You are on page 1of 12

MAKALAH DISKUSI BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

PANEN DAN PASCA PANEN

Disusun Oleh :

1. Annisa fauziyah 2. Danu Budi P 3. Dudi Djulianto 4. Astri 5. Aditya Dwijayanto 6. Cristiani Novalina P 7. Dodi Candra F 8. Septian Sapta H 9. Nur Fitriana 10. Muhamad Faridul 11. Hidayat Harsoyo 12. Akbar Burhani R 13. Galih Pamuji Y 14. Baskara Anggarda

A1L009118 A1L009139 A1L009119 A1L009141 A1L009142 A1L009143 A1L009144 A1L009145 A1L009146 A1L009147 A1L009148 A1L009149 A1L009137 A1L009121

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditas minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan dan merupakan tanaman perkebunan utama.Saat ini tanaman kelapa sawit menjadi salah satu andalan atau komoditas yang unggulan dalam sektor perkebunan dan merupakan komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang sangat cerah karena seiring dengan berjalannya waktu, industri-industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit berkembang dengan sangat pesat. Selain itu, kelapa sawit juga memiliki produk olahan yang beraneka ragam seperti bahan makanan, bahan industri, kosmetik dan obat-obatan. Tanaman kelapa sawit sangat penting artinya bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Dalam kurun 200 tahun terakhir ini, kelapa sawit adalah komoditas andalan untuk ekspor maupun komoditas yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani perkebunan serta transmigran Indonesia. B. Tujuan 1. Mengetahui teknik pemanenan kelapa sawit yang tepat 2. Meningkatkan nilai komoditas kelapa sawit lewat teknik pengelolaan pasca panen

BAB II MENGENAL KELAPA SAWIT

A. Asal dan Penyebaran Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan permintaan minyak nabatimeningkat akibat adanya Revolusi Industripada pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenaljenis sawit "Deli Dura". Tahun 1911 kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgiayang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada tahun 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia- Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia.Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruhmiliter) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (Malaysia).Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan.Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi, sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor

hingga sekarang masih hidupdengan ketinggian sekitar 12mdan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

B. Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Liliopsida : Palmales : Palmaceae : Elaeis : Elaeis guineensis, Elaeis oleifera

C. Deskripsi Tanaman Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 m. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping.Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan pohon kelapa.

Tanaman kelapa sawit dan bagian-bagiannya

Bunga jantan dan betina terpisah, tetapi berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril, sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan.Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah.Minyak atsiri dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak akanbertambah sesuai tingkat kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.Buah terdiri dari tiga lapisan, yaitu eksoskarp (bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin), mesoskarp (serabut buah), dan endoskarp (cangkang pelindung inti).Inti sawit (kernel) berupa biji yang merupakan
endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit yang matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). D. Syarat Tumbuh Habitat aslinya adalah daerah semak belukar.Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS).Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil kira-kira 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

BAB III PANEN

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH).Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal.Manajemen kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum.Buah yang dipanen harus secepatnya dibawa ke pabrik. Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak pada umur 5,5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan atau minimal 60% buah telah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan) secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 13 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Alat-alat yang digunakan untuk memanen kelapa sawit, diantaranya: alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm) di areal tanaman muda (3-5 tahun), kampak, egrek, aloy stick, tali, gancu, kereta sorong (sepeda), dan goni. Adapun teknik pemanenan kelapa sawit dilakukan dengan cara: 1. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong 2.Pelepah di bawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa), sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah tidak dipotong karena yang dipotong hanya buah saja 3. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (di areal rata), sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun

disekitar tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi 4. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil sedangkan brondolan yang dipiringan dikutip bersih dan dimasukan tersendiri dalam karung goni untuk dibawa ke tempat pengumpulan brondolan. 5. Gagang TBS dibentuk cangkem kodok dan diberi nomor pemanen. 6. Tandan buah segar disusun 5-10 tandan per-baris. Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman, dan serangan hamapenyakit. Sebagai contoh, tingkat produksi kelapa sawit jenis Dura dapat dilihat berikut ini: a) Umur tanaman 4 tahun; hasil minyak=500 kg/ha, hasil inti=100 kg/ha b) Umur tanaman 5 tahun; hasil minyak=740 kg/ha, hasil inti=150 kg/ha c) Umur tanaman 6 tahun; hasil minyak=1.000 kg/ha, hasil inti=200 kg/ha d) Umur tanaman 7 tahun; hasil minyak=1.300 kg/ha, hasil inti=260 kg/ha e) Umur tanaman 8 tahun; hasil minyak=1.600 kg/ha, hasil inti=320 kg/ha f) Umur tanaman 9 tahun; hasil minyak=1.900 kg/ha, hasil inti=380 kg/ha g) Umur tanaman 10 tahun; hasil minyak=2.000 kg/ha, hasil inti=400 kg/ha h) Umur tanaman 11 tahun; hasil minyak=2.200 kg/ha, hasil inti=440 kg/ha i)Umur tanaman 12 tahun; hasil minyak=2.250 kg/ha, hasil inti=450 kg/ha Hasil tersebut masih dibawah standard produksi minyak kelapa sawit di Asia Tenggara yang rata-rata 5 ton/ha dan di Malaysia yang dapat mencapai 6-8 ton/ha.

BAB IV PASCA PANEN

Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang diperoleh dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah pentingnya adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan caraekstraksi. Pertama tandan buah diletakkan di piringan.Buah yang lepas disatukan dan dipisahkan dari tandan.Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda.Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10.Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan di dalam digester, dan dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak serta dilakukan proses pemurnian. Sisa pengepresan berupa ampas yang dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya. Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Perebusan (sterilisasi) TBS TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130oC selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah a) Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembentukan free fatty acid, b) Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air, c) Mempermudah perontokan buah, dan d) Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi. 2. Perontokan buah Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dari tandannya dengan menggunakan mesin thresher.Tandan kosong disalurkan ke tempat

pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organik.Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan. Selamaproses perontokan buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.

3. Pelumatan buah Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar.Suhu di dalam steam jacket sekitar 85-90oC. Tujuan dari pelumatan buah adalah: a)

Menurunkan kekentalan minyak, b) Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah, dan c) Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp. 4. Pengempaan (ekstraksi minyak sawit) Proses pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut, dan tekanan hidrolis. 5. Pemurnian minyak Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut, dan air sekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses pemurnian ini sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a. Pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank) Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air. b. Sentrifusi minyak Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%. c. Pengeringan hampa Tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC.

d. Pemurnian minyak di dalam tangki lumpur Proses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur. e. Strainer Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah halus. f. Pre cleaner Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude. g. Sentrifusi lumpur Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran.Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan. h. Sentrifusi pemurnian minyak Tahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat. i. Pengeringan minyak Dalam proses pengeringan minyak,kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95oC. 6. Pemisahan biji dengan serabut (Depeicarping) Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diadukserta dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatis.Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum.Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam. 7. Pengeringan dan pemisahan inti sawit Setelah dipisahkan dari serabutnya, selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu 56oC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator.Setelah terpisah dari tempurungnya, inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya inti

dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90oC. 8. Pengujian minyak kelapa sawit a. Standar produksi Meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengujian, pengambilan sampel, dan cara pengemasan b. Standar mutu Standar mutu kelapa sawit di Indonesia tercantum di dalam Standar Produksi SP N10 1975 c. Klasifikasi Produksi minyak kelapa sawit sebagai bahan pangan memiliki dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. d. Pengambilan contoh Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum 30 karung tiap partai barang, kemudian tiap karung diambil contoh maksimum 1 Kg. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur dan dari campuran tersebut di ambil 1 kg untuk dianalisa.Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman dan dilatih terlabih dahulu serta mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. 9. Pengemasan (packing) Cara pengemasan : inti kelapa sawit dikemas dalam karung goni kuat, bersih, kering dan kuat dengan berat bersih 50-80 kg. Kemudian dijahit menyilang pada ujung karungnya atau dikapalkan secara bulk.Pemberian merek: nama barang, jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia, berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.

BAB V SIMPULAN 1. Teknik pemanenan kelapa sawit yang tepat dapat dilakukan dengan cara: a. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong b. Pelepah di bawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa), sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah tidak dipotong karena yang dipotong hanya buah saja c. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (di areal rata), sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun disekitar tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi d. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil sedangkan brondolan yang dipiringan dikutip bersih dan dimasukan tersendiri dalam karung goni untuk dibawa ke tempat pengumpulan brondolan. e. Gagang TBS dibentuk cangkem kodok dan diberi nomor pemanen. f. Tandan buah segar disusun 5-10 tandan per-baris.

2. Untuk meningkatkan nilai komoditas kelapa sawit lewat teknik pengelolaan pasca panen melalui beberapa tahapan yaitu : a. Perebusan (sterilisasi) TBS b.Perontokan buah c. Pelumatan buah d.Pengempaan (ekstraksi minyak sawit) e. Pemurnian minyak f. Pemisahan biji dengan serabut (Depeicarping) g.Pengeringan dan pemisahan inti sawit h.Pengujian minyak kelapa sawit i. Pengemasan (packing)

You might also like