You are on page 1of 32

http://kimaiitumudah.blogspot.com/2011/05/cara-pengelolaan-dan-penyimpanan.

html

A. Macam-Macam Alat Laboratorium IPA Macam peralatan laboratorium meliputi : 1. Alat ukur, seperti thermometer, barometer, respirometer, gelas ukur, stopwatch, mikrometer sekrup, dsb.

Gambar 1. Berbagai alat laboratorium yang dapat digunakan untuk mengukur.

2. Alat dari gelas, seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus, dsb.

Gambar 2. Berbagai alat laboratorium yang terbuat dari gelas.

3. Model, seperti model pencernaan, model pernapasan, model kerangka, model indera dan organ lainnya.

Gambar 3. Berbagai alat laboratorium yang merupakan model dimana model ini biasanya digunankan pada pelajaran biologi.

4. Bagan, seperti bagan klasifikasi makhluk hidup, bagan metamorfosis pada katak, bagan sistem pengeluaran manusia, dsb.

Gambar 4. Berbagai alat laboratorium yang merupakan bagan dimana bagan ini biasanya digunankan pada pelajaran biologi.

5. Alat siap pakai (rakitan), seperti kit listrik, kit magnet, kit optik, dsb.

Gambar 5. Berbagai alat laboratorium yang berupa rakitan, biasanya ini digunakan pada laboratorium fisika atau laboratorium tekhnik.

6. Alat bantu proses percobaan seperti pinset, gunting dan pembakar bunsen/spiritus, mortar dan alu.

Gambar 6. Berbagai alat bantu dalam laboratorium.

Perlengkapan pendukung (perkakas) yang diperlukan selama bekerja di laboratorium IPA, seperti : 1. Alat pemadam kebakaran, dapat diganti dengan pasir basah dan karung goni basah. 2. Kotak Pertolongan Pertama lengkap dengan isinya (obat, kasa, plester, obat luka) 3. Alat kebersihan seperti sapu, pengki/serokan sampah, lap pel, sikat tabung reaksi. 4. Alat bantu lainnya seperti obeng, palu, tang, gergaji dsb.

Gambar 7. Berbagai alat laboratorium yang merupakan perkakas pendukung. Alat di laboratorium IPA berdasarkan bahan pembuatnya, meliputi kelompok : 1. Alat optik (kaca), seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus. 2. Alat dari logam, seperti kasa asbes, peralatan bedah dsb. 3. Alat dari kayu, seperti rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi dsb 4. Alat dari plastik, seperti botol zat kimia dsb. 5. Alat dari bahan lainnya seperti sikat tabung reaksi dari ijuk, sumbat gabus dan mortar dari porselain.

Gambar 8. Berbagai alat laboratorium yang dikelompokkan berdasarkan bahan pembuatnya . B. Penataan alat dan bahan Penataan (ordering) alat / bahan adalah proses pengaturan alat / bahan di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat / bahan tersebut berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan maupun kemudahan dalam pemeliharaan Yang harus diketahui sebelum melakukan penataan: Mengenali alat dan fungsinya Mengenali sifat bahan Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian Keperangkatan Nilai/harga alat Kualitas alat tersebut dan kelangkaannya Bahan dasar penyusun alat Bentuk dan ukuran alat Bobot/berat alat

C. Cara Menyimpan Alat Laboratorium IPA Alat yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Cara menyimpan alat laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat tersebut, bobot alat, keterpakaiannya, serta sesuai pokok

bahasannya. Penyimpanan alat menurut aturan tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh pengguna/praktikan. Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan jumlah masingmasing. Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium IPA. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat yaitu : 1. Bahan dasar pembuatan alat 2. Bobot alat 3. Kepekaan alat terhadap lingkungan 4. Pengaruh alat yang lain 5. Kelengkapan perangkat alat dalam suatu set Penataan dan penyimpanan alat / bahan didasarkan pada : 1. Keadaan laboratorium yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, dan keadaan alat/bahan. 2. Kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan dicapai, keamanan dalam penyimpanan dan pengambilannya. Dasar dari penyimpanan alat, yaitu : Jenis Alat, misalnya gelas kimia, corong, cawan petri, lumpang dan alu Jenis bahan pembuat, misalnya kaca, porselin, logam dan kayu Percobaan, misalnya laju reaksi, kesetimbangan, dll Seberapa sering alat digunakan Yang sering digunakan misalnya: gelas kimia Yang jarang digunakan misalnya: lumpang & alu Penyimpanan alat dan bahan Alat-alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat- alat yang mahal harganya penyimpanannya dipisah Alat-alat untuk percobaan fisika biasanya dikumpulkan menurut golongan percobaannya Alat-alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan disimpan tersendiri ditempat khusus. Alat-alat untuk percobaan biologi umumnya disimpan menurut judul percobaan atau dapat dilakukan berdasarkan atas bahan alat

1. 2. 3. 4. -

Gambar 9. Salah satu cara penanganan dan penggunaan alat laboratorium. Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium seperti : 1. 2. 3. 4. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan. Menjaga kebersihan alat Menyimpan alat

Gambar 10.

Berbagai alat laboratorium yang disimpan pada lemari alat.

Tata letak dan pengaturan perabot laboratorium IPA Prinsip keamanan Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang. Prinsip Kemudahan Untuk memudahkan mencari letak masing masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci). Prinsip Keleluasaan Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia. Prinsip Keindahan Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat : 1. Pengelompokan alat alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti : Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi. 2. Pengelompokan alat alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti : Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi. 3. Pengelompokan alat alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet. Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan. Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci . Pengelompokan alat alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur. 2. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang. 3. Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass. 4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu. 5. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad. 6. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik. Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat alat yang boleh

diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yang dapat diletakkan di meja demonstrasi adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi. Penyimpanan dan pemeliharaan alat / bahan harus memperhitungkan sumber kerusakan alat dan bahan. Sumber kerusakan alat dan bahan akibat lingkungan meliputi hal hal berikut :

1. Udara Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas seprti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan khrom atau nikel. Kontak dengan udara bebas dapat menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat menimbulkan kecelakaan dan keracunan. 2. Air dan Asam Basa Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya. Bahan kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan. 3. Suhu Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan :alat memuai atau mengkerut, memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika. 4. Mekanis Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar. gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat / bahan. 5. Cahaya Secara umum alat dan bahan kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara langsung. Penyimpanan bagi alat dan bahan yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup. Bahan kimianya sebaiknya disimpan dalam botol yang berwarna gelap. 6. Api Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut. Langkah Langkah Penyimpanan 1. Bersihkan Ruang dan Penyimpanan Alat dan Bahan 2. Periksa data ulang alat dan bahan yang ada 3. Kelompokkan alat dan bahan yang ada berdasarkan pada keadaan alat dan bahan di atas

4. Penyimpanan dan penataan alat dan bahan disesuaikan dengan fasilitas Laboratorium, keadaan alat dan bahan diatas. Kesimpulan Untuk memberdayakan laboratorium diperlukan beberapa keterampilan. Salah satu keterampilan tersebut adalah dapat menata, mengadministrasikan, dan menginventarisasi alat dan bahan. Pengelolaan laboratorium kimia berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Penataan dan penyimpanan alat didasarkan pada keadaan laboratorium yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, keadaan alat, dan kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan dicapai, serta keamanan dalam penyimpanan dan pengambilannya. Berdasarkan keadaan alat, maka alat dapat dikelompokkan atas jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa sering alat tersebut digunakan, atau jenis percobaan. Alat dan bahan yang ada hendaknya diletakkan ketempat semula setelah selesai digunakan dan dibersihkan sehingga tetap awet dan tidak mengundang terjadinya bahaya.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pengelolaan%20alat%20dan%20bahan%20di%20laboratori um%20kimia.pdf http://www.elearning.tp.ugm.ac.id/upload/pemeliharaan%20dan%20sanitasi.ppt http://www.scribd.com/doc/65138595/Cara-Perawatan-Alat-Lab http://ekapakketu.blogspot.com/2011/07/perawatan-dan-pemeliharaan-peralatan.html

perawatan dan pemeliharaan peralatan laboratorium


1. Pengertian perawatan Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Dalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi. Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel atau memperbaiki kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak atau kurang layak sehingga siap digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa. 2. Jenis perawatan Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana. Secara jelas dapat dilihat pada skema dibawah ini.

a. Perawatan terencana Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni: perawatan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif. 1. Perawatan preventif Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan, adalah sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan peralatan laboratorium. 2. Perawatan korektif Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi, yakni sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi normal. b. Perawatan tidak terencana Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat. 3. Tujuan perawatan laboratorium Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang mencakup: a. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal b. Memperpanjang umur pemakaian c. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran d. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai e. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan f. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak g. Menghindari terjadinya kerusakan fatal

4. Sistem Perawatan Laboratorium Dalam perawatan Laboratorium,sebelum penyusunan jadwal dan rencana kebutuhan biaya perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini: a. Obyek laboratorium yang akan dirawat. b. Sumber daya manusia sebagai tenaga perawatan. c. Sumber daya lain: alat, bahan, suku cadang, cara, waktu, dan biaya perawatan. 5.Pengelola Perawatan Laboratorium

A. Pengertian pengelolaan Pengelolaan atau sering disebut manajemen adalah proses mengelola sumber daya untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Sumber daya yang dikelola meliputi 6 M, yakni: man, money, materials, machines, methods, dan minute (manusia, uang, bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu). Sedangkan fungsi manajemen meliputi empat kegiatan, yakni: planning, organizing, actuating, dan controlling (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan). Dengan demikian manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan sumber daya manusia, biaya, bahan, mesin atau peralatan, metode atau cara, dan waktu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Efektifitas merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi efektifitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan tercapai.Sedangkan efisiensi merupakan sumber daya minimal yang digunakan untuk mencapai kesuksesan itu. Jadi efisien berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, terpendek langkahnya. 2. Obyek perawatan laboratorium Sebagai obyek laboratorium yang perlu dilakukan perawatan diantaranya adalah: a. Ruang laboratorium, termasuk kebersihan lantai, kelembaban, ventilasi, penerangan. b. Perabot atau meubeler laboratorium, seperti almari, meja percobaan, meja kerja,rak, kursi. c. Peralatan administrasi dan dokumentasi laboratorium, seperti komputer, dan filenya, buku-buku manual. d. Sumber jaringan listrik, stop kontak, sekring, lampu. e. Training obyek dan perlatan dan mesin-mesin pelatihan. f. Aparatur dan perlengkapan percobaan. g. Instrumen dan alat-alat ukur h. Spesimen dan bahan-bahan untuk praktikum 3. Sumber daya sistem perawatan laboratorium a. Tenaga perawat ( man ) Tenaga laboran/teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang dikelolanya. Salah satu tugas seorang laboran/teknisi adalah melaksanakan perawatan laboratorium yang meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan, memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak. Untuk peralatan khusus dengan tingkat kerusakan yang sudah parah, dan perbaikannya juga memerlukan kemampuan profesional yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar. Misalnya untuk perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur elektronik, yang konstruksinya sangat rumit. Untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan siswa praktikan. Misalnya dalam menjaga kebersihan ruang dan tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, membantu dalam penyimpanan peralatan. Untuk keperluan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan akibat

kesalahan pemakaian sekaligus sebagai upaya pembinaan tanggungjawab mahasiswa, dapat peraturan dan tata tertip penggunaan peralatan di laboratorium b. Biaya perawatan ( money ) Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan sangat mahal. Biaya perawatan dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain: 1) Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun, carbol, kain lap, perekat, cat, bahan pengawet, pencegah jamur, dan sebagainya. 2) Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya. 3) Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak, kuas, solder, tang, obeng, gunting, dan sebagainya. 4) Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan perawatan terpaksa harus mengundang pihak luar, misalnya ahli komputer. Biaya perawatan di atas perlu dihitung dan dimasukkan dalam usulan anggaran, sehingga tersedia dana untuk perawatan laboratorium secara rutin. c. Bahan perawatan ( materials ) Yang dimaksud dengan bahan perawatan adalah seluruh jenis bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium. Bahkan untuk pekerjaan perawatan ini harus tersedia dengan jumlah yang memadai, karena bahan ini merupakan salah satu sumber daya yang sangat urgen untuk merawat semua peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan peralatan laboratorium, antara lain: 1) Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti:sabun, carbol, kain lap, thinner, bahan pembersih alat-alat laboratorium, tempat sampah, kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya. 2) Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak pelumas, bahan pelapis, bahan pelindung, pembungkus, pupuk tanaman dan makanan hewan pada laboratorium Biologi, pembasmi serangga, dan sebagainya. 3) Suku cadang, seperti: seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya. d. Peralatan perawatan ( machines ) Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan perawatan lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatan peralatan laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan, tergantung dari jenis sarana atau fasilitas yang dirawat serta jenis kegiatan perawatannya. Peralatan perawatan laboratorium antara lain meliputi: peralatan untuk: 1). Peralatan penyimpanan, misalnya almari, rak 2). Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis 3). Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran 4). Peralatan penyetelan kembali 5). Peralatan perbaikan

Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan secara rutin sering dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium. e. Cara perawatan ( methodes) Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: 1) Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan, peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet. 2) Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar terhindar dari kerusakan. 3) Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat menyebabkan terjadinya korosi. 4) Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis, memberi makan hewan percobaan. 5) Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala kerusakan. 6) Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam kondisi normal atau standar. 7) Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang masih mungkin dapat diperbaiki sendiri, sehingga siap dipakai untuk praktikum mahasiswa. 8) Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium yang sudah rusak. f. Waktu perawatan ( minutes ) Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari tersedianya kesempatan atau waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan tersebut secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan perawatan. Dari sisi obyek yang dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatan laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan pada: 1)Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan perawatan alat yang sama peroleh pengalaman mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan perawatan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko kerusakan alat tersebut. Bagi laboran/teknisi yang telah berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu dalam menyusun jadwal perawatan. 2)Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan peralatan laboratorium. Untuk obyek atau alat yang sering digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak orang, maka obyek atau alat tersebut akan cepat kotor atau rusak. Untuk menjaga agar tetap bersih dan menghindari kerusakan, mestinya jadwal perawatannya harus dibuat tinggi frekuensinya. Artinya obyek atau alat tersebut harus sering dilakukan perawatan. 3)Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang dimiliki laboratorium. Biasanya peralatan laboratorium yang baru dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual yang memuat petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut. Informasi tersebut dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun jadwal perawatan.

4. Mengelola pekerjaan perawatan laboratorium Dengan mengacu pada pengertian pengelolaan dan gambaran tentang sumber daya yang dibutuhkan dalam sistem perawatan laboratorium, maka untuk mengelola pekerjaan perawatan laboratorium mencakup kegiatan: a Merencanakan program perawatan dengan menetapkan obyek apa yang dirawat, jenis pekerjaan perawatan yang dikerjakan, kapan jadwal pelaksanannya, siapa pelaksana, apa bahan dan alat yang digunakan untuk merawat, dan jika perlu berapa biaya yang dibutuhkan. b Mengorganisir sistem perawatan, menentukan deskripsi pekerjaan perawatan dan mekanisme kerjanya. c Melaksanakan ( actuating ) program perawatan d Mengevaluasi dan melaporkan kinerja perawatan 5.Pemeliharaan peralatan laboratorium Pemeliharaan alat-alat di laboratorium sebenarnya mempunyai andil besar dalam menanggulangi banyaknya kecelakaan kerja di dalam laboratorium. Pemeliharaan alat-alat laboratorium secara berkala dapat mengantisipasi kecelakaan yang timbul secara lebih dini. Begitu juga dengan kebersihan laboratorium. Biasanya, laboratorium merupakan tempat bertemunya cairan-cairan tubuh manusia yang mengandung beberapa jenis penyakit dari spesimen tersebut, dan tujuan menjaga kebersihan laboratorium ini adalah untuk mencegah bibit-bibit penyakit yang terdapat pada jenis spesimen yang di teliti tertular kepada para pekerja. Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan peralatan laboratorium: 1.Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih terlebih dahulu. Jangan sekalikali meninggalkan laboratorium dalam keadaan kotor karena dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit. 2.Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya, seperti bahan-bahan kimia kembalikan pada lemari yang telah tersedia. 3.Bersihkan meja dan lantai laboratorium menggunakan antiseptik agar meja tersebut tetap steril dan bebas dari kuman penyakit. 4.Cucilah dengan bersih semua alat-alat yang telah dipakai seperti tabung reaksi, pipet, kaca preparat, dll agar tetap steril dan siap untuk digunakan kembali. 5.Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang memerlukan perbaikan. 6.Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam kondisi buruk. 7.Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar menjaga kestabilan alat tersebut. 8.Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat tersebut tidak di gunakan kembali. Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alatalat praktikum: Sebelum menggunakan alatalat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu.

Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat Pahami fungsi atau peruntukan alatalat praktikum dan gunakanlah alatalat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan Pahami rating dan jangkauan kerja alatalat praktikum dan gunakanlah alatalat tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam, api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau sejenisnyapada badan alatalat praktikum yang digunakan Diposkan oleh 3Ka_pAkk3tU ") di 07:13 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

www.scribd.com/doc/39099377/Alat-Alat-Lab-Dan-Fungsinya (ya anu)

http://mediakulturjaringan.blogspot.com/2010/08/merawat-dan-mengoprasikan-peralatan.html

MERAWAT DAN MENGOPRASIKAN PERALATAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN

Perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan dilaksanakan dalam suatu laboratorium yang aseptik dengan peralatan seperti dalam peralatan laboratorium mikrobiologi. Kelengkapan fasilitas laboratorium dibagi dalam beberapa bagian yang fungsinya satu dengan yang lain berbeda-beda dan persyaratannya pun berbeda-beda pula. Laboratorium kultur jaringan harus selalu mengutamakan dan memperhatikan tingkat sterilitas sehingga terbebas dari kontaminasi dan mikroba yang tidak dikehendaki.

Banyak sekali permasalahan yang dapat diteliti untuk menghasilkan bibit secara in vitro, yaitu mulai dari peralatan (cara mengoperasikan dan cara merawat), cara budidayanya, eksplan yang digunakan sampai dengan zat yang digunakan. Dari sekian banyak permasalahn yang harus diteliti dan diperhatikan adalah bagaimana cara mengoperasikan dan merawat peralatan. 1) Timbangan Analitik a) Pengertian Timbangan analitik adalah alat untuk menimbang bermacam-macam bahan dengan ketelitian sampai beberapa angka dibelakang koma (minimal 0,1). b) Prinsip Kerja Timbangan ini digunakan untuk menimbang berbagai macam bahan dengan ketelitian dibawah 1 gram. Penunjukan angka berat bahan dengan menggunakan arus listrik sebagai sumber energi. Sebelum dioperasikan alat timbang analitis harus ditera terlebih dahulu agar pengukuran berat bahan dapat terjamin. c) Cara Kerja Siapkan timbangan analitik dalam kondisi seimbang/ water pass Bersihkan ruang dalam timbangan analitik dengan menggunakan tissue atau kuas. Tancapkan stop kontak dan nyalakan alat timbang dengan menekan tombol pada posisi on. Siapkan alat timbang analitik sartorius dan mentera ketepatan penunjuk angka netral (nol). Siapkan macam bahan / nutrisi yang akan ditimbang Tempatkan kertas pada tempat timbang dan catat berat awal. Tuangkanlah bahan pada kertas dengan menggunakan sendok sehingga menunjukan berat yang dikehendaki sesuai kebutuhan. Angkatlah kertas dari timbangan kemudian simpan pada tempat yang aman. Ulang langkah-langkah tersebut dengan pengerjaan yang sama untuk bahan nutrisi yang lainya . Bersihkan timbangan sehingga siap untuk dipakai. Agar alat timbang analitis dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan perawatan alat harus dilakukan.

2) Autoclave a) Pengertian Autoclave adalah alat untuk sterilisasi peralatan dan bahan-bahan dengan melibatkan uap panas dan tekanan udara tertentu sehingga alat dan bahan menjadi steril. b) Prinsip Kerja Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat/ media dengan uap panas dan tekanan tertentu yang dapat membunuh mikroorganisme.

Uap panas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber dari uap panas yang dihasilkan oleh api (kompor atau elemen pemanas listrik) yang memanaskan air yang terdapat didalam autoclave. Autovlave dapat dioperasionalkan pada suhu 115-1500C.Sterilisasi akan efektif bila dilakukan pada lamanya waktu, tekanan dan suhu yang sesuai untuk objek yang sedang disterilisasi. Misalnya media nutrisi dengan volume 25-50 ml cukup disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 1210C selama 15-30 menit pada tekanan 1,5 Kg/cm. Agar autoclave dapat difungsikan setiap saat maka pemeliharaan dan perawatan autovlave harus selalu diperhatikan. c) Cara Kerja Buka tutup autoclave dan letakkan disampingnya Setelah panci (tempat menyimpan barang/alat yang akan disterilisasi) dikeluarkan, tuangkan air aquades pada autocleve sampai batas tertentu (dilarang menggunakan air kran karena banyak mengandung kalsium yang lama kelamaan akan menyebabkan pengendapan putih). Masukkan kembali panci autoclave Sambungkan kabel power dengan aliran listrik Tekan tombol ke posisi on (nyala) Putar tombol pengatur suhu Tempatkan media atau alat-alat lain yang akan disterilisasi dalam panci autoclave Tutup autoclave dan kencangkan semua sekrup dengan memutar searah jarum jam Biarkan katup yang berada diatas tutup autoclave terbuka, tunggulah sampai ada tetesan air yang keluar melalui katup tersebut, lalu tutup katupnya Biarkan suhu dan tekanan dalam autoclave meningkat sampai 1210C dan tekanan 1,5 Kg/cm2 Pertahankan suhu/tekanan yang sudah dicapai tersebut selama 25-30 menit dengan memutar tombol pengatur suhu pada posisi matikan dan hidupkan. Setelah 15-30 menit, tekan tombol power pada posisi off Untuk mengeluarkan alat/bahan yang telah disterilisasi, biarkan tekanan dalam autoclave sampai 0 (nol) lalu tutup dibuka dengan memutar sekrup berlawanan arah dengan jarum jam. d) Cara Perawatan Apabila autovlave telah selesai dipergunakan, air aquades yang ada didalam harus dibersihkan. Simpan autoclave pada tempat yang kering dan bersih.

3) Laminar Air Flow Cabinet a) Pengertian Laminar Air Flow Cabinet adalah meja kerja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi/ penanaman. b) Prinsip Kerja Lamianar Air Flow Cabinet digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow Cabinet mengutamakan adanya hembusan udara steril yang digerakkan oleh blower yang disaring oleh HEPA Filter. Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow Cabinet harus dinyalakan minimal 30 menit dan harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan ruang kerja tersebut terjamin kesterilannya.

Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang berfungsi sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang. Agar Laminar Air Flow Cabinet dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan perawatan alat harus selalu dilakukan. c) Cara Kerja Bersihkan meja kerja dengan menggunakan tissue Semprot meja kerja dengan menggunakan alkohol tanpa mengenai bagian filter HEPA Tutup kaca Laminar Air Flow Cabinet, kemudian nyalakan lampu UV selama 30 menit. Setelah minimum 30 menit, matikan lampu UV dan buka kaca laminar air flow cabinet serta nyalakan lampu TL dan blower. Siapkan pisau scalpel dan pinset pada meja kerja steril Semprotkan alat tersebut dengan menggunakan alkohol Bakarlah alat tersebut dengan menggunakan nyala api lampu spirtus Lakukan kegiatan inokulasi dengan hati-hati dan cermat sesuai dengan petunjuk kerja. Bersihkan kembali Laminar air flow cabinet sehingga dalam kondis siap pakai Matikan blower dan lampu TL, tutup kembali pintu kaca meja steril. d) Cara Perawatan Apabila Laminar Air Flow Cabinet selesai dipergunakan, untuk langkah perawatannya yaitu : Membersihkan semua sisa potongan eksplan dengan tissue Bakarlah (pisau scalpel, pinset) dengan menyemprotkan terlebih dahulu dengan alkohol 95% dan tempatkan kembali dalam keadaan siap pakai. Matikan blower dengan memijit tombol off Semprotkan ruang kerja dengan alkohol Tutup kembali pintu Laminar Air Flow Cabinet Matikan lampu TL Nyalakan kembali lampu UV.

4) pH meter a) Pengertian pH meter adalah alat untuk mengukur derajat keasaman suatu larutan. b) Prinsip Kerja Alat ini berfungsi untuk mengukur pH, suhu larutan dan daya hantar listrik Untuk masing-masing fungsi dilengkapi dengan tongkat penyidik yang pada masing-masing ujungnya terdapat sensor Pada layar monitor terlihat langsung angka penunjuk sesuai dengan fungsinya yang dioperasikan Mempunyai sumber energi dari baterai kering dengan tegangan 9 volt Khusus untuk tongkat penyidik/ pembaca keadaan pH larutan, pada ujungnya terdapat sensor yang terbuat dari kaca didalamnya terdapat larutan maka bila tongkat tidak digunakan harus selalu dijaga kebersihannya dari segala kotoran dan kemudian direndam dalam aquades. Agar diperoleh ketepatan pembaca alat ini harus dikaliberasi dengan larutan buffer (buffer 4 dan

buffer 7) c) Cara Kerja Siapkan alat ukur pH meter Tempatkan tongkat sensor penyidik pH pada botol yang telah berisi aquades Siapkan media nutrisi dalam tempat yang telah disediakan Nyalakan alat pH dengan menekan tombol on Celupkan stik kedalam larutan nutrisi Jika angka menunjukkan pH asam <> 7 maka tetesi dengan larutan HCl sampai menunjukkan angka pH yang diharapkan. Lap tongkat pH dengan tissue, lakukan pencucian ulang dengan aquades sampai bersih. Matikan alat ukur pH dengan cara memijit tombol off. Simpan. d) Cara Perawatan Apabila alat ukur pH meter selesai digunakan, maka untuk langkah-langkah perawatannya adalah ; Menggulung kabel yang menyambung pada tongkat pH Tempatkan tongkat sensor pH pada botol yang berisi aquades Simpan pada wadah yang telah disediakan dalam keadaan alat posisi off Simpan ditempat yang kering dan bersih

5) Hot Plate Magnetik Stirer a) Pengertian Hot plate Magnetic Stirer adalah alat untuk mencampur/ meramu dan memasak media kultur. b) Prinsip Kerja Hot plate magnetic stirrer digunakan untuk memasak/ meramu segala macam bahan nutrisi dengan melibatkan pengaduk dan pemanas. Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber pada energi listrik. Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur berdasarkan keperluan. c) Cara Kerja Siapkan hot plate magnitik stirrer Siapkan bahan nutrisi yang akan dicampur/ diramu sesuai dengan kebutuhan Masukkan nutrisi kedalam Erlenmeyer Letakkan Erlenmeyer dan kapsul pengaduk di atas hot plate magnetic stirrer Nyalakan dengan menekan tombol on Putar tombol untuk mengatur kecepatan putaran kapsul pengaduk pada Erlenmeyer Biarkan ramuan tersebut bercampur sampai homogen dan mendidih Putar panel pengatur kecepatan putar kearah kiri sehingga kapsul magnetic berhenti Matikan alat dengan menekan tombol off: Angkat Erlenmeyer dengan menggunakan lap Bersihkan alat, sehingga dalam keadaan siap pakai. Simpan ditempat yang aman dan bersih. d) Cara Perwatan

Apabila selesai digunakan harus dibersihkan dengan menggunaklan lap kering. Simpan pada tempat yang aman dan bersih

6) Diseting Set a) Pengertian Diseting dan burner set adalah alat yang dipergunakan untuk kegiatan inisiasi dan inokulasi pada kegiatan kultur jaringan. b) Prinsip Kerja Diseting dan Burner set digunakan untuk pemotongan, pengambilan dan penanaman kembali bagian tanaman, eksplan dan inokulasi pada kegiatan kultur jaringan. Sebelum dioperasikan harus disterilkan dengan menyemprotkan alkohol kemudian dibakar atau dibungkus dengan kertas kemudian sterilkan dengan menggunakan autoclave. c) Cara Kerja Siapkan diseting dan burner set Buka dan keluarkan semua alat diseting (scalpel, pinset dan gunting) dari bungkus kertas Semprot dengan alkohol dan bakar dengan menggunakan korek api. Tempat alat tersebut dalam keadaan siap pakai Siapkan burner set pada bagian kiri atas bidang kerja steril Gunakan diseting dan buirner set untuk kegiatan penanaman/ inokulasi Burner set sebagai media pencegah kontak langsung udara luar terhadap udara dalam botol kultur dengan cara mendekatkan mulut botol kultur pada nyala api setiap kali akan membuka dan sebelum menutup botol kultur. Pisau scalpel sebagai alat potong bagian eksplan yang tidak diperlukan dan juga sebagai pemotong eksplan sesuai keperluan Pinset digunakan untuk mengambil dan menempatkan eksplan ke dan dari botol kultur Gunting sebagai alat pemotong bagian eksplan yang tidak diperlukan. Setelah selesai beri etiket pada botol jenis tanaman, varitas dan tanggal penanaman dan bersihkan alat sehingga siap pakai kembali. d) Cara Perawatan Membersihkan peralatan diseting dan burner set menggunakan kertas tissue sampai bersih. Semprot dengan alkohol kemudian bakar dengan nyala api. Simpan diseting dan burner set pada tempat yang kering dan bersih pada keadaan siap pakai kembali.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-pabrik/membersihkan-peralatanlaboratorium/

Cara Membersihkan Peralatan Laboratorium Secara Umum


Proses membersihkan harus dilakukan segera setelah peralatan digunakan. Membuang bahan berbahaya dan pembersihan bahan korosif sebelum peralatan tersebut dibersihkan. Peralatan cuci manual atau otomatis harus menggunakan deterjen yang sesuai dengan kegunaannya. Residu organik memerlukan perlakuan dengan larutan pembersih asam kromat. Peralatan harus dikeringkan dan disimpan dalam kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh debu atau bahan lain.

http://senutyokukuh.wordpress.com/2010/10/10/fungsi-dari-peralatan-inokulasi/ (z dpat tabung surjam dsni

http://benzenaddict.wordpress.com/2011/05/30/pengenalan-alat-alat-laboraturium/

Pengenalan Alat Alat Laboraturium Leave a comment


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia dasar merupakan ilmu dasar yang telah menjadi tuntutan dalam banyak jurusan di Perguruan Tinggi. Namun kenyataannya ilmu kimia ini kurang diminati oleh kebanyakan mahasiswa. Dalam hal ini kita perlu melakukan berbagai cara agar ilmu ini bisa diminati oleh mahasiswa. Karena pada hakikatnya ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bahan dan perubahannya. Ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat eksperimental. Salah satunya adalah dengan melakukan percobaan. Percobaan merupakan salah satu langkah penting dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan kimia. Oleh karena itu, perkuliahan kimia harus disertai dengan pekerjaan di Laboratorium. Laboratorium kimia merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk melakukan suatu percobaan dan penelitian yang disebut praktikum. Praktikum di laboratorium sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu-ilmu kimia secara nyata dan diperlukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melakukan suatu percobaan, kita tentunya harus mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Alat-alat yang digunakan tersebut disesuaikan dengan

tujuan percobaan. Akan tetapi, selain kita sudah mengetahui masing-masing nama alat. Kita juga harus mengetahui fungsi alat-alat yang digunakan, bagaimana cara penggunaannya. Hal ini bertujuan agar praktikum yang kita lakukan bisa berjalan dengan lancar, baik, dan benar. Selain itu, kita juga harus berhati-hati serta penuh ketelitian dalam menggunakan alat-alat laboratorium, karena sebagian alat-alat laboratorium tersebut terbuat dari kaca,porselin, dan sejenisnya yang bersifat mudah pecah. Namun pembahasan ini akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya. Eksperimen di Laboratorium merupakan mata rantai untuk menghubungkan apresiasi aspek estetika dan ilmu kimia. Eksperimen dapat membangkitkan keingintahuan seseorang terhadap ilmu kimia. Setelah melakukan eksperimen, seorang mahasiswa didorong untuk aktif berpartisipasi dan dilayih mengembangkan pengetahuan dari keadaan konkret ke keadaan abstrak. Dan dalam pembahasan Pengenalan Alat-Alat Laboratorium ini kami akan banyak menjelaskan mengenai alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk alat alat praktikum kimia? 2. Bagaimana cara kerja alat alat laboraturium kimia? 3. Apa fungsi alat alat laboraturium kimia ? 4. Bagaimana tata tertib dalam pelaksaan praktikum kimia? 5. Bagaimana cara membersihkan alat alat praktikum kimia ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui cara kerja di Laboratorium, 2. Untuk mengetahui alat-alat praktikum, 3. Untuk menegtahui fungsi alat alat praktikum, 4. Untuk mengetahui cara-cara penggunaan alat alat praktikum, dan 5. Untuk mengetahui cara membersihkan alat-alat laboratorium. 1.4 Manfaat Penulisan Dengan di buatnya makalah ini secara umum kita akan memperoleh manfaat,yaitu mengetahui bagaimana alat alat praktikum,cara kerjanya,cara pengunaannya,serta cara membersihkan alat alat laboraturium. Dengan kita mengetahui hal hal tersebut kita dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat alat laboraturium. Agar tidak terjadi hal hal yang membahayakan para praktikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ilmu kimia adalah cabanag ilmu yang berhubungan dengan stuktur, komposis (susunan), perubahan, sifat materi serta energy yang menyertai perubahan materi, khususnya dalam tingkatan atom dan molekul. Dalam hal ini kimia merupakan ilmu yang didasarkan pada fakta fakta dan eksperimen yang dilakukan secara sistematik. Dengan demikian, kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA), yaitu imu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian kejadian yang dapat diamati di alam yang mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memecahkan semua permasalahan yang berkaitan dengan alam. Pola piker demikan dikenal dengan istilah metode ilmiah (scientific method). Kimia sebgai salah satu cabanga ilmu pengetahuan alam beasal dari fakta fakta yang

diobservasi. Dari serangakain fakta, ditemukan hukum, dan untuk menjelaskan hukum itu dirumuskan teori. Pengujian terhadap teori dilakukan melalui penurunan secara deduksi predeksi (ramalan) berdasarkan teori yang akan di uji itu, yang kemudian dilakukan observasi atau eksperimen untuk menguji apakah prediksi itu sesuaimdengan fakta. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa ilmu kimia mengembangkan metode ilmiah, maka pembelajaran kimia tidak hanya terbatas pada pembelajaran melalui eksperimen didalam laboratorium kimia yang sangat mutlak diperlukan. Dalam suatu laboratorium kimia, biasanya banyak terdapat alat-alat eksperimen yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman yang berharga bagi setiap praktikan. Disamping itu, dalam suatu laboratorium kimia juga terdapat bahan bahan eksperimen. Alat alat yang biasa terdapat di laboratorium kimia diantaranya dalah alat ukur seperti neraca, thermometer, multimeter,dll. Selain alat alat ukur, dalam laboratorium kimia juga terdapat alat alat khusus seperti gelas beaker (beaker glass), tabung reaksi, statif, rak tabung reaksi, labu Erlenmeyer, cawan, dll. Alat alat tersebut ada yang terbuat dari bahan gelas, plastik, porselin, logam, kayu, dan karet serta terdapat pula peralatan peralatan listrik. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan laboratorium, hendaknya mempunyai pengetahuan yang baik tentang alat alat laboratorium tersebut. Tanpa sepengetahuan itu tentu kegiatan pengamatan atau percobaan yang dilakukan dalam laboratorium tidak akan memperoleh hasil yang maksimal, dan bahkan dapat merusak alat tertentu atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, sebelum kita melaksanakan kegiatan dalam laboratorium kimia, sebaiknya kita pelajari dahulu fungsi atau kegunaan berbagai alat laboratorium tersebut. BAB III METODE DAN TEKNIK 3.1 METODE Dalam makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka dan observasi (pengarahan). Karena kami tidak melakukan percobaan atau eksperimen. Kami mengambil dari sumber tertulis (buku) dan dari internet. Selain itu kami juga mendapat informasi dari pengarahan asisten dosen pada awal awal pembelajaran. BAB IV HASIL PENGAMATAN 5.1 Hasil Pengamatan Seperti yang telah kita ketahui, dalam melakukan suatu percobaan tentunya memerlukan alat-alat praktikum. Adapun beberapa alat yang dapat kalian ketahui sebagai berikut dan akan di lampirkan pada sebuah tabel. No. Nama Alat Fungsi 1 Plat Tetes Tempat mereaksikan zat dalam jumlah yang sangat kecil dan biasanya digunakan untuk uji iodium 2 Lumpang/Mortal Tempat untuk menghaluskan zat padat dan mencampur padatan kimia 3 Alu/Pastle Alat tumbuk yang digunakan untuk menghaluskan zat padat 4 Kaca Arloji - Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel - Tempat saat menimbang bahan kimia - Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator 5 Cawan Petri Tempat menimbang dan menyimpan bahan kimia

6 Penjepit Besi Untuk mengambil atau membawa krusibel 7 Sendok Untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat kimia ketika melakukan reaksireaksi kimia 8 Cawan Porselin Untuk proses peleburan dan pemanasan 9 Corong Menyaring campuran kimia dengan gravitasi 10 Pipet Tetes Mengambil cairan dalam skala tetesan kecil 11 Tang Krusibel/Gegep Untuk mengambil dan membawa krusibel 12 Penjepit Kayu Untuk menjepit tabung reaksi, mengambil alat yang tidak boleh diambil dengan tangan 13 Spatula Mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan 14 Gelas Ukur Mengukur larutan dalam skala makro 15 Labu Ukur atau labu volumetri Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dan mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur 16 Batang Pengaduk Mengaduk cairan didalam gelas kimia 17 Termometer Untuk mengukur suhu larutan 18 Gelas Kimia Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, menampung zat kimia, memanaskan larutan zat-zat kimia 19 Labu bundar berleher pendek Memanaskan dan menyimpan larutan 20 Labu bundar berleher panjang Memanaskan dan menyimpan larutan 21 Tabung Reaksi Mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah sedikit 22 Rak Tabung Reaksi Tempat meletakkan tabung reaksi 23 Erlenmeyer Penghisap Untuk menampung cairan hasil titrasi 24 Erlenmeyer Untuk menyimpan dan memanaskan larutan atau menampung filtrasi hasil penyaringan 25 Kaki Tiga Memanaskan, menguapkan, membakar bahan, dan untuk menyangga spiritus 26 Kasa Asbes Alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar 27 Botol Reagen Menyimpan dan membuat zat 28 Sel Volta Untuk mengaduk larutan 29 Corong Butchner Untuk menyaring zat kimia atau larutan kimia 30 Botol Semprot Untuk membilas peralatan kimia lain 31 Pembakar Spiritus Memanaskan bahan kimia 32 Sarung Tangan Untuk menutup tangan sewaktu melakukan praktikum atau dipakai ketika mengambil larutan 33 Klem Untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi 34 Statip dan Gelang besi Menegakkan buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya 35 Corong pisah Untuk memisahkan larutan yang memiliki kelarutan yang berbeda, seperti dalam proses ekstraksi 36 Buret Mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi 37 Pipet Volume Baru Mengambil larutan dalam jumlah yang cukup besar dari pipet tetes 38 Pipet Volume Lama Mengambil larutan kimia 39 Desikator - Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air - Mengeringkan padatan 40 Neraca Menimbang zat-zat kimia dengan ketelitian max 1 mg 41 Sikat Tabung Membersihkan tabung

5.2 Pembahasan Pada tabel diatas telah dijelaskan fungsi-fungsi dari alat-alat praktikum tersebut. Selain mengetahui alat-alat praktikum dan funsinya, dbawah ini akan dijelaskan sedikit tentang alat-alat tersebut. 1. Plat Tetes Alat ini terbuat dari porselin. 2. Alu dan Lumpang Alat ini dapat disebut juga dengan mortal dan pestle terbuat dari porselin, kaca atau batu granit. 3. Kaca Arloji Alat ini terbuat dari kaca bening yang terdiri dari berbagai ukuran, diameter. 4. Cawan Petri Cawan petri atau telepa petri merupakan sebuah alat yang berbentuk seperti gelas kimia yang berbanding sangat rendah yang terbuat dari kaca borosilikat yang tahan panas. Cawan petri selalu berpasangan, yanag ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877 yaitu Julius Richard Petri (1852-1921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman. 5. Cawan Porselin Cawan porselin terbuat dari porselin yang berbentuk bundar 6. Corong Corong bisa terbuat dari plastik ataupun kaca tahan panas, dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai yang terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek 7. Pipet tetes Pipet tetes berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi dengan karet 8. Penjepit Kayu Penjepit kayu terbuat dari kayu 9. Spatula Benda ini berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless atau alumunium 10. Gelas Ukur

Gelas ukur berupa gelas tinggi dengan skala disepanjang dindingnya terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai 10 ml sampai 2 L 11. Labu Ukur Labu ukur berupa labu dengan leher yang panjang dan tertutup, terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. Labu ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 ml sampai 5 L. Alat ini biasanya juga digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Kebanyakan labu volumetri mempunyai sumbat kaca asah atau polirtilena, tudung ulir atau tudung cungkil plastik (snap caps). 12. Batang pengaduk Batang pengaduk terbuat dari kaca tahan panas 13. Termometer Termometer merupakan sebuah alat yang terbuat dari kaca yang tahan panas 14. Gelas kimia Gelas kimia (beaker) atau disebut juga dengan gelas piala merupakan sebuah alat yang berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200o C. Ukuran alat ini ada yang 50 ml, 100 ml, dan 2 L. 15. Tabung Reaksi Tabung reaksi yaitu berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Alat ini terbuat dari kaca borosilikat tahan panas dan terdiri dari berbagai ukuran 16. Rak Tabung Reaksi Alat ini terbuat dari kayu 17. Erlenmeyer Erlenmeyer berupa gelas yang diameternya semakin keatas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 ml sampai 2 L. 18. Kaki Tiga Alat ini terbuat dari besi yang digunakan untuk menyangga alat-alat pada saat dipanaskan 19. Kasa Asbes Kasa asbesyaitu kawat kasa yang dilapisi asbes

20. Botol Reagen Alat initerbuat dari jenis kaca yang cukup tebal 21. Corong Buchner Corong buchner biasanya terbuat dari porselin. Namun kadang ada juga yang terbuat dari kaca dan plastik. Dibagian atasnya terdapat sebuah silinder dengan dasar yang berpori-pori. 22. Botol Semprot Botol semprot atu botol cucia merupakan botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik. Setiap praktikan hendaknya mempunyai botol cuci dengan kapasitas yang sesuai yang dapat mengalirkan air suling dari dalam ujung paruh yang disambung kebagian utama botol itu. Botol cuci digunakan bila diperlukan aliran air suling yang kecil dan terarah, seperti bila membilas dinding dalam bejana kaca untuk menjamin tidak adanya tetesan larutan sampel yang hilang. 23. Pembakar spiritus Alat ini disebut juga dengan burner yang terbuat dari kaca 24. Sarung tangan Alat ini terbuat dari karet yang biasanya digunakan para praktikan sebelum memulai sebuah percobaan sebagai alat pelindung keamanan dan keselamatan kerja. 25. Klem Alat ini terbuat dari besi atau baja yang digunakan untuk titrasi. Ada terdapat beberapa jenis klem yaitu; a. Klem manice yang terbuat dari besi atau alumunium yang berfungsi untuk memegang peralatan gelas yang dipakai pada proses destilasi. Bagian belakangnya dihubungkan dengan statif menggunakan klem bosshead b. Klem bosshead yang terbuat dari besi atau laumunium yang berfungsi untuk menghubungkan statip dengan klem manice atau pemegang corong. 26. Statip dan gelang besi. Kedua alat ini terbuat dari baja 27. Corong pisah. Alat ini berupa corong yang bagian atasnya bulat dengan lubang pengisi terletak disebelah atas dan pada bagian bawahnya berkatup. Alat ini terbuat dari kaca. Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak campur.

Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, ataupun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca atau teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge. 28. Buret. Alat ini merupakan peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya untuk mengalirkan aliran cairan yang akan dikeluarkan. Alat ini memiliki beberapa macam ukuran yaitu mulai dari 5 ml dan 10 ml dengan skala 0,01 ml, 25 ml, dan 50 ml dengan skala 0,05 ml. Ada dua jenis buret lain yang krannya terdiri dari sepotong karet yang ujungnya dilengkapi dengan pipa kaca, yang ujungnya dibuat runcing. Untuk mengatur larutan, dipasang penjepit Mohr atau kedalam karet dimasukkan kelereng kaca. Khusus untuk titrasi larutan panas, digunakan buret dengan kran disamping, agar panas larutan yang dititrasi tidak sampai kecairan dalam buret, sehingga tidak memoengaruhi volum larutan dalam buret. Buret yang sering digunakan, diberi skala sampai sepersepuluh mililiter. Apabila ujung atas buret tidak berbentuk corong, gunakan corong kaca bertangkai pendek. 29. Pipet Volume. Pipet volume terdiri dari 2 macam, yaitu jenis yang lama dan yang baru. 30. Desikator Desikator adalah sebuah bejana yaitu berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline, dan desikator biasanya terbuat dari kaca, namun kadang-kadang terbuat dari logam yang digunakan untuk menyetimbangkan objek dengan atmosfer terkontrol. Karena desikator biasanya terletak dalam ruang terbuka, temperatur umumnya akan mendekati temperatur kamar. Normalnya kelembaban udara seperti inilah yang diinginkan. Objek seperti botol timbang atau krus, dan zat-zat kimia cenderung menarik kelembaban dari udara. Desikator akan menyediakan kesempatan bagi bahan-bahan tersebut untuk berkesetimbangan dengan atmosfer yang kelembabannya rendah dan terkendali sehingga kesalahan yang disebabkan oleh penimbangan air bersama-sama dengan objek itu dapat dihindarkan. 31. Neraca Analitik Neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium pengantar merupakan instrumen yang akurat yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 g sampai dengan 0,0001 g (0,1 mg). Ini merupakan ketidaktentuan dari hanya 1 bagian persejuta, sampai tahun 1950-1n kebanyakan dari neraca ini adalah neraca dua piring, yang juga dirujuk sebagai neraca lengan sama. Kemudian muncullah neraca piring tunggal atau lengan tak sama (kadang-kadang juga disebut neraca beban konstan), yang merupakan pengganti dari neraca dua piring. Sekarang neraca

elektronik (juga disebut dengan neraca tenaga elektromagnetik) secara langsung menggantikan neraca mekanik, atau neraca piring tunggal. Neraca Dua-piring Lengan suatu neraca dua-piring berisi tiga mata pisau berbentuk prisma A, B, C. Ahli kimia dari Skotlandia yang bernama Joseph Black (1728-1799)Black (1728-1799) adalah orang pertama yang memperkenalkan penggunaan mata pisau, yang dibuat dari batu akik (agate), suatu bahan yang sangat getas dan keras. Baru setelah mata pisau digunakan, penimbangan anallitik dapat dilakukan dengan neraca dua-piring. Neraca Piring- Tunggal Neraca piring tunggal menggunakan menggunakan dua mata pisau bukannya 3, dan lengan neracanya tidak sama panjang. Sederet lengkap batu timbangan digantungkan pada lengan pendek, dan lengan panjang memiliki bobot pengimbang yang konstan (plus suatu piranti peredam) yang secara ketat diletakkan pada lengan itu. Jadi neraca yang kosong itu bermuatan Penuh. 32. A. Teknik Dasar Pengunaan Alat-alat Laboratorium 1. Penyaringan Endapan atau zat-zat yang tidak melarut dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Di laboratorium, untuk menyaring diperlukan corong dan kertas saring. Corong dipasang pada tempat corong, atau corong dipasang dengan klem pada statif. Di bawah corong diletakkan gelas kimia, hingga ujung tangkai corong menyentuh dinding gelas. Corong yang sering digunakan adalah corong yang bersudut 60o C dan panjang tangkainya 10 cm. Kertas saring yang biasa digunakan adalah kertas saring berdiameter 9 dan 11 cm. Kertas saring dilipat setengah bagian, kemudian dilipat sekali lagi sehingga sisi lipatan tidak seluruhnya berimpit. Selanjutnya lipatan disobek sedikit. Kemudian kertas saring dibuka dan dipasang pada corong. 2. Pengukuran Volum Gelas Ukur Gelas ukur digunakan untuk mengukur volum larutan, jika diperlukan volum yang tidak terlalu tepat. Gelas ukur diberi skala dalam milimeter yang dibaca dari 0 sampai 10 ml, 0 sampai 25 ml, 0 sampai 50 ml atau lebih besar lagi, dari alas kebagian atas. Untuk pengukuran yang lebih teliti digunakan pipet atau buret. Pipet Mengisi pipet dengan larutan atau memipet, sebaiknya dengan cara menyedot larutan ke dalam pipet dengan bantuan balon-pipet atau alat penyedot yang lain. Mula-mula bilas gelas kimia atau tabung reaksi dengan larutan dengan larutan dari labu takar. Kemudian tuangkan larutan ke dalam gelas kimia atau tabung reaksi, untuk membilas pipet. Pipet 3 sampai 5 ml larutan, kemudian pegang pipet pada arah horizontal, lalu pipet diputar-putar sehingga semua bagian dalam pipet dibasahi larutan. Pegang pipet dengan ibu jari dan jari tengah. Gunakan jari telunjuk untuk menekan ujung atas pipet, tidak terlampau kuat tetapi seringan mungkin, cukup menjaga agar larutan tidak keluar. Sebelum ujung pipet dicelupkan kedalam larutan, tetesan cairan yang terdapat di ujung pipet ditiup keluar, atau tetesan cairan ini diusap dengan kertas saring. Jangan

memasukkan pipet terlampau dalam di dalam larutan, dan ketika menyedot larutan, ujung pipet berada dalam larutan. Sedot larutan sampai kira-kira 1 cm diatas garis batas. Kemudian hentikan penyedotan dan menutupi ujung pipet dengan jari telunjuk. Pegang pipet pada arah vertikal dan garis batas volum berada pada ketinggian yang sama dengan mata. Kurangi tekanan jari telunjuk pada pipet, sehingga larutan mengalir keluar sampai dasar misniskus mencapai garis batas. Sentuhan ujung pipet pada suatu alat gelas untuk menyingkirkan tetesan yang terdapat di ujung pipet. Selanjutnya, larutan dikeluarkan melalui dinding bejana penampung, dengan kedudukan pipet vertikal dan ujung pipet menyentuh dinding bejana, selama kurang lebih 15 detik. 3. Buret Buret yang sering digunakan, diberi skala sampai sepersepuluh milimeter. Apabila ujung atas buret tidak berbentuk corong, gunakan corong kaca bertangkai pendek. Letakkan selapis kertas antara dinding buret dan tangkai corong, agar udara dalam buret dapat keluar. Agar ujung buret dibawah kran di isi penuh cairan, alirkan larutan keluar dengan cepat dengan cara membuka kran sebesar mungkin. Isi buret sehingga permukaan cairan sedikit diatas garis nol. Dengan pengaduk yang dibungkus dengan kertas saring, keringkan dinding bagian dalam buret disebelah atas. Perhatikan agar ujung kertas tidak menyentuh permukaan larutan. Buka kran dan biarkan larutan mengalir sehingga permukaan larutan tepat pada garis skala. 4. Neraca Berbagai macam neraca dapat di jumpai di laboratorium. Neraca yang digunakan di laboratorium yang perlu dipelihara dengan baik, dan digunakan dengan hati-hati. Ada aturan umum senantiasa harus diperhatikan: a. Neraca harus selalu dalam keadaan bersih. b. Perbaikan sekesil apapun harus dilakukan oleh petugas ahlinya. c. Zat kimia tidak boleh diletakkan langsung pada piring neraca, gunakan kertas, kaca arloji, atau botol timbang. d. Benda yang akan ditimbang, diletakkan di piring kiri, anak timbangan di piring kanan. e. Kecuali pada timbangan kasar, anak timbangan tidak dipegang dengan jari, gunakan selalu pinset. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penimbangan: Neraca berpiring satu a. Jangan meletakkan zat langsung pada piring neraca. Gunakan gelas kimia atau kaca arloji. b. Membersihkan bagian luar wadah yang mengandung cairan, sebelum ditempatkan pada piring neraca. c. Catat berat benda yang ditimbang sebelum di angkat. Neraca berpiring dua a. Atur sehingga ayunan kekiri dan kekanan sampai dari titik nol b. Letakkan zat yang akan ditimbang dipiring kiri, dan anak timbang dipiring kanan.Gunakan pinset untuk mengambil anak timbangan. c. Jangan meletakkan benda dipiring neraca selama neraca berayun d. Jika ayunan kekiri dan kekanan sudah sama dari titik nol, hitung jumlah anak timbangan pada pring, catat berat dan cek kembali jumlah anak timbangan ketika mengembalikannya ke kotak anak timbangan e. Tutup pintu neraca.

5. Menggunakan pipet volumetrik Langkah-langkah dalam menggunakan pipet volumetrik sebagai berikut: a. Lumasi pangkal pipet dengan air sebelum memasukkannya ke bola karet. Dekatkan kedudukan kedua tangan anda untuk menghindari kemungkinan kecelakaan, b. Basahi bagian dalam pipet dengan sedikit cairan yang akan dialihkan. Buanglah cairan ini. c. Gunakan bola pipet (jangan dengan mulut) untuk menghisap cairan sampai diatas tanda tera. Lepaskan bola dan segera letakkan jari anda agar cairan tidak mengalir keluar, sampai dasar miniskus tepat pada tanda tera. d. Sentuhkan tetes terakhir pada ujung pipet kewadah penampung (erlenmayer atau piala). Jangan meniup kelebihan cairan sebab volume cairan yang tertinggal itu memang sudah diperhitungkan dalam kalibrasi pipet. 6. Penggunaan batang pengaduk Sesuai namanya, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi, biasanya dalam beker. Disamping itu batang pengaduk digunakan dalam memindahkan larutan dari bejana satu ke bejana lain. Bila suatu larutan air dituang dari bibir suatu bejana seperti beker ada kecenderungan sejumlah cairan akan mengalir disepanjang dinding luar kaca itu. Ini dapat dicegah dengan menuangkan larutan itu melewati batang pengaduk, dimana batang tersebut dibuat bersentuhan dengan bibir bejana dan mengarahkan aliran cairan kedalam bejana penerima. Batang pengaduk juga berperan sebagai pegangan untuk rubber policmen (sepotong selang karet yang satu ujungnya dilelehkan sehingga merekat menjadi satu, dan lewat ujung lain batang pengaduk dimasukkan kedalam selang; benda ini digunakan untuk menyelamatkan sejumlah kecil endapan yang menempel pada dinding dalam beker). 7. Penggunaan labu ukur Mengisikan larutan yang akan di encerkan atau dipadatkan yang akan dilarutkan . tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok. Kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolakbalikan labu sampai larutan homogen. 8. Penggunaan corong Butchner Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang diameternyha sama dengan diameter corong. 9. Penggunaan corong pisah Cara menggunakannya: Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan dalam lubang atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horizontal, kocok agar ekstraksi berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas keluarkan larutan bagian bawah melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah keluar. 10. Penggunaan desikator Cara menggunakannya: a. Dengan membuka tutup desikator dengan menggeserkannya kesamping b. Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama Keterangan: Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan dalam oven bersuhu 100o C sampai warnanya kembali biru.

11. Neraca analitik Cara menggunakan neraca analitik: a. Nol kan terlebih dahulu neraca tersebut b. Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan c. Baca nilai yang tertera pada layar neraca d. Setelah digunakan nolkan neraca tersebut. Di atas telah dijelaskan beberapa teknik dasar dalam penggunaan alat-alat laboratorium, tetapi tidak semua alat laboratorium. Hanya sebagian besar saja. B. Membersihkan Alat-alat Hasil eksperimen yang baik dapat dicapai antara lain menggunakan alat-alat yang bersih. Alatalat ukur seperti labu ukur, gelas ukur, pipet dan buret yang kotor dapat mengakibatkan pengukuran yang salah. Botol-botol reagen, gelas kimia, labu erlenmeyer yang kotor yang digunakan untuk zat-zat atau larutan untuk eksperimen, akan menyebabkan pembuatan pereaksi untuk eksperimen itu terkotori, sehingga akn memperoleh data yang salah oleh eksperimen itu. Alat-alat laboratorium harus selalu disimpan dalam keadaan bersih. Biasakan membersihkan alat-alat segera setelah alat itu digunakan. Adalah mudah untuk membersihkan alat-alat yang baru saja dipakai. Alat-alat dari gelas dicuci dengan menggunakan detergen, kemudian dibilas dengan air keran. Dalam hal tertentu setelahdibilas dengan air kran perlu dibilas dengan air suling. Alat-alat volumetri seperti pipet dan buret harus bebas lemak. Membersihkan pipet dan buret yang berlemak dapat digunakan larutan kalium dikromat. Larutan ini dibuat dengan cara melarutkan 20 g K2Cr2O7 kedalam 30 ml air, kemudian tambahkan asam sulfat pekat sampai volume menjadi 100 ml. Buret dan pipet yang berlemak di rendam selama beberapa jam atau sampai semalam dalam larutan ini. Setelah dicuci dengan air kran kemudian dibilas dengan air suling.

You might also like