You are on page 1of 171

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TELUR PUYUH PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA (PPBT) DI DESA SITU ILIR KECAMATAN

CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

MARLINDA SARI H34051087

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2009

RINGKASAN MARLINDA SARI. Analisis Strategi Pemasaran Telur Puyuh Pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUSI FAUSIA). Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu tumpuan perekonomian masyarakat yang dapat dilihat dari besarnya sumbangan sector peternakan terhadap PDB Indonesia. Selain itu sektor peternakan juga merupakan sektor yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat terutama dalam mendukung tercapainya Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat. Sehingga keberadaan sektor peternakan sebagai penghasil sumber protein hewani bagi masyarakat mempunyai peranan penting dalam pencapaian Pola Pangan Harapan masyarakat dan menjadikan sektor peternakan sebagai suatu peluang usaha yang potensial bagi masyarakat. Salah satu usaha yang banyak diminati adalah peternakan unggas. Peternakan puyuh merupakan salah satu peternakan unggas yang kembali diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh ternak puyuh diantaranya kemampuan produksi telurnya cepat dan tinggi. Salah satu peternakan telur puyuh yang terdapat di Bogor adalah Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang terletak di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan peternakan yang saat ini sedang melakukan pengembangan usaha dengan terus meningkatkan jumlah populasi ternak puyuh yang dikelolanya. Selain itu, adanya sistem kemitraan yang dilakukan perusahaan dengan peternak peternak puyuh skala rumah tangga hingga sedang yang ada didaerah Cibungbulang, Lido dan Sukabumi juga akan menambah banyaknya telur yang harus dijual oleh perusahaan. Sementara itu, tingkat persaingan semakin tinggi dengan masuknya telur puyuh yang berasal dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor yang menjadi pasar sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga menjadi suatu ancaman yang dapat menghambat kegiatan pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi penerapan bauran pemasaran telur puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT), (2) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang mempengaruhi pemasaran telur puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT), dan (3) Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang terletak di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Kegiatan pengumpulan data dimulai pada bulan Maret sampai April 2009. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode perumusan dan pemilihan strategi dilakukan berdasrakan analisis lingkungan internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM.

Hasil analisis internal menghasilkan lima faktor yang menjadi kekuatan dan sembilan faktor yang menjadi kelemahan PPBT dengan kekuatan utama PPBT yaitu pelayanan dan loyalitas pelanggan dan kelemahan utama adalah belum adanya merek pada kemasan produk. Berdasarkan matriks IFE PPBT berada pada posisi internal yang lemah atau dibawah rata rata dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan Hasil analisis faktor eksternal terdapat tujuh faktor yang menjadi peluang dan lima faktor yang menjadi ancaman dengan peluang utama PPBT yaitu permintaan yang semakin meningkat dan ancaman utama adalah masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor. Hasil matriks EFE diketahui PPBT berada diatas rata rata (2.50) dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Nilai skor dari matriks IFE adalah 2.309 dan nilai skor dari matriks EFE adalah 3.028, sehingga apabila masing masing total skor dari faktor internal dan faktor eksternal dipetakan dalam matriks IE akan menempatkan Peternakan Puyuh Bintang Tiga pada kuadran II termasuk kedalam tumbuh dan kembangkan (Growth and Build) dimana strategi yang paling sesuai digunakan pada posisi ini adalah strategi intensif atau integratif. Hasil matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh PPBT. Proses pengambilan keputusan dalam penentuan alternatif strategi terbaik dilakukan dengan analisis QSPM. Hasil analisis QSPM diperoleh urutan prioritas strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga yaitu: (1) mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial dengan nilai STAS sebesar 6,704; (2) Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan dengan nilai STAS 6,000; (3) Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar dengan nilai STAS 5,615; (4) Melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan terutama peningkatan keterampilan SDM dan manajemen pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi dengan nilai STAS 5,069; (5) Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan pengembangan usaha dan memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek dengan nilai STAS 4,994; (6) Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga kebersihan,pemberian vaksin dan proses pemeliharaan yang tepat dengan nilai STAS 4,525; (7) Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra dengan nilai STAS 4,160; (8) Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha dengan nilai STAS 2,751.

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TELUR PUYUH PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA (PPBT) DI DESA SITU ILIR KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR

MARLINDA SARI H34051087

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul Skripsi

: Analisis Strategi Pemasaran Telur Puyuh Pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Nama NIM

: Marlinda Sari : H34051087

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec NIP. 196003211986012001

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 195809081984031002

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Telur Puyuh Pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Marlinda Sari H34051087

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 07 Agustus 1987. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dadang dan Ibunda Mayanih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cimanggis 03 pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 01 Bojonggede. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor diselesaikan pada tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun 2005 dan selanjutnya penulis diterima pada Program studi mayor Agribisnis dan minor Ekonomi Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi seperti Agrifarma, Bina UKM dan kepanitian pada beberapa acara kemahasiswaan. Penulis juga tercatat sebagai Asisten Responsi Mata Kuliah Ekonomi Umum selama empat semester yaitu pada tahun ajaran 2007/2008 sampai 2008/2009 dan Asisten Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan selama satu semester pada tahun ajaran 2008/2009. Selama kuliah penulis pernah mendapatkan dana pengembangan usaha dari Dikti melalui PKM Kewirausahaan yang berjudul Permen Wortel sebagai Alternatif Jajanan Sehat dan penghargaan sebagai Finallis Young Entrepreneur Award 2007 VITA SWEET serta sebagai Finallis Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa IPB Bidang Pendidikan pada tahun 2008 dengan judul Pembelian Hak Cipta Buku Pelajaran Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan?.

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Telur Puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ini disusun untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor. Adapun pemilihan topik dari skripsi ini didasarkan kepada minat penulis terhadap bidang manajemen strategis dan pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat bagi Peternakan Puyuh Bintang Tiga sesuai dengan kondisi eksternal dan internalnya. Strategi pemasaran yang tepat dibutuhkan agar Peternakan Puyuh Bintang Tiga mampu bertahan ditengah tingkat persaingan pasar yang semakin tinggi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini dikarenakan adanya keterbatasan serta kendala yang dihadapi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, Juli 2009 Marlinda Sari

UCAPAN TERIMAKASIH
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi selama proses penulisan skripsi ini. Puji syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selain itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kami kepada: 1. Yang teristimewa, tersayang dan paling berarti dalam hidupku mama dan bapak atas kasih sayang, dukungan, semangat, doa yang tiada henti hentinya yang selalu dipanjatkan untuk penulis, serta kesabarannya dalam mendidik penulis hingga akhirnya bisa menjadi seperti sekarang ini.Adikku Iyad Mandagi Sekarang saatnya kamu yang berjuang, jangan pernah menyerah!!!. 2. Keluarga besarku yang juga selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa kepada penulis. 3. Ir. Lusi Fausia,M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran-saran selama penyusunan skripsi ini. 4. Dr.Ir.Bayu Krisnamurthi,MS selaku pembimbing akademik penulis yang telah memberikan saran dan nasehat selama penulis kuliah. 5. Sahabat sahabatku tersayang Rini Rahmawati, Bayu Agus Jumantara, Putri Wulandari, Riska Dwi Utami, Firdania Permata Sari, Suhada, Uci (kalian yang selalu ada untukku dan selalu mendukungku, semoga persahabatan kita tetap abadi ya), Ka Triatma,STP (Atas doa dan nasehatnya untuk selalu fokus dan jangan pernah menyerah), Bang Tiar (Atas doa, semangat, perhatian dan keikhlasannya mengizinkan adiknya wisuda duluan hehe..) 6. Maired Safdi Darma atas doa, dukungan, semangat dan perhatian yang selalu diberikan kepada penulis. 7. Febriantina Dewi,SE,MM,M.Sc selaku dosen penguji utama dan Eva Yolynda Aviny,SP,Msi sebagai dosen penguji dari departemen. 8. Bapak Prastiyo,Spt selaku manajer Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini juga kepada seluruh karyawan PPBT atas bantuan dan

informasi yang diberikan kepada penulis 9. Bapak Ohi Zajuli yang telah bersedia menjadi salah satu responden dari pihak eksternal perusahaan pada penelitian ini. 10. Seluruh dosen dan staf departemen Agribisnis yang telah mengajarkan banyak hal dan ilmu kepada penulis. 11. Saudara seperjuangan ke IICC Gusri Ayu Farsa atas kekompakkannya dalam banyak hal, untuk selalu saling menyemangati dan meneriakkan motto dari sahabatku Daud if you think you can, you can dan Neina Ayu sebagai rekan satu pembimbing. 12. Tim Situ Ilir Suci Melani, Yanuary, Nurul Istiamuji atas kerjasama dan kekompakkannya selama melakukan penelitian. 13. Tim sukses seminar (Listy,Septi,Riana,Siti,Sarjul,Uci,Rachmat,Ayi) dan Mutiara Dewi sebagai pembahas pada seminar hasil penelitian terima kasih buat saran dan masukan masukan yang sangat berarti. 14. AGB 42 kalian memang yang terhebat! Keluarga yang telah mengajarkan aku banyak hal mulai dari semangat belajar, narsis bareng, pokoknya masa masa bersama AGB 42 akan selalu menjadi sebuah anugerah terindah bagiku. 15. Adik adik Ekum ku (angkatan 44 : A3 dan B4, angkatan 45 : A26 dan B17) kalian telah memberikan warna baru yang indah dalam hidupku, membuat aku merasa menjadi orang yang lebih berarti dan bermanfaat, bahkan terkadang kalian yang bisa membangkitkan kembali semangatku. Juga untuk Anak anak Responsi Kewirausahaan Manajemen 44 jangan pernah berhenti bermimpi ya 16. Tim Gladikarya Cibodas Cikajang (wiyanto, Sandro, Retno, Gita) atas kekompakkannya hingga kita bisa melewati dinginnya Ngamplang selama dua bulan dengan semangat,juga buat Keluarga baru ku di Garut makasih atas surprise party nya ultah yang ga akan bisa dilupain seumur hidup. 17. Dan buat semuanya yang sayang sama linda yang tak mungkin disebutkan satu persatu terima kasih banyak atas bantuan dan doanya.

Bogor, Juli 2009 Marlinda Sari

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. i DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9 2.1 Burung Puyuh .................................................................................... 9 2.1.1 Manfaat Beternak Puyuh ....................................................... 9 2.1.2 Skala Usaha dan Program Pemeliharaan ............................... 11 2.1.3 Perkandangan ........................................................................ 12 2.1.4 Penyiapan Bibit ..................................................................... 15 2.1.5 Pemeliharaan Ternak Puyuh .................................................. 16 2.1.6 Penyakit Puyuh ..................................................................... 16 2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 17 2.2.1 Penelitian Puyuh ................................................................... 17 2.2.2 Strategi Pemasaran ................................................................ 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................................. 3.1.1 Pemasaran ............................................................................. 3.1.2 Strategi Pemasaran ................................................................ 3.1.3 Analisi Lingkungan Internal ................................................. 3.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................. 3.1.5 Tahapan Perencanaan Strategis ............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... IV. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 4.3 Metode Penarikan Sampel ................................................................. 4.4 Pengolahan Data ................................................................................ 4.5 Metode Analisis Data ......................................................................... 4.5.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan ........ 4.5.2 Tahap Masukan (Input Stage) ..................................................... 4.5.3 Tahap Pencocokan (Matcing Stage) ............................................ 4.5.4 Tahap Keputusan ......................................................................... V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 5.1 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Puyuh Bintang Tiga ............ 5.2 Lokasi dan Keadaan Peternakan Puyuh Bintang Tiga ....................... 5.3 Visi dan Misi Peternakan Puyuh Bintang Tiga .................................. 5.4 Skala Usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga .................................... 5.5 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan .................................. 5.6 Permodalan ........................................................................................ 20 20 20 26 28 32 36 38 41 41 41 42 42 42 42 43 47 50 53 53 54 57 58 58 60

5.7 Hubungan Kerjasama ......................................................................... 5.8 Unit Bisnis Perusahaan ...................................................................... 5.8.1 Unit Bisnis Budidaya Puyuh Petelur ......................................... 5.8.2 Unit Bisnis Puyuh Pembibit ...................................................... 5.8.3 Unit Bisnis Pakan Ternak .......................................................... 5.9 Strategi Pemasaran Perusahaan .......................................................... 5.9.1 Unsur Strategi Persaingan .......................................................... 5.9.2 Strategi Bauran Pemasaran Perusahaan ..................................... VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ...................................... 6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan .......................................... 6.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ........................................... 6.1.2 Pemasaran .................................................................................. 6.1.3 Keuangan dan Akuntansi ........................................................... 6.1.4 Produksi ..................................................................................... 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan ................................................... 6.1.6 Sistem Informasi Manajemen .................................................... 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ....................................... 6.2.1 Kekuatan Ekonomi ................................................................... 6.2.2 Kekuatan Sosial, budaya, demografi dan lingkungan .............. 6.2.3 Kekuatan Politik, hukum, dan pemerintah ............................... 6.2.4 Kekuatan Teknologi ................................................................. 6.2.5 Kekuatan Kompetitif ................................................................ 6.2.5.1 Persaingan Antar Perusahaan Sejenis .......................... 6.2.5.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru .......................... 6.2.5.3 Ancaman Produk dan Jasa Pengganti .......................... 6.2.5.4 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok ........................... 6.2.5.5 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli/konsumen ........... 6.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ............................................... 6.3.1 Kekuatan .................................................................................. 6.3.2 Kelemahan ............................................................................... 6.4 Identifikasi Peluang dan Ancaman .................................................... 6.4.1 Peluang ..................................................................................... 6.4.2 Ancaman .................................................................................. VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI ...................................... 7.1 Analisis Matriks IFE dan EFE ........................................................... 7.1.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) .................. 7.1.2 Analisis Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ............. 7.2 Matriks IE (Internal Eksternal) ....................................................... 7.3 Matriks SWOT ................................................................................... 7.4 Penentuan Prioritas Strategi Berdasarkan Matriks QSP .................... VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 8.1 Kesimpulan ........................................................................................ 8.2 Saran .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ...................................................................................................

61 61 61 61 62 63 63 65 70 70 70 74 75 76 79 80 80 80 81 84 85 85 85 86 86 87 89 90 90 93 95 96 98 101 101 101 103 104 106 114 118 118 120 121 123

DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Produk Domestik Bruto Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha .................................................................................... 1 2. Perbedaan Susunan Protein dan Lemak telur Unggas .......................... 3 3. Konsumsi Rata Rata Perkapita Seminggu Untuk Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras Menurut Golongan Pengeluaran PerKapita Sebulan .. 4 4. Perkembangan Populasi Ternak ........................................................... 5 5. Perkembangan Rata rata Produksi Telur Per Bulan .......................... 5 6. Pasar Sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga .................................... 6 7. Kandungan Zat zat Makanan dalam Daging Mentah dan Matang Dalam Burung Puyuh ........................................................................... 10 8. Matriks IFE ........................................................................................... 44 9. Matriks EFE ......................................................................................... 46 10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ......................... 47 11. Penilaian Bobot Faktor Strategi eksternal perusahaan ......................... 47 12. Matriks SWOT ..................................................................................... 50 13. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) .............................. 52 14. Kepemilikan Asset Peternakan Puyuh Bintang Tiga ............................ 55 15. Daftar Pesaing di Wilayah Pemasaran PPBT ....................................... 66 16. Wilayah Pendistribusian Telur Puyuh PPBT ........................................ 67 17. Data Karyawan PPBT ........................................................................... 71 18. Upah Minimum Regional Kabupaten Bogor ........................................ 72 19. Program Kesehatan Puyuh Petelur di PPBT ........................................ 78 20. Banyaknya Telur yang dihasilkan Oleh Peternak Mitra PPBT ............ 79 21. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Provinsi ...................................... 81 22. Komposisi Energi,Bobot dan Skor Pangan dalam Pola Pangan Harapan ................................................................................................ 82 23. Jumlah Penduduk (dalam ribu) Menurut Provinsi ............................... 83 24. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 .................................... 84 25. Konsumsi Rata rata Per Minggu untuk Jenis Telur Berdasarkan Pengeluaran Rata rata Per Kapita Sebulan ........................................ 87 26. Daftar Pemasok Bahan Baku Pakan PPBT .......................................... 88 27. Produksi Jagung Pipilan Kering di Jawa Barat .................................... 88

28. Daftar Pelanggan PPBT ........................................................................ 92 29. Daftar Peternakan Puyuh Di Bogor ...................................................... 99 30. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ............................................ 102 31. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ........................................ 103 32. Matriks QSP Peternakan Puyuh Bintang Tiga ...................................... 116

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Langkah Langkah dalam STP ............................................................. 22 2. Empat Komponen P dalm Bauran Pemasaran ....................................... 23 3. Strategi Bauran Pemasaran .................................................................... 25 4. Kekuatan Kekuatan yang Mempengaruhi Industri ............................. 34 5. Kerangka Kerja Analitis Untuk Perumusan Strategi ............................. 37 6. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Pemasaran Telur Puyuh ..................................................................................................... 40 7. Matriks Internal Eksternal (IE) ........................................................... 48 8. Denah dan Tata Letak PPBT .................................................................. 55 9. Struktur Organisasi PPBT ...................................................................... 59 10. Saluran Distribusi Telur Puyuh PPBT ................................................... 68 11. Alur Proses Pemeliharaan pada PPBT ................................................... 76 12. Proses Pengambilan Telur hingga Siapa di Pasarkan ............................ 77 13. Matriks Internal Eksternal (IE) Peternakan Puyuh Bintang Tiga ....... 105

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Jenis Jenis Penyakit yang Menyerang Puyuh .................................. 124 2. Jadwal Rencana Kegiatan Penyusunan Skripsi ................................... 125 3. Kuisioner Penelitian ............................................................................ 126 4. Tahapan Proses Produksi Pakan Pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga ...................................................................................................... 138 5. Proses Kegiatan Pemeliharaan Puyuh Petelur Setiap Hari .................. 139 6. Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Internal Perusahaan dan Rata Rata Pembobotan .............................................................. 140 7. Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Eksternal Perusahaan dan Rata Rata Pembobotan .............................................................. 142 8. Hasil Pengisian Kuisioner Rating Faktor Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan ........................................................................... 144 9. Matriks SWOT Pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga .............. 145 10. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 1 ........................................................................... 146 11. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 2 ........................................................................... 147 12. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 3 ........................................................................... 148 13. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 4 ........................................................................... 149 14. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 5 ........................................................................... 150 15. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 6 ........................................................................... 151 16. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 7 ........................................................................... 152 17. Hasil Pengisian Kuisioner QSPM untuk Menentukan Attractiveness Score Pada Strategi 8 ........................................................................... 153 18. Hasil Olahan Matriks QSP .................................................................. 154

I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadikan sektor peternakan sebagai salah satu tumpuan perekonomian masyarakat. Sebagai salah satu sektor yang menjadi andalan perekonomian bagi masyarakat, sektor peternakan harus mampu menjadi sandaran perekonomian dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian. Kemampuan dari sektor peternakan sebagai salah satu andalan perekonomian Indonesia dapat dilihat dari besarnya sumbangan sektor ini pada Produk Domestik Bruto Indonesia yang menempati urutan ketiga di bidang pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ( Agriculture, Livestock, Forestry, and Fishery) setelah tanaman bahan pangan dan tanaman perkebunan seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha 2005 -2008 (Milliar Rupiah) Tahun Lapangan Usaha 2008*** 1 Industrial Origin 2005 2006* 2007** No Tanaman Bahan Makanan 1 ( Farm Food Corps) 125.801,8 129.548,6 134.075,6 77.072,5 Tanaman Perkebuan 2 ( Non Food Corps) 39.810,9 41.318,0 42.751,3 18.950,8 Peternakan dan Hasil hasilnya ( Livestock and 3 its Products) 32.346,5 33.430,2 34.530,7 17.561,8 4 Kehutanan ( Foresty) 17.176,9 16.686,9 16.401,4 7.818,7 5 Perikanan ( Fishery) 38.745,6 41.419,1 43.827,9 21.730,7
Catatan : * Angka sementara/ preliminary figures ** Angka Sangat Sementara/ Very preliminary figures *** Angka Sangat Sangat sementara / Exremely preliminary figures 1 Data sampai semester 1/ Data up to first semester Sumber : BPS (2008)

Berdasarkan Tabel 1 sektor peternakan terus mengalami pertumbuhan mulai dari 32.346,5 pada tahun 2005 menjadi 34.530,7 pada tahun 2007. Pada tahun 2008 PDB untuk peternakan hanya bernilai 17.561,8 hal ini dikarenakan data pada tahun 2008 merupakan data yang diperoleh hanya sampai semester satu. Namun berdasarkan laju pertumbuhan rata rata sebesar 2,89 persen setiap tahunnya merupakan indikasi bahwa sektor ini semakin diminati oleh masyarakat sebagai

lapangan usaha yang dapat diandalkan sebagai tumpuan harapan pembangunan ekonomi di Indonesia. Selain sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat, sektor peternakan juga merupakan sektor yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat terutama dalam mendukung tercapainya Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat. Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Jabar Lucki Rulyawan (2009) konsumsi pangan penduduk Jawa Barat berada di bawah pola pangan harapan (PPH) yaitu sebesar 84,8 dengan konsumsi energi masih didominasi kelompok padi-padian, minyak dan lemak, rumah tangga miskin, serta sangat miskin tersebar di beberapa kabupaten. Sehingga diperlukan motivasi terhadap pencapaian target PPH untuk meningkatkan skor PPH provinsi tahun 2015 menjadi 100 serta meningkatkan pola konsumsi pangan penduduk berbasis sumber daya lokal1. Berdasarkan hasil penelitian Cahyaningsih (2008) terhadap pola konsumsi pangan masyarakat Jawa Barat diketahui bahwa konsumsi protein hewani penduduk Jawa Barat sebesar 164.1 kkal sedangkan konsumsi protein hewani masyarakat berdasarkan pola pangan harapan Deptan dalam Adicita (2008) sebesar 240 kkal, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani masyarakat Jawa Barat masih dibawah harapan. Sehingga keberadaan sektor peternakan sebagai penghasil sumber protein hewani bagi masyarakat mempunyai peranan penting dalam pencapaian pola pangan harapan masyarakat dan menjadikan sektor peternakan sebagai suatu peluang usaha yang potensial bagi masyarakat. Usaha peternakan yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini salah satunya adalah usaha peternakan unggas. Hal ini dikarenakan peternakan unggas merupakan usaha yang dapat diusahakan mulai dari skala usaha rumah tangga hingga skala usaha besar. Salah satu peternakan unggas yang saat ini kembali diminati oleh masyarakat adalah peternakan puyuh, hal ini dikarenakan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh ternak puyuh diantaranya kemampuan produksi telurnya cepat dan tinggi (Listiyowati dan Roospitasari,2007). Puyuh betina mampu bertelur saat berumur sekitar 41 hari. Pada masa bertelur, dalam satu tahun dapat dihasilkan
1

250 300 butir telur

dengan berat rata rata 10

www.mediaindonesia.com

didownload tanggal 11 juni 2009

gram/butir, yaitu dalam periode bertelur sekitar 9 12 bulan. Jika ditinjau dari nilai kandungan gizi telur puyuh memiliki keunggulan dibandingkan dengan telur jenis lainnya. Informasi perbandingan perbedaan susunan protein dan lemak telur unggas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Susunan Protein dan Lemak Telur Unggas Jenis Protein Lemak Karbohidrat Unggas Ayam ras Ayam buras Itik Angsa Merpati Kalkun Puyuh (%) 12.7 13.4 13.3 13.9 13.8 13.1 13.1 (%) 11.3 10.3 14.7 13.3 12.0 11.8 11.1 (%) 0.9 0.9 0.7 1.5 0.8 1.7 1.0

Abu (%) 1.0 1.0 1.1 1.1 0.9 0.8 1.1

Sumber : Woodar, et al, 1973 dan sastry, et al.1982 dalam Listiyowati dan Roospitasari (2007)

Berdasarkan data pada Tabel 2 terlihat bahwa telur puyuh memiliki kandungan protein yang tinggi tetapi kadar lemak yang rendah. Hal inilah yang membuat telur puyuh sangat baik untuk diet kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak terutama dijantung, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap terpenuhi. Keunggulan dari segi kandungan gizi inilah yang menjadikan telur puyuh semakin diminati oleh masyarakat yang dewasa ini semakin peduli terhadap kesehatan. Data mengenai konsumsi telur puyuh dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa permintaan terhadap telur puyuh terus mengalami peningkatan terutama untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita/bulan sebesar lebih dari Rp. 200.000. Sedangkan untuk golongan pengeluaran per kapita/bulan kurang dari Rp.200.000 konsumsi telur puyuh pada tahun 2006 sampai 2007 mengalami penurunan hal ini dikarenakan golongan masyarakat ini lebih menyukai mengkonsumsi telur ayam ras yang memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan telur puyuh sehingga dapat dinikmati secara bersama sama dalam jumlah yang lebih sedikit. Namun,

meningkatnya konsumsi telur puyuh rata rata perkapita masyarakat pada tahun 2006 sampai tahun 2007 merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan. Tabel 3. Konsumsi Rata Rata Per Kapita Seminggu Untuk Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras di Indonesia Menurut Golongan Pengeluaran Per kapita Sebulan Telur Puyuh / Quail Telur Ayam Ras/ Boiler Egg (Butir/unit) Egg (Kg) Golongan Pengeluaran per Tahun Tahun Tahun Tahun 2006 2007 2006 2007 Kapita Sebulan (Rp) Kurang dari 100.000 0.011 0.040 0.020 100.000 -149.999 0.012 0.009 0.047 0.044 150.000 - 199.999 0.043 0.021 0.071 0.069 200.000 - 299.999 0.050 0.052 0.102 0.104 300.000 - 499.999 0.112 0.117 0.134 0.154 500.000 dan lebih 0.214 0.768 0.169 0.616 Rata - Rata per kapita 0.070 0.088 0.097 0,117
Sumber : BPS (2007 2008)

Terjadinya peningkatan permintaan masyarakat terhadap telur puyuh merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan oleh para peternak Telur Puyuh. Salah satu peternakan telur puyuh yang memanfaatkan peluang pasar ini adalah Peternakan puyuh Bintang Tiga yang terletak di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Adanya peluang pasar menunjukkan adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum bagi pelaku usaha di sektor tersebut. Sehingga dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat bagi setiap perusahaan agar dapat memanfaatkan peluang tersebut secara maksimal dan mencegah berbagai ancaman yang datang dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan sebaik baiknya. Dengan demikian strategi pemasaran menjadi suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan agar perusahaan memperoleh keuntungan yang maksimal dan dapat bertahan dari persaingan. I.2 Perumusan Masalah Salah satu peternakan telur puyuh yang terdapat di Bogor adalah Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang terletak di Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan peternakan yang saat ini sedang melakukan pengembangan usaha dengan terus meningkatkan

jumlah populasi ternak puyuh yang dikelolanya. Perkembangan populasi ternak puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Populasi Ternak Puyuh Peternakan Puyuh Bintang Tiga Tahun Jumlah Ternak Puyuh (Ekor) 2007 5000 2008 2009
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (Maret 2009)

3000 20.000

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat diketahui bahwa pada awal berdiri tahun 2007 Peternakan Puyuh Bintang Tiga mempunyai populasi sebanyak 5000 ekor namun pada akhir tahun 2007 populasi ternak habis karena terkena virus Tetelo (Newcastle Disease). Sehingga pada tahun 2008 Peternakan Puyuh Bintang Tiga kembali memulai usahanya dengan jumlah populasi ternak sebanyak 3000 ekor dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini jumlah populasi ternak puyuh menjadi sebanyak 20.000 ekor. Bahkan sampai akhir tahun 2009 Peternakan Puyuh Bintang Tiga akan menambah jumlah ternaknya sebanyak 12.000 ekor. Penambahan jumlah ternak ini secara langsung akan menambah jumlah produksi telur yang dihasilkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Perkembangan jumlah produksi telur Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Rata Rata produksi Telur per bulan Rata - Rata Produksi Telur Tahun Per Minggu (butir) Per bulan ( butir) Per bulan (peti) 2008 18.000 72.000 60 2009 63.750 255.000 213
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (Maret 2009)

Pada Tabel 5 dapat diketahui rata rata produksi telur Peternakan Puyuh Bintang Tiga terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan ini akan terus terjadi seiring dengan adanya kegiatan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, adanya sistem kemitraan yang dilakukan perusahaan dengan peternak peternak puyuh skala rumah tangga hingga sedang yang ada didaerah Cibungbulang, Lido dan Sukabumi juga akan menambah banyaknya telur yang harus dijual oleh perusahaan.

Sistem kemitraan yang dilakukan perusahaan yaitu para peternak mitra akan menjual telur puyuh yang dihasilkannya melalui Peternakan Puyuh Bintang Tiga dan Peternakan Puyuh Bintang Tiga akan memenuhi kebutuhan pakan dan bibit bagi peternak mitra. Adanya pasokan telur yang berasal dari peternak mitra akan semakin meningkatkan jumlah telur puyuh yang harus dijual oleh perusahaan ke pasar. Saat ini jumlah pasokan telur yang berasal dari peternakan yang menjadi mitra yaitu dari Sukabumi sebanyak 127.200 butir per bulan (106 peti), Lido sebanyak 60.000 butir per bulan (50 peti) dan dari Cibungbulang sebanyak 67.200 butir per bulan (56 peti). Sehingga total telur yang harus dipasarkan PPBT dalam satu bulan sebanyak 509.400 butir atau sekitar 425 peti. Selain itu, peternak yang menjadi mitra dari PPBT juga akan melakukan kegiatan pengembangan usaha seperti yang dilakukan oleh peternak mitra yang ada di Cibungbulang yaitu peternakan milik bapak Ohi Jazuli yang akan menambah populasi ternaknya sampai akhir tahun 2009 sebanyak 12.000 ekor dan adanya permintaan bibit puyuh dari daerah jonggol yang mencapai 5000 ekor yang juga akan menjadi mitra dari perusahaan juga akan ikut menambah jumlah telur yang harus dipasarkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Sementara itu, tingkat persaingan semakin tinggi dengan masuknya telur puyuh yang berasal dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor yang menjadi pasar sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga menjadi suatu ancaman yang dapat menghambat kegiatan pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan. Beberapa pasar yang saat ini menjadi pasar sasaran utama dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat di lihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pasar Sasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga No Pasar Sasaran Pesaing 1 Pasar Bogor Ardi(Sukabumi), Kediri, Blitar, Sleman, dan Solo 2 Pasar Anyar Ardi (Sukabumi) 3 4 Pasar Cibinong Pasar Warung Jambu Yogyakarta, Sleman dan Solo Jawa Timur Yogyakarta, Sleman dan Solo

Yogyakarta,

Sumber : Data Primer ( Maret 2009)

Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa pada empat pasar yang menjadi target pasar utama dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga mendapatkan

pasokan telur puyuh tidak hanya berasal dari daerah Bogor tetapi juga berasal dari luar wilayah Bogor yaitu telur puyuh yang berasal dari daerah Yogyakarta, Kediri, Blitar, Sleman, Solo dan Sukabumi yang merupakan sentra peternakan puyuh. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat persaingan yang besar di pasar wilayah Bogor yang berasal dari peternakan yang ada diluar wilayah Bogor. Adanya peningkatan persaingan dengan adanya telur puyuh yang berasal dari luar wilayah Bogor, adanya kegiatan pengembangan usaha yang terus dilakukan oleh perusahaan serta sistem kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan dengan peternak skala rumah tangga di daerah Sukabumi, Lido, dan Cibungbulang semakin menuntut Peternakan Puyuh Bintang Tiga untuk memiliki strategi pemasaran yang tepat agar usaha yang dijalankan terus berkembang dan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Agar dapat menyusun suatu strategi pemasaran yang tepat perusahaan harus mampu mengidentifikasi faktor faktor lingkungan perusahaan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran. Analisis lingkungan yang meliputi lingkungan internal dan eksternal ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan kekuatan yang dimiliki, meminimumkan kelemahan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, memanfaatkan peluang peluang yang dimiliki oleh perusahaan dan mengantisipasi ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. Keberhasilan dalam melakukan analisis lingkungan akan menentukan keberhasilan perusahaan untuk dapat bertahan hidup dan terus berkembang. Peran pihak manajemen sebagai pihak yang mengambil keputusan mengenai strategi pemasaran sangatlah penting, terutama dalam hal menentukan dan menetapkan strategi yang paling sesuai bagi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan daya saing dalam industri peternakan unggas khususnya peternakan telur puyuh. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan bauran pemasaran telur puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT)? 2. Apakah faktor faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran telur puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT)? 3. Alternatif strategi pemasaran apa yang tepat bagi Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi penerapan bauran pemasaran telur puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 2. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang

mempengaruhi pemasaran telur puyuh pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 3. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan. I.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai pihak yaitu: 1. Bagi penulis yaitu sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu - ilmu yang telah diperoleh selama kuliah pada kondisi aktual di masyarakat. 2. Bagi Perusahaan yaitu dapat membantu dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat sehingga dapat mendukung kemajuan perusahaan. 3. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan perbandingan mengenai strategi pemasaran bagi perusahaan untuk penelitian selanjutnya.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Burung Puyuh Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus coturnik yang tersebar diseluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh jepang yang disebut japanese quail ( Coturnix-coturnix Japonica ) mulai masuk Amerika. Namun, sebutan untuk puyuh ini kemudian berubah menjadi beragam seperti common quail, stubble quail, pharoahs quail, eastern quail, asiatic quail, japanese grey quail, king quail, dan japanese king quail. Terdapat banyak jenis puyuh yang tersebar diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, tidak semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan. Saat ini baru beberapa jenis burung puyuh yang dikenal serta dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Puyuh yang saat ini banyak diternakan untuk diambil telurnya adalah puyuh Coturnix-coturnix Japonica merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, memiliki bulu loreng, lubang hidung berada dipangkal paruh dan dapat diadu. Burung puyuh termasuk kedalam hewan pemakan biji bijian. Burung puyuh dalam bahasa Jawa Indonesia disebut juga Gemak dan dalam Bahasa asingnya disebut Quail. Di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternakan sejak akhir 1979 dan terus berkembang hingga sekarang. Sentra Peternakan burung puyuh di Indonesia banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat,Jawa Timur dan Jawa Tengah. 2.1.1 Manfaat Beternak Puyuh Selain sekedar penyaluran hobi, beternak puyuh dapat dilakukan sebagai usaha baik kecil kecilan (skala rumah tangga), besar besaran ( komersial), maupun untuk usaha sampingan. Nilai jual puyuh disetiap umurnya cukup tinggi, baik telur konsumsi, telur tetas, bibit, hingga apkirannya. Bahkan, bulu dan kotorannya pun masih memberi manfaat. a. Telur Saat ini telur puyuh sudah memasyarakat. Parameter tersebut dilihat dari mudahnya ditemukan penjual telur puyuh, baik pedagang sayur keliling, warung,

toko, supermarket, bahkan asongan di jalan maupun kendaraan umum. Dalam pesta pun hidangan berbahan telur puyuh dapat ditemui dengan mudah. Secara umum komposisi kandungan telur puyuh adalah 47,4% albumin (putih telur), 31,9% Yolk ( kuning telur), serta 20,7% cangkang dan selaput tipis. Dari hasil penelitian, ketebalan cangkang telur puyuh sekitar 0.197 mm dan ketebalan membran/ selaput tipis 0.063mm. bobot telur puyuh rata rata 10 gram atau sekitar 8% dari bobot tubuh puyuh betina. Puyuh betina mampu bertelur saat berumur sekitar 41 hari. Pada masa bertelur, dalam satu tahun dapat dihasilkan 250 300 butir telur , yaitu dalam periode bertelur 9 12 bulan. b. Daging Sekarang ini, pamor daging puyuh sudah tidak kalah dibandingkan dengan daging ternak lainnya. Daging puyuh mempunyai rasa yang enak, gurih, dan nilai gizinya tinggi. Daging puyuh mengandung 21.10% protein, sedangkan lemaknya hanya 0.7%. oleh sebab itu,daging puyuh sangat diperlukan bagi penderita penyakit tekanan darah tinggi untuk mengurangi konsumsi lemak. Kandungan zat makanan pada daging puyuh dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan Zat Zat Makanan dalam daging Mentah dan Matang Burung Puyuh Jumlah per 100 g Mentah Jumlah per 100 g Matang Zat Makanan Air 70.50 g 54.90 g Lemak 7.70 g 8.30 g Protein 21.10 g 19.40 g Abu 1.00 g 1.40 g Kalsium 129.00 g 66.00 g Fosfor 189.00 g 169.00 g Besi 1.50 mg 1.00 mg Thiamin 0.05 mg 0.05 mg Riboflavin 0.27 mg 0.27 mg Niasin 5.20 mg 5.20 mg Vitamin A 1636.00 IU 971.00 IU
Sumber : Siregar dan Samosir, 1981 dalam dalam Listiyowati dan Roospitasari (2007)

Pada umumnya, daging puyuh berasal dari puyuh apkir, yaitu puyuh betina yang kemampuan bertelurnya sudah menurun atau puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Sebagian besar puyuh jantan sengaja diapkir karena bila

diternakkan hanya menghabiskan pakan sehingga akan memperbesar biaya pemeliharaan. Daging puyuh biasanya dijual di supermarket dalam bentuk karkas (utuh) dan dimasukkan ke dalam kemasan plastik tertutup. Ada dua macam bentuk karkas yang dijual yaitu new york dress dan ready to cook. Pada karkas new york dress, tubuh puyuh sudah dibersihkan dari darah dan bulu utuh. Sementara pada karkas ready to cook, tubuh puyuh bersih dari darah, bulu, kepala, kaki, dan seluruh isi rongga perut, kecuali hati, ampela dan jantung. Di Indonesia, penjualan daging puyuh secara komersial belum begitu lazim, kecuali di Jawa Tengah. c. Kotoran Bau kotoran puyuh lebih menyengat dibandingkan dengan kotoran ayam atau unggas lain. Apalagi bila puyuh diberi pakan berkadar protein tinggi. Namun, kotoran puyuh masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang sangat baik untuk tanaman sayur, tanaman hias, dan campuran bahan pakan (konsentrat) ternak. d. Hewan Laboratorium Dalam percobaan percobaan laboratorium, puyuh selalu dipilih sebagai hewan percobaan. Ada beberapa dasar pertimbangan yang dipakai, yaitu siklus hidupnya yang relatif singkat. Seekor puyuh khususnya Coturnix coturnix japonica, sudah mencapai dewasa kelamin pada umur 41 hari dan menghasilkan telur. e. Tabungan Ternak puyuh dapat dijadikan sebagai tabungan. Dari beternak puyuh, peternak dapat memperoleh telur, bibit, dan apkiran. Bibit puyuh banyak dicari oleh peternak puyuh pemula untuk memulai bisnisnya. Sementara puyuh apkir dapat dijual sebagai ternak potong bila sudah tidak produktif lagi. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk tabungan karena puyuh dapat dimanfaatkan mulai dari bibit hingga puyuh apkir. 2.1.2. Skala Usaha dan Program Pemeliharaan Peternakan puyuh yang dikelola secara intensif memerlukan program pemeliharaan dan tata laksana yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal dan menguntungkan. Program pemeliharaan dan tata laksana harus dilakukan

dengan benar dan teratur sejak penetasan telur, pemeliharaan anakan puyuh, sampai masa apkir. a. Skala Usaha Besar Skala Usaha Besar adalah jika jumlah puyuh yang dipelihara lebih dari 8000 ekor. Menurut Abidin (2002) semakin besar skala usaha maka akan semakin beragam produk yang dihasilkan dan bisa dijual. Pengusaha ternak puyuh dalam skala besar biasanya melakukan hampir seluruh kegiatan pemeliharaan, dari penetasan, pemeliharan puyuh anakan (DOQ), pemeliharaan puyuh pembibit, dan petelur atau pedaging. b. Skala Usaha Menengah Peternak skala menengah biasanya memelihara jumlah ternak sebanyak 2400 8000 ekor. Bagi peternak skala menengah terdapat beberapa pilihan yaitu melakukan seluruh kegiatan pemeliharaan dari penetasan sampai pemeliharaan puyuh dewasa dengan populasi kecil atau hanya melakukan usaha pemeliharaan dari stater atau grower sampai dewasa. Pada skala usaha ini, usaha yang dapat dilakukan yaitu menghasilkan puyuh pembibit, petelur, atau pedaging. Namun, peternak di Indonesia umumnya lebih memilih beternak puyuh petelur, sedangkan puyuh apkiran dimanfaatkan sebagai puyuh pedaging/potong. Walaupun ada juga yang merangkap sebagai peternak puyuh pembibit. c. Skala Usaha Kecil atau Usaha Sampingan Peternak skala kecil atau sampingan biasanya hanya memelihara puyuh dari starter atau grower sampai apkir yaitu dari puyuh petelur menjadi puyuh pedaging. Kandang yang diperlukan hanya kandang untuk puyuh petelur. 2.1.3 Perkandangan a. Persyaratan Kandang Kandang merupakan salah satu komponen penting dalam pemeliharaan puyuh sebab disitulah setiap hari puyuh tinggal. Untuk itulah penentuan lokasi harus memperhatikan syarat - syarat agar puyuh tidak mengalami stres dan memiliki produktivitas yang tinggi. Kandang harus dibuat sebaik dan senyaman mungkin serta sesuai dengan syarat syarat hidup burung puyuh. Menurut Agus G.T.K et al (2001) syarat syarat hidup puyuh adalah sebagai berikut :

a. Jauhkan lokasi kandang dari kebisingan. Puyuh termasuk burung yang peka terhadap suara. Bila dibiarkan ditempat bising, puyuh akan terkena stres dan secara langsung akan berpengaruh terhadap produktivitas telurnya. b. Hindarkan kandang dari percikan air, baik tidak langsung maupun langsung. Pilihlah lokasi yang tidak menimbulkan genangan dan tidak terlalu lembab. Lokasi yang terlalu lembab dapat mengakibatkan puyuh mudah terkena penyakit. c. Jaga kelancaran sirkulasi udara dengan membuat ventilasi udara dalam kandang. Untuk menunjang hal tersebut sebaiknya dinding kandang dibuat dari kawat ram. d. Kandang sebaiknya dibuat menghadap timur agar sinar matahari pagi bisa masuk kandang. Sinar matahari sangat diperlukan untuk menghangatkan puyuh dan kandang, membunuh bibit penyakit, menghindarkan kelembaban, dan menyuplai vitamin D. Tidak hanya pada siang hari puyuh perlu cahaya, saat malam hari puyuh pun tetap perlu penghangat. Karena itu, kandang perlu dilengkapi dengan penerangan yang cukup. e. Lantai kandang sebaiknya bukan dari tanah atau tidak menempel pada tanah. Jarak ideal antara tanah dan lantai kandang adalah 40 cm. Supaya tidak terlalu lembab, lantai dibuat dari susunan bata merah atau campuran semen, pasir dan kapur. Paling baik lantai terbuat dari bahan tras. f. Karena kotoran burung puyuh berbau tajam, sebaiknya pilih lokasi usaha yang cukup jauh dari pemukiman atau tempat tinggal penduduk. Bila tidak memungkinkan, bau kotoran dapat dinetralisir dengan bubuk zeolit. Bubuk tersebut ditabur dalam wadah penampung kotoran. b. Sistem Kandang Terdapat beberapa jenis kandang yang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Sistem kandang yang biasa digunakan adalah sistem litter dan sangkar ( baterai). a. Sistem Litter Penggunaan sistem litter masih jarang dilakukan di Indonesia. Sistem litter dipakai di negara empat musim. Sistem litter menggunakan 80% sekam padi dicampur 15% kotoran sapi kering dan 15% kapur mati. Seandainya sekam padi

tidak tersedia peternak dapat menggunakan serbuk gergaji sebagai pengganti. Manfaat dari sistem litter adalah dapat menghemat tenaga dan praktis karena litter tidak perlu dibersihkan setiap hati. Sedangkan kelemahannya adalah telur banyak tertutup oleh litter sehingga banyak terinjak oleh puyuh, pakan serta air minum puyuh akan kotor tercemar oleh litter. Efek yang paling merugikan adalah mudahnya puyuh terserang penyakit pernapasan karena debu yang dihasilkan pada saat mengais dan mandi litter. b. Sistem Sangkar/ baterai Sistem sangkar paling banyak digunakan oleh peternak puyuh di Indonesia. Dinding dan lantai terbuat dari kawat kasa/ram sehingga disediakan alas dibawah lantai untuk menampung kotoran (dropping board). Dengan adanya tempat penampungan kotoran tersebut, pemeliharaan kebersihan ruangan tempat kandang berada lebih mudah dilakukan dan kotoran tidak menimpa kandang puyuh dibawahnya. Sistem kandang ini mempunyai sirkulasi udara yang sangat baik sehingga dapat mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit. c. Jenis Kandang Puyuh baik dewasa maupun anakan selalu dikandangkan. Penempatan puyuh dalam kandang berdasarkan umur yang sama atau rata rata sama. Pengelompokan ini akan memudahkan peternak untuk memberikan pakan, minum perawatan kesehatan dan pengambilan telur. Selain itu, untuk memudahkan melakukan pengawasan bila ada yang sakit dan mengendalikan sifat kanibalisme. Menurut Abidin (2002) berdasarkan peruntukannya, kandang puyuh dibedakan menjadi berberapa jenis kandang yaitu : a. Kandang DOQ atau Starter Puyuh disebut DOQ atau starter saat berada pada kisaran umur 1 21 hari. Pada periode ini, puyuh membutuhkan perlakuan ekstra hati hati karena kondisi tubuhnya masih sangat lemah dan fungsi fungsi fisiologis tubuhnya belum optimal. Puyuh masih sangat rentan terhadap terpaan angin dan kurang tahan udara dingin. Karenanya kandang DOQ perlu dilengkapi pemanas (brooder). Luas kandang yang dibutuhkan per 100 ekor puyuh pada umur 1-10 hari adalah 1 m2, kemudian dikurangi menjadi 60 ekor per m2 setelah mencapai umur 11 20 hari. Sisi kandang sebaiknya ditutup rapat, terutama pada malam hari. Maksudnya

untuk menghindari udara dingin yang kurang baik bagi puyuh. Untuk memberikan kehangatan yang optimal, setiap kandang harus dilengkapi dengan lampu pijar yang berfungsi sebagai brooder. b. Kandang Grower Puyuh disebut berada pada masa grower jika sudah mencapai umur 20-45 hari. Kebutuhan kandang adalah 50 ekor/m2. Penutup kandang sudah bisa dibuka secara bertahap. Didalam kandang ini puyuh mempersiapkan diri menghadapi masa produksi. Pada tahap ini juga dilakukan sexing yang bertujuan untuk

memisahkan puyuh jantan dan betina dan proses seleksi terhadap puyuh betina yang beratnya sangat rendah dan cacat agar tidak memboroskan pakan. c. Kandang Layer Periode layer adalah periode saat puyuh mulai berproduksi, biasanya setelah berumur 45 hari ( 6-7 minggu) sampai umur apkir (60 minggu). Pada prinsipnya, kandang puyuh layer tidak berbeda dengan kandang grower,sehingga puyuh tidak harus dipindahkan dari satu kandang ke kandang lainnya. Jika harus dibedakan, perbedaannya biasanya terletak pada kemiringan lantai kandang. Pada kandang layer, lantai perlu dibuat miring sekitar 10 20 derajat dengan tujuan mempermudah pengumpulan telur. d. Kandang Induk dan Pejantan Kandang induk dan pejantan tidak berbeda dengan kandang puyuh grower dan layer. Yang perlu diperhatikan adalah isi kandang yaitu rasio antara induk dan pejantan 3-5 : 1. Jadi jika dalam satu kandang induk dan pejantan bibit ada 50 ekor puyuh, 10 -15 ekor diantaranya harus pejantan. 2.1.4 Penyiapan Bibit Sebelum memulai usahanya peternak harus memahami tiga unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan

pemeliharaan, ada tiga macam tujuan pemeliharaan yaitu untuk : a. Produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit. b. Produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.

c. Pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik. 2.1.5 Pemeliharaan Ternak Puyuh a. Sanitasi dan Tindakan Preventif Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin. b. Pengontrolan Penyakit Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan, dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup. c. Pemberian Pakan Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan dua kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh dan pada bibitan terus-menerus. d. Pemberian Vaksinasi dan Obat Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis sebagian dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup). 2.1.6 Penyakit Puyuh Puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit tertentu. Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang puyuh dapat menimbulkan morbiditas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau kelompok ternak). Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2007) Beberapa penyakit yang sering menyerang puyuh dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Penelitian Terdahulu 2.2.1 Penelitian Puyuh Waluyo (2006) menganalisis tentang tingkat penerimaan media situs web burung puyuh pada mahasiswa (kasus pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden umur 18 25 tahun. Mayoritas responden membelanjakan uang sakunya untuk keperluan mencari informasi sebesar Rp. 50.000 tiap bulan. Mayoritas responden sebanyak 87,5 % menyatakan bahwa media situs web burung puyuh sudah sesuai bagi mahasiswa STPP. Ramlan (2007) menganalisis pengaruh substitusi bungkil kedelai dengan bungkil jarak pohon (Ricinus communis Linn) terhadap komposisi gizi, fisik dan kualitas telur puyuh (Coturnix coturnix japonica). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum perlakuan tidak berpengaruh terhadap komposisi gizi, komposisi fisik, dan kualitas telur. Suhaely (2008) meneliti perencanaan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersial di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini adalah penentuan lokasi dan tata letak berdasarkan ketersediaan sumberdaya dan kemudahan dalam perawatan. Sedangkan secara struktural, komponen konstruksi yang dirancang telah diuji terhadap tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi. Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian penelitan terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

terletak pada kesamaan komoditi peternakan yang diambil yaitu puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica). Sedangkan perbedaannya terletak kepada topik penelitian. Penelitian ini akan menganalisis dari sudut pandang ekonomi yaitu akan menganalisis strategi pemasaran telur puyuh yang belum pernah dilakukan pada penelitian penelitian sebelumnya. 2.2.2 Strategi Pemasaran Saragih (2004) analisis strategi pemasaran POP NUGGET (Studi kasus pada PT. Suprasari Pratama,Bogor) hasil analisis didapatkan total bobot IFE sebesar 2,515 dan EFE sebesar 3,091 memposisikan perusahaan pada sel II dalam matriks IE yaitu menggambarkan perusahaan dalam kondisi internal rata rata dan respon

perusahaan terhapap faktor faktor eksternal yang dihadapi tergolong tinggi. Penentuan prioritas strategi yang telah didapatkan dengan menggunakan matriks SWOT yaitu dengan menggunakan QSPM merekomendasikan strategi

pengembangan pasar dengan skor tertinggi yaitu 5,984. Nainggolan (2008) Penelitian dilakukan pada PT. Indo Prima Food Cikarang Bekasi yang merupakan salah satu perusahaan yang menjadi produsen sosis. Metode perumusan dan pemilihan strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dilakukan berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal, matriks IE, Matriks SWOT, dan matriks QSP. Berdasarkan matriks IFE didapatkan skor sebesar 2,688 dan matriks EFE didapatkan skor sebesar 3,384 memposisikan perusahaan pada kuadran II (tumbuh dan bina) alternatif strategi yang paling sesuai yaitu strategi intensif dan integratif. Prioritas strategi utama PT. Indo Prima Foods dari sembilan pilihan strategi yang diperoleh dari matriks SWOT dianalisis dengan menggunakan QSPM adalah mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan. Pasaribu (2008) menganalisis strategi pemasaran susu UHT (Ultra High Temparatur) pada PT. Ultrajaya Tbk yang merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak dalam industri pengolahan susu dalam negeri. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh total skor IFE sebesar 3,174 dan total skor EFE diperoleh sebesar 3,081 yang menempatkan perusahaan berada pada sel I dalam matriks IE sehingga strategi yang tepat yaitu strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, integrasi kebelakang, integrasi kedepan, dan integrasi horizontal. Berdasarkan hasil analisis QSPM didapat bahwa strategi terbaik yang dapat dilakukan perusahaan yaitu ; menambah jaringan pemasaran luar dan dalam negeri dan meningkatkan kinerja jaringan distribusi. Peningkatan jaringan distribusi akan meningkatkan wilayah pemasaran perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini juga akan menganalisis strategi pemasaran dari suatu perusahaan. Penelitian ini akan menganalisis strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada komoditi yang diteliti. Pada penelitian ini akan diteliti strategi pemasaran telur puyuh yang

tepat untuk bagi Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang belum pernah dilakukan pada penelitian penelitian sebelumnya.

III KERANGKA PEMIKIRAN


3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pemasaran Kegiatan pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran terpendek adalah memenuhi kebutuhan secara menguntungkan. Asosiasi Pemasaran

Amerika menawarkan definisi formal yaitu pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyerahkan nilai dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik saham. Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Menurut David (2006) pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Rangkuti (2006) pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Tujuan dari pemasaran bukan hanya untuk memperluas penjualan tetapi untuk mengetahui dan memahami pelanggan sehingga produk atau jasa yang ditawarkan cocok dengan pelanggan dan selanjutnya produk tersebut dapat menjual dirinya sendiri. Idealnya pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan harus lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang dipilih. Theodore Levitt dar harvard menggambarkan perbedaan pemikiran yang kontras antara konsep penjualan dan pemasaran. Penjualan berfokus pada kebutuhan penjual untuk mengubah

produknya menjadi uang tunai, sementara pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihubungkan dengan hal menciptakan, menyerahkan dan akhirnya mengkonsumsinya. Amir (2005) mengklasifikasikan konsep dasar pemasaran menjadi delapan konsep yaitu : a) Kebutuhan adalah kondisi dimana kita merasa kekurangan atas suatu barang tertentu, dan ada sebuah dorongan untuk memenuhinya. b) Keinginan adalah kebutuhan manusia yang telah dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu. c) Permintaan dalam konteks ilmu pemasaran, adalah keinginan manusia yan didukung oleh daya beli. d) Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. e) Nilai pelanggan (Customer Value) adalah sebuah konsep penting yaitu perbandingan antara nilai yang didapatkan dengan biaya total. f) Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan. Pada dasarnya kepuasan pelanggan inilah yang menjadi tujuan setiap pemasaran. g) Pasar dirumuskan sebagai mereka yang membeli barang sekarang, termasuk mereka yang potensial untuk barang tersebut. Rangkuti (2006) mengklasifikasikan unsur unsur utama dalam pemasaran menjadi tiga unsur utama yaitu : 1. Unsur Strategi Persaingan Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : a. Segmentasi pasar Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tesendiri. b. Targeting Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.

c. Positioning Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan Positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. Segmentasi pasar 1. Mengindentifikasi basis segmentasi 2. Mengembangkan profil setiap segmen Penyasaran pasar ( Targeting) 3. Membuat ukuran dari daya tarik pasar 4. Memilih segmen sasaran Positioning Pasar 5. Membuat positioning untuk segmen sasaran 6. Membuat bauran pemasaran untuk segmen sasaran Gambar 1. Langkah langkah dalam STP
Sumber : Amir (2005)

2. Unsur Taktik Pemasaran Terdapat dua unsur taktik pemasaran yaitu : a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain. b. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat. Unsur - unsur bauran pemasaran secara garis besar terdiri dari bauran produk (Product), harga (price), tempat (Place) dan promosi (promotion). Unsur unsur bauran pemasaran dapat dilihat pada gambar 2. a. Produk (product) Amir (2005) mendefinisikan produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka. Tjiptono (1997) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan

kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Selain produk juga dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Bauran Pemasaran

Pasar Sasaran

Produk Harga Promosi Keragaman Daftar Harga Promosi produk Rabat/ Diskon penjualan Kualitas Potongan Periklanan Desain harga khusus Tenaga Ciri Periode Penjualan Merek pembayaran Kehumasan/ Kemasan Syarat kredit public relation Ukuran Pemasaran Pelayanan langsung Garansi Imbalan Gambar 2. Empat Komponen P dalam Bauran Pemasaran
Sumber : Kotler dan Keller (2007)

Tempat Saluran pemasaran Cakupan Pasar Pengelompokan Lokasi Persediaan Transportasi

b. Harga ( price) Harga merupakan satu satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (Produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya atau pengeluaran (Tjiptono, 1997). Menurut Kotler dalam Amir (2005) harga adalah jumlah keseluruhan nilai yang diperlukan konsumen untuk manfaat yang didapatkan atau digunakan atas produk dan jasa. David (2006) mengemukakan terdapat lima pemangku kepentingan utama yang mempengaruhi keputusan penetapan harga yaitu konsumen, pemerintah, pemasok distributor dan pesaing. Amir (2005) mengemukakan terdapat dua metode penetapan harga yaitu :

1. Cost Based dan Value Based Cost Based Pricing penetapan harga didasarkan kepada berapa jumlah biaya yang sudah dikeluarkan. Kita menciptakan produk baru, menghitung biaya, baru kemudian menentukan harganya. Sedangkan Value Based Pricing lebih berangkat dari pelanggan terlebih dahulu. Memulai pemahaman mendalam tentang apa sesungguhnya yang menjadi value bagi konsumen tersebut barulah kemudian pemasar menentukan harga yang sesuai dengan pendekatan ini , dan terakhir menentukan produk seperti apa yang sebaiknya ditawarkan. 2. Competition Based Pricing Competition Based Pricing adalah penetapan harga yang memperhatikan faktor lingkungan, terutama elemen pesaing. Ada beberapa tipe yang berbasis situasi persaingan yaitu going rate dan sealed-bid. Going rate adalah penetapan harga yang selalu mengikuti pesaing. Sedangkan strategi harga seperti diskon, rabat, sistem kredit dan sebagainya merupakan promosi dalam bentuk harga. c. Promosi ( promotion) Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengkomunikasikan keunggulan produknya, sehingga akan mendapat perhatian dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan /atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono,1997). d. Distribusi David (2006) mengungkapkan Distribusi merupakan kegiatan yang mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjualan partai besar dan peritel. Tjiptono (1997) secara garis besar pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah

penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran

yang dipilih dapat berupa distribusi langsung, distribusi tidak langsung dan kombinasi keduanya. Bauran Promosi Periklanan Promosi penjualan Bauran Pemasaran Perus ahaan Harga layanan Produk Acara khusus dan Pengalaman Hubungan Masyarakat Pemasaran Langsung Penjualan Pribadi Gambar 3. Strategi Bauran Pemasaran
Sumber : Kotler dan Keller (2007)

Saluran Distribusi

Pelanggan Sasaran

Gambar 3 menunjukan perusahaan mempersiapkan satu bauran tawaran produk, jasa, harga, serta memanfaatkan satu bauran komunikasi dari iklan, promosi penjualan, acara khusus dan pengalaman, humas, pemasaran langsung, dan penjualan pribadi untuk menjangkau saluran dagang dan pelanggan sasaran. Perusahaan dapat mengubah harga, ukuran tenaga penjualan, dan pengeluaran iklan dalam jangka pendek sedangkan mengembangkan produk baru dan memodifikasi saluran distribusi hanya dalam jangka panjang. 3. Unsur Nilai Pemasaran Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Merek atau Brand , yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Sebaiknya perusahaan senantiasa berusaha meningkatkan brand equity-nya. David A.Aaker (1991,1996) dalam Tjiptono dan Diana (2000) ekuitas merek adalah serangkaian aset (dan pasiva/liabilities) yang terkait dengan nama dan simbol merek tertentu yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa kepada suatu perusahaan dan/atau pelanggan perusahaan tersebut. Jika brand

equity ini bisa dikelola dengan baik, perusahaan yang bersangkutan setidaknya akan mendapatkan dua hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing, dan efisiensi serta efektivitas kerja khususnya pada program pemasaran. b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu terus menerus ditingkatkan. c. Proses yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3.1.2 Strategi Pemasaran Strategi merupakan alat atau cara yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. David (2006) mendefinisikan strategi adalah tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kotler dan Keller (2007) mengungkapkan strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran. Hamel dan Prahalad (1995) dalam Rangkuti ( 2006) strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategis hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola kosumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. Rangkuti (2006) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Pemahaman tentang konsep strategi sangat menentukan kesuksesan strategi yang disusun. Konsep konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Distinctive Competence yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh pesaing dipandang sebagai perusahaan yang Distinctive strategi. Distinctive Competence menjelaskan kemampuan spesifik organisasi. Menurut Day dan Wensley (1988) dalam Rangkuti (2006) terdapat dua faktor yang menyebabkan perusahaan dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya yaitu keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya. Kemampuan memiliki riset pemasaran yang lebih baik merupakan manfaat bagi perusahaan karena dapat mengetahui secara tepat semua keinginan

konsumen sehingga dapat menyusun strategi strategi pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Semua kekuatan tersebut dapat diciptakan melalui penggunaaan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, seperti peralatan dan proses produksi yang canggih, pengggunaan jaringan distribusi cukup luas, penggunaan sumber bahan baku yang tinggi kualitasnya, dan penciptaan brand image yang positif serta sistem reservasi yang terkomputerisasi. Semua itu merupakan keunggulan keunggulan yang dapat diciptakan untuk memperoleh keuntungan dari pasar dan mengalahkan pesaing. b. Competitive Advantage yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya jika ia dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/ kualitas produk yang sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai oleh perusahaan dengan memanfaatkan skala ekonomis, efisiensi produksi, penggunaan teknologi, kemudahan akses dengan bahan baku, dan sebagainya. Perusahaan juga dapat melakukan strategi diferensiasi dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada konsumennya misalnya, persepsi terhadap keunggulan kinerja produk, inovasi produk, pelayaan yang lebih baik, dan

brand image yang lebih unggul. Selain itu, strategi fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan pasar sasaran yang diharapkan. Strategi pada prinsipnya dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu : strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis ( Rangkuti, 2006). Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi dan sebagainya. Strategi bisnis sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau strategi operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi strategi yang berhubungan dengan keuangan. Tjiptono dan Diana (2000) mengemukakan terdapat tiga lingkup strategi pemasaran yang banyak menjadi acuan yaitu : 1) Marketing strategies, yang berfokus pada variabel variabel pemasaran seperti segmentasi pasar, identifikasi dan seleksi pasar sasaran, positioning, dan bauran pemasaran. 2) Marketing element strategies, meliputi unsur individual bauran pemasaran, misalnya strategi promosi push versus pull, strategi distribusi intensif, seleksi atau ekslusif, dan strategi penetapan harga penetrasi versus skimming price, dan 3) Product market entry strategies mencakup strategi merebut, mempertahankan, memanen atau melepaskan pangsa pasar. 3.1.3 Analisis Lingkungan Internal Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnisnya. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area. Kekuatan dan kelemahan internal digabungkan dengan peluang dan ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk

penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan. David (2006) analisis lingkungan internal menekankan pada identifikasi dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi , penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. a. Faktor Manajemen Sumberdaya Manusia Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar yaitu : 1. Perencanaan terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan. Pekerjaan spesifik menyangkut peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan. 2. Pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Area yang spesifik mencakup desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, rentang pengendalian, kesatuan komando, koordinasi, desain pekerjaan, dan analisis pekerjaan. 3. Pemberian Motivasi (motivating) didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi menjelaskan mengapa beberapa orang bekerja keras dan yang lainnya tidak. Tujuan, strategi dan kebijakan memiliki kemungkinan yang kecil untuk berhasil jika karyawan dan manager tidak termotivasi untuk mengimplementasikan strategi setelah strategi diformulasikan. 4. Pengelolaan Staf (Staffing) juga disebut manajemen personel atau

manajemen sumberdaya manusia (Human Resource Management), mencakup aktivitas seperti perekrutan, pelatihan, wawancara, pengembangan, pengujian, pemberian penyeleksian, perhatian,

pengorientasian,

pengevaluasian, pengkompensasian, pendisiplinan, promosi, pemindahan, pendemosian, dan pemecatan karyawan, serta juga pengelolaan hubungan dengan serikat pekerja. 5. Pengendalian mencakup semua aktivitas yang dijalankan untuk memastikan operasi aktual sesuai dengan operasi yang direncanakan. Pengendalian terdiri dari empat tahap dasar yaitu : menetapkan standar kinerja, mengukur kinerja

individu dan organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang direncanakan, dan melakukan tindakan korektif. b. Pemasaran Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David, 2006). Ada tujuh fungsi dasar pemasaran yaitu : 1. Analisis pelanggan (Customer analysis) yaitu investigasi dan evaluasi kebutuhan, aspirasi, dan keinginan konsumen yang melibatkan administrasi survei pelanggan, analisis informasi konsumen, evaluasi strategi positioning pasar, mengembangkan profil pelanggan, dan menentukan strategi segmentasi pasar yang optimal. Informasi yang dihasilkan oleh analisis pelanggan dapat menjadi penting dalam pengembangan pernyataan misi yang efektif. 2. Penjualan Produk/Jasa. Implementasi strategi yang berhasil biasanya bergantung pada kemampuan organisasi untuk menjual beberapa produk atau jasa. Penjualan (Selling) mencakup banyak aktivitas pemasaran seperti iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan pribadi, manajemen tenaga penjualan, hubungan dengan pelanggan, dan hubungan dengan dealer. Aktivitas ini penting khususnya ketika perusahaan menjalankan strategi penetrasi pasar. 3. Perencanaan produk dan Jasa mencakup aktivitas seperti uji pemasaran, positioning produk dan merek, merencanakan garansi, pengemasan, menentukan pilihan produk, fitur produk, model produk,dan kualitas produk, menghapuskan produk lama, dan menyediakan layanan konsumen. 4. Penetapan Harga dipengaruhi oleh keputusan lima pemangku kepentingan yaitu : konsumen, pemerintah, pemasok, distributor dan pesaing. 5. Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjual partai besar, dan peritel. Distribusi menjadi penting terutama ketika perusahaan berusaha untuk mengimplementasikan

pengembangan pasar atau strategi integrasi ke depan. 6. Riset Pemasaran (Marketing Research) adalah pengumpulan, pencatatan, dan analisis data secara sistematis tentang masalah yang berkaitan dengan pemasaran barang dan jasa. Riset pemasaran dapat mengungkap kekuatan dan

kelemahan penting, dan peneliti pemasaran menggunakan berbagai skala, instrumen, prosedur, konsep, dan teknik untuk mengumpulkan informasi. Organisasi dengan kemampuan riset pemasaran yang baik memiliki kekuatan yang nyata dalam menjalankan strategi generik. 7. Analisis Peluang yang melibatkan evaluasi terhadap biaya, manfaat, dan risiko yang berhubungan dengan keputusan pemasaran. c. Keuangan dan Akuntansi Kondisi keuangan sering kali dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna memformulasikan strategi secara efektif. Likuiditas, leverage, modal kerja, profitabilitas, utilitas aset, arus kas, dan modal perusahaan dapat menghapuskan beberapa strategi dari alternatif yang layak. Faktor keuangan sering kali mengubah strategi dan mengubah rencana implementasi. d. Produksi atau Operasi Fungsi produksi/ operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Aktivitas produksi/operasi sering kali mewakili bagian terbesar dari aset sumber daya manusia dan modal suatu organisasi. e. Penelitian dan Pengembangan/ Litbang (research and Development) Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk, atau untuk memperbaiki proses produksi untuk menurunkan biaya. Litbang dalam organisasi dapat memiliki dua bentuk dasar yaitu litbang internal dimana organisasi menjalankan departemen litbangnya sendiri dan kontrak litbang dimana perusahaan merekrut peneliti independen atau agen independen untuk mengembangkan produk spesifik. f. Sistem Informasi Manajemen Kegunaan sistem informasi manajemen adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi yang efektif dengan demikian mengumpulkan, memberi simbol/kode,

menyimpan, mensintesis dan menyajikan informasi dalam bentuk yang dapat menjawab pertanyaan penting operasi dan strategis. Jantung dari sistem informasi manajemen adalah database yang berisi berbagai catatan dan data yang penting bagi manajer. 3.1.4 Analisis lingkungan Eksternal Tujuan utama pengamatan lingkungan adalah melihat peluang pemasaran baru. Peluang pemasaran adalah wilayah kebutuhan atau potensi permintaan pembeli dimana perusahaan dapat menggarapnya secara menguntungkan. Beberapa perkembangan di lingkungan eksternal merupakan ancaman bagi perusahaan. Ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensif (Kotler dan Keller,2007). Perusahaan harus merespon secara agresif atau defensif terhadap faktor faktor eksternal dengan memformulasikan strategi yang mengambil keuntungan dari peluang eksternal atau yang meminimalkan pengaruh dari ancaman potensial. David (2006) kekuatan eksternal (external forces) dapat dibagi menjadi lima kategori besar yaitu:1) kekuatan ekonomi, 2) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, 3) kekuatan politik, pemerintah dan hukum, 4)kekuatn teknologi, dan 5) kekuatan Kompetitif. 1. Kekuatan Ekonomi Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik tidaknya berbagai strategi. Daya beli pada perekonomian bergantung pada penghasilan, harga , tabungan, utang, dan ketersedian kredit terkini. Para pemasar harus memperhatikan dengan cermat tren utama yang mempengaruhi pembelian karena tren tren itu bisa berdampak besar pada bisnis. Khususnya bagi

perusahaan perusahaan yang produknya diangkat kekonsumen yang peka terhadap harga dan berpendapatan tinggi. 2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan Perubahan sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Organisasi kecil, besar, berorientasi laba dan nirlaba dalam semua industri telah dikejutkan dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang berasal dari perubahan variabel sosial,

budaya, demografi, dan lingkungan. Kotler dan Keller (2007) daya beli diarahkan langsung pada barang dan jasa tertentu serta jauh dari barang dan jasa lain sesuai selera dan kesukaan konsumen. Masyarakat membentuk keyakinan nilai dan norma. Masyarakat menyerap hampir tidak sadar, pandangan dunia yang merumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesama, dengan organisasi, dengan masyarakat, dengan alam sekitar dan alam semesta. 3. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum Faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman utama untuk perusahaan kecil maupun besar. Bagi perusahaan dan industri baru yang bergantung pada kontrak pemerintah atau subsidi, ramalan politik dapat menjadi bagian paling penting dalam analisis lingkungan eksternal. Perubahan dalam undang undang paten, peraturan antimonopoli (antitrust), tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat mempengaruhi perusahaan secara signifikan. Peramalan politik dapat menjadi penting dan kompleks untuk perusahaan multinasional yang mengandalkan negara lain untuk sumber daya alam, fasilitas, distribusi produk, bantuan khusus, atau pelangan. Meningkatnya persaingan global menekankan kebutuhan akan peramalan yang akurat dalam bidang politik, pemerintah dan hukum. 4. Kekuatan Teknologi Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat

mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru yang menghasilkan penciptaan produk dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi ketinggalan zaman. Perubahan teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan hambatan biaya antar perusahaan, menciptakan siklus produksi yang lebih pendek, menciptakan kekurangan dalam keterampilan teknis, serta menghasilkan perubahan dalam nilai nilai dan harapan karyawan, manajer dan pelanggan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari keunggulan saat ini.

Tidak ada perusahaan atau industri saat ini yang dapat mengisolasi diri dari kemajuan teknologi. Dalam industri berteknologi tinggi, indentifikasi dan evaluasi peluang dan ancaman teknologi utama dapat menjadi bagian terpenting dalam audit manajemen strategis. 5. Kekuatan Kompetitif Analisis kekuatan kompetitif atau analisis lingkungan industri (lingkungan mikro) dilakukan berdasarkan konsep Model Lima Kekuatan Porter ( Porters Five Forces model. Menurut Porter (1991) hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi lima kekuatan seperti dapat dilihat pada gambar 4.

PENDATANG BARU POTENSIAL Ancaman masuknya pendatang baru

Kekuatan tawar menawar Pemasok

PARA PESAING INDUSTRI

Kekuatan tawar menawar Pembeli

PEMASOK

Persaingan di antara perusahaan yang ada


Ancaman produk atau Jasa Pengganti

PEMBELI

PRODUK PENGGANTI Gambar 4. Kekuatan Kekuatan yang Mempengaruhi Industri


Sumber : Porter (1991)

a. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif

dibandingkan dengan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Intensitas persaingan diantara perusahaan sejenis cenderung meningkat karena jumlah pesaing semakin bertambah, karena pesaing semakin seragam dalam ukuran dan

kemampuan, karena permintaan produk industri menurun, dan karena pemotongan harga menjadi semakin umum. Persaingan juga meningkat ketika pelanggan dapat berpindah merek dengan mudah, ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, ketika biaya tetap tinggi, ketika produk mudah rusak, ketika perusahaan pesaing berbeda dalam hal strategi, tempat merek berasal dan budaya, serta ketika merger dan akuisisi menjadi umum dalam suatu industri. Ketika persaingan antar perusahaan sejenis semakin intensif, laba perusahaan menurun, dalam beberapa kasus bahkan membuat industri menjadi sangat tidak menarik. b. Ancaman Masuknya Pendatang Baru Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk masuk dapat mencakup kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya prefensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar. Disamping berbagai hambatan masuk, perusahaan baru kadang kadang memasuki suatu bisnis dengan produk yang berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumber daya pemasaran yang lebih besar. Dengan demikian, tugas penyusun strategi adalah untuk mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar, untuk memonitor strategi persaingan baru, untuk membuat serangan balasan apabila dibutuhkan, serta untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada saat ini. c. Ancaman Produk atau Jasa Pengganti Dalam banyak industri, perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk substitusi dalam industri yang berbeda. Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan untuk biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk produk

tersebut. Juga dengan memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar. d. Kekuatan tawar menawar Pemasok/ Penjual Kekuatan tawar menawar Pemasok/ Penjual (bargaining power of supplier) mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Strategi ini efektif khususnya ketika pemasok tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten. e. Kekuatan Tawar menawar Pembeli/ konsumen Kekuatan posisi tawar menawar pembeli menjadi berkembang jika mereka lebih terkonsentrasi atau terorganisasi, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tidak terdiferensiasi, biaya perpindahan pemasok/produk lain rendah, pembeli peka terhadap harga karena laba yang rendah, atau pembeli dapat melakukan integrasi kehulu. Untuk meningkatkan kontrol terhadap pembeli perusahaan dapat memilih pembeli yang memiliki posisi tawar yang paling rendah atau yang sulit mengganti pemasok, pertahanan yang lebih baik adalah mengembangkan tawaran unggul yang tidak dapat ditolak oleh para pembeli yang kuat. 3.1.6 Tahapan Perencanaan Strategis David (2006) mengungkapkan teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan kedalam kerangka kerja pengambilan keputusan tiga tahap seperti terlihat pada Gambar 5. 1. Tahap Input Tahap ini akan memberikan informasi dasar untuk matriks di tahap pencocokan dan keputusan. Tahap ini meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Pada tahap ini kerangka kerja perumusan strategi terdiri atas matriks EFE, Matriks IFE, dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matriks - CPM). Tahap input membutuhkan penyusun strategi untuk mengkuantifikasi secara subjektif selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil dalam matriks input berhubungan dengan tingkat penting relatif dari faktor

internal dan eksternal memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan mengevaluasi strategi dengan lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat yang sesuai. 2. Tahap Pencocokan Tahap ini berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Teknik tahap 2 mencakup matriks kekuatan kelemahan - peluang - ancaman (Strengths- WeaknessOpportunities- Threats), Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategi (Strategic Position and Action Evaluation- SPACE), Matriks Boston Consulting Group (BCG), Matriks Internal Eksternal (IE), dan Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matriks). Pada penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah Matriks IE dan Matriks SWOT karena mudah dipahami dan dipelajari. TAHAP 1. TAHAP INPUT (INPUT STAGE) Matriks Evaluasi faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluation- EFE) Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matriks- CPM) Matriks Evaluasi Faktor Internal ( Internal Factor Evaluation IFE)

TAHAP 2. TAHAP PENCOCOKAN (MATCHING STAGE) Matriks KekuatanKelemahanPeluangAncaman (StengthWeaknessOpportunitiesThreats- SWOT) TAHAP 3. TAHAP KEPUTUSAN (DECISION STAGE) Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix- QSPM) Gambar 5. Kerangka Kerja Analitis untuk Perumusan Strategi
Sumber : David (2006)

Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategis (Strategic Position

Matriks Boston Matriks internal Consulting Group Eksternal(IE) (BCG)

Matriks Strategi (Grand Strategy)

and Action EvaluationSPACE)

3. Tahap Keputusan Tahap keputusan melibatkan strategi tunggal yaitu Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix- QSPM). QSPM menggunakan input dari tahap 1 untuk mengevaluasi secara objektif alternatif alternatif strategi yang layak dan dengan demikian memberikan dasar tujuan untuk memilih strategi spesifik. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Adanya kegiatan pengembangan usaha dan sistem kemitraan dengan peternak skala rumah tangga dan sedang di Cibungbulang, Sukabumi, dan Lido, yang dilakukan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga menuntut dilakukannya suatu analisis strategi pemasaran agar produk yang dihasilkan tetap dapat dipasarkan secara efisien sehingga akan menghasilkan profit yang maksimal. Selain itu, semakin meningkatnya persaingan dengan adanya telur puyuh yang berasal daerah Sukabumi, Yogyakarta, Sleman, Solo, Blitar dan Kediri yang masuk kedalam pasar di wilayah Bogor merupakan faktor yang mengharuskan perusahaan untuk memiliki suatu strategi pemasaran yang tepat dan terencana dengan baik, agar perusahaan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghadapi semakin besarnya persaingan yang terjadi di pasar sasaran. Perumusan strategi pemasaran dalam penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Kemudian

mengidentifikasi strategi awal yang diterapkan oleh perusahaan yang dikaitkan dengan strategi bauran pemasaran yaitu : strategi produk (product), strategi harga (price), strategi tempat (place) dan strategi promosi (promotion). Hal ini bertujuan untuk melihat ketepatan strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman perusahaan yang akan membantu dalam merumuskan alternatif strategi pemasaran terkait dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan saat ini. Selanjutnya analisis yang dilakukan terhadap lingkungan internal dirangkum dalam matriks IFE dan analisis yang dilakukan terhadap lingkungan eksternal dirangkum dalam matriks EFE. Total nilai yang dihasilkan pada matriks

IFE dan EFE kemudian menjadi input untuk menyusun matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dan mengetahui strategi apakah yang dapat digunakan perusahaan berdasarkan posisinya tersebut. Faktor faktor strategis yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihasilkan dari matriks IFE dan EFE kemudian dipadukan dalam Matriks SWOT untuk mendapatkan beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan perusahaan. Tahap terakhir yang dilakukan yaitu melakukan pemilihan strategi pemasaran yang paling sesuai berdasarkan prioritasnya dengan menggunakan QSPM ( Quantitative Strategic Planning Matriks). Strategi pemasaran yang memiliki tingkat kemenarikan paling tinggi akan

direkomendasikan pada pihak perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat strategi pemasaran. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

Peternakan Puyuh Bintang Tiga Analisis Masalah : - Adanya kegiatan pengembangan usaha dan kegiatan kemitraan yang dilakukan perusahaan yang akan menambah jumlah output Perusahaan - Adanya persaingan yang tinggi dengan masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke dalam pasar sasaran di wilayah Bogor

Analisis Strategi Bauran Pemasasaran

Produk

Harga

Tempat

Promosi

Analisis lingkungan Eksternal - Kekuatan Ekonomi - Kekuatan sosial, budaya,demografi,dan lingkungan - Kekuatan politik, hukum, dan pemerintahan - Kekuatan Teknologi - Kekuatan Kompetitif Matriks EFE

Analisis Lingkungan Internal - Manajemen Sumber Daya Manusia. - Pemasaran - Keuangan atau akuntansi - Produksi - Penelitian dan pengembangan - Sistem informasi manajemen.

Matriks IFE

Formulasi Strategi Pemasaran ( Matriks IE dan SWOT) Penentuan Prioritas Strategi (QSPM) Rekomendasi Strategi Pemasaran Gambar 6. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Pemasaran Telur Puyuh

IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga di Jalan KH Abdul Hamid Km 3 Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Peternakan Puyuh Bintang Tiga merupakan salah satu peternakan penghasil telur puyuh terbesar yang terdapat di Kabupaten Bogor sehingga akan memudahkan dalam proses penelitian. Selain itu, kesediaan perusahaan untuk menerima penelitian ini menjadikan faktor kuat dalam menyelesaikan penelitian. Waktu pengumpulkan data dimulai pada bulan Maret sampai dengan April 2009. 4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Analisis strategi pemasaran telur puyuh dalam penelitian ini memerlukan sejumlah data data pendukung yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Data data yang diperlukan dapat diperoleh dengan menggunakan dua macam cara pengumpulan data, yaitu : 1. Data Primer a. Observasi (pengamatan) yaitu mengamati secara langsung semua kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. b. Wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dengan pihak perusahaan dilengkapi dengan pertanyaan pertanyaan yang dibuat secara tertulis. c. Kuesioner yaitu berupa daftar isian guna mendapatkan penilaian bobot dan peringkat (rating). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kumpulan data yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu : data dan informasi perusahaan (Profil perusahaan, laporan penjualan dan pemasaran perusahaan), studi pustaka dari perpustakaan, lembaga lembaga pemerintahan dan institusi seperti Badan Pusat Statistika, Dinas Peternakan dan Perikanan, serta informasi yang diperoleh melalui internet.

4.3 Metode Penarikan Sampel Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih secara sengaja sampel yang akan diteliti sebagai responden. Responden yang dipilih sebanyak dua orang dari pihak eksternal yaitu pemilik sekaligus manajer perusahaan yang sangat berperan dalam pengambilan keputusan, karyawan tetap yang selama ini menjadi orang kepercayaan manajer dan satu orang dari pihak eksternal yaitu mitra usaha yang juga mantan pemegang saham dan salah satu pendiri Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Sehingga banyaknya responden pada penelitian ini sebanyak tiga orang. 4.4 Pengolahan Data Data hasil kusioner yang telah diisi dan dibobotkan dari reponden diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007. Hasil dari pengolahan akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian. 4.5 Metode Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yang berkaitan dengan merumuskan strategi pemasaran. Dalam melakukan perumusan strategi yang tepat harus melalui beberapa tahap yang diawali dengan mengidentifikasi faktor faktor lingkungan perusahaan baik lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Selanjutnya akan masuk pada tahap masukan (input stage), tahap pencocokan (matching stage) dan tahap pengambilan keputusan (desicion stage). 4.5.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan Tujuan dari analisis lingkungan internal adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manjemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi , penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Analisis internal ini ditetapkan dengan maksud manfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis lingkungan eksternal perusahaan bertujuan untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberikan manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada indentifikasi dan evaluasi trend dan kejadian yang berada diluar kendali perusahaan. Analisis kekuatan eksternal dapat

dibagi menjadi lima kategori besar yaitu : 1) kekuatan ekonomi, 2)kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, 3) kekuatan politik, pemerintah dan hukum, 4) kekuatan teknologi, 5) kekuatan kompetitif. 4.5.2 Tahap Masukan (Input Stage) Setelah faktor internal dan eksternal diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menyusun matriks IFE dan EFE. Daftar kelemahan dan kekuatan yang didapatkan akan dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE. Sedangkan, daftar peluang dan ancaman akan dievaluasi dengan menggunakan matriks EFE. Pada penyusunan kedua matriks tersebut dilakukan pembobotan dan peratingan terhadap faktor faktor internal dan eksternal. Dari matriks IFE dan EFE yang sudah disusun akan diperoleh faktor faktor yang akan mempengaruhi atau kurang mempengaruhi perusahaan dalam lingkungan internal dan eksternal. A. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Menurut David (2006) matriks IFE merupakan alat formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area area tersebut. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan lima tahap yaitu: 1. Tulis faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses analisis internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan presentase, rasio, dan angka komparatif. 2. Beri bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Beri peringkat 1 sampai 4 untuk masing masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama

(peringkat =1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat =3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 sampai 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri. 4. Kalikan masing masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata rata tertimbang untuk masing masing variabel. 5. Jumlahkan rata rata tertimbang untuk masing masing variabel untuk menentukan total rata rata tertimbang untuk organisasi. Berapapun banyak nilai yang dimasukkan dalam matriks IFE, total rata rata tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0, dengan rata rata 2,5. Jika rata rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai diatas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Tabel 8. Matriks IFE Faktor Internal Utama Kekuatan Bobot Peringkat Rata Rata Tertimbang

Kelemahan

Sumber : David (2006)

B. Matriks EFE ( External Factor Evaluation ) Matriks evaluasi faktor eksternal ( External factor evaluation atau EFE) memungkin para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matrik EFE dapat dibuat dengan lima tahapan yaitu : 1. Buat daftar lima faktor eksternal yang diidentifikasikan dalam proses analisis eksternal. Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk peluang dan ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman. Usahakan untuk

sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila mungkin. 2. Beri bobot untuk masing masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0. 3. Beri peringkat 1 hingga 4 untuk masing masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut., dimana 4= respons perusahaan superior, 3= respons perusahaan di atas rata rata, 2= respons perusahaan rata rata, dan 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan (company based), sedangkan bobot dalam tahap 2 didasarkan pada industri (industry based). Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3 atau 4. 4. Kalikan masing masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5. Jumlahkan rata rata tertimbang untuk masing masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Berapapun banyak nilai yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0. total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada didalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan sangat efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak

memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.

Tabel 9. Matriks EFE Faktor Eksternal Utama Peluang

Bobot

Peringkat

Nilai Tertimbang

Ancaman

Sumber : David (2006)

C. Teknik Pembobotan Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan eksternal adalah teknik Paired Comparison. Teknik ini

membandingkan setiap variabel pada baris (horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal). Penentuan bobot setiap variabel yang dibandingkan

menggunakan skala 1,2, 3. skala yang digunakan menunjukkan : 1 = Jika faktor strategi eksternal atau internal pada baris/horizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 2 = Jika faktor strategis eksternal atau internal pada baris/horizontal sama penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 3 = Jika faktor strategi eksternal atau internal pada baris/horizontal lebih penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. Adapun bentuk dari penilaian bobot dengan metode Paired Comparison terdapat pada Tabel 10 dan Tabel 11. Selanjutnya bobot setiap variabel atau faktor strategis diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah keseluruhan variabel atau faktor strategis dengan rumus : X1 A1 = ___
n

X1
Dimana : A1 = bobot faktor strategis untuk variabel ke-i X1 = nilai faktor strategis untuk variabel ke-i I =jumlah faktor strategis n =jumlah faktor strategis
i=n

Tabel 10. Penilaian bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Faktor Strategi Internal A B ............. A B ............. Total
Sumber : Kinnear, 1991

Total

Tabel 11. Penilaian bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor Strategi Eksternal A B ............. A B ............. Total
Sumber : Kinnear, 1991

Total

4.5.3 Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap pencocokan didefinisikan sebagai pencocokan yang dibuat oleh suatu organisasi antara sumberdaya dan keterampilan internalnya dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor eksternalnya. Alat ini bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Pada tahap pencocokan ini digunakan alat analisis matriks IE dan Matriks SWOT. A. Matriks IE (Internal dan Eksternal) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci yaitu total rata rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, total rata rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah, nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah dan nilai 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi (David,2006). Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda yaitu : 1. Divisi yang masuk dalam sel I, II atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan berkembang (grow and build). Strategi intesif yang bisa diterapkan yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Sedangkan

strategi integratif yang dapat diterapkan yaitu integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal. 2. Divisi yang masuk kedalam sel III, V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan ( Hold and maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi umum yang digunakan pada tipe ini. 3. Divisi yang masuk dalam sel VI, VIII dan IX adalah tuai dan divestasi (harvest and divest) Total Rata rata Tertimbang IFE Kuat (3,0-4,0) 4,0 Tinggi (3,0-4,0) 3,0 Total Rata Menengah (2,0-2,99) rata 2,0 Tertimbang Rendah EFE (1,0-1,99)
Sumber : David (2006)

Rata-rata(2,0-2,99) Lemah(1,0-1,99) 3,0 2,0 II III 1,0

IV

VI

VII

VIII

IX

1,0 Gambar 7. Matriks Internal Eksternal (IE) B. Matriks SWOT (Strengths- Weakness-Opportunities- Threats) Alat yang dipakai untuk menyusun faktor faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman ekstenal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki (Rangkuti,2006). Terdapat delapan langkah dalam menyusun matriks SWOT yaitu : 1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan 2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan 3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan 4. Tuliskan kelemahan kunci perusahaan 5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi SO dalam sel yang sudah ditentukan

6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan 7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil

strategi ST dalam sel yang ditentukan 8. Cocokkan kelemahn internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan

a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar besarnya. b. Strategi WO Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. c. Strategi ST Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan maka selanjutnya akan dipilih strategi pemasaran yang akan diterapkan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Pilihan strategi yang tepat diharapkan akan membuat perusahaan dapat memanfaatkan kelemahan dan peluang yang dimiliki untuk menghindari ancaman serta kelemahan yang ada. Melalui analisis SWOT diperoleh alternatif strategi untuk menentukan critical decision agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

Tabel 12. Matriks SWOT STRENGTHS (S) Tentukan 5 10 Biarkan selalu kosong faktor faktor kekuatan internal OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5 10 faktor peluang eksternal STRATEGI SO WEAKNESSES (W) Tentukan 5 10 faktor faktor kelemahan internal STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan untuk peluang kekuatan meminimalkan untuk

memanfaatkan kelemahan

memanfaatkan peluang STRATEGI WT

TREATHS (T) Tentukan 5 10 faktor peluang eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan dan

untuk mengatasi ancaman kelemahan menghindari ancaman


Sumber : David (2006)

4.5.4 Tahap Keputusan Pada tahap ini akan dilakukan analisis untuk membuat keputusan perumusan strategi yang tepat. Sejumlah alternatif strategi pemasaran yang telah diperoleh dari matriks SWOT selanjutnya akan dievaluasi lagi dengan menggunakan Matriks Perencanaan Strategi Kumulatif (Quantitative Strategic Planning Matriks-QSPM) untuk menghasilkan daftar prioritas strategi dengan membuat peringkat strategi. QSPM merupakan teknik analisis yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang layak. Terdapat enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM yaitu : 1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE atau IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM 2. Berikan bobot untuk masing masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan dalam

kolom percis disamping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. 3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi strategi ini pada baris atas QSPM. Kelompokkan strategi kedalam set yang independen jika memungkinkan. 4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Score-AS) didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik (Attractiveness Score-AS) ditentukan dengan mengevaluasi masing masing faktor internal atau eksternal kunci, satu pada suatu saat tertentu, dan mengajukan pertanyaan, Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat? jika jawabanya ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci tersebut. Secara spesifitk, Nilai Daya Tarik harus diberikan untuk masing masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik yaitu 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaaan diatas adalah tidak, mengindikasikan bahwa faktor kunci tersebut tidak memiliki dampak terhadap pilihan spesifik yang dibuat, dengan demikian tidak perlu diberikan bobot terhadap strategi dalam set tersebut. Gunakan tanda minus untuk mengindikasikan bahwa faktor utama tersebut tidak mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat. Catatan yaitu: jika anda memberikan nilai daya tarik AS untuk yang lainnya. Dalam kata lain, jika satu strategi mendapat minus, maka yang lainnya pada baris yang sama harus mendapat minus juga. 5. Hitung total Nilai Daya Tarik. Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness ScoreTAS) didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah 2) denagn Nilai Daya Tarik (langkah 4) dalam masing masing baris. Total Nilai Daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing masing alternatif strategi,dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik,

semakin

menarik

alternatif

strategi

tersebut

(dengan

hanya

mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci terdekat). 6. Hitung penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan total nilai daya tarik dalam masing masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Tingkat perbedaan antar penjumlahan total nilai daya tarik dari set alternatif strategi tertentu mengindikasikan tingkat kesukaan relatif dari satu strategi di atas yang lain. Tabel 13. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) Faktor-Faktor Bobot Alternatif Strategi Kunci Strategi 1 AS Faktor-Faktor Kunci Eksternal Faktor-Faktor Kunci Internal Jumlah Total Daya Tarik
Sumber : David (2006)

Strategi 2 AS TAS

TAS

Dengan melakukan analisis dan evaluasi dengan menggunakan QSPM maka akan dihasilkan prioritas strategi pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan oleh perusahaan.

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


5.1 Sejarah dan Perkembangan Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis yaitu peternakan puyuh petelur (Coturnix-coturnix Japonic). PPBT memulai usahanya sejak bulan September 2007 dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. PPBT pada awalnya didirikan oleh tiga orang bersahabat yang sepakat untuk mendirikan sebuah usaha peternakan yang kemudian diberi nama Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). Mereka adalah Bapak Wahyudiono sebagai investor utama yang menanamkan modalnya sebesar 55 persen, Bapak Prastiyo,Spt sebagai investor yang menanamkan modalnya sebesar 35 persen sekaligus berperan sebagai pengelola usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga, dan Bapak Ohi Jazuli yang menanamkan modal sebesar 10 persen. Alasan yang mendasari pendirian peternakan ini adalah karena tingkat permintaan telur puyuh di Kabupaten dan Kota Bogor yang sangat tinggi, didukung dengan harga jual telur puyuh yang stabil dan tidak memerlukan modal yang terlalu besar untuk memulai usaha peternakan puyuh. Selain itu, Pengalaman Bapak Prastiyo,Spt yang pernah bekerja di peternakan puyuh Golden Quail Sukabumi selama 18 bulan akan sangat membantu Bapak Prastiyo,Spt yang akan berperan sebagai pengelola usaha dari PPBT. Namun, setelah usaha peternakan ini berjalan selama satu tahun, mulai terjadi perbedaan visi diantara pemilik modal. Bapak Wahyudiono yang berperan sebagai investor utama memutuskan untuk menjual seluruh sahamnya kepada Bapak Prastiyo,Spt karena memutuskan untuk lebih fokus kepada bisnis batik yang dikelola oleh istrinya. Begitupun dengan Bapak Ohi Jazuli yang akhirnya mengelola dan diberikan saham sebesar 40% dari peternakan puyuh yang berada dibelakang lokasi Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang selama ini dikelola oleh Bapak Prastiyo,Spt dengan orang perkapalan. Hal ini bertujuan agar bapak Prastiyo,Spt dapat lebih fokus untuk mengelola dan mengembangkan PPBT dengan visi yang dimilikinya. Sehingga pada bulan September 2008 seluruh modal dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga menjadi milik Bapak Prastiyo,Spt

secara pribadi dengan luas area lahan 2000 m2 dan jumlah populasi puyuh yang dikelola saat ini mencapai 20.000 ekor. PPBT berdiri dengan pendirian ijin usaha yang meliputi ijin lingkungan, ijin kecamatan, dan telah terdaftar di direktorat jenderal pajak pada 23 Febuari 2009 sehingga memiliki NPWP dengan nomor 25.264.491.9.434.000. PPBT juga telah memiliki ijin usaha dengan surat keterangan usaha no 510/0304/11/2008 Seiring dengan semakin berkembangnya PPBT membuat Bapak Prastiyo,Spt mulai melakukan perluasan usaha yaitu dengan menambah jumlah kandang untuk puyuh petelur dan juga menambah unit bisnis yang dikelolanya. Pada awal berdirinya PPBT hanya mengelola usaha puyuh petelur, namun saat ini PPBT juga mengelola bisnis pakan unggas untuk puyuh dan ayam ras dan mulai menjual bibit puyuh kepada para peternak skala rumah tangga didaerah Cibungbulang, Sukabumi dan Lido yang akhirnya menjadi mitra bisnis dari PPBT. Sistem kemitraan yang terbangun yaitu PPBT akan menyediakan dan menjual bibit puyuh kepada peternakan kemudian menyupplai pakan puyuh setiap dua hari dan selanjutnya peternakan yang menjadi mitra akan menjual telur puyuh yang dihasilkan kepada PPBT. Sistem kemitraan ini merupakan salah satu strategi yang dijalankan oleh PPBT untuk menambah kuantitas telur puyuh sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan. 5.2 Lokasi dan Keadaan Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) Peternakan Puyuh Bintang Tiga terletak di Jalan KH Abdul Hamid Km 3 Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cibungbulang memiliki jumlah penduduk sekitar 106.520 jiwa dengan luas wilayah 31.98 km dan kepadatan penduduk sekitar 3.331 (Jiwa / Km2). Lokasi peternakan ini dirasakan sangat menguntungkan dan strategis dalam pelaksanaan kegiatan operasional usaha, terutama dalam menunjang proses pemasaran telur puyuh karena jarak dengan pasar terdekat yaitu Pasar Leuwiliyang hanya 8 km. PPBT berdiri diatas lahan seluas 2000 m2 dengan populasi puyuh saat ini mencapai 20.000 ekor. Jika ditinjau dari kegiatan produksi lokasi PPBT terletak tidak jauh dari pemukiman penduduk yaitu hanya dibatasi oleh aliran sungai. Bagian belakang lokasi PPBT terdapat lahan pertanian milik penduduk dan lokasi peternakan

puyuh mitra milik Bapak Ohi Zajuli. Saat ini PPBT memiliki beberapa asset yang berstatus sewa dan hak milik. Kepemilikan asset dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 14. Asset yang dimiliki oleh PPBT digunakan untuk mendukung kegiatan operasional PPBT. Tabel 14. Kepemilikan Asset Peternakan Puyuh Bintang Tiga Status No Uraian Banyaknya 1 Lahan/ Tanah 2.000 m2 Hak Sewa hingga 2014 2 Bangunan Kantor Hak Milik 3 Mess Karyawan Hak Milik 4 Kandang Starter 1buah Hak Milik 5 Kandang Grower dan Layer 4 buah Hak Milik 6 Gudang Pakan 1buah Hak Milik 7 Gudang Kotoran 1buah Hak Milik 8 Kendaraan Pick-up 1 unit Hak Milik 9 Mesin Jahit Karung 1 unit Hak Milik 10 Timbangan Besar 1 unit Hak Milik 11 Timbangan Kecil 1 unit Hak Milik 12 Sprayer 1 unit Hak Milik 13 Mesin Tetas 6 unit Hak Milik 14 Kurung DOQ 35 buah Hak milik 15 Kurung Grower dan Layer 135 buah Hak Milik 16 Sarana produksi ternak 425 buah Hak milik 17 Genset 1 buah Hak milik
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Penataan tata letak perusahaan akan berguna dalam memudahkan kegiatan operasional dari PPBT. Denah lokasi dan tata letak dari PPBT dapat dilihat pada Gambar 8.

Ha F E

Hd

G Hb

Hc D

Gambar 8. Denah dan Tata Letak PPBT


Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Keterangan : A : Kantor Bangunan kantor digunakan untuk menerima tamu, pelanggan dan mitra bisnis. Kantor juga berguna sebagai tempat berlangsungnya kegiatan negosiasi yang terjadi di PPBT, rapat karyawan dan merupakan tempat kerja dari manajer. B : Mess Karyawan Mess karyawan merupakan tempat tinggal dari karyawan tetap PPBT yang berasal dari Sukabumi. Selain itu mess karyawan juga berguna sebagai tempat istirahat karyawan. C. Kandang DOQ atau Starter Kandang DOQ atau Starter merupakan tempat penetasan telur dan pemeliharaan puyuh yang berumur satu hari sampai umur tiga minggu. Kandang Starter ini juga sangat berperan dalam penyediaan bibit puyuh yang berkualitas untuk PPBT ataupun peternak mitra PPBT. Sistem kandang yang digunakan oleh PPBT adalah sistem sangkar/ baterai. D. Ruang Produksi pakan Ruang produksi pakan terletak di depan bangunan kantor dan jauh dari lokasi kandang dan gudang kotoran. Hal ini bertujuan agar pakan yang dihasilkan tidak terkontaminasi dengan kotoran puyuh dan virus penyakit yang mungkin ada pada kotoran puyuh. E. Gudang Kotoran Gudang kotoran merupakan tempat penampungan kotoran puyuh yang berasal dari kandang starter, grower dan layer. Kotoran yang berasal dari kandang ditampung di tempat ini untuk kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dijual. Kotoran puyuh yang dihasilkan oleh PPBT adalah sebanyak 30 karung per minggu dan dijual dengan harga Rp. 4.000 per karung. F. Sumber Air Sumber air dari PPBT berasal dari sumur bor yang dibuat sejak awal PPBT berdiri. Sumber air ini sangat berguna dalam penyediaan air yang dibutuhkan oleh PPBT seperti pencucian tempat air minum, pemberian minum untuk puyuh, pembersihan kandang dan lain lain.

G. Kandang Induk dan Pejantan Pada kandang ini terdapat sangkar atau kurung yang berisikan puyuh induk dan pejantan yang digunakan untuk puyuh pembibit. Kandang pembibit ini terletak di dalam satu bangunan dengan kandang grower dan layer. Banyaknya kurung yang berisikan puyuh pembibit adalah 22 kurung yang dihuni sekitar 840 ekor puyuh pembibit. Jumlah dari puyuh pembibit ini akan terus ditambah karena permintaan bibit puyuh yang semakin banyak datang ke PPBT dapat terpenuhi. H. Kandang Grower dan Layer Kandang Grower dan Layer yaitu kandang yang digunakan setelah puyuh dipindahkan dari kandang starter. Puyuh yang berada di kandang ini adalah puyuh pada masa produksi hingga apkir yaitu saat berumur 60 minggu. Saat ini, PPBT telah mempunyai dua kandang khusus yang digunakan untuk puyuh tahap grower dan Layer yaitu Ha, Hb. Dan Hc. Selain itu, saat ini PPBT sedang membangun satu kandang lagi yaitu Hd yang akan dapat digunakan satu bulan kemudian. 5.3 Visi dan Misi Peternakan Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) Visi merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh perusahaan karena dengan memiliki visi yang jelas perusahaan akan memiliki tujuan yang jelas dalam melakukan kegiatan usahanya. Selain itu, dengan adanya visi perusahaan akan mempunyai arah yang jelas dalam melakukan kegiatan pengembangan usaha. Sebagai perusahaan yang ingin terus berkembang, Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) mempunyai visi yaitu menjadi penguasa pasar di wilayah pasar Jabotabek (Jakarta,Bogor,Tanggerang dan Bekasi) dengan pelayanan yang terbaik dalam pemenuhan kebutuhan telur puyuh pelanggan. Agar visi yang dimiliki PPBT dapat tercapai maka PPBT mempunyai beberapa misi diantaranya dengan terus menambah jumlah populasi puyuh yang dikelola agar kuantitas telur yang dihasilkan semakin banyak dan dapat memenuhi seluruh permintaan pelanggan, menjalin hubungan baik dengan pelanggan, mempertahankan kualitas telur puyuh yang dihasilkan, mendirikan unit bisnis pakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan dan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemasok, mendirikan unit bisnis pembibitan puyuh untuk memenuhi permintaan bibit puyuh bagi para peternak yang menjadi mitra bisnis dari PPBT serta menjalin hubungan baik dengan para mitra bisnis.

Adanya visi dan misi yang dimiliki oleh PPBT diharapkan akan menjadikan PPBT semakin berkembang sesuai dengan tujuan dari perusahaan yaitu dapat menjadi penguasa pasar di wilayah Jabotabek (Jakarta,Bogor,Tanggerang dan Bekasi) dengan pelayanan terbaik dalam pemenuhan kebutuhan telur pelanggan. 5.4 Skala Usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga Skala usaha Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) jika di tinjau berdasarkan jumlah populasi ternak yang dikelola yang mencapai 20.000 ekor maka menurut Abidin (2002) PPBT digolongkan menjadi peternakan dengan skala usaha besar. Selain itu, penggolongan PPBT ke dalam peternakan dengan skala usaha besar juga ditinjau dari aktivitas usaha yang dilakukan oleh PPBT. Listiyowati dan Roospitasari (2007) mengatakan pengusaha ternak puyuh dalam skala usaha besar biasanya melakukan hampir seluruh kegiatan pemeliharaan mulai dari penetasan, pemeliharaan puyuh anakan (DOQ), pemeliharaan puyuh pembibit, dan petelur atau pedaging. Aktivitas usaha yang dilakukan oleh PPBT mulai dari penetasan, pemeliharaan puyuh anakan (DOQ), pemeliharaan puyuh pembibit dan pemeliharaan puyuh petelur. Bahkan, PPBT telah melakukan aktivitas penjualan puyuh anakan (DOQ) kepada peternak yang akan menjadi mitra dari PPBT. Selain telah melakukan seluruh kegiatan pemeliharaan usaha puyuh, PPBT juga telah melakukan usaha pembuatan pakan untuk menunjang kegiatan opersionalnya. Berdasarkan pertimbangan tersebu, maka PPBT termasuk kedalam peternakan dengan skala usaha besar. 5.5 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dikelola oleh seorang manajer yang juga merupakan pemilik usaha, yaitu Bapak Prastiyo,Spt yang merupakan Lulusan Fakultas Peternakan IPB tahun 1991. Bapak Prastiyo,Spt selaku manajer membawahi dan mengkoordinasikan semua kegiatan operasional PPBT. Struktur Organisasi PPBT dapat dilihat pada gambar 9.

MANAJER

Anak Kandang

Produksi Pakan

Sarana Produksi dan Peralatan

Dapur

Sopir

Keamanan

Gambar 9. Struktur Organisasi PPBT


Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Deskripsi tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh masing masing jabatan dalam struktur organisasi PPBT adalah sebagai berikut : 1. Manajer, tugas dan tanggung jawabnya yaitu merencanakan,

mengkoordinasikan, mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan usaha PPBT dengan sebaik baiknya. Serta bertanggung jawab atas segala aktivitas perusahaan baik intern maupun ekstern, mendelegasikan wewenang dan bertanggung jawab atas masing masing bagian yang dibawahinya. 2. Anak Kandang, mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap proses pemeliharaan dan perawatan kandang sesuai dengan standar kerja kandang seperti pemanenan telur, pemberian pakan, pencucian gallon air minum, pembersihan kotoran, penyemprotan disinfektan, dan memeriksa dan membuang puyuh mati disetiap kandang. Anak kandang bertanggung jawab langsung kepada manajer. 3. Bagian produksi pakan, mempunyai tugas dalam proses pengolahan dan pencampuran pakan puyuh dan pengelolaannya terhadap bahan baku sesuai dengan standar kualitas dan kuantitas serta sesuai dengan formulasi bahan baku yang telah ditetapkan. Bagian produksi pakan bertanggung jawab penuh kepada manajer. 4. Bagian sarana produksi dan peralatan, mempunyai tugas dalam pembuatan sangkar burung puyuh sesuai dengan aturan aturan yang telah ditetapkan dan pembuatan peralatan yang menunjang kegiatan operasional perusahaan seperti alas tempat kotoran, perbaikan kandang dan kurung jika terjadi kerusakan dan lain lain. Bagian ini juga bertanggung jawab langsung kepada manajer.

5. Bagian dapur, mempunyai tugas dalam menyiapkan dan menyediakan konsumsi bagi karyawan PPBT, serta mempunyai tugas dalam pekerjaan rumah sehari hari seperti mencuci pakaian manajer, menyapu dan membersihkan rumah, halaman kantor dan mes karyawan. Bagian ini juga mempunyai tanggun jawab kepada manajer. 6. Sopir, mempunyai tugas untuk mengantar telur, bibit puyuh dan pakan yang dihasilkan oleh PPBT kepada para pelanggan dan mitra bisnis PPBT. Sopir juga bertanggung jawab langsung kepada manajer. 7. Keamanan, mempunyai tugas untuk menjaga keamanan lokasi peternakan pada malam hari. Keamanan bertanggung jawab untuk mengamankan lokasi peternakan dari tindakan tindakan yang dapat merugikan PPBT. Bagian keamanan bertanggung jawab langsung kepada manajer. Sistem pelaporan yang dilaksanakan di PPBT yaitu laporan harian yang dibuat oleh anak kandang kepada manajer yang merupakan bentuk tanggung jawab dari anak kandang terhadap manajer. Gaya manajemen yang diterapkan oleh PPBT adalah gaya demokratis yaitu adanya saling keterbukaan diantara bagian bagian didalam struktur organisasi PPBT. Manajer menerima segala masukan dari para karyawan baik yang bersifat posistif maupun negatif selama masukan tersebut dapat memberikan kemajuan dan perubahan yang baik bagi perusahaan. Jika terdapat permasalahan didalam perusahaan maka perusahaan akan memusyawarahkan dan mencari jalan keluarnya secara bersama - sama. Proses pengendalian dan koordinasi dilakukan setiap satu bulan sekali dimana manajer akan memberikan arahan kepada para karyawan dan para karyawan dapat menyampaikan aspirasi dan keluhannya kepada manajer. 5.6 Permodalan Dalam melaksanakan aktivitas usahanya Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) menggunakan modal sendiri yaitu yang berasal dari Bapak Prastiyo,Spt sebagai pemilik utama. Hal inilah yang membuat perusahaan tidak memiliki ketergantungan terhadap lembaga keuangan. Namun, karena modal hanya berasal dari pemilik usaha membuat modal yang dimiliki oleh PPBT manjadi terbatas.

5.7 Hubungan Kerjasama Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa pihak yaitu : 1. Pemasok, hubungan kerjasama yang terjalin dengan pemasok saat ini terutama dalam penyediaan bahan baku pembuatan pakan. Seperti jagung pipil, konsentrat, dedak, dan bahan tambahan pakan. 2. Peternak mitra, hubungan kerjasama yang terjalin antara PPBT dengan para peternak skala rumah tangga membentuk suatu pola kemitraan. PPBT akan menjual dan menyediakan bibit dan pakan puyuh kepada peternak mitra. Selanjutnya, peternak mitra harus menjual telur yang dihasilkannya kepada PPBT. 3. Pelanggan, hubungan kerjasama yang terbangun dengan pelanggan yaitu berkaitan dengan pemasaran telur puyuh yang dihasilkan. Pelanggan dari PPBT adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang akan menjual kembali telur yang dibeli dari PPBT kepada konsumen akhir. 5.8 Unit Bisnis Perusahaan 5.8.1 Unit Bisnis Budidaya Puyuh Petelur Unit bisnis budidaya puyuh petelur ini merupakan bisnis utama dari PPBT. Perusahaan mampu menghasilkan telur puyuh sebanyak 255.000 butir per bulan. Produksi telur puyuh PPBT akan terus meningkat seiring dengan penambahan jumlah populasi puyuh yang dikelola oleh PPBT. Selain menghasilkan produk utama berupa telur puyuh, unit bisnis ini juga menghasilkan produk sampingan yaitu kotoran puyuh yang dapat dijual sebagai pupuk untuk pertanian. Penjualan produk sampingan berupa kotoran puyuh ini secara langsung akan menghasilkan tambahan pendapatan bagi PPBT. 5.8.2 Unit Bisnis Puyuh Pembibit Usaha budidaya puyuh pembibit atau pengadaan bibit puyuh petelur dimulai sejak Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) mendapatkan kesulitan untuk mensdapatkan bibit puyuh dari Golden Quail, Slamet Quail Farm di daerah Cikembar Sukabumi dan dari peternakan puyuh di Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dikarenakan terjadinya serangan penyakit di daerah peternakan tersebut. Sehingga pasokan untuk bibit puyuh PPBT menjadi semakin berkurang.

Atas dasar pertimbangan bahwa PPBT akan terus membutuhkan bibit puyuh untuk melakukan perluasan usaha maka PPBT mulai melakukan usaha pembibitan sendiri. Sampai saat ini PPBT telah memiliki populasi puyuh pembibit sebanyak 840 ekor dan 9000 ekor Day Old Quail (DOQ) atau dara siap bertelur. Pada awalnya usaha pembibitan puyuh ini hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun, banyaknya permintaan bibit puyuh oleh para peternak skala rumah tangga membuat PPBT semakin serius untuk menekuni usaha ini. Selain itu keberadaan unit usaha puyuh pembibit ini juga merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh PPBT untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemasok dan memperbanyak kemitraan dengan peternak skala rumah tangga yang membutuhkan bibit puyuh dan akhirnya akan menjual telur yang dihasilkannya kepada PPBT. 5.8.3 Unit Bisnis Pakan Ternak Unit bisnis pakan ternak menghasilkan produk pakan puyuh yang pada awalnya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pakan puyuh PPBT. Namun, berdasarkan pertimbangan bahwa mesin pakan untuk memproduksi pakan puyuh juga bisa digunakan untuk memproduksi pakan ayam petelur, baik ayam ras maupun ayam buras petelur maka PPBT juga memproduksi pakan untuk ayam. Hal ini juga atas pertimbangan adanya permintaan pakan ayam yang datang ke PPBT. Walaupun pada awalnya PPBT hanya memproduksi pakan puyuh untuk kebutuhan pribadi namun kini PPBT juga mulai menjual pakan puyuh yang dihasilkan kepada peternakan puyuh yang ada di daerah Sukabumi dan Bogor. Bahkan keberadaan unit bisnis ini juga menjadi salah satu strategi yang dimanfaatkan pihak PPBT untuk menambah mitra bisnisnya. Hal ini karena pihak PPBT akan mensupplai kebutuhan pakan peternak puyuh dan peternak puyuh yang mendapatkan supplai pakan dari PPBT harus menjual telur yang dihasilkan melalui PPBT. Pakan yang dihasilkan oleh PPBT berupa pakan tepung (mash) karena puyuh ataupun ayam petelur lebih menyukai pakan yang berbentuk tepung (mash). Pakan yang diproduksi oleh PPBT terbuat dari beberapa campuran bahan baku yaitu jagung giling, dedak padi, konsentrat ransum ayam petelur, tepung

ikan, dan bahan tambahan pakan (feed additive). Teknologi produksi yang digunakan oleh PPBT untuk memproduksi pakan masih menggunakan teknologi sederhana karena belum menggunakan teknologi semi modern seperti penggunaan mesin pengaduk (mixer). Tahapan proses produksi pakan pada PPBT dapat dilihat pada Lampiran 4. 5.9 Strategi Pemasaran Perusahaan Strategi pemasaran perusahaan merupakan bagian terpenting dalam

melakukan kegiatan pemasaran dan sangat berperan dalam menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Hal ini karena strategi pemasaran merupakan aturan main yang digunakan perusahaan sepanjang periode yang akan datang. Strategi pemasaran menggambarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan atau sasaran produk atau pasar. Analisis strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dilakukan dengan menganalisis unsur strategi persaingan dari PPBT dan bauran pemasararan yang dilakukan oleh PPBT. 5.9.1 Unsur Strategi Persaingan Unsur strategi persaingan perusahaan meliputi tiga aspek yaitu segmentasi pasar, targeting dan positioning. Analisis unsur strategi persaingan Peternakan Puyuh Bintang Tiga adalah sebagai berikut : 1. Segmentasi Telur puyuh termasuk makanan yang digemari oleh berbagai konsumen dan dapat diterima oleh berbagai pasar konsumen. Oleh karena itu kegiatan segmentasi pasar menjadi satu hal yang penting untuk dilakukan agar proses pemasaran dapat berjalan dengan efisien sehingga akan menghasilkan profit yang menguntungkan perusahaan. Segmentasi adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah ( Rangkuti, 2006). Segmentasi yang dilakukan oleh PPBT yaitu dengan membagi konsumen berdasarkan wilayah geografisnya hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pendistribusian telur. Segmentasi geografis ini akan membagi konsumen dari PPBT menjadi konsumen yang berada di daerah Bogor, Jakarta, Tanggerang, Bekasi dan luar Jabotabek. Selain segmentasi geografis PPBT juga membagi konsumen berdasarkan tingkat penggunaan konsumen yaitu konsumen akhir yang akan mengkonsumsi telur puyuh sendiri, pedagang pengecer (reseller) yang akan

menjual kembali telur yang dibelinya, Bandar pedangan asongan yang akan menjual kembali telur puyuh setelah melakukan proses pengolahan ( dijual dalam bentuk telur puyuh rebus), home industry yang menjadikan telur puyuh sebagai bahan baku. 2. Targeting Setelah melakukan segmentasi pasar atau membagi pasar kedalam kelompok kelompok tertentu langkah selanjutnya adalah memilih satu segmen sebagai target pasar dari PPBT. Sebagai langkah awal PPBT memilih target pasar utama yaitu pedagang pengecer (reseller) dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Pemilihan target pasar ini berdasarkan pertimbangan permintaan pedagang pengecer (reseller) dan bandar pedagang asongan lebih banyak kuantitasnya dan lebih kontinyu permintaannya jika dibandingkan dengan konsumen akhir atau home industry seperti catering yang permintaannya lebih sedikit dan hanya pada waktu waktu tertentu saja. Sedangkan pemilihan wilayah Bogor sebagai target pasar awal adalah atas pertimbangan kemudahan dalam proses pendistribusian produk. Selain itu, pemilihan pasar di wilayah Bogor sebagai langkah awal juga dikarenakan produk telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT belum mencukupi jika mengambil target pasar yang lebih luas. Namun, seiring dengan pengembangan usaha yang terus dilakukan untuk jangka panjang PPBT akan membidik wilayah pasar yang lebih luas yaitu wilayah pasar Jabotabek. 3. Positioning Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan Positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (Rangkuti, 2006). Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) menentukan posisi pasar produk telur puyuh yang dihasilkannya sebagai produk telur puyuh yang berkualitas dan bermutu baik. Posisi pasar yang ditetapkan oleh PPBT ini didukung oleh adanya keseragaman bentuk, keselarasan cangkang telur serta besar telur yang dihasilkan oleh perusahaan merata sehingga kualitas telur yang dihasilkan oleh PPBT dapat diklasifikasikan sebagi telur yang berkualitas.

5.9.2 Bauran Pemasaran Perusahaan Unsur - unsur bauran pemasaran secara garis besar terdiri dari bauran produk (Product), harga (price), tempat (Place) dan promosi (promotion). Strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) adalah sebagai berikut : 1. Strategi Produk (Product) Strategi produk mencakup keputusan yang terorganisir tentang bauran produk diantaranya Keragaman produk, kualitas, desain, ciri, merek, kemasan, ukuran pelayanan, garansi, dan imbalan. Amir (2005) mendefinisikan produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka. Jenis produk utama yang dihasilkan oleh PPBT adalah telur puyuh yang dikemas dalam peti kayu dan dus. Mutu dan kualitas produk yang dihasilkan oleh PPBT memiliki kelebihan jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan. Dalam memasarkan produk yang dihasilkannya PPBT menggunakan peti kayu yang berkapasitas 1200 butir dan dus yang berkapasitas 750 butir. Pemilihan penggunaan peti kayu dan dus disesuaikan dengan target pasar dari PPBT yaitu pedagang pengecer (reseller) dan bandar pedagang asongan sehingga penggunaan peti dan dus ini dirasakan telah sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Strategi Harga (Price) Harga adalah satu satunya unsur pemasaran yang menghasilkan pendapatan bagi pemasar. Penetapan harga yang dilakukan oleh PPBT untuk telur puyuh yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan metode Competition Based Pricing dan Cost Based Pricing. Competition Based Pricing adalah penetapan harga yang memperhatikan faktor lingkungan, terutama elemen pesaing. Cost Based Pricing penetapan harga didasarkan kepada berapa jumlah biaya yang sudah dikeluarkan. Dalam menetapkan harga jual PPBT menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing yang ada pasar wilayah Bogor yaitu telur puyuh yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Tengah,Sleman, Yogyakarta, Solo, Kediri dan Blitar. PPBT menetapkan harga jual telur puyuh

sebesar Rp175 per butir dengan margin keuntungan sebesar 20% dari biaya produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu butir telur. Daftar harga pesaing yang berada di wilayah pemasaran PPBT dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Daftar Pesaing di Wilayah Pemasaran PPBT No Nama Pasar Pesaing 1 Pasar Anyar Ardi (Sukabumi) 2 Pasar Bogor Ardi(Sukabumi), Kediri,Blitar Yogyakarta,Sleman, dan Solo 3 Pasar Leuwiliyang Tidak ada pesaing 4 Pasar Ciawi Tidak ada pesaing 5 Pasar Warung Yogyakarta, Sleman dan Solo Jambu 6 Pasar Cibinong Yogyakarta, Sleman dan Solo Jawa Timur 7 Pasar Ciluar Tidak ada persaing 8 Pasir Angin Tidak ada pesaing 9 Cirangkong Tidak ada pesaing
Sumber : Data Primer (Maret 2009)

Harga (Rp/ butir) 180 180 220 190 180 - 220 185 220 -

Berdasarkan data pada Tabel 15 Harga jual yang ditetapkan oleh PPBT kepada target pasar yaitu pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan yaitu Rp. 175 per butir sedangkan harga jual pesaing di pasar berkisar antara Rp.180 Rp. 220 per butir. Penetapan harga yang lebih rendah dari pesaing ini merupakan salah satu strategi perusahaan dan merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan pasar dengan pesaing terutama untuk merebut pasar telur puyuh dari luar wilayah Bogor. Selain menjual ke pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan PPBT juga menjual kepada konsumen akhir walaupun jumlahnya sangat sedikit. Konsumen akhir yang membeli telur puyuh dari PPBT biasanya merupakan warga yang berada di sekitar lokasi PPBT. Harga untuk konsumen akhir yang membeli telur ke PPBT adalah Rp. 185 per butir penetapan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditetapkan kepada pedagang eceran dikarenakan jumlah yang dibeli oleh konsumen akhir sedikit dan permintaannya hanya sewaktu waktu saja. 3. Strategi Tempat/ Distribusi (Place) David (2006) mengungkapkan distribusi merupakan kegiatan yang mencakup pergudangan, saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori

penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, penjualan partai besar dan peritel. Dalam proses pendistribusian produk PPBT memilih saluran distribusi langsung dengan mengutamakan pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Sistem kerjasama yang dilakukan oleh PPBT dalam memasarkan produknya adalah sistem jual putus, dimana kerugian akibat barang yang rusak dan tidak habis terjual menjadi tanggungan pelanggan atau bukan lagi merupakan tanggungan PPBT. Hal ini akan mengurangi resiko kerugian yang mungkin dialami oleh PPBT akibat adanya barang yang tidak laku terjual. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh PPBT adalah dengan cara tunai (cash) atau tempo. Pembayaran secara tempo biasanya diberikan khusus untuk pelanggan yang benar benar sudah di percaya dan sudah lama (pelanggan loyal). Batas waktu tempo yang diberikan adalah satu hari. Data wilayah distribusi dan banyaknya produk yang dipasarkan oleh PPBT dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Wilayah Pendistribusian Telur Puyuh PPBT Banyaknya Banyaknya Nama Pasar ( per minggu) (butir per minggu) No 1 Ciawi 3 peti 3600 2 Cibinong 5 peti 6000 3 Pasir Angin 7 peti 8400 4 Ciluar 4 peti 4800 5 Bogor 15 peti 18000 6 Anyar 10 peti 12000 7 Leuwiliyang 5 peti 6000 8 Warung Jambu 20 dus 15000 9 Cirangkong 4 peti 4800 10 Konsumen Akhir 1 dus 750 Jumlah 79350
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (diolah), (Maret 2009)

Persentase 4,54% 7,56% 10,59% 6,05% 22,68% 15,12% 7,56% 18,90% 6,05% 0,95% 100%

Berdasarkan data pada Tabel 16 diketahui bahwa 99,5% telur puyuh PPBT dipasarkan ke pedagang pengecer atau bandar asongan. Hal ini karena target pasar dari PPBT adalah pedagang pengecer yang dan bandar pedagang asongan. Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) hanya menjual 0,95% telur kepada konsumen akhir yang berada di sekitar lokasi peternakan.

Proses pendistribuasian produk telur puyuh adalah dengan menggunakan mobil pick up. Pemilihan mobil Pick up didasarkan atas pertimbangan memiliki daya angkut besar sehingga lebih efektif dan efisien serta dapat menghemat biaya transportasi. Sistem pemasaran yang dilakukan oleh PPBT adalah pemasaran langsung dimana telur puyuh yang dihasilkan dijual langsung kepada pedagang pengecer yang ada di pasar tanpa melalui perantara atau tengkulak. Penggambaran saluran distribusi PPBT dapat dilihat pada Gambar 10.

Pedagang Pengecer Telur di Pasar Ciawi (4,54%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Cibinong (7,56%) Bandar Pedagang Asongan Pasir Angin ( 10,59%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Ciluar (6,05 %)

PPBT

Pedagang Pengecer Telur di Pasar Bogor (22,68%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Anyar (15,12%) Pedagang Pengecer Telur di Pasar Leuwiliyang (7,56%) Pedagang Pengecer di Pasar Wr. Jambu (18,90%)

Konsumen Akhir (100%)

0,95 %

Pedagang Pengecer di Cirangkong (6,05%)

Gambar 10. Saluran Distribusi Telur Puyuh PPBT


Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (diolah), Maret 2009

4. Strategi Promosi (Promotion) Promosi merupakan kegiatan perusahaan dalam mengkomunikasikan produk yang dijualnya kepada pelanggan. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PPBT hanya dilakukan dengan menggunakan promosi langsung ke pelanggan di wilayah Bogor. Hal ini dikarenakan kapasitas telur yang dihasilkan oleh PPBT selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang telah menjadi pelanggan PPBT. Selain kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh pedagang yang pernah membeli telur puyuh ke PPBT sangat membantu proses pemasaran PPBT. Sampai saat ini PPBT belum pernah melakukan promosi dengan menggunakan media cetak ataupun elektronik, namun dengan semakin berkembangnya usaha dan didukung dengan adanya sistem kemitraan yang dibangun oleh PPBT sebaiknya PPBT mulai memikirkan kegiatan promosi.

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN


6.1 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi , penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen. Analisis lingkungan internal Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dilakukan untuk mengetahui faktor faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari PPBT. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PPBT digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. Berikut ini akan dibahas faktor faktor internal dari PPBT. 6.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Peternakan Puyuh Bintang Tiga Mempunyai satu orang manajer yang sekaligus sebagai pemilik peternakan dan delapan orang karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar lokasi peternakan yaitu Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang. Selain itu, PPBT juga merekrut seorang karyawan tetap yang berasal dari Kabupaten Sukabumi, hal ini atas dasar pertimbangan bahwa ia telah mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam pemeliharan puyuh karena selama 10 tahun telah bekerja di Golden Quail. Keterampilan dan pengalaman kerja karyawan menjadi suatu hal yang sangat penting dikarenakan dalam proses pembudidayaan puyuh diperlukan pengetahuan dan ketelitian agar proses budidaya dapat berjalan dengan lancar. Data karyawan PPBT dapat dilihat pada Tabel 17. Hari kerja karyawan di PPBT adalah tujuh hari kerja atau dengan kata lain karyawan bekerja setiap hari dalam satu minggu. Hal ini dikarenakan proses produksi dan pemeliharaan puyuh berlangsung setiap hari. Kegiatan operasional perusahaan dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Waktu istirahat untuk karyawan selama satu jam yaitu pada pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Sehingga dalam satu hari karyawan hanya bekerja selama delapan jam. Jika karyawan bekerja lebih dari waktu kerja yang telah ditetapkan

maka mendapatkan uang lembur sebesar Rp. 5.000 per jam atau jika dalam satu hari penuh karyawan diminta untuk bekerja ekstra maka pihak manajemen akan memberikan uang lembur sebesar Rp. 20.000 per hari. Pemberian uang lembur ini merupakan salah satu kegiatan pemberian motivasi yang dilakukan oleh pihak PPBT untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Tabel 17. Data Karyawan PPBT
No Nama karyawan Prastiyo,Spt Bagian Alamat Usia (Thn) 37 Tingkat Pendidika n Sarjana Masa Kerja (bln) Gaji ( Rp per bulan) _

Manajer dan Pemilik Anak Kandang (DOQ)

Mega Mendung

18 2 Yudi Wahyudin Cikembar Sukabumi 33 SMP

18 3 4 5 6 7 Suhendar Noviyanto Ahmad Rifai Samsudin Makmur Anak Kandang Anak Kandang Anak Kandang Produksi Pakan Sarana Produksi dan Peralatan Sopir Dapur Keamanan Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir 26 25 24 39 58 SMU 7 SMP 4 SMP 9 SMP 11 SR

900.000 500.000 500.000 500.000 600.000

18 8 9 10 Agus Marfuah Aben Gunung Bunder Desa Situ Ilir Desa Situ Ilir 48 51 35 SD MI SMP 1 10 18

600.000 500.000 350.000 400.000

Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Selain mendapatkan uang lembur jika bekerja diluar jam kerja, pihak manajemen juga memberikan bonus pada hari raya atau Tunjangan Hari Raya (THR). Besarnya THR yang diberikan kepada para karyawan adalah sama dengan satu bulan gaji. Hal ini dilakukan agar loyalitas karyawan terhadap perusahaan

tetap terjaga dan sebagai bentuk perhatian pihak perusahaan terhadap para karyawan yang telah membantu kegiatan operasional perusahaan. Penentuan besarnya gaji yang diterima oleh setiap karyawan didasarkan pada pengalaman, keterampilan,tugas dan tanggung jawab serta lamanya bekerja. Semakin lama bekerja, semakin terampil dan semakin berat tugas yang menjadi tanggung jawabnya maka seorang karyawan akan mendapatkan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan yang baru bekerja dan belum berpengalaman. Sehingga, besarnya gaji karyawan yang ada di PPBT berbeda beda. Tujuan dari perbedaan gaji ini adalah sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan yang telah lama bekerja pada PPBT dan sebagai pemacu bagi karyawan yang masih baru untuk terus meningkatkan keterampilannya. Perbedaan sistem pemberian gaji hanya pada karyawan bagian dapur yaitu Ibu Marfuah yang hanya mendapatkan gaji sebesar Rp. 350.000 dengan sistem kenaikan gaji sebesar Rp. 25.000 per tiga bulan. Hal ini sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawab dari bagian dapur yaitu hanya menyediakan konsumsi bagi para karyawan dan membersihkan bangunan kantor dan mess karyawan. Gaji yang diterima oleh karyawan PPBT jika dibandingkan dengan gaji karyawan peternakan puyuh yang ada di Sukabumi lebih tinggi atau lebih mahal. Karyawan peternakan puyuh sukabumi mendapatkan gaji sebesar Rp. 400.000 per bulan sedangkan karyawan PPBT mendapatkan gaji minimal Rp. 500.000 per bulan. Namun, jika dibandingkan dengan Upah Minimun Regional Kabupaten Bogor sebagian besar gaji karyawan PPBT masih lebih rendah seperti terlihat pada Tabel 18. Tabel 18. Upah Minimun Regional Kabupaten Bogor Upah Minimum Regional Tahun 2007 Upah Minimum Regional Rp. 800,800

2008 873,231

Sumber :Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (2009)2

Para karyawan PPBT juga mendapatkan jatah makan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari. Hal ini bertujuan agar para karyawan PPBT tidak meninggalkan lokasi peternakan ketika jam istirahat. Para karyawan juga mendapatkan jatah libur selama dua hari selama satu bulan. Sistem pengambilan
2

http://regionalinvestment.com/sipid/id/ekonomiumrd.php?ia=3201&is=45

jatah libur ini adalah secara bergiliran, agar tetap ada karyawan yang bertugas merawat puyuh. Jika karyawan melakukan bolos kerja atau libur lebih dari jatah waktu yang diberikan, pihak PPBT akan memberikan hukuman berupa pemotongan gaji sebesar Rp. 25.000 per hari. Hukuman ini bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dari para karyawan PPBT. Kegiatan pengorganisasian karyawan telah dilakukan oleh PPBT sejak awal berdiri. Hal ini terlihat dengan sudah adanya pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas kepada para karyawan. Walaupun terkadang para karyawan juga melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya, Namun, hal ini dilakukan jika pekerjaan utamanya telah selesai dikerjakan. Sehingga para karyawan PPBT telah mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, kewajiban dan tanggung jawab utamanya masing masing. Dalam melaksanakan kegiatan koordiasi manajer selalu bersifat kekeluargaan, dimana manajer selalu menerima semua masukan baik yang bersifat positif maupun negatif dari semua karyawan selama hal tersebut dapat memberikan perubahan dan kemajuan bagi PPBT. Begitupun jika terjadi permasalahan di PPBT manajer akan melibatkan karyawan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga karyawan akan semakin loyal terhadap perusahaan. Perekrutan karyawan baru yang dilakukan oleh PPBT biasanya berdasarkan atas rekomendasi dari pekerja dan berasal dari daerah di sekitar lokasi peternakan. Dalam merekrut karyawan pihak PPBT tidak melihat dari tingkat pendidikan. Hal utama yang diperhatikan oleh pihak PPBT adalah keuletan, kerajinan dan semangat kerja karyawan. Karyawan baru diberikan pelatihan selama dua hari untuk mengetahui apa yang menjadi tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya. Pelatihan bagi karyawan baru terutama bagian anak kandang biasanya diberikan oleh karyawan lama yang telah berpengalaman dalam proses pemeliharaan puyuh. Setelah diberikan pelatihan selanjutnya karyawan baru dapat mengerjakan pekerjaannya sendiri dan tetap mendapatkan pengawasan dari manajer dan karyawan senior. Namun, sampai saat ini keterampilan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga masih rendah hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan mengenai proses budidaya puyuh. Selain karyawan tetap, PPBT juga mempekerjakan

karyawan lepas jika sedang melakukan kegiatan pembangunan bangunan kandang. Karyawan lepas yang bekerja di PPBT akan mendapatkan bayaran dengan sistem harian yaitu sebesar Rp. 30.000 Rp. 40.000 per hari. Proses pengendalian yang dilakukan oleh PPBT dilakukan setiap hari oleh manajer. Manajer akan menerima laporan harian dari setiap bagian. Hal ini dilakukan agar semua aktivitas yang terjadi di PPBT dapat terkontrol oleh manajer. Sehingga jika terdapat hal hal yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dapat segera diselesaikan dan tidak menimbulkan masalah yang berlarut larut. 6.1.2 Pemasaran Proses pemasaran produk yang dihasilkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga selama ini dilakukan dengan mendatangi langsung calon pembeli ke pasar pasar dan mempromosikan produk yang dihasilkan oleh PPBT. Jika pelanggan tertarik untuk membeli produk PPBT proses pemesanan dilakukan dengan menggunakan media handphone atau pembeli yang datang langsung ke PPBT. Proses pemesanan seperti ini dapat berkembang karena telah terjalin kepercayaan antara PPBT dengan pelanggan. Dalam memasarkan produk yang dihasilkan PPBT menggunakan peti berkapasitas 1.200 butir dan dus berkapasitas 750 butir. PPBT belum memberikan merek pada peti atau kardus yang digunakan untuk memasarkan produk telur puyuh yang dihasilkan. Tidak adanya merek pada peti dan dus yang digunakan oleh PPBT untuk memasarkan produk menjadikan identitas dari produk yang dihasilkan tidak terlihat. Padahal pemberian nama merek atau cap pada suatu produk merupakan hal yang penting sebagai media penanaman brand image yang positif bagi konsumen. Jika brand equity ini bisa dikelola dengan baik, perusahaan akan mendapatkan dua hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek,yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing, dan efisiensi serta efektivitas kerja khususnya pada program pemasaran.

Tidak adanya merek pada kemasan membuat produk yang dihasilkan oleh PPBT tidak memiliki perbedaan dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing atau tidak memiliki identitas sendiri yang dapat menjamin kualitas dari produk yang dipasarkan. Selain itu, pemberian merek juga bermanfaat sebagai salah satu media promosi untuk memperkenalkan PPBT kepada para pelanggan khususnya calon pelanggan baru. Selama ini pihak PPBT belum melakukan kegiatan promosi secara langsung. Promosi hanya terjadi dari mulut ke mulut pelanggan yang pernah membeli produk kepada PPBT. Hal ini yang menyebabkan wilayah pemasaran dari PPBT masih terbatas yaitu hanya di wilayah Bogor. Peternakan Puyuh Bintang Tiga menggunakan saluran distribusi langsung yaitu dengan memasarkan produk yang dihasilkan langsung kepada pasar sasaran yaitu pedagang eceran atau bandar pedagang asongan. Pendeknya saluran distribusi yang dipilih oleh PPBT membuat proses pemasaran menjadi lebih efisien. Pemilihan saluran distribusi ini juga didasarkan atas pertimbangan PPBT telah memiliki sarana transportasi sendiri yaitu berupa mobil pick-up sehingga akan sangat memudahkan dalam proses pemasaran produk. Selain itu,lokasi produksi yang dekat dengan wilayah pemasaran merupakan suatu keunggulan yang dimiliki oleh PPBT karena dapat menghemat biaya distribusi produk ke pasar sasaran. Penetapan harga yang dilakukan oleh PPBT yaitu dengan menggunakan metode Competition Based Pricing. PPBT menetapkan harga jual produk telur puyuh yang dihasilkan dibawah dari harga pesaing. Harga yang ditetapkan oleh PPBT yaitu Rp. 175 per butir Sedangkan harga yang ditetapkan oleh pesaing di pasar wilayah Bogor yaitu berkisar antara Rp.180 Rp.220 per butir. Daftar harga pesaing yang ada di wilayah pemasaran dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 15. Penetapan harga yang lebih murah dari pesaing ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh PPBT untuk mendapatkan keunggulan bersaing di pasar sasaran. 6.1.3 Keuangan dan Akuntansi Permodalan dari PPBT yaitu berasal dari pemilik PPBT Bapak Prastiyo,Spt. PPBT belum pernah melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan manapun, sehingga PPBT tidak memiliki ketergantungan kepada lembaga keuangan.

Seluruh kebutuhan modal yang perlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha PPBT berasal dari modal pribadi Bapak Prastiyo,Spt. Karena modal yang digunakan hanya berasal dari modal pribadi membuat modal yang dimiliki menjadi terbatas dan menghambat kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan. PPBT telah melakukan pencatatan keuangan yang cukup rapi yang dilakukan oleh manajer. Pencatatan keuangan ini akan sangat berguna untuk mendukung kesuksesan dan perkembangan usaha dari PPBT. 6.1.4 Produksi Proses produksi pada PPBT dimulai dari puyuh yang siap bertelur (Pullet) yang berumur 35 45 hari hingga tidak lagi produktif (apkir) yaitu saat berumur 18 bulan. Alur proses pemeliharaan yang terjadi pada masa produksi dapat dilihat pada Gambar 11. Persiapan Kandang

Proses Budidaya Puyuh Petelur Pengendalian dan pencegahan penyakit : 1. Sanitasi kandang 2. Vaksinasi 3. Pemberian vitamin dan obat - obatan

Pemberian pakan dan minum

Panen dan pasca panen

Pengafkiran Gambar 11. Alur Proses Pemeliharaan pada PPBT


Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Proses pemeliharaan dimulai dengan proses persiapan kandang yaitu kandang dilakukan fumigasi dengan penyemprotan disinfektan untuk mematikan virus dan bakteri yang ada di dalam maupun disekitar kandang. Disinfektan yang digunakan adalah biodes dan septoid dengan komposisi yang telah ditentukan. Dosis yang digunakan dalam kegiatan fumigasi adalah satu tutup cairan septoid ditambahkan dengan satu tutup cairan biodes untuk setiap 10 liter air. Setelah kandang steril, dilakukan persiapan pakan dan air minum yang telah dicampurkan dengan vitamin. Setelah kandang, pakan dan air minum siap bibit puyuh yang siap bertelur (pullet) akan diletakkan didalam sangkar yang telah dipersiapkan. Satu lantai atau tingkat sangkar berukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm dan tinggi 20 cm berisi 40 ekor puyuh. Sehingga dalam satu kandang yang terdapat lima tingkat berisi 200 ekor puyuh. Pemeliharaan puyuh petelur pada masa produksi yang dilakukan setiap hari secara rutin adalah memberi minum dan membersihkan kandang yaitu menyapu dan mengepel kandang. Pemberian pakan dilakukan dua hari sekali. Pakan yang diberikan berupa ransum yang terdiri dari campuran jagung giling, dedak, konsentrat ayam petelur, bahan tambahan. Jumlah pakan yang diberikan rata rata adalah sebanyak 40 gram per ekor per dua hari. Proses kegiatan pemeliharaan puyuh petelur setiap hari dapat dilihat pada Lampiran 5. Penyiapan Baki Tempat Telur Pengambilan Telur Penyortiran Telur

Pendistribusian Telur ke Pasar Sasaran

Pengemasan Telur ke Peti Kayu dan Dus

Gambar 12. Proses Pengambilan Telur hingga Siap Dipasarkan


Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Proses pemanenan atau pengambilan telur meliputi kegiatan penyiapan baki tempat panen yang berkapasitas 100 butir, pengambilan telur dengan menggunakan baki tersebut, penyortiran telur dan selanjutnya dilakukan kegiatan pengemasan telur dengan menggunakan peti yang berkapasitas 1.200 butir dan dus yang berkapasitas 750 butir telur. Tahap terakhir yaitu proses pendistribusian

telur ke pasar sasaran. Alur proses Pengambilan telur hingga siap dipasarkan dapat dilihat pada Gambar 12. Dalam kegiatan pemeliharaan puyuh petelur, kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah program kesehatan untuk menjaga agar puyuh terhindar dari penyakit. Program kesehatan yang dilakukan meliputi pemberian vitamin yang dilakukan setiap minggu selama tiga hari berturut turut, pemberian obat untuk penyakit snot yang dilakukan setiap bulan dimana waktu pemberian berselangan dengan pemberian obat pencernaan dan vaksinasi Newcastle Desease (ND) yang dilakukan setiap dua bulan sekali. Program kesehatan yang dilakukan PPBT dalam pemeliharaan puyuh petelur dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Program Kesehatan Puyuh Petelur di PPBT No Jenis Kegiatan Waktu Keterangan 1 2 3 Pemberian Vitamin Setiap minggu Selama tiga hari berturut - turut Berselang dengan pemberian obat pencernaan Berselang dengan pemberian obat snot Pemberian obat Setiap bulan untuk penyakit snot Pemberian obat Setiap bulan untuk saluran pencernaan Vaksinasi Newcastle Setiap dua bulan Desease (ND)

Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT), Tahun 2009

Kapasitas produksi dari PPBT saat ini adalah rata rata sekitar 63.750 butir per minggu. Kapasitas produksi saat ini masih dianggap kurang memenuhi kebutuhan pasar. oleh karena itu, PPBT terus melakukan pengembangan usaha dengan menambah jumlah kandang dan populasi puyuh yang dipeliharanya. Selain, menambah jumlah kandang, PPBT juga menjalin kemitraan dengan peternak puyuh yang berada didaerah Cibungbulang, Sukabumi, dan Lido. Banyaknya telur yang berasal dari peternak mitra PPBT dan menambah produk yang harus dipasarkan oleh PPBT dapat dilihat pada Tabel 20. Berdasarkan data dari Tabel 20 diketahui bahwa total telur yang dihasilkan oleh peternak mitra sebanyak 63.600 per minggu. Sehingga total telur yang harus dipasarkan oleh PPBT sebanyak 127.350 butir atau sekitar 106 peti per minggu. Sistem kemitraan yang dibangun oleh PPBT saat ini sangat efektif untuk memenuhi permintaan yang belum dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi PPBT

sendiri. Namun, kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra justru menimbulkan kerugian bagi PPBT. Hal ini dikarenakan peternak mitra tidak melakukan sortasi berdasarkan strandar produk yang ditetapkan oleh PPBT sehingga seringkali telur telah mengalami kerusakan saat sampai di PPBT. Tabel 20. Banyaknya Telur yang dihasilkan Oleh Peternak Mitra PPBT Jumlah pakan yang N Peterna Jumlah Telur Alamat disupplai oleh PPBT o k Mitra (butir Per Minggu) (Kg per minggu) Jampang Selatan, 1 Anin Sukabumi 5.000 450 Jampang Selatan, 2 Edi Sukabumi 9.000 350 Jampang Selatan, 3 Obay Sukabumi 4800 200 Jampang Selatan, 4 Mamat Sukabumi 13.000 Produksi pakan sendiri 5 Asep Lido 15.000 Produksi pakan sendiri 6 Jazuli Cibungbulang 16.800 600 Jumlah 63.600 1600
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Kualitas dan mutu telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT, jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan, dan cangkang telur yang tebal sehingga tidak mudah pecah dan memudahkan dalam proses pemasaran produk. Selain itu, jarak pemasaran yang dekat dengan pasar menbuat telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT lebih cepat diterima oleh konsumen jika dibandingkan dengan telur puyuh yang berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. 6.1.5 Penelitian dan Pengembangan Peternakan Puyuh Bintang Tiga belum memiliki bagian khusus yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PPBT masih dipegang dan dilakukan oleh manajer. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh manajer ditunjang oleh latar belakang pendidikan manajer yaitu sarjana peternakan IPB.

Dengan latar belakangnya ini manajer dibantu oleh para karyawannya terus melakukan kegiatan pengembangan usaha. 6.1.6 Sistem Informasi Manajemen Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) belum membutuhkan sistem informasi manajemen. Hal ini dikarenakan informasi di PPBT dapat mengalir tanpa melalui hirarki perusahaan. Informasi dapat berasal dari manajer dan langsung disampaikan kepada seluruh pekerja ataupun melalui salah seorang pekerja untuk disampaikan kepada pekerja lainnya. Selain itu, informasi juga dapat berasal dari pekerja hal ini dikarenakan manajemen yang digunakan di PPBT adalah gaya demokratis dimana terdapat keterbukaan diantara bagian bagian di dalam organisasi. Belum terstrukturnya sistem informasi manajemen di PPBT dikarenakan jumlah pekerja yang dimiliki oleh PPBT masih sedikit sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan efektif kepada seluruh bagian di dalam organisasi. Untuk itulah PPBT merasa belum membutuhkan suatu sistem atau alat pengelolaan informasi yang canggih, karena hal ini justru akan meningkatkan pengeluran perusahaan sementara manfaat yang diterima oleh perusahaan sangat kecil. 6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisis lingkungan eksternal Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) merupakan analisis terhadap lingkungan yang berada di luar perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui peluang yang dapat dimafaatkan oleh PPBT dan ancaman yang dapat menghambat kemajuan dari PPBT. Berikut akan dibahas faktor faktor eksternal dari PPBT yang mungkin dapat menjadi peluang atau ancaman bagi PPBT 6.2.1 Kekuatan Ekonomi Konsumsi telur puyuh yang terus mengalami peningkatan merupakan suatu indikasi bahwa telur puyuh semakin diminati oleh masyarakat. Adapun data mengenai Konsumsi Rata Rata Per Kapita Seminggu Untuk Telur Puyuh menurut Golongan Pengeluaran Per kapita Sebulan dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rata rata konsumsi telur puyuh untuk rata rata pengeluaran perkapita mengalami peningkatan.

Peningkatan konsumsi telur puyuh ini merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT untuk terus mengembangkan usahanya dan

meningkatkan jumlah penjualan telur puyuh yang dihasilkan. Selain itu meningkatnya PDB masyarakat juga merupakan indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat atau semakin membaik. Peningkatan pertumbuhan ekomonomi ini dapat mengambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh masayarakat yang akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi masyarakat mengalami peningkatan dan merupakan indikasi bahwa tingkat kesejahteraaan masyarakat juga semakin meningkat. Data mengenai Produk Domestik Bruto provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang menjadi target wilayah pemasaran dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Provinsi (Rupiah) Tahun Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Banten 2004 31.719.350 5.705.535 6.001.802 2005 33.221.434 6.005.602 6.435.722 2006 34.797.062 6.274.478 6.650.331 2007 36.629.774 6.591.627 6.902.711

Sumber : BPS (2008)

Pada Tabel 21 dapat terlihat bahwa PDB Per Kapita atas dasar harga konstan masyarakat DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten mengalami peningkatan setiap tahunnya hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah pasar yang menjadi target pasar jangka panjang perusahaan. 6.2.2 Kekuatan sosial, budaya,demografi,dan lingkungan Kondisi sosial dan budaya yang menentukan permintaan serta pertumbuhan permintaan terhadap telur puyuh antara lain adalah tren gaya hidup seseorang. Dewasa ini, gaya hidup masyarakat Indonesia semakin peduli terhadap kesehatan. healty lifestyle masuk melalui tren yang kemudian perlahan-lahan berubah menjadi sebuah gaya hidup yang lebih baik di masyarakat3. Adanya tren gaya hidup sehat ini ditandai dengan semakin bijaksananya masyarakat dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan mereka. Konsumsi pangan yang sesuai
3

http://www.kabarindonesia.com/

dengan tren gaya hidup masyarakat sejalan dengan pencapaian Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat (Tabel 22). Tabel 22. Komposisi Energi,Bobot dan skor pangan dalam Pola Pangan Harapan Kelompok Pangan Energi (kkal) Padi - padian 1000 Umbi-umbian 120 Pangan Hewani 240 Minyak dan Lemak 200 Buah dan biji 60 berminyak Kacang-kacangan 100 Gula 100 sayur dan buah 120 Lain-lain 60 Total 2000
Sumber : Deptan (2001)

% Energi 50,0 6,0 12,0 10,0 3,0 5,0 5,0 6,0 3,0 100

Bobot 0,5 0,5 2,0 0,5 0,5 2,0 0,5 5,0 0,0

Skor Pangan 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 10,0 2,5 30,0 0,0 100,0

Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa salah satu kelompok pangan yang menunjang tercapainya Pola Pangan Harapan Pangan Masyarakat adalah pangan hewani. Telur puyuh merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi masyarakat. Telur puyuh adalah produk yang mengandung protein yang tinggi dan kadar lemak sangat cocok untuk mendukung tren gaya hidup sehat masyarakat dan mendukung tercapainya Pola Pangan Harapan masyarakat. Kandungan lemak yang rendah ini sangat cocok untuk diet kolesterol karena dapat menghidari penimbunan lemak di jantung, sementara kebutuhan akan protein akan tetap terpenuhi. Informasi mengenai kandungan gizi telur puyuh dapat dilihat pada Tabel 2. Populasi jumlah penduduk DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang merupakan wilayah pemasaran PPBT selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah Penduduk (dalam Ribu) menurut Provinsi Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Banten
Sumber : BPS, 2008

Tahun 2000 8.361,0 35.724,0 8.098,1

2005 8.892,3 39.150,6 9.071,1

2007 9.064,6 40.329,1 9.423,4

2008 9.146,2 40.918,3 9.602,4

Jumlah populasi yang semakin besar, membutuhkan pasokan pangan hewani yang juga menjadi semakin besar. Salah satu pasokan pangan hewani masyarakat dapat dipenuhi oleh konsumsi telur, salah satunya adalah telur puyuh. Meningkatnya jumlah penduduk akan sangat berimplikasi kepada peningkatan akan produk peternakan seperti telur puyuh. Terjadinya pemanasan global (global warming) sebagai efek rumah kaca di dunia dewasa ini yang mengakibatkan perubahan cuaca yang semakin tidak menentu akan sangat mempengaruhi produktivitas puyuh. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan unggas yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang akan mengakibatkan puyuh mudah mengalami stres. Jika puyuh mengalami stres akan berakibat pada penurunan produktivitas telur yang akan dihasilkan. Sehingga perubahan cuaca yang tidak menentu merupakan suatu ancaman bagi PPBT. Selain itu merebaknya beberapa jenis penyakit seperti Flu burung, tetelo dan beberapa jenis penyakit yang menyerang ternak puyuh juga merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kerugian bagi PPBT. Akbibat serangan penyakit tetelo (Newcastle Disease) pada bulan Desember 2007, PPBT mengalami kerugian yang sangat besar, akibat penyakit ini ternak puyuh yang dikelola oleh PPBT mati secara bertahap sampai akhirnya seluruh ternak puyuh habis terserang penyakit ini. Sehingga pada awal tahun 2008 PPBT kembali memulai usahanya dari awal setelah melakukan sterilisasi dan penyemprotan kandang untuk membunuh virus virus penyakit. Selain itu, situasi keamanan lingkungan sekitar merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan. Hal ini dikarenakan situasi keamanan sekitar peternakan merupakan situasi yang diharapkan mampu mendukung situasi yang kondusif seperti lingkungan yang tidak terlalu bising, frekuensi lalu lalang orang yang tidak terlalu tinggi, dan keamanan lain terkait aset perusahaan seperti keamanan dari pencurian. 6.2.3 Kekuatan politik, hukum, dan pemerintahan Kondisi politik, hukum serta peranan pemerintah dapat mempengaruhi lingkungan eksternal dari perusahaan yaitu melalui kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 15 januari 2009 untuk jenis premium dari Rp. 5000 per liter

menjadi Rp.4500 per liter setelah sebelumnya pemerintah telah menurunkan sebanyak dua kali penurunan (Tabel 24), berdampak kepada penurunan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Tabel 24. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 Harga BBM (Rp/liter) Terhitung Mulai No Tanggal Premium Minyak Tanah Minyak Solar 1 24/05/2008 6.000 2.500 5.500 2 01/06/2008 6.000 2.500 5.500 3 15/06/2008 6.000 2.500 5.500 4 01/08/2008 6.000 2.500 5.500 5 15/08/2008 6.000 2.500 5.500 6 01/09/2008 6.000 2.500 5.500 7 15/09/2008 6.000 2.500 5.500 8 01/10/2008 6.000 2.500 5.500 9 15/10/2008 6.000 2.500 5.500 10 01/11/2008 6.000 2.500 5.500 11 15/11/2008 6.000 2.500 5.500 12 01/12/2008 5.500 2.500 5.500 13 15/12/2008 5.000 2.500 4.800 14 01/01/2009 5.000 2.500 4.800 15 15/01/2009 4.500 2.500 4.500 16 01/02/2009 4.500 2.500 4.500 17 15/02/2009 4.500 2.500 4.500
Sumber : PT. Pertamina (2009)

Pada Tabel 24 terlihat bahwa harga premium yang menjadi bahan bakar mobil yang digunakan sebagai alat transportasi bagi kegiatan opersaional perusahaan mengalami penurunan harga menjadi Rp.4500. Penuruan harga premium ini berdampak kepada berkurangnya biaya distribusi telur yang selama ini menggunakan kendaraan bermotor yaitu mobil pick up. Selain itu, turunnya harga premium juga berdampak kepada penurunan harga bahan baku pakan yang digunakan oleh PPBT sehingga akan menghemat biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. 6.2.4 Kekuatan Teknologi Perkembangan teknologi saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Perkembangan teknologi di bidang peternakan cukup pesat. Perkembangan yang dapat teknologi ini terlihat dengan sektor

ditemukannya

teknologi

meningkatkan

produktivitas

peternakan. Perkembangan teknologi biasanya terlihat dari semakin modern alat alat yang digunakan oleh peternakan sehingga akan sangat membuat proses produksi menjadi semakin efisien dan efektif. Selain kemajuan teknologi yang terjadi pada proses produksi,

perkembangan teknologi dalam bidang informasi dan telekomunikasi juga sangat membantu perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan pihak pihak di luar perusahaan baik dengan pelanggan, pemasok ataupun pihak pihak lain yang memiliki kepentingan. 6.2.5 Kekuatan Kompetitif Analisis lingkungan kompetitif atau analisis lingkungan industri

(lingkungan mikro) Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dilakukan berdasarkan konsep Model Lima Kekuatan Porter (Porters Five Forces model). Analisis lingkungan kompetitif PPBT dilakukan dengan menganalisis lima kekuatan atau faktor yang mempengaruhi lingkungan kompetitif PPBT. Berikut akan dibahas lima kekuatan yang mempengaruhi lingkungan industri PPBT. 6.2.5.1 Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan selalu terjadi pada setiap kegiatan usaha. Persaingan antar perusahaan sejenis yang terjadi yaitu dengan petenakan puyuh lainnya terjadi dipasar yaitu dengan peternakan puyuh yang berada di Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa timur. Persaingan yang dihadapi oleh perusahaan yaitu dalam pemasaran produk. Banyaknya telur puyuh yang berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masuk ke pasar di wilayah Bogor menjadikan tingkat persaingan yang terjadi di pasar menjadi semakin tinggi. Tingkat persaingan yang terjadi yaitu pada tingkat harga, kualitas dan kuantitas yang ditawarkan kepada pelanggan. Daftar pesaing di wilayah pemasaran PPBT dapat dilihat pada Tabel 15. Kuantitas produk telur puyuh yang dihasilkan oleh pesaing mudah didapat di beberapa pasar di wilayah pemasaran PPBT dan ketesediaannya kontiyu. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan oleh pesaing seperti pesaing dari Jawa Tengah berasal dari kelompok peternak sehingga produk yang dihasilkan lebih banyak begitupun dengan pesaing yang berasal dari daerah Jawa Timur. Sedangkan pesaing yang berasal dari Sukabumi dan menjadi pesaing utama PPBT

yaitu Peternakan Ardi mempunyai jumlah populasi ternak yang lebih banyak dari PPBT sehingga dapat mensupplai produk secara kontinyu dari segi kuantitas. 6.2.5.2 Ancaman Masuknya Pendatang Baru Industri peternakan puyuh merupakan industri yang memiliki hambatan masuk (barrier to entry) yang rendah atau kecil. Hal ini dikarenakan peternakan puyuh dapat dilakukan dengan skala usaha rumah tangga hingga skala besar. Selain itu modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha peternakan puyuh tidak terlalu besar karena peternakan puyuh tidak membutuhkan lahan yang lebih sempit jika dibandingkan dengan peternakan ayam ras ataupun itik. Selain itu, puyuh dipelihara di dalam kurung atau sangkar yang memiliki lima tingkat. Satu tingkat berukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm dan tinggi 20 cm untuk 40 ekor puyuh. Sistem sangkar ini akan menghemat luas lahan yang dibutuhkan untuk kandang puyuh. Sehingga peternakan puyuh dapat dikelola sebagai usaha sampingan hingga usaha berskala besar. Masih besarnya permintaan telur puyuh di pasar juga menjadi daya tarik yang besar bagi pengusaha untuk memulai usaha peternakan puyuh petelur. Rendahnya hambatan masuk bagi pendatang baru akan semakin menambah tingginya persaingan di pasar. Semakin menariknya industri peternakan puyuh ini terlihat dari semakin banyaknya permintaan bibit puyuh yang datang ke PPBT. Namun, hal ini juga dapat dimanfaatkan oleh PPBT dengan menjalin kemitraan dengan para peternak yang ingin membuka peternakan puyuh baru. 6.2.5.3 Ancaman Produk atau Jasa Pengganti Ciri suatu produk adalah produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan untuk biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk produk yang memiliki fungsi yang sama dengan telur puyuh yaitu sebagai sumber protein. Jumlah permintaan untuk berbagai jenis telur yang berfungsi sebagai sumber protein dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Konsumsi Rata Rata Per Minggu untuk Jenis Telur Berdasarkan Pengeluaran Rata Rata Per kapita Sebulan konsumsi rata - rata perkapita seminggu Jenis Telur Tahun 2006 Tahun 2007 Telur Ayam Ras (broiler egg) /Kg 0,097 0,117 Telur Itik / itik manila (Duck egg)/ Butir 0,057 0,058 Telur Puyuh (Quail egg)/ butir 0,07 0,088
Sumber : BPS (2007- 2008)

Berdasarkan data pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa meningkatnya jumlah permintaan telur puyuh tidak mempengaruhi atau menyebabkan penurunan permintaan untuk telur ayam ras dan telur itik. Hal ini menunjukkan bahwa telur puyuh sampai saat ini belum memiliki produk substitusi dekat. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki pasar yang berbeda dengan telur ayam ras, ataupun telur itik. Pasar telur puyuh yang ada saat ini adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan. Selain itu, telur puyuh juga lebih banyak dikonsumsi sebagai makanan ringan di perjalanan sehingga banyak ditemui pedagang asongan yang menjual telur puyuh di terminal, pinggir jalan, di dalam bus, kereta api ataupun ditempat tempat umum. Sedangkan telur ayam atau telur itik lebih banyak dikonsumsi sebagai lauk pauk. Oleh karena itu, sampai saat ini dapat dikatakan belum terdapat produk substitusi yang dapat mengancam keberlangsungan usaha dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. 6.2.5.4 Kekuatan Tawar menawar Pemasok Pemasok merupakan pihak atau lembaga yang dibutuhkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga dalam penyediaan bahan baku untuk keberlangsungan kegiatan produksi. Saat ini, kebutuhan pemasok PPBT adalah untuk mendukung kegiatan unit usaha pakan. Perusahaan membutuhkan ketersediaan bahan baku yang kontiyu dan sesuai dengan standar untuk menghasilkan produk pakan puyuh yang berkualitas yang akan mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan. Daftar pemasok bahan baku pakan dari PPBT dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Daftar Pemasok Bahan Baku Pakan PPBT No No Jenis Produk Pemasok kelompok tani di wilayah Jampang Tengah dan Kelompok Tani di Wilayah Bogor Barat 2600 Ciawi (Pak Maman dan Pak Asep) 4900 Pengilingan padi di wilayah Cibungbulang 1200 PT. Bina San Prima Bogor Harga (Rp/kg)

2 3 4

Jagung Pipil Konsentrat Dedak Bahan Pakan

tambahan 10000

Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga ( Maret, 2009)

Pada Tabel 26 dapat diketahui pemasok yang selama ini secara rutin memenuhi kebutuhan bahan baku pemasok. Namun, banyaknya alternatif pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku PPBT membuat kekuatan tawar menawar pemasok menjadi kecil. Perusahaan menjadi tidak terlalu bergantung pada satu pemasok dikarenakan banyaknya jumlah pemasok yang ada. Data mengenai jumlah produksi jaging pipil yang menjadi salah satu bahan baku pakan dapat dilihat pada tabel 27. Tabel 27. Produksi Jagung Pipilan Kering di Jawa Barat No Tahun Produksi Jagung pipil kering 1 2007 577.513 2 3 2008 2009 640.647 641.880

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat (2009)4

Berdasarkan data pada Tabel 27 menunjukkan jumlah produksi jagung pipilan di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produsen jagung pipil juga menjadi semakin banyak. Banyaknya alternatif pilihan pemasok yang ada membuat pemasok PPBT saat ini tidak memiliki ketergantungan terhadap pemasok karena banyaknya alternatif pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku PPBT. Selain itu, pemasok tidak dapat dengan mudah menaikkan harga karena perusahaan akan mudah untuk berganti pemasok. Selain pemasok untuk bahan baku pakan, PPBT juga membutuhkan pasokan sekam yang dibutuhkan dalam proses pengemasan telur agar mengurangi

http://jabar.bps.go.id/Download_files/pr0309atap.pdfv tanggal 9 juni 2009-06-01

resiko kerusakan telur pada saat proses distribusi. Pasokan sekam PPBT selama ini didapat dari penggilingan padi yang banyak terdapat di wilayah sekitar lokasi peternakan dengan harga Rp. 2000 per karung. Banyaknya penggilingan padi yang dapat memasok sekam kepada PPBT membuat PPBT tidak bergantung kepada satu pemasok dan kekuatan tawar menawar pemasok menjadi rendah. Pemasok sekam tidak dapat dengan mudah menaikkan harga karena perusahaan memiliki alternatif pemasok dan dapat mudah berpindah pemasok. 6.2.5.5 Kekuatan Tawar menawar Pembeli/ konsumen Peternakan Puyuh Bintang Tiga memilih target pasar yaitu pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan. Sehingga pembeli atau konsumen utama dari PPBT adalah pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang akan menjual kembali telur puyuh yang dibelinya kepada konsumen akhir. PPBT merupakan peternakan puyuh skala besar satu satunya yang terdapat di wilayah Bogor. Produsen puyuh lainnya yang masuk ke wilayah Bogor adalah peternakan puyuh wilayah Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, untuk beberapa wilayah pemasaran seperti pasar lewiliyang, Ciluar, Ciawi, Pasir Angin dan Cirangkong hanya mendapatkan supplai telur puyuh dari PPBT membuat pembeli memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap PPBT. Namun, untuk wilayah Pasar Anyar, Pasar Bogor, Pasar Warung Jambu dan Pasar Cibinong adanya produsen telur puyuh dari luar wilayah bogor memberikan alternatif pilihan bagi pembeli. Strategi harga yang ditetapkan oleh PPBT dengan menetapkan harga yang lebih rendah dari harga pesaing membuat PPBT memiliki keunggulan dibandingkan pesaing lainnya. Harga yang lebih murah ini juga yang menjadikan pembeli menjadi loyal kepada PPBT selain itu kualitas telur yang baik juga menjadikan pembeli yang telah membeli produk telur dari PPBT menjadi enggan untuk berpindah. Selain itu, belum banyaknya peternak puyuh di wilayah Bogor menjadikan pembeli memiliki sedikit pilihan produsen dengan tingkat harga yang sama dengan PPBT. 6.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Identifikasi terhadap lingkungan internal pemasaran perusahaan dilakukan untuk mengetahui faktor faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan

perusahaan dalam proses pemasaran telur puyuh yang dihasilkan. Indentifikasi dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner dengan pihak manajemen perusahaan dan mitra usaha yang juga merupakan salah satu pendiri dari PPBT. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal maka diperoleh faktor faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan adalah sebagai berikut : 6.3.1 Kekuatan Variabel variabel kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu : a. Kualitas Produk Kualitas dan mutu telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT memiliki kualitas yang baik, jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan, dan cangkang telur yang tebal sehingga tidak mudah pecah dan memudahkan dalam proses pemasaran produk. Selain itu, jarak pemasaran yang dekat dengan pasar membuat telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT lebih cepat diterima oleh konsumen jika dibandingkan dengan telur puyuh yang berasal dari Sukabumi, Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. Kualitas telur puyuh yang baik merupakan suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT dalam proses pemasaran. b. Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran Lokasi Produksi yang terletak di di Jalan KH Abdul Hamid Km 3 Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Merupakan suatu kekuatan bagi PPBT hal ini karena lokasi produksi merupakan lokasi yang dinilai sangat menguntungkan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Selain itu, lokasi produksi yang dekat dengan lokasi pemasaran atau wilayah pasar sasaran memberikan suatu keuntungan dalam proses

pendistribusian yang menjadi lebih cepat sehingga telur yang diterima oleh konsumen masih dalam kondisi yang baik atau tidak rusak akibat terlalu lama di perjalanan menuju pasar. c. Harga Jual Produk yang lebih murah Harga jual produk yang ditetapkan oleh PPBT yaitu Rp. 175 per butir sedangkan harga yang ditetapkan oleh pesaing di pasar wilayah Bogor yaitu berkisar antara Rp.180 Rp.200 per butir. Penetapan harga yang lebih murah dari

pesaing ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang digunakan oleh PPBT untuk mendapatkan keunggulan bersaing di pasar sasaran. Startegi harga yang lebih murah dari pesaing menjadi suatu kekuatan bagi PPBT untuk meraih lebih banyak pelanggan. d. Saluran Distribusi Saluran distribusi yang digunakan oleh PPBT adalah saluran distribusi langsung dimana telur puyuh yang dihasilkan dipasarkan secara langsung oleh PPBT kepada konsumen yaitu pedagang pengecer atau bandar pedagang asongan tanpa melalui perantara atau tengkulak. Pemilihan saluran distribusi langsung ini merupakan kekuatan bagi PPBT karena PPBT akan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan jika melalui perantara atau tengkulak yang cenderung menetapkan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Selain itu, pendeknya jalur distribusi yang dipilih oleh PPBT membuat proses pemasaran dari PPBT menjadi lebih efisien. Saluran distribusi langsung yang dipilih juga bertujuan agar perusahaan tidak bergantung kepada perantara ataupun tengkulak. Saluran distribusi yang digunakan oleh PPBT menjadi suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung kegiatan pemasaran PPBT. e. Pelayanan dan loyalitas pelanggan Pelayanan pelanggan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan hal ini karena pelayanan yang baik akan dapat menghasilkan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan. Dengan adanya loyalitas dari pelanggan akan menjamin adanya pasar bagi produk yang dihasilkan. Pelayanan konsumen yang dilakukan oleh PPBT merupakan satu kekuatan yang dimiliki oleh PPBT. PPBT selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan yaitu dengan cara memenuhi permintaan pelanggan secara tepat waktu, mengirim barang sesuai dengan permintaan pelanggan, kontinyu dalam mengirimkan barang dan PPBT selalu bersedia menerima keluhan dan masukan dari pelanggan sehingga PPBT dapat mengetahui keinginan pelanggan dan dapat memperbaiki kualitas pelayanannya. Selain itu, penetapan harga yang lebih murah dan kualitas yang lebih baik dari pesaing merupakan salah satu faktor yang menghasilkan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan PPBT dapat terlihat dari frekuensi pemesanan

kembali pelanggan yang dimiliki oleh PPBT. Selain itu, loyalitas pelanggan juga dapat menjadi suatu alat promosi untuk menarik pelanggan baru. Banyaknya konsumen yang datang ke PPBT karena adanya informasi dari pelanggan tetap PPBT merupakan salah satu bukti dari adanya loyalitas pelanggan PPBT. Loyalitas pelanggan ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh PPBT. Data pelangaan PPBT dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Daftar Pelanggan PPBT Wilayah Pasar No Nama Konsumen 1 Rohayong Pasar Anyar 2 Darsih Pasar Anyar 3 Sugeng Warung Jambu 4 Beri Ciluar 5 Murodadi Cibinong 6 H. Kodir Ciawi 7 Iwong Pasir Angin 8 Odi Lewiliyang 9 Anton Pasar Bogor 10 Darti Pasar Bogor 11 Iwan Cirangkong
Sumber : PPBT ( April, 2009)

Jumlah Permintaan (per minggu) 10 peti 4 peti 20 dus 10 peti 15 peti 10 peti 7 peti 15 peti 15 peti 10 peti 5 peti

Lamanya menjadi pelanggan (bulan) 16 16 12 6 12 16 18 18 6 18 18

Berdasarkan data pada Tabel 28 dapat terlihat bahwa pelanggan yang saat ini dimiliki semuanya telah menjadi pelanggan PPBT lebih dari enam bulan dengan rata rata pemesanan sebanyak dua kali dalam satu minggu. Bahkan terdapat tujuh pelanggan yang merupakan pedagang pengecer atau agen telur yang telah menjadi pelanggan sejak PPBT berdiri. Walaupun PPBT sempat tidak berproduksi pada akhir tahun 2007 akibat terserang virus Tetelo (Newcastle Disease) tetapi pelanggan tersebut tetap setia terhadap produk yang dihasilkan oleh PPBT. Terjadinya pemesanan ulang konsumen sebanyak minimal 48 kali pemesanan terhadap produk yang dihasilkan oleh PPBT menunjukkan adanya loyalitas pelanggan. Sehingga dapat dikatakan pelayanan dan loyalitas pelanggan merupakan kekuatan yang dimiliki oleh PPBT. 6.3.2 Kelemahan Variabel variabel kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu :

a. Kurangnya kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra Peternakan Puyuh Bintang Tiga saat ini melakukan sistem kemitraan dengan beberapa peternak puyuh yang terdapat di Cibungbulang, Lido dan Sukabumi. Peternak yang menjadi mitra dari PPBT akan menjual telur yang dihasilkan kepada PPBT untuk dipasarkan kembali oleh pihak PPBT. Sistem kerjasama ini pada awalnya merupakan kekuatan yang dimiliki oleh PPBT karena dapat menambah jumlah kapasitas telur puyuh yang dapat dijual. Namun, saat ini keberadaan mitra terutama mitra yang berasal dari daerah Sukabumi dan Lido menjadi suatu kelemahan yang dapat menimbulkan kerugian bagi PPBT. Faktor yang menyebabkan sistem kemitraan menjadi suatu kelemahan terjadi karena adanya penurunan kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak mitra. Banyaknya telur yang pecah dan busuk ketika sampai ke PPBT menjadi suatu kerugian yang harus ditangung oleh perusahaan. Penurunan kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak mitra ini juga dikhawatirkan akan menimbulkan kekecewaan konsumen yang pada akhirnya dapat menghilangkan kepercayaan konsumen kepada PPBT. Oleh karena itu, PPBT harus melakukan penyortiran ulang terhadap telur yang berasal dari peternak mitra untuk menghindari adanya telur yang retak dan busuk yang sampai ke konsumen. Sehingga dapat disimpulkan sistem kemitraan dengan peternak saat ini menjadi suatu kelemahan yang dimiliki oleh PPBT. b. Keterampilan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Keterampilan dari karyawan merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam proses produksi telur. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan unggas yang mudah stress sehingga membutuhkan proses pemeliharaan yang tepat dan keterampilan dari karyawan. Keterampilan karyawan yang dimiliki oleh PPBT saat ini masih kurang, hal ini dikarenakan rata rata karyawan PPBT belum memiliki pengalaman dalam proses budidaya puyuh petelur. Belum adanya pengalaman yang dimiliki oleh pekerja terutama bagian kandang membuat keterampilan yang dimilikinya menjadi kurang sehingga karyawan PPBT masih terus membutuhkan pelatihan dan pengawasan oleh karyawan yang telah memiliki pengalaman dan lebih lama bekerja. Saat ini, PPBT hanya memiliki satu orang karyawan yang memiliki pengalaman selama sepuluh tahun dalam budidaya puyuh petelur sehingga hanya satu orang yang mengerti proses budidaya puyuh

petelur dan dapat membimbing karyawan yang lain. Masih rendahnya keterampilan SDM yang dimiliki oleh PPBT merupakan suatu kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan. c. Manajemen Perusahaan untuk Mendukung Kegiatan Pemasaran Manajemen perusahaan akan sangat mendukung kemajuan suatu perusahaan. Semua kegiatan manajemen PPBT berada dibawah pengawasan manajer yang sekaligus pemilik dari PPBT. Begitupun dengan manajemen pemasaran yang dikelola sepenuhnya oleh manajer. Aktivitas manajemen yang seluruhnya dilaksanakan oleh manajer ini merupakan suatu kelemahan bagi perusahaan karena akan membuat pekerjaan manajer menjadi terlalu berat dan tidak fokus. Selain itu, PPBT belum memiliki orang yang secara khusus menangani pemasaran menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat kegiatan pemasaran. d. Modal Usaha Modal usaha dari PPBT hanya berasal dari pemilik usaha yaitu Bapak Prastiyo,Spt. Hal ini membuat modal usaha yang dimiliki oleh PPBT menjadi terbatas. Keterbatasan modal usaha ini merupakan suatu kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan karena dapat menghambat perkembangan dan kemajuan dari perusahaan. e. Kapasitas Produksi Terbatasnya jumlah kandang yang dimiliki oleh PPBT saat ini membuat kapastitas produk yang dihasilkan menjadi terbatas. Keterbatasan kapasitas produksi ini merupakan suatu kelemahan bagi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen. Namun, dengan melihat banyaknya permintaan konsumen membuat pihak PPBT sampai akhir athun 2009 akan menambah satu kandang besar yang berkapasitas 12.000 ekor puyuh petelur untuk menambah kapasitas produk yang dihasilkan oleh PPBT. f. Belum adanya merek pada kemasan produk Telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT dipasarkan dalam peti kayu yang berkapasitas 1.200 ekor telur dan dus yang kapasitas 750 butir telur. Belum terdapatnya merek pada kemasan produk menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan. Dengan tidak adanya merek pada kemasan menjadikan telur puyuh yang dipasarkan tidak memiliki identitas. Padahal merek dapat menjadi suatu

jaminan kualitas dari produk yang dipasarkan. Selain itu merek dapat menjadi suatu media promosi bagi perusahaan. g. Kegiatan Promosi Sampai saat ini PPBT belum melakukan kegiatan promosi secara khusus. Kegiatan promosi hanya terjadi dari mulut ke mulut konsumen yang pernah membeli produk dari PPBT. Padahal promosi merupakan hal yang penting dalam memperkenalkan produk perusahaan kepada konsumen. Kegiatan promosi yang terbatas dan tidak kontinyu menjadi suatu kelemahan bagi perusahaan Karena akan mengakibatkan wilayah pemasaran produk yang dihasilkan menjadi terbatas. h. Wilayah pemasaran yang masih terbatas Wilayah pemasaran PPBT yang saat ini masih terbatas yaitu hanya di daerah Bogor merupakan suatu kelemahan yang dimiliki perusahaan. Apalagi perusahaan memiliki visi untuk menjadi penguasa pasar Jabotabek. Masih sempit atau terbatasnya wilayah pemasaran PPBT ini dapat menjadi hambatan untuk menggapai visi yang dimilikinya. Padahal untuk mengapai visi yang dimilikinya perusahaan harus dapat memperluas wilayah pemasaran. i. Fasilitas dan peralatan produksi Fasilitas dan peralatan produksi yang dimiliki akan sangat menentukan kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan oleh PPBT. Saat ini fasilitas dan peralatan produksi yang dimiliki oleh PPBT menjadi suatu faktor kelemahan perusahaan. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya jumlah fasilitas dan peralatan produksi seperti kurung yang dimiliki oleh PPBT sehingga akan menghambat kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan oleh PPBT. Selain itu, masih sederhananya peralatan produksi yang digunakan juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan oleh perusahaan. 6.4 Identifikasi Peluang dan Ancaman Identifikasi lingkungan eksternal digunakan untuk menentukan peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam memasarkan telur puyuh yang dihasilkan oleh PPBT. Identifikasi faktor faktor eksternal perusahaan dilakukan melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan, mitra usaha dan mencari informasi pendukung dari data data instansi terkait seperti BPS dan internet. Berdasarkan hasil identifikasi maka diperoleh faktor faktor yang

menjadi peluang dan ancaman adalah sebagai berikut : 6.4.1 Peluang a. Ketersediaan Bahan Baku Banyaknya pemasok bahan baku yang dibutuhkan oleh PPBT memberi suatu jaminan bahan baku bagi perusahaan. Selain itu, adanya sistem kerjasama dengan beberapa pemasok menjadi suatu jaminan agar perusahaan dapat memperoleh bahan baku yang dibutuhkan secara kontinyu. Terjaminnya ketersediaan bahan baku bagi perusahaan merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. b. Perkembangan Teknologi Perkembangan teknologi di bidang peternakan cukup pesat. Perkembangan teknologi biasanya terlihat dari semakin modern alat alat yang digunakan oleh peternakan sehingga akan membuat proses produksi menjadi semakin efisien dan efektif. Selain itu perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi juga akan sangat membantu dalam proses pemasaran produk yang dihasilkan. Adanya perkembangan teknologi dan penerapan teknologi pada aktivitas perusahaan menjadi sebuah peluang untuk dapat mengoptimalkan produksi dan memudahkan komunikasi dengan pihak pihak diluar perusahaan yang dapat membuat perusahaan menjadi semakin berkembang. c. Tren Gaya Hidup Sehat Berkembangnya tren gaya hidup dimasyarakat saat ini menjadi satu peluang bagi PPBT yang menghasilkan telur puyuh. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki kandungan gizi yang paling tinggi dibandingkan telur lainnya termasuk telur ayam. Telur puyuh yang memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang rendah sangat sesuai dengan tren gaya hidup sehat masyarakat. d. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Jabotabek Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat dilihat dari semakin meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita masyarakat DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten yang menjadi target pasar dari PPBT. Peningkatkan PDB Per Kapita masyarakat DKI Jakarta dari 31.719.350 rupiah pada tahun 2004 menjadi 36.629.774 rupiah pada tahun 2007, PDB Per Kapita

masyarakat Jawa Barat yang terus mengalami peningkatan dari 5.705.535 rupiah pada tahun 2004 menjadi 6.591.627 rupiah pada tahun 2007 dan peningkatan PDB Per Kapita Banten yaitu dari 6.001.802 rupiah pada tahun 2004 menjadi 6.902.711 pada tahun 2007 merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dikarenakan peningkatan pertumbuhan PDB per kapita merupakan salah satu indikasi bahwa pengeluaran masyarakat untuk konsumsi juga mengalami peningkatan. e. Peningkatan Jumlah Penduduk Populasi jumlah penduduk Jawa Barat khususnya Kabupaten dan Kota Bogor serta DKI Jakarta yang merupakan wilayah pemasaran PPBT selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah populasi yang semakin besar, membutuhkan pasokan pangan hewani yang besar. Salah satu pasokan pangan hewani masyarakat masyarakat dipenuhi oleh konsumsi telur, salah satunya adalah telur puyuh. Meningkatnya jumlah penduduk akan sangat berimplikasi kepada peningkatan permintaan akan produk peternakan seperti telur puyuh. Hal ini merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT. f. Turunnya Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Kebijakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 15 januari 2009 menjadi Rp.4500 per liter berdampak kepada penurunan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dampak yang paling dirasakan oleh perusahaan akibat penurunan harga BBM ini adalah berkurangnya biaya distribusi telur yang selama ini menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, turunnya harga BBM juga berdampak kepada penurunan harga bahan baku pakan yang digunakan oleh PPBT sehingga akan menghemat biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.Turunnya harga BBM ini merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan memperluas wilayah pemasaran produk yang dihasilkan. g. Permintaan yang Semakin Meningkat Peningkatan permintaan telur puyuh setiap tahunnya merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh PPBT untuk menambah jumlah pelanggan baru dan memperluas pangsa pasar PPBT serta memperluas usaha. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap telur puyuh merupakan suatu indikasi

meningkatnya pembeli potensial terhadap telur puyuh. 6.4.2 Ancaman

a. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar Situasi keamanan lingkungan sekitar merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan. Hal ini dikarenakan situasi keamanan sekitar peternakan merupakan situasi yang diharapkan mampu mendukung situasi yang kondusif seperti lingkungan yang tidak terlalu bising, frekuensi lalu lalang orang yang tidak terlalu tinggi, dan keamanan lain terkait aset perusahaan seperti keamanan dari pencurian. Namun, kondisi peternakan yang belum dipagari dan adanya jalan dibelakang kadang merupakan suatu kondisi yang dapat membuat orang luar masih bebas untuk masuk ke lokasi peternakan padahal puyuh merupakan unggas yang mudah mengalami stres. Faktor lain yang menyebabkan situasi keamanan lingkungan sekitar menjadi ancaman adalah terkait dengan lokasi peternakan yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dan lahan pertanian milik penduduk. Hal ini yang membuat banyaknya aktivitas masyarakat disekitar lokasi peternakan dan dapat mengganggu keamanan dari perusahaan. Adanya beberapa kasus pencurian terhadap aset perusahaan juga merupakan indikasi bahwa keamanan lingkungan sekitar perusahaan menjadi suatu ancaman yang dapat menggangu perkembangan usaha dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. b. Tingkat Persaingan Industri yang Semakin Tinggi Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi terutama terjadi dengan peternak yang ada di daerah Sukabumi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan untuk di daerah Bogor sendiri saat ini peternakan puyuh semakin diminati. Data mengenai perkembangan jumlah peternakan puyuh di Bogor dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa jumlah peternakan puyuh di wilayah Bogor terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2004 2006 yang mengalami penurunan hal ini terjadi karena serangan wabah flu burung terhadap unggas puyuh. Namun, berdasarkan temuan lapang pada bulan Maret 2009 saat ini di Bogor sudah terdapat tujuh peternakan puyuh padahal pada awal tahun 2006 hanya terdapat dua peternakan puyuh hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat persaingan industri semakin tinggi.

Tabel 29. Daftar Peternakan Puyuh di Bogor Tahun Jumlah Peternakan Lokasi Peternakan 2000 - 2002 2 Cibungbulang, Jonggol 2002 - 2004 5 Cibungbulang, Sukaraja, Cileungsi, Gunung Putri, Gunung Sindur 2004 2006 2 Ranca Bungur, Tajur Halang 2006 2009 7 Tajur Halang, Ranca Bungur, Cibungbulang, Cibanteng, Pasir Angin, Leuwiliyang, Jasinga
Sumber : BPS Bogor (2002-2006), Data Primer (2009)

Tingkat persaingan yang terjadi yaitu pada tingkat harga, kualitas dan kuantitas yang ditawarkan kepada pelanggan. Kondisi persaingan yang semakin tinggi merupakan suatu ancaman bagi PPBT apalagi PPBT akan terus mengembangkan usahanya. PPBT harus mampu mempertahankan wilayah pemasaran yang sudah ada dengan terus meningkatkan kualitas, kuantitas dan mempertahankan harga produk yang lebih murah dibandingkan dengan pesaing. PPBT memiliki keunggulan jika ditinjau dari lokasi produksi karena lebih dekat ke wilayah pemasaran dibandingkan dengan pesaing yang berasal dari luar wilayah Bogor, sehingga akan menghemat biaya distribusi produk. c. Perubahan Cuaca yang Tidak Menentu Puyuh merupakan unggas yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang akan mengakibatkan puyuh mudah mengalami stres. Jika puyuh mengalami stres akan berakibat pada penurunan produktivitas telur yang akan dihasilkan. Perubahaan cuaca yang tidak menentu yang merupakan dampak dari terjadinya global warming merupakan suatu ancaman bagi PPBT. d. Merebaknya Penyakit Puyuh Puyuh merupakan unggas yang sangat rentan terhadap penyakit. Banyaknya penyakit yang dapat menyerang puyuh seperti flu burung, tetelo, snot dan lain sebagainya merupakan suatu ancaman bagi perusahaan. Hal ini karena jika puyuh terjangkit penyakit akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas telur bahkan dapat menyebabkan kematian puyuh dan hal ini akan sangat merugikan bagi perusahaan. e. Masuknya Telur Puyuh dari Luar Bogor ke Pasar di wilayah Bogor Banyaknya telur puyuh yang berasal dari daerah Sukabumi, Jawa Tengah, dan Jawa Timur semakin meningkatkan persaingan yang terjadi di pasar. Hasil survey

di pasar Anyar pada bulan Maret 2009 yang menjadi salah satu pasar sasaran utama dari PPBT dari tujuh toko penjual telur puyuh hanya terdapat dua orang yang menjual telur yang berasal dari PPBT. Lima orang pedagang lainnya mendapatkan pasokan telur puyuh dari wilayah Sukabumi. Sehingga dapat dikatakan sekitar 71 persen telur puyuh yang di pasar Bogor berasal dari daerah luar Bogor. Begitupun di Pasar Bogor hasil temuan lapangan pada bulan Maret 2009 hampir 80 persen telur puyuh yang dijual berasal dari luar wilayah Bogor. Dengan adanya telur puyuh yang berasal dari luar daerah Bogor menjadi suatu ancaman bagi perusahaan. Sehingga masuknya telur puyuh yang berasal dari luar Bogor ke Pasar di wilayah Bogor yang menjadi pasar sasaran dari PPBT harus diwaspadai karena dapat mengancam posisi perusahaan di pasar dan dapat merebut pelanggan dari PPBT.

VII PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI


7.1 Analisis matriks IFE dan EFE 7.1.1 Analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Analisis matriks IFE dilakukan dengan mengolah faktor faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Nilai dan bobot dari masing masing variabel internal ditentukan oleh tiga orang responden yaitu manajer sekaligus pemilik usaha, karyawan tetap dan mitra usaha yang juga merupakan salah satu pendiri dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison. Selain pemberian bobot juga dilakukan pemberian rating terhadap faktor kekuatan dan kelemahan. Pemberian bobot dan rata rata bobot untuk masing masing responden dapat dilihat pada Lampiran 6. Selain pemberian bobot, pemberian rating terhadap faktor internal untuk masing masing responden juga dapat dilihat pada Lampiran 8. Bobot dari masing masing variabel kemudian dikalikan dengan rating masing masing variabel tersebut untuk mendapatkan total skor dari analisis lingkungan internal perusahaan. Adapun hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 30. Hasil pengolahan data pada Tabel 30 menunjukkan bahwa total skor untuk matriks IFE adalah sebesar 2.309. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki posisi internal yang lemah atau dibawah rata rata dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan internal yang ada. Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE dapat diketahui bahwa faktor internal yang paling berpengaruh pada perusahaan adalah pelayanan dan loyalitas pelanggan. Hal ini ditunjukkan dengan total skor sebesar 0,315. Pelayanan yang baik yang akhirnya menghasilkan adanya loyalitas pelanggan merupakan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini harus dipertahankan oleh perusahaan dan terus ditingkatkan. Adanya keunggulan dalam pelayanan dan loyalitas pelanggan merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menjangkau pasar sasaran. Selain itu, keunggulan dalam hal pelayanan yang dimiliki, dapat memudahkan perusahaan dalam memperluas daerah pemasaran khususnya untuk menggapai visi dari PPBT yaitu menjadi penguasa pasar Jabotabek.

Tabel 30. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) PPBT Kekuatan Rata - rata Rata - rata Skor Rating bobot Total Kualitas Produk 3,333 0,080 0,266 Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 3,667 0,062 0,228 Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing 3,333 0,076 0,253 Saluran Distribusi 3,333 0,071 0,235 Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan 4,000 0,079 0,315 Kelemahan Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 1,667 0,058 0,096 Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 1,667 0,088 0,147 Keterampilan SDM yang dimiliki 1,667 0,076 0,127 Modal Usaha 1,000 0,102 0,102 Kapasitas Produksi 1,333 0,079 0,105 Belum adanya merek pada kemasan Produk 2,000 0,038 0,077 Kegiatan Promosi 2,000 0,050 0,101 Wilayah pemasaran yang masih terbatas 2,000 0,063 0,126 fasilitas dan peralatan produksi 1,667 0,079 0,131 Total 1,000 2,309 Faktor strategis yang menjadi kelemahan yang sangat berpengaruh bagi perusahaan yaitu belum adanya merek pada kemasan produk, Hal ini ditunjukkan dengan total skor 0.077. Belum adanya merek pada kemasan produk perlu segera diatasi karena kelemahan ini akan menjadikan produk yang dijual oleh PPBT menjadi tidak memiliki identitas dengan tidak adanya merek pada kemasan. Padahal merek merupakan suatu faktor penting yang dapat meningkatkan brand image yang positif bagi konsumen, karena adanya merek pada kemasanan akan menjadi jaminan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh PPBT sebagai telur puyuh yang berkualitas. Selain itu merek juga dapat menjadi salah satu media promosi bagi perusahaan supaya produk yang dihasilkan menjadi semakin dikenal oleh konsumen dan hal ini akan sangat berpengaruh dalam upaya memperluas wilayah pemasaran.

7.1.2 Analisis Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Pemberian bobot pada faktor ekternal dilakukan dengan cara yang sama dengan pemberian bobot pada faktor internal. Selain pemberian bobot responden juga memberikan rating terhadap faktor faktor yang mempengaruhi perusahaan. Pemberian bobot dan rating pada faktor eksternal dilakukan oleh responden yang sama dengan pemberian bobot dan rating pada faktor internal. Pemberian bobot yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Lampiran 7. Sedangkan penilaian rating yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Lampiran 8. Bobot dan rating dari masing masing variabel kemudian dikalikan untuk mendapatkan total skor dari analisis lingkungan eksternal perusahaan. Adapun hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Matriks EFE ( Eksternal Factor Evaluation) PPBT Peluang Rata - rata Rata -rata Rating bobot Ketersediaan Bahan Baku 3,333 0,090 Perkembangan Teknologi 2,333 0,069 Trend Gaya Hidup Sehat 2,667 0,076 Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek 3,333 0,086 Peningkatan jumlah penduduk 3,000 0,080 Turunnya harga BBM 3,667 0,073 Permintaan yang semakin meningkat 4,000 0,091 Ancaman Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 2,000 0,088 Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi 3,000 0,091 Perubahan cuaca yang tidak menentu 3,333 0,087 Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 3,333 0,097 Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 2,000 0,072 Total 1,000

Skor Total 0,299 0,162 0,202 0,286 0,239 0,269 0,364 0,177 0,273 0,290 0,324 0,144 3,028

Berdasarkan pengolahan matriks EFE pada Tabel 31 didapatkan total skor untuk matriks EFE adalah sebesar 3.028. Hal ini menunjukkan bahwa PPBT berada diatas rata rata (2.50) dalam usahanya menjalankan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Permintaan yang semakin meningkat menjadi peluang yang sangat berpengaruh pada PPBT hal ini

ditunjukkan dengan total skor yang paling besar yaitu sebesar 0.364. Permintaan yang semakin meningkat menjadi peluang yang sangat besar bagi perusahaan untuk memperluas daerah pemasaran. Selain itu faktor lain yang menjadi peluang yang sangat berpengaruh bagi perusahaan yaitu ketersediaan bahan baku dengan total skor sebesar 0.299. ketersediaan bahan baku yang melimpah merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan integrasi kebelakang yaitu dengan menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku khususnya bahan baku pakan agar unit usaha pakan ternak yang dikelola oleh PPBT dapat menjadi semakin berkembang. Faktor strategis internal yang menjadi ancaman yang sangat berpengaruh bagi perusahaan adalah masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor yang saat ini merupakan target pasar utama dari PPBT. Total skor dari ancaman masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor adalah sebesar 0.144. Hal ini menunjukkan bahwa respon perusahaan dalam menghindari ancaman masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar yang menjadi target pasar utama dari PPBT masih sangat rendah. Rendahnya respon perusahaan terhadap ancaman ini dikarenakan perusahaan masih belum optimal dalam melakukan kegiatan promosi. 7.2 Matriks IE ( Internal Eksternal) Matriks IE diperoleh dari penggabungan matriks IFE dan EFE. Berdasarkan analisis matriks IE maka dapat diketahui posisi perusahaan saat ini. Matriks IE juga akan mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi yang akan dirumuskan. Nilai skor dari matriks IFE adalah 2.309 dan nilai skor dari matriks EFE adalah 3.028, sehingga apabila masing masing total skor dari faktor internal dan faktor eksternal dipetakan dalam matriks IE akan menempatkan Peternakan Puyuh Bintang Tiga pada kuadran II. Adapun hasil pemetaan dari matriks IFE dan EFE pada matriks IE dapat dilihat pada Gambar 13.

Total Rata rata Tertimbang IFE Kuat (3,0-4,0) 4,0 Tinggi (3,0-4,0) 3.028 3,0 I Rata-rata(2,0-2,99) Lemah(1,0-1,99) 3,0 2.30 9 II 2,0 III 1,0

Total Rata Menengah (2,0-2,99) rata 2,0 Tertimbang EFE Rendah (1,0-1,99) 1,0

IV

VI

VII

VIII

IX

Gambar 13. Matriks Internal Eksternal (IE) Peternakan Puyuh Bintang Tiga Berdasarkan Gambar 13 diketahui bahwa posisi Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang berada pada kuadran II termasuk kedalam tumbuh dan kembangkan (Growth and Build) dimana strategi yang paling sesuai digunakan pada posisi ini adalah strategi intensif atau integratif (David, 2006). Strategi intensif terdiri dari penetrasi pasar (market penetration), pengembangan pasar (market development), dan pengembangan produk (product development). Penetrasi pasar merupakan strategi yang berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang ada saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif atau meningkatkan upaya publisitas. Pengembangan pasar merupakan pengenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. Pengembangan produk merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk saat ini. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan (forward integration), integrasi ke belakang (backward integration) dan integrasi horisontal (horizontal integration). Integrasi ke depan melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat

diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Strategi yang dihasilkan melalui matriks IE hanya menghasilkan gambaran strategi secara umum bagi perusahaan tanpa adanya implementasi strategi yang lebih teknis dan spesifik pada tingkat usaha. Agar diperoleh strategi yang lebih spesifik bagi perusahaan maka digunakan matriks SWOT untuk melengkapi matriks IE yang berisi langkah langkah strategi yang lebih konkrit yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Strategi yang akan diperoleh melalui matriks SWOT berdasarkan pada pengembangan dari matriks IE. 7.3 Matriks SWOT Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal Peternakan Puyuh Bintang Tiga diketahui faktor faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam merumuskan alternatif strategi yang tepat bagi perusahaan. Adapun alternatif alternatif strategi diperoleh dengan melakukan analisis dan penggabungan dengan faktor yang memiliki tujuan yang sama. Alternatif alternatif strategi tersebut disusun dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT Peternakan Puyuh Bintang Tiga dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil dari matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yaitu : 1. Strategi S-O Strategi S-O adalah strategi yang memaksimumkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-O bagi Peternakan Puyuh Bintang Tiga adalah sebagai berikut : 1. Mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial (S1,S2,S3,S4,S5, O1,O2,O3,O4,O5,O6 dan O7). Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan pelanggan yang telah dimiliki saat ini yaitu dengan selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan pelanggan melalui peningkatan pelayanan perusahaan kepada pelanggan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempertahankan pelanggan yaitu dengan mengirim barang tepat waktu dan

sesuai dengan permintaan pelanggan, memenuhi permintaan pelanggan walaupun permintaan tersebut tidak pada waktu pengiriman barang, menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar produk yang diterima oleh pelanggan dalam keadaan baik. Selain itu dalam upaya mempertahankan pelanggan hendaknya perusahaan lebih memperhatikan pelanggan dengan memperhatikan keinginan dari pelanggan. Agar loyalitas dari pelanggan tetap terjaga perusahaan sebaiknya tetap menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan dan tingkat harga yang bersaing. Pelanggan yang loyal merupakan asset yang berharga bagi perusahaan karena akan mempromosikan produk yang dihasilkan perusahaan kepada orang lain. Sehingga adanya pelanggan yang loyal yang dimiliki oleh perusahaan secara tidak langsung akan berpengaruh pada peningkatan jumlah pelanggan perusahaan. Upaya pemasaran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah pelanggan yaitu dengan memanfaatkan adanya perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai alat atau media kegiatan promosi dan pemasaran perusahaan. Teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan seperti majalah pertanian, internet, dan televisi yang dapat digunakan sebagai media promosi untuk memperluas wilayah pemasaran perusahaan. Sedangkan perkembangan teknologi telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan seperti penggunaan telepon dan Handphone dapat digunakan untuk memudahkan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Selain itu perusahaan sebaiknya melakukan kegiatan promosi secara rutin dengan mengadakan pertemuan dengan pelanggan dan calon pelanggan yang ada dipasar sehingga perusahaan dapat memasarkan produk yang semakin banyak akibat adanya kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya kegiatan promosi ini diharapkan konsumen yaitu pedagang pengecer yang ada dipasar semakin mengenal dan mengetahui keberadaan dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. Kegiatan pengenalan perusahaan ini penting dilakukan karena berdasarkan survey lapang pada bulan Maret di pasar Anyar dan Pasar Bogor masih sangat sedikit yang mengetahui keberadaan PPBT yaitu hanya dua orang pelanggan yang mengetahui keberadaan dari PPBT dan mereka adalah pedagang yang sudah menjadi pelanggan tetap dari PPBT. Selain itu, pedagang telur yang

ada di pasar sama sekali tidak mengetahui keberadaan dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga. 2. Strategi W-O Strategi W-O adalah strategi yang meminimumkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Hasil formulasi strategi W-O PPBT dapat dirumuskan sebagai berikut : Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar (W1,W3,W6,O1,O3,O5, O6, dan O7). Pemberian nama merek atau cap pada suatu produk merupakan hal yang penting sebagai media penanaman brand image yang positif bagi konsumen. Selain itu, pemberian merek juga merupakan salah satu upaya pemasaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan karena pemberian merek dapat menjadi suatu jaminan kualitas dari produk yang dijual dan media promosi bagi perusahaan. Tidak adanya merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan telur puyuh yang dihasilkan oleh perusahaan menjadikan produk menjadi tidak memiliki identitas di pasar. pemberian merek pada peti kayu dan dus yang digunakan bertujuan untuk memberikan identitas produk perusahaan di pasar. Adanya merek pada kemasan produk akan menjadi jaminan bagi pelanggan bahwa produk yang diterima benar benar berasal dari Peternakan Puyuh Bintang Tiga yang memiliki kualitas produk yang baik sehingga dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Selain itu adanya merek juga merupakan media promosi bagi perusahaan karena konsumen akan semakin mengetahui keberadaan dari perusahaan. Selain pemberian merek, perusahaan sebaiknya meningkatkan kegiatan promosi perusahaan agar dapat memanfaatkan adanya pasar potensial. Selama ini perusahaan tidak melakukan kegiatan promosi secara khusus. Kegiatan promosi perusahaan hanya terjadi dari mulut ke mulut antar pelanggan yang pernah membeli telur puyuh kepada perusahaan. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan memperkenalkan dan menawarkan produk secara langsung kepada pelanggan baru dengan mengadakan pertemuan kepada calon pelanggan yang ada di pasar atau memanfaatkan adanya media seperti internet,

majalah pertanian untuk mempromosikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sehingga keberadaan perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat luas. Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra (W2,W9, O4, dan O7) Peningkatan kontrol terhadap peternakan mitra dengan membuat kontrak tertulis bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan para peternak mitra untuk meningkatkan kualitas telur yang dihasilkan. Peningkatan kualitas telur yang dihasilkan oleh peternak mitra terutama dilakukan dengan melakukan sortasi yang lebih ketat terhadap standar produk yang dapat dijual dengan memperhatikan aspek ketebalan kulit telur,ukuran telur dan corak telur puyuh. Kegiatan sortasi yang tepat yang dilakukan oleh peternak mitra akan mengurangi kemungkinan kerusakan telur ketika sampai ke Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dan akan mengurangi resiko kerugian yang akan tanggung oleh perusahaan. Kontrak tertulis yang dibuat berisi tetang kesepakatan telur yang dapat diterima oleh PPBT. Sehingga jika telur yang berasal dari peternak dibawah standar yang ditetapkan oleh PPBT maka telur telur tersebut akan dikembalikan kepada peternak mitra. Dengan adanya kontrak tertulis ini resiko kerugian akibat rendahnya standar produk yang berasal dari peternak mitra dapat dihindari oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi seperti Handphone untuk meningkatkan kontrol dan pengawasan terhadap peternak mitra terutama untuk peternak mitra yang berada didaerah Sukabumi dan Lido. Pembuatan kontrak tertulis ini juga bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk PPBT sehingga akan memudahkan PPBT untuk memasarkan produknya kepada konsumen. Adanya kualitas produk yang baik akan sangat mendukung tercapainya positioning yang diinginkan oleh perusahaan yaitu sebagai penghasil telur puyuh yang berkualitas dan bermutu baik. Oleh karena itu peningkatan kontrol terhadap peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis untuk mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas produk yang berasal dari mitra menjadi suatu hal yang penting untuk mencapai posisi pasar yang diinginkan oleh perusahaan.

Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan pengembangan usaha dan memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek (W3,W4,W5,W6,W7,W8, O1,O2,O3,O5,O6, dan O7) Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan modal yang dimiliki oleh

perusahaan yaitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak perbankan. Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari perbankan dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan pengembangan usaha dengan menambah jumlah populasi puyuh sehingga dapat menambah jumlah telur puyuh yang dihasilkan oleh perusahaan. Adanya kegiatan pengembangan usaha akibat adanya tambahan modal akan membuat perusahaan dapat memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek sesuai dengan visi perusahaan untuk menjadi penguasa pasar Jabotabek. Selain itu, perusahaan juga dapat meningkatkan kegiatan promosi perusahaan dan menambah serta memperbaiki fasilitas dan peralatan produksi yang dimiliki oleh perusahaan dengan manfaatkan modal yang diperoleh dari pihak perbankan. Modal yang berasal dari pihak perbankan dapat digunakan oleh perusahaan salah satunya dengan membeli mesin tetas yang lebih modern sehingga tidak diperlukan karyawan untuk membalikkan telur yang ada didalam mesin tetas tersebut dan menjadikan kinerja mesin tetas menjadi lebih efisien. Dengan adanya tambahan modal untuk memperbaiki fasilitas dan peralatan produksi yang dimiliki oleh perusahaan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu, tambahan modal ini juga diperlukan untuk menambah biaya pemasaran perusahaan seperti dengan menambah biaya untuk melakukan kegiatan promosi sehingga kegiatan promosi dapat dilakukan secara lebih kontinyu. Kegiatan promosi ini diperlukan untuk mendukung kegiatan memperluas pasar ke wilayah pasar Jabotabek. Kegiatan perluasan pasar ini diperlukan untuk menggapai visi dari perusahaan yaitu menjadi penguasa pasar Jabotabek dan untuk mendukung kegiatan pengembangan pasar yang akan terus dilakukan oleh perusahaan. Sehingga kerjasama dengan pihak perbankan untuk menambah jumlah modal PPBT diperlukan oleh perusahaan untuk memperbaiki bauran pemasaraan dari perusahaan yaitu dari sisi produk dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan serta dari sisi promosi yaitu dengan

menambah biaya promosi untuk melakukan perluasan pasar agar visi dari perusahaan menjadi penguasa pasar Jabotabek dapat tercapai. 3. Strategi S-T Strategi S-T adalah strategi yang memaksimumkan kekuatan untuk menghadapi ancaman. Strategi S-T bagi PPBT dapat dirumuskan sebagi berikut : Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan (S1,S2,S3,S4,S5,T1 dan T3) Dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi perusahan harus memiliki keunggulan untuk dapat tetap bersaing dalam mengatasi ancaman industri dengan mengatasi ancaman yang ada. Ancaman yang dihadapi oleh perusahaan diantaranya tingkat persaingan industri yang semakin tinggi dan masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor. Tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan yang baik kepada konsumen merupakan keunggulan perusahaan yang harus dipertahankan. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi agar lebih efisien seperti membeli bahan baku pakan khususnya jagung dari daerah sekitar peternakan untuk menghemat biaya transportasi. Selain itu, perusahaan juga sebaiknya menetapkan waktu pengiriman barang secara rutin pada hari yang sama agar dapat menghemat biaya pengiriman barang ke pasar. Strategi mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan merupakan strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin tinggi terutama dengan masuknya telur puyuh dari luar wilayah Bogor ke pasar di Wilayah Bogor dan tingkat persaingan industri yang semakin tinggi dengan semakin banyaknya peternakan puyuh yang ada di wilayah Bogor. Strategi ini tetap mempertahankan bauran harga yang telah dijalankan oleh perusahaan yaitu dengan tetap mempertahankan harga yang lebih murah dibandingkan dengan pesaing agar perusahaan mampu bertahan dari persaingan bahkan mampu merebut pangsa pasar telur yang berasal dari luar wilayah Bogor.

Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha (S5, T2) Situasi keamanan lingkungan sekitar merupakan ancaman yang dapat

menghambat kemajuan perusahaan. Oleh karena itu, strategi menjaga hubungan baik dengan masyarakat merupakan suatu hal yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan bisa tetap berkembang dengan baik. Hubungan baik yang dapat dijalin oleh perusahaan dengan masyarakat sekitar yaitu dengan melibatkan masyarakt sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha seperti menggunakan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar sehingga masyarakat ikut merasakan manfaat dari keberadaan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar dengan ikut berpastisipasi menjadi donatur pada kegiatan kegiatan masyarakat sekitar atau dengan melakukan aktivitas amal dengan membagikan telur pada hari hari tertentu kepada masyarakat sekitar secara bergiliran agar masyarakat ikut menikmati hasil dari aktivitas perusahaan. Adanya hubungan baik yang terjalin dengan masyakat sekitar akan membuat masyarakat ikut merasaan manfaat dari keberadaan perusahaan sehingga akan ikut menjaga keamanan dan kondisi kondusif dilingkungan perusahaan. Terciptanya kondisi kondusif dilingkungan sekitar perusahaan akan sangat mendukung kegiatan pengembangan usaha perusahaan. Selain itu, kondisi kondusif disekitar lingkungan perusahaan terutama disekitar kandang sangatlah penting terutama untuk mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan puyuh merupakan hewan yang mudah stres bahkan hanya dengan adanya orang asing yang masuk keareal kandang dan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari telur yang dihasilkan untuk itu kondisi yang kondusif merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perusahaan. Oleh karena itu startegi ini diperlukan selain untuk menimbulkan kondisi yang kondusif dilingkungan perusahaan juga dalam upaya mempertahankan kualitas telur yang dihasilkan. Sehingga strategi ini dapat mendukung bauran pemasaran perusahaan dari sisi produk yaitu untuk menjaga kualitas dan kuantitas telur puyuh yang dihasilkan juga dari sisi distribusi yaitu mempertahankan lokasi perusahaan yang strategis. Lokasi perusahaan yang strategis dapat dipertahankan jika perusahaan

dapat menjaga hubungan baik dengan masyarakat sehingga tidak minimbulkan konflik yang dapat menghambat kegiatan pengembangan usaha dari perusahaan. Lokasi perusahaan yang strategis ini perlu dipertahankan karena lokasi perusahaan merupakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan pesaing. Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga

kebersihan,pemberian vaksin dan proses pemeliharaan yang tepat (S2,T4 dan T5) Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk telur puyuh yang dihasilkan oleh perusahaan. Adanya ancaman perubahan cuaca yang tidak menentu dan merebaknya penyakit yang menyerang puyuh membuat perusahaan harus meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak. Peningkatan keamanan ternak yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan mengurangi kontak ternak dengan orang luar selain pekerja dengan cara memagari areal kadang. Hal ini bertujuan agar ternak tidak mudah stress. Kegiatan peningkatan kesehatan ternak dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan, pemberian vaksin secara rutin dan proses pemeliharaan yang tepat dan efisien. Kualitas telur puyuh yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi loyalitas dan kepercayaan pelanggan untuk itu kegiatan pemeliharaan yang tepat akan sangat menentukan kualitas dari telur puyuh yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan telur puyuh yang dihasilkan sangat bergantung dari kondisi kesehatan ternak. Telur yang berkualitas dan bermutu baik akan memudahkan kegiatan pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan. Sehingga strategi ini juga akan mendukung kegiatan pemasaran dari perusahaan yaitu melalui bauran produk perusahaan. 4. Strategi W-T Strategi W-T adalah strategi yang meminimumkan kelemahan untuk mengatasi ancaman. Strategi W-T bagi PPBT diformulasikan sebagai berikut: Melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan terutama peningkatan keterampilan SDM dan manajemen pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi. (W1,W2,W3,W4,W6,W7,W9,T1,T3,T4 dan T5). Strategi ini dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan saat ini, agar dapat menghadapi tingkat persaingan

yang semakin tinggi. Evaluasi terhadap kinerja terutama dengan meningkatkan keterampilan dari karyawan dan pengelolaan manajemen pemasaran yang lebih profesional. Peningkatan keterampilan karyawan dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada karyawan secara rutin. Pelatihan dapat diberikan oleh karyawan tetap PPBT yang telah memiliki keterampilan dan pengalaman dibidang budidaya puyuh selama sepuluh tahun dan manajer PPBT. Selain itu, evaluasi terhadap manajemen pemasaran juga perlu dilakukan agar perusahaan mampu bertahan dari persaingan yang semakin tinggi. Evaluasi yang dapat dilakukan meliputi kegiatan promosi yang telah dilakukan,wilayah pemasaran perusahaan serta terhadap pengelolaan manajemen pemasaran yang selama ini dilakukan sepenuhnya oleh manajer. Agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja pemasaran selama ini sebaiknya perusahaan mempunyai karyawan khusus yang menangani pemasaran sehingga kegiatan pemasaran perusahaan diharapkan dapat menjadi lebih efektif. 7.4 Penentuan Prioritas Strategi berdasarkan Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) Alternatif alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT, tidak semua dapat diimplementasikan karena tergantung dari kebijakan perusahaan. Matriks QSP merupakan alat yang digunakan untuk membuat peringkat strategi yang diprioritaskan. Kelebihan dari matriks QSP adalah set strategi dapat diperiksa secara berurutan dan bersamaan. Tidak ada batas untuk jumlah strategi yang dievaluasi, mengharuskan ahli strategi untuk memadukan faktor internal dan eksternal yang terkait dengan proses keputusan. Kelemahan dari matriks QSP yaitu memerlukan intuitif dan asumsi yang diperhitungkan, memberikan peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif, walaupun demikian prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. Berdasarkan hasil analisis SWOT Peternakan Puyuh Bintang Tiga terdapat delapan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Delapan alternatif strategi tersebut yaitu :

1. Mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial. 2. Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar. 3. Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra. 4. Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan pengembangan usaha dan memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek. 5. Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan. 6. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha. 7. Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga

kebersihan,pemberian vaksin dan proses pemeliharaan yang tepat . 8. Melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan terutama peningkatan keterampilan SDM dan manajemen pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi. Delapan strategi yang dihasilkan dari matrik SWOT tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan matriks QSP. Berdasarkan analisis dengan menggunakan matriks QSP diperoleh prioritas strategi yang disarankan berdasarkan urutan pertama dengan nilai STAS tertinggi sampai urutan terakhir dengan nilai STAS terendah. Nilai STAS untuk masing - masing alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 32. Berdasarkan matriks QSP pada Tabel 32 diperoleh bahwa strategi Mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial sebagai strategi dengan nilai STAS tertinggi yaitu sebesar 6.704. Untuk melaksanakan strategi ini perusahaan hendaknya senantiasa berusaha menjaga dan meningkatkan hubungan baik dengan pelanggan agar loyalitas pelanggan dapat

terjaga. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan yakni dengan mengirim produk tepat waktu, mempertahankan kualitas produk, memberikan pelayanan terbaik, dan menjamin produk sampai kepada konsumen dalam keadaan yang baik dan sesuai dengan pesanan pelanggan. Adanya loyalitas pelanggan juga merupakan salah satu media promosi yang baik untuk menambah jumlah pelanggan. Tabel 32.Matriks QSP Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) Alternatif Strategi STAS Peringkat No 1 Mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, I 6,704 pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial. 2 Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan 5,615 III meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar. 3 Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar 4,160 VII produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra. 4 Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan pengembangan usaha dan memperluas 4,994 V wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek 5 Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam 6,000 II menghadapi persaingan. 6 Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas 2,751 VIII pengembangan usaha. 7 Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga kebersihan,pemberian vaksin dan 4,525 VI proses pemeliharaan yang tepat. 8 Melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan terutama peningkatan keterampilan SDM dan 5,069 IV manajemen pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi. Strategi kedua yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan strategi ini memiliki nilai STAS sebesar 6.000. Strategi kedua ini sangat penting dan dapat digunakan untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini perusahaan

sebaiknya berupaya untuk mempertahankan kekuatan kekuatan yang dimiliki seperti tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan yang baik kepada konsumen agar dapat bersaing di pasar. Strategi yang menempati urutan prioritas ketiga yaitu memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar. strategi ini penting untuk memberikan identitas pada produk yang dihasilkan dan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Strategi yang menempati urutan prioritas terakhir berdasarkan hasil analisis matriks QSP adalah Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha.

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan Berdasarkan menyimpulkan : 1. Bauran pemasaran yang diterapkan oleh Peternakan Puyuh Bintang Tiga meliputi : strategi produk yaitu dengan menghasilkan produk yang memiliki mutu dan kualitas yang baik dengan memiliki kelebihan jika ditinjau dari segi tampilan produk yang bagus, ukuran dan besar telur yang dihasilkan merata, tidak terdapat kecacatan pada produk yang dihasilkan, Perusahaan menetapkan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan pesaing, proses pendistribusian produk PPBT memilih saluran distribusi langsung dengan mengutamakan pedagang pengecer dan bandar pedagang asongan yang berada di wilayah Bogor. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PPBT hanya dilakukan dengan menggunakan promosi langsung ke pelanggan dan promosi dari mulut ke mulut diantara para pedagang. 2. Analisis faktor faktor internal menghasilkan faktor faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan adalah kualitas produk, Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran, Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing, Saluran Distribusi, dan Pelayanan dan Loyalitas Pelanggan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra, Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran, Keterampilan SDM yang dimiliki, Modal Usaha, Kapasitas Produksi, Belum adanya merek pada kemasan Produk, Kegiatan Promosi, Wilayah pemasaran yang masih terbatas, dan fasilitas dan peralatan produksi. Analisis faktor faktor eksternal menghasilkan faktor faktor yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Peluang yang dimiliki oleh perusahaan antara lain ketersediaan bahan baku, perkembangan teknologi, trend gaya hidup sehat, peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek, peningkatan jumlah penduduk, turunnya harga BBM, permintaan yang semakin meningkat. Sedangkan faktor yang menjadi ancaman yaitu hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis

Situasi Keamanan Lingkungan sekitar, Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi, Perubahan cuaca yang tidak menentu, Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh, dan masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor. Berdasarkan analisis matriks IE maka dapat diketahui posisi perusahaan saat ini berada pada kuadran II termasuk kedalam tumbuh dan kembangkan (Growth and Build) dimana strategi yang paling sesuai digunakan pada posisi ini adalah strategi intensif atau integratif. Strategi intensif terdiri dari penetrasi pasar (market penetration), pengembangan pasar (market development), dan pengembangan produk (product development). Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan (forward integration), integrasi ke belakang (backward integration) dan integrasi horisontal (horizontal integration). 3. Berdasarkan matriks SWOT diperoleh delapan alternatif strategi dengan prioritas strategi yang diperoleh dari matriks QSP berdasarkan besarnya total nilai STAS maka urutan prioritas strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga adalah mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen memanfaatkan adanya pasar potensial (6,704), Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan (6,000), Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar (5,615), Melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan terutama peningkatan keterampilan SDM dan manajemen pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi (5,069), Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan

pengembangan usaha dan memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek (4,994), Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga kebersihan,pemberian vaksin dan proses pemeliharaan yang tepat (4,525), Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra (4,160), Menjaga hubungan baik dengan masyarakat

sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha (2,751).

8.2 Saran Adapun beberapa saran yang diajukan oleh penulis kepada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) dan pihak pihak terkait adalah sebagai berikut : 1. PPBT dapat mengimplementasikan strategi yang direkomendasikan dengan memprioritaskan strategi pemasarannya pada mempertahankan dan

meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial. 2. PPBT memiliki peluang untuk melakukan kegiatan perluasan usaha jika dilihat dari ketersediaan bahan baku yang tersedia serta adanya peningkatan permintaan. 3. PPBT sebaiknya mempertahankan tingkat harga yang lebih rendah dari pesaing agar mampu bertahan dari persaingan dan dapat merebut pasar telur puyuh yang berasal dari luar wilayah Bogor.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal.2002. Meningkatkan Produktivitas Puyuh Si Kecil yang Penuh Potensi. Jakarta : Agromedia Pustaka. Adicita, Indy Fitria.2008. Studi Perumusan Kebijakan Perencanaan pangan dan Gizi Berdasarkan Pola Pangan Harapan di Kota Banjar Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Agus, G.T.K et al. 2001. Puyuh. Jakarta : Agromedia Pustaka. Amir, M. Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran jelajahi dan rasakan. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Produk Domestik Bruto Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha. Jakarta: Badan Pusat Statistik. . 2007. Presentase Pengeluaran Rata Rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang. Jakarta: Badan Pusat Statistik. .2008. Presentase Pengeluaran Rata Rata Perkapita Sebulan Menurut Kelompok Barang. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Cahyaningsih, Ratna.2008. Analisis Pangan di Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh. Jakarta : Salemba Empat. Kinnear TC, Taylor JR. 1992. Riset Pemasaran. Edisi ke-3. Jakarta : Erlangga Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi kedua belas Jakarta: PT INDEKS Listiyowati E dan Roospitasari K. 2007. Puyuh Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya Nainggolan, Juventy A.2008. Analisis Strategi Pemasaran Sosis (Studi Kasus pada PT. Indo Prima Foods - Cikarang, Bekasi). [Skripsi]. Bogor : Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. jilid 1.

Pasaribu, Leonard. 2008. Analisis Strategi Pemasaran Susu UHT (Ultra High Temperature Studi Kasus. PT. Ultrajaya. Tbk, Bandung. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Porter, Michael E.1991. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta : Penerbit Erlangga Ramlan, Mohamad.2007. Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai Dengan Bungkil Jarak Pohon ( Ricinus communis Linn) Terhadap Komposisi Gizi, Fisik dan Kualitas Telur Puyuh. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus BisnisReorientasi konsep perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Saragih, Jane Lolyka. 2004. Studi Pemasaran Pop Nugget Studi Kasus PT. Suprasari Pratama Bogor.[Skripsi]. Bogor: Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suhaely, Ahmad. 2008. Perancangan Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersial di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi II. Yogyakarta : Andi Tjiptono dan Diana.2000. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. Cetakan Pertama. Yogyakarta : J& J Learning. Waluyo, Budiardjo.2006. Tingkat Penerimaan Situs Web Burung putuh Pada Mahasiswa Studi Kasus Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor.[Skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jenis Jenis Penyakit yang Menyerang Puyuh


No 1 Jenis Penyakit Radang usus (Quail enteritis) Penyebab Bakteri anerobik membentuk spora menyerang usus yang dan Gejala 1) Puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berak yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul peradangan pada usus.2) Puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat. Puyuh terlihat lesu, nafsu makan menurun, kehausan, sesak napas,ngorok, bersin, bulu kusam, mencret bewarna putih hijau, dan produksi telur menurun Pencegahan Pengendalian dapat dilakukan dengan memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisahkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi. 1).menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang. 2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya. Pengendalian dilakukan sama seperti pengendalian pada pengendalian penyakit tetelo. 1) Menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering. 2) Dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox Pengendalian dengan vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai. Pengendalian dilakukan dengan memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya. Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya. Pencegahan terbaik adalah menjaga kebersihan kandang dan melakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin snot trikulen. Serangan virus ini dapat dihindari dengan masuknya cahaya matahari secara leluasa dalam kandang. Pencegahan lain dilakukan dengan memilih anakan asal induk yang telah di vaksinasi.

Tetelo Disease)

(Newcastle

Virus dan merupakan penyakit menular

Berak Putih (Pullorum)

Berak (Coccidiosis)

darah

Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular Kuman Salmonella pullorum

Kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung. Tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.

Cacar Unggas (Fowl Pox) Quail Bronchitis

Poxvirus

Aspergillosis

Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular. Cendawan Aspergillus fumigatus. Sanitasi yang buruk Bakteri paragillarum. Haemophilus

Timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah. Puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadang kala kepala dan leher agak terpuntir. Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang. Puyuh yaitu puyuh tampak kurus, lesu dan lemah. Adanya leleran pada hidung, infeksi kelopak mata sehingga terjadi perlekatan kelopak, pembengkakan wajah, dan suara pernapasan yang tidak normal ( ngorok). Pada infeksi ringan terlihat gejala gangguan pernapasan seperti batuk, bersin, hidung berlendir, keluarnya air mata, pembengkakan hidung, dan penurunan produksi telur. Terkadang ditemukan gejala mencret, pembengkakan wajah, serta watan pial dan jengger membiru. Pada serangan hebat banyak unggas yang mati tanpa menunjukkan banyak gejala.

8 9

Cacingan Snot ( Coryza)

10

Flu Burung (Avian Influenza / AI)

Virus ganas Orthomyxovirus.

AI,

yaitu

Sumber : Listiyowati dan Roospitasari (2007)

Lampiran 2 JADWAL RENCANA KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI Januari 1 2 3 Februari 1 2 3 4 Bulan Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Juni 2 3

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Rencana Kegiatan Penentuan topik dan lokasi Penyusunan Proposal Penelitian Pengolahan Data Penyelesaian Skripsi Seminar Sidang Wisuda

Lampiran 3 KUISIONER PENELITIAN PENENTUAN BOBOT DAN RATING FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL ANALISIS STRATEGI PEMASARAN TELUR PUYUH PADA PETERNAKAN PUYUH BINTANG TIGA(PPBT) DI DESA SITU ILIR KECAMATAN CIBUNGBULANG KEBUPATEN BOGOR IDENTITAS RESPONDEN Nama Pekerjaan / jabatan : :

Kami mohon Bapak dapat mengisi kuisioner ini secara objektif dan benar, karena kuisioner ini adalah untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga dibutuhkan data yang akurat dan terjamin kevalidannya. Atas kesediaanya kami ucapkan terima kasih.

Peneliti MARLINDA SARI H34051087

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENENTUAN FAKTOR INTERNAL DAN PENENTUAN RATING TERHADAP FAKTOR FAKTOR INTERNAL Tujuan : 1. Menentukan faktor faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok kekuatan dan kelemahan dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT).

2. Penentuan peringkat ( rating) bertujuan untuk mengukur pengaruh masing masing variable terhadap kondisi lingkungannya. Variable faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat diatasi dengan strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). Petunjuk pengisian : 1. Berikan tanda ( ) pada kolom kekuatan, apabila faktor tersebut menjadi kekuatan dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 2. Berikan tanda ( ) pada kolom kelemahan, apabila faktor tersebut menjadi kelemahan dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 3. Tentukan nilai peringkat ( Rating) dengan memberikan tanda ( ) terhadap faktor faktor kekuatan dan kelemahan dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT).Penetuan nilai rating berdasarkan pada ketentuan berikut : Identitas Kepentingan 4* Definisi Nilai

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/ Kekuatan Utama bagi perusahaan 3* Jika Faktor tersebut berpengaruh besar/ kekuatan kecil bagi perusahaan 2** Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/ kelemahan kecil bagi perusahaan ** 1 Jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh / kelemahan besar bagi perusahaan * ) Nilai untuk faktor faktor kekuatan ** ) Nilai untuk faktor faktor kelemahan

Faktor Faktor Strategis Internal Peringkat (Rating) 1 2 3 4

Kekuatan Kelemahan Faktor - Faktor Strategis Internal A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H. Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah Pemasaran yang masih terbatas N. Fasilitas dan peralatan produksi

PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN PENENTUAN RATING TERHADAP FAKTOR FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : 1. Menentukan faktor faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok Peluang dan Ancaman dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 2. Penentuan peringkat ( rating) bertujuan untuk mengukur pengaruh masing masing variable terhadap kondisi lingkungannya. Variable faktor internal ini terdiri dari faktor Peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor Ancaman yang mungkin dapat dihindari dalam upaya strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). Petunjuk pengisian : 1. Berikan tanda ( ) pada kolom Peluang , apabila faktor tersebut menjadi Peluang dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 2. Berikan tanda ( ) pada kolom Ancaman, apabila faktor tersebut menjadi Ancaman dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 3. Tentukan nilai peringkat ( Rating) dengan memberikan tanda ( ) terhadap faktor faktor Peluang dan Ancaman dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT).Penetuan nilai rating berdasarkan pada ketentuan berikut : Identitas Kepentingan 4 Definisi Nilai Jika faktor tersebut berpengaruh perusahaan sangat baik 3 Jika Faktor tersebut berpengaruh baik/ respon baik/ respon

perusahaan baik 2 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh sedang/ respon perusahaan umum 1 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh bagi

perusahaan/ Respon perusahan buruk

Faktor Faktor Strategis Eksternal Faktor - Faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor

Peringkat (Rating) 1 2 3 4

PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL ( KEKUATAN dan KELEMAHAN) Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat kepentingan suatu fakror faktor strategis dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga ( PPBT). Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga ( PPBT).

Petunjuk Pengisian : 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga ( PPBT). 2. Pemberian bobot untuk pengisian kolom pada setiap faktor faktor yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2, dan 3 dimana ketentuan skala tersebut berdasarkan kriteria sebagai berikut:` 1 = Jika faktor strategi eksternal atau internal pada baris /horizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 2 = Jika faktor strategis eksternal atau internal pada baris / horizontal sama penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 3 = Jika faktor strategi eksternal atau internal pada baris /horizontal lebih penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 3. Contoh : Jika anda beranggapan bahwa baris A kurang penting dibandingkan kolom B, maka isilah dengan angka 1 4. Bagian yang diwarnai seperti tidak perlu diisi

Matriks Banding Berpasangan Untuk Faktor Internal Faktor - Faktor Total Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Xi A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H. Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah Pemasaran yang masih terbatas N. Fasilitas dan peralatan produksi

PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL ( PELUANG dan ANCAMAN) Tujuan : Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan suatu fakror faktor strategis dalam strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga ( PPBT). Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga ( PPBT).

Petunjuk Pengisian : 1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap strategi pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT). 5. Pemberian bobot untuk pengisian kolom pada setiap faktor faktor yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2, dan 3 dimana ketentuan skala tersebut berdasarkan kriteria sebagai berikut:` 1 = Jika faktor strategi eksternal atau internal pada baris /horizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 2 = Jika faktor strategis eksternal atau internal pada baris/horizontal sama penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 3 = Jika faktor strategi eksternal atau internal pada baris/horizontal lebih penting daripada faktor strategis eksternal atau internal pada kolom/vertikal. 6. Contoh : Jika anda beranggapan bahwa baris A kurang penting dibandingkan kolom B, maka isilah dengan angka 1 7. Bagian yang diwarnai seperti tidak perlu diisi

Matriks Banding Berpasangan Untuk Faktor Eksternal Faktor - Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor

K L

Total Xi

Kuisioner 2 (Lanjutan)

PENENTUAN ALTERNATIF STRATEGI DENGAN QSPM

Tujuan : Untuk menetapkan tingkat kemenarikan relatif dari alternatif alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT, guna menetapkan strategi mana yang paling tetap untuk dilaksanakan terlebih dahulu oleh perusahaan.

Alternatif strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT : 1. Mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan dengan menjaga kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial. 2. Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar 3. Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra. 4. Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan pengembangan usaha dan memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek. 5. Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan. 6. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha. 7. Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga kebersihan,pemberian vaksin dan proses pemeliharaan yang tepat. 8. Melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan terutama peningkatan keterampilan SDM dan manajemen pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi.

Petunjuk pengisian : Tentukan AS atau daya tarik dari masing masing faktor internal (Kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) untuk masing masing strtaegi sebagaimana tersebut diatas dengan cara memberikan nilai daya tarik dengan ketentuan : 1 = faktor tersebut tidak mempengaruhi (tidak menarik) alternatif strategi yang akan dipilih 2 = faktor tersebut agak mempengaruhi (agak menarik) alternatif strategi yang akan dipilih

3 = faktor tersebut cukup mempengaruhi (cukup menarik) alternatif strategi yang akan dipilih 4 = faktor tersebut sangat mempengaruhi (sangat menarik) alternatif strategi yang akan dipilih Nilai daya tarik (AS) ditetapkan dengan memeriksa setiap faktor penentu internal dan eksternal, satu per satu dengan mengajukan pertanyaan apakah faktor ini mempengaruhi strtaegi yang akan dibuat? jika jawabannya ya, maka nilai daya tarik harus diberikan pada masing masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi dengan yang lain dengan mempertimbangkan faktor penentu. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masing masing faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan memberikan nilai daya tarik pada strategi strategi dalam rangkaian tersebut.

Matriks QSP PPBT Faktor Strategis S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 Kekuatan A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H.Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas N. fasilitas dan peralatan produksi Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor

Lampiran 4. Tahapan proses produksi pakan pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga Pengadaan bahan baku

Persiapan

Penetapan Formulasi

Bakan baku tepung

Bakan baku butiran

Bahan tambahan (Feed additive)

Bakna baku butiran digiling

Penimbangan bahan baku sesuai dengan formulasi yang sudah ditetapkan

Pencampuran bahan baku tepung dan bahan baku lainnya

Pengemasan
Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Lampiran 5. Proses Kegiatan Pemeliharaan Puyuh Petelur Setiap Hari Waktu Kegiatan Pemeliharaan Keterangan 07.00 Pengambilan/ panen telur dengan menggunakan alat (baki panen berkapasitas 100 butir) 08.00 Penyortiran telur sekaligus pengemasan (packing) Dengan menggunakan peti kayu berukuran 30 cm x 20 cm x 20 cm yang berkapasitas 1200 butir telur dan kemudian diberi sekam agar telur tidak rusak 09.30 Pemberian pakan dan minum atau pembersihan kotoran dan pemberian minum, pemasaran telur ke pasar Pakan diberikan dua hari sekali, pemberian air minum dilakukan secara terus menerus/ setiap hari, pembersihan kotoran dilakukan dua hari sekali berselang dengan pemberian pakan 12.00 13.00 Istrirahat Menyapu dan mengepel lantai kandang, penyemprotan kandang dan luar kandang Karyawan ISOMA Agar sanitasi kandang terjaga dan tidak menimbulkan penyakit, menggunakan sapu lidi untuk menyapu kandang, penyemprotan dilakukan pada saat selesai membersihkan kotoran 15.00 Memeriksa puyuh dan kawat pakan setiap sangkar Mengambil puyuh yang sakit, mati atau terjepit serta memeriksa posisi tempat makan dan minum 16.00 Pulang Kerja

Sumber : Peternakan Puyuh Bintang Tiga (2009)

Lampiran 6. Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Internal Perusahaan Dan Rata Rata Pembobotan A. Hasil pengisian kuisioner pembobotan oleh Responden 1 ( Manajer yang sekaligus pemilik usaha PPBT)
Faktor- Faktor Strategis Internal A. Kualitas Produk B. Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H. Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah Pemasaran yang masih terbatas N. Fasilitas dan peralatan produksi Total Faktor - Faktor Strategis Internal A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H.Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah Pemasaran yang masih terbatas N. Fasilitas dan peralatan produksi Total A B 3 1 1 1 1 3 3 3 1 2 2 C 3 1 D 3 1 3 E 3 1 2 2 F 3 3 3 3 3 G 1 1 2 1 2 H 3 1 3 1 3 I 1 1 1 1 1 J 3 1 2 2 2 K 3 3 3 3 3 L 3 3 3 3 3 M 3 2 2 2 3 N 2 1 2 2 2 Total Xi 34 20 30 25 30 Bobot 0,093 0,055 0,082 0,069 0,082

1 3 1 3 1 1 1 1 2 18

1 3 3 3 3 1 1 2 3 32

1 2 1 3 2 1 1 2 2 22

1 3 3 3 2 1 1 2 2 27

1 2 1 3 2 1 1 1 2 22 3 3 3 3 2 3 3 3 38

1 3

1 1 1

1 2 2 3

2 3 3 3 3

1 3 3 3 3 2

1 3 2 3 3 2 2

1 2 1 3 2 1 1 1

14 33 25 39 29 16 17 21 31

0,038 0,091 0,069 0,107 0,080 0,044 0,047 0,058 0,085 1,000

1 3 2 1 1 1 2 19 3 2 1 1 2 3 27

1 1 1 1 1 13 1 1 1 2 23

2 2 3 36 2 3 35

3 31 21

364 Total Xi 26 23

B. Hasil pengisian kuisioner pembobotan oleh Responden 2 ( Karyawan Tetap PPBT)


A B 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 C 3 2 D 2 2 2 E 2 1 2 1 F 2 2 2 2 3 G 1 1 1 1 2 H 2 1 2 2 2 I 1 1 1 1 1 J 2 2 2 2 2 K 3 3 3 3 3 L 2 2 3 2 3 M 2 2 2 2 2 N 2 2 25 2 2 2 22 2 3 2 3 2 1 2 2 2 26 2 3 3 3 2 1 2 2 2 29 2 3 2 3 2 1 1 2 2 27 2 3 2 3 2 1 2 2 2 28 1 2 2 3 2 1 1 2 2 22 3 3 3 3 1 2 2 2 30 1 2 2 1 2 1 2 18 3 2 1 1 2 2 24 1 1 1 1 1 14 1 2 2 2 25 3 3 3 39 2 3 30 2 27 25 364 1 1 3 1 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 34 2 28 2 3 2 1 1 2 27 0,074 1,000 22 25 0,069 38 27 13 0,036 0,060 0,077 0,104 0,074 0,093 0,060 24 30 0,082 0,069 0,066 Bobot 0,071 0,063

Lampiran 6 : (Lanjutan 1) C. Hasil Pengisian Kuisioner pembobotan oleh Responden 3 ( mantan pemegang saham dan mitra usaha PPBT)
Faktor - Faktor Strategis Internal A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan Loyaliat pelanggan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H. Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah Pemasaran yang masih terbatas N. Fasilitas dan peralatan produksi Total Total Xi A B 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 C 2 2 D 2 2 2 E 2 2 2 2 F 2 2 2 2 2 G 2 2 2 2 2 H 2 2 2 2 1 I 1 2 1 2 2 J 1 2 2 2 1 K 3 3 3 3 3 L 3 2 3 3 3 M 3 1 3 2 2 N 2 1 28 2 2 2 27 2 2 2 3 3 1 1 1 2 25 2 2 2 2 2 1 2 3 3 27 2 2 2 3 2 1 1 1 2 24 2 2 2 2 2 1 1 2 2 24 2 2 3 2 3 1 1 2 2 26 2 2 3 2 1 1 2 2 25 2 2 2 1 1 1 2 23 2 2 1 1 1 2 22 1 1 1 1 1 18 1 1 1 2 22 3 3 3 39 3 3 2 24 364 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 1 2 29 2 30 2 3 2 1 1 2 28 0,077 1,000 36 29 16 23 0,063 34 30 13 0,036 0,044 0,082 0,093 0,082 0,080 0,074 28 26 0,071 0,077 0,077 27 25 0,069 Bobot 0,074

D. Hasil rata rata Pembobotan


Faktor - Faktor Strategis Internal A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H. Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah Pemasaran yang masih terbatas N. Fasilitas dan peralatan produksi Total Responden 1 0,093 0,055 0,082 0,069 0,082 0,038 0,091 0,069 0,107 0,080 0,044 0,047 0,058 0,085 1,000 Responden 2 0,071 0,063 0,069 0,066 0,082 0,060 0,093 0,077 0,104 0,074 0,036 0,060 0,069 0,074 1,000 Responden 3 0,074 0,069 0,077 0,077 0,071 0,074 0,080 0,082 0,093 0,082 0,036 0,044 0,063 0,077 1,000 Rata - Rata Bobot 0,080 0,062 0,076 0,071 0,079 0,058 0,088 0,076 0,102 0,079 0,038 0,050 0,063 0,079 1,000

Lampiran 7. Hasil Pengisian Kuisioner Pembobotan Faktor Eksternal Perusahaan dan Rata Rata Pembobotan A. Hasil pengisian kuisioner pembobotan oleh Responden 1 ( Manajer yang sekaligus pemilik usaha PPBT)
Faktor - Faktor Strategis Eksternal A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor Total 1 2 2 1 2 3 2 3 3 3 2 24 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 32 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 2 2 2 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 29 3 3 3 3 3 3 25 2 2 3 3 2 20 2 3 3 2 20 2 3 2 17 2 25 1 13 1 12 19 264 0,095 1,000 A B 3 C 2 1 D 2 1 1 E 3 2 2 2 F 2 1 1 2 1 G 1 1 1 2 2 1 H 2 1 1 2 1 1 2 I 1 1 1 1 1 1 2 2 J 1 1 1 1 1 1 1 1 2 K 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 3 31 32 0,121 27 0,102 0,117 1 1 2 2 15 19 24 24 0,091 L 2 1 1 1 Total Xi 20 12 15 20 0,076 0,057 0,072 0,091 Bobot 0,076 0,045 0,057

B. Hasil pengisian kuisioner pembobotan oleh Responden 2 ( Karyawan Tetap PPBT)


Faktor - Faktor Strategis Eksternal A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor Total 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 22 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 27 2 3 2 3 2 3 3 3 1 26 2 2 2 2 2 2 3 2 22 2 2 2 2 2 3 2 22 3 2 3 2 3 2 25 2 2 2 3 2 20 2 2 3 2 23 2 3 2 21 2 1 19 1 12 25 A B 3 C 2 2 D 2 1 2 E 2 2 1 2 F 2 2 2 2 2 G 2 1 1 2 2 1 H 2 2 2 2 2 2 2 I 2 2 1 2 2 1 2 2 J 2 1 1 2 2 2 2 2 2 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 L 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 Total Xi 22 17 18 22 22 19 24 21 23 25 32 19 264 Bobot 0,083 0,064 0,068 0,083 0,083 0,072 0,091 0,080 0,087 0,095 0,121 0,072 1,000

Lampiran 7 : (Lanjutan1) C. Hasil Pengisian Kuisioner pembobotan oleh Responden 3 ( mantan pemegang saham dan mitra usaha PPBT)
Faktor - Faktor Strategis Eksternal A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor Total 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 15 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 18 2 2 1 2 2 1 1 1 1 17 2 1 2 2 1 1 1 1 18 1 2 2 2 1 1 1 18 1 2 3 1 1 1 24 2 2 1 1 1 20 2 1 1 1 19 1 1 1 22 3 13 1 31 3 31 31 264 0,049 1,000 A B 3 C 2 2 D 3 2 2 E 2 2 2 2 F 3 3 3 3 3 G 2 2 2 2 2 3 H 2 2 2 2 2 2 2 I 3 3 3 3 2 1 2 2 J 3 3 3 3 3 3 3 3 3 K 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 13 13 0,049 22 0,083 0,049 3 3 3 3 26 20 24 25 0,095 L 3 3 3 3 Total Xi 29 26 27 26 0,098 0,098 0,076 0,091 Bobot 0,110 0,098 0,102

D. Hasil rata rata Pembobotan


Faktor - Faktor Strategis Eksternal A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor Total Responden 1 0,076 0,045 0,057 0,076 0,057 0,072 0,091 0,091 0,102 0,117 0,121 0,095 1,000 Responden 2 0,083 0,064 0,068 0,083 0,083 0,072 0,091 0,080 0,087 0,095 0,121 0,072 1,000 Responden 3 0,110 0,098 0,102 0,098 0,098 0,076 0,091 0,095 0,083 0,049 0,049 0,049 1,000 Rata - Rata Bobot 0,090 0,069 0,076 0,086 0,080 0,073 0,091 0,088 0,091 0,087 0,097 0,072 1,000

Lampiran 8. Hasil Pengisian Kuisioner Rating Faktor Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan A. Hasil Pengisian Kuisioner Penilaian Rating Faktor Internal Perusahaan (berdasarkan Responden 1,2 dan 3)
Faktor - Faktor Strategis Internal Kekuatan A. Kualitas Produk B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing D. Saluran Distribusi E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran H. Keterampilan SDM yang dimiliki I. Modal Usaha J. Kapasitas Produksi K. Belum adanya merek pada kemasan Produk L. Kegiatan Promosi M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas N. fasilitas dan peralatan produksi Responden 1 4,000 4,000 4,000 3,000 4,000 Rating Responden 2 3,000 3,000 3,000 3,000 4,000 Responden 3 3,000 4,000 3,000 4,000 4,000 Rata -Rata 3,333 3,667 3,333 3,333 4,000

2,000 1,000 2,000 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000

1,000 2,000 2,000 1,000 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000

2,000 2,000 1,000 1,000 1,000 2,000 2,000 2,000 1,000

1,667 1,667 1,667 1,000 1,333 2,000 2,000 2,000 1,667

B. Hasil Pengisian Kuisioner Penilaian Rating Faktor Eksternal Perusahaan (berdasarkan Responden 1,2 dan 3)
Faktor - Faktor Strategis Eksternal Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 2,000 3,000 4,000 3,000 2,000 2,000 4,000 3,000 4,000 2,000 2,000 2,000 3,000 3,000 2,000 2,000 3,000 3,333 3,333 2,000 Responden 1 4,000 2,000 4,000 3,000 3,000 4,000 4,000 Rating Responden 2 2,000 3,000 2,000 3,000 2,000 3,000 4,000 Responden 3 4,000 2,000 2,000 4,000 4,000 4,000 4,000 Rata - Rata 3,333 2,333 2,667 3,333 3,000 3,667 4,000

Lampiran 9. Matriks SWOT Pemasaran Peternakan Puyuh Bintang Tiga


STRENGTHS (S) 1. 2. 3. 4. 5. Pelayanan dan loyalitas pelanggan (S1) Kualitas Produk (S2) Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing (S3) Saluran Distribusi (S4) Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran (S5) WEAKNESSES (W) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Belum adanya merek pada kemasan Produk (W1) Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra (W2) Kegiatan Promosi (W3) Modal Usaha (W4) Kapasitas Produksi (W5) Wilayah pemasaran yang masih terbatas (W6) Keterampilan SDM yang dimiliki (W7) fasilitas dan peralatan produksi (W8) Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran (W9) STRATEGI WO Memberikan merek pada peti kayu dan dus yang digunakan sebagai kemasan produk dan meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas dan pangsa pasar (W1,W3,W6,O1,O3,O5, O6, dan O7) Meningkatkan kontrol kepada peternak mitra dengan membuat kontrak tertulis mengenai standar produk untuk meningkatkan kualitas telur yang berasal dari mitra (W2,W9, O4, dan O7) Menjalin kerjasama dengan perbankan untuk melakukan pengembangan usaha dan memperluas wilayah pemasaran ke wilayah pasar Jabotabek (W3,W4,W5,W6,W7,W8, O1,O2,O3,O5,O6, dan O7 STRATEGI WT Melakukan evaluasi terhadap kinerja terutama peningkatan keterampilan SDM dan kegiatan pemasaran untuk menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi. (W1,W2,W3,W4,W6,W7,W9,T1,T3,T4 dan T5).

OPPORTUNITIES (O) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Permintaan yang semakin meningkat (O1) Ketersediaan Bahan Baku (O2) Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Jabotabek (O3) Turunnya harga BBM (O4) Peningkatan jumlah penduduk (O5) Trend Gaya Hidup Sehat (O6) Perkembangan Teknologi (O7)

STRATEGI SO 2. Meningkatkan jumlah pelanggan dengan mempertahankan kualitas produk, pelayanan kepada konsumen untuk memanfaatkan adanya pasar potensial (S1,S2,S3,S4,S5, O1,O2,O3,O4,O5,O6 dan O7). 1.

2.

3.

THREATS (T)

STRATEGI ST 1. Mempertahankan tingkat harga bersaing, kualitas 1. produk dan pelayanan konsumen dalam menghadapi persaingan (S1,S2,S3,S4,T1 dan T3) Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan melibatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas pengembangan usaha (S5, T2) Meningkatkan keamanan dan kesehatan ternak dengan menjaga kebersihan,pemberian vaksin dan pemeliharaa yang tepat (S2,T4 dan T5)

1. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah 2. 3. 4. 5.


Bogor (T1) Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar (T2) Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi (T3) Perubahan cuaca yang tidak menentu (T4) Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh (T5)

2.

3.

Lampiran 10. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 1 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 4,000 4,000 4,000 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 3,000 4,000 3,000 3,333 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 3,333 dibanding pesaing 4,000 3,000 3,000 D. Saluran Distribusi 3,000 3,000 1,000 2,333 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 4,000 4,000 4,000 4,000 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 3,000 3,000 2,000 2,667 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 4,000 4,000 3,000 3,667 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 3,000 4,000 3,000 3,333 I. Modal Usaha 4,000 4,000 3,000 3,667 J. Kapasitas Produksi 4,000 4,000 3,000 3,667 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 2,000 3,000 3,000 2,667 L. Kegiatan Promosi 2,000 3,000 3,000 2,667 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 1,000 2,000 3,000 2,000 N. fasilitas dan peralatan produksi 3,000 3,000 3,000 3,000 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 3,000 4,000 4,000 3,667 B. Perkembangan Teknologi 4,000 3,000 3,000 3,333 C. Trend Gaya Hidup Sehat 4,000 3,000 3,000 3,333 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 4,000 3,000 3,000 3,333 E. Peningkatan jumlah penduduk 4,000 3,000 4,000 3,667 F. Turunnya harga BBM 2,000 4,000 2,000 2,667 G. Permintaan yang semakin meningkat 4,000 4,000 4,000 4,000 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 4,000 2,000 3,000 3,000 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 3,000 tinggi 2,000 4,000 3,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 4,000 3,000 3,000 3,333 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 4,000 4,000 4,000 4,000 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 4,000 4,000 4,000 4,000

Lampiran 11. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 2 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 4,000 4,000 4,000 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 3,000 1,000 2,000 2,000 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 3,333 dibanding pesaing 4,000 3,000 3,000 D. Saluran Distribusi 3,000 3,000 2,000 2,667 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 4,000 4,000 4,000 4,000 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 4,000 1,000 3,000 2,667 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 4,000 4,000 3,000 3,667 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 3,000 1,000 3,000 2,333 I. Modal Usaha 4,000 4,000 3,000 3,667 J. Kapasitas Produksi 4,000 3,000 4,000 3,667 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 4,000 4,000 4,000 4,000 L. Kegiatan Promosi 3,000 4,000 4,000 3,667 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 2,000 4,000 4,000 3,333 N. fasilitas dan peralatan produksi 3,000 1,000 2,000 2,000 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 1,000 1,000 1,000 1,000 B. Perkembangan Teknologi 3,000 3,000 3,000 3,000 C. Trend Gaya Hidup Sehat 1,000 3,000 2,000 2,000 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 4,000 4,000 2,000 3,333 E. Peningkatan jumlah penduduk 4,000 3,000 3,000 3,333 F. Turunnya harga BBM 3,000 4,000 2,000 3,000 G. Permintaan yang semakin meningkat 3,000 4,000 3,000 3,333 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 1,000 1,000 1,000 1,000 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 3,667 tinggi 4,000 3,000 4,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 1,000 1,000 1,000 1,000 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 1,000 1,000 1,000 1,000 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 4,000 4,000 3,000 3,667

Lampiran 12. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 3 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 4,000 4,000 4,000 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 3,000 1,000 1,000 1,667 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 2,000 dibanding pesaing 4,000 1,000 1,000 D. Saluran Distribusi 3,000 3,000 1,000 2,333 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 4,000 4,000 3,000 3,667 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 4,000 4,000 4,000 4,000 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 3,000 3,000 4,000 3,333 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 4,000 3,000 4,000 3,667 I. Modal Usaha 1,000 1,000 1,000 1,000 J. Kapasitas Produksi 3,000 3,000 1,000 2,333 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 1,000 1,000 1,000 1,000 L. Kegiatan Promosi 1,000 1,000 1,000 1,000 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 1,000 1,000 1,000 1,000 N. fasilitas dan peralatan produksi 1,000 1,000 1,000 1,000 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 1,000 1,000 1,000 1,000 B. Perkembangan Teknologi 4,000 4,000 3,000 3,667 C. Trend Gaya Hidup Sehat 1,000 1,000 3,000 1,667 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 1,000 1,000 3,000 1,667 E. Peningkatan jumlah penduduk 1,000 1,000 1,000 1,000 F. Turunnya harga BBM 4,000 3,000 1,000 2,667 G. Permintaan yang semakin meningkat 4,000 2,000 2,000 2,667 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 1,000 1,000 1,000 1,000 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 2,667 tinggi 3,000 3,000 2,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 1,000 1,000 1,000 1,000 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 1,000 1,000 1,000 1,000 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 2,000 3,000 2,000 2,333

Lampiran 13. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 4 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 3,000 3,000 3,333 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 2,000 1,000 3,000 2,000 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 2,667 dibanding pesaing 4,000 1,000 3,000 D. Saluran Distribusi 2,000 1,000 3,000 2,000 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 4,000 1,000 3,000 2,667 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 1,000 1,000 2,000 1,333 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 4,000 4,000 2,000 3,333 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 1,000 3,000 2,000 2,000 I. Modal Usaha 4,000 4,000 4,000 4,000 J. Kapasitas Produksi 4,000 4,000 3,000 3,667 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 3,000 3,000 4,000 3,333 L. Kegiatan Promosi 4,000 3,000 3,000 3,333 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 4,000 4,000 3,000 3,667 N. fasilitas dan peralatan produksi 4,000 3,000 3,000 3,333 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 2,000 3,000 3,000 2,667 B. Perkembangan Teknologi 3,000 3,000 3,000 3,000 C. Trend Gaya Hidup Sehat 2,000 3,000 1,000 2,000 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 2,000 4,000 4,000 3,333 E. Peningkatan jumlah penduduk 1,000 3,000 3,000 2,333 F. Turunnya harga BBM 1,000 3,000 1,000 1,667 G. Permintaan yang semakin meningkat 4,000 4,000 1,000 3,000 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 1,000 1,000 1,000 1,000 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 1,667 tinggi 2,000 2,000 1,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 1,000 1,000 1,000 1,000 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 1,000 2,000 1,000 1,333 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 1,000 3,000 1,000 1,667

Lampiran 14. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 5 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 4,000 4,000 4,000 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 4,000 3,000 4,000 3,667 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 4,000 dibanding pesaing 4,000 4,000 4,000 D. Saluran Distribusi 3,000 3,000 4,000 3,333 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 3,000 4,000 3,000 3,333 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 4,000 3,000 2,000 3,000 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 3,000 4,000 2,000 3,000 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 3,000 3,000 2,000 2,667 I. Modal Usaha 1,000 3,000 2,000 2,000 J. Kapasitas Produksi 4,000 3,000 2,000 3,000 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 1,000 2,000 3,000 2,000 L. Kegiatan Promosi 3,000 3,000 3,000 3,000 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 1,000 3,000 3,000 2,333 N. fasilitas dan peralatan produksi 3,000 2,000 3,000 2,667 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 3,000 3,000 3,000 3,000 B. Perkembangan Teknologi 3,000 3,000 3,000 3,000 C. Trend Gaya Hidup Sehat 1,000 3,000 4,000 2,667 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 3,000 3,000 3,000 3,000 E. Peningkatan jumlah penduduk 3,000 3,000 3,000 3,000 F. Turunnya harga BBM 4,000 4,000 3,000 3,667 G. Permintaan yang semakin meningkat 4,000 4,000 3,000 3,667 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 1,000 1,000 2,000 1,333 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 3,667 tinggi 4,000 4,000 3,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 1,000 3,000 3,000 2,333 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 2,000 3,000 4,000 3,000 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 4,000 4,000 3,000 3,667

Lampiran 15. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 6 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 1,000 1,000 1,000 1,000 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 4,000 3,000 1,000 2,667 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 1,000 dibanding pesaing 1,000 1,000 1,000 D. Saluran Distribusi 1,000 1,000 1,000 1,000 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 1,000 1,000 2,000 1,333 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 1,000 1,000 1,000 1,000 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 4,000 3,000 1,000 2,667 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 2,000 1,000 1,000 1,333 I. Modal Usaha 1,000 1,000 2,000 1,333 J. Kapasitas Produksi 1,000 1,000 1,000 1,000 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 1,000 1,000 1,000 1,000 L. Kegiatan Promosi 1,000 1,000 1,000 1,000 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 1,000 1,000 1,000 1,000 N. fasilitas dan peralatan produksi 1,000 1,000 1,000 1,000 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 1,000 1,000 1,000 1,000 B. Perkembangan Teknologi 1,000 1,000 1,000 1,000 C. Trend Gaya Hidup Sehat 1,000 1,000 1,000 1,000 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 1,000 1,000 1,000 1,000 E. Peningkatan jumlah penduduk 1,000 1,000 3,000 1,667 F. Turunnya harga BBM 1,000 1,000 1,000 1,000 G. Permintaan yang semakin meningkat 1,000 1,000 1,000 1,000 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 4,000 4,000 4,000 4,000 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 1,000 tinggi 1,000 1,000 1,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 1,000 1,000 1,000 1,000 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 2,000 3,000 1,000 2,000 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 1,000 1,000 1,000 1,000

Lampiran 16. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 7 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 4,000 4,000 4,000 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 1,000 1,000 3,000 1,667 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 1,000 dibanding pesaing 1,000 1,000 1,000 D. Saluran Distribusi 1,000 1,000 1,000 1,000 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 1,000 4,000 1,000 2,000 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 1,000 1,000 1,000 1,000 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 4,000 3,000 3,000 3,333 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 4,000 3,000 4,000 3,667 I. Modal Usaha 1,000 3,000 3,000 2,333 J. Kapasitas Produksi 3,000 4,000 3,000 3,333 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 1,000 1,000 1,000 1,000 L. Kegiatan Promosi 1,000 1,000 1,000 1,000 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 1,000 1,000 1,000 1,000 N. fasilitas dan peralatan produksi 3,000 3,000 3,000 3,000 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 2,000 2,000 3,000 2,333 B. Perkembangan Teknologi 4,000 3,000 3,000 3,333 C. Trend Gaya Hidup Sehat 1,000 3,000 1,000 1,667 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 1,000 1,000 1,000 1,000 E. Peningkatan jumlah penduduk 1,000 1,000 1,000 1,000 F. Turunnya harga BBM 2,000 2,000 1,000 1,667 G. Permintaan yang semakin meningkat 1,000 1,000 1,000 1,000 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 4,000 3,000 1,000 2,667 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 2,667 tinggi 4,000 3,000 1,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 4,000 4,000 4,000 4,000 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 4,000 4,000 4,000 4,000 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 1,000 1,000 3,000 1,667

Lampiran 17. Hasil pengisian kuisioner QSPM untuk menentukan Attractiveness Score pada strategi 8 Faktor Strategis Responden Rata Kekuatan 1 2 3 Rata A. Kualitas Produk 4,000 4,000 3,000 3,667 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 1,000 4,000 3,000 2,667 C. Harga Jual Produk yang lebih murah 3,333 dibanding pesaing 4,000 3,000 3,000 D. Saluran Distribusi 2,000 1,000 2,000 1,667 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 4,000 3,000 3,000 3,333 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 4,000 1,000 3,000 2,667 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 4,000 3,000 3,000 3,333 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 3,000 2,000 3,000 2,667 I. Modal Usaha 1,000 3,000 3,000 2,333 J. Kapasitas Produksi 4,000 3,000 3,000 3,333 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 1,000 1,000 2,000 1,333 L. Kegiatan Promosi 1,000 1,000 2,000 1,333 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 2,000 1,000 3,000 2,000 N. fasilitas dan peralatan produksi 2,000 1,000 2,000 1,667 Peluang A. Ketersediaan Bahan Baku 2,000 3,000 2,000 2,333 B. Perkembangan Teknologi 4,000 1,000 3,000 2,667 C. Trend Gaya Hidup Sehat 1,000 2,000 2,000 1,667 D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek 3,000 3,000 3,000 3,000 E. Peningkatan jumlah penduduk 2,000 2,000 3,000 2,333 F. Turunnya harga BBM 3,000 1,000 2,000 1,000 G. Permintaan yang semakin meningkat 4,000 2,000 4,000 4,000 Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar 1,000 1,000 3,000 1,667 I. Tingkat persaingan industri yang semakin 3,667 tinggi 4,000 4,000 3,000 J. Perubahan cuaca yang tidak menentu 2,000 2,000 1,000 1,667 K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh 2,000 2,000 1,000 1,667 L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor 4,000 4,000 3,000 3,667

Lampiran 18. Hasil Olahan Matriks QSP Strategi 1 Kekuatan Bobot AS TAS A. Kualitas Produk 0,080 4,000 0,319 B.Lokasi produksi dalam menunjang kegiatan pemasaran 0,062 3,333 0,208 C. Harga Jual Produk yang lebih murah dibanding pesaing 0,076 3,333 0,253 D. Saluran Distribusi 0,071 2,333 0,165 E. Pelayanan dan loyalitas pelanggan 0,079 4,000 0,315 Kelemahan F. Kurangnya Kontrol terhadap standar produk yang berasal dari mitra 0,058 2,667 0,154 G. Manajemen Perusahaan untuk mendukung kegiatan pemasaran 0,088 3,667 0,322 H.Keterampilan SDM yang dimiliki 0,076 3,333 0,253 I. Modal Usaha 0,102 3,667 0,373 J. Kapasitas Produksi 0,079 3,667 0,289 K. Belum adanya merek pada kemasan Produk 0,038 2,667 0,103 L. Kegiatan Promosi 0,050 2,667 0,134 M. Wilayah pemasaran yang masih terbatas 0,063 2,000 0,126 N. fasilitas dan peralatan produksi 0,079 3,000 0,236 Peluang

Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8 AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS 4,000 0,319 4,000 0,319 3,333 0,266 4,000 0,319 1,000 0,080 4,000 0,319 3,667 0,292

2,000 0,125 1,667 0,104 2,000 0,125 3,667 0,228 2,667 0,166 1,667 0,104 2,667 0,166

3,333 0,253 2,000 0,152 2,667 0,203 4,000 0,304 1,000 0,076 1,000 0,076 3,333 0,253 2,667 0,188 2,333 0,165 2,000 0,141 3,333 0,235 1,000 0,071 1,000 0,071 1,667 0,118 4,000 0,315 3,667 0,289 2,667 0,210 3,333 0,263 1,333 0,105 2,000 0,158 3,333 0,263

2,667 0,154 4,000 0,231 1,333 0,077 3,000 0,173 1,000 0,058 1,000 0,058 2,667 0,154

3,667 0,322 3,333 0,293 3,333 0,293 3,000 0,264 2,667 0,234 3,333 0,293 3,333 0,293 2,333 0,177 3,667 0,279 2,000 0,152 2,667 0,203 1,333 0,101 3,667 0,279 2,667 0,203 3,667 0,373 1,000 0,102 4,000 0,407 2,000 0,203 1,333 0,136 2,333 0,237 2,333 0,237 3,667 0,289 2,333 0,184 3,667 0,289 3,000 0,236 1,000 0,079 3,333 0,263 3,333 0,263 4,000 0,154 1,000 0,038 3,333 0,128 2,000 0,077 1,000 0,038 1,000 0,038 1,333 0,051 3,667 0,185 1,000 0,050 3,333 0,168 3,000 0,151 1,000 0,050 1,000 0,050 1,333 0,067 3,333 0,211 1,000 0,063 3,667 0,232 2,333 0,147 1,000 0,063 1,000 0,063 2,000 0,126 2,000 0,158 1,000 0,079 3,333 0,263 2,667 0,210 1,000 0,079 3,000 0,236 1,667 0,131

A. Ketersediaan Bahan Baku B. Perkembangan Teknologi C. Trend Gaya Hidup Sehat D. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat Jabotabek E. Peningkatan jumlah penduduk F. Turunnya harga BBM G. Permintaan yang semakin meningkat Ancaman H. Situasi Keamanan Lingkungan Sekitar I. Tingkat persaingan industri yang semakin tinggi J. Perubahan cuaca yang tidak menentu K. Merebaknya penyakit yang menyerang puyuh L. Masuknya telur puyuh dari luar Bogor ke pasar di wilayah Bogor STAS Prioritas Strategi

0,090 3,667 0,329 1,000 0,090 1,000 0,090 2,667 0,239 3,000 0,269 1,000 0,090 2,333 0,209 2,333 0,209 0,069 3,333 0,231 3,000 0,208 3,667 0,255 3,000 0,208 3,000 0,208 1,000 0,069 3,333 0,231 2,667 0,185 0,076 3,333 0,253 2,000 0,152 1,667 0,126 2,000 0,152 2,667 0,202 1,000 0,076 1,667 0,126 1,667 0,126

0,086 3,333 0,286 3,333 0,286 1,667 0,143 3,333 0,286 3,000 0,258 1,000 0,086 1,000 0,086 3,000 0,258 0,080 3,667 0,292 3,333 0,265 1,000 0,080 2,333 0,186 3,000 0,239 1,667 0,133 1,000 0,080 2,333 0,186 0,073 2,667 0,195 3,000 0,220 2,667 0,195 1,667 0,122 3,667 0,269 1,000 0,073 1,667 0,122 1,000 0,073 0,091 4,000 0,364 3,333 0,303 2,667 0,242 3,000 0,273 3,667 0,333 1,000 0,091 1,000 0,091 4,000 0,364

0,088 3,000 0,265 1,000 0,088 1,000 0,088 1,000 0,088 1,333 0,118 4,000 0,354 2,667 0,236 1,667 0,147

0,091 3,000 0,273 3,667 0,333 2,667 0,242 1,667 0,152 3,667 0,333 1,000 0,091 2,667 0,242 3,667 0,333 0,087 3,333 0,290 1,000 0,087 1,000 0,087 1,000 0,087 2,333 0,203 1,000 0,087 4,000 0,348 1,667 0,145

0,097 4,000 0,389 1,000 0,097 1,000 0,097 1,333 0,130 3,000 0,292 2,000 0,194 4,000 0,389 1,667 0,162

0,072 4,000 0,288 3,667 0,264 2,333 0,168 1,667 0,120 3,667 0,264 1,000 0,072 1,667 0,120 3,667 0,264 6,704 5,615 4,160 4,994 6,000 2,751 4,525 5,069 I III VII V II VIII VI IV

You might also like