You are on page 1of 12

1 RESENSI Resensi berasal dari kata resensie (bahasa Belanda).

Kata resensie berasal dari kata recensere (bahasa Latin), yang memiliki arti memberi penilaian. Resensi dapat pula berasal dari kata review (bahasa Inggris), yang memiliki arti lebih luas, yaitu mengupas isi buku, seni lukis, pertunjukan, musik, film, drama, dan sebagainya (Sri Utami et.al, 2008:125). Peresensi biasanya adalah orang yang berkompeten yang memberi penilaian tentang buku dan memberitahu kepada khalayak tentang perlu tidaknya sebuah buku dibeli (Minto Rahayu, 2007:151). A. Tujuan Resensi Trimanto (2011) menyatakan bahwa tujuan pokok penulisan resensi mencakup tiga hal, yakni: 1. Memberikan sugesti kepada pembaca, apakah sebuah buku film patut dibaca/ditonton atau tidak. 2. Melukiskan dan memaparkan pendapatnya melalui sebuah timbangan atau penilaian. 3. Menyodorkan pendapatnya itu. kriteria-kriteria yang jelas dalam mengemukakan

B. Fungsi Resensi Trimanto (2011) juga menyatakan bahwa sebuah resensi paling tidak memiliki tiga fungsi utama, yakni: 1. Fungsi informatif, yakni menginformasikan keberadaan buku/film tertentu sehingga pembaca merasa tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut. 2. Fungsi komersial, yakni mempromosikan produk baru untuk kepentingan komersial.
3. Fungsi

akademik, yakni interaksi antara penulis/pengarang buku,

penerjemah, editor, dan peresensi dalam membentuk wacana keilmuan mengenai topik tertentu.

C. Sifat Resensi Resensi bersifat informatif, tidak berisi suatu kritikan yang mendalam atau penilaian tentang bermutu atau tidaknya suatu karya cipta tertentu. Meskipun bersifat informatif resensi juga bukan iklan tentang buku baru (Sri Utami et.al, 2008:125).
D. Dasar-Dasar Resensi

Sebelum meresensi, peresensi perlu memahami dasar-dasar resensi. Apa sajakah dasar-dasarnya? Berikut ini penjelasannya. 1. Peresensi memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku itu. Tujuan pengarang dapat diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahuluan buku. Kemudian, dicari apakah tujuan itu direalisasikan dalam seluruh bagian buku. 2. Peresensi menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat. 3. Peresensi memahami betul latar belakang pembaca yang menjadi sasarannya: selera, tingkat pendidikan, dari kalangan macam apa asalnya, dan sebagainya. Atas dasar itu, resensi yang dimuat surat kabar atau majalah tidak sama dengan yang dimuat pada surat kabar atau majalah yang lain. 4. Peresensi memahami karakteristik media cetak yang akan memuat resensi. Setiap media cetak ini mempunyai identitas, termasuk dalam visi dan misi. Dengan demikian, kita akan mengetahui kebijakan dan resensi macam apa yang disukai oleh redaksi. Kesukaan redaksi ini akan tampak pada frekuensi jenis buku yang dimuat. Demikian pula, jenis buku yang dimuat biasanya sesuai dengan visi dan misinya. Misalnya, majalah sastra tidak menampilkan resensi buku tentang teknik. Jenis buku yang dimuat pasti buku yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Demikian pula dengan majalah teknik dan filsafat.

3 Selain itu, peresensi ada baiknya mengetahui media yang akan dituju, seperti surat kabar (nasional atau daerah), dan majalah (ilmiah, ilmiah populer, atau hiburan). E. Kelebihan Resensi 1. Tidak basi Jika dibandingkan dengan tulisan lain, seperti berita, artikel, dan karangan khas (features), resensi lebih tahan lama. Artinya, meskipun resensi dikembalikan oleh redaksi, resensi itu masih dapat dikirim ke media lain. Demikian pula buku yang diresensi tidak harus buku yang baru terbit. Kita boleh meresensi buku yang terbit setahun yang lalu, asalkan buku itu belum pernah dimuat di media yang akan dituju. Meskipun demikian, pada umumnya buku yang diresensi, buku-buku yang baru terbit. 2. Menambah wawasan Informasi dari buku sangat berguna untuk menambah wawasan berpikir dan mengasah daya kritis. Kita juga bisa menilai apakah buku itu bermutu atau tidak. 3. Keuntungan finansial Jika resensi kita dimuat, kita tidak menerima honor dari redaksi saja, tetapi juga dari penerbit. Kalau fotokopi resensi itu dikirim ke penerbit, minimal buku baru yang kita dapat (jika penerbit tidak bersedia memberi honor). Biasanya penerbit akan memberi beberapa buah buku baru untuk diresensi kalau resensi buku kita sering dimuat di media cetak. Jadi, lumayan koleksi buku kita bertambah tanpa harus membeli.

F. Nilai Buku Kegiatan meresensi buku pada hakikatnya melakukan penilaian terhadap buku. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan, mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan buku dengan

4 penuh tanggung jawab yang berarti mengajukan dasar-dasar atau argumen terhadap pendapatnya, dan kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk membentuk pendapatnya itu, serta data yang meyakinkan (dengan menyajikan kutipan-kutipan yang tepat dan relevan). Sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa, dan teknik) itu sering sulit diterapkan secara mekanis. Suatu unsur, sering lebih mendapat tekanan daripada unsur yang lain. Hal yang patut diperhatikan sebaiknya tidak menggunakan salah satu unsur untuk menilai keseluruhan buku. Nilai buku akan lebih jelas apabila dibandingkan dengan karya-karya sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang itu sendiri maupun yang ditulis oleh pengarang lain. G. Bahasa Resensi Bahasa resensi biasanya singkat-padat, tegas, dan tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan dengan karakter media cetak yang akan memuat dan karakter pembaca yang menjadi sasarannya. Pemilihan karakter bahasa berkaitan erat dengan masalah penyajian tulisan. Misalnya, tulisan yang runtut kalimatnya, ejaannya benar, tidak panjang lebar (berteletele), dan tidak terlalu banyak coretan atau bekas hapusan. Di samping itu, penyajian tulisan resensi bersifat padat, singkat, mudah ditangkap, menarik, dan enak dibaca. Tulisan yang menarik dan enak dibaca artinya enak dibaca baik oleh redaktur (penanggung jawab rubrik) maupun pembaca. Kita perlu membiasakan diri membaca resensi itu dengan menempatkan diri sebagai redaktur atau pembaca. Oleh karena itu, kita mengambil jarak, dimana diri kita seolah-olah redaktur atau pembaca maka dengan cara ini, emosi kita sebagai penulis bisa ditanggalkan. Kita akan mampu melihat kekuatan dan kelemahan resensi kita.
H. Sistematika Resensi

Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi, antara lain sebagai berikut: 1. Judul Resensi

5 Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya yang berarti jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca. 2. Data Buku Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain: a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku. b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku. 3. Pendahuluan Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut dan dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut. 4. Tubuh Resensi Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang, tergantung kepada kepekaan peresensi. 5. Penutup

6 Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Berikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak dan berikan pula alasanalasan yang logis.

I. Teknik Pembuatan Resensi Ada tiga macam teknik meresensi buku, yakni: 1. Teknik cutting and glueing Secara harfiah, cutting berarti memotong dan glueing berarti merekatkan. Meresensi buku dengan ini berarti merekatkan potongan-potangan tulisan. Potongan tersebut berupa materi yang menarik perhatian, yang terdapat di dalam buku yang hendak kita resensi, serta mencerminkan gagasan-gagasan inti si penulis buku. Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana dan mendasar dalam berlatih menulis resensi. 2. Teknik focusing Teknik ini berkaitan dengan kegiatan memusatkan perhatian kepada satu aspek tertentu yang disajikan dalam objek resensi. Aspek-aspek itu bisa terletak pada tema, metode pembahasan yang digunakan penulis, sampul luar, sosok pengarang, gaya penyajian, atau latar belakang penerbitan buku. Pendek kata, apa saja yang dianggap menonjol atau paling menarik perhatian dapat diangkat dalam tulisan resensi. 3. Teknik comparing Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan pembandinganpembandingan atas hal-hal yang terdapat dalam objek resensi dengan sumber lain mengenai topik sejenis. Pembandingan itu dapat dilakukan atas dasar topik atau tema yang sama dari pengarang yang berbeda, atau pengarang yang sama mengenai topik-topik lain yang berbeda.

J. Langkah-Langkah Meresensi Buku

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat Anda gunakan untuk membuat resensi sebuah buku. 1. Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi: a. Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.
b. Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana

diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga. c. Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.
d. Penggolongan/bidang

kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik,

pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.


2. Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti.

Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat. 3. Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan. 4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi. 5. Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini: a. Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya. b. Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.

8 c. Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah. d. Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak). e. Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis. 6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.

K. Tips Menulis Resensi Menulis resensi pada dasarnya sama dengan menulis karya ilmiah lainnya seperti artikel, opini dan sebagainya. Menulis resensi dalam dilakukan dalam berbagai bentuk. Resensi di media massa biasanya berbentuk artikel yang panjangnya kira-kira 5000-8000 karakter. Ada juga yang berbentuk ulasan naratif seperti feature, panjangnya > 8000 karakter. Resensi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni resensi berjenis (a) informatif, menekankan aspek informasi umum mengenai isi buku; (b) deskriptif, menekankan ulasan detail dan rinci untuk setiap bagian atau bab dari buku yang diresensi dan (c) kritis, menekankan aspek penilaian secara kritis dan objektif atas isi buku. Tentu saja, ketiga jenis resensi tersebut tidak bersifat kaki dan baku. Resensi yang baik dan lengkap adalah resensi yang memuat ketiga-tiganya.

9 Secara garis besar terdapat dua aspek penting yang harus dicermati dalam menilai resensi, yakni aspek luar (penampilan) dan aspek dalam (isi). Aspek luar meliputi perwajahan buku atau kulit muka buku yang akan di resensi.Aspek isi meliputi paparan isi buku, gagasan, konsep, fakta, informasi, esensi keilmuan.

L. Contoh Resensi Subyektivitas Tafsir Jemaah Ahmadiyah

Judul: Menggugat Ahmadiyah, Mengungkap Ayat-ayat Kontroversial dalam Tafsir Ahmadiyah Penulis: Dr Muchlis M Hanafi Penerbit: Lentera Hati, Jakarta Tahun: Maret 2011 Tebal: 116 + xxii hlm Harga: Rp. 20.800,Peresensi: Rafiuddin* Keberadaan Ahmadiyah khususnya di negeri ini selalu menimbulkan kontroversi, bahkan menimbulkan konflik yang berimplikasi pada tindak kekerasan. Perusakan-perusakan bangunan rumah, masjid, dan mushala. Penolakan umat Islam terhadap Ahmadiyah bermula sejak tahun 1930-an di

10 berbagai daerah, antara lain, di Sumatera Timur (1953), Medan (1964), dan Kuningan (1969). Pada dewasa ini, persoalan Amadiyah tetap berlangsung, misalnya baru saja terjadi di Cikeusik, Pandeglang (6 Februari 2011). Persoalan Ahmadiyah di Indonesia sudah sangat mengakar yang segera diselesaikan. Mengingat dari periode ke periode menjadi benih konflik yang berimplikasi pada kekerasan. Pertama, Ahmadiyah sebagai kelompok yang menyebabkan lahirnya pertentangan. Kedua, warga Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) menjadi korban dari kekerasan masyarakat yang menolak keberadaannya. Sejak tahun 1914 Ahmadiyah pecah menjadi dua golongan, yaitu satu yang berpusat di Qadian di bawah pimpinan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, putra dari almarhum Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang sekarang berpusat di Rabawah Pakistan. Serta yang satunya berpusat di Lahore Pakistan di bawah pimpinan maulana Muhammad Ali M.A., LL. B., sekretaris pendiri Ahmadiyh. Perpecahan tersebut disebabkan dengan timbulnya perbedaan pendapat yang prinsipil. Misalnya golongan Ahmadiyah Qadian berpendapat bahwa Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Nabi dan ia adalah Ahmad seperti yang terdapat dalam al-Qur'an. Juga mereka berpegangan pada Khalifah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sementara golongan Lahore tidak mengakui atas kenabian Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi. Karena Muhammad sudah cukup sebagai nabi terakhir, dan sesudah beliau tidak ada nabi lagi. Ketika seseorang sudah mengucapkan syahadat, ia sudah dianggap muslim dan tidak kafir walaupun tidak berbaiat pada Mirza Ghulam Ahmad. Namun dalam buku ini lebih khusus pada keberadaan Ahmadiyah Qadian yang ada di Indonesia, yang biasa disebut dengan Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) mengenai beberapa penafsirannya terhadap ayat-ayat Qur'an yang digunakan sebagai sebatas legitimasi terhadap produk penafsirannya. Seperti yang diungkapkan dalam buku yang ditulis Dr. Muchlis M. Hanafi ini memberikan penegasan mengenai keberadaan JAI di Indonesia. JAI menganggap bahwa hasrat Mirza Ghulam Ahmad adalah sebagai nabi setelah nabi Mauhammad SAW. Kaum muslimin yang tidak berbaiat terhadap beliau dianggap kafir dan keluar dari Islam, walaupun belum pernah mendengar nama beliau.

11 Misalnya dalam penafsiran kelompok Ahmadiyah terhadap al-Quran Surat alAhzab ayat 40 yang artinya Muhammad bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu. Dalam penafsiran jemaah Ahmadiyah ditemukan kekeliruan yang akan berimplikasi pada kesesatan umat Islam. Kalimat khatama tidak menunjukkan bahwa Muhammad adalah nabi terakhir dan tidak ada nabi lagi, melainkan masih ada nabi-nabi lain yaitu seseorang yang dianggap masih mauud (akan turun di akhir zaman) yaitu pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Beliau diyakini oleh pengikutnya sebagai nabi yang akan tampil setelah kerasulan Muhammad. Nubuwatan menjadi sempurna dalam wujud Hadlrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai masih mau'ud. Bahkan para penerus dari Mirza Ghulam Ahmad juga dianggap sebagai khalifah al-Masih dan berkeyakinan pemimpin mereka sebagai "rekan sejawat dan misal Nabi Isa," bukan Nabi Isa as. sendiri (halaman 49). Juga kebangkitan Nabi di akhir zaman nanti tidak diakui oleh kalangan jemaah Ahmadiyah, melainkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan beserta para pengikutnya dianggap masih ada dan tampil di akhir zaman. Buku ini sangat signifikan untuk memperdalam dan memahami teks agama agar keyakinan tambah semakin kuat. Karena mengenai Muhammad sebagai Nabi terakhir telah diakui kebenarannya oleh umat Islam pada umumnya yang disertai dengan mukjizat sebagai bukti kerasulannya. Maka dari itu, keberadaan Mirza Ghulam Ahmad yang diakui sebagai nabi dan membawa ajaran baru, merupakan pemahaman yang sangat keliru dan tidak sesuai dengan meaning full al-Quran dan Hadits-hadits shahih. *Peresensi, Alumni Pondok Pesantren Nasyatul Mutaallimi dan melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Tafsir dan Hadits fakultas Ushuluddin. Di Yogyakarta selain kuliah, dia juga aktif di beberapa Komunitas. Antara lain Lembaga Kajian Sinergi Yogyakarta (LKSY), Komunitas Punulis UIN Jogja (PuJog) dan sekarang sebagai Peneliti di Lembaga Studi Quran dan Hadits (LSQH) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

12

DAFTAR PUSTAKA Minto Rahayu. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Rafiuddin. 2011. Subyektivitas Tafsir Jemaah Ahmadiyah. Diunduh dalam http://oase.kompas.com/read/2011/07/18/15544147/Subyektivitas.Tafsir. Jemaah.Ahmadiyah. [29 November 2011] Slamet Soewandi. 1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Sri Utami et.al. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia 1: untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Trimanto. 2011. Kiat Menulis Resensi yang Baik. Diunduh dalam http://www.menulisyuk.com/?p=931. [29 November 2011]

You might also like