You are on page 1of 13

1

Unsur Rohani Manusia: Nafs, Akal, Qolb Dan Ruh


Makalah Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu: Dr. Muhayya, MA.

Kelompok V: Muhammad Saddam Naghfir (082111087) Siti Kholisoh (082111)

PRODI KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH IAIN WALISONGO SEMARANG

2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia telah mengenal Tuhannya. Seringkali kita mendengar kata-kata tersebut dari para ahli tasawuf, lantas kita bertanya-tanya apakah memang benar ungkapan tersebut, ataukah ada makna lain yang tersirat. Dalam bukunya yang berjudul Bersatu Dengan Allah Agus Mustofa berkisah bahwa pada saat kecil dia sering berdiskusi dengan ayahnya yang seorang ahli tasawuf. Dia bertanya, di manakah Tuhan berada? Apakah Dia dekat? Ataukah Dia jauh? Bila Dia dekat, maka aku akan berdoa pada-Nya pelanpelan, dan bila Dia jauh aku akan berdoa dengan berteriak sekeras-kerasnya agar Tuhan mendengar doaku Sang ayah hanya tersenyum mendengar pertanyaan anaknya yang kritis, kemudian dia menjawab bahwa Tuhan itu ada di mana-mana, bahkan kita telah bersatu dengan-Nya. Pertanyaanmu yang menggunakan kata keterangan tempat Di mana sesungguhnya bukan pertanyaan yang tepat, karena Tuhan tidak terbatas oleh ruang dan waktu, ketika engkau memberikan kata Tanya di mana, maka engkau membatasinya dengan suatu ruang di mana. Anak tersebut menggelengkan kepalanya tanda tak mengerti. Kemudian sambil tersenyum ayahnya mengambil sebuah gelas yang berisi air putih, dan bertanya pada sang anak, dapatkah kau melihat air ini? Kemudian si anak tadi menjawab, tentu, yah. Kemudian sang ayah memasukkan teh celup dan mengaduknya sebentar hingga air putih tadi berubah warna menjadi warna the, coklat. Kemudian ayahnya bertanya lagi, dapatkau membedakan air putih dari warna teh ini, sang anak kembali menggelengkan kepalanya untuk yang kedua kalinya. Sang ayah pun menjelaskan bahwa tuhan itu ibarat air putih di dalam air the tadi, dan manusia dan makhluk-makhluk lainnya adalah warna teh itu sendiri, sangat sulit sekali untuk mengenali dan membedakan air putih ini dengan air the karenanya keduanya telah bersatu dalam satu kesatuan. Sang anak pun mulai menganggukaan kepalanya tanda mulai mengerti Dengan mengenal diri kita sendiri, kita akan bisa lebih mengenal kepada Tuhan kita. Bila hal ini tercapai tentunya kita akan semakin mendapatkan rasa keislaman dan keimanan yang

lebih. Oleh karena itu, penting kiranya bagi kami, pemakalah untuk menyusun makalah sederhana ini yang berbicara mengenai manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani Pertama, Jasmani atau jasad adalah bagian manusia yang terdiri dari organ-organ biologis beserta panca indranya yang bisa kita lihat. Fungsinya adalah untuk mendukung kehidupan manusia. Misalnya, mulut digunakan untuk makan, mata dipergunakan untuk melihat, telinga yang bisa dipergunakan untuk mendengar, hidung yang bisa dipergunakan untuk bernafas dan mencium bau, kulit yang bisa dipergunakan untuk merasa, otak yang dipergunakan untuk mengingat, berpikir dan organ-organ tubuh lainnya. Kedua, Rohani adalah bagian manusia yang terdiri dari organ-organ yang tidak terlihat / ghaib, tetapi eksistensinya dapat kita rasakan. Fungsi organ roha\ni ini adalah untuk memberikan kehidupan dan mendukung perkembangan kehidupan manusia. Sebagaimana jasmani, dalam rohani manusia juga ada beberapa bagian, yaitu: Akal, Jiwa, Qalbu dan Roh.1 Dalam makalah ini, akan kami paparkan lebih dalam tentang bagian tubuh manusia yang bersifat rohani.
B.

Rumusan Masalah

Agar pembahasan pada makalah ini lebih terfokus, maka pemakalah membuat rumusan masalah sebagai berikut: A. Qolbu B. Ruh C. Jiwa D. Akal E. Antara Jiwa dan Ruh F. Antara Jiwa dan Akal G. Konsep Manusia

Lihat Umary Barmawie. Materia Akhlak. Cet. Keduabelas. (Solo: Ramadhani, 1995) Hlm. 20-21.

BAB II PEMBAHASAN A. Qalbu Disebut juga hati / sanubari. Dalam bahasa arab ada enam kata untuk menyebutkan / mensifati hati, yaitu: Dhamirun (tersembunyi), Fuadun (banyak kegunaannya), Kabidun (bendanya), Luthfun (sumber sifat halus), Qalbun (suka berubah-ubahnya), Sirrrun (tempat menyimpan rahasia). Fungsi hati adalah sebagai organ rohani yang urgen dalam akhlaq, sebab dari hati itulah timbul kebaikan dan keburukan. Hati Quran cukup banyak menggunakan kata qalb (tunggal) dan qulub (jamak). Dalam pemakaiannya kata tersebut tidak hanya mempunyai salah satu pengertian. Oleh quran, kata tersebut digunakan dalam kaitan akal. Harun Nasution menyebut bahwa qalb itu tidak sama dengan jantung (heart) karena qalb selain alat untuk merasa adalah juga alat untuk berfikir.2 Hal tersebut telah disebutkan beberapa ayat Al quran3 yang menunjukkah bahwa pengertian qalb dan qulub menunjukkan akal. Hal itu ditandai dengan kaitannya dengan kata-kata yang menunjukkan kegiatan berpikir. Kata itu adalah yaqilun, yatadabbarun, dan yatafaqqah. 4 Dalam referensi lain juga disebutkan kata al qalb ini digunakan untuk menyebut dua hal. Pertama, sepotong daging lembek dan lembut yang berada disebelah kiri dada, yaitu sepotong daging yang khusus. Dibagian dalamnya terdapat rongga-rongga tempat darah mengalir. Itulah
Harun Nasution.Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta:Bulan Bintang,1978)h.77 Surat al hajj/22:46 :46. Allah mengingatkan kaum muhammad bahwa apakah mereka tidak beranjangsana ke tempat orang-orang yang mendapat bencana: mereka mempunyai hati-hati (qulub) tetapi tidak digunakan untuk berpikir (yaqilun). Dalam QS Muhammad / 47:24, disebutkan bahwa apakah mereka memikikan (yatadabbarun) quran atau hati-hati mereka terkunci (sehingga tidak berfikir). Dalam QS Al anam/6:25, disebutkan bahwa kami telah meletakkan penutup diatas hati mereka untuk memahaminya (an yafqahuh) yakni quran. 4 Akal adalah kemampuan yang siap untuk menerima pengetahuan atau suatu pengetahuan yang manusia dapat memperoleh manfaat dengannya, Abu Al Qasim al Husain bin Muhammad al Raghib al ashfahani, al mufradat fi Gharib al Quran (Kairo : Mushthafa al Babi al Halbi) hh.341-342. Tadabbara adalah memikirkan sesuatu, faqqaha adalah memperoleh suatu pengetahuan yang tidak nyata (abstrak) dengan bantuan pengetahuan konkret, kata ini lebih khusus dari pada ilm (pengetahuan) yang pasti ketiganya menunjuk keinginan berpikir.
3 2

tempat bersemayamnya ruh. Al qalb atau hati seperti ini juga dimiliki semua hewan. Akan tetapi, yang dimaksud al qalb disini adalah sepotong daging yang tidak bisa diukur dan dinilai, karena merupakan alam wilayah malakut yang tidak bisa terdetekdi oleh mata telanjang. Kedua, al qalb adalah suatu rahasia yang halus (Lathifah) yangb bersifat rabbaniyah dan ruhaniyah yang memiliki keterkaitan dengan al qalb yang bersifat jasmani. Lathifah itu adalah hakikat manusia itu sendiri. Itulah bagian dari manusia yang bisa memahami, menegtahui dan menyadari. Al qalb itulah yang bisa berperan sebagai mukhatab (pihak yang diajak bicara), yang bisa merasakan kesusahan, bisa merasakan akibat dan bisa dituntut. Pengertian lain qalb adalah hati yang menerangkan tentang perasaan. Bentuk pengertian kedua ini terbanyak dipergunakan quran sebanya 124 kali dan dalam 118 ayat. Misalnya sekiranya engkau (Muhammad SAW) keras hati, mereka pasti menjauh (QS Ali Imran/3:150)5, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati (qalb) yang damai (QS Asy Syuara/26:89)6, kecuali orang yang dipaksa dan hatinya tentram beriman (QS an Nahl/16:106).7 Pengelompokan Hati Insani Ada tiga klasifikasi hati manusia8 :
1. Qalbun Shahih yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang suci) dari setiap nafsu yang

menentang perintah dan larangan Allah, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Hati ini murni pengabdian (ubudiyyah) kepada Allah SWT.
2. Qalbun Mayyit yaitu kebalikan dari Qalbun Shahih. Hati yang mati tidak pernah

mengenal tuhannya, tidak menyembah Nya, tidak mencintai atau ridha kepada Nya.
3. Qalbun Maridl, yaitu hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya

tersimpan benih-benih penyakit. Kadang ia berpenyakit dan kadang pula hidup secara normal, bergantung ketahanan (kekebalan) hatinya. B. RUH
tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah Sebaik-baik penolong. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, 7 Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. 8 Ahmad Faried.Menyucikan Jiwa.(Surabaya : Risalah Gusti, 2004) hlm 16
6 5

Ahli hakikat dari kalangan ahli sunnah tentang makna ruh berselisih pendapat. Sebagian mereka mengatakan bahwa ruh adalah kehidupan. Sebagian yang lain menyebutnya sebagai entitas-entitas yang dititipkan dalam wadah-wadah khusus, bersifat lembut dan dialiri oleh Allah dengan gerak kehidupan, sehingga badan manusia menjadi hidup selama ruh itu masih menetap di dalamnya. Para ulama dan filosof memang berbeda pendapat tentang apakah yang dinamai ruh dan hakikatnya. Dalam al quran sendiri kata ruh digunakan dalam berbagai makna. Sekali dalam arti makna wahyu ilahi9, dikali lain dalam arti malaikat-malaikat yang membawa wahyu itu kepada para nabi yakni malaikat jibril10. Dikali ketiga ia bermakna spirit, kekuatan, ketetapan hati dan pertolongan.11 dan kali keempat ia dipahami dalam arti nyawa atau sumber hidup yang bila berpisah dengan jasmani, hilanglah potensi gerak, tahu dan rasa sesuatu itu. Yang pasti al quran tidak menjelaskan hakikat ruh, karena mungkin ia adalah sesuatu yang yang berada diluar alam fisika dan karena itu sangat sulit dijangkau hakikatnya oleh manusia.12 Thomas Aquino juga berpandangan yang sebenarnya pandangan ini berasal dari filsafat Plato yang berpendapat bahwa ruh menurut istilahnya jiwa rohaniyah- tidak pernah mati. Karena berasal dari dunia abadi, sedangkan jiwa badaniyah itu akan gugur bersama-sama dengan jasad manusia.13 Dari beberapa uraian tentang pengertian ruh diatas tadi, kami hanya mengambil dua kesimpulan. Pertama, ruh adalah berbentuk halus yang berpusat pada rongga hati jasmani. Ruh menyebar melalui urat nadi keseluruh tubuh. Alirannya berada diseluruh tubuh dan memancarkan cahaya kehidupan, membuat indera perasa penglihat, pendengaran, dan penciuman berfungsi. Kedua, ruh adalah suatu rahasia yang lembut dan mampu untuk mengetahui dan menyadari yang dimiliki oleh manusia.
QS.An Nahl : 2. Dia menurunkan Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku". 10 QS. Ghafir : 15 dialah yang mengutus jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki Nya. 11 QS.Mujadalah : 22. kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapakbapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. 12 M.Quraish Shihab.Dia Dimana-mana.(Jakarta:Penerbit lentera Hati, 2005).hlm120 13 W.A.Gerungan.Psikologi Sosial.(Bandun g,1998) hlm.5
9

Manusia hidup dengan kehidupan, namun ruh dititipkan dalam hati. Terkadang dia naik ketika manusia tidur dan meninggalkan badan kemudian kembali. Manusia adalah gabungan ruh dan jasad. Allah telah munundukkan sebagian atas sebagian yang lain dalam kesatuan sistem gabungan ini. Keterkumpulan milik jumlah (sistem). Pahala dan siksa juga milik jumlah atau jumlah itu sendiri. Sedangkan ruh adalah makhluk. Seseorang mengatakan bahwa ruh adalah jasad adalah salah. Hadist-hadist tidak menunjukkan demikian, tetapi menyebutnya sebagai entitas-entitas yang lembut.14 Kajian tentang ruh bukanlah hal yang baru, artinya pertanyaan tentang substansi ruh telah ada sejak lama. Akan tetapi, ilmu manusia itu sungguh terbatas. Probabilitas akal yang terbatas tidak bisa menjangkau sesuatu yang berada diluar batas probabilitasnya. Sehingga agama mempersilahkan akal manusia untuk berusaha memahaminya tanpa harus mengaitkannya dengan Ayat-ayat al quran. Dan Allah sendiri Berfirman :

Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS.Al Isra : 85) Dan selanjutnya dibagian akhir ayat dipertegas kembali dari ayat diatas berbunyi : tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. Kelanjutan ayat ini mencerminkan bahwa manusia tidak dapat mengetahui sama sekali tentang ruh, karena ilmu yang dianugrahkan kepada mereka hanya sedikit, dan persoalan ruh tidak termasuk ke dalam ilmu yang dianugrahkan itu. C. Jiwa Jiwa dalam bahasa arab disebut juga Nafsun. Jiwa adalah organ rohani yang besar pengaruhnya dan yang paling banyak di antara anggota rohani yang mengeluarkan instruksi kepada anggota jasmani untuk berbuat atau bertindak. Jiwa mewakili kepribadian seseorang. Kedudukan jiwa bisa berubah-ubah bisa mencapai tingkatan Malaikat, namun bisa juga lebih rendah dari binatang ternak / bahaim. Kondisi jiwa berada di tengah-tengah Hawa dan Nafsu, Hawa adalah ajakan yang mengajak jiwa seseorang untuk mundur dari berbuat hal-hal yang baik, beribadah, dll. Sedangkan Nafsu adalah dorongan kepada jiwa untuk melakukan sesuatu yang
Abul Qasim Abul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi.Risalah Qusairiyah (Sumber Kajian Ilmu Tasawuf).(Jakarta : Pustaka Amani, 1998)hlm.112
14

diharamkan / tidak diperbolehkan oleh Agama, seperti Mencuri, berjudi, membunuh, dll. Jadi posisi jiwa seseorang berada di tengah-tengah Hawa dan Nafsu, kadang Maju bila terbujuk oleh nafsu, kadangmundur bila tertarik oleh hawa. Sehingga kualitas jiwa pun berbeda-beda, Ada delapan kategori Jiwa (Nafsun dalam bahasa arab) yaitu: 1. Nafsul Ammarah Adalah jiwa yang belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, belum memperoleh tuntunan, belum menentukan mana yang manfaat dan mana yang mafsadat, tetapi kebanyakan ia mendorong ke hal-hal yang tidak baik. Ia menimbulkan tindakan khianat dengan segala akibat-akibatnya yang tidak patut dipuji. Ia enggan menerima gagasa, nasehat dan saran. Ia gembira menerima bisikan dan godaan dari setan, yang menunjukkan jalan dosa. Semua yang bertentangan dengan keinginannya adalah musuhnya, dan yang sejalan dengannya adalah sahabatnya. 2. Nafsul Lawamah Adalah jiwa yang telah mempunyai rasa insaf dan menyesal sesudah melakukan suatu pelanggaran. Ia tidak berani melakukan secara terang-terangan dan tidak pula mencari cara kegelapan mencari cara kegelapan melakukan sesuatu, karena telah sadar akibat perkerjaannya. Saying sekali ia belum mampu dan kuat mengekang nafsu yang jahat, oleh karena itu ia masih selalu dekat pada pekerjaan maksiyat. Setelah ia mengerjakan maksuiyat, ia baru menyadari kesalahannya dia menyesal dan mengharap agar kejahatannya jangan teroleh lagi dan semoga perbuatan maksiyatnya diampuni. Dalam dirinya telah tumbuh bibit pikiran dan benih perasaan. 3. Nafsul Musawwalah Adalah jiwa yang telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun baginya mengerjakan yang baik itu sama halnya dengan mengerjakan yang buruk. Ia mengerjakan hal yang buruk, semisal maksiyat dengan sembunyi-sembunyi, karena dia telah mempunyai sifat malu ketika mengerjakan maksiyat. Ia malu bila orang lain melihatnya berbuat maksiyat. Posisinya masih dekat terhadap kejahatan daripada kebaikan. Ia telah mulai bisa bertanya kepada akalnya sebelum dia bertindak. Dia selalu berpikir bagaimana agar tindakannya jahatnya tidak diketahui oleh orang lain. 4. Nafsul Muthmainnah

Adalah jiwa yang telah mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik. Ia mendatangkan ketenangan jiwa, melahirkan sikap dan perbuatan yang baik, memberntengi serangan kejahatan, memukul mundur musuh kesejahteraan dan kebahagian lahir dan batin, mendorong jiwa untuk melakukan kebaikan serta mengheambatnya untuk melakukan kejelekan. Di dalamnya menjelma segala maslahat pribadi dan kpentingan kolektifnya. 5. Nafsul Mulhamah Adalah jiwa yang memperoleh ilham dari Allah s.w.t., dikaruniai ilmu pengetahuan, dihiasi oleh akhlakul mahmudah. Ia merupakan sumber sabar, syukur, tabah dan ulet. 6. Nafsul Raadliyah Adalah jiwa yang ridha kepada Allah, mempunyai status yang baik dalam kesejahteraan, mensyukuri nikmat, qonaah dan merasa cukup atas apa-apa yang telah didapatkannya di dunia. 7. Nafsul Mardliyah Adalah jiwa yang diridhai Allah, keridhaannya dapat terlihat pada anugerah yeng diberikan-Nya berupa, senantiasa berdzikir, ikhlas, mempunyai karamah, mempunyai kemulian di sisi-Nya. 8. Nafsul Kaamilah Adalah jiwa yang telah sempurna bentuk dasarnya, sudah dianggap cakap untuk mengerjakan irsyaad dan menyempurnakan ikmal terhadap hamba Allah, dia digelari Mursyid atau Mukammil. Ia telah tajalli asma dan sifat, baqaa billah, fanaa fillah, berilmu laduni yang didapat dari sisi-Nya. D. Akal Akal sebagai organ rohani yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Dengan akalnya manusia yang lemah dapat menundukkan hewan yang kuat, dengan akalnya juga manusia mampu memecahkan dan mengatasi aneka problema hidupnya di dunia. Semua daya upaya, ikhtiar dan usaha manusia merupakan hasil kreasi akal manusia, makin tinggi kecerdasan manusia, maka makin banyak pula daya upaya, ikhtiar, dan usaha yang dapat dicapai dan ditempuh oleh akalnya. Dengan akalnya pula manusia menganalisa, memikir dan

10

menyimpulkan pendapatnya. Akal adalah tempat manusia mengambil keputusan antara hal yang benar dan salah. Akal adalah seluruh kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin cerdas seseorang semakin tinggi potensi akalnya. Dalam hal kecerdasan kita tentu mengenal bahwa kecerdasan itu bukan hanya terkait dengan kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Potensi kecerdasan yang dimiliki oleh manusia meliputi: kemampuan memahami, kemampuan menganalisa, kemampuan membuat keputusan, sampai pada kemampuan untuk menjalankan (mengeksekusi). Dalam proses itu, yang terlibat bukan hanya kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan emosional dan spiritual. E. Antara Jiwa dan Ruh Banyak para ahli hadist, fiqih tasawuf yang berpendapat bahwa jiwa dan ruh itu berlainan. Abu Abdillah bin Munadih umpamanya berpendapat bahwa jiwa adalah jenis yang berasal dari tanah dan api. Sedangkan ruh adalah sejenis yang berasal dari sinar rohaniyah. Bahkan ada yang membedakan antara ruh dan jiwa, dengan menyatakan bahwa ruh adalah mengandung unsur ilahiyah sedangkan jiwa mengandung unsur insaniyah. Seperti pendapat para sufi.15 Jiwa dimiliki oleh semua makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Perbedaan antara jiwa dan ruh bukan hanya kita yang menggunakannya. L.Klages berpendapat bahwa ruh menunjukkan pengamalan tentang aku yang lebih luhur, sedangkan jiwa dikaitkan dengan kehidupan jasmani yang berbeda dari pengalaman psikis.16 Pendapat lain menyatakan, dalam al Ruh Ibnu al qayyim menjawab pertanyaan seputar jiwa (al nafs) dan ruh, apakah keduanya sama atau berbeda ? ia menuturkan kata jiwa (al nafs) dalam al quran dimaknai sebagai dzat secara keseluruhan : Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu

15 16

Ibnul Qayyim.Masalah Ruh.Terj.(Surabaya, 1981)hlm.208 Abdul Qadir Jaelani.Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf.(Gema Insani Press:Jakarta,1996) hlm.90

11

memahaminya.17lain dari itu al nafs dimaknai sebatas ruh saja (tanpa jasad) seperti termaktub dalam firman Allah Swt. Wahai Jiwa yang tenang18 Banyak orang yang berpendapat bahwa manusia hanya terdiri dari dua hal saja, yaitu ruh dan badan, namun hal ini akan terasa aneh karena hewan juga memiliki ruh dan badan juga. Jadi, manusia sebagai makhluk yang sempurna terdiri dari tiga unsur, yaitu ruh, jiwa dan badan.

Beberapa perbedaan Jiwa dan Roh No. 1. Jiwa Ruh Jiwa adalah sesuatu yang terdapat Ruh adalah sesuatu yang terdapat pada seseorang pada orang yang terjaga / sadar, bisa selama orang itu hidup, bila orang itu mati, maka dalam keadaan berfngsi dan dalam ruhnya tidak lagi berada pada orang tersebut. keadaaan 2. 3. tidak berfungsi ketika orang itu sedang tidak sadar. Jiwa adalah sesuatu yang kualitasnya Ruh adalah sesuatu yang stabil. Selalu suci. bisa naik dan turun Jiwa adalah suatu akibat dari Ruh mati adalah sesuatu yang menyebabkan

masuknya ruh kedalam jasad.

munculnya kehidupan pada benda-benda yang

F. Antara Jiwa dan Akal Kualitas jiwa bergantung pada kualitas fisik terutama otak / akal. Jia kualitas fisik dan otak mengalami gangguan, maka jiwa juga bakal mengalami gangguan. Kerusakan pada otak menimbulkan kerusakan pada jiwa. Jiwa bisa berinteraksi dengan dunia luar dengan fasilitas yang dimiliki badan, yaitu berupa otak dan panca indra untuk kemudian merasakan sesuatu dari luar. Bisa dalam bentuk stress, sengsara, senang, sedih, bahagia, dll. G. Konsep Manusia

17 18

QS.An Nuur : 61 Q.S.Al Fajr : 27

12

Allah menciptakan badan Manusia dari material tanah dan kemudian meniupkan sebagian ruh-Nya kepada badan itu. Maka hiduplah bahan organic tanah menjadi badan manusia, disebabkan oleh adanya ruh. Dan akibat bersatunya badan dan ruh (timbulnya kehidupan), maka muncullah jiwa sebagai interaksi antara ruh dan badan. Jadi, jiwa adalah akibat dari adanya kehidupan. Bukan penyebab. Karena penyebab utama adanya kehidupan adalah ditiupkannya ruh ke dalam badan.19 Kemudian untuk melengkapi kesempurnaan penciptaan makhluk bernama manusia ini, Allah menciptakan hati dan akal agar manusia lebih unggul dari makhluk lainnya. Hati berfungsi sebagai alat untuk memberikan petunjuk kepada manusia untuk menentukan pilihan antara baik dan buruk. Petunjuk ini sering disebut sebagai bisikan hati. Kemudian akal adalah wujud dari jiwa yang berinteraksi dengan otak sebagai pusat komando badan. Akal berfungsi untuk menentukan hal mana yang benar dan salah. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Manusia teridiri dari dua unsur, yaitu unsur rohani dan unsur jasmani Unsur Rohani manusia meliputi: jiwa, roh, akal dan hati Roh adalah organ rohani manusia yang memiliki unsur utama sebagai sumber kehidupan

dan pembawa sifat-sifat ketuhanan.


Jiwa adalah organ rohani yang imiliki manusia yang bertugas sebagai pembawa karakter

manusia itu, yang mengendalikan segala perbuatan manusia.


Akal adalah organ rohani yang dipergunakan untuk menentukan benar dan salah, Alat

untuk berpikir, menyimpan memori dll.


Al qalb, adalah organ rohani manusia sebagai pelengkap kesempurnaan penciptaannya.

Berfungsi sebagai alat filter perbuatan manusia, mengidentifikasi baik dan buruk.

19

Lihat Agus Mustofa. Menyelam Ke Samudera Jiwa & Ruh. (Malang: Padma Press, 2008) hlm. 27.

13

B. PENUTUP Demikian makalah ini kami buat, ibarat kata pepatah tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan penulisan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa sebagai manusia biasa, kami tidak akan luput dari kesalahan, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun senantiasa kami nantikan dari segenap pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Abul Qasim Abul Karim Hawazin Al Qusyairi An Naisaburi.Risalah Qusairiyah (Sumber Kajian Ilmu Tasawuf). (Jakarta : Pustaka Amani, 1998)
Barmawie, Umary. Materia Akhlak. 1995. Cet. Keduabelas. Solo: Ramadhani

Muhammad, Abdul Basith. Semesta Ruh.(Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2006) Mustofa, Agus. Menyelam Ke Samudera Jiwa & Ruh. (Malang: Padma Press, 2008) ____________. Terpesona Di Sidratul Muntaha. (Malang: Padma Press, 2006. Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta:Bulan Bintang,1978) Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. (Jakarta:Rajawali Pers,2010) Rahman, Djamaluddin. Konsep Perbuatan Manusia Menurut Quran. (Jakarta : PT Bulan Bintang,1992) Shihab, M.Quraish. Dia Dimana-mana.(Jakarta:Penerbit lentera Hati, 2005) Quasem, Abdul. Etika Al Ghazali (Etika Majemuk Di Dalam Islam).(Bandung : Penerbit Pustaka, 1988) W.A. Gerungan. Psikologi Sosial. (Bandung, 1998)

You might also like