You are on page 1of 54

M P

LABORATORIUM DASAR

ekanika,

anas &

Opti

Universitas Andalas Padang

PenuntunPraktikum FisikaDasar

LA B O RA TO RIUM DA SA R UNIV ERS ITA S A NDA LA S

Penuntun Praktikum Fisika Dasar

Physics Department Universitas Andalas Laboratorium Dasar Editor : Afdhal Muttaqin H.S. M,Si Ardian Putra, S.Si Drs. Sri Mulyadi Dt. Basa, M.Si

Daftar isi
Pendahuluan i M O D U L M 1 1 MODUL F1 18 Dasar Pengukuran Kerapatan Zat Cair

M O D U L Vektor Gaya

M 2 3

MODUL

F2 21

Tegangan Muka Zat Cair

M O D U L

M 3 5

MODUL

F3 24

Benda Jatuh Bebas

Viskositas Cairan Newton

M O D U L

M 4 7

MODUL

F4 27

Pendulum Sederhana

Venturimeter

MODUL

M5 10

MODUL

P1 30

Pendulum Fisis

Koefisien Muai Linier

MODUL

M6 13

MODUL Kalorimeter

P2 32

Koefisien Gesek

MODUL

M7 16

MODUL Lensa

O1 35

Sistem Katrol

MODUL Kisi Difraksi

O2 39

MODUL

O3 42

Indeks Bias Prisma

MODUL Polarimeter

O4 46

& Optik Mekanika, Panas

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M1
DASAR PENGUKURAN
I. Tujuan

1. Dapat menggunakan alat ukur. 2. Dapat memahami dan memakai teori ralat 3. Dapat menentukan angka penting
II. Alat Alat

1. Jangka sorong dan mikrometer sekrup 2. Timbangan 3. Gelas ukur 4. Benda yang akan diukurh

III. TEORI

Fisika adalah ilmu eksperimen. Eksperimen memerlukan pengukuran, dan untuk mendapatkan hasil pengukuran, kita menggunakan alat ukur dan menggunakan bilangan untuk menyatakan hasil pengukuran. Setiap bilangan yang digunakan untuk mendiskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif disebut besaran. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita selalu membandingkannya dengan suatu acuan standar. Standar tersebut didefinisikan sebagai satuan. Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian. Pengukuran dengan alat yang mempunyai ketelitian lebih akurat (seperti jangka sorong) memiliki ketidakpastian yang lebih kecil dibandingkan pengukuran dengan menggunakan mistar biasa. Ketidakpastian tersebut disebut juga ralat, karena hal tersebut mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya. Pada banyak kasus, ketidakpastian dari suatu bilangan tidak dicantumkan secara eksplisit. Sebaliknya, ketidakpastian dinyatakan dengan banyaknya angka - angka

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

penuh arti, atau angka penting. Dua nilai dengan jumlah angka penting yang sama dapat memberikan ketidakpastian yang berbeda.

IV. Cara Kerja

1. Ukurlah dimensi benda - benda yang tersedia dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup 2. Tentukan massa benda - benda tersebut dengan menggunakan timbangan 3. Timbanglah massa gelas ukur dalam keadaan kosong, kemudian diisi air hingga volume tertentu, kemudian timbang dan catat hasil pengukuran 4. Lakukan langkah (3) sebanyak 5 kali berdasarkan variasi volume
V. Pertanyaan

1. Jelaskan ketelitian jangka sorong dan mikrometer sekrup 2. Jelaskan bagaimana Anda dapat mengukur ketebalan selembar kertas dengan menggunakan mistar biasa! 3. Apakah satuan dari volume? Jika seseorang mengatakan pada Anda bahwa sebuah tabung dengan jari - jari r dan tinggi h memiliki volume yang diberikan oleh T r3h. Jelaskan mengapa hal ini tidak bisa dikatakan benar?
V. Evaluasi Akhir

1. Tentukan volume dari benda - benda tersebut 2. Tentukan massa jenis dari benda - benda tersebut 3. Hitunglah massa jenis air 4. Tentukan ralat dari pengukuran - pengukuran tersebut 5. Tariklah sebuah kesimpulan!

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M2 M4
VEKTOR GAYA
I. Tujuan

Menentukan resultan gaya - gaya yang bekerja pada suatu titik


II. Alat Alat

1. Meja gaya 2. Beban 3. Busur derajat (dibawa dari rumah) 4. Kertas milimeter (dibawa dari rumah)

III. TEORI

Besaran vektor memiliki besar dan arah. Metode yang sederhana tetapi bersifat umum untuk menjumlahkan vektor adalah metode komponen.
y

A Ay Ax
x

Kita dapat menyatakan setiap vektor yang berada pada bidang xy sebagai jumlah dari sebuah vektor yang sejajar sumbu x dan sebuah vektor yang sejajar sumbu y. Kedua vektor ini dinamakan A x dan A y pada gambar. Vektor - vektor ini disebut vektor - vektor komponen dari vektor A , dan jumlahnya sama dengan A . A ! Ax  Ay (1)

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

IV. Cara Kerja

1. Siapkan meja gaya dan ujilah pulley, apakah berjalan lancar atau tidak 2. Berikan beban pada tempatnya masing - masing dengan berbagai nilai 3. Ukurlah sudut yang terbentuk 4. Ulangi langkah (3) dan (4) dengan variasi massa beban
V. Pertanyaan

1. Jelaskan perbedaan antara besaran skalar dan besaran vektor serta contohnya 2. Jelaskan pengertian vektor satuan dan besar vektor
VI. Evaluasi Akhir

1. Gambarkan vektor gaya yang terbentuk pada kertas millimeter 2. Tentukan resultan gaya dengan menggunakan metode poligon vektor gambarkan resultan gayanya pada kertas millimeter 3. Tentukan resultan gaya dengan menggunakan metode paralelogram (jajaran genjang) dan gambarkan resultan gayanya pada kertas millimeter 4. Tentukan resultan gaya dengan menggunakan metode komponen vektor 5. Tariklah kesimpulan Anda

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M3
BENDA JATUH BEBAS
I. Tujuan

Menentukan percepatan gravitasi g

II. Alat Alat

1. Aparat benda jatuh bebas 2. power supply 3. digital timer 4. mistar 5. bola besi

III. TEORI

Jika suatu benda mengalami gerak jatuh bebas (free fall), dan efek hambatan udara diabaikan, maka benda akan bergerak dengan percepatan gravitasi yang konstan. Besarnya percepatan gravitasi : g! 2h t2 (1)

IV. Cara Kerja

1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1 2. Ukurlah ketinggian 3. Lengketkan bola pada kutub elektromagnet, kemudian jatuhkan bola dengan memutuskan arus dengan menggunakan kontak

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

4. Catatlah waktu yang terbaca 5. Ulangi langkah (2) dan (3) pada ketinggian yang sama 6. Ulangi langkah (2) sampai (5) dengan variasi ketinggian

digital timer

power supply

kontak

Gambar 1 Skema Alat Benda Jatuh Bebas

V. Pertanyaan

1. Turunkan persamaan (1) 2. Termasuk gerak apakah Gerak jatuh Bebas (GLB atau GLBB)? Jelaskan perbedaan antara kedua gerak tersebut 3. Apakah ada pengaruh massa terhadap waktu pada gerak jatuh bebas? 4. Jika percepatan gravitasi di khatulistiwa 9,78 m/s2, tentukan nilai percepatan gravitasi 850 LU, 650 LU, 23,50 LU, 100 LS dan 45o LS.

VI. Evaluasi Akhir

1. Tentukan percepatan gravitasi g 2. Buatlah grafik hubungan ketinggian h dengan waktu t. Tentukan nilai percepatan gravitasi dengan menggunakan grafik tersebut 3. Buatlah analisis dan kesimpulan Anda

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M4
PENDULUM SEDERHANA
I. Tujuan

Menentukan percepatan gravitasi bumi g


II. Alat Alat

1. Pendulum, statif 2. Stop watch 3. Mistar

III. TEORI

Pendulum sederhana (simple pendulum) merupakan model yang disempurnakan, terdiri dari sebuah massa titik yang ditahan oleh benang kaku dengan massa yang daibaikan. Jika massa titik ditarik ke salah satu sisi dari posisi kesetimbangannya dan dilepaskan, massa tersebut akan berosilasi di sekitar posisi kesetimbangannya. Lintasan dari massa titik tidak berupa garis lurus, akan tetapi berupa busur dari suatu lingkaran dengan jari -jari L yang sama dengan panjangnya tali (Gambar 1). Kita menggunakan x sebagai koordinat kita yang diukur sepanjang busur. Jika geraknya merupakan harmonik sederhana, gaya pemulihnya harus berbanding lurus dengan x atau (karena x = L ) dengan .

T L m mg sin mg cos mg Gambar 1 Pendulum Sederhana


7

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Pada Gambar, gaya pemulih F adalah komponen tangensial dari gaya total : F = mg sin (1)

Gaya pemulih diberikan oleh gravitasi. Tegangan tali T hanya bekerja untuk membuat massa titik bergerak dalam busur. Jika sudut kecil, sin sangat dekat dengan dalam radian. Dengan pendekatan semacam ini, maka persamaan (1) menjadi : F! mg x L (2)

dengan periodenya : T ! 2T L g (3)

IV. Cara Kerja

1. Gantunglah pendulum dengan panjang L. 2. Beri simpangan dengan sudut yang kecil (maksimum 10o) 3. Lepaskan pendulum sehingga pendulum bergerak periodik 4. Tentukan waktu untuk 20 perioda 5. Ulangi langkah (2) sampai (4) sebanyak 5 kali 6. Lakukan langkah (1) sampai (5) untuk panjang L yang berbeda

V. Pertanyaan

1. Turunkan persamaan (3) 2. Jelaskan pengertian amplitudo, frekuensi, perioda dan kecepatan sudut 3. Apa yang harus Anda lakukan terhadap pendulum sederhana untuk : (a) menggandakan frekuensinya? ; (b) menggandakan periodanya? ; (c) menggandakan kecepatan sudutnya? 4. Pada titik yang mana dalam gerak pendulum sederhana memiliki tegangan tali terbesar? Terkecil? Dalam setiap kasus, berikan alasaan yang mendasari jawaban Anda! 5. Mengapa anjing yang pendek berjalan dengan langkah kaki yang lebih cepat dibandingkan anjing yang tinggi?

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

VI. Evaluasi Akhir

1. Hitunglah perioda ayunan 2. Tentukan percepatan gravitasi g 3. Buatlah kurva hubungan antara perioda T dengan panjang tali L 4. Tentukan nilai g dari kurva tersebut. Bandingkan dengan perhitungan (nomor 2) 5. Buatlah analisa dan kesimpulan Anda!

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M5
PENDULUM FISIS
I. Tujuan

Menentukan percepatan gravitasi g

II. Alat Alat

1. Bandul fisis 2. Stop watch 3. Mistar


III. TEORI

Gambar 1 menunjukkan sebuah benda dengan bentuk tak beraturan dipasak sedemikian hingga dapat bergerak tanpa gesekan di sekitar suatu sumbu melalui titik O. Pada posisi kesetimbangannya, pusat gravitasinya berada tepat di bawah pasak; pada posisi yang ditunjukkan pada gambar ; benda dipindahkan dari kesetimbangan dengan sudut sebesar , yang kita gunakan sebagai koordinat suatu sistem.

O l l sin mg sin mg cos mg Gambar 1 Pendulum Fisis

pusat gravitasi

10

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Jarak dari O sampai pusat gravitasi adalah l, momen inersia benda di seputar sumbu putar melalui O adalah I, dan massa totalnya m, sehingga besarnya torsi : X ! mgd sin U (1)

Jika benda tersebut dilepaskan, benda tersebut akan berosilasi di sekitar posisi kesetimbangannya dan jika kecil, sin sama dengan dalam radian, sehingga periodanya : T ! 2T I mgl (2)

Berdasarkan dalil sumbu sejajar, maka perioda T1 ketika panjang benda l1 : T1 ! 2T I pm  ml1 mgl1
2

(3)

Perioda T2 ketika panjang benda l2 : T2 ! 2T I pm  ml 2 mgl 2


2

(4)

Percepatan gravitasinya : g ! 4T 2 (l 2  l1 ) /(T2 l 2  T1 l1 ) dengan : Ln ! (1 / 2 xmbtg xlbtg )  (mbbn  l on ) mbtg  mbbn (6)
2 2 2 2

(5)

IV Cara Kerja

Timbanglah massa batang dan massa beban Ukurlah panjang batang Pilihlah sebuah titik sebagai titik gantung dan ukurlah jaraknya Ayunlah pendulum tersebut dan catat waktu yang diperlukan untuk 40 kali ayunan 5. Ulangi langkah 4 sebanyak 5 kali 6. Ulangi percobaan ini dengan memilih titik lain sebagai titik gantung 1. 2. 3. 4.

11

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

V. Pertanyaan

1. Apa perbedaan antara pendulum sederhana dengan pendulum fisis 2. Buktikan persamaan (5) dari persamaan (3) dan (4)
VI. Evaluasi Akhir

1. Tentukan percepatan gravitasi bumi pada masing - masing titik gantung yang diambil 2. Bandingkanlah hasil yang didapatkan dengan nilai g literatur 3. Buatlah kesimpulan percobaan Anda

12

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M6
KOEFISIEN GESEK
I. Tujuan

1. Mempelajari gaya gesek 2. Menentukan koefisien gesek statis dan kinetis pada gerak translasi
II. Alat Alat

1. Peralatan bidang miring 2. Balok kayu dan logam. 3. Tali 4. Mistar, Timer 5. Beban dan pegas

III. TEORI

Benda yang bergerak pada suatu bidang akan mendapat gaya yang berlawanan dengan arah geraknya yang disebut gaya gesek. Besarnya gaya gesek berbanding lurus dengan gaya normal benda dan sebagai koefisien pembandingnya disebut koefisien gesek antara dua permukaan benda ( ). Ada dua jenis gaya gesek, gaya gesek statis yang bekerja untuk benda yang masih berada dalam kondisi diam dan gaya gesek kinetis yang bekerja saat benda bergerak. A. Koefisien gesek statis.

mg mg

13

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Untuk sistem diatas, pada saat benda tepat akan bergerak : a. Q s ! tan U b. F ! Q s mg B. Koefisien gesek kinetis.

M1g U M2 g

Untuk sistem yang bergerak ke kanan :

a!

m1  m2 (sin U  Q k cos U ) g m1  m2

IV. Cara Kerja

A1. Koefisien Gesek Statis Metode I 1. Amati kondisi permukaan bidang. Ukur luas permukaan benda! 2. Pasang bidang miring mendatar. (U = 0) 3. Letakkan balok diatas bidang tersebut. 4. Perbesar sudut U dengan perlahan hingga saat balok akan mulai bergerak. Catat besar sudut U! 5. Ulangi percobaan untuk balok berbeda.

A2. Koefisien Gesek Statis Metode II 1. Timbang balok yang akan digunakan, atur peralatan seperti gambar b! Gunakan pegas untuk menarik balok! 2. Catat angka yang ditunjukkan oleh pegas sesaat balok akan bergerak. Tentukan massa yang sebanding dengan nilai yang ditunjukkan oleh pegas, catat! 3. Ulangi percobaan dengan variasi massa balok! B. Koefisien Gesek Kinetik

14

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

1. Timbang m1 dan m2. 2. Atur sistem seperti gambar B. 3. Atur sudut U sehingga tan U = 0,25. Tentukan jarak yang ditempuh balok dan waktu tempuhnya. Ukur percepatan sistem! 4. Ulangi percobaan untuk harga U yang berlainan (0,4; 0,5; 0,75; 1; 1,5; 2.)
V. Pertanyaan

1. Buktikan persamaan yang digunakan diatas! 2. Dari persamaan a. dapatkah diartikan bahwa koefisien gesek statis antara 2 permukaan tergantung dari kemiringan permukaan tersebut? Jelaskan 3. Apa yang mempengaruhi nilai koefesien gesek statis dan kinetis? 4. Dalam hal apa gaya gesek diperlukan, dan dalam hal apa gaya gesek diusahakan sekecil mungkin?
VI. Evaluasi Akhir

1. Tentukan s pada percobaan A1! 2. Untuk percobaan A2, buat grafik antara m balok dengan F (m), tentukan s dari kurva tersebut! Bandingkan dengan nilai yang didapat pada percobaan A1! 3. Tentukan
k

dari percobaan B!

4. Buat analisa dan kesimpulan hasil percobaan!

15

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M7
SISTEM KATROL
I. Tujuan

Mempelajari sistem katrol dan gaya sebagai vektor


II. Alat Alat

1. Beban 2. Statip, Katrol 3. Pegas. 4. Busur

III. TEORI

Katrol digunakan untuk mempermudah kerja. Dengan penggunaan katrol, untuk benda dengan massa yang sangat besar dibandingkan dengan massa katrol, gaya awal yang harus dikeluarkan untuk mengangkat benda secara langsung dapat dikurangi sesuai dengan sistem katrol yang digunakan. Untuk katrol tanpa gesekan, F akan sebanding dengan gaya tegang tali yang mengangkat beban pada arah F.
IV. Cara Kerja

1. Atur beban dengan massa tertentu. 2. Gunakan pegas untuk mengangkat beban secara langsung! 3. Letakkan beban pada sistem katrol, tarik beban dengan pegas! 4. Catat angka yang tertera pada pegas! 5. Lakukan untuk beban lainnya! 6. Lakukan untuk sistem katrol lainnya!

16

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

C Gambar 1. Sistem katrol

V. Pertanyaan

1. Tentukan besarnya F untuk masing masing sistem katrol diatas! 2. Adakah pengaruh sudut gaya F pada pengangkatan beban? Jelaskan! 3. Bagaimana jika gaya gesek antara tali dengan katrol sangat besar? Berapa F jika gaya gesek tali dengan katrol tidak dapat diabaikan?

VI. Evaluasi Akhir

1. Tentukan F untuk masing masing katrol! 2. Buatlah grafik hubungan antara F dengan M! 3. Rancanglah sistem katrol dengan F minimum! 4. Beri analisa dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan

17

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

M8 F1
KERAPATAN ZAT CAIR
I. Tujuan

Menentukan densitas (kerapatan) zat cair dengan beberapa metoda


II. Alat Alat

1. Hidrometer 2. Aquadest dan Cairan uji 3. Bejana gelas 4. Pipa U 5. Neraca Torsi 6. Gelas ukur., Mistar, Timbangan, Termometer

III. TEORI

Kerapatan suatu zat adalah perbandingan antara massa zat m dengan volume V, yang secara matematis dinyatakan sebagai: V! m V (1)

Penentuan kerapatan dengan hydrometer menggunakan prinsip Archimedes. Bila sebuah benda dimasukkan ke dalam zat cair, akan mendapat gaya tekan ke atas sebanding dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. F ! VVg Apabila sistem berada dalam kea daan setimbang, maka: F ! 0 ; X ! 0 (3) (2)

18

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

F3

F2

F1

B
Hydrometer Hydrometer dengan massa m, terdiri dari tangkai dan badan yang berisi air raksa sebagai pemberat dengan volume keseluruhan v, ketika dicelupkan kedalam zat cair, maka akan ada bagian hydrometer yang muncul di permukaan (y). Dengan luas penampang hydrometer a, maka bagian yang tercelup akan sebanding dengan berat hydrometer itu, atau: (v  ay ) V ! m (4)

Dengan mengkalibrasi hydrometer, maka nilai y dapat dinyatakan sebagai perbandingan langsung dari V. Metoda Pipa U. Kerapatan zat cair dapat dilihat dari perbedaan ketinggian permukaan zat cair akibat perbedaan tekanan, dengan salah satu zat merupakan zat standar, maka kerapatan zat lain dapat ditentukan sebagai: V1 ! V 2 h2 h1 (5)

IV. Cara Kerja

A. Neraca Torsi 1. Gantungkan beban B pada ujung neraca torsi, atur lengan neraca horizontal! 2. Masukkan beban kedalam cairan! 3. Atur lengan neraca agar horizontal menambahkan beban M pada lengan neraca! 4. Catat jarak lengan (X) dan timbang beban M! kembali dengan

19

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

B. Hidrometer 1. Masukkan zat yang akan diketahui kedalam gelas ukur! 2. Celupkan hydrometer, tunggu hingga permukaan air tenang! 3. Baca skala hydrometer yang tepat pada permukaan cairan. Angka ini merupakan kerapatan zat cair. 4. Lakukan untuk berbagai macam zat cair!

C. Pipa U 1. Masukkan cairan I yang telah diketahui kerapatanya pada salah satu pipa U. 2. Masukkan cairan II yang akan di ukur kerapatannya pada ujung pipa lainnya. (Jangan sampai cairan I dan II tercampur!) 3. Ukur tinggi permukaan zat air pada kedua kaki tabung sampai garis batas campuran, dalam posisi tegak lurus, sebagai h1 dan h2! 4. Ulangi untuk cairan lainnya!

V. Pertanyaan 1. Terangkan hukum hukum yang melandasi percobaan ini! 2. Apa yang dimaksud dengan kerapatan dan berat jenis suatu zat? 3. Bagaimana cara menentukan kerapatan zat yang yang berbentuk padat dan gas? 4. Turunkan persamaan diatas hingga menghasilkan persamaan 4 dan 5!

VI. Evaluasi Akhir 1. Tentukan kerapatan zat cair dari metoda diatas! 2. Bandingkan hasilnya dan berikan pembahasan! 3. Buat kesimpulan dari percobaan!

20

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

F2
TEGANGAN MUKA ZAT CAIR
I. Tujuan

Mempelajari koefisien tegang muka beberapa larutan


II. Alat Alat

1. Statip 2. Jangka sorong 3. Neraca pegas 4. Gelas larutan, Gelas ukur

III. TEORI

Tegangan muka zat cair sebanding dengan usaha yang dibutuhkan untuk menambah luas permukaan zat cair dengan pertambahan luas permukaan. Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya tegang muka zat cair adalah dengan menggunakan cincin logam yang dibuat sangat tipis sehingga jari jari bagian luar (R1) dan bagian dalam (R@) dianggap sama. Pengukuran dilakukan dengan cara mencelupkan cincin kedalam cairan. Ketika cincin diangkat, energi permukaan menahan selaput cairan pada cincin. Bila (y adalah perbedaan tinggi cincin sebelum dan setelah diangkat, luas selaput bagian dalam dan luar akan mengalami perubahan sebesar: (A ! 2.(y.2.T .R Untuk penambahan luas selaput diperlukan energi sebesar: (E ! K .(A ! 2K .2T .R.(y (2) (1)

21

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

yang besarnya sebanding dengan gaya yang dibutuhkan dan perubahan ketinggian, (E ! F .(y Dengan demikian, tegang muka dapat ditentukan dari: K ! F 2.( 2T .R) (4) (3)

Cara lain yang dapat digunakan ialah dengan menggunakan lempeng kaca dengan ketebalan t dan panjang L yang disentuhkan pada permukaan zat cair, tegangan permukaan ditentukan dengan persamaan: K ! F 2( L  t ) (5)

Untuk kawat dengan panjang L yang diangkat dari permukaan, tegangan permukaan adalah: K ! F 2.L (6)

IV. Cara Kerja

1. Buatlah larutan dengan beberapa konsentrasi yang berbeda! 2. Gantungkan kawat penggantungnya! atau lempeng kaca pada tempat

3. Kalibrasikan skala torsi (punter) sehingga diperoleh harga skala! 4. Masukkan kawat atau lempeng kaca pada zat cair yang akan di selidiki! 5. Atur neraca hingga kawat atau lempeng kaca tepat lepas dari permukaan zat cair! 6. Catat angka yang ditunjukkan oleh neraca sesaat sebelum kawat atau kaca lepas dari zat cair! 7. Lakukan untuk beberapa konsentrasi zat cair!
V. Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan tegangan permukaan suatu zat cair? Tuliskan dimensinya! 2. Buktikan persamaan persamaan diatas! 3. Apa yang mempengaruhi besar kecil tegangan permukaan zat cair?

22

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

4. Dapatkah tegangan permukaan dirobah? Jelaskan!


V. Evaluasi Akhir

1. Hitung besar tegang permukaan. 2. Gambarkan kurva hubungan tegangan permukaan dengan konsentrasi larutan. 3. Buat analisa dan kesimpulan hasil percobaan!

23

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

F3
VISKOSITAS CAIRAN NEWTON
I. Tujuan

Menentukan koefisien viskositas cairan dengan menggunakan hukum Stokes.


II. Alat Alat

1. Tabung kaca. 2. Cairan 3. Stop watch 4. Mistar, Jangka sorong 5. Bola, magnet.

III. TEORI

Benda yang dijatuhkan tanpa kecepatan awal akan bergerak dengan percepatan dari gaya gaya yang bekerja padanya:
Fr B

F ! W  B  Fr ! ma

(1)

Dengan W adalah gaya berat benda, B sebagai gaya apung dan Fr merupakan gaya gesek.

Gaya gesek yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan, yang disebut dengan gaya gesek Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut Stokes, gaya gesek dapat dirumuskan : Fr ! 6TrLv (2)

24

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

dengan L merupakan koefisien viskositas dan r adalah jari jari bola, sedangkan v merupakan kecepatan bola (disebut juga sebagai kecepatan terminal) yang bernilai konstan. Dengan semakin besar kecepatan, gaya gesek juga akan membesar, hingga suatu saat akan terjadi keseimbangan dinamis (benda bergerak tanpa percepatan atau F ! 0 ) sehingga persamaan 1 menjadi: Fr ! W  B Dengan v adalah h/t, Sehingga diperoleh : L! t 2 2 r g ( V bola  V cairan ) h 9 (4) (3)

IV. Cara Kerja

1. Ukur jari jari dan massa jenis bola. 2. Tentukan massa jenis zat cair yang digunakan. 3. Masukkan bola kedalam cairan yang telah disiapkan, usahakan tidak ada gelembung, tahan bola dengan magnet pada ketinggian tertentu! 4. Tentukan ketinggian tertentu, lepaskan bola, catat waktu yang dibutuhkan untuk ketinggian tersebut. Ulangi! 5. Lakukan untuk ketinggian berbeda!
V. Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan viskositas? 2. Apakah koefisien viskositas semua zat cair dapat ditentukan dengan cara Stokes? Jelaskan! 3. Apakah yang dimaksud dengan : a) bilangan Raynold, b) aliran laminer, c) aliran turbulen! 4. Buktikan persamaan 4! 5. Dari persamaan 4, dapatkah diartikan bahwa viskositas zat cair tergantung pada jari jari dan kerapatan bola yang dijatuhkan? Jelaskan! 6. Buat bagan data pengamatan!

25

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

VI. Evaluasi Akhir

1. Hitung nilai L! 2. Buat grafik antara h dengan t! Tentukan gradient garis! 3. Hitung nilai L dari gradient garis tersebut! Bandingkan hasilnya dengan cara pertama. 4. Berikan analisa dan buat kesimpulan!

26

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

F4
VENTURIMETER
I. Tujuan

1. Menentukan debit fluida yang mengalir melalui pipa 2. Menentukan koefisien pengaliran venturimeter
II. Alat Alat

1. Aparat venturimeter, pipa yang mempunyai bagian yang menyempit dan dihubungkan dengan sebuah manometer 2. jangka sorong 3. mistar 4. stop watch

III. TEORI

Gambar 1 memperlihatkan sebuah venturimeter, yang digunakan untuk mengukur laju aliran di dalam pipa.

Gambar 1 Venturimeter

27

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Persamaan Bernoulli :
p1  Vgy1  1 1 2 2 Vv1 ! p 2  Vgy 2  Vv2 2 2

(1)

Persamaan Kontinuitas :

A1v1 ! A2 v 2

(2)

Berdasarkan persamaan (1) dan (2), maka kecepatan aliran fluida pada venturimeter di titik 1 adalah : v1 ! 2 gh d1 d 2 1
4

(3)

d1 dan d2 berturut-turut merupakan diameter mulut dan leher venturimeter. Debit teoritis fluida yang mengalir adalah : Qt ! A1 2 gh d1 d 2 1
4

(4)

dengan wg h ! x w  1 (5)

x adalah beda ketinggian zat yang terdapat pada manometer sewaktu fluida mengalir wg merupakan berat jenis zat yang terdapat pada manometer dan w merupakan berat jenis fluida yang mengalir. Debit sebenarnya merupakan volume sesungguhnya dari fluida yang mengalir dalam selang waktu tertentu, atau : Qs ! Tr 2 y t (6)

dengan r merupakan jari - jari bejana dan y merupakan tinggi air yang menyusut pada bejana. Perbandingan antara debit sebenarnya dan debit teoritis disebut koefisien pengaliran dari venturimeter (C).

28

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

C!

Qs Qt

(7)

IV. Cara Kerja

1. Ukurlah diameter mulut venturimeter (d1), diameter leher (d2) dengan menggunakan jangka sorong dan jari - jari bejana (r) dengan menggunakan mistar 2. Aliri air pada venturimeter. Bersamaan dengan itu, pada setiap waktu tertentu, catatlah beda ketinggian zat pada manometer (x), dan tinggi air yang menyusut pada bejana (y) 3. Lakukan langkah (2) sebanyak 8 kali dengan variasi waktu 4. Catatlah beda ketinggian zat pada manometer (x) dan waktu yang diperlukan (t) berdasarkan variasi tinggi air yang menyusut pada bejana (y) sebanyak 8 kali!
IV. Pertanyaan

1. Buktikan persamaan (3) 2. Jelaskan perbedaan manometer dengan barometer 3. Jelaskan pengertian aliran tunak, aliran tak tunak, aliran kompresibel dan aliran inkompresibel 4. Jelaskan prinsip kerja sprayer
VI. Evaluasi Akhir

1. Tentukan debit teoritis dari air yang mengalir tersebut 2. Tentukan debit sebenarnya 3. Tentukan koefisien pengaliran venturimeter 4. Buatlah grafik hubungan debit sebenarnya dengan debit teoritis, dan tentukan nilai koefisien pengaliran venturimeter berdasarkan grafik tersebut!

29

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

P1
KOEFISIEN MUAI LINEAR
I. Tujuan

Mengukur koefisien muai linear batang logam


II. Alat Alat

1. Dilatometer 2. Termometer 3. Batang logam 4. Pemanas

III. TEORI

Secara eksperimen perubahan temperatur (T pada batang logam yang mempunyai panjang awal L akan mengakibatkan perubahan panjang sebesar (L. Perubahan panjang ini berbanding lurus dengan L dan (T dengan konstanta pembanding E yang disebut koefisien muai linear. (L ! EL(T (1)

IV. Cara Kerja

1. Ukur panjang batang logam (L) dan catat temperatur ruang (T0) 2. Posisikan batang logam dengan satu bagian tertahan, dan ujung lainnya pada dilatometer serta pasang thermometer! 3. Hubungkan batang logam dengan sumber panas. 4. Catat perubahan panjang ((L) untuk setiap kenaikan 100C! (minimal 5 kali kenaikan)

30

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

5. Lakukan hal yang sama untuk batang logam lainya! besar!


IV. Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai linear, koefisien muai luas, koefisien muai volume. Tulis dimensi dari masing masingnya! 2. Buktikan bahwa koefisien muai luas 2 kali koefisien muai linearnya, dan koefisien muai volume 3 kali koefisien muai linear!
VI. Evaluasi Akhir

1. Buat kurva yang membuat hubungan antara (L dan (T! 2. Tentukan koefisien muai linear masing masing logam dengan mengukur / menghitung gradient kurva! 3. Tentukan jenis logam dengan melihat nilai E pada buku referensi. 4. Buatlah analisa dan beri kesimpulan percobaan ini!

31

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

P2
KALORIMETER
I. Tujuan

1. Menentukan kalor lebur es. 2. Menentukan panas jenis serta kapasitas panas berbagai logam
II. Alat Alat

1. Kalorimeter dengan selubung luar. 2. Termometer 3. Pemanas dan bejana didih. 4. Keping keping logam 5. Neraca

III. TEORI

Percobaan ini didasarkan pada azas Black. Jika dua benda dengan temperatur berbeda berada dalam satu system, maka terjadi perpindahan kalor dari benda dengan temperatur lebih tinggi ke benda dengan temperatur lebih rendah hingga mencapai keadaan setimbang. Pada keadaan setimbang, kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima.
IV. Cara Kerja

A. Menentukan Nilai Air Kalorimeter.

1. Didihkan air di bejana didih, catat temperatur saat air mendidih (Tp). 2. Timbang Kalorimeter kosong dengan pengaduknya, catat sebagai mk.

32

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

3. Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma) 4. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya, catat temperatur kalorimeter (Ta) 5. Tambahkan air mendidih hingga bagian, catat temperatur kesetimbangan (Ts). 6. Timbang kembali kalorimeter tanpa selubung, catat massa air yang ditambahkan (mp).

B. Menentukan Kalor Lebur Es 1. Siapkan potongan es, catat temperatur es tersebut (Tes) 2. Timbang Kalorimeter kosong dengan pengaduknya, catat sebagai mk. 3. Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma) 4. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya, catat temperatur kalorimeter (Ta) 5. Masukkan potongan es ke dalam kalorimeter, tutup kemudian aduk., catat temperatur kesetimbangan(Ts). 6. Timbang kembali kalorimeter tanpa selubung, catat massa es yang ditambahkan (mes).

C. Menentukan Kalor Jenis Logam 1. Timbang keping - keping logam catat sebagai mlgm, dan panaskan, catat temperatur logam tersebut (Tlgm) 2. Timbang Kalorimeter kosong dengan pengaduknya, catat sebagai mk. 3. Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma) 4. Masukkan kalorimeter ke dalam selubung luarnya, catat temperatur kalorimeter (Ta) 5. Masukkan keping keping logam tadi ke dalam kalorimeter dan catat temperatur setimbangnya (Ts). 6. Ulangi untuk logam logam lainnya!

33

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

V. Pertanyaan

1. Berikan pembahasan tentang azas Black sehingga mendapatkan persamaan yang akan digunakan pada percobaan ini (A, B, C) 2. Tuliskan defenisi panas jenis, kalor lebur, kapasitas kalor! Tulis dimensi dari masing masing besaran. 3. Apakah yang dimaksud dengan nilai air kalorimeter? 4. Apa yang dimaksud dengan keadaan kesetimbangan.
VI. Evaluasi Akhir

1. Hitung nilai air kalorimeter! 2. Hitung kalor lebur es, panas jenis logam dan kapasitas kalor dari logam yang digunakan! Bandingkan dengan literatur! 3. Buat analisa dan berikan kesimpulan percobaan!

34

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

O1
LENSA
I. Tujuan

3. Mempelajari sifat pembiasan cahaya pada lensa. 4. Menentukan jarak fokus lensa
II. Alat Alat

4. Lensa Positif dan negatif 5. Benda berupa celah 6. Bangku optis 7. Layar penangkap bayangan 8. Sumber tegangan, lampu filamen
III. TEORI

Hubungan antara jarak fokus lensa f, jarak benda s, dan jarak bayangan s diperoleh dari optik geometris. Tiga berkas cahaya utama, sinar fokus, sinar paralel dan sinar pusat seperti terlihat pada Gambar 1 :
s s

Gambar 1. Pembentukan bayangan pada lensa tipis.

35

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Dengan melihat geometris dari gambar, jarak fokus lensa dapat dihitung dengan : 1 1 1 !  f s s' (1)

Dengan jarak benda dengan bayangan (L) yang sama, pada saat didapatkan bayangan diperbesar, dengan lensa pada posisi I, posisi lensa dapat digeser sehingga jarak antara benda dan lensa berubah (posisi II) hingga diperoleh bayangan yang jelas namun diperkecil seperti terlihat dari Gambar 2.

Gambar 2. Penentuan jarak fokus lensa dengan metode Bessel Dengan menentukan jarak L, serta posisi lensa untuk bayangan diperbesar dan diperkecil (e) jarak fokus lensa dapat ditentukan. Penentuan fokus lensa dengan metoda ini dinamakan juga dengan Metoda Bessel: f ! L2  e 2 4L (2)

dengan L merupakan jarak antara benda dan bayangan dan e merupakan jarak antara posisi I (posisi lensa ketika didapatkan bayangan diperbesar) dan posisi II (posisi lensa ketika didapatkan bayangan diperkecil) Cara lain untuk menentukan fokus lensa ialah dengan menggunakan sifat sinar sejajar sumbu utama lensa yang melewati lensa akan terkumpul pada jarak fokus lensa, sehingga fokus lensa dapat ditentukan langsung dari posisi sinar jatuh. Metode ini disebut juga dengan metode aoutoklimasi.

Gambar 3. Fokus lensa dari berkas sinar sejajar.

36

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

IV. Cara Kerja

A. Menentukan Fokus Lensa Positif dengan Metode Lensa Tipis 1. Susunlah sistem optik seperti Gambar 1 2. Ambil jarak dari benda ke layar (lebih dari 100 cm). Catat posisi benda dan bayangan (layar) 3. Geserkan lensa (depan dan belakang) sehingga didapatkan bayangan diperbesar yang jelas pada layar. Catat posisi lensa 4. Tentukan jarak antara benda dan lensa (s) dan jarak antara lensa dan bayangan / layar (s) 5. Tentukan jarak fokus lensa dengan menggunakan Persamaan 1 B. Menetukan Fokus Lensa Positif dengan Metode Bessel 1. Berdasarkan percobaan A, geserkan kedudukan lensa sehingga didapatkan bayangan lainnya yang diperkecil dan jelas 2. Catat posisi bayangan diperkecil 3. Tentukan jarak antara benda dengan layar (L) dan jarak antara posisi lensa diperbesar dengan posisi lensa diperkecil (e) 4. Tentukan jarak fokus lensa dengan menggunakan Persamaan 2. C. Metode Autokolimasi 1. Letakkan system sumber cahaya, benda, lensa positif, dan cermin. 2. Gerakkan lensa maju mundur sepanjang sumbu utama sampai berbentuk bayangan pada layar! 3. Jarak antara lensa dan bayangan adalah panjang fokus lensa positif. 4. Ulangi minimal 5 kali, Cari nilai rata rata fokus lensa. D. Menentukan Jarak Fokus Lensa Negatif 1. Buatlah bayangan yang jelas pada layar dengan bantuan lensa positif 2. Letakkan lensa negative antara lensa positif dan layar. 3. Geser layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada layer 4. Tentukan jarak fokus lensa dengan menggunakan Persamaan 1

37

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

V. Pertanyaan

1. Untuk melukis bayangan oleh sinar yang melewati lensa, digunakan tiga berkas sinar istimewa, yang manakah tiga sinar istimewa tersebut? Buatlah contoh jalannya sinar tersebut pada lensa cembung dan lensa cekung! 2. Apa yang dimaksud dengan titik fokus pertama dan titik fokus kedua suatu lensa? 3. Apa ukuran kekuatan lensa? Beri contoh! 4. Apa sifat lensa positif dan lensa negatif dalam pembentukan bayangan? 5. Buat bagan data pengamatan!
VI. Evaluasi Akhir

1. Buktikan Persamaan (1) 2. Buktikan persamaan (2) 3. Jelaskan macam macam aberasi pada lensa dan adakah pengaruhnya dalam penentuan jarak fokus lensa? 4. Bagaimana hubungan antara perbesaran bayangan dengan jarak fokus lensa dan jarak benda! 5. Tentukan fokus lensa dari masing masing metoda. 6. Buat analisa dan kesimpulan hasil percobaan!

38

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

O2
KISI DIFRAKSI
I. Tujuan

1. Mempelajari terjadinya garis-garis spektra cahaya karena peristiwa difraksi 2. Menentukan panjang gelombang sinar monokromatis dari peristiwa difraksi
II. Alat

1. Sumber Cahaya 2. Kisi Difraksi 3. Lensa Cembung / Positif


4.

Layar

III. TEORI

Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada sebuah kisi, sebagian akan diteruskan sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan. Akibat pelenturan tersebut, apabila kita melihat sumber cahaya monokhromatis dengan perantara sebuah kisi, akan tampak suatu pola difraksi berupa pita-pita terang.

x 5

Kisi

Layar

39

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Intensitas pita-pita terang mencapai maksimum pada pita pusat dan pita-pita lainnya yang terletak dikiri dan kanan pita pusat Intensitas pita berkurang untuk warna yang sama bila pitanya makin jauh dari pita pusat. Pita-pita terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari 2 celah kisi yang berurutan memenuhi persamaan : mP = d sin U (1)

dengan m adalah orde pola difraksi (0, 1, 2, ..) , P panjang gelombang cahaya yang digunakan, d jarak antara 2 garis kisi (konstanta kisi), dan U sudut lenturan/ difraksi

IV. Cara Kerja

1. Susunlah alat alat dengan urutan : Sumber cahaya, lensa cembung, kisi difraksi dan layar, seperti Gambar berikut :

Layar (Hasil Difraksi)

x
Lensa kisi +

2. Hidupkan lampu, amatilah letak spectrum cahaya yang tampak pada layar 3. Pilihlah sebuah warna pada layar (yang akan ditentukan panjang gelombangnya) 4. Tentukan besar sudut antara kisi dengan layar (x) dan layar dengan warna yang akan ditentukan panjang gelombangnya (y). Gunakan hubungan tan = y/x 5. Tentukan panjang gelombang menggunakan persamaan 1. sinar tersebut dengan

6. Ulangi percobaan tersebut dengan variasi jarak kisi ke layar (x) dan tentukan besar panjang gelombang sinar lainnya.

40

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

V. Pertanyaan

1. Buktikan persamaan 1. 2. Apakah yang dimaksud dengan interferensi dan difraksi! 3. Apakah yang dimaksud dengan pola difraksi dan bagaimana terjadinya? 4. Lukiskan jalannya cahaya polikromatis yang dijatuhkan pada kisi 5. Buat bagan data pengamatan.

VI. Evaluasi Akhir

1. Bila konstanta kisi yang digunakan semakin kecil, apakah jarak antara spektrum akan semakin sempit atau sebaliknya? 2. Apakah perbedaan terjadinya spektrum pada prisma dan pada kisi! 3. Mengapa untuk orde spektra yang lebih tinggi akan memperoleh perhitungan yang lebih tepat dibandingkan dengan perhitungan yang diperoleh dari orde yang lebih kecil? 4. Sebutkan kegunaan serta aplikasi menentukan gelombang suatu sinar dalam berbagai bidang! panjang

41

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

O3
INDEKS BIAS PRISMA
I. Tujuan

Menentukan indeks bias prisma


II. Alat

1. Spektrometer 2. Lampu Natrium atau Hg 3. Prisma


III. TEORI

Apabila suatu sinar dengan sudut tertentu melewati dua medium yang berbeda, dengan n1 adalah indeks biar medium I dan n2 untuk medium II, maka akan berlaku hubungan: n1 sin i ! n 2 sin r (1)

dengan i adalah sudut datang serta r merupakan sudut bias yang diukur terhadap garis normal.
N n1 i

r n2

Gambar 1 Berkas cahaya pada medium yang berbeda

42

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

IV. Cara Kerja

A. Pengukuran sudut pembias prisma

1. Letakkan prisma dengan sudut pembias A menghadap ke sumber cahaya. Dengan sudut datang sembarang seperti terlihat pada gambar.
O O X X

2. Dengan menggunakan teropong, cari sinar pantul dari dua buah sisi sudut pembias. Jika besar sudut antara kedua sinar pantul tersebut adalah U, maka : A=U (2) 3. Lakukan langkah 1 dan 2 sebanyak 3 kali 4. Ulangi langkah 1 sampai 3, menggunakan prisma yang lain

B. Mencari indeks bias menggunakan metode sudut datang = sudut pembias prisma

1. Cari skala sudut pada saat teropong dan sumber cahaya berada pada suatu garis lurus (titik nol)!
O O O O

2. Letakkan prisma sedemikian rupa sehingga sudut antara titik nol dengan sinar pantul yang diperoleh dari kedua sisi prisma akan membentuk sudut yang sama besar! Posisi itu menunjukkan bahwa sisi lain tegak lurus terhadap sinar datang seperti terlihat pada gambar. 3. Cari sinar bias yang keluar dari prisma menggunakan teropong, catat skala sudutnya! 4. Selisih deviasi sudut pada langkah 3 dengan skala sudut titik nol merupakan sudut deviasi (d)

Catatan : nilai n dihitung dengan persamaan n ! sin 2 d  (1  sin d cot gA) 2


(3)

43

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

C. Metoda sudut deviasi minimum

1. Letakan prisma sehingga salah satu sudut pembias menerima cahaya dengan sudut datang sangat besar, tetapi lebih kecil dari 90r (perhatikan sinar 1) seperti terlihat pada gambar dibawah. 2. Dengan teropong, cari sinar keluar (berupa spektrum) dari prisma! 3. Putarlah meja prisma sehingga sudut datang berkurang, bersama dengan itu putarlah teropong dengan arah yang sama, jaga agar bayangan/spektrum tetap berada dalam pengelihatan Saudara! 4. Putarlah terus prisma dan teropong sampai spektrum bergerak berbalik arah terhadap arah perputaran prisma! 5. Catat besar sudut pada saat spektrum berbalik arah! 6. Ambil prisma tersebut lalu gerakkan teropong untuk mendapatkan cahaya langsung dari sumber, catat sudut itu! 7. Selisih dua sudut tersebut merupakan sudut deviasi minimum! 8. Lakukan langkah 1 sampai 7 sebanyak 3 kali! 9. Ulangi langkah 1 sampai 8, menggunakan prisma yang lain! 10. Lakukan semua langkah untuk warna-warna C, D dan F! Catatan: Nilai n untuk metoda ini adalah n! sin 1 ( Dm  A) 2 sin 1 A 2
2 3 1

(4)

Dm D3

D1

2 1

44

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

V. Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud oleh : indeks bias, deviasi sudut, deviasi minimum, relaksasi, refleksi, dispresi dan daya dispresi? 2. Apa syarat deviasi minimum terjadi? 3. Buktikan Pers. (1), (2) (3) dan (4)! 4. Buat bagan data pengamatan!
VI. Evaluasi Akhir

1. Hitung sudut A, B, C! 2. Hitung sudut deviasi minimum! 3. Hitung n prisma dengan dua metode tersebut. Bandingkan hasilnya! 4. Buatlah analisis dam berilah kesimpulan dari percobaan ini!

45

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

MODUL

O4
POLARIMETER
I. Tujuan

1. Mempelajari prinsip polarimeter 2. Mengukur sudut putar jenis larutan larutan gula sebagai fungsi konsentrasi 3. Menentukan kosentrasi larutan gula dengan polarimeter.
II. Alat

1. Polarimeter 2. Sumber cahaya Natrium 3. Gelas ukur 10 ml 4. Beaker glass 100 ml 5. Pipet dan batang pengaduk 6. Gula pasir

III. TEORI

Cahaya merupakan gelombang elektro magnet yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnet yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Gelombang ini bergetar kesegala arah sehingga disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan hanya yang memiliki arah rambat yang sama. Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator akan diteruskan seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka yang diteruskan hanya sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optis aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi.

46

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

Gambar 1. Skema prinsip operasi polarimeter dan penampakan dari tiga posisi pada analisator :P polarisator, P polarisator setengah gelap, A analisator, S sampel Pemutaran bidang putar dari zat optis aktif dapat diamati dengan menggunakan 2 polarisator silang. Sudut putar adalah sudut dimana ditunjukan oleh analyser setelah sinar melewati larutan dan membentuk gelap maksimum. Akurasi pembentukan gelap total oleh analisator sangat terbatas, putaran kecil dari bidang polarisasi oleh larutan optis aktif lemah tidak dapat dideteksi secara tepat. Apabila bidang polarisasi tersebut berputar ke arah kiri (levo) dilihat dari pihak pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri. Demikian juga untuk peristiwa sebaliknya (dextro). Besar sudut pemutaran bidang polarisasi (J) dapat dinyatakan sebagai :
J ! L C ET
D

(1)

dengan: C adalah konsentrasi larutan L panjang kolom larutan, D sudut ET putar jenis larutan optik aktif untuk sinar D Natrium pada temperatur T Untuk larutan gula, sudut putar jenis pada temperatur 20oC adalah D = E 20 0 2 0 66,52 cm C/gr
D Sedangkan hubungan sudut putar jenis pada temperatur t dengan T dapat E dinyatakan sebagai:

D E T = E D _  0,000184(T  20)a 20 1

(2)

47

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

IV. Cara Kerja

A. Mencari D ET 1. Susun alat seperti pada Gbr 1! 2. Isi tabung larutan dengan air kran sehingga terisi penuh dan tidak ada gelombang udara didalamnya! Masukkan kedalam Polarimeter! 3. Tentukan titik nol dengan memperhatikan teropong sambil mengatur alat putar ! 4. Pada pemutaran itu akan terlihat seperti Gbr 1 : 5. Lakukan pengamatan sebanyak 3 kali. 6. Ganti air tersebut dengan larutan gula 10 s/d 20 gram dalam 80 ml larutan (larutan 1). Catat posisi skala analisator pada saat keadaan 3 didapat. Selisih pembacaan skala pada 3 dan 4 menyatakan besar sudut putar bidang polarisasi (J) 7. Ulangi percobaan 4 dengan menggunakan membuat larutan 2, yakni 9 ml larutan 1 yang ditambah air menjadi 10 ml. 8. Demikian pula untuk larutan 3, 4 dst dengan menambahkan 8 ml, 7 ml, ., 1 ml larutan 1 dengan air menjadi 10 ml. 9. Catat temperatur ruang dan panjang tabung larutan! B. Menentukan konsentrasi larutan gula 1. Mintalah larutan gula yang akan diukur konsentrasinya kepada asisten! 2. Lakukan langkah-langkah seperti A2 dan A3!
V. Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan zat optik aktif! Sebutkan contoh dan arah pemutaran bidang polarisasinya ! 2. Sebutkan jenis-jenis polarisasi! 3. Bagaimana polarisasi dapat terjadi 4. Buat bagan data pengamatan!

48

M E KA N I KA ,

P A N A S

&

O P T I K

VI. Evaluasi Percobaan

1. Buatlah grafik antara sudut putar bidang polarisasi terhadap konsentrasi larutan! D 2. Hitung harga dari grafik! E T 3. Hitung konsentrasi larutan yang diberikan oleh asisten! 4. Bagaimanakah arah putar bidang polarisasi larutan gula? 5. Buat kesimpulan Saudara dengan memperhatikan pertanyaanpertanyaan diatas dan dengan memperhatikan percobaan!

49

You might also like