You are on page 1of 33

Chief Information Officer (CIO)

Studi kasus : CIO Pada Direktorat Jenderal Pajak

Disusun Oleh : Jarot Limpato (18) 104060005333 8b Akuntansi Khusus

[Pick the date] SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2011

DAFTAR ISI

JUDUL DAFTAR ISI ............................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... B. Tujuan Penulisan................................................................................. 1 2

BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Chief Information Officer (CIO) ............................................. B. Peran CIO ............................................................................................ C. Tanggung Jawab CIO ........................................................................... D. Tantangan CIO .................................................................................... E. Teori Organisasi ................................................................................. 3 4 4 7 9

BAB III

PEMBAHASAN A. Chief Information Officer (CIO) dalam pemerintahan....................... B. Sejarah Organisasi Direktorat Jenderal Pajak ................................... C. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat TIP ............................................ D. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat TTKI ........................................... 16 20 23 27

BAB IV

PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Saran ................................................................................................. 29 30

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

31

BAB I PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG Pesatnya perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan broadcasting memberikan dampak yang besar bagi enterprise yaitu organisasi profit maupun non profit. Perubahan dunia menuju digital economy tersebut membawa dampak yang besar terhadap kelangsungan suatu enterprise. Berlebihnya informasi, munculnya teknologi baru dan usangnya teknologi lama dan tekanan-tekanan dari competitor untuk menguasai market, membuat suatu enterprise perlu melakukan perubahan-perubahan secara cepat dan efisien berbasis yang teknologi dan informasi. Oleh karena itu diperlukan kemampuan mengelola informasi dan teknologi, manajemen risiko, manajemen pengetahuan, dan investasi. Keempat hal tersebut yang harus dilakukan oleh Chief Information Officer ( CIO ). Selain itu, Penggunaan IT (Information Technology) yang semakin masif dalam seluruh bagian/ proses bisnis perusahaan saat ini mengharuskan pengelolaan yang tepat dan terarah. Hal ini karena peranan IT sebagai pemberi solusi bagi bisnis dan value center haruslah tetap selaras dengan strategi bisnis dari perusahaan dan bukan hanya untuk kepentingan IT semata. Peranan ini dalam perusahaan/pemerintahan dipegang oleh seorang Chief Information Officer (CIO). CIO sebagai pimpinan tertinggi dalam pengelolaan IT memiliki tantangan yang sangat besar terutama dalam menerjemahkan dunia IT yang kompleks menjadi ide-ide dan solusi yang mudah dipahami oleh kalangan bisnis. Kemampuan mengkomunikasikan IT dalam bahasa yang dimengerti oleh kalangan bisnis/pemerintahan sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari IT bagi kemajuan perusahaan menjadi salah satu peran penting dari seorang CIO. Seperti sering kita baca, dalam perusahaan modern yang kiprah bisnisnya banyak menggeluti, atau bertumpu pada, informasi, ada posisi yang tidak kalah penting dibandingkan CFO (chief financial officer), yakni CIO (chief information officer). Mereka berdua ada di bawah CEO (chief executive officer) yang mengendalikan keseluruhan operasi perusahaan. Dalam dunia perbankan, yang kini juga banyak menyediakan layanan elektronik berbasis internet, tanggung jawab CIO amat besar. Ia harus menjamin keamanan transaksi, juga keamanan sistem informasi perusahaan yang amat sensitif. Maklum saja, upaya pembobolan rahasia bank, juga pembajakan transaksi, tak pernah surut. 3

Selama ini, kejar-mengejar antara pihak yang mengamankan dan pihak yang ingin menjebol bisa diibaratkan permainan komedi putar, selain terus terjadi, sulit dikatakan mana sebenarnya yang ada di depan (atau yang lebih unggul). Dalam lingkup perusahaan, selain tugas pokok mengamankan informasi, untuk CIO kini muncul tugas baru. Didorong oleh munculnya perkembangan baru, CIO kini tidak saja berdimensi information, tetapi juga innovation, sehingga CIO adalah chief innovation officer. Adapaun di dalam tubuh Direktorat Jenderal Pajak di Kementerian Keuangan, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor 37/PJ/2010 tentang kebijakan Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Pajak, Chief Information Officer (CIO) Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut CIO DJP adalah seorang Pejabat Eselon II unit kerja TIK yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk mengkoordinasikan seluruh pelaksanaan kerangka kerja Tata Kelola TIK DJP. Namun, secara peran dan keorganisasian, peran CIO di Direktorat Jenderal Pajak, peran CIO juga di jalankan oleh dua Direktorat yaitu Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan dan Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi. Untuk itulah pada makalah kali ini akan dibahas bagaimana perkembangan CIO dewasa ini, CIO dalam organisasi pemerintahan, dan bagaimana adanya dua CIO dalam Direktorat Jenderal Pajak.

II.

TUJUAN PENULISAN Makalah ini dibuat untu membahas peran, tanggung jawab dan tantangan Chief Information Officer (CIO) secara umum dan CIO yang ada di direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Pada saat ini dan kedepannya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen Spesialisasi Akuntansi Kurikulum Khusus. pada program Diploma IV

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Definisi Chief Information Officer (CIO) Istilah CEO (chief executive officer) telah lama dikenal dalam kosakata bisnis; setiap orang tau bahwa CEO adalah orang yang memiliki pengaruh paling kuat dalam operasi perusahaan, dan umumnya memiliki jabatan direktur utama atau ketua dewan direksi. Istilah seperti CFO, yaitu chief financial officer, dan COO, yaitu chief operating officer, juga telah dikenal. Pada tahun 1980-an diciptakan istilah yang serupa untuk manajer jasa informasi. Istilah itu adalah CIO, yaitu chief information officer. Istilah CIO memiliki pengertian lebih dari sekedar suatu gelar. Istilah ini memiliki pengertian suatu peran yang seharusnya dilaksanakan oleh manajer jasa informasi tingkat puncak. Seperti dimaksudkan oleh konsep tersebut, chief information officer (CIO), adalah manajer jasa informasi yang menyumbangkan keahlian manajerialnya tidak hanya untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan sumber daya informasi tetapi juga berbagai area lain dari operasi perusahaan. Atribut yang penting adalah sebagai manajer serta ahli teknis. Atribut lainnya meliputi keahlian politik, organisasi dan komunikasi; keterlibatan, pemahaman dan pengalaman dalam pengelolaan keseluruhan bisnis, pemahaman dan kemampuan untuk mengelola para ahli teknologi, pengembangan keterampilan manajemen sumber daya manusia yang tepat, keterampilan perencanaan dengan kepentingan khusus pada perencanaan strategis dan manajemen perubahan, dan kepekaan terhadap dampak dari teknologi baru terhadap manusia, organisasi dan sosial, dan kemampuan untuk secara proaktif merencanakan. Deskripsi lain dari CIO adalah sebagai bunglon sehubungan dengan atribut dan keahlian yang dibutuhkan. Empat karakteristik spesifik diidentifikasi diyakini atribut dari CIO dan bunglon adalah: kemampuan untuk mengubah, kemampuan untuk melihat dalam berbagai arah, untuk menyerang cepat ketika dibutuhkan dan kemampuan untuk bertahan pada saat keadaan menjadi sulit. Penjelasan ini menunjukkan bahwa peran CIO memerlukan kemampuan untuk (a) beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah, (b) mampu membayangkan organisasi secara menyeluruh, (c) tetap di depan permainan pada pengembangan teknologi, dan (d) bertahan pada saat kegagalan terjadi. Dari diskusi tentang atribut dan keterampilan dari CIO itu adalah jelas bahwa CIO, untuk berhasil mengintegrasikan dengan tim eksekutif organisasi, tidak dapat murni menjadi ahli teknologi saja, tetapi juga harus memiliki keterampilan manajerial yang memadai. Hal ini melalui keterampilan manajerial yang efektif CIO dapat 5

memanfaatkan teknologi informasi dalam suatu organisasi dan mendapatkan kredibilitas untuk investasi tersebut lebih lanjut.

B.

PERAN CIO Munculnya tugas dan wewenang CIO di bidang strategis dan semakin meningkatnya peran tersebut. CIO harus mengenali pengaruh TIK terhadap organisasi, menentukan arah / strategi TIK yang menjamin adanya keselarasan antara strategi bisnis dan strategi TIK. Adapun peran CIO adalah sebagai berikut : 1. Antisipasi perubahan teknologi, market dan regulasi. Kemampuan mengenali perkembangan, potensi teknologi dan bisnis TIK dalam konteks pemanfaatan peluang bagi organisasi dan transformasi organisasi dan perlu menekankan kepada pelaku organisasi tentang pentingnya era web-based services dibandingkan kemajuan teknologinya sendiri

CIO bertugas mengorganisasikan dan melindungi asset-aset TI perusahaan 2. Menentukan dan menjamin tatakelola TIK yang benar dan baik dalam organisasi sehingga dinamika organisasi selalu menuju pada tujuannya.

CIO bertugas sebagai visioner yang memimpin dan mengendalikan strategi perusahaaan. 3. Merumuskan visi dan misi; menterjemahkannya menjadi tujuan organisasi; kemudian menjalankan dan memimpin organisasi TIK untuk mencapai hasil-hasil sesuai visi, misi dan tujuan organisasi 4. CIO menjadi leader dalam pengukuran dan pengembangan new computing. Mendemonstrasikan dan melakukan pengukuran nilai dari TIK, secara proaktif mengatur performansi berdasarkan hasil yang didapatkan.

CIO bertugas untuk menjembatani Gagap teknologi 5. Mendistribusikan teknik baru hasil pengembangan, alat dan pendekatan yang dilakukan

C.

Responsibilities/ Tanggung Jawab CIO Di dalam buku Information Systems Management in Practice, Ralph Sprague beserta rekannya Barbara McNurlin menjabarkan bahwa setidaknya ada lima fungsi utama CIO di sebuah perusahaan (Sprague et.al., 1993).
1.

Memahami Bisnis Tugas pertama dan utama yang merupakan tanggung jawab eksekutif lain dalam jajaran direksi adalah mempelajari dan memahami secara menyeluruh dan mendetail bisnis yang digeluti perusahaan. Kalau dahulu manajemen inti cukup 6

mempelajari semua komponen internal perusahaan (khususnya sehubungan dengan produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan), saat ini hal tersebut

tidaklah cukup. Persaingan yang begitu cepat dan lingkungan bisnis yang sangat dinamis mengharuskan eksekutif perusahaan untuk selalu memantau dan mempelajari aspek-aspek di luar perusahaan (eksternal) secara intens dan terusmenerus, terutama yang berkaitan dengan perilaku pasar (market) dan pelanggan. Setidak-tidaknya untuk dewasa ini ada tujuh cara yang terbukti efektif untuk mempelajari hal internal dan eksternal perusahaan. Ketujuh cara tersebut adalah: Memiliki armada SDM yang secara berkala mempelajari keadaan pasar dan komponen eksternal lainnya; Mempelajari secara mendalam proses-proses penciptaan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan; Mengundang bagian-bagian lain dalam perusahaan untuk berdiskusi secara berkala; Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan industri terkait; Membaca secara aktif publikasi-publikasi yang berkaitan dengan produk, jasa, dan industri dimana perusahaan yang bersangkutan berada; Menjadi anggota forum-forum bisnis maupun akademis terkait; dan Menjalin komunikasi aktif dan konsisten dengan para manajer lini perusahaan.

2.

Membangun Citra Divisi Tugas kedua yang menjadi tanggung jawab seorang CIO adalah membangun kredibitilitas direktorat sistem informasi yang dipimpinnya. Hal ini sangat penting mengingat banyak sekali karyawan yang menilai bahwa penggunaan sistem informasi secara strategis merupakan ciri perusahaan di masa mendatang, bukan saat ini. Namun walau bagaimanapun juga, direktorat sistem informasi yang ada harus dapat membuktikan bahwa aktivitias-aktivitas yang dilakukan saat ini adalah merupakan jalan atau jembatan menuju masa depan. Direktorat, departemen, atau divisi sistem informasi (atau teknologi informasi) harus memiliki citra yang baik di mata fungsi-fungsi lain dalam perusahaan. Strategi yang paling efektif adalah dengan cara membantu para SDM di dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya melalui utilisasi teknologi informasi, karena hal inilah yang merupakan misi utama dari keberadaan sistem informasi di perusahaan. Pemberian pendidikan dan pelatihan kepada para pengguna (users) sistem informasi, mulai

dari staf sampai dengan manajer eksekutif, merupakan salah satu cara lain untuk meningkatkan citra divisi sistem informasi. Dengan menghasilkan produk-produk yang terbukti dapat membantu para karyawan dalam melaksanakan aktivitas perkerjaannya sehari-hari, divisi sisten informasi akan dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari fungsi-fungsi lain di organisasi untuk membawa mereka ke bentuk perusahaan masa depan.
3.

Meningkatkan Mutu Penggunaan Teknologi Tak kenal maka tak sayang, mungkin demikianlah kalimat yang cocok ditujukan bagi para karyawan yang belum pernah dan takut menggunakan komputer. Melihat bahwa keberadaan teknologi informasi ditujukan untuk meningkatkan kualitas kinerja SDM (employees empowerment), seorang CIO memiliki tugas untuk memasyarakatkan teknologi informasi agar dipergunakan secara aktif untuk para karyawan perusahaan. Selain pemberian program-program pelatihan (training) yang bersifat edukatif, diperlukan suatu strategi untuk membuat karyawan tertarik belajar lebih jauh dan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Caranya bisa beraneka ragam, mulai dari yang bersifat hiburan (entertainment) seperti melalui permainan pada saat rekreasi perusahaan (company outing) sampai dengan yang sangat serius, seperti diadakannya workshop khusus. Tujuannya adalah agar para karyawan akrab dengan komputer (computer literate), sehingga selain dapat meningkatkan kualitas kerja mereka, inovasi-inovasi baru berupa ide-ide pengembangan di masa mendatang akan turut berpengaruh pada pengembangan sistem informasi di perusahaan.

4.

Mencanangkan Visi Teknologi Informasi Tugas selanjutnya bagi seorang CIO adalah untuk menentukan visi perusahaan melalui pemanfaatan sistem informasi di masa mendatang. Seorang eksekutif senior yang baik, adalah yang selalu bersifat proaktif. Membantu perusahaan mencanangkan visinya di masa mendatang adalah salah satu contoh sikap proaktif yang harus dimasyarakatkan di kalangan perusahaan. Visi pemanfaatan sistem informasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari visi perusahaan secara umum. Melihat bahwa abad sekarang dan mendatang adalah era yang sangat bergantung kepada informasi, peranan CIO dalam melihat masa depan perusahaan menempati posisi yang cukup dominan. Namun tugas CIO tidak hanya terbatas untuk merumuskan visi saja, namun yang bersangkutan harus dapat

memasyarakatkan ide-ide yang ada ke seluruh jajaran manajemen dan staf (create a vision). Apalah artinya sebuah visi yang bagus tapi tidak ada seorang pun dari karyawan yang merasa perlu untuk mewujudkannya. Ada banyak teknik dan teori 8

yang ditawarkan kepada manajemen untuk membantu merumuskan dan menjual visi kepada seluruh jajaran karyawan secara efektif. Hal ini sangat penting, karena visi merupakan akar dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan bisnisnya setiap hari.
5.

Pengembangan Sistem Informasi Misi terakhir dari seorang CIO tentu saja membuat semua hal yang ada di atas menjadi nyata, yaitu merencanakan dan mengembangkan arsitektur sistem informasi perusahaan, yang terdiri dari komponen-komponen seperti software, hardware, brainware, proses dan prosedur, infrastruktur, standard, dan lain sebagainya. Secara berkesinambungan, seorang CIO harus dapat me-utilisasikan sistem informasi yang dimiliki perusahaan saat ini secara optimum, sejalan dengan rencana pengembangannya di masa mendatang. Suatu kali seorang praktisi manajemen mengatakan bahwa seorang CIO yang baik akan dapat memanusiakan karyawannya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi untuk membantunya melaksanakan aktivitas pekerjaan sehari-hari.

D.

TANTANGAN CIO Prioritas dan kebutuhan Teknologi Informasi (TI) perusahaan telah berevolusi, Chief Information Officer (CIO) harus bisa mengatasi kebutuhan bisnis yang terus berubah. Anggaran yang menyusut, ditambah pembengkakan biaya dan meningkatnya penyimpanan data mengakibatkan proyek-proyek, pembelanjaan, prioritas, dan kepemimpinan TI dipertanyakan. CIO harus mampu mengelola tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan baru. Di samping tuntutan bisnis, dunia kini bergerak ke TI yang "hijau" dan perusahaan melihat kebutuhan mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon untuk memangkas biaya operasional. 1. Kendalikan emisi karbon dari pembangkit listrik (Green Computing) Seiring perhatian yang semakin besar terhadap pemanasan global, diharapkan semakin banyak pemerintahan memberlakukan panduan dan peraturan tentang emisi karbon. Perusahaan-perusahaan besar juga akan merumuskan standar pengurangan emisi karbon. Sumber emisi yang cukup besar adalah pembangkit listrik. Kebutuhan yang semakin besar untuk daya komputasi, bandwidth jaringan, dan kapasitas storage akan meningkatkan kebutuhan daya dan pendinginan pada data center. TI harus mencari cara mengelola infrastruktur data centernya untuk meminimalkan konsumsi energi. 2. Melakukan lebih banyak hal untuk menangani pertumbuhan data

Data terstruktur seperti database, meledak karena harus menyimpan lebih banyak data secara lebih lama untuk memenuhi tuntutan kepatutan. Sementara itu data semi-terstruktur seperti email, halaman Web, dan data dokumen meningkat secara dramatis. Tekanan disana-sini akan mendorong pengarsipan data untuk mengurangi produksinya. Hal ini akan menciptakan tipe baru sistem pengarsipan yang bisa dikembangkan kapasitasnya hingga mencapai petabyte, sekaligus menyediakan kemampuan pencarian konten di lintas data yang berbeda-beda. 3. Memastikan menyimpan data secara efisien Semakin berkembangnya kesadaran bahwa penyimpanan data tidak lagi efisien, ditandai dengan rendahnya utilisasi dan salinan data yang berlebih-lebihan, membeli lebih banyak storage dengan arsitektur lama bukan lagi pilihan. Dibutuhkan satu arsitektur baru yang bisa ditingkatkan kinerja, konektivitas, dan kapasitasnya hingga hitungan beberapa petabyte tanpa menimbulkan gangguan pada operasional sistem. Arsitektur baru itu juga harus bisa menyediakan layanan data dan storage baru seperti proses pengolahan multi-protocol dan pencarian umum, di lintas storage array heterogen dengan pengelolaan terpusat dan aman. 4. Memastikan ketersediaan data dan aplikasi Seiring kebutuhan ketersediaan aplikasi, TI memerlukan kemampuan untuk memindahkan data tanpa gangguan terhadap aplikasi. Saat ini peranti lunak pemindah data terbukti sangat mengganggu kelangsungan operasi. Perpindahan data harus dilakukan melalui sistem storage yang bisa mengirimkan data dengan kecepatan tinggi di atas link Fibre Channel tanpa membutuhkan siklus pemrosesan aplikasi. Ini akan menjadi sangat penting untuk migrasi data pada saat pemutakhiran storage ke kapasitas yang semakin besar.

Seiring pergantian waktu, peran CIO pun berubah, begitu juga dengan tantangan yang mereka hadapi. Di luar menentukan arah teknologi dari perusahaan, CIO kini juga mulai berperan mendorong bisnis. Beruntung, kini semakin banyak teknologi tersedia di pasar yang bisa membantu CIO menangani berbagai tuntutan baru itu. Teknologi-teknologi baru seperti control unit untuk virtualisasi storage, deduplikasi data, thin provisioning dan services oriented storage kini tersedia bagi CIO untuk mengatasi masalah biaya, pengelolaan dan alokasi sumber daya di dalam infrastruktur teknologi.

Maju ke 2008, akan menjadi tanggung jawab CIO untuk menyeimbangkan kebutuhan TI perusahaan dengan kebutuhan bisnis, dan berjalan di dalam garis tipis antara keduanya untuk memastikan bahwa tidak ada sisi yang menjadi korban dari kemajuan di sisi yang lain. 5. Bisnis Berbasis Efisiensi 10

Tantangan rata-rata Chief Information Officer dewasa ini adalah mencari tahu cara bagaiman agar perusahaan yang dipimpin bisa lebih agile. Artinya, pemimpin perlu mencari cara agar dapat mengoperasikan perusahaan dan menjalankan bisnis dengan basis efisiensi. 6. Membangun Infrastruktur Informasi Yang tak kalah penting, mereka (para CIO) juga perlu memikirkan bagaimana membangun infrastruktur informasi agar lebih efektif di saat pertumbuhan informasi berjalan secara signifikan tiap waktunya. Sebagai contoh, misalnya di industri telekomunikasi dan perbankan. Tingginya pertumbuhan pelanggan atau nasabah, termasuk pertumbuhan data-data, baik data terstruktur ataupun data tidak terstruktur, mendesak perusahaan untuk mengembangkan infrastruktur mereka. 7. Manajemen Informasi Selain itu, pengelolaan risiko hilangnya informasi nasabah atau pelanggan juga tidak kalah penting. Dewasa ini, perusahaan-perusahaan dituntut untuk

menerapkan strategi pencegahan hilangnya informasi user (data loss prevention). Di luar negeri, tiap-tiap bank atau perusahaan telekomunikasi, atau pun perusahaan skala enterprise lainnya, telah diwajibkan oleh pemerintah untuk memiliki strategi khusus dalam mencegah hilangnya data pelanggan mereka. Hal seperti itu juga perlu ditiru oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan serupa terkait dengan pencegahan hilangnya data pelanggan.

E.

TEORI ORGANISASI Manusia adalah mahluk social yang cinderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Adapun beberapa definisi tentang Organisasi yaitu: Menurut ERNEST DALE: Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan,

pengembangan, dan pemeliharaan suatu orang-orang dalam suatu kerja kelompok. Menurut CYRIL SOFFER:

struktur atau pola hubunngan kerja dari

11

Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil. Menurut KAST & ROSENZWEIG: Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan. Definisi UMUM: Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan CIRI-CIRI ORGANISASI: Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi

yang ditetapkan. Dikembangkan untuk mencapai tujuan Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat

diidentifikasi. Dubawah ini merupakan bagan tentang perkembangan teori organisasi:

TEORI ORGANISASI

KLASIK

NEOKLASIK

MODERN

BIROKRASI

ADMINISTRASI

MANAJEMEN ILMIAH

1. TEORI ORGANISASI KLASIK Teori ini biasa disebut dengan teori tradisional atau disebut juga teori mesin. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). digambarkan sebuah lembaga yang Dalam teori ini organisasi dan tugas-tugasnnya

tersentralisasi

terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas.

12

Dalam teori ini organisasi digambarkan seperti toet piano dimana masingmasing nada mempunyai spesialisasi (do.. re.. mi.. fa.. so.. la.. si..) dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu yang indah begitu juga dengan organisasi.

Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggab manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin. Defisi Organisasi menurut Teori Klasik:

Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kejuasaan, tujuantujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain apabila orang bekerja sama.

Teori Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal. Empat unsure pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal: a. Sistem kegiatan yang terkoordinasi b. Kelompok orang c. Kerjasama d. Kekuasaan & Kepemimpinan Sedangkan menurut penganut teori klasik suatu organisasi tergantung pada empat kondisi pokok: Kekuasaan) Saling melayani) Doktrin) Disiplin) Sedangkan yang dijadikan tiang dasar penting dalam organisasi formal adalah: a. Pembagian kerja (untuk koordinasi) b. Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal) c. Struktur (hubungan antar kegiatan) d. Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).

Teori Klasik berkembang dalam 3 Aliran: BIROKRASI) Dikembangkan dari Ilmu Sosiologi ADMINISTRASI) Langsung dari praktek manajemen memusatkan Aspek Makro sebuah organisasi. MANAJEMEN ILMIAH) Langsung dari praktek manajemen memusatkan Aspek Mikro sebuah organisasi.

13

Semua teori diatas dikembangkan sekitar tahun 1900-1950. Pelopor teori ini kebanyakan dari sebuah negara berbentuk kerajaan Mesir, Cina & Romawi.

TEORI BIROKRASI Dikemukakan oleh MAX WEBER dalam buku The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism dan The Theory of Social and Economic Organization. Istilah BIROKRASI berasal dari kata LEGAL_RASIONAL: Legal disebakan adanya wewenang dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas. Sedangkan Rasional karena adanya penetapan tujuan yang ingin dicapai. Karekteristik-karekteristik birokrasi menurut Max Weber: Pembagian kerja Hirarki wewenang Program rasional Sistem Prosedur Sistem Aturan hak kewajiban Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal

TEORI ADMINISTRASI Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall Urwick dari Eropa dan James D. Mooney, Allen Reily dari Amerika. HENRY FAYOL (1841-1925): Seorang industrialis asal Perancis tahun 1916 menulis sebuah buku Admistration industrtrielle et Generale diterjemahkan dalam bahasa inggris 1926 dan baru dipublikasikan di amerika 1940. 14 Kaidah manjemen menurut Fayol yang menjadi dasar teori administrasi: Pembagian kerja Wewenang & tanggung jawab Disiplin Kesatuan perintah Kesatuan pengarahan Mendahulukan kepentingan umum Balas jasa Sentralisasi 14

Rantai Skalar Aturan Keadilan Kelanggengan personalia Inisiatif Semangat korps

Fayol membagi kegiatan industri menjadi 6 kelompok: Kegiatan Teknikal (Produksi, Manufaktur, Adaptasi) Kegiatan Komersil (Pembelian, Penjualan, Pertukaran) Kegiatan Financial (penggunaan optimum modal) Kegiatan Keamanan Kegiatan Akuntansi Kegiatan Manajerial atau FAYOLs FUNCTIONALISM yaitu: a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Pemberian perintah d. Pengkoordinasian e. Pengawasan

JAMES D. MOONEY & ALLEN REILLY :1931) Menerbitkan sebuah buku ONWARD INDUSTRY inti dari pendapat mereka adalah koordinasi merupakan factor terpenting dalam perencanaan organisasi. Tiga prinsip yang harus diterapkan dalam sebuah organisasi menurut mereka adalah: a. Prinsip Koordinasi b. Prinsip Skalar & Hirarkis c. Prinsip Fungsional

MANAJEMEN ILMIAH Dikembangkan tahun 1900 oleh FREDERICK WINSLOW TAYLOR). Manajemen Ilmiah: Penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi atau Seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efesiensi kerja. Definisi

15

F.W. TAYLOR menuangkan ide dalam tiga makalah: Shop Management, The Principle Oif Scientific Management dan Testimony before the Special House Comitte. Dari tiga makalah tersebut lahir sebuah buku Scientific Management.

Berkat jasa-jasa yang sampai sekarang konsepnya masih dipergunakan pada praktek manajemen modern maka F.W. TAYLOR dijuluki sebagai BAPAK MANAJEMEN ILMIAH.

Empat kaidah Manajemen menurut Frederick W. Taylor: a. Menggantikan metode kerja dalam praktek dengan metode atas dasar ilmu pengetahuan. b. Mengadakan seleksi, latihan dan pengembangan karyawan c. Pengembangan ilmu tentang kerja, seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah perlu intregasikan. d. Perlu dikembangkan semangat dan mental karyawan untuk mencapai manfaat manajemen ilmia

2. TEORI NEOKLASIK Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan Teori Hubungan manusiawi. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja.

HUGO MUNSTERBERG Salah tokoh neoklasik pencetus Psikologi Industri. Hugo menulis sebuah buku Psychology and Industrial Effeciency tahun 1913. Buku tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan neoklasik. Inti dari pandangan Hugo adalah menekankan adanya perbedaan karekteristik individu dalam organisasi dan mengingatkan adannya pengaruh factor social dan budaya terhadap organisasi.

Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional Amerika. Percobaan yang dilakukan ELTON MAYO seorang riset dari Western Electric menyimpulkan bahwa pentingnya 16

memperhatikan insentif upah dan Kondisi kerja karyawan dipandang sebagai factor penting peningkatan produktifitas.

Dalam pembagian kerja Neoklasik memandang perlunya: a. Partisipasi b. Perluasan kerja c. Manajemen bottom_up

3. TEORI MODERN Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern sering disebut dengan teori Analiasa Sistem atau Teori Terbuka yang memadukan antara teori klasik dan neokalsi. Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsure organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang berkaitan dengan lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.

TEORI MODERN vs TEORI KLASIK a. Teori Klasik memusatkan pandangan pada analisa dan deskripsi organisasi sedangkan Teori Modern menekankan pada perpaduan & perancangan sehingga terlihat lebih menyeluruh. b. Teori Klasik membicarakan konsep koordinasi, scalar, dan vertical sedangkan Teori Modern lebih dinamis, sangat komplek, multilevel, multidimensi dan banyak variable yang dipertimbangkan.

17

BAB III PEMBAHASAN

A.

Chief Information Officer (CIO) dalam pemerintrahan Sektor swasta dan sektor publik memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah dalam kaitannya dengan perspektif waktu, pengukuran kinerja, hubungan dengan media, otoritas, kendala hukum, dan kendala personil. Tiga karakteristik internal sektor publik yang menjadi poin perbedaan adalah:

Lebih banyak birokrasi, sejumlah besar prosedur formal, kurang fleksibel, dan lebih menghindari resiko dibandingkan dengan sektor swasta; Lebih banyak formalitas, menyiratkan bahwa sektor publik beroperasi dengan banyak aturan yang tidak perlu dan kontra-produktif, dan lebih bergantung pada aturan dan proses dibandingkan hasil;

Otonomi manajerial rendah, sektor publik memberi kebebasan rendah bagi manajer untuk bereaksi sesuai keadaan ,yang dicontohkan oleh kebijaksanaan manajer publik 'atas isu-isu sumber daya manusia yang umumnya melibatkan proses yang kompleks dan memakan waktu untuk mengikuti perekrutan, pemecatan dan promosi, yang, sebagai alternatif pilihan, umumnya dihindari.

1. Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pemerintahan Penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan pihak-pihak lain disebut e-government. Penggunaan hubungan ini dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu : G2C (Government to citizen), hubungan antara pemerintah dengan masyarakat, G2B (Government to business), hubungan antara pemerintah dengan pengusaha, G2G (Government to Government), hubungan antara pemerintah dengan pemerintah. Konsep e-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh pemerintahan, misalnya menggunakan jaringan internet. Egovernment dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan penduduk, bisnis dan kegiatan lainnya.

18

Manfaat teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pemerintahan antara lain sebagai berikut :

a. Meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha dan


masyarakat, kerena informasi lebih mudah diperoleh.

b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah dengan


adanya transparansi kegiatan pemerintah.

c. Meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, yaitu : masyarakat dapat


dilayani kapan pun dan dimana pun tanpa memandang jam buka kantor dan bahkan tanpa perlu datang ke kantor pemerintahan.

d. Tersedianya informasi yang mudah diakses oleh masyarakat melalui internet,


sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan dengan benar.

e. Hilangnya birokrasi yang selama ini seolah-oleh menjadi penghalang bagi


masyarakat dalam berhubungan dengan pemerintah sehingga pelaksanaan pemerintahan menjadi lebih efektif dan efisien. 2. Faktor pengembangan e-Government Bagian berikut akan menggambarkan perubahan yang paling penting dan luar biasa dari perkembangan lima tahun terakhir di e-government yaitu :

a. E-Government dan Reformasi Administrasi Publik.


Banyak pemerintah, terutama di negara-negara berkembang, mulai mengubah kesadaran mereka tentang peran TIK di sektor publik. Pemerintah telah menjadi sadar bahwa itu tidak cukup untuk memperkenalkan TIK untuk proses yang ada internal mereka, tetapi untuk menggunakan TIK untuk membantu proses re-engineering dalam organisasi pemerintah bersamaan dengan beberapa lainnya e-government inisiatif.

b. Agent-Centric to Citizen-Centric
Pemerintah diinvestasikan modal besar dalam infrastruktur ketika mereka mulai e-government program. Mengubah dari solusi berbasis pasokan untuk memenuhi permintaan warga, pemerintah secara bertahap bergeser ke penyediaan e-layanan yang paling nyaman bagi warga dan pemangku kepentingan lainnya dalam masyarakat mereka.

c. E-Government to E-Governance
Ada perubahan bertahap dalam cara pemerintah berinteraksi dengan warganya: dari hanya menyediakan layanan, pemerintah telah membentuk 19

virtual-ruang untuk warga negara untuk memiliki suara mereka. Dengan cara ini, warga telah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan dengan menggunakan ICT. Penguatan proses demokrasi dengan cara ICT dibawa ke terdepan pentingnya layanan kota elektronik. Upaya untuk desentralisasi dalam strategi e-Government dapat dengan jelas dilihat hingga saat ini dalam negara-negara dengan budaya demokrasi yang kuat di mana menikmati kota yang cukup besar kemerdekaan. Pergeseran dari administrasi untuk pelayanan sosial dan politik dan sebagai konsekuensi pergeseran dari federal untuk lokal e-government mungkin dianggap sebagai transisi dari epemerintah untuk e-governance.

d.

Peran baru pemerintah: CIO Bersamaan dengan pengembangan e-government, CIO di sektor publik telah yang diberi tugas lebih dan lebih. Dalam tanggung jawab masa lalu mereka adalah informasi utama teknologi dan posisi mereka adalah direktur teknologi informasi. Namun, saat ini keprihatinan mereka meliputi tidak hanya teknologi tetapi juga kerja sosial dan administrasi. Seperti Akibatnya, banyak pemerintah di dunia perubahan isi dan metode pelatihan dan memilih CIO di sektor publik menjadi lebih komprehensif.

Pada

umumnya

implementasi

TIK

yang

efektif

selalu

memerlukan

perubahan/penyelarasan pada aspek-aspek yang lain. Dalam konteks pemerintahan, implementasi TIK harus disertai juga penyelarasan tujuan dan sistem birokrasi yang ada. Pada kenyataannya, proses asimilasi TIK ke sistem birokrasi, atau bahkan reformasi sistem birokrasi itu sendiri sebagai syarat mengefektifkan implementasi TIK, tidaklah mudah dilakukan karena berbagai kendala. Dalam posisi inilah GCIO Government CIO- (dan staf lain yang berperan sebagai information officers IO) memegang peranan penting. GCIO (dan IO) berperan sebagai agent of change: menjadi promotor perubahan, menetapkan arahan dan kebijakan, dan

merencanakan, mengeksekusi, serta mengevaluasi berbagai program yang terkait dengan implementasi TIK. Dengan memperhatikan konsep dasar tentang peran GCIO, dan kondisi khas yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah daerah di Indonesia, maka diusulkan untuk merinci peran GCIO Indonesia sebagai berikut:

a.Penyusun strategi TIK

20

Dapat dikatakan saat ini semua pemerintah daerah di Indonesia sedang berada dalam tahap awal pembangunan e-government seperti diamanahkan oleh Undang-Undang no. 3/2003. Menurut Bank Dunia, pemanfaatan TIK dalam egovernment pada akhirnya harus bisa melahirkan transformasi relasi antara pemerintah dengan warga, antara pemerintah dengan dunia usaha, dan antara sesama lembaga pemerintah sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah memerlukan visi, misi, dan strategi pemanfaatan TIK yang tepat. Salah satu tugas GCIO adalah memformulasikan ketiga hal fundamental tersebut, yang diselaraskan dengan visi, misi, dan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

b.Promotor penyelarasan proses-proses bisnis/birokrasi


TIK sebagai enabler pada akhirnya harus berjalan seiring dengan proses-proses birokrasi yang ada. Pada umumnya sistem dan proses birokrasi yang ada saat ini tidak kondusif bagi pemanfaatan TIK secara optimal, sehingga perlu ada pendekatan top-down agar keselarasan antara keduanya bisa tercapai.

Pendekatan harus secara top-down karena pada umumnya penyelarasan TIK dengan sistem/proses birokrasi melibatkan penataan birokrasi (struktur,

mekanisme kerja, tupoksi, dan sebagainya). GCIO pada posisi strategis (misalkan setingkat Sekda) dapat mengemban peran sebagai promotor dan inisiator bagi penyelarasan ini.

c.Promotor manajemen solusi TIK


Seorang GCIO harus dapat melihat bagaimana TIK memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Sebagai promotor untuk solusi-solusi TIK, GCIO harus dapat mendefinisikan strategi tujuan dan sasaran dan solusi yang akan dan

diimplementasikan,

pengembangan

operasionalisasinya,

tahapan-tahapan yang harus dijalankan.

d.Penentu kebutuhan TIK.


Sebagai konsekuensi dari peran no. 2 dan 3, pemerintah daerah akan memerlukan sarana dan fasilitas TIK (perangkat keras, jaringan, perangkat lunak, dan data). Penentuan kebutuhan dengan memanfaatkan prinsip efisiensi dan efektivitas perlu dilakukan oleh GCIO. Lingkupnya adalah pada seluruh kabupaten/kota, sehingga perlu memperhitungkan alokasi dan pemakaian bersama di lembaga-lembaga yang ada.

e. Perancang anggaran TIK

21

GCIO juga perlu memiliki fungsi perancang anggaran, untuk menjamin kebutuhankebutuhan TIK dapat dianggarkan secara tepat guna.

f.

Pengelola operasional sistem dan teknologi informasi

Pada tataran operasional, GCIO diperlukan untuk menjamin operasional sistem dan teknologi informasi dapat berjalan dengan baik.

g. Penilai kinerja TIK


Implementasi TIK yang berjalan perlu dinilai kinerjanya untuk berbagai kepentingan. Untuk kepentingan audit, penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui kelayakan implementasi dengan anggaran. Untuk kepentingan pengembangan dan penyempurnaan, evaluasi kinerja dapat memberitahu aspekaspek apa saja yang perlu mendapatkan perhatian. GCIO harus dapat menjadi promotor maupun eksekutor dalam evaluasi kinerja TIK. Ketujuh peran di atas tentu saja tidak dijalankan oleh satu jenis GCIO saja. Jika diidentifikasi, ada peran yang memerlukan kekuatan struktural pada level strategik, ada peran yang memerlukan kapabilitas koordinasi fungsional, dan ada peran yang memerlukan kapabilitas teknis operasional. Masing-masing memerlukan GCIO pada level yang dimaksudkan. Persoalannya yang muncul kemudian adalah bagaimana mendefinisikan posisi jenis-jenis GCIO tersebut pada struktur organisasi pemerintah daerah, menentukan tupoksinya dan kompetensi yang diharapkan, dan menyiapkan SDM-SDMnya

B.

SEJARAH ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :
Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan

perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah;


Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang

sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara;


Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk

melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan; dan


Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Ditjen

Moneter) yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak atas tanah yang pada tahun 1963 diubah menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi dan 22

kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Dengan keputusan Presiden RI No. 12 tahun 1976 tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No. 12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demikian juga unit kantor di daerah yang semula bernama Inspeksi Ipeda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi Kantor Dinas Luar PBB. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada sekarang ini. 1924 Djawatan Padjak dibawah Departemen Van Financien berdasar Staatsblad 1924 No. 576 Artikel 3 1942 Djawatan Padjak dibawah Zaimubu (Djawatan Padjak, Bea Cukai dan Padjak Hasil Bumi) 1945 berdasarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD Urusan Bea ditangani Departemen Keuangan Bahagian Padjak 1950 Djawatan Padjak dibawah Direktur Iuran Negara 1958 Djawatan Padjak dibawah vertikal langsung Departemen Keuangan 1964 Djawatan Padjak berubah menjadi Direktorat Pajak dibawah pimpinan Menteri Urusan Pendapatan Negara 1965 Direktorat IPEDA di bawah Ditjen Moneter 1966 Direktorat Padjak diubah menjadi Direktorat Jenderal Pajak 1976 Direktorat IPEDA dialihkan Ke Direktorat Jenderal Pajak 1983 Tax Reform I berlakunya Self Assesment 1985 IPEDA berganti nama menjadi Direktorat PBB 2000 Tax Reform II 2002 Modernisasi Birokrasi

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan institusi penting di negara ini dimana saat ini dipercaya mengumpulkan sekitar 80% dari dana APBN, ternyata

23

mempunyai sejarah panjang sejak sebelum proklamasi kemerdekaan RI. Sejarah singkat DJP terbagi dalam beberapa periode sebagai berikut: 1. Pra Proklamasi Kemerdekaan RI Pada zaman penjajahan Belanda, tugas pemerintahan dalam bidang moneter dilaksanakan oleh Departemen Van Financien dengan dasar hukumnya yaitu Staatsblad 1924 Number 576, Artikel 3. Pada masa penguasaan Jepang, Departemen Van Financien diubah namanya menjadi Zaimubu. Djawatan-djawatan yang mengurus penghasilan negara seperti Djawatan Bea Cukai, Djawatan Padjak, serta Djawatan Padjak Hasil Bumi. Ketiganya digabungkan dan berada di bawah seorang pimpinan dengan nama Syusekatjo. 2. Periode 1945-1959 Maklumat Menteri Keuangan Nomor 1 Tanggal 5 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa seluruh Undang-undang atau peraturan tentang perbendaharaan Keuangan Negara, pajak, lelang, bea dan cukai, pengadaan candu dan garam tetap menggunakan Undang-Undang atau peraturan yang ada sebelumnya sampai dengan dikeluarkannya peraturan yang baru dari pemerintah Indonesia.

Sedangkan Penetapan Pemerintah tanggal 7 Nopember 1945 No. 2/S.D. memutuskan bahwa urusan bea ditangani Departemen Keuangan Bahagian Padjak mulai tanggal 1 Nopember 1945 sesuai dengan Putusan Menteri Keuangan tanggal 31 Oktober 1945 No. B.01/1. Akhir tahun 1951 Kementerian Keuangan mengadakan perubahan dimana Djawatan Padjak, Djawatan Bea dan Cukai dan Djawatan Padjak Bumi berada dibawah koordinasi Direktur Iuran Negara. 3. Periode 1960-1994 Tahun 1964 Djawatan Padjak diubah menjadi Direktorat Pajak yang berada dibawah pimpinan Pembantu Menteri Urusan Pendapatan Negara. Kemudian pada tahun 1966 berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet No. 75/U/KEP/11/1966 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen-Departemen, Direktorat Padjak diubah menjadi Direktorat Djenderal Padjak yang membawahi Sekretariat Direktorat Djenderal, Direktorat Padjak Langsung, Direktorat Padjak Tidak Langsung, Direktorat Perentjanaan dan Pengusutan,dan Direktorat

Pembinaan Wilayah.

24

C.

TUGAS

POKOK

DAN

FUNGSI

DIREKTORAT

TEKNOLOGI

INFORMASI

PERPAJAKAN Direktorat merumuskan Teknologi Informasi Perpajakan mempunyai tugas

serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

teknologi informasi perpajakan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan menyelenggarakan fungsi: penyiapan perumusan kebijakan di bidang teknologi informasi perpajakan; penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi informasi perpajakan; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi informasi perpajakan; penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi informasi perpajakan; dan pelaksanaan tata usaha direktorat.

Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan terdiri atas: 1. Subdirektorat Pelayanan Operasional; Subdirektorat Pelayanan Operasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penelaahan, dan penyusunan kebijakan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional, serta pelaksanaan pemberian pelayanan operasional mengenai sistem informasi, aplikasi, registrasi Wajib Pajak, dukungan teknis dan jaringan komunikasi data, serta administrasi program aplikasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Pelayanan Operasional

menyelenggarakan fungsi: penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan kebijakan teknis operasional pemberian pelayanan operasional mengenai sistem informasi, aplikasi, registrasi Wajib Pajak, dukungan teknis, dan jaringan komunikasi data; pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional pemberian pelayanan operasional mengenai sistem informasi, aplikasi, registrasi Wajib Pajak, dukungan teknis, dan jaringan komunikasi data; pemberian pelayanan operasional mengenai sistem informasi, aplikasi, registrasi Wajib Pajak, dukungan teknis, dan jaringan komunikasi data; dan administrasi program aplikasi.

Subdirektorat Pelayanan Operasional terdiri atas: a. Seksi Pelayanan Sistem Informasi;

25

Seksi Pelayanan Sistem Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian dan evaluasi teknik operasional, serta pelaksanaan administrasi setiap masukan dan permasalahan yang berhubungan dengan sistem informasi serta

pemecahan masalahnya dalam skala tertentu, serta administrasi program aplikasi. b. Seksi Pelayanan Aplikasi dan Registrasi; Seksi Pelayanan Aplikasi dan Registrasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan pengendalian, dan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan,

evaluasi teknik operasional aplikasi perpajakan dan

registrasi Wajib Pajak, serta pelaksanaan administrasi setiap masukan dan permasalahan yang berhubungan dengan aplikasi perpajakan serta

pemecahan masalahnya dalam skala tertentu, serta administrasi program aplikasi. c. Seksi Pelayanan Dukungan Teknis; dan Seksi Pelayanan Dukungan Teknis mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi teknik operasional, serta pelaksanaan administrasi setiap masukan dan permasalahan yang berhubungan dengan penyelenggaraan dukungan teknis serta pemecahan masalahnya dalam skala tertentu, serta administrasi program aplikasi. d. Seksi Pelayanan Jaringan Komunikasi Data. Seksi Pelayanan Jaringan komunikasi Data mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan,

pengendalian dan evaluasi teknik operasional, serta pelaksanaan administrasi setiap masukan dan permasalahan yang berhubungan dengan jaringan

komunikasi data serta pemecahan masalahnya dalam skala tertentu, serta administrasi program aplikasi.

2. Subdirektorat Pendukung Operasional; Subdirektorat penyiapan, Pendukung penelaahan, Operasional dan mempunyai kebijakan, tugas serta melaksanakan pemantauan,

penyusunan

pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional, serta pelaksanaan bimbingan sistem, pemutakhiran data tampilan, pertukaran data

elektronik, pengelolaan intranet dan internet. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Subdirektorat

Pendukung Operasional menyelenggarakan fungsi: 26

penyiapan

penelaahan

dan

penyusunan

kebijakan

teknis

operasional

bimbingan sistem, pemutakhiran data tampilan, pertukaran data elektronik, serta pengelolaan intranet dan internet; pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional bimbingan sistem, pemutakhiran data tampilan, pertukaran data elektronik, serta pengelolaan intranet dan internet; pelaksanaan bimbingan sistem, pemutakhiran data tampilan, pertukaran data elektronik, serta pengelolaan intranet dan internet; dan administrasi pekerjaan, kegiatan, dan pelaksanaan tugas.

Subdirektorat Pendukung Operasional terdiri atas: a. Seksi Bimbingan Sistem; Seksi Bimbingan Sistem mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan bimbingan sistem yang ada di Direktorat Jenderal Pajak, serta administrasi pekerjaan, kegiatan dan pelaksanaan tugas b. Seksi Pemutakhiran Data Tampilan; Seksi Pemutakhiran Data Tampilan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan pengawasan dan pengelolaan operasional aplikasi yang berhubungan dengan pemutakhiran data, serta administrasi program aplikasi. c. Seksi Pertukaran Data Elektronik; dan Seksi Pertukaran Data Elektronik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan pengawasan dan pengelolaan operasional proses pertukaran data elektronik untuk menjamin kualitas data, serta administrasi pekerjaan, kegiatan dan pelaksanaan tugas. d. Seksi Pengelolaan Intranet dan Internet. Seksi Pengelolaan Intranet dan Internet mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan pengawasan dan pengelolaan operasional intranet dan internet, serta administrasi pekerjaan, kegiatan dan pelaksanaan tugas. 3. Subdirektorat Pemantauan Sistem dan Infrastruktur; Subdirektorat Pemantauan Sistem dan Infrastruktur mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penelaahan, dan penyusunan kebijakan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional, serta pelaksanaan pemantauan terhadap konfigurasi dan kapasitas infrastruktur teknologi informasi, keamanan sistem dan jaringan komunikasi data, 27

basis data, pengolahan data dan dokumen, pemeliharaan Master File Wajib Pajak, serta administrasi program aplikasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Pemantauan Sistem dan Infrastruktur menyelenggarakan fungsi: penyiapan penelaahan dan penyusunan kebijakan teknis operasional pemantauan konfigurasi dan kapasitas infrastruktur teknologi informasi, keamanan sistem dan jaringan komunikasi data, basis data, pemeliharaan Master File Wajib Pajak, pengolahan data dan dokumen; pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis operasional pemantauan konfigurasi dan kapasitas infrastruktur teknologi informasi, keamanan sistem dan jaringan komunikasi data, basis data, pemeliharaan Master File Wajib Pajak, pengolahan data dan dokumen; pemantauan konfigurasi dan kapasitas infrastruktur, keamanan sistem dan jaringan komunikasi data, basis data, serta pengolahan data dan dokumen; pemeliharaan Master File Wajib Pajak; dan administrasi program aplikasi.

Subdirektorat Pemantauan Sistem dan Infrastruktur terdiri atas: a. Seksi Pemantauan Konfigurasi dan Kapasitas; Seksi Pemantauan Konfigurasi dan Kapasitas mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan,

pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan pemantauan dan pemeliharaan konfigurasi dan kapasitas infrastruktur teknologi informasi, serta administrasi program aplikasi b. Seksi Pemantauan Keamanan Sistem dan Jaringan Komunikasi Data; Seksi Pemantauan Keamanan Sistem dan Jaringan Komunikasi Data mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan pemantauan dan pemeliharaan keamanan sistem dan jaringan komunikasi data, serta administrasi program aplikasi c. Seksi Pemantauan Basis Data; dan Seksi Pemantauan Basis Data mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan,

pengendalian, dan evaluasi teknik operasional, serta pelaksanaan pemantauan distribusi dan konsolidasi data serta operasional basis data nasional, serta administrasi program aplikasi. d. Seksi Pemantauan Pengolahan Data dan Dokumen. Seksi Pemantauan Pengolahan Data dan Dokumen mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan, serta pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kebijakan teknik operasional, serta pelaksanaan 28

pembinaan di bidang transformasi data dan pengelolaan dokumen dalam hal perekaman, kualitas dan transfer data, penyimpanan, peminjaman dan penghapusan dokumen dan media elektronik, pemeliharaan Master File Wajib Pajak, serta administrasi program aplikasi. 4. Subbagian Tata Usaha; dan Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, tata usaha, kearsipan, dan rumah tangga Direktorat. Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya secara administratif dibina oleh Kepala Subdirektorat Pelayanan Operasional. 5. Kelompok Jabatan Fungsional.

D.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT TRANSFORMASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat

Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi menyelenggarakan fungsi : penyiapan perumusan kebijakan di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi; penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

transformasi teknologi komunikasi dan informasi; penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi; dan pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.

Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi terdiri atas: 1. Subdirektorat Analisis dan Evaluasi Sistem Informasi; Subdirektorat Analisis dan Evaluasi Sistem Informasi mempunyai tugas melaksanakan perancangan sistem dan prosedur perpajakan, analisis konfigurasi dan kapasitas infrastruktur, analisis keamanan sistem dan jaringan komunikasi data, serta evaluasi sistem informasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Analisis dan Evaluasi Sistem Informasi menyelenggarakan fungsi : a. perancangan sistem dan prosedur perpajakan; b. analisis konfigurasi dan kapasitas infrastruktur teknologi informasi; c. analisis keamanan sistem dan jaringan komunikasi data; dan 29

d. 2.

evaluasi sistem informasi.

Subdirektorat Pengembangan Perangkat Keras; Subdirektorat Pengembangan Perangkat Keras mempunyai tugas melaksanakan analisis, perencanaan, perancangan, instalasi konfigurasi basis data, jaringan komunikasi data dan pengelolaan basis data dan data spasial. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Subdirektorat Pengembangan Perangkat Keras menyelenggarakan fungsi: a. penelitian, perencanaan, perancangan, instalasi, dan evaluasi konfigurasi basis data; b. penelitian, perencanaan, perancangan, instalasi, dan evaluasi jaringan komunikasi data; c. pengelolaan basis data; dan d. pengelolaan data spasial.

3. Subdirektorat Pengembangan Aplikasi; Subdirektorat Pengembangan Aplikasi mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, instalasi aplikasi perpajakan, aplikasi informasi geografis, dan aplikasi informasi dan pelaporan serta penyusunan prosedur operasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Pengembangan Aplikasi menyelenggarakan fungsi: a. penelitian, perencanaan, perancangan, instalasi, dan evaluasi aplikasi perpajakan, aplikasi informasi geografis, dan aplikasi informasi dan pelaporan; dan b. penyusunan prosedur operasional sistem informasi dan aplikasi. 4. Subbagian Tata Usaha; Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, tata usaha, kearsipan, dan rumah tangga Direktorat. Subbagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya secara administratif dibina oleh Kepala Subdirektorat Analisis dan Evaluasi Sistem Informasi 5. Kelompok Jabatan Fungsional.

30

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya tugas dan wewenang CIO di bidang strategis dan semakin meningkatnya peran tersebut. CIO harus mengenali pengaruh TIK terhadap organisasi, menentukan arah / strategi TIK yang menjamin adanya keselarasan antara strategi bisnis dan strategi TIK. Adapun peran CIO adalah sebagai berikut : 1. Antisipasi perubahan teknologi, market dan regulasi. 2. Menentukan dan menjamin tatakelola TIK yang benar dan baik dalam organisasi. 3. Merumuskan visi dan misi; 4. CIO menjadi leader dalam pengukuran dan pengembangan new computing. 5. Mendistribusikan teknik baru hasil pengembangan, alat dan pendekatan yang dilakukan Di dalam buku Information Systems Management in Practice, Ralph Sprague beserta rekannya Barbara McNurlin menjabarkan bahwa setidaknya ada lima fungsi utama CIO di sebuah perusahaan (Sprague et.al., 1993). Yaitu : 1. Memahami Bisnis 2. Membangun Citra Divisi 3. Meningkatkan Mutu Penggunaan Teknologi 4. Mencanangkan Visi Teknologi Informasi 5. Pengembangan Sistem Informasi Prioritas dan kebutuhan Teknologi Informasi (TI) perusahaan telah

berevolusi, Chief Information Officer (CIO) harus bisa mengatasi kebutuhan bisnis yang terus berubah. CIO harus mampu mengelola tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan baru.Di samping tuntutan bisnis, dunia kini bergerak ke TI yang "hijau" dan perusahaan melihat kebutuhan mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon untuk memangkas biaya operasional, memunculkan tantangan : 1. Kendalikan emisi karbon dari pembangkit listrik (Green Computing 2. Melakukan lebih banyak hal untuk menangani pertumbuhan data 3. Memastikan menyimpan data secara efisien 4. Memastikan ketersediaan data dan aplikasi 5. Bisnis Berbasis Efisiensi 6. Membangun Infrastruktur Informasi 7. Manajemen Informasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Keuangan, Direktorat Teknologi Informasi 31

Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak mempunyai

tugas

merumuskan

serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang teknologi informasi perpajakan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan menyelenggarakan fungsi: penyiapan perumusan kebijakan di bidang teknologi informasi perpajakan; penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi informasi perpajakan; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi informasi perpajakan; penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi informasi perpajakan; dan pelaksanaan tata usaha direktorat. Sedangnkan Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi. Dalam tersebut, Direktorat Transformasi Teknologi melaksanakan dan tugas Informasi

Komunikasi

menyelenggarakan fungsi : penyiapan perumusan kebijakan di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi; penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

transformasi teknologi komunikasi dan informasi; penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi; dan pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.

B. Saran Dalam organisasi modern, dalam sebuah organisasi hanya ada sati Chief Information Officer (CIO) sebagai pimpinan tertinggi pengelolaan IT termasuk pengembangan IT. Untuk itu, kedepannya seharusnya Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan yang mengelola IT dan Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi yang mengelola pengembangan IT disatukan menjadi satu Direktorat, agar terjadi keseuaian arah pengembangan IT dengan pengelolaan IT itu sendiri

32

DAFTAR PUSTAKA

Sprague, and Barbara C McNurlin. Information Systems Management in Practice, Englewood cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc., 1993

____________________. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan

33

You might also like