You are on page 1of 20

Toxoplasma gondii I.

DEFINISI Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa parasit intraseluler yang dapat menyebabkan infeksi pada fetus dan sering timbul pada bayi baru lahir sebagai penyakit yang bersifat lokal ataupun general, berbentuk bulan sabit, dengan panjang 4-7m, dan memiliki nukleus tunggal yang terletak sentral. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Toxoplasmosis merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh karena infeksi Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii merupakan parasit protozoa intraseluler obligat yang selain menginfeksi manusia juga dapat menginfeksi hewan. Kucing domestik merupakan pejamu definitif dari Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia pertama kali oleh Castellani, Yanku, kemudian oleh Torres, dan mengklasifikasikan parasit tersebut sebagai suatu "encefalon". Hospes definitif adalah kucing dan Filidae, dan hospes perantaranya adalah manusia dan mamalia lainnya serta beberapa jenis burung.

II. EPIDEMIOLOGI Angka kejadian Toxoplasmosis di berbagai negara berbeda-beda dan lebih sering ditemukan didaerah dataran rendah dengan kelembapan udara yang tinggi. Di Amerika Serikat dilaporkan 5-30% penderita berumur 10-19 tahun dan 10-67% pada kelompok umur diatas 50 tahun. Di Inggris dilaporkan angka prevalensi 30%, sedangkan di Paris 87% dan hal ini erat hubungannya dengan kebiasaan makan daging setengah matang. Data yang diperoleh dari National Collaborative Perinatal Project (NCPP) menunjukkan angka prevalensi toxoplasma 38,7% dari 22.000 wanita di Amerika Serikat, dan insidensi infeksi akut pada ibu selama kehamilan diperkirakan 1,1/1000. Menurut penelitian terakhir, insidensi dari infeksi toxoplasma kongenital di Amerika Serikat mencapai 1-8/1000 kelahiran. Transmisi

vertikal T.gondii dari ibu ke bayi berkisar antara 30-40%, namun angka tersebut sangat bervariasi menurut usia hehamilan dimana infeksi akut tersebut muncul. Angka transmisi rata-rata pada trimester pertama sekitar 15%, namun meningkat hingga mencapai 60% pada trimester ketiga. Kejadian pertama infeksi pada ibu atau matemal selama kehamilan ditaksir 6 per 1000 kehamilan di USA. Pada studi perspektif diperkirakan 44 infeksi per 1000 kehamilan selama 40 minggu. Lebih kurang 45% wanita hamil dengan infeksi akuisita tanpa pengobatan akan melahirkan bayi dengan infeksi kongenital.

Di

Indonesia,

survey

prevalensi

zat

antitoxoplasma

dengan

hemaglutination test indirect dibeberapa daerah menunjukkan bahwa seropositifvitas berkisar antara 2-53%. Di Jakarta ditemukkan prevalensi 1012,5%. Cross (1975) dan Beaver (1986) mengatakan bahwa zat

antitoxoplasma meningkat sesuai umur dant tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan wanita. Sedang di Indonesia sesuai dengan penelitian Srissi (1980) tidak ditemukkan adanya hubungan tersebut. Penelitian Sayogo (1978) melaporkan bahwa dari 288 wanita hamil yang berkunjung ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, angka kejadian seropositif terhadap Toxoplasma adealah 14,25%. Pada penelusuran selanjutnya terdapat 4 persalinan premature dan 1 kasus dengan kelainan congenital. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa anjing dan kucing merupakan hospes yang sangat potensial, hal ini disebabkan oleh hewan-hewan ini umumnya hidup secara bebas dan makan daging mentah yang mengandung tropozoit. Prevalensi pada laki-laki lebih besar daripada wanita, seperti di Irian Jaya laki-laki 31,6% dan di Palu 13%. Hal ini disebabkan kehidupan sosio-budaya di daerah tersebut, laki-laki sering berada di luar, sering berburu dan lebih dekat berhubungan dengan ternak, selain kebiasaan memakan daging setengah matang.

III. ETIOLOGI 1. Toxoplasmosis kongenital, transmisi Toxoplasma gondii ke janin in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil.

2. Toxoplasmosis akuisita, infeksi terjadi bila makan daging mentah atau kurang matang (sate), kalau daging tersebut mengandung kista atau trofozoid Toxoplasma gondii. 3. Infeksi di laboratorium binatang percobaan yang mengandung

Toxoplasma gondii, melalui jarum suntik dan alat laboratorium lain yang terkontaminasi. Wanita hamil tidak dianjurkan bekerja di lingkungan yang mengandung Toxoplasma gondii hidup. 4. Tidak mencuci tangan setelah berkebun, membersihkan tempat kucing buang air besar, atau apa saja yang bersentuhan dengan feces kucing 5. Transplantasi organ atau transfusi (jarang terjadi)

IV. MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP Toxoplasma gondii mempunyai tiga bentuk, yaitu : 1. Ookista, dibentuk dalam mukosa usus kucing melalui gametogametogoni (reproduksi seksual), dikeluarkan melalui tinja, dan di tanah akan membentuk dua sporakista dan masing-masing membentuk 4 sporozoid. Ookista menjadi matang dalam 1-5 hari menjadi sporozoid infektif. Seekor kucing mengeluarkan 10 juta ookista/hari dalam 2 minggu.

2. Takizoit (tachyzoid trofozoit yang membelah cepat).

Bentuk ini ditemukan pada infeksi akut. Trofozoit ini dibebaskan dari ookista dan kista ke aliran darah dan masuk ke berbagai organ di tubuh dan akan menjadi kista. 3. Kista, yang terbentuk dalam jaringan tubuh hospes perantara, berisi bradizoit (trofozoit yang membelah perlahan), jadi tidak dibentuk stadium seksual tetapi stadium istirahat (kista).

Kista ditemukan pada infeksi menahun terutama di otak, otot skeletal dan otot jantung dan dapat menetap seumur hidup. Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, di otot mengikuti bentuk sel otot. Trofozoid dan kista jaringan terdapat di semua binatang hospes perantara dan pada kucing sebagai hospes definitive (complete host). Trofozoid berbentuk serupa bulan sabit dengan satu ujung yang runcing dan ujung lain yang agak membulat. Panjangnya 48 u dan mempunyai satu inti yang letaknya kira-kira di tengah. Trofozoid

berkembang biak dalam sel secara endodiogoni. Bila sel penuh dengan trofozoid, maka sel akan pecah, trofozoid memenuhi sel-sel di sekitarnya atau difagositosis oleh makrofag, sel tersebut dinamakan pseudokista dan dapat ditemukan dalam waktu lama. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila trofozoid yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, yang kecil mengandung beberapa organisme, yang besar 200 u mengandung kira-kira 3000 organisme. Toxoplasma gondii mempunyai 2 siklus hidup yaitu siklus seksual, skizogoni dan gametogoni (fase isosporan) yang terjadi didalam epitel intestinum pejamu definitive (kucing peliharaan). Siklus A-seksual (fase toksoplasmik) yang terjadi di dalam tubuh manusia. Pada fase akut, takizoit dalam sel retikuler endothelial akan membentuk pseudokista dan pada keadaan menahun membentuk kista di dalam jaringan. Ookist ditemukan dalam usus kucing dan binatang sejenisnya (fellidae), di sini terjadi daur siklus seksual dan dihasilkan ookista bersama tinja. Ooksita bersifat infeksius yang dikeluarkan, ditanah dapat hidup bertahun-tahun dan di luar tubuh kucing akan membentuk sporokista yang masing-masing berisi 4 protozoit. Toxoplasma diperoleh oleh kucing yang rentan dengan menelan daging terinfeksi yang mengandung bradizoit dalam kista atau dengan menelan ookista yang ekskresi oleh kucing lain yang baru terinfeksi.

Parasit

kemudian

bermultifikasi

melalui

siklus

skizogonik

dan

gametogonik pada epitel ileum distal usus kucing. Setiap sporokista matang menjadi empat sporozoit. Dalam sekitar dua minggu kucing mengekskresi 105 107 ookista setiap hari, yang pada lingkungannya cocok, dapat mempertahankan kehidupannya selama setahun atau lebih. Ookista membentuk spora 1-5 hari sesudah ekskresi dan kemudian infeksius. Ookista mati dengan pengeringan, pendidihan, dan pemanjaan pada beberapa bahan kimia kuat, tetapi pemutih tidak dapat membunuhnya. Ookista telah diisolasi dari tanah dan pasir yang sering di datangi kucing, dan wabah yang dihubungkan dengan air yang terkontaminasi telah dilaporkan. Ookista dan kista jaringan merupakan sumber infeksi binatang dan manusia. Ookista yang membentuk sporozoit bila tertelan oleh mamalia akan membentuk tropozoit dalam darah, cairan tubuh dan jaringan. Tropozoit ini akan membelah dengan cepat sehingga tropozoit ini sering juga disebut takizoit. Merozoit akan keluar dari sel hospes yang rusak kemudian memasuki sel yang baru untuk selanjutnya menjadi tropozoit dan skizon. Selain itu, merozoit juga dapat mengalami diferensiasi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Kemudian mikrogamet akan berkontak dengan makrogamet dan menghasilkan kista. Oleh karena pembelahan yang lambat, hasil ini sering disebut baradizoit. Kista dapat hidup bertahun-tahun di dalam jaringan otak, limpa dan ginjal.

Toxoplasma gondii didalammakrofag dapat mencegah fusi fagosom dan lisosom, dapat memblok reseptor sel efektor dan membentuk kista jaringan yang berada dalam keadaan dormant. Hal-hal tersebut menungkinkan toxoplasma dapat menghindarkan diri dari system kekebalan tubuh, sehingga dapat menyebabkan infeksi.

Siklus Secara Seksual Organism ( baik sporozoit dari ookista/tropozoit dari kista jaringan ) yang termakan oleh kucing Menyerang mukosa sel usus halus kucing Membentuk skizon atau gametosit Ookista Masuk kedalam lumen usus dan keluar bersama tinja

Siklus Secara Aseksual Ookista yang masuk kedalam tubuh akan pecah dilumen usus halus dan membebaskan 8 sporozoit Menembus dinding usus Beredar dalam tubuh melalui pembuluh darah dan saluran limfa, menyerang berbagai sel

Membentuk tropozoit yang berkembang baik secara cepat ( takizoit ) dan menandakan adanya stadium akut.

Jika terdapat kekebalan tubuh yang cukup, maka pelepasan ookista dan takizoit terhambat. Lalu akan terjadi pembentukan bradizoit yang menunjukan adanya atadium kronis.

V. PATOFISIOLOGI Invasi kista atau ookista terjadi di usus, parasit memasuki sel atau difagositosis, berkembang biak dalam sel dan menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang sel-sel lain. Dengan adanya parasit di dalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh tubuh mudah terjadi. Trofozoid dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes (manusia) yaitu semua sel yang berinti termasuk garnet, bahkan zygote sehingga terjadi kegagalan fertilisasi. Kista dibentuk jika sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan di berbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung pada :

1. Umur (pada bayi kerusakannya lebih berat dari orang dewasa) 2. Virulensi strain Toxoplasma 3. Jumlah parasit 4. Organ yang diserang. Lesi susunan saraf pusat (SSP) dan mata biasanya lebih berat dan permanen, oleh karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan untuk berregenerasi. Kelainan SSP berupa nekrosis yang disertai dengan kalsifikasi; penyumbatan mengakibatkan hidrosefalus pada bayi. Pada infeksi akut retina terdapat reaksi radang fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit dan menyebabkan kerusakan fokal, pada proses

penyembuhan terjadi sikatrik dengan atrofi retina dan koroid disertai pigmentasi.

VI. GEJALA KLINIS 1. Ibu Gejala-gejala dari infeksi toxoplasma akut pada wanita hamil dapat bersifat sementara dan tidak spesifik, dan sebagian besar kasus menjadi tidak terdiagnosa tanpa tersedianya skrining antibodi universal. Ketika gejala-gejala timbul, biasanya terbatas pada limfadenopati dan kelelahan; adenofati dapat menetap selama berbulan-bulan dan melibatkan suatu nodus limfatikus tunggal. Kadang dapat pula ditemukan sindrom mirip mononukleosis dengan karakteristik berupa demam, malaise, tenggorokan gatal, nyeri kepalla, mialgia, dan limfositosis atipikal.

2. Anak Seorang anak dengan infeksi toxoplasma kongenital dapat muncul dengan satu dari empat pola yang dikenal dengan: a. penyakit neonatus simptomatik b. penyakit simptomatik yang timbul pada bulan pertama kehidupan c. sekuele atau relaps d. infeksi subklinis. Kebanyakan anak dengan toxoplasmosis kongenital tidak menunjukkan gejala atau kelainan yang nyata pada waktu lahir. Mengenai infeksi kongenital ini menggambarkan reaktifasi dari

infeksi Toxoplasma sebelumnya atau infeksi yang baru didapat belum dapat dipastikan, namun gambaran riwayat penyakit dari anak dengan infeksi kongenital menunjukkan bahwa perawatan prenatal dan postnatal selama paling sedikit satu tahun dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan, bahkan pada anak dengan kalsifikasi susunan saraf pusat atau kelainan retina. Secara umum manifestasi klinis dari toxoplasmosis dibagi menjadi 2: a. Manifestasi sistemik meliputi demam, hepatosplenomegali, anemia, serta pneumonitis yang terjadi karena adanya parasitemia. b. Manisfetasi neurologik meliputi kelainan-kelainan seperti korioretinitis, hidrosefalus, serta serangan kejang yang terjadi karena adanya invasi parasit melewati barier otak, maupun deposit dari kista parasit di jaringan otak.

Trias klasik dari toxoplasmosis kongenital, yaitu korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial, hanya ditemukan dalam proporsi yang sedikit pada kasus-kasus simptomatik. Demam, hepatosplenomegali, anemia, dan ikterik merupakan tanda-tanda yang lebih sering muncul. Bercak-bercak merah, trombositopenia, eosinofilia, dan pneumonitis kadang dapat ditemukan. Cairan spinal sering mengalami abnormalitas. Keterlibatan sistem neurologis dan okular seringkali timbul kemudian apabila tidak ditemukan pada saat kelahiran. Kejang, retardasi mental, dan kekakuan adalah sekuele yang sering ditemukan.

VII. PENATALAKSANAAN 1. Bagi ibu dan fetus yang terinfeksi Terapi maternal untuk wanita yang memperoleh infeksi toxoplasma selama kehamilan mengurangi peluang terjadinya transmisi kongenital hingga 70%. Skrining sebelum hamil atau pada awal kehamilan diperlukan untuk mendeteksi wanita dengan resiko terinfeksi. Apabila seorang ibu hamil terdeteksi terinfeksi toxoplasma, maka dapat diberikan terapi maternal berupa spiramycine 3 gram per hari. Terapi ini terus dilanjutkan selama kehamilan. Perlu juga dilakukan evaluasi tentang kemungkinan infeksi pada fetus. Ketika infeksi pada fetus sudah dapat ditegakkan, terapi maternal diganti dengan kemoterapi anti-Toxoplasma kombinasi, regiman yang digunakan adalah pyrimethamine 50 mg per hari dan sulfadiazine 3 gram

per hari setelah usia kehamilan 24 minggu. Preparat asam folat juga dapat diberikan untuk mencegah timbulnya efek samping akibat pemberian pyrimethamine. 2. Bagi bayi baru lahir Pada bayi baru lahir dengan infeksi Toxoplasma, dapat diberikan kemoterapi anti-Toxoplasma kombinasi yang terdiri dari pyrimethamine 1mg/kgBB per hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB tiap 2 hari selama 10 bulan, sulfadiazine 50 mg/kgBB per hari, serta asam folat 5-10 mg 3 kali seminggu untuk mencegah efek samping dari pyrimethamine. Selain pemberian obat-obatan, follow up yang teratur juga diperlukan untuk mendeteksi manifestasi penyakit lebih awal, melakukan terapi tambahan atau modifikasi terapi bila diperlukan, dan menentukan prognosa. Hitung darah lengkap 1-2 kali per minggu untuk pemberian dosis pyrimethamine harian dan 1-2 kali per bulan untuk pemberian dosis pyrimethamin tiap 2 hari dilakukan untuk memonitor efek toksik dari obat. Diperlukan pula pemeriksaan pediatrik yang lengkap, meliputi pemeriksaan perkembangan saraf setiap bulan, pemeriksaan oftalmologi setiap 3 bulan sampai usia 18 bulan kemudian setiap tahun sekali, serta pemeriksaan neurologis tiap 3-6 bulan sampai usia 1 tahun.

VIII. PROGNOSIS

Bayi yang terinfeksi toxoplasma sejak lahir apabila tidak dirawat akan memiliki prognosa yang buruk. Pada beberapa kasus yang tidak mendapatkan perawatan, didapatkan perkembangan menjadi korioretinitis, kalsifikasi serebral, serangan kejang, dan retardasi psikomotor. Kini, manfaat dari diagnosa dini pada periode antenatal, terapi antenatal, dan terapi setelah bayi lahir sudah terbukti dalam menurunkan frekuensi dari sekuele neurologis mayor.

IX. PENCEGAHAN Perlu diadakan tindakan tindakan pencegahan selain pengobatan yang telah ada : 1. Deteksi dini a. Skrining pada wanita hamil, yaitu memeriksa titer zat anti Toxoplasma yang mulai hamil, dan diulang 2-3 minggu kemudian pada wanita yang seronegatif. Sebaiknya dilakukan pada wanita sebelum hamil. b. Dianjurkan agar calon suami-isteri menjalani pemeriksaan

serodiagnosis sebelum pernikahan. c. Setiap wanita infertil primer/sekunder dengan gejala infeksi-infeksi subklinis, sebaiknya dilakukan serodiagnosis terhadap Toxoplasmosis, kuman TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalo virus dan Herpes simplex virus). d. Melakukan diagnosis prenatal, seperti memeriksa darah fetus langsung terhadap kontaminasi darah ibu, mengisolasi parasit dengan

mengokulasi darah fetus pada tikus (mice); ataupun pemeriksaan serologic dari IgM (Immunosorbent assay) dan IgG (dye test), ultrasound examination, dan lain-lain. e. Memeriksa titer zat anti Toxoplasma IgG pada anak beberapa kali

dalam tahun pertama dan memeriksa IgM pads neonatus. Biasanya IgG yang diperiksa karena lebih mudah dan murah, sedangkan IgM hanya dilihat pada bulan-bulan pertama saja dan lebih mahal dan sukar ditemukan (hanya 25%). f. Setiap bayi dengan gejala meningoensefalitis yang disertai gejala sepsis, hepatomegali, ikterus dan sebagainya, harus diperiksa titer antibodi Toxoplasma. g. Tiap anak atau orang dewasa dengan immunodefisiensi oleh obat imunodepresi, kortikosteroid jangka panjang ataupun penyakit AIDS, harus diperiksa terhadap Toxoplasma untuk mendeteksi timbulnya reaktivasi infeksi kronik. 2. Pencegahan (terutama pada wanita hamil) a. Memelihara kebersihan lingkungan dan kucing binatang peliharaan. b. Jangan terlalu banyak memelihara binatang terutama kucing dan lakukan vaksinasi yang teratur. c. Wanita hamil jangan berdekatan dengan kucing. d. Memasak daging sampai cukup matang (70C). e. Mencuci dengan baik semua makanan yang tidak dimasak.

f. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah memegang daging mentah pada waktu memasak. g. Memakai sarung tangan jika berkebun. h. Mencegah kontaminasi lalat dan lipas pada makanan i. Karena binatang reservoir banyak tersebar di seluruh Indonesia maka perlu diadakan penelitian prevalensi reservoir penyebarannya. 3. Pengobatan a. Wanita hamil dengan infeksi aktif. b. Toxoplasmosis kongenital (dengan atau tanpa gejala pada bayi). c. Pasien immunodefisiensi dengan Toxoplasmosis. d. Wanita dengan infeksi kuman TORCH (silent infection). e. Bayi dengan IgG yang meningkat

DAFTAR PUSTAKA Gandahusada S. Koesharyono C. Prevalensi zat anti

toxoplasma gondii pada kucing dan anjing di Jakarta. Penelitian, 1982. Priyana A. Oesman P, Kresno SB. Prevalensi anti Toxoplasma Gondii pada pemelihara kucing atau anjing di Jakarta, 1987. Ressang A.A. Patologi Khusus Veteriner, IFAD Project, Bali 1984. Sarwono Prawiroharjo, (2008)., Ilmu Kandungan, Edisi 2 Cetakan 4, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Schurrenberger, P.R. dan William, T.H. Dchtisar Zoonosis Penerbit ITB, Bandung, 1991. Partodihardjo, S. Ilmu Reproduksi Hewan, Penerbit Mutiara. Jakarta, 1980. Priyana, A Oesman P, Kresno SB. Toxoplasmosis Medika No. 12 tahun 14, 1988: 1164-1167. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 volume II @ 1996 Penerbit Buku Kedokteran EGC hal, 1204 - 1214. Prof. Dr. T. H. Rampengan, SpA(K), Penyakit Infeksi Tropik pada Anak edisi 2 @ 2005 Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 263 272 Sarwono Prawirohadjo, Ilmu Kebidanan edisi 3 cetakan 6 @ 2002 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal 572 574 Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis edisi II @ 2002 Badan Penerbit IDAI Jakarta, hal 458 - 465

Anne E. Fung, MD, Photo Essay: Recurrent Toxoplasma Chorioretinitis With Kyrieleis' Vasculitis update 2008 posting www.google.com tanggal 10 agustus 2009

Bahaya Toksoplasmosis Terhadap Kehamilan, @ Copyright 2007 info-sehat.com di posting dari www.google.com tanggal 10 Agustus 2009

Tinjauan Indonesia

Tentang Toxoplasmosis dan Pengobatannya, @ diposting dari www.google.com tanggal 10

2008, www.spesialis-torch.com Yayasan Aquatreat Therapy Agustus 2009 Toxoplasmosis, Kids Health, @ 1995-2009 The Nemours Foundation, diposting dari www.google.com tanggal 10 Agustus 2009

You might also like