You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang diberikan oleh Drs. Hairuddin K.,S.S., M. Kes. dengan judul Peranan Ilmu Sosial Dalam Mengkaji Ilmu Kesehatan Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi terciptanya kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat terutama dalam menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap materi Ilmu Sosial Budaya Dasar khususnya bagi saya pribadi dan juga teman-teman pada umumnya.

Makassar 13 Desember 2011

IKHA

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Budaya adalah pengetahuan, cara hidup, kebiasaan, nilai dan norma serta perangkat sosial yang dimiliki dan berkembang dalam sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya ini dapat berupa materi abstrak, konkret maupun fisik. Secara langsung maupun tidak langsung, budaya akan sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang menganut suatu budaya. Hal ini dikarenakan budaya sangat berkaitan dengan pola-pola hidup, pola pikir, kebiasaan dan pandangan dalam suatu masyarakat. Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya. Sebagai contoh, masyarakat Jawa memiliki budaya mencuci kaki selepas bepergian dengan alasan kepercayaan menghindari musibah dan gangguan makhluk halus. Meskipun memiliki alasan yang tidak ilmiah, namun budaya tersebut secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat. Contoh lainnya adalah budaya sumpah-serapah dalam keluarga di beberapa daerah di Indonesia. Budaya ini lebih jauh dapat mempengaruhi kesehatan kejiwaan anggota keluarga. Perbedaan budaya di atas hanya sebagian kecil dari kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan kebudayaan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Atas dasar inilah, kami ingin mengetahui lebih lanjut mengenai budaya dan kaitannya dengan kesehatan, perkembangan budaya kesehatan serta faktor yang dapat mempengaruhi suatu budaya. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diaturkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (taylor 1989), sedangkan menurut sir Eduarel taylor (1871) dalam Andrew dan boyle (1995), budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi setempat. Menurut pandangan antopologi tradisional, budaya dibagi menjadi dua yaitu : 1. Budaya material Dapat beruapa objek, seperti makanan, pakaian, seni dan benda - benda kepercayaan (jimat). 2. Budaya non material Yang mencakup kepercayaan, kebiasaan, bahasa dan intitusi sosial . Menurut konsep budaya lainingen (1978, 1984) karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Budaya adalah pengalaman yang bersifat univerbal sehingga tidak ad dua budaya yang sama persis. 2. Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. 3. Budaya diisi dan tentukan oleh kehidupan manusia sendiri tanpa disadari Menurut leininger (1991), terdapat 2 jenis budaya, yaitu : 1. Budaya yang diturunkan oleh orang tuanya yang disebut ETNO CARING. 2. Budaya yang di pelajari melalui kegiatan formal yang disebut PROFFESIONAL CARING. Nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan yang pantas , berharga yang mempengarui prilaku sosial dari orang yang memliki nilai itu ( DS. Robert m .2 lawang ). Nilai itu erat hubungannya dengan kehidupan dan masyarakat, karena setiap masyarakat atau setiap kehidupan memiliki nilai-nilai tertentu . Menurut Koenijaraningrat ada 5 masalah pokok dimana semua sistem nilai dari semua kebudayaan di dunia ini berhubungan dengan masalah-masalah yaitu : a) Hakekat hidup. b) Hakekat karya manusia. c) Hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. d) Hakekat manusia dengan alam sekitarnya. e) Hakekat hubungan manusia dengan sesamanya.

Secara sederhana Ilmu Sosial dan Budaya adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah ISBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris the Humanities. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari Ilmu Sosial dan Budaya diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus, dengan mempelajari Ilmu Sosial dan Budaya diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus, dengan demikian bisa dikatakan bahwa ilmu Sosial dan Budaya berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri. Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu : 1. Ilmu-ilmu Alamiah (natural scince). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. 2. Ilmu-ilmu sosial (social scince). Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. 3. Pengetahuan budaya (the humanities) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik dan lain-lain, sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan, dengan perkataan lain Ilmu Sosial dan Budaya menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut

dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian ISBD adalah pengetahuan yang menelaah masalah-makalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan Teori2 (fakta, konsep, teori) yg berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu2 sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah) MK. Ilmu sosial dasar itu sendiri bukan merupakan gabuangan dari ilmu-ilmu sosial lain yang dipadukan sebab ilmu sosial dasar tidak mempunyai objek dan metode ilmiah tersendiri serta tidak menegembangkan suatu pengkajian dan penelitian sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya. ISD merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep2 yg dikembangkan untuk melengkapi gejala2 sosial agar daya tanggap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan , sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar. Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar Ilmu budaya dasar identik dengan Basic Humanities Humanities berasal dari kata latin Human yang berarti manusiawi, yang berbudaya dan berbudi halus. ( refined) diharap seseorang mempelajari Basic Humanities tidaklah sama dengan the humanities ( pengetahuan budaya ) yang menyangkut keahlian filsafat dan seni : seni pahat, seni tari dll Melainkan teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan :( norma , adat, saling menghormati, saling menghargai, intuisi, sikap ) dll Ilmu Sosuial Dasar : adalah Sebagai organisasi pengetahuan tentang pokok masalah sosial , tidak merupakan penggabungan beberapa ilmu sosial ( siswanto 1988 ) Ilmu sosial dasar secara garis besar adalah ilmu yang mempelajari tentang hidup bermasyarakat yang berasal dari ilmu ilmu sosial dan pengetahuan meliputi alam,sejarah,ekonomi sosiologi,antropologi,dll.dan ilmu yang mempelajari masalah-masalah yang timbul dimasyarakat sehingga dapat menyelesaikan masalah sosial dan tercipta kehidupan bermasyarakat yang baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan di mana saja. Fakta sosial merupakan abstraksi kejadian sosial yang konkrit yang dinyatakan dengan pernyataan diskriptif ( Koentjoronigrat ) 1971

Kebudayaan Pengertian Kebudayaan atau yang disebut peradapan ; adalah pemahaman yang meliputi : pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor 1997 ) Pendapat umum sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat. ( Bakker 1984 ) Pola tingkah laku mantap : pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama diwujudkan oleh simbul-simbul pada pencapaian tersendiri dari kelompok manusia yang bersifat universal ( Kroeber & klukhon 1950 ) Konsep Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budayah / bodhi yang berarti budi akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal. Budaya dapat dipisahkan sebagai kata majemuk Budi & Daya yang berupa : cipta , rasa, karsa, karya ( kuncoroningrat 1980 )
KEBUDAYAAN DAN PERILAKU SEBAGAI KONSEP DASAR

Kebudayaan sebagai pedoman dalam kehidupan warga penyandangnya jauh lebih kompleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, karena kenyataan kebudayaan itu sendiri akan membuka suatu cakrawala kompetensi dan kinerja manusia sebagai makhluk sosial yang fenomenal. Untuk itu dapatlah dikemukakan beberapa rumusan kebudayaan:
dalam konteks suatu aliran atau golongan teori kebudayaan yang besar pengaruhnya dalam kajian antropologi, atau yang dikenal dengan Ideasionalisme (ideationalism) (Keesing, 1981; Sathe, 1985) dalam kajian khususnya kesehatan. Goodenough mengemukakan bahwa kebudayaan adalah suatu sistem kognitif- suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Ini berarti bahwa kebudayaan berada dalam tatanan kenyataan yang ideasional. Atau kebudayaan merupakan perlengkapan mental yang oleh anggota-anggota masyarakat dipergunakan dalam proses-proses orientasi, transaksi, pertemuan, perumusan gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam masyarakat. Dengan demikian merupakan pedoman bagi anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sosial yang baik/pantas dan sebagai penafsiran bagi perilaku orang-orang lain. Hal yang sama pula dikemukakan oleh Sathe (1985:10) bahwa kebudayaan adalah gagasangagasan dan asumsi-asumsi penting yang dimiliki suatu masyarakat yang menentukan atau mempengaruhi komunikasi, pembenaran, dan perilaku anggota-anggotanya (Kalangie,1994:1-2).

Pemahaman kebudayaan seperti dalam konteks ideasionalisme bukan hanya mengacu pada tipe-tipe masyarakat, suku bangsa, tetapi terilihat juga pada sistem-sistem yang formal (organisasi formal dalam membicarakan pengaruh-pengaruh kebudayaan birokratisme dan profesionalisme). Untuk dapat memahami rumusan kebudayaan, tidaklah berpendapat bahwa

seluruh kelompok masyarakat memiliki kesatuan kebudayaan, tetapi masing-masing kelompok masyarakat menunjukkan adanya perbedaan budaya secara nyata (Geertz, 1966).

PERKEMBANGAN SOSIOLOGI KESEHATAN Hubungan antara sosiologi dan kedokteran sebagai disiplin dan praktek selalu memberikan dampak besar terhadap dbiidang sosiologi kesehatan dan penyakit.meninjau hubungan yang yang tengah beruba yang selanjutnya mendiskusikan beberapa ciri khas kunci pembahasan sosiologi tentang khas kedokteran modern dan fungsi-fungsi social pengetahuan kedokteran itu, membahas konsep medikalisasi,yakni transformasi tindakan menjadi penyakit. kami berpendapat bahwa meski berguna untuk mendikalisasi i kondisikondisitertentu hal ini membuat penderitaberhak untuk konpensasi. HUBUNGAN ANTARA SOSIOLOGI DAN KEDOKTERAN Hubungan antara sosiologi dan kedokteran secara luas dapat diselamatkan dalam 3 fase Pase pertama disiplin ini membangun basis disiplin di universitas-unifersitas di amerika serikat. Meskipun hal ini mencerminkan dalam tulisan-tulisan hebderson (1935-1936) dan wrth (1931). Barulah pada tahun1950 an ,mengiringi kajian person mengenai profesi kedokteran dalam bukunya the social system(1950) bahwa bidan itu mulai mengembangkan identitas yang jelas. Person bukan satu-satunya teoris yang bekerja ditanah ini.,tetapi karyanya ,menempatkan kajian kesehatan dalam ruang kepentingan sosiologi yang lebih luas, memberikan defenisi yang lebih jelas.masa ini ditandai dengan suberdionisasi sosiologi terhadap kedokterAN Selama masa 1950 an sosiologi yang diterapkan ke dalam bidang kedokteran digunakan untuk membantu desiminasi pengetahuan kedokteran dan untuk mendorong agar pasien patu terhadap arahan-arahan medis. Dalam hubungan ini kedokteran adalah mitra senior yang terjadi intreksiyang terjadi dalam konteks kebudayaan yang lebih luas yang melihat kedokteran sebagai paragon ilmu pengetahuan dan penerapan rasional prinspprinsipilmuan dan teknologi bagi manusia.

BIAS MEDIS DALAM ILMU SOSIOLOGI KESEHATAAN Kedokteran mengintegrasikan banyak pandangan sosiologi tanpa masalah, dan aliran aliran pemikiran kedokteran perilaku,kedokteran komonitas dan kedokteran asuhan primer sudah berdiri pada akhir 1960 an dan 1970 an . kedokteran dan sosaiologi memiliki penekanan yang berbeda, dan sosiologi bahkan memilikim sejumlah proposisi yang sangat menantang seputar model kedokteran, ajan tetapi pada dasarnya mereka memiliki bersama pandangan yang sama , dan sosiologi memandang dirinya sendiri bekerja dengan kedokteran. Sosiologi mengandung bias medis . atau agak bias.

faktor-faktor social yang membentuk praktek kedokteran : 1. Jumlah operasi yang dilakukan dalam suatu daerah adalah salah satu fungsi dari jumlah ahli bedah di daerah itu, di inggris menemukan bahwa tingkat intervensi merupakan akibat dari jumlah ahli kardologi, bukan kebutuhan kelinikpada populasi disuatu daerah (bunker 1970) 2. Amerika serikat , dengan system pelayanan garis dan dua kali lebih banyak ahli bedaah di bandingkan di inggris , memiliki tingkat intervensi merupakan 2 kali lebih banyak pula (bunker 1970) 3. Juga diperlihatkan bahwa tingkat beda elektif berfariasi dalam hubungannya dengan tingkat penghasilan profesi dokter(bloor 1976).hal yang sam kebiasaan diagnostic dokterterbuka bagi kemungkinan gaya (fashion) yang sama. 4. Terkhir dokter mengobati pasien dalam cara mencerminkan kedudukan social pasien , pasien yang berasal dari kalangan kelas bawah diperiksa dalam waktu periksa lebih singkat darin pada pasien Dario ke;as atas. Konsep-konsep kunci dalam sosiologi kesehatan Sosiologi kesehatanmerentang dalam wilayah yang luas: bagaiman kondisi tertentu dapat disebut : 1. 2. 3. 4. 5. Sakit atau penyakit Pengalaman sakit Organisasi profesi kedokteran Cara-cara yang ditempuh dalam membuat kkebijakan-kebijakan kesehatan Dan proses kerja rumah sakit.

Hal-hal yang penting untuk membangun sejumlah alasan : 1. Butir pertama: Sosiologi tidak mencoba memberitahu praktisi kesehatan tentang bagaiman mereka melaksanakan pekerjaan mereka. Contonya:kajian tentang pekerjaan sehari-haripraktisi umum menunjukkan kepada kita pola-pola pengobatan ,diagnosis dan pedoman yang sama bagi semua praktisi umum(dokter umum) yang memiliki karakteristik bersama 2. Butir kedua : menjadikan karakter perspektifsosiologi fokusnyabukan individu melainkan kelompok dimana individu adalah anggotanya 3. Butir ketiga : suatu elemen kunci dalam perspektif sosiologi mengenai penyakit adalah untuk melihat cara kita untuk melabel dan mengobati sakit sebagai bentuk control social.

Definisi Manusia, Budaya dan Kesehatan Definisi Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan dan budaya, manusia merupakan suatu organisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Sedangkan panduan untuk mengolah dan berinteraksi dengan lingkungan dibutuhkan adanya budaya. Oleh karena itu budaya mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri. Definisi Budaya Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Definisi budaya dalam pandangan ahli antropologi sangat berbeda dengan pandangan ahli berbagai ilmu sosial lain. Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi budaya sebagai berikut:

E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan Linton: 1940, mengartikan budaya dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Adapun Kluckhohn dan Kelly: 1945 berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia. Lain halnya dengan Koentjaraningrat: 1979 yang mengatikan budaya dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar. Dari kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang menghubungkan antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu : 1. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup; 2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitasaktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret;

3.

Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.

Definisi Kesehatan Kesehatan dalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia. Pada saat berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan." Pada 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah "sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan. Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik."
Ciri Ciri Sehat :

Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. 1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. 2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya. 3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian

disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara trial and error guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai

dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya kesehatan yang ada di masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang. Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan yang lazim pada masa itu diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan mereka. Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti sabun. Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka. Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat mandi Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312 SM itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer.

Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih. Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini. Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab menggunakan kayu siwak untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan shampoo yang secara luas digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat menggunakan merang untuk keramas. Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat. Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit, personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi. Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain. Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG.

Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Anak Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu ; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik. Daripada anggota keluarga yang lain ; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistrubusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gatekeeper dari keluarga. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam prilaku yang berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang berbeda, dnegan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakn permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.

Masalah kesehatan selalu berkaitan dengan 2 hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan kedalam 2 golongan yaitu personalistik dan naturalistik.

Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama pada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan ( ante natal care ) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Pacta berbagai kalangan masyarakat Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang bisa, alamiah dan kodrati. Mereka tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyak ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali, karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan

ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama didaerah pedesaan. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan pendarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuku 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buahbuahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lainbagi wanita hamil juga ih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. ( Wibowo, 1993). Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan., kemampuan penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat. Di aderah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktekpraktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI ; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula ; memasukkan ramuan

seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan ; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh( Iskandar et al., 1996).

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan. Hal ini tidak lain karena pngertian budaya itu sendiri mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kebiasaan. Setiap aspek dari kebudayaan diatas dapat dapat mempengaruhi budaya kesehatan seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung, besar maupun kecil. Budaya sebagai hasil dari aktivitas manusia dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan aktivitas masyarakatnya. Ini dikarenakan budaya bersifat dinamis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Berbagai faktor dapat mempengaruhi budaya manusia, baik individu maupun kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah sosial-ingkungan, ekonomi, pendidikan dan teknologi. Indonesia sebagai negara yang tinggi kebhinnekaannya, tentu memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks dari negara yang homogen atau mendekati homogen. Sebagai individu yang berperan dalam kesehatan masyarakat, pemahaman akan budaya masyarakat sangat penting dalam memecahkan permasalahan kesehatan masyarakat.

MAKALAH

PERANAN ILMU SOSIAL DALAM MENGKAJI ILMU KESEHATAN

DI SUSUN OLEH NAMA : IKHA SENGKANG NAK MANJA NIM : 11

KELAS :

STIKes MEGA REZKY MAKASSAR TAHUN AJARAN 2011-2012

You might also like