1 liter air suling. f. H2O2 (30 %) g. NH4OH pekat h. H3PO4 (85 %) i. Larutan permanganat ; melarutkan 4 g KMnO4 dalam 100 ml air suling. j. Nitrium Azida ; melarutkan 0,5 g NaN3 dalam 100 ml air suling k. Larutan difenilkarbazid : 1 Melarutkan 0,25 g 1,5 difenilkarbazid dalam 50 ml aseton.Disimpan dalam botol cokelat dan ganti larutan jika timbul warna. l. CHCl3 m. Larutan cupferron ; melarutkan 5 g C6H5(NO)ONH4 dalam 95 ml air suling n. H2SO4 0,2 N
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Gangguan ; molibdat,vanadium, raksa dan besi

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Mengengencerkan 17 ml H2SO4 6 N menjadi 600 ml 4.5 Parameter Biologi 4.5.1 Pemeriksaan mikrobiologi 4.5.1.1 Menentukan jumlah Coli Dalam hal ini yang ditentukan adalah total coli dengan menggunakan tabung ganda. Metode yang digunakan ada dua macam, yaitu 333 dan 555. Metode yang paling baik digunakan adalah metode 555 karena lebih akurat. Yaitu dengan menyiapkan 15 tabung yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan masing masing 5 tabung yang telah disterilkan. Tabung diisi dengan media lactose broth, air sampel dan tabung bediameter kecil ( 0,8 cm) yang dimasukkan dalam masing masing tabung. Lalu tabung diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 37C. Jumlah gelembung gas yang terbentuk dalam tabung kecil dihitung dan dicocokkan dengan tabel standar NPM yang menunjukkan jumlah perkiraan coli per 100 ml air. Parameter Total Coli Dan Fecal Coli Methode yang dipakai Methode Tabung Ganda Peralatan Tabung Reaksi. Pipet 1 ml Automat Pipet Karet penghisap Rak Tabung Reaksi Beaker Glass 250 Botol Sampel Kawat Ose Instrument yang dipakai Inkubator WTW Binder Laminair Flow Open
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Pembakar Bunsen Cara kerja Reagen Larutan Pengencer Dikalium hodrogen fosfat (K2HPO4) 3 gram Kalium hidrogen fosfat (KHPO4) 1 gram Air suling sampai volume total larutan 1 L Ph larutan setelah sterilisasi 7,2 + 0,1, bila diperlukan tambahkan KOH untuk mencapai pH yang dibutuhkan. Kaldu Brilliant Green Lactose Bile (Kaldu BGLB) Peptone 10 gram Lactose 10 gram Oxgall 20 gram Larutan Brillian Green 0.1 % sebanyak 13.3 mL atau padatan brilliant Green sebanyak 0.0133 gram Aquades sampai volume total menjadi 1 L, pH akhir setelah sterilisasi 7,2 Peptone 10 gram Lactose 10 gram K2HPO4 2 gram Agar 20 gram Semua bahan dilarutkan dalam aquades 1 L, panaskan perlahan sambil diaduk. Ditambahkan air lagi sampai volume kembali menjadi 1 L. pH diatur menjadi 7,1. Ditambahkan Eosin 2% 20 mL dan methylen Blue 0,5 % 13 mL, campur sampai homnogen Sterilkan pada suhu 121 0C selama 10 menit. Ekstrak daging sapi 3 gram Peptone 5 gram Laktose 5 gram
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Eosin Methylen Blue Agar (EMB Agar)

Kaldu Lactose

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Aquades sampai volume total 1 L, pH setelah sterilisasi 6,9 + 0,1 1. a. Media Lactose Broth : SSL (Singel Strangth Lactose B) Ditimbang 13 gr Lactose Broth dilarutkan dlm 1 Liter Aquadest diambil 10 ml dimasukan dlm tabung reaksi ditambah tabung Durham ditutup kapas. b. TSL (Triple Strangth Lactose B) Ditambah 39 gr Lactose Broth dilarutkan dlm 1 liter Aquadest diambil 5 ml dimasukan tabung reaksi ditambah tabung Durham ditutup kapas. 2. Media Brilliant Green Bile Broth 2 % Ditambah 40 gr BGLB 2% dilarutkan dalam 1 liter Aguqdest diambil 5 ml dimasukan tabung reaksi ditambah tabung Durham ditutup kapas. 3. Agudest Steril (larutan pengencer) Semua media dan peralatan di Sterilisasi dengan Autoclan pada tekanan 1 ATM/ 60 menit.

Persiapan Media :

PROSEDUR PEMERIKSAAN : a. Analisa peerkiraan bakteri coli (total coli) Ditata susunan tabung Reaksi dalam rak tabung reaksi sbb: SSL (3) 00000
00000 00000

Untuk Media TSL (1) Kelima tabung ditambahkan 10 ml sampel. Untuk Media SSL (2) Ditambahkan 1ml sampel pada kelima tabung.

TSL (1) tabung.

SSL (2)

Untuk media SSL (3) ditambahkan 0,1 ml sampel pada kelima

Kemudian masing-masing tabung dikocok sampai larut dan di Inkubasi dalam Inkubator pada suhu 37C selama 2 X 24 Jam. Dilihat masingmasing tabung yang positif. (ada gelembung pada tabung Durham)
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

b. Analisa Penegasan Bakteri Coli Ditata susunan tabung reaksi BGLB. (dibuat 2 susunan) III 00000 00000 N/ Total Coil 00000 00000 00000 00000 N/ Total Coil

Dipindahkan Sampel yang positif diatas dgn menggunakan kawat OSE yang pijar pada masing-masing tabung reaksi yang berisi BGLB. Kemudian susunan tabung I dimasukan dlm Inkubator pada suhu 37 C. Untuk uji Total Coli. Dan susunan tabung II dimasukan dalam Inkubator pada suhu 43 C untuk uji Fecal Coli. Hasil akhir dilihat setelah 2 X 24 jam, tabung yang positif dihitung dan dicocokkan dgn tabel MPN. Nilai pada Jumlah Bakteri = jml Tab. Positif X F. Pengenceran. Di tabel MPN 4.5.1.2 Analisis Fecal Coli Metoda Tabung Fermentasi atau Tabung Ganda Prinsip Untuk menghitung bakteri golongan Coli, dapat digunakan Prosedur Tabung Fermentasi. Dalam tabung-tabung yang mengandung media tertentu, populasi bakteri dapat diamati pada beberapa pengenceran. Dengan pemeriksaan ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap konsentrasi volume pengenceran, maka secara stasistik populasi bakteri Coli dapat diperkirakan. Bakteri Coli secara total mempunyai kemampuan untuk memfermentasikan formula laktosa pada suhu 44 0C + 0,2 0C selama waktu 24 jam + 2jam, ini sebagai dasar dari analisis golongan Coli Tinja. Pertumbuhan bakteri Coli Tinja dapat diketahui bila ada gas pada tabung Durham, yaitu tabung kecil bervolume + 2 mL yang ditempatkan pada tabung fermentasi. Peralatan
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Inkubator untuk suhu 35 0C dan untuk suhu 44 0C. Di dalam inkubator diberi 2 beaker glass berisi air untuk memberi kelembaban di dalamnya.

Reagen

Autoclaf untuk sterilisasi Coloni Counter (alat untuk menghitung koloni) pH meter Neraca Analitik Peralatan gelas yang diperlukan 8 tabung fermentasi (tabung reaksi dengan volume + 20 mL) 8 tabung Durham Kapas penutup Pembakar Bunsen

Larutan Pengencer Dikalium hodrogen fosfat (K2HPO4) 3 gram Kalium hidrogen fosfat (KHPO4) 1 gram Air suling sampai volume total larutan 1 L pH larutan setelah sterilisasi 7,2 + 0,1, bila diperlukan tambahkan KOH untuk mencapai pH yang dibutuhkan. Kaldu Brilliant Green Lactose Bile (Kaldu BGLB) Peptone 10 gram Lactose 10 gram Oxgall 20 gram Larutan Brillian Green 0.1 % sebanyak 13.3 mL atau padatan brilliant Green sebanyak 0.0133 gram Aquades sampai volume total menjadi 1 L, pH akhir setelah sterilisasi 7,2

Eosin Methylen Blue Agar (EMB Agar) Peptone 10 gram Lactose 10 gram
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

K2HPO4 2 gram Agar 20 gram Semua bahan dilarutkan dalam aquades 1 L, panaskan perlahan sambil diaduk. Ditambahkan air lagi sampai volume kembali menjadi 1 L. pH diatur menjadi 7,1.

Ditambahkan Eosin 2% 20 mL dan methylen Blue 0,5 % 13 mL, campur sampai homnogen Sterilkan pada suhu 121 0C selama 10 menit. Ekstrak daging sapi 3 gram Peptone 5 gram Laktose 5 gram Aquades sampai volume total 1 L, pH setelah sterilisasi 6,9 + 0,1

Kaldu Lactose

Pengujian Digunakan 7 tabung dengan volume penanaman dalam berbagai langkah pengenceran 10 x dengan porsi 5,1,1. Sehingga masing-masing tabung harus diisi: 5 tabung yang masing-masing berisi 5 mL medium tebal ditanami 10 mL sampel air 1 tabung yang masing-masing berisi 10 mL medium tipis ditanami 1 mL sampel air 1 tabung yang masing-masing berisi 10 mL medium tipis ditanami 0,1 mL sampel air Langkah Uji Pendugaan Tabung-tabung diatas diinkubasi pada suhu 35 0C + 0.5 0C selama 24 jam. Setelah 24 jam, tabung yang mengandung gas dilanjutkan uji penegasan, yang tidak mengandung gas diinkubasi lagi 24 jam. Diamati setelah 24 jam, tabung yang tidak ada gas berarti tidak ada bakteri Coli. Yang ada gas uji penegasan. (lihat skema)
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Langkah Uji penegasan. Dari masing-masing tabung yang ada gas pada uji pendugaan, diambli sampel sebanyak 1-2 ose (wire loop platina) steril, dimasukkan tabung reaksi yang berisi kaldu BGLB diinkubasi pada suhu 44 0C + 0.5 0C selama 24 jam Setelah 24 jam, tabung yang mengandung gas dicatat sebagai yang mengandung Coli, yang tidak mengandung gas diinkubasi lagi 24 jam, jika tetap tak ada gas maka uji negatif tak ada bakteri Coli. (lihat skema) Cara Perhintungan dengan Metoda MPN (Most Probable Number) JumLah tabung yang menghasilkan uji positif dan uji negatif dari uji perkiraan dan penegasan dikombinasikan untuk menghitung nilai MPN dengan tabel pendekatan. Nilai MPN ini tidak menunjukkan niali konsentrasi bakteri yang sebenarnya, namun berlaku sebagai angka penunjuk Coli yang mempunyai arti statistik dengan derajat kepercayaan disebutkan baiasanya 95%. Secara matematis menghitung MPN dapat dituliskan sebagai berikut:

MPN / 100mL = TabelMPN

10 vol.terbesar.sampel

Tabel 4.1. Pendekatan Most Probable Number (MPN) bakteri golongan Coli Tinja (Fecal Coli), untuk kombinasi uji 5 x 10 mL; 1 x 1 mL; 1 x 0,1 mL dengan derajat kepercayaan (level of significant or level of confidence) JumLah tabung dengan hasil uji positif 5 tabung vol 10 mL 0 0 1 1 tabung vol 1 mL 0 1 0 1 tabung vol 0,1 mL 0 0 0 Derajat kep[ercayaan MPN tiap 100 mL <2 2 2 Batas bawah 0 0.05 0.05 95% Batas atas 5.9 13 13

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

1 2 2 3 3 4 4 4 5 5 5 5

1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1

0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1

4 5 8 9 12 15 20 21 38 96 240 >240

0.052 0.054 1.5 1.6 3.1 3.3 5.9 6.0 6.4 12 12 -

14 19 19 29 30 46 48 53 330 370 3700 -

Sampel air

Kaldu laktosa Inkubasi 35 0C + 0.5 0C Gas (+) Setelah 24 jam gas (-) setelah 24 jam

Lanjutkan Inkubasi 24 jam Gas (-) Kaldu BGLB Inkubasi 44 0C + 0.5 0C Gas (+) Setelah 24 jam Gas (-) Setelah 24 jam Lanjutkan Inkubasi 24 jam
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Gas (-) Tidak ada bakteri

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Gas (+) Ada bakteri Koli Tinja

Gas (-) Tidak ada bakteri Coli Tinja

Hitung dengan sistem MPN Gambar 4.3 Skema tes bakteri coli Tinja 4.6 4.6.1 Pembubuhan Bahan Kimia dan Prosedur Uji Standart Air baku Pembubuhan Bahan Kimia Kalium permanganat digunakan sebagai oksidator untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang larut dalam air baku sehingga tidak larut dan dapat mengendap yang kemudian dapat dipisahkan dan dibuang. Kalium permanganat dibubuhkan pada musim kemarau saja karena saat itu terdapat pencemaran yang tinggi pada air baku, kalium permanganat dibubuhkan bersama kaporit ke dalam bak prasedimentasi. Dosis yang diberikan sesuai kebutuhan ( 0,2 0,4 ppm). 4.6.1.2 Praklorinasi (Ca(OCl)2) Kaporit dalam bentuk kalsium hipoklorit dibubuhkan sebagai praklorinasi untuk mengontrol zat-zat organik pada musim kemarau dan mengendalikan algae bila dikombinasi dengan kupri sulfat. Reaksi yang terjadi antara kaporit dengan air adalah: Ca(OCl)2 + H2O Ca2+ + H2O + OClOCl- yang tidak stabil dalam air akan memberikan ion dan bertindak sebagai oksidator. Seperti juga kalium permanganat, kaporit dibubuhkan bila pencemaran tinggi seperti pada musim kemarau. Dosis yang diberikan sesuai kebutuhan ( 3 5 ppm). 4.6.1.3 Kaolin Kaolin dibubuhkan untuk memacu proses koagulasi-flokulasi dengan cara meningkatkan konsentrasi partikel koloid dalam air dan menambahkan berat partikel sehingga mempercepat pengendapan flok. Dosis sesuai kebutuhan sekitar 5 10 ppm. 4.6.1.4 Tawas (Al2(SO4)3)
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

4.6.1.1 Kalium permanganat (KMnO4)

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Bahan kimia yang digunakan sebagai koagulan adalah aluminium sulfat (tawas/alum). Dosis yang diberikan sesuai dengan jar test. Pada musim penghujan, dosis yang diberikan maksimum 90 ppm. Reaksi yang terjadi adalah : Al2(SO4)3 + H2O Al(OH)3 + H2SO4 + H2O Apabila air kotor mengandung garam Ca(HCO3)2, maka reksi garam tersebut dengan tawas ialah : Al2(SO4)3 + Ca(HCO3)2 CaSO4 + Al(OH)3 + CO2 Al(OH)3 ini akan mengikat kotoran dalam air dan mengendap. 4.6.1.5 CuSO4 Kupri sulfat dibubuhkan untuk mencegah pertumbuhan lumut (ganggang) pada air proses sebelum masuk filter. Dosis yang dipakai adalah 0,3 0,7 ppm. 4.6.1.6 Polielektrolit Polielektrolit dibubuhkan setelah tawas untuk membantu proses koagulasi, yaitu untuk membantu kestabilan flok sehingga tidak mudah pecah. Dosis yang digunakan sesuai dengan jar test yang dilakukan setiap 2 jam sekali. 4.6.1.7 Karbon aktif Karbon aktif dibubuhkan pada bak sedimentasi untuk menghilangkan warna pada air proses serta mengkontrol rasa dan bau pada musim kemarau. Dosis yang diberikan sesuai kebutuhan.

4.6.1.8 Klorinasi Gas klor digunakan sebagai desinfektan untuk membubuhkan kuman yang terdapat pada air sebelum masuk reservoir. Dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ( 1,70 1,75 ppm) dan sisa klor minimal 1,2 ppm. Reaksi yang terjadi adalah: Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl4.6.2 Prosedur Uji Standar Air Baku

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

Berikut ini akan dijelaskan tentang prosedur test standar air baku untuk memastikan pembubuhan bahan kimia yang dilakukan secara optimal dalam proses proses pengolahan air. 4.6.2.1 Jar Test Jar test dilakukan untuk menentukan dan mengkontrol dosis pembubuhan bahan kimia koagulan aluminium sulfat (Al2(SO4)3) atau tawas dan polielektrolit pada beberapa sampel air. Pada saat penambahan dilakukan penelitian dan pengamatan waktu pembentukan flok, kepadatan flok dan supernatant yang terbentuk dalam sampel air. Hasil jar test kemudian diterapkan dalam operasi di instalasi. Penggunaan dosis koagulan yang kurang dapat mengakibatkan tingkat kekeruhan yang masih tinggi dan berpengaruh pada filter. Sedangkan dosis yang berlebihan akan menambah kekeruhan dan pemborosan biaya. Aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan jar test adalah : 1. Meminimalkan waktu jeda antara test dan pembubuhan koagulan karena kualitas air baku dapat berubah setiap saat. 2. Mensimulasikan kondisi sedekat mungkin dengan kondisi instalasi sesungguhnya. Terutama halnya dengan temperatur sampel test yang harus sama dengan temperatur air instalasi. Cara kerja jar test : 1. Air sampel dimasukkan pada 6 buah beaker glass yang berukuran sama dengan volume yang sama. 2. Air sampel diperiksa turbiditasnya, pH dan warnanya. 3. Penentuan dosis tawas dilakukan dengan cara menambahkan larutan tawas dengan konsentrasi 1% dengan volume yang berbeda tiap gelasnya. Sehingga dosis tiap beaker tidak sama. Misal, dosis yang dibuat 10-60 ppm. 10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm 50 ppm

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

4. Tiap beaker dilakukan pengadukan dengan cepat selama 2 menit, dilanjutkan pengadukan lambat selama 5 menit dan pengendapan selama 7 menit. 5. Penentuan dosis polielektrolit dilakukan dengan cara menambahkan larutan polielektrolit dengan dosis yang berbeda pada tiap beaker glass yang telah berisi sampel dan tawas dengan dosis yang sama dan telah diketahui kondisi optimumnya pada langkah 4. Misalnya kondisi optimum penambahan tawas adalah sebesar 40 ppm dan polielektrolit yang ditambahkan adalah 0,01-0,06 ppm. polielektrol it
0,01 ppm

0,02 ppm

0,03 ppm

0,04 ppm

0,05 ppm

0,06 ppm

tawas
40 ppm 40 ppm 40 ppm 40 ppm 40 ppm 40 ppm

6. Tiap beaker glass dilakukan pengadukan dengan ketentuan sama seperti langkah 4. 7. Pembentukan flok diamati pada setiap beaker dengan beberapa kriteria, yaitu : besar flok, kecepatan pengendapan, turbidity, warna dan pH. 8. Dalam menentukan dosis KMnO4, kaporit, kaolin dan karbon aktif digunakan cara yang sama seperti langkah di atas.

4.6.2.2 Penentuan Sisa Klor Bebas Untuk mengetahui kadar sisa klor bebas pada air produksi dengan cara membandingkan secara visual warna antara air yang mengandung sisa kadar klor bebas dengan bagan warna standart yang telah diketahui konsentrasinya. Kadar penambahan dan sisa klor yang kurang akan semakin besar kemungkinan tercemarnya air produksi yang akan didistribusi ke pelanggan oleh bakteri dan virus yang berbahaya bagi kesehatan. Selain meningkatkan pertumbuhan zat zat organik dalam pipa distribusi, juga dapat mengurangi kapasitas pipa dan menimbulkan bau tak sedap. Sedangkan apabila penggunaan
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

Laporan Praktek Kerja Lapangan di IPAM Karang Pilang II PDAM Surabaya

klor yang berlebihan dapat mengakibatkan iritasi bila terkena kulit serta sangat berbahaya bagi organ tubuh apabila air diminum langsung. Cara kerja uji sisa kadar klor : Dengan menggunakan alat lovibond, dua gelas berbentuk balok diisi dengan sampel (air produksi) yang sudah diinjeksi dengan gas klor. Gelas I untuk standart dan gelas II ditambahkan tablet DPD No.1 untuk mengetahui klor bebas dilanjutkan dengan penambahan tablet DPD No.3 untuk mengetahui klor total yang dapat diketahui dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Kedua gelas dimasukkan pada lovibond dan warna yang dihasilkan pada gelas I disamakan dengan warna yang tampak pada gelas II dengan cara memutar bagan warna standar hingga diperoleh warna yang sama atau hampir mendekati. Maka akan diperoleh konsentrasi sisa klor bebas dalam ppm. Aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji sisa klor bebas adalah : 1. Bagan warna dan indikator tablet yang digunakan untuk alat lovibond tidak dapat digunakan untuk alat lain 2. Tablet indikator harus selalu diperbarui. Tablet ini memiliki life-time kurang dari satu tahun 3. Kadar klor harus dipantau untuk memastikan agar sisa klor bebas tidak kurang dari 0,2 ppm saat sampai ke pelanggan.

Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2011

You might also like