You are on page 1of 4

Lampiran masalah

Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang berarti Dewi cinta dari Romawi kuno) yang didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan karena aktifitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan pada beberapa kasus PMS yang membahayakan , misalnya HIV (Human Immunodeficiency Virus), sifilis, gonore, ulkus mole dan lain-lain (Faiza, 2008). Angka kejadian Penyakit Menular Seksual (PMS) saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Jumlah penderita yang sempat terdata hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya. Kelompok yang mempunyai resiko untuk terkena PMS adalah: Kelompok usia produktif Pelancong dan pelaut Pekerja seksual komersial (WTS) Pecandu narkotik Homoseksual Secara umum insiden PMS cenderung mengalami peningkatan baik dari segi luas wilayah maupun angka kejadian. Hal ini sesuai dengan faktor yang mempengaruhi pola distribusi dan prilaku pada PMS terutama kasus HIV/AIDS yang hingga sekarang belum ditemukan vaksindan cara pengobatan yang efektif. Bila akhir tahun 1998 dilaporkan adanya 846 kasus HIV di Indonesia maka eadaan sebenarnya tentunya lebih banyak lagi sesuai fenomena gunung es. Diasumsikan bila 1 orang terdeteksi HIV maka ada 100 orang yang terinfeksi HIV yang belum terdeteksi. Menurut WHO memperkirakan pada tahun 2000 di Indonesia akan terdapat penderita HIV/AIDS sampai 75.000 pederita dan d seluruh dunia di perkirakan 40 juta penderita adalah remaja. PMS merupakan masalah kesehatan masyarakat diantara remaja (10-19 tahun) dan pemuda seluruh dunia, mereka yang berusia antara 20-24 tahun merupakan kelompok risiko tinggi. Lebih kurang 5% remaja dan penduduk usia muda tertular PMS setiap tahun (Prawirohardjo, 2005). Remaja seringkali kekurangan informasi dasar tentang kesehatan refroduksi.

Soetjinigsih, (2010) menyatakan di Amerika Serikat dari 20 juta kasus IMS yang dilaporkan setahunnya, 30% adalah remaja, dan lebih dari 50% merupakan kelompok remaja dan dewasa muda yaitu umur dibawah 25 tahun. Di Inggris hampir di seluruh negeri terjadi peningkatan insidensi IMS dan terjadi terutama pada kelompok remaja. Pada tahun 2000, 34% dari seluruh infeksi klamidia dan 40% gonore pada perempuan dewasa, terdapat pada remaja perempuan. Menurut Depkes tahun 2009 diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 130.000 orang. Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian

(http://www.ppp.depkes.go.ic). Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual dan bahaya seks bebas. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari infeksi menular seksual. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhanpenyuluhan serta pendidikan tentang seks

Menurut abeenabilla (2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kejadian PMS antara lain: 1) Seks tanpa pelindung, meski kondom tidak seratus persen dapat mencegah PMS, namun kondom tetap merupakan cara terbaik untukmenghindar dari infeksi. Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Selain itu, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik terhadap PMS. 2) Berganti-ganti pasangan, semakin banyak pasangan seksual semakin besar kemungkinan terekspos suatu PMS 3) Mulai aktif secara seksual pada usia dini, kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. Hal ini dikarenakan wanita muda khususnya

lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi, selain itu, kaum muda juga lebih jarang menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, terlibat perilaku seksual, dan suka berganti-ganti pasangan, 4) Pengggunaan alkohol, konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit meminta pasangannya menggunakan kondom, 5) Penyalahgunaan obat, prinsipnya hampir sama dengan penggunaan alkohol, orang yang berhubungan seksual di bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku seksual selain itu, penggunaan obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga bisa ditransmisikan lewat seks, 6) Seks untuk uang, Orang yang menjual seks sering berganti-ganti pasangan sehingga rentan untuk mengalami PMS, 7) Monogami serial, Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu
masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. Perilaku ini juga berbahaya, sebab orang yang mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudah dites kesehatan reproduksi, 8) Sudah terkena suatu PMS, penderita yang sudah pernah mengalami PMS lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya, 9) Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi, kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom. Ini bisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan suatu penelitian tentang Pengaruh Penyuluhan dengan sikap remaja putri terhadap penyakit menular

seksual atau Faktor- faktor yg mempengaruhi meningkatnya kejadian PMS di era GLOBALISASI

You might also like