You are on page 1of 57

Celana Dalam Bude Ratna Share 5 Saat liburan sekolah tahun lalu, Seno teman karibku di SMP 1XX

di kota Surabaya mengajak aku ikut berlibur di rumah Pakde dan Budenya di kota Malang. Dia bilang tempat Pakde dan Budenya ada kebon apel yang luas dengan sungai kecil yang meng alir di tengahnya. Seno akan mengajakku mancing seharian di sana, dan kalau lapa r boleh memetik apel sesukanya. Yaahh.., aku bayangkan betapa senangnya. Mancing seharian dan makan apel sesukanya. Kami sepakat akan tinggal 3 hari di rumah Pakde dan Budenya itu. Ayah dan ibuku tidak keberatan untuk memenuhi keinginanku. Beliau sudah sangat mengenal Seno. B ahkan orang tua Seno dan bapak ibuku sering saling kunjung mengunjungi apabila y ang satu ada keperluan atau punya sesuatu hajat. Begitulah pada hari yang ditetapkan kami berangkat pagi dari Surabaya dan sekita r jam 3 sore kami sudah sampai di rumah Pakde dan Bude Seno di kota Malang yang sejuk itu. Pakde Darmo dan Bude Ratna adalah nama Pakde dan Budenya Seno. Ternya ta mereka berdua itu masih muda. Jauh lebih muda dari bapak ibunya Seno. Pakde D armo adalah saudara sepupu ibunya Seno. Usianya sekitar 35 tahunan. Sekitar 5 ta hun lebih muda dari ibunya Seno. Dan tentu saja Bude Ratna lebih muda lagi. Mungkin sekitar 28 tahunan. Sudah leb ih dari 5 tahun Pakde dan Bude Seno itu berumah tangga, tetapi hingga kini belum punya anak. Oleh karenanya mereka nampak gembira saat kami datang. Bude Ratna orangnya cantik. Aku senang melihat wanita cantik seperti Budenya Sen o ini. Walaupun masih dibilang ABG, aku sudah punya kesukaan melihat yang cantik -cantik. Bahkan kalau aku ingat-ingat sejak Taman Kanak-kanak aku sudah tahu ana k-anak mana yang cantik. Atau dari ibu-ibu yang mengantarkan anaknya ibu mana ya ng paling cantik. Pada waktu itupun aku sudah bisa berfantasi. Aku suka membayan gkan untuk mencium teteknya, atau pipinya atau bibirnya yang cantik-cantik itu. Tapi Bude Ratna yang Budenya Seno ini benar-benar cantik. Kalau aku bandingkan, kecantikan Bude Ratna tidak kalah dengan kecantikannya para bintang iklan atau s inetron. Tulang pipinya, merah bibirnya, anak rambutnya yang lembut pada belakan g lehernya yang jenjang, duuhh.. Semuanya itu benar-benar menampilkan daya sensu al dan kecantikan yang sempurna. Rasanya mirip dengan Shirley Margaretha atau ya ng biasa dipanggil Shirley itu. Tentu Bude Ratna sedikit lebih tuaan. Kalau lagi bicara aku suka sekali memperhatikan gerak bibirnya yang tipis itu. Aku lantas membayangkan seandainya Bude Ratna meludahi aku, ahh.. biarlah. Akan kujilati ludahnya dan kutelan. Bahkan aku bayangkan seandainya Bude Ratna meluda hnya langsung ke mulutku. Uuhh.. dengan segala kesukaanku, aku akan mengucapkan beribu-ribu terima kasih padanya. Penis kecilku ini jadi langsung ngaceng. Sesudah kami diterima dengan ramah oleh Pakde dan Budenya Seno, kemudian sedikit ngobrol sana-sini. Tentang sekolah, tentang cita-cita mau jadi apa kalau sudah gede nanti dan sebagainya, kami disuruh istirahat dulu atau kalau mau mandi, bol eh. Silahkan. Aku pikir ngapain istirahat. Mendingan mandi saja, nanti ngobrol l agi dan melihati lagi cantiknya Bude Ratna. Rasanya enak kalau penisku ngaceng t erus saat mengkhayalkannya. Akhirnya Seno sepakat kalau aku mandi dulu. Sementara dia akan menunggu sambil s ekedar tidur-tiduran. Kamar mandi Bude Ratna tidak begitu luas. Di sana-sini nam pak bergantungan baju atau celana kotor. Aku jadi sedikit kesulitan untuk mengga ntung handuk dan bajuku. Terpaksa aku geser-geser untuk mendaptkan gantungan. Pada saat itulah aku melihat ada celana dalam wanita. Tak salah lagi, pasti ini

adalah celana dalam Bude Ratna. Siapa lagi?! Perempuan di rumah ini kan hanya Bu de Ratna. Darahku tiba-tiba berdesir. Meyakini bahwa itu adalah celana dalam Bud e Ratna membuat nafsu birahiku bangkit. Kenapa celana dalam kumal ini jadi begit u nampak indah di mataku. Kudekatkan wajahku ke arahnya. Lihatlah, bukankah warn a celana ini putih. Celana yang terbuat dari bahan yang lembut ini tadi siang at au mungkin tadi pagi atau kemarin sore telah dipakai oleh Bude Ratna. Dan sekara ng tidak begitu putih lagi. Pinggirannya nampak ke-kuning-kuningan, mungkin disebabkan keringat di selangkan gan Bude. Kemudian kulihat bagian bawah yang bertepatan dengan vaginanya, warnan ya semakin kuning yang pekat. Mungkin itu adalah sisa-sisa air kencing campur ke ringat Bude yang tertinggal. Ah.. Darah birahiku kembali berdesir. Penis kecilku mulai tegang. Hidungku kepin gin tahu bagaimana bau celana dalam orang secantik Bude Ratna yang mirip bintang sinetron Shirley ini. Dengan agak gemetar tanganku mendekatinya. Pelan dan hati -hati aku pungut celana dalam itu. Aku merasakan seakan ada stroomnya saat ujung jariku menyentuhnya. Darahku naik ke kepala membuat wajahku terasa sembab dan u bun-ubunku memanas. Dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk aku mengambi l tepian celana dalam dengan cara menjepitnya. Rasanya aku tak ingin celana dala m Bude Ratna ini ter-kontaminasi oleh tangan-tanganku. Kembali darahku berdesir. Mataku menatap tajam. Kusaksikan lebih dekat kain lemb ut yang beberapa waktu sebelumnya telah menutupi bagian milik Bude Ratna yang pa ling rahasia. Tanpa ragu dengan jantungku yang berdegup-degup sambil setengah me nutup mata kudekatkan celana Bude Ratna itu ke hidungku. Aku segera menangkap ba unya. Oohh.. Sepertinya aku dibawa melayang. Bau pesing kencing dan asem keringat sela ngkangan Bude Ratna membuat aku serasa terbang. Aku terayun dan terlempar dalam awang nikmat surgawi. Bau pesing dan asem itu seketika menjadi wewangian memabuk kan. Tak pernah kutemui wewangian senikmat ini. Ahh.. Kini aku merasakan betapa hasrat birahiku meledak dan terbakar menyala. Nafsu syahwatku menggelegak. Aku n anar dan menjadi liar. Khayalanku tak mampu kukendalikan. Dia terbang menuntunku menciumi selangkangan Bude Ratna. Bibir dan lidahku melata di seluruh pori-porinya. Kurasakan seakan B ude Ratna telah menantikan jilatan dan kecupan bibirku pada vagina dan selangkan gannya. Dia mengangkangkan lebih lebar kedua pahanya yang putih bersih itu agar bibir dan lidahku lebih leluasa menjelajahinya. Jari tanganku dengan terburu-bur u melepasi anak kancing celanaku. Kukeluarkan penis kecilku. Kini aku mulai meng elus-elus dan memijatinya. Kemudian mengocok-ocoknya. Dengan segenap jari-jari t anganku akhirnya celana dalam Bude Ratna kugenggam erat. Kemudian dengan tanpa r agu serta penuh nafsu syahwat birahi kubekapkan celana dalam itu ke mukaku. Bagian bawahnya yang paling kuning pekat kumasukkan ke mulut. Aku melumat-lumatn ya. Aku ingin kencing atau keringatnya yang kuning pekat itu larut dalam ludahku . Aku ingin mengecap-ecap dan mengisep-isepnya. Aku ingin merasai kencing dan ke ringat Bude Ratna. Aku ingin menelannya. Kocokkan tangan pada penisku semakin kupercepat. Aku merasakan kenikmatan syahwa t yang tak terhingga. Bayangan Bude Ratna yang menggeliat-geliat sambil mendesah -desah karena kegatalan menerima kecupan dan jilatanku melipatkan hasrat birahik u. Bahkan dia merenggut kepalaku. Dia tarik wajahku dan ditenggelamkannya lebih dalam ke selangkangannya. Genggaman kocokkanku semakin kuperketat. Aku tahu air maniku terus mendesak ingin muncrat. Kurasakan asin pada lumatan di mulutku. Kencing dan keringat selangkangan Bude R atna telah larut dalam ludahku. Sepertinya tangan Bude Ratna meremas-remas rambu tku. Tubuhnya bergoyang. Pantatnya maju mundur menahan nikmat syahwatnya. Kudeng

ar dia mendesah, merintih atau meracau, "Terus Wan. Enak Wan. Jilati terus vagina Bude Wan. Ayyoo.." Aaacchh.. Tanganku merasakan urat penis kecilku berkedut dan mengangguk-angguk. Air maniku muncrat menembaki dinding kamar mandi Bude Ratna. Aku merapat ke pint u. Kenikmatan sperma yang merambati saraf-saraf di seputar penisku begitu terasa nikmatnya. Celana dalam Bude Ratna masih nyumpal di mulutku. Bagian yang di ara h vaginanya telah kuyup oleh ludahku. Aku balik dari awang-awang setelah menjila t dan melumati selangkangan dan vaginanya Bude Ratna. Kini khayalanku memerosotkan tubuhku. Aku jongkok sambil bersandar ke kloset. De ngan hati-hati celana dalam Bude Ratna kukembalikan ke gantungannya. Kutaruh kem bali dan kutata-tata sesuai semula agar tidak menimbulkan kecurigaan Bude Ratna Sehabis mandi Seno mengajak aku keliling kebon apel yang berada di belakang ruma hnya. Aku melihat sungai yang mengalir di dalamnya. Airnya sangat jernih. Nampak ikan-ikan kecil pada berseliweran. Tetapi saat aku mendekat dan mengamatinya ya ng nampak hanyalah celana dalam Bude Ratna yang wangi air kencing dan keringatny a itu. Aku sama sekali kehilangan dorongan untuk makan apel atau mancing. Aku ma sih berada dalam jerat birahiku. Aku masih terseret dalam obsesi syahwatku pada celana dalam Bude Ratna. Pagi harinya kami bangun kesiangan. Bude Ratna sibuk meladeni suaminya yang hend ak berangkat kerja. Dia juga telah membuatkan minuman dan sarapan untuk kami. "Mandinya entar, ya nak. Sekarang cuci muka saja dulu terus sarapan. Bude sudah kegerahan nih. Habis Pakde berangkat, biar Bude yang mandi dulu, ya", "Ya, Bude", sahut Seno. Kebeneran..!! Memang itu mauku, begitu sorak kata hatiku . Aku sendiri diam saja. Aku bergaya acuh. Hanya mataku yang mencuri pandang bagai mana bibir Bude membuka dan mengatup dengan indahnya saat bicara. Aku juga terpe sona pada penampilan Bude yang belum mandi ini. Dari lehernya yang jenjang turun ke bahunya yang hhuhh.. Aku tak bisa mengucapkannya. Sangat aduhai. Dia hanya m emakai blus lembut dan tipis tanpa lengan. Lubang lengan blusnya itu sangat pas hingga nge-jepit ketiaknya. Nampak sepintas olehku lipatan ketiaknya. Di tempat yang sama kusaksikan tepian blusnya basah oleh keringatnya. Aku langsung melayan g. Benar kata orang, perempuan yang cantik akan tampak sangat cantik sebelum man di. Rasanya hasrat birahiku menyergapku di pagi ini. Dan penis kecilku kembali n gaceng. "Ayo, Wan. Jangan ngelamun. Makanlah. Ambil itu telor mata sapinya. Pakai sambal ? Suka pedes?", aku agak kaget. Bude Ratna begitu perhatian dan menyayangi kami berdua. Kemudian kuperhatikan pu la apa yang dipakai di bagian bawahnya. Dia tidak memakai rok. Rupanya pagi tadi bersama suaminya Bude Ratna melakukan jogging. Dia hanya memakai 'short pant' yang ketat dengan tubuhnya. Ak u seakan ingin pingsan karena tak tahan melihat betapa seksinya tubuh Budenya Se no ini. Aku nggak mampu menyaksikan paha dan betisnya. Aku sampai heran pada dir iku sendiri, kenapa paha dan betis Bude Ratna itu begitu merangsang nafsuku. Khayalku terus membawa aku terbang melayang-layang. Aku ingin dia lekas pergi ma ndi. Aku ingin apa yang kini dipakainya, yang kini membungkus tubuhnya itu dia t inggalkan di gantungan kamar mandi. Aku ingin hidungku menghirupi apapun yang di a pakai ini. Aku ingin hidungku lebih banyak menyedoti bau tubuhnya Bude Ratna. Aku menjadi sangat bergairah. Aku berusaha Seno tidak mendahuluiku. Aku ingin me

rasakan bau ketiak yang masih segar dari blus Bude Ratna itu. Wwoowww.. Mudah-mu dahan dia meninggalkan seluruh pembungkus tubuhnya yang membuat aku puyeng itu d i gantungan kamar mandinya. Dengan berusaha keras untuk tenang, begitu selesai sarapan aku mengambil handuk dan siap untuk mandi. Sambil bergaya membaca majalah yang tercecer di meja, mata ku tak lekang mengawasi pintu kamar mandi, menunggu Bude Ratna selesai mandi. Ku dengar suara air dari gayungnya. Kubayangkan betapa bahagianya air itu. Bisa men jelajahi lekuku lekuknya tubuh Bude Ratna. Sesaat dia keluar dari kamar mandi aku segera meletakkan bacaanku, berdiri, meng geliat kecil sambil menguap dan bergegas untuk mandi. Segala hal tadi kulakukan untuk menghindarkan segala bentuk kecurigaan Seno atau Bude Ratna pada tingkah p olahku. Kamar mandi terasa hangat dan wangi bau sabun sesaat seseorang selesai m andi. Mataku jelalatan ke arah gantungan baju. Dan kudapatkan apa yang kuimpikan .. Pertama kusaksikan 'short pants'-nya ngegantung menindih blusnya. Kemudian disam pingnya kutang lusuh bekas pakai. Nampak talinya menjuntai ke bawah. Dan di bela kang kutangnya itu ada terlihat celana dalam Bude Ratna. Wwoow.. Aku pesta, nih. Sepertinya aku sedang menyaksikan sebuah karya pop art-nya seniman Andy Wharol y ang menggantungkan celana dan BH seronok dalam ruang pamer di New York Modern Ar t Museum. Hasrat seksualku demikian terpukau menyaksikan apa yang kuimpikan itu. Tapi kini aku berusaha lebih tenang. Kubuka dulu bajuku, celana pendekku dan cel ana dalamku. Aku telanjang. Aku tidak langsung meraih benda-benda perangsang nik mat syahwat milik Bude Ratna itu. Aku akan memanjakan mataku untuk menikmatinya lebih dulu. Sambil pelan-pelan aku mengelusi penisku yang semakin tegang dan ker as aku mengamati short pants itu. Beberapa menit yang lalu short pants ini berad a di selangkangan dan pinggul Bude Ratna dan membungkus milik Bude Ratna yang pa ling indah. Nampak lipatan kain yang timbul karena tertekan pantatnya saat duduk. Ah, seakan aku sedang mengamati pantatnya dari jarak yang sangat dekat. Aku perhatikan tep ian celananya. Pasti pahanya terus bergesekkan dengan tepian itu dan meninggalka n keringat di sana. Rasanya aku tidak ingin mengedipkan mataku. Dan ketika aku m engusapkan short pants pada arah pantatnya ke hidungku, aku serasa sedang menciu m bokong Bude Ratna. Duh, nikmatnyaa.. Pasti lebih nikmat dari sekedar mancing dan makan apel. Berikutnya tanganku meraih blus tanpa lengan itu. Kucari lubang lengannya yang s empit. Kuamati. Kulihat ada noda peta di sekitar pinggiran lubang lengannya. Aku yakin itu keringat Bude Ratna. Pelan kudekatkan ke hidung dan kuciumi tepian le ngan blus itu. Ini bau asem keringat Bude Ratna. Hasrat birahiku melonjak naik. Jari-jari tanganku semakin sering memijat-pijat penis kecilku. Enak banget rasan ya.. Aku terbang di awang nikmat birahi. Hidungku kembali nyungsep ke ketiaknya Bude Ratna Aku merem setengah melek. Oochh.. Bude Ratnaaa.. Bude Ratnaaa.. Ijink an aku menjilati ketiakmu Budee.. Berikutnya aku mendekatkan hidungku ke arah gantungan. Kuendus kutang dan celana dalam Bude Ratna. Aku rasakan lintasan aroma keringatnya yang asem dan kencingn ya yang pesing itu. Pasti asem keringat itu nempel pada kutangnya. Mungkin buah dada Bude Ratna berkeringatan saat kegerahan. Keringatnya itu pasti terserap kai n kutangnya dan tertinggal di sana. Dan bau pesingnya pasti dari celana dalamnya yang nampak lusuh sesudah di pakainya. Mungkin saat kencing ada serpihannya yang terciprat ke celana dalamnya. Warna ke

-kuning-kuningan yang pekat pada bagian arah bawah celana dalam itu menunjukkan air kencing yang kering itu yang mungkin tercampur dengan keringatnya pula. Aku membayangkan betapa nikmat apabila kencing dan keringat dari selangkangan atau v agina Bude Ratna bisa kujilati atau larutkan dalam ludahku agar aku bisa menelan nya. Membayangkan itu semua membuat elusan tangan pada penisku berubah menjadi k ocokkan. Dan kocokkan itu kuselingi dengan pijatan pada urat-uratnya. Rasanya ta k pernah puas mengendusi kutang dan celana dalam Bude Ratna itu. Kini saatnya mu lutku melumati apa yang kurang dari 30 menit yang lalu masih nempel di tubuh Bud e Ratna ini. Aku mengunyah-kunyah bagian celana dalamnya yang nampak bernoda kuning pekat. Sa at telah membasah, kencing dan keringat yang larut bersama ludahku itu kuserap d an kusedoti untuk mengaliri tenggorokanku. Penisku semakin kaku mengiringi lumat an mulutku. Kemudian kukunyah pula tepian lubang lengan blusnya. Rasa asin dan a sem dari ketiak Bude Ratna yang larut dalam ludahku kutelan pula. Dduhh.. Duhh.., tanganku semaki cepat mengocok-ocok penisku. Nafsu birahiku tela h mendesak naik ke ubun-ubunku. Aku ingin secepatnya memperoleh orgasmeku. Aku m embayangkan nikmat saat air maniku nyemprot ke dinding kamar mandi seperti kemar in. Mungkin kali ini aku agak tegang kurang santai. Sesudah ngocok penis sekian lama orgasme dan ejakulasiku belum juga hadir. Sedangkan khayalan seksualku suda h melayang ke mana-mana. Ke ketiak kanan dan kiri Bude Ratna. Bahkan kemudian ak u pindahkan ke ketiaknya Shirley. Kuteruskan lebih kebawah lagi, bibirku mencium i sambil lidahku melata dan merambah paha dan selangakangan Bude Ratna. Kemudian pindah pula ke Shirley. Belum juga. Tapi akhirnya datang juga. Saat khayalanku membayangkan Bude Ratna mengencingi m ulutku, tak tertahan lagi, air maniku langsung muncrat berlimpah-limpah berhambu ran. Aku mendesah dan merintih tertahan menerima nikmat luar biasa itu. Jakunku bergerak-gerak seolah-olah benar-benar menelan air kencing Bude Ratna yang hanga t itu. Kunyahan dan sedotanku pada celana dalam dan lubang ketiak blus Bude Ratn a tak pernah kuhentikan. Aku tak menghitung lagi kemungkinan kain-kain eksotik d an erotis yang lembut itu tercabik-cabik oleh gigiku. Seno mengetok-ketok pintu. Minta aku cepetan, dia kebelet untuk buang air. Ah, n ih teman.. Secepatnya aku menyelesaikan mandiku. Hari itu kami seharian mancing di kali. Saat pulang kantongku penuh buah apel ya ng ranum. Ternyata apel yang langsung dipetik dari pohon rasanya sungguh lezat d an segar. Bude Ratna menggoreng ikan hasil pancingan kami. Malam itu kami tidur sangat lelap. Pagi berikutnya adalah hari ke. 2 kami nginap di rumah Pakde Darmo. Aku bangun d engan penuh ngaceng dan penuh harap. Aku berharap untuk bisa mengulangi kenikmat an orgasme dan ejakulasi macam kemarin. Seluruh obyek dan sasaranku ada dalam ka mar mandi itu. Tokoh sentralnya tetap Bude Ratna yang cantiknya mengingatkanku p ada Shirley Margaretha. Seperti kemarin, pagi ini kulihat Bude Ratna sibuk meladeni suaminya bersiap ke kantornya. Wanita yang sangat cantik saat bangun tidur itu mempertontonkan bahun ya yang aduhai dengan memakai blus lembut tanpa lengan macam yang dia pakai kema rin. Kecuali warnanya yang pagi ini ke kuning dan merah-an penuh motif kembang-k embang. Dan seperti kemarin pula, Bude Ratna menyuruh kami cuci muka dulu kemudian sarap an. Dia akan mandi duluan karena kota Malang yang bagi kami cukup dingin ini bag i beliau membuat sangat kegerahan. Mungkin karena sudah sehari-harinya sebagai o rang Malang. Dan sekali lagi seperti kemarin, aku telah siap dengan handukku sam bil membaca apa saja yang terserak di meja menunggu Bude Ratna keluar dari kamar mandinya.

Pagi ini mandiku sungguh-sungguh sukses. Disamping aku mendapatkan celana dalam dan blus lusuh bekas pakainya Bude Ratna, dia juga gantungkan kutangnya. Tentu s aja kutang Bude ini lebih melengkapi dan menunjang dalam melancarkan khayalan se ronokku. Pagi itu aku seakan menciumi tubuh Bude yang telanjang bulat. Aku sudah atur, khayalanku akan merangkaki tubuh Bude mulai dari bagian atas hingga bagia n bawah tubuh cantiknya. Saat aku menciumi dan melumat-lumat lubang lengan blusnya, khayalanku terbang me ngantarkan hidung, lidah dan bibirku untuk menjilati ketiaknya. Dan saat aku mul ai melumat kutangnya, aku merambah buah dada dan pentil-pentilnya, Dan saat aku melumat-lumat celana dalamnya, lidahku menjilati paha, selangkangan dan vaginany a. Nafsu birahiku terbakar menggelora. Aku kini menunggu Bude Ratna kencing di m ulutku macam kemarin pula. Dan khayalanku untuk hal macam itu tak pernah menemui hambatan. "Wan.., kamu minum ya kencing Bude.., ayoo, minum Wan.. Buka mulutmu.." demikian khayalan rintihan dan desah Bude Ratna. Aku juga membayangkan betapa tangan-tan gan Bude dengan erat memegangi kepalaku agar air kencingnya bisa tepat masuk ke mulutku. Pagi itu aku sempat mengulangi lintas khayalanku hingga aku bisa meraih 2 kali o rgasme dan ejakulasi. Aku puas banget. Pada saat muncrat yang terakhir, aku dise rgap nikmat syahwat tak terhingga. Tubuhku jatuh nge-gelesot ke lantai. Air mani ku muncrat dari penis kecilku dengan tubuhku yang telentang di lantai dan mengge liat-geliat menahan gelinjang. Air sejuk Malang dengan cepat bisa mengembalikan tenagaku. Selesai mandi badanku sangat segar. Aku mengajak Seno kembali menyusur i kali mencari ikan. Kami bikin tambak kemudian mengurasnya. Ratusan ikan-ikan u ceng dan wader dapat kami tangkap. Bude Ratna menggorengkan ikan itu untuk lauk makan siang kami. Aku kesengsem dengan tampilannya yang sangat seksi di siang hari ini. Bu Ratna m emakai kaos tipis berlambang salah satu partai pemenang Pemilu 2004. Kaos itu be rwarna merah yang ketat. Tepat pada arah dadanya nampak tanda putih. Iklan parta i itu menghimbau masyarakat untuk menusuk pada tanda putihnya itu. Aku membayang kan seandainya boleh menusuk di tanda itu sekarang, artinya aku mesti mendesak-d esakkan penis kecilku ke celah dua bukit indah milik Bude Ratna yang kukagumi in i. Untuk bawahannya Bude Ratna memakai celana pendek 'hot pants'. Aku yakin beliaun ya menganggap kami ini hanyalah anak-anak kecil. Oleh karenanya beliau tidak per lu canggung dengan pakaiannya yang ternyata sangat merangsang naluri birahiku. E daann..!! Aku nggak sabar menunggu saat mandi. Sambil menunggu gorengan ikan mat eng, aku ke kamar mandi. Aku bilang pada Seno perutku mules. Ternyata segala pak aian kotor tak nampak lagi di gantungannya. Bude Ratna telah mencucinya. Aku aga k kecewa. Kuamati di seputar kamar mandi. Tak ada yang bisa membantuku. Kuperhat ikan sabun, odol, sikat gigi, busa untuk menggosok kaki. Ah, sama saja. Tetapi karena perasaanku demikian kebelet, kubuka saja celanaku. Aku mulai saja mengelusi penis kecilku sambil mataku setengah merem. Untung ada daya khayal yan g membantu aku. Tiba-tiba saja hidungku telah nyungsep di ketiak Bude Ratna yang basah oleh keringatnya. Lidahku menjilat dan mengecapi keringat asin ketiaknya itu. Bibirku melata merambah dadanya. Entah kemana kaos oblong bergambar partai tadi. Yang ada kini adalah gundukkan ranum buah dada Bude Ratna. Dd.. Duuhh.. Wa ngii.. Banget.. Tanganku dengan terampil mengocok-ocok penis kecilku. Belum sampai ke menit ke 5 aku sudah merasakan air maniku akan tumpah. Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku menyapu bukit dan lembah-lembah dari dada m

elintasi perut dengan pusernya menuju ke selangkangan Bude Ratna. Saat kutemukan bukit indah yang menggumuk, yaitu vaginanya, aku tak tahan untuk membiarkannya. Lidahku mencoba menembusi gumuk itu. Aku rasakan banget bagaimana jepitan bibir kemaluannya menghalangi tusukkan lidahku. Aku juga merasakan ada lengket-lengket di ujung lidahku. Aku juga mengendus-endus dan menjilati selangk angannya. Air maniku muncrat saat Bude Ratna mengencingi mulutku. Kenapa aku semakin pengi n dan terobsesi air kencingnya ya? Ah, masa bodo, pokoknya aku sangat terangsang kalau mikir air kencing Bude Ratna. Dan dengan cara itu orgasmeku cepat hadir y ang disertai tumpahnya air maniku yang berlimpah. Aku agak terhuyung saat keluar kamar mandi. Bude Ratna sempat nampak cemas meilh at keadaanku. Tetapi itu hanya sesaat. Bukankah aku tak apa-apa. Kami makan sian g dengan sangat nikmat. Bude Ratna membuatkan lalap dan sambal. Ikan uceng dan w adernya sungguh menjadi santapan yang tak ada bandingnya. Aku masih penasaran, kenapa tak bisa kudapatkan celana dalam atau baju yang lain dari bekas pakai Bude Ratna saat di kamar mandi tadi. Mungkinkah nanti sore ata u yang pasti besok pagi bisa kudapatkan apabila beliau selesai mandi sore? Yaa.. Aku belajar sabar. Malam itu aku nonton TV sampai tertidur. Besok pulang. Jam berapa Sen, besok? Se no bilang besok Pakde dan Bude akan nganter kami sampai terminal bus. Kami akan berangkat jam 8 pagi dari rumah. Waahh.. Jangan-jangan kami aku nggak sempat men ikmati kembali celana dalam Bude Ratna nih. Kok pagi, sih?! Kok Pakde pake ikut nganter sih?! Emangnya Pakde nggak kerja? Wah, kacau nih, batinku kesal. Besoknya, jam 5 pagi aku sudah terbangun. Aku tidak langsung mandi. Aku pikir to h nggak ada gunanya mandi pagi-pagi. Paling-paling Bude Ratna juga belum mandi. Dengan alasan nyari udara pagi yang sehat aku ajak Seno keluar rumah dan jogging di kebon apel belakang rumah. Kulihat Bude Ratna sudah sibuk di dapur. Tentu di a sedang nyediain sarapan buat kami yang akan pulang. Lewat jam 6 pagi kami balik ke rumah. Kulihat Bude Ratna sudah dandan rapi. Waah h.., kalau begitu sudah mandi dong?! Aku buru-buru lari kekamarku untuk mengambi l handukku. Aku sungguh penasaran dan kehilangan kesabaran. Rasanya bukan pagi y ang baik nih. Dengan banyak kehilangan keyakinan diri aku langsung masuk ke kama r mandi. Semerbak dan hangatnya bau sabun dan tubuh Bude Ratna langsung menyergap hidungku. Mataku jelalatan dan.. Hahh.. Sungguh sebuah kejuta n.. Rasanya kamar mandi ini menjadi demikian indahnya. Lihatlah apa yang ada di gant ungannya. Semua impianku menjadi kenyataan. Ini pesta besar yang kudapat di Mala ng. Gantungan baju itu penuh dengan pakaian kotor milik Bude Ratna yang bekas di pakainya. Kulihat kutangnya yang nge-gelantung, celana dalamnya yang nampak lusu h setelah dipakai sejak semalaman. Blus lembut berlengan pendek yang lusuh pula. Short pants yang sangat lecek sesudah dipakai tidur dan kena keringat bokongnya saat sibuk di dapur tadi. Aku langsung menelanjangi diriku. Tangan-tangan teram pilku mulai mengelusi penis kecilku. Terkadang juga kuselingi dengan remasan ata u pijatan. Birahiku terdongkrak tinggi dengan apapun yang kini nampak tergantung di depan m ataku. Celana dalam, kutang, blus lembut atau short pants punya Bude Ratna yang bekas dipakainya itu telah menerbangkan aku ke awang-awang nikmat birahiku. Seti ap detail pakaian kumal Bude Ratna itu melemparkan aku ke lembah syahwatku dan m engajak hidung, bibir dan lidahku berkelana menjelajahi tubuh Bude Ratna. Aku ke mbali melumati noda-noda keringat atau serpihan kencing pada pakaian kotor Bude

Ratna itu. Aku memasuki jerat nikmat yang tak bertara. Hingga dengan penuh histeris aku men gerang dan mendesah tertahan. Aku kembali berguling ke lantai. Tubuhku bergetar hebat mengikuti gelinjangku. Aku mengocok penis kecilku dengan cepat. Makin cepa t.. Cepat.. Cepat.. OowWCchh.. Air maniku tumpah. Berkali-kali penisku berkedut keras menembakkan ca iran-cairan kentalku hingga membasahi dan meleleh di kamar mandi Bude Ratna ini. Aku tersungkur. Kudengar Pakde Darmo memanaskan mobilnya. Seno menggedor pintu kamar mandi. Aku bilang tunggu, aku lagi buang air, perutku agak mules. Aku cepat segar apabila a ir menyiram tubuhku. Aku mandi sepuasku. Itulah sekilas kenikmatan yang kudapatkan selama liburanku. Pasti aku akan selal u mengenang dan mengulang nikmat macam itu. Dan kini, pada setiap liburan aku se lalu berharap bisa pergi ke suatu tempat untuk kemungkinan mengalami peristiwa s ejenis. Ketemu perempuan cantik macam Bude Ratna dan menciumi celana dalam kotor nya. Atau kutangnya, atau blusnya.

Sensasi Bercinta Dengan Bertukar Istri, saya sedang menyantap makan siang di seb uah cafe yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pa k Erwan, manajer IT perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo si ang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum aku pergi, P ak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek komputerisasi, sehingga aku aja k saja dia untuk bergabung menemaniku makan siang. Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan j uga tambahan hardware yang diperlukan. Memang perusahaanku sedang ingin menggant i sistem yang lama, yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang te rus berkembang. Sedangkan Lia sibuk mencatat pembicaraan kita berdua. Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kul ihat caller idnya.. Dari Santi. "Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara merdu terdengar diseberang sana. "Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tu nggu sebentar ya" jawabku. "He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak" Santi menggoda. "Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya" kataku sambil menutup pembicaraa n. "Dari klien" kataku. Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium oleh mereka. Hal in i mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetul an Pak Arief ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa lelua sa menikmati istrinya. Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan langsung menuj u tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kal au ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja , sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri or ang he.. He..

Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi. Hari sud ah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku. "Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya. "Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak a da" candaku. "Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa kecil. Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya yang memperlihatkan lengannya ya ng mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena suda h beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku "asingkan" di neg eri tetangga. Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. S anti menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminu m orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi. Dahagakupun langsung hilan g, tetapi setelah melihat Santi yang cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku m asih bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuh i dia. Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku. "Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak" "Apaan nih?" jawabku senang. "Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget." Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan, saat dia s edang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehi dupan seks mereka. Singkat cerita, Susan menawarkan untuk berpesta seks sambil b ertukar pasangan di rumah mereka. "Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar punya Pak Rob ert" kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku. "Saya sih OK saja" jawabku riang. "Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku" kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu. Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang. Untung jal anan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Santipun menjelaskan kalau kami s udah ada janji dengan majikannya. Susan menyambut kami dengan ramah. "Ini perkenalkan suami saya" Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri. Naman ya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun memperkenalkan diriku pada mereka. Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayan gkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rum ahnya yang sangat wah itu. Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyam uk akan jatuh tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada bint

ang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu. Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sam bil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam itu, Santi pamit un tuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia. "Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan. "Kenapa?" tanyaku. "Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya bunc it lagi". Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan S anti. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry yang cantik sekali seperti bonek a itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke ruang makan. Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk membang kitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguh kan buah-buahan. Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home the ater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-k eping. Kulihat tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pemba ntu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali. Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan melayaninya. "Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu" Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin ke dapu r sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat mengunda ng gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamit an ke belakang. Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarg a. Kulihat di dalam, Susan sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembant unya tadi. "Ampun non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil memohon belas kasihan pada majika nnya, Susan yang cantik itu. "Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!" bentak Susan. "Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.." Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan menampakka n kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata oran g, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pe marah. Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetap i entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Susan yang seperti nya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu. "Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih terus berkacak pinggang memaki-maki p embantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Su san berdiri di depan pembantunya yang kecil dan hitam. "Ampun non.. Nggak akan lagi non.." "Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkann ya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku. "Sedang sibuk ya?" godaku. "Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu" jawabnya sambil tersenyum man is.

"Yuk kita kembali" lanjutnya. Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun langsung berciuman b egitu duduk di sofa. Aku melakukan "french kiss" dan Susanpun menyambut penuh ga irah. Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yang membu sung padat. Susanpun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Di a kemudian jongkok di depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakka nnya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar. "Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.." katanya sambil menjilat kepala kemaluanku. Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada pengha lang sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang ba ru mendapat mainan baru. Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan rakus. Sambil mengulum dan menjil ati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yang sedang mema kan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke b elakang itu. Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai orgasmenya. Santipun kemudi an meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangan nya. Sementara itu Susan masih dengan bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Meman g kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi s etelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutu p oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku. Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Susan masih be rjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Santi du duk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dih isapnya. Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. S eorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati peman dangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang sudah loyo. Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan waj ahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yang satu mere mas buah dadanya yang lain. Sementara Susan masih mengulum dan menjilati kemalua nku. Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia kemudian mel epaskan pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatan ku menghisapi buah dada Santi. Susan kemudian menghampiriku dan kamipun berciuma n kembali dengan bergairah. "Ayo isap susu ik " pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke m ulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Susanpun mengerang kenikmatan.

Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jo ngkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya y ang masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebel akang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik itu. "Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam va ginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang mulus. Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sem entara aku sedang menyetubuhi Susan. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari va gina Susan untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali kemal uanku ke dalam liang surga Susan. Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia "doggy-style" sampai kalu ng berlian dan buah dadanya yang besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kuk eluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati da n mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini. "Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha.. Aha.." begitu erangan Susan menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu. Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu. Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati "istriku". Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara doggy-style. Sesekali kuremas b uah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi dengan gaya missionary. Tak beberapa lama kude ngar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang kedua kalinya. Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetub uhi Susan dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badanny a dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang sempit itu. "Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock.." Susan terus meracau kenikma tan. Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahiny a. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisa p kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang memperh atikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Susan dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku. Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun menelan s permaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berliannya. Diapun menjil ati bersih kemaluanku. "Thanks Robert.. I really enjoyed it" katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya. "No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much" balasku. Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yan g disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam waktu dekat.

Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupu n tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dengan pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku. "We're in this love together.." "Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya. "Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya. "Habis Santi nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi na nggung nih." Akupun tertawa geli mendengarnya. "Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny banget lihat bapak sama Susan make love" rengeknya. "Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang". "Ah.. Pak Robert jahat.." kata Santi merengut manja. "Besok khan masih ada sayang" hiburku. "Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat keluar dari mobilku. "OK so pasti deh.. Bye" Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok pagi saja aku akan menikmati nya kembali, karena Pak Arief toh masih beberapa hari lagi di luar negeri. Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti.

Cerita Memek Arisan Para Suami Tukar Memek Istri, tulisan ini diangkat berdasar kan kisah dan pengalaman yang sesungguhnya dengan nama pelaku serta tempat yang telah diubah. Apabila terdapat kesamaan nama maupun tempat peristiwa dalam tulis an ini, hal itu hanya merupakan suatu kebetulan belaka dan tidak ada hubungannya dengan siapa pun juga. "Apa yang akan aku lakukan di sini?" pikirku ketika tiba di depan pintu gerbang villa itu. Villa tersebut terletak di sebuah bukit terpencil di tengah kerimbuna n hutan pinus. Untuk sampai di sana kita harus melalui sebuah jalan kecil yang m erupakan jalan pribadi yang menghubungi villa tersebut dengan jalan utama. Di uj ung jalan tersebut kita akan menjumpai sebuah pintu gerbang yang kokoh terbuat d ari besi memagari sebuah bangunan artistik dikelilingi oleh taman yang asri. Beg itu kami mendekati gerbang tersebut, tiba-tiba dua orang laki-laki berpotongan r ambut pendek dengan tubuh kekar menghampiri kami. Suamiku segera menyodorkan seb uah kartu nama yang entah dari mana dia peroleh. Kemudian dengan wajah ramah mer eka membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk. Di dalam pekarangan villa itu kulihat beberapa mobil telah terparkir di sana dan salah satunya adalah mobil Priyono sahabat suamiku. Keluarga kami dan keluarga Priyono memang bersahabat. Umur kami tidak jauh berbeda sehingga kami mempunyai persamaan dalam pergaulan. Suamiku seorang pengusaha muda sukses, demikian juga Priyono. Baik suamiku maupu n Priyono mereka sama-sama sibuknya. Mereka kelihatannya selalu dikejar waktu un tuk meraih sukses yang lebih besar lagi bagi keuntungan bisnisnya. Sehingga bole h dikatakan hidup kami sangat berlebih sekali akan tetapi di lain sisi waktu unt uk keluarga menjadi terbatas sekali. Hanya pada hari-hari weekend saja kami baru

dapat berkumpul bersama. Dan itu pun apabila suamiku tidak ada urusan bisnisnya di luar kota. Keadaan itu dialami juga oleh istri Priyono, Novie. Sehingga antara aku dan istr i Priyono merasa cocok dan akrab satu sama lainnya. Kami juga selalu mengatur wa ktu senggang bersama untuk melakukan pertemuan-pertemuan rutin atau rekreasi ber sama. Kebetulan istri Priyono, juga agak sebaya denganku. Bedanya dia baru berum ur tiga puluh tahun sedangkan aku telah berumur tiga puluh lima tahun. Apalagi w ajahnya masih tetap seperti anak-anak remaja dengan tahi lalat di atas bibirnya membuat penampilan istri Priyono kelihatan lebih muda lagi. Selain itu bentuk tu buhnya agak mungil dibandingkan denganku. Badannya semampai namun berbentuk sang at atletis. Maklumlah selain dia secara rutin mengikuti kegiatan latihan di sala h satu fitness center, dia juga memang seorang atlet renang. Sehingga warna kuli tnya agak kecoklatan-coklatan terkena sinar matahari. Berbeda denganku yang berkulit agak putih dengan bentuk tubuh yang agak lebih ge muk sedikit sehingga buah dada dan pinggulku lebih kelihatan menonjol dibandingk an dengan istri Priyono. Menurut pandanganku penampilan istri Priyono manis seka li. Ada suatu daya tarik tersendiri yang dimilikinya setidak-tidaknya demikian j uga menurut suamiku. Aku tahu hal itu karena suamiku sering membicarakannya dan malahan pernah bergurau kepadaku bagaimana rasanya sekiranya dia melakukan hubun gan seks dengan istri Priyono. Pertemuan kami dengan keluarga Priyono pada mulanya diisi dengan pergi makan mal am bersama atau mengunjungi club rekreasi para eksekutif di setiap akhir pekan. Sekali-sekali kami bermain kartu atau pergi berdarmawisata. Akan tetapi ketika h al tersebut sudah mulai terasa rutin, pada suatu saat suamiku dan Priyono mengaj ak kami untuk ikut menjadi anggota CAPS. "Apa artinya itu..?" kataku. "Artinya adalah Club Arisan Para Suami atau disingkat CAPS, kalau diucapkan dala m bahasa Inggris jadi kep'es, tuh gagah nggak namanya", jawab Priyono. "Walah, baru tahu sekarang para suami juga kayak perempuan, pakai arisan segala" , kataku. "Ini arisan bukan sembarang arisan..", kata Priyono membela diri. "Dahulu mau dinamakan The Golden Key Club, tapi gara-gara Eddy Tanzil maka naman ya diganti jadi CAPS, Club Arisan Para Suami", katanya lagi. "Ya sudah kalau begitu.., kalau arisan para suami kenapa istri perlu dibawa-bawa ikut jadi anggota?" debatku lagi. "Rupanya belum tahu dia..!" kata Prioyono dalam logat Madura seraya menunjukkan jempol ke arahku sambil melirik kepada suamiku. Suamiku juga jadi ikut tertawa m endengar logat Prioyono itu. "Hei, rupanya pake rahasia-rahasiaan segala ya..!" kataku sambil memukul pundakn ya. "Iya Mbak.., mereka berdua sekarang ini lagi selalu kasak-kusuk saja. Jangan-jan gan memang punya rahasia yang terpendam", tiba-tiba kata istri Priyono menimpali ku. "Eh, jangan marah dulu.. club arisan ini merupakan suatu club yang ekslusif. Tid ak sembarangan orang boleh ikut! Hanya mereka yang merupakan kawan dekat saja ya ng boleh ikut dan itu juga harus memenuhi syarat!" "Syarat apa..?!" "Misalnya para anggota harus terdiri dari pasangan suami istri yang sah! Betul-b etul sah.. saah.. saah!" katanya meniru gaya Marisa Haque diiklan TV. "Kalau belum beristri atau bukan istri yang sah, dilarang keras untuk ikut! Oleh karena itu untuk ikut arisan ini perlu dilakukan seleksi yang ketat sekali dan tidak main-main! Jadi nggak ada yang namanya itu rahasiaan-rahasiaan..!" kata Pr iyono lagi. "Ah kayak mau jadi caleg saja.. pakai diseleksi segala! Nggak mau sekalian juga

pakai Litsus, terus penataran! Arisan ya arisan saja..! Dimana-mana juga sama! P aling-paling Bapak-bapaknya ngumpul ngobrolin cewek-cewek dan Ibu-ibunya ngerump i sambil comot makanan disana-sini.., akhirnya perutnya jadi gendut dan pulang-p ulang jadi bertengkar di rumah karena dengar gosip ini itu!" kataku. "Nah, disini masalahnya. Arisan kita itu bukan arisan gosip, tapi arisan yang si p!" kata Priyono. "Jadi arisan apa pun itu, apa sip, apa sup, apa saham, emas, berlian, Mercy atau BMW, ya akhirnya semua sama saja.., yang keluar duluan hanya gosip?" kataku ket us. "Bukan.., bukan seperti itu. Malahan sebaliknya.., arisan ini justru bertujuan b uat mengharmoniskan kehidupan perkawinan antara suami istri!" jawab Priyono. "Lho, untuk itu kenapa mesti arisan..?" kataku lagi. "Boleh nggak diberi tahu Mas?" kata Priyono sambil melirik kepada suamiku. Suami ku tersenyum sambil mengangguk. "Begini Mbak, terus terang saja, arisan kita itu bentuknya kegiatan tukar-menuka r pasangan", katanya. "Pasangan?! Pasangan apa..?" jawabku dengan sangat heran. "Ya itu, pasangan suami-istri", tiba-tiba suamiku menyeletuk. "Mengapa harus ditukar-tukar sih? Dan apanya yang ditukar?" tanyaku karena aku j adi semakin tidak mengerti atas penjelasan suamiku itu. "Walah, penjelasannya panjang.., ini kan jaman emansipasi", kata suamiku. "Memangnya apa hubungannya dengan jaman emansipasi!" aku menyela kata-kata suami ku. "Begini.., kegiatan club ini sebenarnya bertujuan untuk mengharmoniskan kehidupa n suami istri dalam rumah tangga", kata suamiku. "Jadi.." "Jadi.., jadi ya kau ikut saja dulu deh! Nanti baru tahu manfaatnya!" kata Priyo no menyeletuk. "Nggak mau ah kalau hanya ikut-ikutan!" "Begini Neng!" kata suamiku. "Singkatnya menurut pandangan para pakar seksualogi dalam kehidupan perkawinan seseorang pada saat-saat tertentu terdapat suatu per iode rawan dimana dalam periode tersebut kehidupan perkawinan seseorang itu meng alami krisis. Krisis ini apabila tidak disadari akan menimbulkan bencana yang be sar yaitu tidak adanya kegairahan lagi dalam kehidupan perkawinan. Apabila tidak ada kegairahan lagi antara suami-istri biasanya akan membawa akibat yang fatal" , kata suamiku lagi. "Misalnya bagaimana?" "Ya dalam kehidupan perkawinan itu secara tidak disadari timbul kejenuhan-kejenu han. Kejenuhan yang paling utama dalam periode tersebut biasanya dalam masalah h ubungan badan antara suami istri, pada periode tersebut hubungan seks antara sua mi-istri tidak lagi menyala-nyala sebagaimana pada masa setelah pengantin baru. Kedua belah pihak biasanya telah kehilangan kegairahan dalam hubungan mereka di tempat tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor. Hubungan badan suami istri te rsebut akhirnya terasa menjadi datar dan hanya merupakan suatu hal yang rutin sa ja. Untuk mengatasi hal itu bagi para pasangan suami istri perlu mendapatkan pen ggantian suasana, khususnya suasana dalam hubungan di tempat tidur", kata suamik u. "Ah itu kan hanya alasan yang dicari-cari saja.., bilang saja kalau sudah bosan dengan istri atau mau cari yang lain!" kataku. "Nah, disinilah memang letak masalahnya.., yaitu 'kebosanan'.., dan 'wanita lain '. Hal itu sangat betul sekali.., karena 'kebosanan' merupakan sifat manusia, se dangkan 'keinginan kepada wanita lain' secara terus terang itu merupakan sifat n aluri kaum laki-laki secara umum, disadari atau tidak disadari, diakui atau tida k diakui, mereka mempunyai naluri poligamis, yaitu berkeinginan untuk melakukan hubungan badan tidak dengan satu wanita saja. Akan tetapi sifat-sifat ini justru merupakan 'sumber konflik utama' dari krisis kehidupan perkawinan seseorang! Na h!, hal inilah yang akan dicegah dalam kegiatan club itu!"

"Jelasnya bagaimana?" kataku. "Apabila seorang suami menuruti naluri kelaki-lakiannya itu, maka dia cenderung akan melakukan penyelewengan dengan wanita lain secara sembunyi-sembunyi. Mengap a..? Karena dia tahu hal itu akan merupakan sumber konflik dalam rumah tangga ya ng sangat berbahaya. Pertama-tama karena dia tahu istri tidak menyetujuinya, ole h karena itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi, yang kedua hal itu membuat suat u keadaan yang tidak adil dalam kehidupan suami-istri. Kalau suaminya bisa meras akan orang lain, untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang lain daripada istriny a, kenapa istrinya tidak..!" "Apakah memang demikian problem dari sebuah perkawinan? Aku kira bukan hanya soa l seks saja yang menjadi konflik dalam hubungan suami istri, namun juga tentunya ada unsur lainnya!" kataku berargumentasi. "Tidak salah pendapatmu! Memang benar dalam suatu perkawinan banyak unsur yang m empengaruhinya, akan tetapi dalam perkawinan hanya ada dua unsur saja yang palin g dominan, ibarat kopi dengan susunya!" kata suamiku. "Apa hubungan perkawian dengan kopi susu?" tanyaku agak heran. "Begini.." kata suamiku selanjutnya. "Dalam suatu perkawinan sebenarnya merupaka n campuran antara dua unsur yang sangat berbeda, yaitu antara unsur 'cinta' dan unsur 'kenikmatan seks'. Kedua unsur ini saling melengkapi dalam hubungan perkaw inan seseorang. Unsur cinta adalah merupakan faktor yang dominan yang merupakan faktor utama terjalinnya suatu ikatan batin antara dua insan yang berlainan jeni s. Unsur cinta ditandai dengan adanya kerelaan pengabdian dan pengorbanan dari m asing-masing pihak dengan penuh keihlasan dan tanpa mementingkan egoisme dalam d iri pribadi. Sedangkan unsur kenikmatan seks adalah merupakan unsur penunjang ya ng dapat memperkokoh dan mewarnai unsur cinta tersebut. Unsur ini ditandai denga n manifestasi adanya keinginan melakukan hubungan hubungan tubuh dari dua insan yang berlainan jenis, adanya kobaran nafsu birahi serta adanya keinginan dari ma sing-masing pihak untuk mendominasi pasangannya secara egois. Adanya nafsu birah i ini dalam diri kita sebagai mahluk alam adalah wajar dan bukan sesuatu yang me malukan. Nah.., kedua unsur tadi apabila kita ibaratkan seperti minuman tidak be danya sebagai 'kopi' dengan 'susunya'. Unsur cinta dapat diibaratkan sebagai kop i dan unsur kenikmatan seks dapat diibaratkan sebagai susunya. Kedua unsur yang saling berbeda ini dapat dinikmati dengan berbagai cara. Apakah ingin dicampur s ehingga menjadi sesuatu yang baru yang lain rasanya daripada aslinya atau dinikm ati secara sendiri-sendiri sesuai dengan rasa aslinya!" "Jadi apa hubungannya dengan arisanmu sekarang?" "Nah, arisan ini bertujuan untuk membuat keadaan yang adil dan berimbang di anta ra suami dan istri. Kedua-duanya harus mempunyai hak yang sama dalam kehidupan b ermasyarakat sesuai dengan tuntutan dari wanita itu sendiri untuk beremansipasi. Dan hak itu tidak terkecuali walaupun dalam hubungan seks, para istri juga haru s diberi kesempatan yang sama seperti para suami. Para istri juga harus dapat me milih kehendaknya, apakah sewaktu-waktu dia ingin minum 'kopinya' saja, atau 'su sunya' saja, atau 'kopi susunya'. Masalahnya sekarang, bagaimana mewujudkan hal itu. Kalau dilakukan oleh para suami atau para istri itu secara sendiri-sendiri, maka akan menjadi kacau dan malahan tujuannya mungkin tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu diusahakan secara terorganisir. Yang paling gampang ya, dalam bentuk kegiatan arisan seperti ini", kata suamiku. "Iya Mbak, siapa tahu akhirnya para istri juga akan dapat menikmatinya.., eh mal ahan jangan-jangan jadi lebih doyan!" kata Priyono menimpali komentar suamiku. "Ah, kau kayak bensin saja.., langsung nyamber!" kataku. "Kalau begitu bukankah hal itu juga merupakan suatu penyelewengan dalam perkawin an?" tiba-tiba kata istri Priyono berkomentar. "Tentu saja bukan..! Karena apa definisi menyeleweng itu? Seseorang itu dikataka n menyeleweng apabila dia melakukan hal di luar pengetahuan pasangannya. Atau de ngan kata lain dia melakukan itu secara sembunyi-sembunyi sehingga pasangannya t

idak tahu dan tidak pernah menyetujuinya. Berlainan dengan kegiatan ini. Semuany a terbuka dan melalui persetujuan bersama antara kedua pasangan suami-istri itu" , jawab suamiku. Pada akhirnya setelah menjalani debat yang panjang dalam forum resmi maupun tida k resmi, aku dan istri Priyono mengalah. Resolusi para suami itu kami terima den gan catatan kami ikut dalam kegiatan club ini semata-mata hanya untuk sekedar in gin tahu saja dan tidak ada tujuan lain yang lebih dari itu. Selain daripada itu kami mengalah untuk membuat hati para suami senang. Oleh karena itulah malam in i akhirnya aku berada di tempat ini. Aku mengenakan gaun dari bahan satin yang agak tipis yang agak ketat melekat di tubuhku. Aku mengenakan gaun ini adalah juga atas anjuran suamiku. Suamiku berka ta bahwa aku sangat menarik apabila mengenakan pakaian yang agak ketat dan terbu ka. Aku kira pendapat suamiku benar, karena dengan memakai gaun ini aku lihat be ntuk tubuhku jadi semakin nyata lekak-lekuknya. Apalagi dengan model potongan da da yang agak rendah membuat pangkal buah dadaku yang putih bersih kelihatan agak tersembul keluar membentuk dua buah bukit lembut yang indah. Tidak berapa lama kami berdiri di depan pintu, seseorang membuka pintu dan langs ung menyalami kami. "Selamat datang dan selamat malam", katanya langsung sambil menyalami kami. "Perkenalkan saya Djodi, tuan rumah di sini, dan ini istriku.., panggil saja Sis ka!" katanya langsung memperkenalkan seorang wanita yang tiba-tiba muncul. Danda nannya agak menor untuk menutupi kerut wajahnya yang sudah dimakan usia. Tapi se cara keseluruhan bentuk tubuhnya masih boleh jugalah. Buah dadanya subur walaupu n perutnya kelihatan agak gendut. Kelihatannya dia itu seorang keturunan Cina. S elanjutnya kami dipersilakan masuk ke dalam ruangan tamu. Suasana dalam ruangan itu kudapati biasa-biasa saja. Di sudut-sudut ruangan terd apat makanan kecil dan buah-buahan. Di sudut lainnya ada sebuah bar yang kelihat an lengkap sekali jenis minumannya. Sementara itu suara iringan musik terdengar samar-samar mengalun dengan lembut dari ruang tamu yang besar. Yang membedakanny a adalah para tamunya. Kelihatannya tidak begitu banyak, kuhitung hanya ada bela san orang dan wanitanya semua berdandan secantik mungkin dengan pakaian yang leb ih seksi daripada yang kukenakan. Demikian juga aku tidak melihat seorang pelaya n pun atau petugas catering yang biasanya mengurusi konsumsi dalam pesta-pesta y ang diadakan di rumah-rumah mewah seperti ini. "Silakan.. help your self saja", kata nyonya rumah kepada kami dalam bahasa Ingg ris logat Cina Singapore. "Memang sengaja para pembantu semuanya sudah disuruh n gungsi.., you know kan, agar privacy kita tidak terganggu!" katanya lagi dengan suara yang genit. Kami segera berbaur dengan pasangan-pasangan lainnya yang sudah ada di sana. Pri yono dan istrinya sedang mengobrol dikelilingi beberapa pasangan lainnya. Aku li hat istri Priyono benar-benar sangat menarik sekali malam itu dengan pakaiannya yang agak tembus pandang membuat mata kita mau tidak mau akan segera terjebak un tuk memperhatikannya dengan seksama, apakah dia memakai pakaian dalam di balik i tu. Sehingga dalam pakaian itu dia tidak saja kelihatan sangat cantik akan tetap i juga seksi. Melihat penampilan istri Priyono, suamiku jadi sangat antusias sek ali. Dia terus memperhatikan istri Priyono tanpa mempedulikanku lagi. Sikap suam iku yang demikian menimbulkan juga rasa cemburu di hatiku. Jadi benar dugaanku, rupanya suamiku benar tertarik kepada istri Priyono. Pantas saja dia sering memu jinya bahkan sering mengatakan kepadaku secara bergurau bagaimana rasanya kalau berhubungan kelamin dengan istri Priyono. Tidak berapa lama kemudian tuan rumah beserta istrinya menghampiri kami. "Mari k ita ambil minum dahulu", katanya sambil langsung menuju bar. Salah seorang tamu kemudian bertindak sebagai bar tender. Dengan cekatan dia membuatkan minuman yan

g dipilih masing-masing orang dan kebanyakan mereka memilih minuman yang bercamp ur akohol. Kecuali aku dan istri Priyono. Aku memang tidak begitu tahan terhadap minuman beralkohol. "Anda minum apa?" tanyanya kepadaku dan istri Priyono. "Coca cola saja..!" kataku. "Pakai rum, bourbon atau scotch?" "Terima kasih.., coca cola saja..!" "Oo, di sini tidak boleh minum itu! Itu termasuk minuman kedua yang dilarang di sini..!" katanya dalam nada yang jenaka. "Minuman pertama yang dilarang adalah c ola atau lainnya yang dicampur dengan Baygone! Yang kedua minuman yang anda pili h tadi, jadi mau tidak mau harus dicampur sedikit dengan rum atau lainnya. Saya kira 'rum and cola' cocok untuk anda berdua!" katanya lagi sambil terus mencampu r rum dan segelas cola serta menaruh es batu ke dalamnya. "Ini.., cobalah dahulu.., buatan bar tender terkenal!" katanya sambil menyodorka n gelas itu kepada kami. Selesai membuat minuman dia segera bergabung dengan kami. "Anda cantik sekali dengan busana ini", katanya seraya memegang pundakku yang te rbuka. Aku agak menjauhinya seketika karena kukira dia mabuk. Tapi sesungguhnya hal itu disebabkan aku tidak terbiasa beramah-ramah dengan seorang pria asing yang belu m kukenal benar. "Terima kasih", kataku berusaha menjawabnya. "Dada anda bagus sekali", katanya sambil menatap dalam-dalam ke arah belahan dad a gaunku. Dia diam sejenak. Kemudian dia mulai memperhatikanku secara khusus. Kelihatannya dia sedang menilaiku. Aku dapat membacanya dari senyumnya yang tersembunyi. Apa bila waktu yang lalu ada seorang laki-laki yang memandang diriku secara demikian maka suamiku mungkin akan segera mengirimkan bogem mentah kepadanya. Aku pun kemudian mulai memperhatikan penampilannya. Aku berpikir apakah dia laki -laki yang akan meniduriku nanti? Tidak begitu jelek juga, pikirku. Tinggi badan nya kira-kira 170 cm, dengan bahu yang bidang dan wajah yang ramah menarik. Aku berpikir rupanya dalam club ini untuk dapat tidur dengan seorang wanita tidak be rbeda bagaikan akan membeli seekor sapi saja. Namun secara tidak disadari aku me nyukai juga ucapannya itu terutama datangnya dari seorang pria yang tidak aku ke nal dan di hadapan suamiku. Kuharap dia dengar kata-kata itu. Kata-kata itu ditu jukan kepadaku, bukan kepada istri Priyono. Ya, pada saat itu aku merasa agak me lambung juga walaupun hanya sedikit. Aku segera menghabiskan minumanku. Aku memang selalu berbuat itu, akan tetapi ru panya dia mengartikannya lain bahwa aku ingin segera memulai sesuatu. "Jangan terburu-buru!" katanya. "Kita belum lagi tahu cottage mana yang akan anda tempati", katanya sambil menam bah minumanku. "Akan tetapi saya senang sekali apabila nanti kita dapat tempat y ang sama dan segera ke sana." bisiknya. Aku menjadi agak terselak seketika. Hal ini disebabkan bukan hanya aku kaget men dengar bisikannya itu, tetapi juga minumanku terasa sangat keras sehingga kepala ku langsung terasa mulai berat. "Saya benar-benar baru pertama kali mengikuti pertemuan ini", tiba-tiba aku berk ata secara spontan. "Ohh", katanya agak kaget. Kemudian dia menatapku dengan pandangan yang menyesal . "Saya harap kata-kata saya tadi tidak menyinggung anda." bisiknya dengan nada mi nta maaf. "Sungguh.. sungguh tidak", kataku sambil memberikan senyuman. Tidak berapa lama kemudian tuan rumah mengumumkan akan melakukan penarikan nomor arisan. Semula aku mengira tuan rumah akan menarik nama pasangan yang akan mend apat arisan bulan ini sebagaimana arisan-arisan biasa lainnya. Akan tetapi dugaa

nku meleset. Mula-mula tuan rumah meminta kami untuk berkelompok secara terpisah antara suami istri. Para suami membuat kelompok sendiri dan para istri juga mem buat kelompok sendiri. Selanjutnya kami masing-masing diminta mengambil amplop k ecil dalam dua buah bowl kristal yang berbeda yang diletakkan pada masing-masing kelompok. Satunya untuk para suami dan satunya lagi untuk para istrinya. Amplop kecil tersebut ternyata berisi sebuah kunci dengan gantungannya yang bertuliska n sebuah nomor. Aku bertanya kepada wanita di sebelahku yang kelihatan sudah biasa dalam kegiata n ini. "Kunci ini adalah kunci cottage yang ada di sekitar villa ini.." katanya. "Jadi nanti kita cocokkan nomor yang ada di kunci itu dengan nomor bungalow atau kamar di sana." "Terus.." kataku selanjutnya. "Terus..!?" katanya sambil memandang kepadaku dengan agak heran. "Terus..? Oh ya .., kita tunggu saja siapa yang dapat kunci dengan nomor yang sama!" Tiba-tiba hatiku menjadi kecut. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan dilak ukan dalam cottage itu. Apalagi hanya berduaan dengan laki-laki yang bukan suami kita. "Jadi kita hanya dengan berdua dalam cottage itu?" "Ya, karena kuncinya sudah pas sepasang-sepasang!" "Jadi kita tidak tahu siapa yang dapat kunci dengan nomor yang sama dengan nomor kita?" kataku untuk menegaskan dugaanku. "Ya, memang sekarang ini sistemnya berbeda. Dahulu pada waktu club ini disebut T he Golden Key Club memang kita bisa ketahui karena para pesertanya mula-mula ber ada dalam sebuah kamar masing-masing. Jadi kita tahu siapa di kamar nomor berapa . Kemudian baru para suami keluar dan saling tukar menukar kunci kamar mereka di mana para istrinya berada di dalamnya. Sekarang sistem itu telah dirubah. Karena dengan sistem itu ada anggota yang suka curang. Dia memilih pasangan yang diinc arnya sehingga timbul komplain dari anggota yang lain. Sekarang masing-masing pa sangan mengambil kunci kamar secara diundi dan disaksikan oleh semua anggota. Se hingga sekarang lebih fair karena anggota tidak dapat memilih pasangannya yang d iincar terlebih dahulu. Kelemahannya dalam sistem ini ada kemungkinan pasangan s uami-istri itu juga akan mendapatkan nomor yang sama. Kalau sudah begitu ya nasi bnya lah.., kali ini dia tidak dapat apa-apa." Sekarang aku baru mengerti mengapa club ini dahulu dinamakan The Golden Key Club . Selesai kami mengambil kunci semua berkumpul kembali di ruang tamu. Tuan rumah meminta kami untuk mengambil gelas sampanye masing-masing kemudian kami bersula ng. Aku mereguk sampanye itu sekaligus sehingga kepalaku kini terasa semakin ber at. "Dapat nomor berapa?" kata suamiku yang tiba-tiba sudah berada di sampingku. "Nomor delapan..!" jawabku. "Untung..! " "Kenapa untung?" "Ya untung tidak dapat nomor yang sama.., nomorku duabelas!" katanya. "Itu bukan untung tapi cilaka.., cilaka duabelas namanya!" "Ya tapinya untung juga..!" jawab suamiku. "Kenapa..?" "Untung bukan cilaka tigabelas!" jawabnya sambil tertawa. "Sudah percuma berdebat di sini..!" kataku. "Eh kalau Novie dapat nomor berapa y a?" kataku lagi. "Iya ya.., nomor berapa dia, tolong kau tanyakan dong!" Rupanya aku tidak usah berpayah-payah mencari Novie karena tiba-tiba Priyono dan istrinya sudah berada di dekat kami. "Eh, kamu dapat nomor berapa?" aku berbisik kepada Novie. "Nomor duabelas Mbak.. " jawabnya. Aku jadi terhenyak. Jadi maksud suamiku untuk meniduri istri Priyono kini tercap

ai. Aku segera memberi isyarat kepada suamiku bahwa nomornya sama dengan nomor d ia. Suamiku kelihatan berseri-seri sekali ketika menerima isyaratku. Aku jadi ag ak cemburu lagi melihat tingkahnya. Dia bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti irama m usik yang mengalun di ruangan itu. Tidak berapa lama kemudian lampu-lampu di seluruh ruangan itu mulai meredup. Rua ngan itu kini menjadi agak gelap dan alunan musik berirama slow terdengar lebih keras lagi. Suasana dalam ruangan itu kini jadi lebih romantis. Aku lihat bebera pa pasangan yang mulai berdansa tapi kebanyakan dari mereka menyelinap satu pers atu, mungkin menuju cottage-nya masing-masing, tapi ada juga yang masih duduk-du duk mengobrol di sofa. Tiba-tiba Priyono mengajakku untuk berdansa. Dan sudah barang tentu suamiku sege ra juga mengajak istri Priyono berdansa. Ketika kami berdansa Priyono mendekapku erat-erat. Begitu sangat eratnya sehingga seolah-olah kami dapat mendengar degu b jantung di dada masing-masing. "Kamu dapat nomor berapa?" tiba-tiba Priyono berbisik di telingaku. "Nomor delapan!" jawabku. "Ah, sayang.." "Mengapa?" kataku lagi. "Aku nomor enam!" katanya lagi. "Siapa itu..?" tanyaku. "Aku dengar sih Nyonya Siska, istrinya tuan rumah!" "Wah, enak dong.., orangnya sintal, mungkin tiga hari nggak habis dimakan!" kata ku berseloroh. "Jangan ngeledek ya..!" katanya. "Memangnya kenapa..? Kan betul orangnya sintal!" "Potongan seperti itu bukan typeku!" katanya. "Typemu seperti apa sih?" kataku. "Seperti kamu..!" katanya lagi sambil terus mendusal-dusal leherku. Aku jadi agak bergelinjang juga leherku diciumi Priyono sedemikian rupa. Selama kami bergaul belum pernah dia melakukan hal yang tidak senonoh denganku. Dia san gat sopan terhadapku. Tapi malam ini tiba-tiba saja dia berbuat itu. Apakah kare na pengaruh alkohol yang dia minum tadi atau memang selama ini dia juga mempunya i perasaan yang terpendam terhadap diriku. Perasaanku kini jadi melambung kembal i. Ditambah dengan pengaruh alkohol yang aku minum tadi, aku merasakan adanya ga irah birahi yang timbul dalam diriku ketika berdekapan Priyono sehingga aku pasr ah saja leherku didusal-dusalnya. "Eh, kau ngerayu, atau mabok..? Kenapa dari dulu-dulu nggak bilang!" kataku samb il terus mendekapkan tubuhku lebih erat lagi sehingga buah dadaku terasa menyatu dengan dadanya. "Malu sama suamimu!" "Kenapa malu.., dia sendiri juga sering cerita bahwa dia suka sama istri kamu, e h sekarang dia dapat nomor kamar istrimu lagi!" kataku lagi. "Oh ya..?" kata Priyono. "Kalau aku dulu bilang.., kau terus mau apa?" "Tentunya kita nggak usah payah-payah ikut arisan di sini.. di rumah saja!" "Ah, kau..!" katanya sambil terus menempelkan pipinya ke pipiku. Selanjutnya beg itu irama musik hampir selesai, tiba-tiba Priyono meraih wajahku dan langsung me ngecup bibirku dengan lembut. Ketika kami kembali ke tempat semula kudapati suamiku dan istri Priyono sudah ti dak ada di sana. Aku pikir mereka sudah tidak sabar lagi dan masuk ke cottagenya ketika kami sedang berdansa tadi. Baru saja kami duduk tiba-tiba sepasang suami istri datang menghampiri kami dan mengulurkan tangannya. "Saya Alex.., dan ini istri saya Mira", katanya memperkenalkan diri. Priyono dan aku menyebutkan nama kami masing-masing. Selanjutnya kami berbasa-ba si berbincang-bincang sejenak. "Anda dapat nomor berapa?" dia bertanya kepada Priyono.

"Enam!" jawab Priyono singkat. "Saya nomor delapan dan istri saya nomor enambelas" katanya. Aku jadi tersentak seketika, demikian juga Priyono. "Itu adalah nomorku", kataku. "Oh ya!" kata Alex agak kaget. "Saya kira anda ber dua sudah bernomor sama.., tapi anda kan bukan pasangan suami istri?" katanya la gi. "Ya..!" kataku hampir serempak. Kemudian dia berpaling kepada Priyono dan mengamit lengannya menjauhi kami. "Bolehkah kita bernegosiasi.." bisiknya kepada Priyono. "Saya lihat anda senang sekali dengan nomor delapan. Sebenarnya saya juga senang dengan penampilannya, akan tetapi saya sudah mempunyai janji dengan nomor enam. Bagaimana kalau kita bertukar nomor? Anda mengambil nomor delapan dan saya nomo r enam. Sedangkan istri saya memang sudah sesuai dengan nomor enambelas yang jug a kebetulan tuan rumah kita. Memang hal ini tidak diperbolehkan apabila ada angg ota lainnya yang tahu. Tapi saya harap hal ini hanya di antara kita saja." Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Priyono segera saja mengiyakan. Kemudian kul ihat mereka bertukar nomor kunci. "Oh, dear!" kata Alex. "Kali ini saya tidak akan menginterupsi kalian. Lain kali saya harap saya dapat nomor anda lagi!" Kemudian dia melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memberikan sebuah kecupan kecil di bibirku. Selanjutnya tidak ayal l agi Priyono segera memegang tanganku dan menuntunku menuju cottage nomor delapan . Ketika kami memasuki pintu cottage itu aku berpikir di sinilah kemungkinan awaln ya perubahan hidupku. Seumur hidupku aku belum pernah melakukan hubungan badan d engan laki-laki lain kecuali dengan suamiku sendiri, akan tetapi hal itu akan be rubah dalam waktu beberapa menit ini. Aku akan menjadi seorang istri yang serong dan semuanya ini disebabkan oleh ulah suamiku sendiri. Apakah ada orang yang ak an percaya mengenai hal itu? Secara jujur begitulah keadaanku dan itulah apa yan g kupikirkan waktu itu. Aku tahu dengan ini aku memberikan suamiku semacam kepua san seks lain sebagaimana yang dia inginkan. Begitu memasuki cottage itu Priyono langsung merangkulku dan mulai menghujani wa jahku dengan kecupan-kecupan kecil. Dia kelihatan begitu sangat bernafsu sekali terhadap diriku. Aku benar-benar tidak menyangka Priyono dapat bersikap seperti itu. Selama ini kukenal dia wajar-wajar saja apabila bertemu denganku. Apakah pa da acara-acara rutin kami atau kesempatan lainnya. Kupikir apakah hal itu akibat pengaruh alkohol yang diminumnya tadi atau mungkin juga memang sejak dahulu dia sudah mempunyai minat yang besar terhadap diriku namun dia terlalu sopan untuk mengungkapkannya dalam kesempatan yang biasa. Tidak berapa lama kemudian tangannya segera menyusup ke balik busanaku yang mema ng berpotongan rendah dan menjalar menelusuri punggungku. Tiba-tiba kusadari bet apa nikmatnya itu semua. Aku merasakan suatu hal yang luar biasa yang belum pern ah kualami sebelumnya, aku merasa bagaikan kembali pada saat-saat dimana aku men galami ciuman yang pertama dari seorang laki-laki. Hanya kini rasa sensasi yang muncul dalam diriku aku rasakan tidak asing lagi. Aku ingin segera ditiduri. Ketika bibirnya menempel di bibirku aku pun langsung melumatnya dengan kuat. Sel anjutnya dia merenggangkan mulutku dan mendorongkan lidahnya di antara gigiku me ncari-cari lidahku yang segera kujulurkan untuk menyambutnya. Sungguh merupakan suatu ciuman yang panjang dan lama sekali. Selanjutnya dengan segera tangannya m ulai meraba daerah sekitar buah dadaku. Aku mempunyai suatu kelemahan mengenai b uah dadaku, aku maksudkan buah dadaku sangat sensitif sekali. Begitu buah dadaku tersentuh maka praktis akan membuatku terus bergelinjang. Oleh sebab itu ketika tangannya menyentuh langsung puting susuku maka aku menjadi bergelinjang dan me liuk-liuk dengan liarnya. Jari-jariku menghujam di punggungnya menahan suatu per asaan yang sangat dahsyat.

Pada saat tubuh kami terlepas satu sama lainya, nafas kami pun memburu dengan he bat. Dia mulai meneliti busanaku mencari kancing atau pun reitsleting untuk sege ra melepaskan busana itu dari tubuhku. Akan tetapi busanaku memang hanya memperg unakan karet elastis saja, maka dengan mudah aku segera melepaskan busana itu me lalui kepala. Aku tidak mengenakan apa-apa lagi di balik busanaku itu kecuali du a carik pakaian dalam model bikini yang tipis dengan warna yang senada dengan ku litku. "Saya senang dengan puting susu yang besar", katanya sambil menyentuh puting sus uku dengan lembut. "Karena cukup untuk menyusui anaknya dan sekaligus bapaknya." Aku tidak menjawab. Kupikir dalam kesempatan seperti ini dia masih saja bisa be rkelakar. Akan tetapi sebenarnya saat itu aku juga ingin berkata kepadanya bahwa aku juga ingin segera menyaksikan bagaimana bentuk tubuh aslinya di balik kemej a dan pantalonnya itu. Namun aku merasa masih sangat malu untuk berkata secara t erus terang. Rupanya dia dapat membaca apa yang ada dalam pikiranku. Sehingga se lanjutnya kudapati dia mulai membuka kancing kemejanya dan melepaskan kemeja itu dari tubuhnya. Aku masih teringat bagaimana bentuk dadanya itu dan bagaimana ketika dia memperl akukan diriku. Dadanya kecoklat-coklatan hampir berwarna sawo matang penuh ditum buhi dengan bulu dada keriting berwarna hitam di tengahnya. Otot-ototnya pun sem ua kelihatannya sangat kokoh dan seimbang. Ingin rasanya aku menyentuhkan wajah serta puting susuku ke dadanya, dan tidak berapa lama kemudian secara tidak kusa dari aku telah melakukan hal itu. Aku mengecup dadanya kemudian puting susunya. Betapa aku menggali kenikmatan dari itu semua. Ketika aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya, aku dapat merasakan gumpalan alat kej antanannya di balik pantalonnya yang sudah menjadi besar dan keras sekali. Dia m enggesek-gesekkan alat kejantanannya tersebut ke tubuhku yang hanya mengenakan B H serta celana dalam nylon yang tipis. Sementara itu tangannya telah menyusup ke balik celana dalamku menelusuri daerah sekitar pantatku dan meremas-remasnya de ngan kuat daging pantatku yang lembut dan berisi. Selanjutnya dengan serta merta dia melucuti celana dalamku ke bawah kakiku, sementara aku pun merasa semakin b ergelinjang dengan hebatnya. Segera saja kulemparkan celana dalam itu dengan kak iku jauh-jauh dari tubuhku. Dia pun kini melepaskan BH-ku sehingga kini tubuhku benar-benar berada dalam keadaan bertelanjang bulat berdiri di hadapannya. Kemudian Priyono agak menjauh beberapa saat untuk menurunkan reitsleting calanan ya. Begitu reitsleting diturunkan dalam sekejap pantalonnya pun juga ikut tergus ur ke bawah. Dan sudah barang tentu pemandangan selanjutnya yang kusaksikan adal ah sebuah alat kejantanan yang sangat besar dan gempal sedang berdiri dengan teg aknya menentang diriku. Aku tidak melihat banyak perbedaan dengan bentuk alat kejantanan suamiku, akan t etapi yang mengesankan adalah alat kejantanan yang kulihat sekarang adalah milik seorang laki-laki lain walaupun dia sahabat suamiku. Seumur hidupku aku belum p ernah menyaksikan alat kejantanan seorang laki-laki dewasa yang begitu dekat jar aknya dengan tubuhku kecuali alat kejantanan suamiku sendiri, apalagi aku sendir i dalam keadaan bertelanjang bulat, dan tidak berapa lama lagi dia akan menyetub uhi diriku dengan alat tersebut. Sehingga secara tidak sadar kurasakan timbul su atu keinginan dalam diriku untuk segera memegang bahkan menghisap alat kejantana n itu, akan tetapi sekali lagi aku masih tidak mempunyai keberanian melakukan ha l itu. Selanjutnya Priyono meraih dan membopong tubuhku yang telah bertelanjang bulat i tu ke atas tempat tidur. Aku segera telentang di sana dengan segala kepolosan tu buhku menanti kelanjutan dari dari kesemuanya itu dengan pasrah. Akan tetapi rup anya Priyono belum mau memasukkan alat kejantanannya ke liang kewanitaanku. Dia masih tetap saja berdiri menikmati pemandangan keindahan tubuhku dengan pandanga n yang penuh dengan kekaguman.

Tatapan mata Priyono ke seluruh tubuhku yang bugil di lain keadaan juga menumbuh kan semacam perasaan erotis dalam diriku. Aku merasakan adanya suatu kenikmatan tersendiri bertelanjang bulat di hadapan seorang laki-laki asing yang bukan suam iku sendiri dan memperlihatkan seluruh keindahan lekuk tubuhku yang selama ini h anya disaksikan oleh suamiku saja. Sehingga secara tidak sadar kubiarkan tubuhku dinikmati mata Priyono dengan sepuas-puasnya. Malahan ketika tatapan mata Priyo no menyapu bagian bawah tubuhku secara reflek aku renggangkan keduabelah pahanya agak lebar seakan-akan ingin memberikan kesempatan yang lebih luas lagi kepada mata Priyono untuk dapat menyaksikan bagian dari tubuhku yang paling sangat raha sia bagi seorang wanita. Puas menikmati keindahan tubuhku kini tangan Priyono mulai sibuk di seluruh tubu hku. Tangannya mulai meraba dan meremas seluruh bagian tubuhku yang sensitive. M ulai dari buah dadaku yang subur berisi sampai pada liang senggamaku yang ditumb uhi oleh bulu-bulu halus yang sangat lebat. Aku menjadi tambah bergelinjang dan tubuhku terasa bergetar dengan hebat. Secara tidak sadar aku mulai menggoyang-go yangkan pinggulku dengan hebat. Liang senggamaku tambah berdenyut dengan hebat d an terasa licin dengan cairan yang keluar dari dalamnya. Aku heran bagaimana seo rang laki-laki yang bukan suamiku dapat membuat diriku menjadi sedemikian rupa. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku dapat merasakan gelinjang birahi y ang sedemikian hebat dari laki-laki lain yang bukan suamiku. Tidak berapa lama kemudian dia berlutut di depanku dan merenggangkan kedua belah pahaku lebih lebar lagi. Selanjutnya dia merangkak di antara kedua belah pahaku dan menatap langsung ke arah alat kewanitaanku. Lalu dia membungkukkan tubuhnya agak rendah dan mulai menciumi pahaku yang lama kelamaan semakin dekat ke arah liang kenikmatanku. Kembali aku merasakan suatu sensasi yang hebat melanda dirik u. Aku benar-benar merasa semakin bertambah liar. Aku berteriak liar dengan suara yang sukar dipercaya bahwa itu keluar dari mulut ku. Bagaikan serigala yang ganas Priyono segera melumat habis-habisan alat kewan itaanku. Mula-mula dia menjulurkan lidahnya dan mulai menyapu klitorisku dengan sangat halus sekali namun cukup untuk membuatku menjadi lupa daratan. Pinggulku secara otomatis mulai bergerak turun naik bagaikan dikendalikan oleh sebuah mesi n dalam tubuhku. Priyono kemudian menurunkan lidahnya lebih ke bawah lagi dan membuat putaran kec il di sekitar liang senggamaku dan akhirnya dia sorongkan lidahnya dengan mahir ke dalamnya. Aku merasakan darahku menggelegak. Lidahnya terus keluar masuk berp utar-putar menari-nari. Betapa tingginya seni permainan lidahnya itu tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Lebih jauh dari itu aku tidak tahan lagi dan aku l angsung mencapai puncak orgasme yang hebat. "Sudah.. sudahlah", akhirnya aku berkata. Priyono tetap meneruskan melahap liang senggamaku. Sementara itu aku terus-menerus mengalami orgasme bertubi-tubi namu n pada akhirnya dia berhenti juga. Dan pada saat dia mengambil posisi untuk meny etubuhi diriku, aku segera bangkit dan kini tanpa merasa risih lagi aku segera m eraih alat kejantanannya yang hangat berwarna kemerah-merahan lalu memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai bekerja dengan lidahku di sepanjang alat kejantanann ya yang begitu terasa keras dan tegang. Aku merasakan suatu kenikmatan yang lain yang belum pernah aku rasakan. Aku merasakan alat kejantanan Priyono mempunyai aroma yang berlainan dengan alat kejantanan suamiku. Kini aku baru sadar alat kejantanan dari setiap laki-laki juga mempunyai perbeda an rasa yang khas yang tidak sama antara satu lelaki dengan lelaki lainnya. Buka n saja dari bentuk dan ukurannya akan tetapi juga dari aroma yang dipancarkan ol eh masing-masing alat kejantanan itu. Selain itu aku merasakan alat kejantanan l aki-laki lain ternyata terasa lebih nikmat daripada alat kejantanan suamiku send iri. Mungkin hal itu karena aku mendapatkan sesuatu yang lain dari apa yang sela

ma ini kurasakan. Jadi walaupun serupa tetapi tidak sama rasanya. "Sekarang giliranku untuk meminta berhenti", katanya dengan tenang. Sebenarnya a ku enggan melepaskan alat kejantanan yang menggiurkan itu dari mulutku. Aku ingi n merasakan betapa alat kejantanannya itu memancarkan sperma dalam mulutku, akan tetapi kupikir tidak akan senikmat sebagaimana bila alat kejantanannya itu mele dak dalam rahimku dalam suatu persetubuhan yang sempurna, sehingga kuturuti perm intaannya dan membaringkan tubuhku dengan kedua belah kakiku ke atas. Selanjutny a aku menyaksikan sebuah dada yang bidang menutupi tubuhku dan tidak lama kemudi an kurasakan alat kejantanannya itu mulai terbenam ke dalam liang senggamaku yan g hangat dan basah. Aku jadi agak mengerang kecil ketika alat kejantanan yang be sar dan gempal itu memasuki tubuhku. "Oh, sayang.., sayang", kata Priyono bergumam. "Teruskan.., teruskan! Rasanya dahsyat sekali..!" kataku secara spontan sambil m engencangkan otot liang senggamaku sehinga alat kejantanan Priyono itu terjepit dengan kuat. Kemudian dengan suatu kekuatan bagaikan sebuah pompa hydroulis, lia ng kewanitaanku menghisap dalam-dalam alat kejantanan itu sehingga terasa menyen tuh leher rahimku. Secara perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Untuk beb erapa saat aku telentang tanpa bergerak sama sekali menikmati diriku disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku. Sungguh sulit dipercaya, aku merasa h al ini sebagai suatu mimpi. Seorang laki-laki lain yang bukan suamiku kini sedan g memasukkan alat kejantanannya ke dalam tubuhku dan aku pun sedang menggali sem ua kenikmatan darinya. Selanjutnya aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dalam suatu putaran yang te ratur mengikuti gerakan turun naik tubuhnya. Dengan garang Priyono terus-menerus menikamkan alat kejantanannya sedalam-dalamnya ke liang senggamaku secara bertu bi-tubi. Alat kejantanannya dengan teratur keluar masuk dan naik turun di liang senggamaku yang membuka serta meremas dengan erat alat kejantanan itu. Aku meras akan persetubuhan yang sedang kami lakukan ini betul-betul sangat hebat. Dan kes emuanya ini disebabkan oleh alat kejantanan seorang laki-laki lain yang bukan su amiku. Selanjutnya Priyono mulai menghujamkan tubuhnya ke tubuhku semakin kuat dan sema kin kencang. Kami jadi bergumulan dengan hebat di atas tempat tidur saling cabik mencabik tubuh masing-masing. Tubuh kami bersatu dan merenggang dengan hebat. S etiap hunjamannya membawaku ke suatu alam fantasi yang jauh entah dimana yang ti dak pernah kuketahui dan belum pernah kualami sebelumnya. Yang aku tahu pada saa t itu hanyalah suara desahan kenikmatan yang keluar dari mulut kami masing-masin g. Tiba-tiba puncak dari itu semua, kurasakan alat kejantanannya yang berada dalam liang senggamaku menjadi sedemikian membesar dan tegang dengan keras. Liang seng gamaku pun terasa berdenyut lebih keras lagi dan akhirnya aku merasakan suatu ca iran yang hangat dan kental terpancar dari alat kejantanannya membanjiri liang s enggamaku. Nafas Priyono dengan kuat menyapu wajahku. Saat yang mendebarkan itu berlangsung lama sekali. Sangat sukar aku lukiskan betapa kenikmatan yang kualam i dari kesemuanya itu. Akhirnya kami terbaring dengan segala kelelahan namun dal am suatu alam kenikmatan lain yang belum pernah aku alami bersama suamiku. Yang terang ketika Priyono menarik alat kejantanannya dari liang senggamaku, aku mera sakan ada sesuatu yang hilang dari dalam tubuhku. Sisa malam itu tidak kami sia-siakan begitu saja. Kami menghabiskan sisa malam i tu dengan melakukan hubungan intim beberapa kali lagi bagaikan sepasang suami-is tri yang sedang berbulan madu dalam suatu hubungan persetubuhan yang sangat dahs yat dan belum pernah kualami bersama suamiku selama ini. Kami terus berasyik-mas yuk sampai saat-saat terakhir kami kembali ke rumah masing-masing ketika hari su

dah menjelang subuh. Keesokan harinya ketika aku terbangun, aku merasa bagaikan seorang wanita yang b aru dilahirkan kembali. Demikian pula suamiku. Aku merasakan adanya suatu kesega ran dan kecerahan lain dari yang lain dan penuh dengan semangat kegairahan hidup . Hal ini membawa pengaruh kepada hari-hariku selanjutnya. Aku merasa mendapatka n suatu horizon baru dalam kehidupan. Demikian juga suamiku, kurasakan cinta kas ih kami semakin bertambah dari waktu-waktu sebelumnya. Kehidupan rumah tangga ka mi serasa lebih harmonis penuh dengan keceriaan dan kegembiraan daripada waktu-w aktu yang lalu. Dengan demikian tidak mengherankan kiranya apabila aku dan suami ku terus menghadiri arisan itu beberapa kali dan selama itu pula aku telah dapat merasakan berbagai macam type alat kejantanan laki-laki dalam berbagai macam be ntuk dan ukuran serta berbagai macam tehnik permainan hubungan kelamin dengan pa ra suami orang lain. Akan tetapi yang penting dari kesemuanya itu, di lain keada an, aku menyadari suatu hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan maupun kuba yangkan sebelumnya, bahwa alat kejantanan suami kita sendiri sesungguhnya juga m empunyai suatu keistimewaan tersendiri. Aku dapat mengetahuinya kesemuanya itu k arena aku telah dapat membandingkannya dengan alat kejantanan dari suami-suami o rang lain.

Cerita Memek Tante Vida yang sintal, Nama saya Dodi. Sekarang saya masih kuliah di Universitas dan Fakultas paling favorit di Yogyakarta. Saya ingin menceritaka n pengalaman saya pertama kali berkenalan dengan permainan seks yang mungkin mem buat saya sekarang haus akan seks. Waktu itu saya masih sekolah di salah satu SMP favorit di Yogyakarta. Hari itu s aya sakit sehingga saya tidak bisa berangkat sekolah, setelah surat ijin saya ti tipkan ke teman terus saya pulang. Ketika sampai di rumah Papa dan Mama sudah pe rgi ke kantor dan Mama pesan supaya saya istirahat saja di rumah dan Mama sudah memanggil Tante Vida untuk menjaga saya. Tante Vida waktu itu masih sekolah di s ekolah perawat. Sehabis minum obat, mata saya terasa mengantuk. Ketika mau terle lap Tante Vida mengetuk kamarku. Dia bilang, "Dod, sudah tidur?" Saya jawab dari dalam, "Belum, tante!" Tante Vida bertanya, "Kalau belum boleh tante masuk." Terus saya bukakan pintu, waktu itu saya sempat kaget juga melihat Tante Vida. D ia baru saja pulang dari aerobik, masih dengan pakaian senam dia masuk ke kamar. Walau masih SMP kelas 2 lihat Tante Vida dengan pakaian gitu merasa keder juga. Payudaranya yang montok seperti tak kuasa pakaian senam itu menahannya. Kemudia n dia duduk di samping. Dia bilang, "Dod, kamu mau saya ajari permainan nggak Do d?" Tanpa pikir panjang, saya jawab, "Mau tante, tapi permainan apa lha wong Dod i baru sakit gini kok!" Tante Vida berkata, "Namanya permainan kenikmatan, tapi mainnya harus di kamar m andi. Yuk" Sambil Tante Vida menggandeng tanganku masuk ke kamar mandi saya. Say a sih mau-mau saja. Kemudian mulai dia melorotkan celana saya sambil berkata, "W ah, burungmu untuk anak SMP tergolong besar Dod." Tante Vida terkagum-kagum. Wak tu itu saya cuma cengengesan saja, lha wong hati saya deg-degan sekali waktu itu . Terus dia mulai membasahi kemaluan saya dengan air, kemudian dia beri shampo, te rus digosok. Lama-lama saya merasa kemaluan saya semakin lama semakin keras. Set elah terasa kemudian dia melucuti pakaiannya satu demi satu. Ya, tuhan ternyata tubuhnya sintal banget. Payudaranya yang montok, dengan pentil yang tegang, pant at yang berisi dan sintal kemudian vaginanya yang merah muda dengan rambut kemal uan yang lebat. Kemudian dia berjongkok, setelah itu dia mengulum penis saya, da

danya yang montok ikut bergoyang. Dada dan nafasku semakin memburu. Saya cuma bi sa memejamkan mata, aduh nikmatnya yang namanya permainan seks. Kemudian, saya n ggak tahu tiba-tiba saja naluri saya bergerak. Tangan saya mulai meremas-remas d adanya, sementara tangan saya yang satu turun mencari liang vaginanya. Kemudian saya masukkan jari saya, dia meritih, "Akhh, Dodi!" Saya semakin panas, saya kul um bibirnya yang ranum, saya nggak peduli lagi. Setelah bibir, kemudian turun sa ya ciumi leher dan akhir saya kulum punting susunya. Dia semakin merintih, "Aakh h, Dodi terus Dod!" Saya nggak tahu berapa lama kami di kamar mandi, terus tahutahu dia sudah di atas saya. "Dodi sekarang tante kasih akhir permaianan yang ma nis, ya?" Dia meraih kemaluan saya yang sudah tegang sekali waktu itu. Kemudian dimasukkan ke dalam vaginanya. Kami berdua sama-sama merintih, "Akhh! Lagi tante .. lagi tantee." Terus dia mulai naik turun, sampai saya merasa ada yang meletus dari penis saya dan kami sama-sama lemas. Setelah itu kami mandi bersama-sama. Waktu mandi pun kami sempat mengulangi beberapa kali. Setelah itu kami berdua sama-sama ketagihan. Kami bermain mulai dari kamar saya, pernah di sebuah hotel di kaliurang malah pernah cuma di dalam mobil. Rata-rata dalam satu minggu kami bisa 2-3 kali bermain dan pasti berakhir dengan kepuasan karena Tante Vida pintar membuat variasi permainan sehingga kami tidak bosan. S etelah Tante Vida menikah saya jadi kesepian. Kadang kalau baru kepingin saya cu ma bisa dengan pacar saya, Nanda. Untung kami sama-sama tegangan tinggi, tapi da ri segi kepuasan saya kurang puas mungkin karena saya sudah jadi "Hiperseks" ata u mungkin Tante Vida yang begitu mahirnya sehingga bisa mengimbangi apa yang say a mau. Nah, buat cewek-cewek atau tante-tante bermukim di Yogya yang sama-sama t egangan tinggi, kapan-kapan kita bisa saling berkenalan dan berhubungan. Mungkin kita bisa bermain seperti Tante Vida.

Cerita Memek Sedang Masturbasi Di Rumah Tetangga, Pertama-tama saya akan memperk enalkan diri saya.Nama saya Ocha,saya masih sekolah di sebuah SMA swasta dikotak u.Saya mempunyai ukuran penis yang bisa membuat semua wanita terkejut karena uku rannya.Penis aku mempunyai panjang 19,6 cm dan diameternya 5 cm.Mungkin karena k edua orang tuaku adalah keturunan bangsa arab,dan aku pun merasa bersyukur karen anya. Cerita yang akan saya ceritakan ini adalah cerita yang benar-benar terjadi tanpa ada rekayasa sedikit pun.ketika mengalami kejadian ini saya berumur 16 ta hun.kejadian ini terjadi ketika saya pergi main ke rumah salah seorang temanku y ang bernama angga.angga adalah seorang anak kecil berumur6 tahun.aku sering main kesana karena disana aku bisa main play station sepuas-puasnya.angga mempunya k akak perempuan yang bernama mba riri,yang berumur 20 tahun.mba riri orangnya man is dan mempunyai payudara yang besar dan pantat yang montok. Selain mba riri,dir umah angga juga ada ibunya yang bernama ibu siska dan berumur sekitar 40-an,teta pi ibu siska mempunyai tubuh yang sangat montok sekali dan aku sangat tidak taha n melihat keindahan tubuhnya.karena sangat tidak tahan,aku pun memutuskan untuk mengintip bu siska dan mba riri.Ketika itu aku pergi main ketempat angga,dan dis ana hanya ada bu siska sedang bersih-bersih rumah. Angga ada bu? Tanyaku. Angga pergi kerumah bu dhenya ama mba riri barusan,mungkin se bentar lagi pulang cha,tunggu aja disini ambil maen play station aja ,jawabnya sam bil tetap melanjutkan bersih-bersih. Aku pun menyalakan play station dan mulai m ain sepak bola.ketika aku bermain,aku tidak bisa berkonsentrasi karena bu siska hanya menggunakan celana pendek yang sangat ketat,sehingga aku pun mencuri-curi pandang kearahnya. cha,ibu mandi dulu ya,ntar kalo angga dateng kamu bukain pintu nya ya kata bu siska memberi tahu. Beres deh Kataku dengan penuh semangat,karena aku pun sudah tidak tahan untuk mengintipnya. Bu siska akhirnya pergi ke kamar mandi dan aku secara perlahan mengikutinya dari belakang.ketika pintu kamar mandi dit utup dari dalam aku pun mulai mengintip dari celah yang cukup lebar,mungkin kare na kayu pintunya sudah lapuk jadi celah itu terbentuk.dada ku berdesir ketika ak

u melihat bu siska membuka bajunya satu persatu hingga akhirnya dia telanjang bu lat alias bugil didepan mataku. badannya sangat putih bersih beda dengan mba rir i yang hitam,mungkin bu siska rajin merawat badannya.payudara bu siska sangat be sar dan membuat aku kaget sekaligus menjadi sangat bernafsu.ketika aku melihat k e selangkangannya,aku terkejut karena di kelaminnya kok tidak ada rambutnya?tapi aku justru lebih bernafsu melihat kelamin yang gundul tanpa rambut milik bu sis ka. Bu siska mulai mengguyur badannya dengan air dan dia pun mulai menyabuninya deng an lembut.ketika tangannya menggosok payudaranya,dia menggosok dengan gerakan me remas-remasnya dan kemudian mendesah.Aku kaget mendengar desahannya,tapi aku tet ap diam tak bersuara.ketika tangan kanan bu siska sibuk dengan meremas-remas pay udaranya,tangan kirinya pun mulai menggosok-gosok vaginanya dengan lembutnya. ka rena aku sudah sangat bernafsu akhirnya aku pun masuk ke kamar mandi sebelah den gan maksud aku akan onani di kamar mandi itu. Siapa di sebelah? bu siska bertanya p adaku karena aku membuka pintu kamar mandi sebelah dengan suara yang cukup keras . ini ocha bu jawabku sekenanya. Oo,lagi ngapain disitu,mau ngintip ibu ya? Aku gelag apan diberi pertanyaan seperti itu,tapi akhirnya aku jawab sekenanya aja gak kok bu,aku pengin pipis aja nie,dah kebelet banget nie,ntar kalo ngompol di celana k an malu ya udah pipis aja tapi jangan ngintip ya kata bu siska sambil meneruskan man dinya. Aku pun akhirnya membuka celana ku dan mulai mengocok penisku yang sudah tegang dari tadi. Ketika aku sedang sibuk onani,bu siska nampaknya sudah selesai mandi,tapi aku ti dak peduli dengan itu dan terus mengocok penis ku.Ketika sperma ku hampir keluar ,aku melihat seperti mata yang sedang mengintip aktivitas ku ini dari celah di p intu.Aku pun pura-pura melanjutkan onaniku sambil tangan ku mencoba meraih pintu dan membukanya.ketika pintu aku tarik dengan tiba-tiba,aku pun kaget setengan m ati karena yang mengintipku adalah bu siska yang sedang telanjang bulat. Ibu lagi ngapain disitu? tanyaku polos Ibu lagi liatin kamu kamu mau ibu bantuin gak cha? kata bu siska aku tak menyangka dengan kata-katanya dan tanpa basa-basi aku pun mende kati bu siska yang sudah telanjang bulat bantuin ocha dong bu,ocha gak tahan nie dari tdi gara-gara ngintipin ibu kata ku sambil menyodorkan penis ku ke bu siska ja di kamu tadi ngintip ibu ya,dasar nakal kamu ini,tapi kenapa tadi kamu gak masuk aja ke kamar mandi? jawabnya Ocha takut ibu marah timpal ku Tapi penis kamu besar ban get cha,emang bener kata temen-temen ibu,katanya penis orang arab tuh gede-gede ja wab bu siska sambil memegang penis aku. cepetan bu dikocok,aku dah gak tahan nie suruh ku. Tangan bu siska yang mulus itu p un mulai mengocok penis aku maju mundur,rasanya penisku mulai berdenyut-denyut.S etelah sekitar 5 menit,aku meraskan penisku akan mengeluarkan sesuatu. Bu kocokny a lebih cepet lagi bu! pintaku croot akhirnya keluarlah sperma ku ditangan bu siska. k ok keluarnya cepet banget sie? bu siska heran kan tadi aku dah onani lama banget wa ktu tadi di intip ama ibu jawabku Akhirnya bu siska membersihkan penisku dan menyu ruhku masuk ke ruang tengah,ketika di ruang tengah,aku langsung merebahkan tubuh ku yang setengah bugil ke sofa yang ada di depan Tv.Bu siska menyusul ke ruang t engah lalu duduk di sebelahku.Aku sudah mulai bernafsu lagi ketika melihat payud ara bu siska yang montok itu.lalu ku beranikan memegang payudaranya dan meremasremasnya. Dah nafsu lagi ya? tanya bu siska iya nie gara-gara liat susu ibu bu siska hanya tersenyum melihat tingkahku yang sedang mainan payudaranya seperti anak ke cil. Aku pun teringat gaya-gaya yang ada di film porno yang sering aku tonton,la lu perlahan aku mulai bangkit ke depan bu siska dan mulai megulum puting bu sisk a dengan rakusnya.bu siska hanya merem melek dan mendesah keras. trus cha .ouh enak banget .. desahnya lidah ku mulai turun ke arah bawah,dan akhirnya s ampai muka ku di depan selangkangan bu siska. kok cuma diliatin cha? protes bu sisk a memek ibu indah,tapi kok gak ada rambutnya? tanyaku penasaran kemarin ibu dah cukk ur semua rambutnya,biar keliatan bersih jawabnya tanpa disuruh,aku mulai mengangka ngkan kaki bu siska dan mulai menjilat memek bu siska dengan gemas. hmmmmmm,ooohh hh hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut bu siska. aku semakin liar menjilati m

emek bu siska sampai aku menemukan sebuah daging yang menonjol.ketika aku sentuh daging itu bu siska menjerit histeris.karena kaget aku melepasnya Sakit ya bu? gak sakit kok,malahan enak banget.kamu apain sih memek ibu? jelasnya aku cuma pegang d aging ini kataku sambil menunjuk ke memek ibu siska oo,makanya enak,yang kamu pegan g itu namanya itil jelas bu siska kalau di pegang rasanya enak banget,tapi kalau di isep rasanya lebih enak tambahnya lagi.Aku pun mulai lagi menjilati memek bu sisk a dan mengisap-isap itilnya.setelah lama aku beroprasi di memeknya aku merasakan paha bu siska menjepit kepalaku dengan keras dan bu siska berteriak. cha ibu mau keluar .. katanya Aku yang tidak paham dengan kata-kata bu siska tetap saj a melanjutkan jilatan ku meskipun agak susah karena paha bu siska menjepit erat kepala ku. croot keluar lah cairan dari memek bu siska dan aku terkejut sehingga ref lek aku mendorong tubuh ku ke belakang.Setelah beberapa detik bu siska mulai sad ar. Makasih ya cha,kamu bisa buat ibu orgasme.ibu dah lama gak ngerasain kehangat an laki-laki semenjak suami ibu menceraikan ibu kata bu siska. orgasme tuh apaan bu ,kayaknya aku baru denger dech kata orgasme tanya ku polos kamu tau cairan yang kel uar dari memek ibu kan?kalo cairan itu keluar.berarti ibu dah orgasme jelasnya sam bil menggosok-gosokan tangannya ke memeknya sehingga tangannya penuh dengan lend ir orgasmenya. karena aku penasaran dengan cairan itu,aku mendekat ke arah memek bu siska,dan melihat memeknya yang masih berkedut-kedut dari dekat. jangan dilia tin doank cha,jilatin lagi dong memek ibu pintanya tapi kan jijik bu,ada lendirnya ja wabku kamu coba aja dulu,pasti kamu ketagihan deh karena rasa lendir ibu yang gur ih pintanya. karena aku juga penasaran dengan rasanya,aku pun mulai memberanikan diri menjila t memek bu siska yang berlepotan lendir.memang rasanya agak gurih ketika aku men jilati lendir bu siska.aku mulai mempercepat menusukan lidahku ke vaginanya,dan nampaknya bu siska mulai bernafsu lagi. cha kamu rebahin badan kamu di sofa pinta b u siska dan aku pun hanya menurut saja. penis kamu gede banget,ini sih 5 kali lip atnya dari penis mantan suami ibu,memek ibu bisa jebol nih gara-gara penis kamu yang kegedean katanya perlahan-lahan bu siska mulai duduk diatas tubuh ku,dia meng epaskan posisinya hingga penisku tepat berada di lubang vaginanya. bu siska beru saha memasukan penis ku ke vaginanya.tapi karena gak masuk-masuk aakhirnya dia t urun dan masuk ke kamar.aku hanya diam saja sambil tetap tiduran.tak lama bu sis ka keluar sambil membawa baby oil ditangannya. kalau penis kamu di beri minyak in i,pasti masuknya lebih gampang jelasnya sambil tersenyum bu siska mengolesi penis aku dengan baby oil secara lembut kemudian mengurut penisku hingga membuat ku me rasakan indahnya dunia. ketika penisku sudah basah oleh baby oil,bu siska berjongkok di atas penisku seh ingga lubang memeknya tepat di atas penisku.perlahan-lahan bu siska memasukan pe nisku kedalam memeknya.matanya terpejam dan mulutnya menganga lebar seakan mau b erteriak dengan keras.sudah separuh penisku masuk ke memeknya hingga akhirnya blee sss masuklah penis aku seluruhnya ke memek bu siska.bu siska berteriak lirih ketik a penisku masuk semuanya.aku tidak dapat membayangkan rasanya ketika penisku mas uk ke memek bu siska,aku hanya memejamkan mataku dan mendesah lirih.setelah seki an detik bu siska mulai menggerakan pinggulnya ke atas dan kebawah yang membuat aku tak bisa berbicara karena sangat enak sekali. oooohh,truz cha,enak banget sih kontol kamu ceracaunya aku hanya diam pasrah dan merasakan setiap goyangan bu sis ka yang semakin menjadi.setelah 10 menit,aku merasakan memek bu siska berkedut-k edut dan bu siska jadi semakin liar hingga akhirnya dia berteriak sambil mendong akan kepalanya keatas lalu jatuh diatas ku sehingga kepala kami berbenturan. aku mencabut penis ku dari memek bu siska yang terkulai lemas di sofa,dan aku me lihat ada cairan putih yang mengalir dari memeknya,rupanya bu siska sudah orgasm e lagi.karena aku belum orgasme,maka aku telungkupkan bu siska di sofa lalu aku ganjal perutnya dengan bantal yang aku ambil di kamar bu siska.ketika pantatnya menungging didepanku,aku tak sabar lagi dan mulai membimbing penis ku kearah mem eknya dan mulai menggoyang kan penis ku maju mundur(gaya ini adalah gaya yang ak u ikuti dari film porno yang aku tonton) setelah beberapa saat,bu siska mulai ba

ngkit dan mengikuti peramainnanku ini. truz cha,lebih cepat lagi .tusuk memek ibu leb ih kenceng lagi cha rengek bu siska aku pun mulai mempercepat tusukan penisku ke d alam memek bu siska.hal ini terjadi sampai bu siska berteriak lagi dan terkulai lemas di sofanya.tp karena aku sudah sangat bernafsu,aku tidak mempedulikannya l agi dan terus menusukan penis ku semkin dalam. cha berhenti dulu dong,ibu capai n ie pinta bu siska tapi aku tidak mempedulikannya lagi sampai akhirnya bu siska mul ai menggoyangkan lagi pantatnya kebelakang. setelah kurang lebih 25 menit aku menggenjot bu siska dan bu siska juga sudah be rkali-kali orgasme aku merasakan penisku ingin memuntahkan spermanya. bu,sperma o cha mau keluar nih tanyaku cabut penis km cha jangan dikeluarin di dalem ntar ibu h amil pintanya aku pun mencabut penis ku dan penisku direbut oleh bu siska dengan s ecepat kilat lalu bu siska menaruhnya dimulutnya. croot akhirnya spermaku keluar di mulut bu siska,dan semuanya ditelan sampai habis.Setelah itu,kami berdua pindah ke kamar bu siska dan tak terasa kami tertidur di kasur bu siska dalam keadaan telanjang bulat. Aku terbangun ketika merasakan ada yang mengocok-ngocok penisku ,dan betapa kagetnya aku karena yang mengocok penisku adalah mba riri. Mba riri k apan datengnya? Tanyaku ketakutan dah dari tadi,tapi waktu pulang mba kaget,rupanya kamu lagi telanjang bulat sambil meluk ibu mbak ,jelasnya. Mba pengin kamu setubuh i mba,sama seperti kamu setubuhi ibu mba ,pinta mba riri. karena merasa sudah dapa t lampu hijau,maka aku pun segera membuka semua bajunya,kemudian aku jilat memek nya yang berambut lebat dengan rakusnya. Enak cha trusssin cha Desah mba riri selang berapa lama,paha mba riri menjepit kepala ku hingga aku sesak nafas dan kemudian disusul erangan yang tinggi serta keluarn ya cairan putih yang aku hisap sampai habis. Enak banget cha,kamu pinter dech mai nnya kata mba riri setelah dia mulai sadar tapi kontol aku pengin masuk sarang ni m ba,boleh gak? pintaku tapi kontol kamu kebesaran,apa memek mba muat? ya udah di coba aja dulu paksaku kemudian aku melumuri penisku dengan baby oil agar penisku mudah masuk ke memek mba riri.mba riri aku suruh nungging truz aku masukin penis aku p elan-pelan. pelan-pelan cha sakit ni rintihnya aku truz memasukan penisku sedikit dem i sedikit hingga akhirnya aku tekan semuanya secara mendadak.kontan mba riri ber teriak dan teriakannya itu membangunkan bu siska. riri,ocha,lgi ngapain kalian. tan ya bu siska riri pengin coba penis ocha ma,masa cuma mama yang coba sendirian tukas mba riri tapi kamu teriaknya jangan keras-keras,nanti kedengaran tetangga saran bu siska akhirnya bu siska hanya melihat apa yang kami lakukan sambil mengusap-usa p memeknya sendiri.sekitar 15 menit kemudian bu siska berteriak histeris dan akh irnya terkulai lemah.kini hanya tinggal aku dan mba riri yang masih asyik bermai n,sedangkan mba riri sudah orgasme 2 kali.setelah 30 menit kemudian aku merasaka n ada yang mau keluar dari ujung penisku,lalu aku cabut penisku dan memasukannya ke mulut mba riri hingga spermaku keluar di mulut mba riri.setelah itu aku terk ulai lemas hingga sore hari akupun pulang kerumah.

Cerita Memek Kepuasan Dalam Perselingkuhan, Awalnya aku hanya iseng mengobrol me ngisi waktu luang di waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu st affku yang agak manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Y a sebuah misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan. Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme , bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak h al-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanita nya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasu k Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa i tu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaa nnya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewan itaannya.

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh te ntang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini m emang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu h arus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis su aminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun ti dak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir d engan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya. "Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?" tanyaku . "Mungkin sekitar 10 menit" jawabnya pasti. "Gaya apa yang dipakai suami kamu?" "Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala" Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos. "Kira-kira berapa besar penis suami kamu?" "Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!" jawabnya bingung. Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal. "Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?" Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat. "Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!" Aku tak dapat menahan senyumku. "Maksud kamu, 'helm'nya masih nongol?" "Ya!" Dewipun tersenyum juga. Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang seda ng mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sada r bahwa aku ditempat umum. "Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!" "Bagaimana dengan kekerasannya?" tanyaku lagi. "Keras sekali, Pak, seperti batu!" Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab da ri pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi k enapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya? "Kok diam Pak?" "Aku lagi mikir penyebabnya." "Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencap ai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar" terangnya.

Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri memb antahnya. "Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh men it, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan." Aku sedikit mengerti maksudnya, "Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?" tanyaku. "Ya, betul, kenapa ya Pak?" Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vag inanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis. "Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?" "Oke deh!" sahutnya riang sambil meninggalkan aku. Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, se benarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, d an aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, L ama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanp a mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada peng alamanku selama ini. Aku kirim SMS kepadanya, "Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempa t, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?" 5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-janga n dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku berge tar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya. "Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya" Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali, "Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terl alu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga" Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks o brolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku uta rakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sa rankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh D ewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi m engangguk mengerti. "Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?" Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemung kinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sa ngat berbahaya untuk meraih orgasme. "Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif,

itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!" "Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya su ami kamu minta melulu, kan?" "Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping" "Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!" jawabku tegas. "Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!" Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga men jadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot. Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, "Belum berhasil, Pak!". Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat bar u selesai berhubungan dengan suaminya. Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya. "Memang kenapa?" Tak lama Dewi pun membalasnya. "Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyam an mengobrol dengan Bapak." Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jela s aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, da n ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku. "Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi h erannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa mer aihnya bersama Bapak" Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan p ikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya. "Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin ta hu kenapa perasaan saya begini?" Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum denga n cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau seca ra fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku. Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya. Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi mera ih tanganku,

"Pak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarin ya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara ka mi, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya, "Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme k amu?" suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung. "Terserah Bapak deh" jawabnya manja sambil mencubit tanganku. Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling angatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya uanya, kami dan langsung menuju bertaut mengantarkan keh yang asri, Kami lamgsung kami dapat menikmati sem

Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami sa ling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga g airah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dila ntai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhk u bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, su ngguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bers ih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya ya ng begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubu hnya tanpa terlewati, "Tubuh kamu bagus sekali, Wi!" Aku mencoba memberinya rasa percaya diri. Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lid ahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, J ari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dad anya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementa ra Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku d i pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehing ga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritany a pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah dida daku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme. Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia lang sung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedal am liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginan ya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya y ang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya ya ng bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai mem basahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakk u, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya, Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku. "Terima kasih, Pak" ia mencium keningku. "Saya masih mau lagi" ucapnya serak. Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi beg itu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan ane hnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungki n ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri b

ersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apal agi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar t ak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangka l senjataku menambah sensasi tersendiri. "Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?" sambil aku mempercepat kocokanku. "Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!" erangnya. Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyembu rkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan ke dutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi. Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali. Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, a ku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgas me, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi. Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Ak u dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami se makin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vagin anya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuh kan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya , entahlah sampai kapan..

Cerita Dewasa Bercinta dengan tetangga idaman, Kurasa tidak perlu aku ceritakan tentang nama dan asalku, serta tempat dan alamatku sekarang. Usiaku sekarang sud ah mendekati empat puluh tahun, kalau dipikir-pikir seharusnya aku sudah punya a nak, karena aku sudah menikah hampir lima belas tahun lamanya. Walaupun aku tida k begitu ganteng, aku cukup beruntung karena mendapat isteri yang menurutku sang at cantik. Bahkan dapat dikatakan dia yang tercantik di lingkunganku, yang biasa nya menimbulkan kecemburuan para tetanggaku. Isteriku bernama Resty. Ada satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain mili ki, yaitu keinginan sex yang tinggi. Mungkin para pembaca tidak percaya, kadangkadang pada siang hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebe ntar ke kamar untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sanga t menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk mengimba ngi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun selalu si ap setiap saat. Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab den gan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus. Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang baru membuka cabang di kota tempatku. Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. S elebihnya saya tidak tahu latar belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti sau dara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahn ya atau sebaliknya. Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke rumahnya, setelah ngobrol

panjang lebar, Agus menawariku nonton VCD blue yang katanya baru dipinjamnya dar i temannya. Aku pun tidak menolak karena selain belum jauh malam kegiatan lainny a pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Agus ikut nonton bersama kami. Waduh, gimana ini Gus..? Nggak enak nih..! Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak Res diajak sekalian. katanya menyebut isteriku. Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirn ya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah. Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..? kata isteriku ketika kuajak. Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rum ah Agus. Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun. Paginya aku ti dak bertemu Agus, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras rumahnya aku han ya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Resty tidak mau kuajak sehingga aku langsung saja ti dur. Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tap i dasar memang pikiranku sudah tidak beres, kutunda keberangkatanku ke kantor, a ku kembali ke rumah menemui isteriku. Seperti biasanya kalau sudah begini aku la ngsung menarik isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena sudah biasa Resty tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku bergula t dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai tuntas, bahk an kusedot sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan terhadapnya. Resty l angsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan. Mas.., sekarang Mas..! pinta isteriku memelas. Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur k ami pun ikut bergoyang. Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku bertanya, Kok Mas tib a-tiba nafsu banget sih..? Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Rini lah yang menaikkan te nsiku pagi ini. Sorenya Agus datang ke rumahku, Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..? ta nyanya setelah kami berbasa-basi. Maksudmu apa Gus..? tanyaku heran. Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan Mbak Resty bergulat setelah ngobrol dengannya. Loh, aku heran, dari mana Rini nampak kami melakukannya? Oh iya, baru kusadari t ernyata jendela kamar kami saling berhadapan. Agus langsung menambahkan, Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas. katanya ta npa malu-malu. Begini saja Mas, tanpa harus memahami perasaanku, Agus langsung melanjutkan, Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin acara..? Acara apa Gus..? tanyaku penasaran. Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..? Pesta apaan..? Gila kamu. Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan musiknya aja Mas, nanti m inumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja, sekedar refresing ajalah Mas, k an Mas belum pernah mencobanya..?

Malamnya, menjelang pukul 20.00, Agus bersama isterinya sudah ada di rumahku. Sa mbil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda kami. Ternyata ada persamaa n di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung maniak pada sex. Diiringi musik y ang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang agak aneh kurasakan. Aku tidak dapa t menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Agus dar i rumahnya. Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan menariknya ke pangkua nku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti pendengaranku. K ulihat Agus juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku semakin terangsang , Resty juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Tidak berapa lama Resty sudah telanjang bulat, entah kapan aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini di depan orang lain, t etapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi. Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku. Kuperhatikan Agus perlahan-lahan mendudukkan Rini di meja yang ada di depan kami , mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian membukanya dengan cara menga ngkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan kenapa hal ini dapat terja di di dalam rumahku. Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati p ermainan itu. Rini juga tinggal hanya mengenakan BH dan celana dalamnya saja, da n masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang. Perlahan-lahan Agus membuka BH Rini, tampak dua bukit putih mulus menantang meny embul setelah penutupnya terbuka. Kegilaan apa lagi ini..? batinku. Seolah-olah Agus mengerti, karena selalu saya perhatikan menawarkan bergantian d enganku. Kulihat isteriku yang masih terbaring di sofa dengan mulut terbuka mena ntang dengan nafas tersengal menahan nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak ke beratan bila posisiku digantikan oleh Agus. Kemudian kudekati Rini yang kini tinggal hanya mengenakan celana dalam. Dengan b adan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman pertamaku melakukannya de ngan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus dengan lembut. Sementara Agus k ulihat semakin beringas menciumi sekujur tubuh Resty yang biasanya aku lah yang melakukannya. Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Rini. Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas kemaluan wanita sudah teras a, dan bagian tersebut sudah mulai basah. Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati sambil merebahkan badannya di atas meja. Nampak bulu-bulu yang belum begitu panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Rini ini . Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..! erang Rini seolah sudah siap untuk melakukann ya. Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini. Kutatapi seluruh bagian tubuh Rini yang memang b etul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati . Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan kiriku meraba kemaluan nya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu tebal. Bagian ini terasa s angat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai basah. Perlahan kumasukkan ja ri telunjukku ke dalam. Sshh.., akh..! Rini menggelinjang nikmat. Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan dua jari, Rini mendesi

s. Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Rini, kuhisap bagian putingnya, t ubuh Rini bergetar panas. Tiba-tiba tangannya meraih kemaluanku, menggenggam den gan kedua telapaknya seolah takut lepas. Posisi Rini sekarang berbaring miring, sementara aku berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mula i menjilati kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat. Rini memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun, hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum pernah kurasakan seperti ini . Sementara di atas Sofa Agus dan isteriku seperti membentuk angka 69. Resty ada di bawah sambil mengulum kemaluan Agus, sementara Agus menjilati kemaluan Resty . Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah melakukan perjalanan panjan g yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah beberapa lagu seolah menambah se mangat kami. Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Rini, dia melenguh hebat hingga kema luanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang yang menciumi kemaluannya. K epalaku seperti terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Kujulurkan li dahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke dalam kemaluannya sambil kupermaink an di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin memuncakkan nafsuku. Sekarang Rini ter engah-engah dan kemudian menjerit tertahan meminta supaya aku segera memasukkan kemaluanku ke lubangnya. Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututn ya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku menuju lubang milik Rini. Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Rini mendesis, Ssshh.., aahhk.., a duh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi akhh..! Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik sedikit dan mendoron gnya lagi. Ada kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mun gkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesu atu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku sekarang sudah meremas payudara Rini dengan lembut sambil mengusapnya. Mulut Rini pun seperti megap-megap kenikmatan, segera kulumat bibir itu hingga R ini nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap sekuat-kuatnya hingga Rini berontak. Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas lagi. Keri ngat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Agus dan isteriku tidak kuperhatikan la gi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Rini. Luar biasa kemaluan Rini ini, seperti ada penyedot saja di dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem melek menikmati permainan ini. Erangannya tidak pernah putus, sement ara helaan napasnya memburu terengah-engah.Posisi sekarang berubah, Rini sekaran g membungkuk menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring, sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku . Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan besar, lubang kem aluan Rini juga semakin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Rini dengan cara melebarkan jarak antara kedua kakinya. Perla han kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Rini melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali menariknya. Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada cairan milik Rini membasahi lubang d an kemaluanku hingga terasa nikmat sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kuta rik sedikit. Goyanganku semakin lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertin ya Rini pun menikmati gaya ini. Buah dada Rini bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti irama yang berasal da

ri pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Rini sudah tidak kuasa menahan sesua tu yang tidak kumengerti apa itu. Erangannya semakin panjang. Kecepatan pun kuta mbah, goyangan pinggul Rini semakin kuat. Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesu atu yang terdorong dari dalam yang tidak kuasa aku menahannya. Sepertinya menjal ar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha menahannya. Segera aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Rini ke tempat yang lebih lua s dan menyuruh Rini telentang di bentangan karpet. Secepatnya aku menindihnya sa mbil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya menempel ke perut, sehing ga kini tampak kemaluan Rini menyembul mendongak ke atas menantangku. Segera kum asukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Rini. Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih kencang seperti akan m encapai finis saja. Suara yang terdengar dari mulut Rini semakin tidak karuan, s eolah menikmati setiap sesuatu yang kulakukan padanya. Tiba-tiba Rini memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, ter asa ada sesuatu keluar dari kemaluanku. Rini menggigit leherku sekuat-kuatnya, s egera kurebut bibirnya dan menggigitnya sekuatnya, Rini menjerit kesakitan sambi l bergetar hebat. Mulutku terasa asin, ternyata bibir Rini berdarah, tapi seolah kami tidak memper dulikannya, kami seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sof a Agus dan isteriku ternyata juga sudah mencapai puncaknya. Kulihat Resty tersen yum puas. Sementara Rini tidak mau melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku masuk ke liang milik Rini. Kulihat Rini tidak memperdulikannya. Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya kemaluanku terlepas dari kema luan Rini. Rini tersenyum puas, walau kelelahan aku pun merasakan kenikmatan tia da tara. Resty juga tersenyum, hanya nampak malu-malu. Kemudian memunguti pakaia nnya dan menuju kamar mandi. Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Agus dan Rini sekaran g sudah pindah dan kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat tel epon. Mungkin aku tidak akan pernah melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Rini berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketem u dengan isteriku. Seandainya saja..

Cerita Dewasa Tergoda Pembantu Muda, Beberapa waktu yang lalu, karena telah beru lang kali dipanggil oleh anaknya di kampung, maka pembantu kami yang sudah tua, Mbok Iyem akhirnya pulang juga ke kampungnya di Jawa Tengah, tetapi sebelum pula ng ia berjanji akan membantu kami untuk mencarikan seorang pembantu lain yang be rasal dari kampungnya juga, jadi pada saat Mbok Iyem pulang kampung, tidak terja di kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini penting bagi kami, karena kami ber dua, suami isteri bekerja sehingga kami memerlukan seorang pembantu untuk beresberes di rumah. Pada hari yang telah ditentukan, maka datanglah seorang pembantu baru yang dijan jikan oleh Mbok Iyem, yaitu seorang gadis kampung yang telah putus sekolah, beru mur 18 tahun bernama Lastri. Sulastri bertubuh sedang dengan kulit bersih dan be rambut panjang, yang dengan malu-malu memperkenalkan dirinya kepada kami, setela h menerima instruksi ini itu dari isteriku, Lastri pun mulai bersiap untuk kerja . Memasuki hari Senin, secara kebetulan saya mendapat cuti kantor selama tiga hari , yang mana bisa saya pergunakan untuk beristirahat di rumah. Setelah isteriku b erangkat kerja, sayapun santai di rumah sambil baca koran dan mendengarkan radio

, sedang Lastri sibuk membersihkan rumah sehabis mencuci pakaian. Sedang saya asyik membaca, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, Maaf Pak.., Saya mau mengepel lantainya . Oh iya, pel aja.. , kata saya sambil terus membaca, tetapi mataku memperhatikan pem bantu ini dengan lebih seksama. Lastri mengepel lantai sambil berjongkok dan ses ekali merangkak sambil terus mengayunkan tangannya. Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan k e kanan dengan irama yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari balik daster yang dipakainya. Saat ia berbalik untuk mengepel di baw ah kaki saya, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum, terbung kus oleh kutang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan. Tanpa terasa saya menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi tegang. Konsentrasi saya un tuk membaca menjadi hilang. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lastri bersiap-siap untuk membersihkan dirin ya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi, begitu terdengar suara air y ang terguyur di kamar mandi, saya cepat-cepat meloncat bangun dan berjalan cepat -cepat ke arah kamar mandi. Dari sela-sela pintu kamar mandi terdapat celah yang bisa dipakai untuk mengintip ke dalam. Ternyata pemandangan di dalam kamar mand i begitu asyiknya, Sulastri ternyata mempunyai badan yang bersih mulus dengan ke dua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke atas berwarna co klat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan bulu-bulu halus di atas kem aluannya. Lastri sibuk menggosok-gosok badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum. Dengan berdebar saya terus mengintip Lastri yang sesekali menunduk untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu saya naik ke kepala, saya mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang. Aah, e naknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya . Sedang asyik mengintip, saya teringat kalau di lemari saya masih ada menyimpan s ebotol obat perangsang bermerek Spanish fly oleh-oleh teman dari luar negeri. Cepa t-cepat saya ke kamar mengambil obat tersebut dan membawanya ke dapur, dan benar saja dugaanku bahwa Lastri memang sudah menyiapkan teh hangat bagi dirinya send iri di situ. Segera saya tuangkan spanish fly itu ke dalam minuman Sulastri dan saya tambahkan gula sedikit agar dia tidak curiga. Saya kembali duduk di kursi depan dan pura-pura membaca sambil membayangkan tubu h mulus Lastri sambil mengelus batang penisku yang sudah tegang, saya benar-bena r sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi Lastri. Sekitar setengah jam kemudian, saya mendengar erangan halus yang berasal dari kamar Sulastri, Heehh.., heehh . Segera saya menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya, Lastri.., ada apa denga n kamu..? . Lastri sambil mengeluh menjawab, Aduuh Pak.., perut Saya.., hheehh . Kenapa..? , sambil bertanya saya segera saja masuk ke dalam kamarnya, Lastri keliha tan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi merangkak sambil memega ng perutnya. Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Pak . Mari Saya tolong.. , kata saya, sambil berdiri di belakangnya dan tunduk serta meme gang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya berdiri. Saat berdiri samb il memeluknya dari belakang, penisku yang sudah tegang dari tadi menempel pada c elah pantatnya, Lastri agak kaget juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah. Ayo saya gosok perut kamu.., biar hangat , kata saya sambil tangan kananku terus be rgerak menggosok perutnya sedangkan tangan kiriku mengangkat dasternya dari bawa h. Saya memasukkan tangan kiriku ke dalam daster itu dan berpura-pura akan mengg osok perutnya juga tapi saya segera menurunkan tangan saya untuk menyibakkan cel ana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginan ya. Saat tangan saya menyentuh vaginanya, Lastri menggelinjang keras dan mendesa h panjang, aah.., Paak.. , seraya menekankan pantatnya yang montok ke penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar. Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-s ela kancing daster, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yan g ternyata tidak terbungkus oleh kutangnya, segera saya meremas payudaranya.

Las,.., ayo Saya gosok sambil tiduran , kata saya. Hee.. Eeh , katanya. Saya tuntun Lastri ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua kakinya teta p terjuntai di lantai. Secara cepat saya menyibak dasternya dan segera menarik t urun hingga celana dalamnya terlepas. Aduuh.., Paak , katanya sambil menggerakkan p inggulnya. sst.. , kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di de pan mataku. aarkkh.. , seru Lastri sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya y ang mulus. Saya mulai menjilat vaginanya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah bibir vagina Lastri sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya. Kedua tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua pay udaranya sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras. Paak.. , Lastri keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang se gera saya jilat habis. Las.., buka dulu yaa bajunya , kata saya sambil berdiri dan dengan cepat mulai memb uka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang, penisku benar-benar teg ang dan keras. Mata Lastri terbelalak memandang penisku yang besar dan berdiri. Paak.., Lastri takut , katanya. sstt.., nggak apa-apa Las.. , kata saya sambil membantu Lastri membuka bajunya. Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera saya mengambil ba ntal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Lastri sekarang menyembul dengan c litorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku. Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku merema s payudaranya sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya. Ternyata lubang vagina L astri sempit sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Saya menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk kepala penisku. Biarpun vagina Lastri telah basah o leh cairan yang keluar dari tubuhnya, saya tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vagina Lastri ini. Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga Lastri, dan secara tiba-tiba saya menggigit cuping telinganya d engan agak keras. Secara refleks, Lastri kaget sekali, Aduh.. , tetapi bersamaan de ngan itu saya menekan penisku sekuat tenaga masuk ke dalam vaginanya. Lastri kag et dan terdiam, tetapi saya kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambi l mulai menaikkan pantatku sedikit sedikit, kemudian turun menekan sampai ke uju ng. Aduh nikmatnya bukan alang-kepalang, vagina Lastri benar-benar sempit sekali bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terusmenerus. Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi.., Lastripu n mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dia juga mulai men ggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku. Aarkhh.., ppaak.., enaak , kata Lastri, sambil terus menggoyangkan pinggulnya, sehi ngga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya sayapun tidak tahan lagi, saat badannya menjadi kejang karena d ia sampai pada puncak kenikmatan, sayapun mempercepat gerakan naik turun sampai cairan maniku terasa menyembur-nyembur ke dalam vagina Lastri. Akh, kita berdua sungguh lunglai setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai ba ru saya tahu kalau ternyata Lastri masih perawan dan belum pernah dijamah oleh l elaki lain. Selama masa cuti tiga hari, saya tetap betah di rumah. Dan kalau istriku sudah b erangkat kerja, maka Lastri dan saya mulai mempraktekkan berbagai macam gaya ber setubuh. Lastri ternyata murid yang sangat pandai untuk diajar dan selalu bernaf su untuk mengulang dan mengulang lagi. Hal ini berlangsung selama enam bulan, ka dang larut malam, kadang pagi hari kalau saya lagi kepingin menikmati tubuhnya, saya ijin dari kantor, sampai akhirnya Lastri dipanggil pulang oleh keluarganya

untuk dikawinkan di kampung.

Cerita Dewasa Mbak Sus Bohai, Cerita seks gangbang jarang di ceritakan, kali ini saya akan menceritakan cerita dewasa gangbang yang banyak orang bilang cerita s eks 3 in 1, atau 3 lawan satu, cowok 3 cewek satu, walau kedengarannya aneh, tap i begitulah sensasi, sensasi seks emang berbeda-beda. berikut cerita lengkapnya dari awal sehingga terjadi cerita seks gangbang itu Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak k os dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung t erlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa menc uri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kos. Masih banyak lag i kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia ya ng sangat menyenangkan. Keluarga tempat kos saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah dan tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kos memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan be rsih. Menurut ibu kos, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya men inggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kam i berlima anak-anak kos yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring. Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil? tanya Robin ya ng kuliah di teknik sipil suatu saat. Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas. Apanya yang nggak bisa ngacung? tanya saya pura-pura tidak tahu. Bego! Ya penisnya dong , kata Krus. Kok tahu kalau dia susah ngacung? saya mengejar lagi. Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering mem bentak-bentak suaminya? tutur Krus. Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, at au tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu , kata Robin. Membantu? Apa maksudmu? tanyaku tak paham ucapannya. Robin tertawa sebelum berkata, Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitka n handuk di badannya lalu-lalang di depan kita Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu , sergah Heri yang se jak tadi diam. Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan t entang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya? Selama setahun kos diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa te rsadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-h itaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pingg ulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggai rahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremasremas payudaranya.

Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempua n itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dad anya sambil menelan air liur. Suatu waktu ketika berjalan berpapasan tanganku tanpa sengaja menyentuh pingguln ya. Wah.. maaf, Mbak. Nggak sengaja.. kataku sambil tersipu malu. Sengaja juga nggak apa-apa kok dik , jawabnya sambil mengerlingkan matanya. Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. M bak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksualnya bersama suaminya. Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya . Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol la gi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berang an-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tand a welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memam erkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup dia m-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara da n pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya. Suatu hari ketika rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan kel uar, bapak dan ibu kosku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota, se dangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah men dapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet. Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lo , kataku. Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model. Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak? Coba apa.. Itu.. Mana? Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti bia sa hanya dibungkus kaus. Ah.. kamu ini. Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang ku rsi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia m enggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sa mbil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menep is tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan. Dik.. malu ah dilihat orang , katanya pelan. Tepisannya melemah. Kalau begitu kita ke kamar? Kamu ini nakal , ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bibirk u. Mbak.. Hmm.. Bolehkah mm.., bolehkah kalau saya.. Apa hh.. Bolehkah saya memegang susu Mbak yang gede itu? Hmm.. Dia mendesah ketika kujilat telinganya. Tanpa menunggu jawabannya tanganku segera menelusup ke balik kausnya. Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke dada

ku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan. Dik, tutup pintunya dulu dong , bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menaha n birahinya yang juga mulai naik. Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Mbak Sus. Kini aku jongk ok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, bet apa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam war na krem. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremasremas vagina dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Mbak S us menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pa ngkal pahanya. Mau apa kau sshh.. sshh , tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat. Mbak belum pernah dioral ya? Apa itu? Vagina Mbak akan kujilati. Lo itu kan tempat kotor.. Siapa bilang? Ooo.. oh.. oh .. , desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gun dukan vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam. Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia mi liknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai denga n dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-ger akan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angk at pinggulnya. Aahh.. Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh.. mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm.. jawabku. Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi liarku pun terhenti mendadak. Sst ada tamu Mbak , bisikku. Cepat kau sembunyi ke dalam , kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak b erantakan. Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan yang lebar-l ebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di kamar berb au harum itu aku duduk di tepi ranjang. Penisku tegak mendesak celana pendekku y ang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara pintu dibu ka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup pintu depan . Siapa Mbak? Tukang koran menagih rekening. Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat.. Sudahlah , katanya sambil mendekati aku. Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanak u yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa s aat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersed ak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubia rkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciu man yang secara tak sadar baru saja kuajarkan. Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa? Pacarmu? tanyanya di antara kecipak cium an yang membara dan mulai liar.

Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak men ggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya kulepas. Kini dia telanjang dada. T ak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mulus. Nggak adil. Kamu juga harus telanjang. Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pendek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. T anpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih. Mbak mau saya oral lagi? tanyaku. Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal k enikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu deng an liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Ke lihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penis ku ke mulutnya. Gantian dong, Mbak Apa muat segede itu.. Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Sem ula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lam a penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permai nan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bi sa. Sorry ya Mbak Ah kau ini mainnya aneh-aneh. Justru di situ nikmatnya, Mbak. Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana? ta nyaku sambil menciumi payudaranya. Ah malu. Kami main konvensional saja kok. Langsung tusuk begitu maksudnya.. Nakal kau ini , katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap teg ak berdiri. Suami Mbak mainnya lama nggak? Ah.. dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan. Pasti Mbak tak pernah puas ya? Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri. Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot v aginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah s elangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak g emetar. Ohh.. desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya . Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaran ya yang ikut bergoyang-goyang. Tiga menit setelah kugenjot Mbak Sus menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pi nggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingkatkan. Ooo.. ahh.. hmm.. sshh.. desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan pu ncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluru h wajahnya yang berkeringat. Enak Mbak? tanyaku. Emmhh.. Puas Mbak? Ahh.. desahnya. Sekarang Mbak berbalik. Menungging. Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kaki

nya. Gaya apa lagi ini? tanyanya. Ini gaya anjing. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah. Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kem bali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama i ni belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat. Capek? tanyaku. Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku. Tapi kan nikmat Mbak , jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan . Kita lanjutkan nanti malam saja ya. Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku kelua r. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang di atas , kataku sambil mengatur posisinya. Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang pe nisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaikturunkan seirama ge njotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang m akin lama kian cepat. Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah naf suku. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensi onal. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku m eningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku. Oh Mbak.. aku mau keluar nih ahh.. Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian menyusu l mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menj epit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu. Vaginamu masik nikmat Mbak , bisikku sambil mencium bibir mungilnya. Penismu juga nikmat, Dik. Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi. Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu. Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas meras akan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan. Mbak kalau pengin bilang aja ya. Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst.. kalau pas am an lo. Mbak mau nggak main ramai-ramai? Maksudmu gimana? Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu. Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok. Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah.. Tapi mau mencoba kan? Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-ha bisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya akhirnya aku me sti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mb ak Sus. Cerita dewasa mbak mbak lumayan untuk di nikmati, karena wanita yang lebih tua b iasanya lebih jago dalam bercinta, baik dalam permainan seks ataupun permainan c inta.

Cerita Memek Belenggu Rindu Yang Tertahan, Siang itu di sebuah rumah yang cukup

asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis t erlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yan g mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju ke rumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawa si depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum. Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan r api, harum dan segar siang itu. "Hallo Mas Adietya sayang.." sapanya dengan panggilan khas yang mesra ke padaku. "Hallo juga.. Sayang," balasku pendek. "Sudah lama yah nunggunya," lanjutku lagi. Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap terhadap masing-masing. Seperti halnya sian g itu, yang kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi, dia bil ang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya nanti sore. Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk gadis pujaanku deng an mesra, sambil membisikan kata. "Adiet kangen banget nih sayang," bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun te linganya. "aku juga kangen Mas sayang.." jawabnya pelan. Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, sa at kita bertatapan wajah. "Kamu cantik sekali siang ini sayang.." kataku lembut. Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku lanjutkan untuk menari k tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya d an tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit dan bentuknya y ang ranum, sembari dia memejamkan kedua bola matanya. Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya me ndesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut mas uk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang pun ggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran 36b itu. Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan meng gairahkan itu. Dan tak lama setelah itu jariku sudah memilin putingnya yang mula i keras, yang nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi dengan desahannya yang sensual. "Ohh.. Mas sayang.." desahnya lembut. Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak lebih ke dalam yan g sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan p elan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan b erakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia menggelinjang dan mendesah kembali. "Ohh.. Mas sayang.. Enak sekali." Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua pipinya kembali s

ambil membisikkan kata. "Sayang.. Payudara kamu sungguh indah bentukya," bisikku lirih di telinganya. Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku saat memasukinya. Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang gadis dan meletakkan nya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celan a jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali, yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut. Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan berpindah sesaat ketika li dahku mencapai belakang telinganya dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat te rangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku menc umbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengara h kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting c elananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna hitamnya yang sexy. Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya yang padat berisi. Aku mengelus kedua bongk ahannya pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yag membuat bibirnya kembali bergetar mendesah lirih. "Oh.. Mas sayang.." desahnya parau. Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasaka n cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencap ai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya dan bermain sejenak yang m engakibatkan tubuhnya menggelinjang kedepan. "Ssshh.." desisnya lirih. Perlahan kemudian aku mulai menurunkan celana dalamnya dan aku membiarkan mengga ntung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke te pian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar sang gadis mendesa h lagi. Aku mencium aroma khas setelah lidahku mencapai bukitnya yang berbulu hi tam dan lebat sekali, namun cukup terawat terlihat olehku sekilas dari bentuk bu lu vaginanya yang menyerupai garis segitiga. Dan tak lama lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung l idahku lembut. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan lebih ke dalam lagi unt uk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan yang d i keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuh sang gadis mengelinjang perlahan bersam aan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahk u. "Ohh.. Mas sayang" jeritnya tertahan. "Aku nggak kuat Mas.." tambahnya lirih. Yang aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuh s ang gadis dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah ber jongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang sekali. Dengan gerakan lincah bibir sang gadis langsung mengulum kepala penisku dengan l embut dan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memilin kepala peni

sku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotis mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku. "Ohh.. Sayang" desahku pelan. Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai expresi dari kenikmatan yang menga lir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat sang gadis menjelajahi organ sensi tifku, aku merengkuh bahunya serta memintanya berdiri dan kembali aku mendudukka n pantatnya yang padat berisi di tepian meja sementara salah satu kaki jenjangny a menjuntai ke lantai. Dengan gerakan lembut aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vag inanya yang sudah basah oleh lendir birahi. Pada saat bersamaan ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginyanya. "Oh.. Mas sayang.. Please.. Aku enggak kuat" jeritnya lirih. Aku masih belum merespon atas jeritan lirihnya, sebaliknya aku menundukkan kepal a untuk kembali menjilati kedua payudaranya bergantian dan berakhir di puting pa yudara yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya menggelinjang dan semakin keras d esahannya terdengar. "Ohh.. Mas sayang.. Sekarang yah" pintanya lirih, dengan mata yang sayup penuh n afsu. Perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorong nya lembut. "Slepp.." irama yang di timbulkan ketika penisku sudah menyeruak bibir vaginanya . Kembali bibir sang gadis mengeluarkan desahan sexynya. "Hekk.. Mmm.." gumamnya lirih. Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku padukan de ngan gerakan bibirku mengulum bibirnya yang ranum serta memilin dan memutar ujun g lidahnya lembut. Untuk menambah kenikmatan buat dirinya, aku mulai memajukan s edikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam da n aku mengarahkan ujung penisku menyentuh G-spotnya. Mulut sang gadis menggumam lirih karena mulutku juga masih mengulum bibirnya. "Mmm.. Mmm" gumamnya. Sambil menahan nikmat, tangan sang gadis menyentuh buah zakarku dan memijitnya l embut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pingg ulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya sang gadi s akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang mer engkuh bahuku erat dan menggigit bibir bawahnya lirih. "Ohh.. Mas sayangg.." jeritnya bergetar. Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepi t erat batang penisku. Tangannya merengkuh bongkahan pantatku serta menariknya l ebih erat lagi. Tak lama berselang sang gadis kemudian tersenyum manis dan menge cup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.

"Thanks yah.. Mas sayang"ucapnya mesra. Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan. "Aku bahagia.. kalau sayang bisa menikmati semua ini" ucapku kemudian. Hanya beberapa saat setelah sang gadis mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan t ubuhnya membelakangiku sembari kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Deng an pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depan ku bongkahan pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan. Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk m embuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap penisku menyeruak sedikit demi sedikit membelah vaginanya lembut. "Slepp.." masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya. "Sss.." sang gadis mendesah menerima desakan penisku. Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulk u memulai gerakan maju mundur untuk kembali menyeruak rongga vaginanya lebih dal am. Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri dimana seluruh batang penisku dapat me nyentuh G-spotnya, sementara tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sen sitifnya mulai dari kedua payudara berikut putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya. "Ohh.. Mas sayang" desahnya. Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya sambil aku berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Setelah cukup beberapa saat aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih d alam posisi membelakangiku aku mengulum bibirnya dan meremas kedua payudaranya l embut. "Sayang aku mau keluar nih," bisiku lirih. "Ohh.. Mas sayang aku juga mau" sahutnya pelan. Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku menceng keram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam. "Creett.. Ohh.. Sayang," jeritku kemudian. Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga vaginanya dan beberapa t etes meleleh keluar mengalir di kedua pahanya. Untuk beberapa saat aku mendiamka n kejadian ini sampai akhirnya penisku mengecil dengan sendirinya di dalam vagin anya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa aku ungkapkan. Demikianlah rasa rinduku terhadap kekasihku setelah beberapa lamanya tidak salin g bertemu.

Cerita Memek Lugunya Sum Pembantuku, Aku selalu membayangkan betapa nikmatnya hi dup ini kalau aku bisa bebas melakukan keinginanku tanpa ada yang melarang, dan satu hal yang selalu kuinginkan adalah aku bisa sehari-hari hidup tanpa memakai

busana, alias telanjang bulat. Dan hal ini baru dapat kulaksanakan setelah aku a khirnya memiliki rumah kontrakan sendiri. Sejak saat itu aku selalu membiasakan diriku hidup tanpa memakai busana, dan aku hanya menutupi tubuhku dengan sarung manakala aku berada di sekitar ruangan tamu, yang memang dapat terlihat dari ara h luar melalui jendela kaca yang terhalang dengan vitrage. Namun ternyata setela h 2-3 bulan aku menjalani hidup seperti ini serasa ada yang kurang, karena segal a sesuatu harus kulakukan sendiri, mulai dari mencuci baju, menyetrika, memasak air, sedangkan untuk kebutuhan makan kulakukan dengan makan di warung. Aku mulai berpikir untuk mencari pembantu yang dapat membantuku untuk melakukan kegiatan sehari-hari untuk kebutuhan hidupku. Kemudian aku memutuskan mulai mencari pembantu yang sesuai dengan kebutuhanku. S ebelum aku melanjutkan ceritaku, aku ingin berbagi dengan para pembaca, aku adal ah seorang lelaki berumur 38 tahun yang mempunyai libido yang besar, namun aku t idak suka menyalurkannya di tempat-tempat yang sering dikunjungi para hidung bel ang, selain takut membayangkan hal-hal yang negatif yang harus kualami, aku juga kurang menyukai perempuan yang hanya menjajakan seks karena profesi dan juga ka rena uang. Dan satu hal yang aneh dalam diriku adalah aku senang dengan perempua n yang masih remaja, walaupun aku tidak menolak bila berhubungan dengan wanita y ang sudah matang, karena memang dalam permainan seks, mereka jauh lebih menghany utkan dan mengasyikkan, namun bagiku selalu menimbulkan sensasi seks yang luar b iasa apabila aku membayangkan diriku sedang mencumbu seorang gadis yang masih re maja, terlebih lagi gadis yang baru tumbuh. Pada awalnya aku mulai mencari-cari gadis yang mau menjadi pembantu di panti-pan ti asuhan, namun karena prosesnya berbelit-belit, akhirnya aku memutuskan mencar inya sendiri di desa-desa, karena aku tahu jauh lebih mudah mencarinya di desa d aripada keluar masuk dari satu panti asuhan ke panti asuhan yang lain. Suatu hari, singkat cerita aku mulai menjelajah di salah satu desa di daerah Won ogiri. Aku memang sengaja berburu ke daerah itu karena terkenal akan Mbok bakul jamunya, dan aku membayangkan pasti gadis-gadis di desa itu pun terbiasa untuk m engkonsumsi jamu. Tentu aroma tubuh dan bentuk tubuh mereka akan berbeda, dan ya ng pasti akan menimbulkan gairah seksku. Sesampainya di desa itu, aku mulai mencari rumah Bapak Kepala Desa, yang disambu tnya dengan cara yang simpatik, setelah aku menjelaskan maksud dan tujuanku. Kar ena aku tidak mau tanggung-tanggung, kujelaskan secara rinci apa yang kuharapkan dengan gadis pembantu yang kuinginkan. Dan kutambahkan agar calon gadis pembant uku itu juga yang suka membuat jamu serta rajin mengkonsumsinya. Tidak lupa aku juga memperkenalkan diriku kepada Bapak Kepala Desa. "Silakan Mas Budi tunggu sebentar, nanti bapak akan panggilkan Carik Desa untuk membantu mencarinya.." "Terima kasih Pak untuk bantuannya, tolong saja kalau bisa jangan satu orang, 4 atau 5 orang supaya saya bisa memilihnya." "Tanggung beres Mas.." sahutnya tak kurang simpatiknya, dan langsung saja dia me mberikan perintah kepada anak buahnya melakukannya sesuai dengan permintaanku, " Gole'ke se'ng ayu sisan, ojo ngisin-ngisini..! (carikan sekalian yang cantik, ja ngan malu-maluin..!)" tambahnya. Dalam hati aku berpikir, baik juga bapak kepala desa ini, yang kemudian kutahu n amanya Pak Mahmud. Dan aku bertekad untuk membalas budinya bila aku memang benar -benar menemukan gadis pembantu yang cocok dengan seleraku. Selang beberapa lama, Carik Desa itu membawa 6 orang gadis yang kutaksir berumur antara 12 sampai 15 tahun. Kupandangi satu persatu, sambil kutanyakan namanya. Sampai akhirnya pada gadis yang terakhir, aku merasa cocok dengannya, wajahnya a

yu namun sifatnya pemalu, tingginya sepundakku, tubuhnya padat berisi, kulitnya kuning langsat, lehernya sedikit jenjang, denganrambut yang terurai sebahu, dan kulihat dari samping payudaranya masih baru tumbuh, namun agak mencuat ke atas s edikit. Dia tertunduk malu saat dia menyebutkan namanya, "Sumiati.." gumamnya. "Pak Mahmud, bagaimana kalau saya memilih Sum saja, dia cocok dengan selera saya ." "Wah, Mas rupanya punya selera dan mata yang tajam, Bapak sudah berpikir pasti M as akan memilihnya, karena dia memang kembang desa sini." "Ah Bapak bisa saja, saya hanya melihat Sum anaknya bersih, dan sepertinya rajin bekerja." "Monggo Mas, biar nanti Bapak yang akan menjelaskan kepada orang tuanya, dan Bap ak kenal sekali dengan Bapak dan Ibunya Sum, kapan Mas Budi akan kembali ke kota ..?" "Kalau memang bisa selesai sekarang saya tidak akan berlama-lama di sini, karena masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan di kota." "Baik kalau begitu, ayo Sum, kamu bersiap-siap untuk ikut dengan Bapak ini ke ko ta, kamu kan sudah bertekad untuk bekerja di kota, silakan pamit kepada orangtua mu, selanjutnya biar Bapak yang akan membantumu." "Oh ya Pak, tolong titip sekalian untuk orangtua Sum..!" dan aku mengeluarkan 2 buah amplop yang memang sudah kusiapkan sejak aku berangkat dari rumah, "Yang sa tu untuk orangtua Sum, dan yang satu lagi untuk Bapak, sebagai ucapan terima kas ih saya kepada Bapak yang sudah membantu saya." Pak Mahmud dengan gembira menerima pemberianku, sambil terbungkuk-bungkuk beliau menerimanya sambil tidak lupa berulang-ulang mengucapkan terima kasih, karena d ia tahu bahwa jumlah yang diterimanya bukanlah uang yang sedikit saat dia meraba tebalnya amplop yang kuberikan. Dalam perjalanan ke kotaku, Sum hanya tertunduk malu, dia hanya mendekap tas baw aannya yang tidak seberapa, mungkin hanya berisi beberapa potong baju, karena ak u sendiri sudah mengatakan kepadanya bahwa untuk kebutuhan pakaian yang akan dik enakannya akan kubelikan setibanya di kota nanti. Sepanjang perjalanan kucoba un tuk mulai akrab dengan dirinya, sambil tidak lupa kupasang musik instrumental ya ng bernuansa lembut. Perlahan-lahan kebekuan itu mulai mencair, dan Sum mulai me nceritakan dirinya yang baru 1 tahun ini lulus SD, sekarang dia baru berumur 14 tahun. "Hmm.. cocok dengan seleraku, gadis yang masih ranum, baru tumbuh, aku membayang kan mungkin buah dadanya baru tumbuh, dan pasti puting susunya pun masih sebesar pentil, ah bagaimana dengan kemaluannya.., apakah sudah ditumbuhi rambut..?" ba yangan itu membawa imajinasiku semakin melambung tinggi. Tidak terasa penisku mulai berdenyut dan bereaksi mengikuti irama lamunanku. "Hati-hati Pak..! Kok nyetirnya sambil melamun.." katanya menyadarkanku dari lam unanku. "Uups..," aku menghindar dan kurem secara mendadak saat kulihat kerbau yang meli ntas di tengah jalan yang kulalui. "Uh.., untung ada Sum, coba kalau tidak.. wah.. bisa konyol kita ya..? Sum kamu nggak usah panggil Pak kepada saya, panggil saja Mas Budi.."

"Iya Pak.., eh Mas.." awalnya Sum masih canggung untuk memanggil Mas kepadaku, n amun lama-kelamaan dia mulai terbiasa, walaupun sifat pemalunya masih saja kenta l dalam dirinya, tetapi itu justru yang menimbulkan gairahku semakin meninggi. "Sabar.. sabar.." kataku pada diriku sendiri, aku harus memulainya dengan perlah an-lahan, jangan sampai seluruh rencanaku hancur karena terlalu terburu-buru, da n aku sudah bertekad untuk menikmati hidup ini secara perlahan-lahan. Sesampainya di rumah kontrakanku, aku menunjukkan kamar Sum di bagian tengah, ka rena rumah kontrakan-ku memang hanya terdiri dari 3 kamar. Yang di depan kupakai sebagai ruang kerjaku, yang satu lagi kupakai untuk ruang tidurku. Ruang tidurk u dan ruang tidur Sum dipisahkan dengan kamar mandi. Pada saat aku mengontrak rumah ini, aku sudah merombak bagian ruang tidurku, kut empatkan lemari gantung yang bila kubuka pintunya, aku dapat melihat ke kamar ma ndi dengan bebas, karena aku menempatkan one way mirror berukuran 1 x 1.2 meter di dalamnya. "Nanti saja kamu mandinya Sum, tunggu saya, saya akan keluar sebentar, kamu bere s-beres rumah saja, tolong sapu dan bersihkan rumah sepeninggal saya, kamu lihat sendiri banyak debu yang harus dibersihkan." pesan saya padanya. "Baik Mas.." katanya lembut. Dan Sum tanpa canggung sudah melakukan tugas yang kuberikan dengan mengambil sap u di belakang. Kupacu mobilku menuju Departemen store di kotaku, lalu aku mulai sibuk memilih b eberapa t-shirt Nevada yang ketat dengan bahan yang agak tipis, beberapa celana dalam yang bentuknya seksi, 2 potong handuk berukuran sedang, serta rok pendek y ang kuperkirakan hanya sebatas paha bila dikenakan oleh Sum. Dalam perjalan pula ng, aku sudah membayangkan betapa nikmatnya memandangi tubuh Sum yang dibalut de ngan t-shirt tanpa BH, serta rok pendek yang dikenakan, hmm.., tidaklupa aku mem belikan sabun mandi Pquito untuknya, agar tubuhnya harum. Sengaja aku tidak memb elikan BH satupun untuk dirinya, karena memang aku bermaksud agar Sum tidak mema kainya sepanjang hari. Setibanya aku di rumah, kulihat Sum sedang membersihkan kaca jendela depan rumah . "Wah.., kamu rajin sekali Sum, terima kasih, tidak salah aku memilihmu." sapaku padanya. "Ah Mas bisa saja, ini biasa saya lakukan kalau saya ada di rumah." katanya samb il terus melakukan pekerjaannya tanpa memperhatikanku. Aku masuk ke kamar Sum, dan mulai aku membongkar tasnya. Seperti dugaanku, Sum h anya membawa 2 potong rok terusan dan 1 buah kutang kecil serta 2 buah celana da lam yang terbuat dari bahan murahan. Kuambil seluruhnya dan kubungkus dengan tas plastik, lalu kusembunyikan di lemari ruang tidurku. "Sum.. kalau kamu sudah selesai membersihkan kaca jendela, mandi dulu, kemudian siapkan makanan yang kubeli tadi." kataku setelah menyusun rencanaku. "Iya Mas.." sahutnya sambil tetap membersihkan kaca jendela yang tinggal sedikit lagi. Sesaat kemudian Sum masuk ke kamarnya, dan tampaknya dia bingung mendapatkan tas nya kosong, lalu memanggil diriku sambil membawa t-shirt, rok pendek, celana dal am yang seksi dan handuk.

"Mas.. Baju Sum kemana..?" tanyanya. "Oh.. bajumu itu tidak baik untuk dipakai di kota, Mas akan malu kalau nanti ada teman-teman Mas kesini.., jadi Sum pakai saja baju yang sudah Mas belikan untuk mu ya..?" "Tapi..?" nampaknya Sum ragu-ragu untuk melanjutkan kata-katanya. "Tapi apa Sum..?" "Kutangnya mana..?" "Wah Sum.. kamu kan masih kecil.., tidak perlu kamu menggunakan kutang itu, kuta ng itu pun sudah jelek sekali, dan itu akan menghalangi pertumbuhan buah dadamu. ., sudahlah kamu pakai saja kaos yang kubelikan tadi." kataku mencoba menjelaska n. "Tapi Sum malu Mas.., nanti akan kelihatan.." jawabnya malu. "Iya tidak Sum, justru akan kelihatan indah sekali kalau tubuhmu hanya dibalut d engan kaos yang kubelikan, percayalah..! Coba saja ya..? Dan kamu ganti baju yan g sekarang kamu pakai, mungkin sudah bau keringat." Akhirnya walau dengan berat hati, Sum masuk ke kamar mandi dengan membawa t-shir t serta rok pendeknya. Tidak lupa aku menjelaskan kepada Sum bagaimana caranya menggunakan shower dan b ermandi dengan air hangat, karena memang kamar mandiku tidak memakai bak mandi. Setelah dia mengerti, aku tinggalkan dirinya. Begitu Sum masuk kamar mandi, bergegas aku pun masuk kamar tidurku untuk siap-si ap melihat pemandangan yang menggairahkan. Kubuka bajuku sehingga aku telanjang bulat, dan aku mulai membuka lemari gantungku. Dan pemandangan di depan mataku m embuatku terpana, jantungku berdebar-debar saat Sum mulai membuka rok terusannya , sehingga dia hanya memakai kutang kecil dan celana dalam murahan. Libidoku mul ai menaik, aku terangsang dengan pemandangan di hadapanku. Sesaat kemudian Sum m embungkuk untuk membuka celana dalamnya, dan aku melengguh ketika Sum akhirnya m embuka kutang kecilnya, dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Kulihat tubuh Sum begitu padat berisi, tubuh seorang gadis yang baru tumbuh, bua h dadanya masih belum menonjol betul, hanya segenggam telapak tangan saja. Seper ti bayanganku, puting susunya masih belum begitu besar, berwarna merah muda kont ras dengan warna kulit tubuhnya yang kuning langsat, namun itu justru sangat men ggairahkan diriku. Perutnya rata, namun saat kulihat di bagian bawah perutnya, u gh.., nampak bagian itu agak menonjol keluar, agak gemuk sedikit. Dan yang membu atku semakin berdebar dan bernafsu, kemaluan Sum belum lagi ditumbuhi oleh bulu, masih mulus, hanya ada beberapa lembar bulu, itu pun masih bulu yang halus. Pemandangan di depan mataku membuatku semakin melambung tinggi dalam nafsuku, ta nganku mulaimemainkan penisku yang sudah berdenyut-denyut dan bereaksi sejak tad i. Secara perlahan aku mulai mengocok penisku dengan tangan kananku, sementara t angan kiriku mulai membelai-belai sekujur tubuhku mulai dari perut dan berakhir di puting susuku. Aku semakin menggelinjang saat jari jemariku memainkan puting susuku, sensasi yang luar biasa mulai menerpaku. Tidak puas dengan keadaan itu, aku mengambil penis karet dari lemari bajuku yang berukuran tidak terlalu besar yang kubeli saat aku pergi ke luar negeri. Sengaja aku memilih yang berukuran ti dak terlalu besar yang berdiameter hanya 2 cm, kulumuri dengan baby oil, dan kul etakkan di tempat dudukku. Penis karet yang kubeli itu dapat diletakkan dengan k ondisi berdiri mengacung ke atas, karena bagian bawahnya dilengkapi dengan semac

am piringan. Aku mulai menempatkan diriku dengan anusku tepat di atas penis karet itu, sement ara tangan kananku masih terus memempermainkan penisku dan tangan kiriku tetap m empermainkan puting susuku, kiri dan kanan. Aku mulai mendesah saat penis karet di tempat dudukku mulai menyentuh anusku, terasa bergetar menimbulkan perasaan y ang sulit kuceritakan. "Sshh.. ahh.." Sementara di kamar mandi, Sum mulai dengan menyalakan shower, dan air yang menga lir mulai membasahi rambutnya. Lalu perlahan-lahan tangannya mulai membersihkan dirinya dengan sabun mandi, dan aku semakin larut dalam nafsuku saat tangannya m ulai membersihkan ketiaknya yang belum lagi ditumbuhi bulu. Aku semakin menggeli njang dipenuhi oleh rasa nikmat di sekujur tubuhku. Sum mulai menggosok-gosok bu ah dadanya dengan cairan sabun di tangannya. Matanyaterpejam saat tangannya mula i meremas-remas buah dadanya sendiri. Entah karena rasa nikmat yang dirasakannya atau memang hanya kebiasaannya. Yang jelas pemandangan itu membuatku semakin me nggila dalam nafsuku. Sum masih asyik menggosok-gosok buah dadanya tanpa menyada ri bahwa aku sedang menikmati tubuhnya yang ranum dan menggairahkan itu dari seb elah kamar. Nafsuku semakin memuncak saat kulihat Sum mengambil shower dan mulai membersihka n kemaluannya. Dengan tangan kanannya, diarahkan air yang memancur dari shower i tu tepat ke arah kemaluannya. Tangan kirinya mulai menggosok-gosok kemaluannya d engan cairan sabun. Nampak Sum sepertinya menikmati apa yang sedang dilakukannya . Bibirnya yang seperti gendewa itu mulai terbuka, dan yang lebih membuatku berd ebar adalah saat Sum mulai menggosok-gosokan shower itu langsung ke bibir kemalu annya, rupanya semburan air dari shower itu menimbulkan sensasi seks dalam dirin ya yang selama ini belum pernah dia rasakan, terlebih lagi saat shower itu menye ntuh kelentitnya yang masih sebesar kacang. Sum terjengkit kenikmatan.., Sum mulai menyandarkan tubuhnya di dinding berhadap an dengan One way mirror di kamarku, sehingga semakin jelas aku dapat melihat pe mandangan yang menggairahkan itu. Tubuhnya melengkung ke belakang, dan tangan ki rinya mulai meraba-raba buah dadanya sambil sekali-sekali meremasnya. Aku tidak dapat membayangkan bahwasanya Sum gadis yang lugu yang baru saja datang dari des a dapat melakukan hal itu. Mungkin sensasi itu baru ditemukannya saat dia mulai menikmati guyuran air hangat dari shower yang selama ini belum pernah dia alami. Kocokan tangan kanan di penisku mulai kulakukan semakin cepat, dan tidak henti-h entinya aku memilin puting susuku kiri dan kanan. Aku semakin bergairah saat pen is karet di tempat dudukku mulai memasuki lorong kenikmatan di anusku. Otot di s ekitar anusku mulai bereaksi mengejut dan mengembang. Dan saat aku menurunkan tu buhku, penis karet itu masuk semakin dalam, gairahku memuncak. Dan ketika seluru h penis karet sepanjang 12 cm itu menghunjam bagian belakang tubuhku, aku meleng king, "Aaahh..!" baru kali ini aku merasakan hal itu, karena biasanya memang han ya sebatas ujungnya saja yang kumasukkan ke dalam anusku, hanya untuk menambah r asa nikmat saat aku beronani. Kugoyangkan pantatku sedimikian rupa sehingga aku dapat merasakan penis karet itu berputar di dalamnya, sungguh menimbulkan rasa n ikmat yang tiada taranya, dan tanganku tetap bermain dengan penis dan puting sus uku. Kulihat Sum mulai mempermainkan puting buah dadanya yang mengeras dengan jarinya sambil sesekali meremas buah dadanya. Sementara dengan tangan kanannya, shower itu tetap digesek-gesekkan ke kelentitnya. Tiba-tiba tubuh Sum melengkung ke dep an, dan kulihat kedua pahanya menjepit shower dan tubuhnya bergetar. Ah.., dia o rgasme. Bayangkan.., gadis lugu dari desa berumur 14 tahun melakukan masturbasi sampai orgasme di kamar mandiku, sementara di sebelah kamar, aku menikmatinya sa mbil beronani juga. Kupercepat dan kupercepat kocokan tanganku di penisku, sampa i akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang akan meletup dan meledak dari dalam tu buhku. Dan akhirnya, "Cret.. cret.. cret.." 7 kali semburan kurasakan air maniku

tertumpah dari saluran penisku menyembur membasahi tempat dudukku dan pahaku, y ang menimbulkankenikmatan yang tiada taranya, disertai dengan otot anusku yang m engejut memilin penis karet yang ada di dalamnya. Aku terduduk lemas sambil teta p melihat Sum yang mulai mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Agh.. aku membayangkan betapa nikmatnya kalau aku dapat menggumuli tubuh Sum yan g masih ranum itu, namun aku masih mempunyai rencana lain, aku akan meletakkan p enis karetku di kamar mandi suatu saat nanti. Dan aku mengharapkan dapat menikma ti pemandangan yang lebih menggairahkan lagi saat aku membayangkan Sum akan berm ain-main dengan penis karet itu. Cepat-cepat kubereskan tempat dudukku, aku terjengkit dengan rasa nikmat saat ku tarik penis karet dari anusku. Kubersihkan air maniku dengan tissue, dan saat ak u keluar dari kamarku, kuterpana dan gairahku muncul kembali ketika melihat Sum dengan rambut yang tergerai tersisir rapi memakai t-shirt dan rok pendek yang ku belikan. Tubuhnya yang padat berisi, dengan buah dadanya yang baru tumbuh, terce tak dengan jelas pada t-shirt yang ketat, nampak puting susunya masih mengeras, menimbulkan pemandangan yang menggairahkan bagi diriku. "Gimana mandinya Sum.., enak..? Sudah segar kan..? Ayo atur makan, kita makan, a ku sudah lapar..!" "Iya Mas.., segar, terima kasih.." "Wow.., kamu cantik sekali dengan baju barumu Sum, pasti banyak laki-laki yang m enginginkanmu.." "Aah Mas bisa saja.." katanya tersipa dan Sum tertunduk malu. Saat kutulis cerita ini, aku masih dengan keadaan telanjang bulat sambil memperm ainkan penisku, sementara Sum sedang mempersiapkan makan siang untukku, tentunya dengan tubuhnya yang terbalut t-shirt yang ketat dan rok yang pendek sebatas pa ha. Sesekali kutengok dia, dari one-way mirror di kamar kerjaku, dan pemandangan yang paling kusuka adalah saat dia harus membungkuk, aku bisa melihat celana da lam yang seksi, berbentuk segitiga kecil membelah buah pantatnya, menerus ke dep an ke arah bibir kemaluannya. Ada komentar dan idea..? Supaya aku bisa melanjutkan apa yang harus kulakukan de ngan Sum, supaya hidupku lebih bergairah lagi..

Cerita Memek Pijat Payudara, Cerita ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu , waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, sebut saja nama tem an Om saya Dody. Om Dody mempunyai istri namanya Tante Rina. Umur Om Dody kira-k ita 40 tahun sedangkan Tante Rina berumur 31 dan mereka mempunyai anak berumur 5 tahun bernama Dino. Om Dody adalah teman baik dan rekan bisnis Om saya. Tante R ina Seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang indah terutama bagian pa yudara yang indah dan besar. Keindahan payudaranya tersebut dikarenakan Tante Ri na rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya selalu pada payudaranya Tante Rina. Tak terasa sudah hampir seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dody pergi ke kantor dan Dino pergi rumah neneknya) Tante Rina memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kama r Tante Rina, tampak tante cuma mengenakan kaos kutung tanpa menggunakan bra seh ingga dadanya yang indah telihat nampak membungsung. "Van, Mau tolongin Tante", Katanya. "Apa yang bisa saya bantu Tante". "Tante minta tolong sesuatu tapi kamu, tapi kamu harus rahasiain jangan bilang s

iapa-siapa". "Apaan Tante kok sampe musti rahasia-rahasian". "Tante Minta tolong dipijitin", katanya. "Kok pijit saja musti pakai rahasia-rahasian segala". "Tante minta kamu memijit ini tante", katanya sambil menunjukkan buah dadanya ya ng montok. Saat itu saya langsung Grogi setengah mati sampai tidak bisa berkata apa-apa. "Van, kok diem mau nggak?", tanya Tante Rina lagi. Saat itu terasa penisku tegan g sekali. "Mau nggak?", katanya sekali lagi. Lalu kukatakan padanya aku bersedia, bayangin saya seperti ketiban emas dari lan git, memegang buah dada secara gratis disuruh pula siapa yang nggak mau? Lalu sa ya bertanya mengapa harus dipijat buah dadanya, dia menjawab supaya payudaranya indah terus. Selanjutnya tante mengambil botol yang berisi krem dan dia segera duduk di tepi ranjang. Tanpa banyak bicara dia langsung membuka pakaiannya dan membuka BH-nya, segera payudaranya yang indah tersebut segera terlihat, kalau saya tebak payuda ranya ukuran 36B, Puting susu kecil tapi menonjol seperti buah kelereng kecil ya ng berwarna coklat kemerah-merah. "Van, kamu cuci tangan kamu dulu gih", katanya. Segera saya buru-buru cuci tangan di kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya . Ketika saya balik, Tante sudah berbaring telentang dengan telanjang dada. Wuih , indah sekali. Ia memintaku agar melumuri buah dadanya secara perlahan kecuali bagian puting susunya dengan krim yang diambilnya tadi. Grogi juga, segera kuamb il krem dan kulumuri dulu di tanganku kemudian secara perlahan kulumuri payudara nya. Gila rasanya kenyal dan lembut sekali. Perlahan kutelusuri buah dadanya yan g kiri dan yang kanan dari pangkal sampai mendekati puting. Sementara tanganku m engelus dadanya, kulihat nafas tante tampaknya mulai tidak beraturan. Sesekali mulutnya mengeluarkan bunyi, "Ahh.., ahh". Setelah melumuri seluruh pay udaranya, tante memegang kedua tanganku, rupanya ia ingin mengajariku cara memij at payudara, gerakannya ialah kedua tanganku menyentuh kedua buah payudaranya da n melakukan gerakan memutar dari pangkal buah dadanya sampai mendekati puting su sunya, tante meminta saya agar tidak menyentuh puting susunya. Segera kulalukan gerakan memutari buah kedua buah payudaranya, baru beberapa gerakan tante memint aku agar gerakan tersebut dibarengi dengan remasan pada buah dadanya. Tante sema kin terangsang nampaknya terus ia memintaku, "aahh, Van tolong remas lebih keras ". Tanpa ragu keremas buah dada yang indah tersebut dengan keras. Sambil meremas aku bertanya mengapa puting susunya tidak boleh disentuh? Tiba-tiba ia menjamba k rambutku dan membawa kepalaku ke buah dadanya. "Van, Tante minta kamu hisap puting susu Tante", katanya sambil napasnya terseng al-sengal. Tanpa banyak tanya lagi langsung ku hisap puting susu kanannya. "Van, hisap yang kuat sayang.., aah", desah Tante Rina. Kuhisap puting susu itu, terus ia berteriak, "Lebih kuat lagi hisapanya". Setelah sekitar 10 menit kuhisap puting di buah dada kanannya gantian buah dada kiri kuhisap. Sambil kuhisap buah dadanya tante membuka celananya sehingga dia d alam keadaan telanjang bulat. Kemudian dia membuka celanaku dan meremas penisku. Tante kemudian memintaku telungkup menindih tubuhnya, sambil menghisap-hisap pa yudaranya tante memegang penisku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. Setel ah melalui perjuangan akhirnya penisku memasuki vagina tanteku. Semua ini dilaku kan sambil mengisap dan meremas-remas buah dadanya. Pinggulku segera kugenjot da n terasa nikmat luar biasa sedangkan tante berteriak karena orgasme sudah dekat. Tak lama kemudian tante nampak sudah orgasme, terasa di liangnya tegang sekali. Kemudian giliranku menyemburkan air maniku ke liangnya dan kami pun terdiam meni kmati momen tersebut, setelah itu tante mencium bibirku dengan lembut. "Tadi nikmat sekali", katanya terus dia memintaku besok kembali memijat payudara nya, dan aku mengiyakan. Kemudian aku bertanya kepada tante kenapa dia begitu se

nang buah dadanya di sentuh dan dihisap, jawabnya ia tidak bisa melakukan hubung an seks kalau buah dadanya tidak dirangsang terus-menerus. Saat kutanya mengapa dia memilihku untuk melakukan hubungan Seks, dia menjawab dengan enteng, "Saat k amu mandi, tante ngintip kamu dan tante lihat penis kamu besar.."

You might also like