You are on page 1of 13

BAB 1

Pertanggungjawaban Keuangan Negara

1.1. Anggaran sebagai Informasi Keuangan

nggaran pemerintah merupakan informasi keuangan yang membahas rencana yang berhubungan dengan uang, bagaimana memperoleh uang dan bagaimana mempergunakan uang tersebut seperti disebutkan dalam perundang-undangan. Salah satu fungsinya yang penting adalah sebagai bahan pertanggungjawaban keuangan. Bila renacana tersebut telah dilaksanakan maka anggaran menjadi kenyataan yang disebut realisasi anggaran. Karena uang sangat penting dan langka maka harus ada perangkat bagaimana mengamankan penerimaan dan memanfaatkan uang yang diperoleh untuk kepentingan rakyat banyak sebagai salah satu kriteria dalam negara demokrasi. Realisasi anggaran merupakan perangkat untuk tujuan tersebut yang disusun sebagai salah satu jenis laporan keuangan yang disiapkan oleh pemerintah. Pembahasan anggaran dalam tulisan ini hanya menyoroti sudut pertanggungjawaban dalam penerimaan dan penggunaan uang. Perangkat yang dipakai adalah laporan keuangan yang secara khusus disebut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat yang
1

diartikan bahwa dalam masalah pertanggungjawaban keuangan ini tidak termasuk pemerintah daerah, walaupun sebagian besar dana yang diperoleh berasal dari penerimaan Pemerintah Pusat. Dengan demikian pembahasan dalam makalah ini sangat terbatas dan tidak menilai keberhasilan pemerintah dalam mempergunakan uang yang diperoleh. Historis laporan keuangan yang sejak dulu dibuat pemerintah hanya laporan realisasi anggaran. Sekarang laporan keuangan itu dikembangkan dan mencakup neraca dan laporan arus kas. Laporan keuangan pemerintah sebagai sarana pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) setiap akhir tahun anggaran adalah salah satu ujud dari sistem pemerintahan demokrasi. Tanpa sarana seperti itu hilanglah arti demokrasi karena pemerintah telah berubah menjadi penguasa yang tidak perlu memberikan pertanggungjawaban keuangan kepada rakyat yang membayar pajak. Sekarang sedang sibuk para politisi, pejabat pemerintah, dan masyarakat membicarakan masalah anggaran tahun 2008 yang sedang baru dimasuki. Anggaran merupakan bagian dari sistem demokrasi yang akan mempengaruhi kehidupan rakyat banyak. Anggaran keuangan juga sarana informasi keuangan yang akan menjadi kebijakan keuangan oleh pemerintah. Sebagai bahan informasi yang penting anggaran disyaratkan memuat informasi yang dapat dipakai oleh pemerintah dan pihak lain seperti DPR dan rakyat pada umumnya, artinya informasi itu terpercaya untuk dapat mengambil keputusan. Yang menjadi pertanyaan sampai berapa jauh anggaran itu dapat terpercaya. Untuk itu perlu diuji apakah laporan keuangan itu memenuhi persyaratan itu. Oleh sebab itu sebelum laporan keuangan disampaikan pemerintah kepada DPR maka harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga tinggi yang mempunyai tugas khusus untuk itu. Anggaran adalah satu rencana yang baru akan dilaksanakan pada masa mendatang. Tetapi sebagai rencana selayaknya dapat memberikan pedoman untuk melaksanakan kebijakan.

Pengalaman yang lalu membuktikan bahwa anggaran dipersiapkan berdasarkan konsep yang tidak jelas sehingga pelaksanaan anggaran yang dimuat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat memberikan informasi yang dapat menyesatkan. Walaupun ada pedoman yang telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah tetapi karena pemahaman dan penyusunannya masih mengandung kelemahan maka informasi yang termuat juga menjadi salah. Penyusunan anggaran dan melaporkan realisasinya pada akhir tahun telah sejak lama dimulai. Pada masa lalu pemerintah hanya membuat anggaran pendapatan dan belanja dan kemudian melaporkan realisasinya. Sekarang pemerintah juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang lain yaitu neraca dan laporan arus kas yang pada masa lalu tidak diharuskan. Namun pada masa sekarang yang terpenting adalah anggaran belanja dan pendapatan dan pelaksanaan anggaran yang disebut realisasinya.

1.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah informasi yang untuk kepentingan beberapa pihak. Laporan keuangan sudah dikenal sejak lama khususnya untuk perusahaan yang mencari keuntungan. Informasi yang terkandung terutama ditujukan untuk pemilik perusahaan yang sekarang ini jumlahnya mencapai banyak orang terutama perusahaan yang sudah menjual sahamnya di bursa saham. Tidak heran bahwa informasi keuangan menjadi salah satu informasi bagi pemilik untuk menilai kemajuan dari perusahaan. Dengan berkembangnya peran pemerintah dalam mengatur kehidupan berwarga negara, laporan keuangan menjadi komoditi yang penting bagi pemerintah sendiri dan terutama wakil rakyat untuk menilai prestasi pemerintah termasuk pertanggungjawaban keuangan yang dipercayakan kepadanya. Informasi yang dibutuhkan adalah laporan keuangan yang dibuat oleh pemerintah dipergunakan untuk kepentingan pemerintah sendiri, wakil rakyat, dan masyarakat umum.
3

Kegiatan pemerintah tidak saja mencakup fungsi mengatur tetapi kini pemerintah juga dilibatkan dalam usaha yang tadinya tidak dilakukan oleh pemerintah. Pada dasarnya laporan keuangan pemerintah tidak banyak berbeda dengan laporan keuangan perusahaan sehingga prinsip dan pedomannya juga mirip sama. Namun karena pedoman khusus untuk menyusun laporan keuangan pemerintah baru dikembangkan secara resmi pada tahun 2004 berdasarkan peraturan pemerintah sudah dapat diantisipasikan akan banyak masalah yang dihadapi sehingga laporan keuangan belum mampu untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2006 tidak terkecuali dan juga dimaksudkan untuk pertanggungjawaban pemerintah kepada wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) R.I. Sebelum disampaikan ke DPR laporan keuangan tersebut diaudit lebih dulu oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) R.I. Laporan keuangan pemerintah seperti dapat dibaca tidak mudah untuk dipahami, karena membutuhkan pengetahuan khusus yaitu akuntansi. Walaupun laporan keuangan itu merupakan dokumen publik yang dapat dibaca oleh setiap orang, namun tidak mudah untuk mengambil kesimpulannya. Kiranya perlu diketahui bahwa ada laporan keuangan yang dapat dipahami oleh orang awam, tetapi banyak laporan keuangan yang memerlukan pengetahuan khusus yang disebut akuntansi. Terkadang laporan keuangan sedemikian rumit sehingga memerlukan pengetahuan akuntansi yang lebih mendalam. Laporan keuangan pemerintah sebagaimana disusun seperti LKPP 2006 memerlukan pengetahuan akuntansi yang memadai untuk dapat mengerti dengan baik, apalagi bagaimana cara menyajikannya. Bahkan dengan pedoman seperti standar akuntansi yang sudah adapun penyusunan maupun pemahamannya tidak mudah. Tidak heran bila para pembaca laporan yang terdiri dari berbagai pihak yang berpengatahuan yang bervariasi, mulai yang paling awam termasuk masyarakat umum, pejabat di pemerintahan, Dewan Perwakilan Rakyat, sampai kepada pihak yang menyusun di Departemen Keuangan yang melakukan audit yaitu Badan Pengawasan Keuangan akan memberikan respons yang berbeda. Namun siapapun pembacanya laporan keuangan seharusnya
4

mampu memberikan informasi sesuai dengan fungsinya yang terpercaya. Tulisan ini mencoba untuk menelaahnya dan mengambil kesimpulan sampai berapa jauh informasi yang terkandung dapat memberikan manfaat khususnya bagi DPR dan BPK. Penjelasan umum LKPP mengatakan ...bahwa LKPP (Audited) disusun berdasarkan LKPP (unaudited) yang telah dikoreksi atau disesuaikan menurut hasil pemeriksaan BPK. Sampai berapa jauh BPK melaksanaan penyesuaian yang dimaksud. Yang jelas BPK memberikan pernyataan diclaimer yang berarti bahwa laporan tersebut dipertanyakan kewajaran penyajiannya. Dengan demikian arti dari laporan keuangan itu merupakan alasan bagi DPR untuk tidak menerima laporan itu. Akibatnya akan mempengaruhi sikap DPR terhadap persetujuannya untuk anggaran mendatang bahkan juga akan mempengaruhi hubungan DPR dengan pemerintah. Dengan membaca secara seksama LKPP 2006 dipertanyakan kapan BPK dapat memberikan pernyataan pendapat yang lebih baik. Mungkin untuk neraca tidak diharapkan dalam waktu dekat menghasilkan yang terpercaya, tetapi laporan realisasi anggaran seharusnya dapat lebih cepat menghasilkan yang memuaskan, karena pengalaman setengah abad telah dilalui untuk membuat laporan seperti itu walaupun dengan tujuan yang lain.

1.3. Anggaran Keuangan Sepanjang Sejarah Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia merupakan sapi perahan bagi pemerintah Belanda untuk mengambil sebanyaknya keuntungan dari bumi Indonesia termasuk juga dari hasil keringat bangsa Indonesia. Keadaan pada masa itu jauh berbeda dengan keadaan sekarang ditinjau dalam cara melaksanakan pemerintahan. Pemerintah hanya mempunyai perangkat sederhana untuk mengatur keuangan melalui pencatatan yang dilakukan buku kas yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran dan beberapa buku pembantu yang lebih banyak fungsinya untuk pelaporan kepada pihak yang penguasa
5

tertinggi. Tata cara seperti ini dikenal tata buku kameral. Perkembangan yang terus meningkat menuntut informasi yang lebih banyak dan rinci sehingga membutuhkan pencatatan yang lebih teratur dan teliti. Sejak penyerahan kedaulatan oleh pemerintah Belanda kepada bangsa Indonesia pada akhir tahun 1949 semua perangkat pemerintahan masih berbau cara Belanda termasuk dalam sistem keuangan negara dan penyusunan anggaran keuangan. Fungsi pemerintahan pada masa penjajahan Belanda banyak berubah dan sekarang lebih rumit karena pemerintahan juga sangat berlainan khususnya untuk meningkatkan martabat bangsa termasuk bidang pembangunan. Sejak diambil alih kekuasaan dari Belanda akhir tahun 1949 sistem keuangan telah banyak berubah bahkan secara berangsur pemerintah Indonesia bebas dalam cara pengelolaan keuangan, termasuk dalam penyusunan anggaran yang praktis tidak ada selama pemerintahan orde lama. Jangankan anggaran, pengaturan peredaran uang yang menjadi dasar kehidupan ekonomi juga tidak ada. Namun, pemerintah dapat berjalan dengan lancar berdasarkan selera pada masa itu di mana anggaran sebagai sarana untuk pengaturan ekonomi tidak ada; pemerintah berjalan dengan modal kekuasaan dan kekuatan politik tanpa ada kemajuan ekonomi karena mendahulukan kemajuan politis. Dengan keterbatasan dana yang mengandalkan kepada hasil minyak dan pencetakan uang pemerintahan dapat berjalan selama kurang lebih dua puluh tahun hingga tahun 1967. Sejak pengalihan pemerintahan kepada orde baru, mulai ditata cara pengelolaan dan anggaran disusun sesuai dengan tujuan dan kemampuan pada waktu itu untuk sekedar memenuhi persyaratan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai negara yang menganut demokrasi dalam pengertian tertentu. Oleh karena faktor politik lebih dipentingkan maka penyusunan laporan juga disusun dengan prinsip itu sehingga fungsi yang utamanya dilupakan. Demikian juga anggaran keuangan yang dibuat oleh pemerintah untuk disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat menunjukkan sistem pemerintahan yang demokratis itu. Banyak kemajuan yang dicapai selama periode itu, namun pengaturan sistem
6

keuangan dan penyusunan anggaran masih bayak didominasi unsur politik ketimbang ekonomi dan keuangan. Bagaimana anggaran keuangan dibuat pada masa itu yang lebih banyak menggambarkan makna politis dari pada ekonomi diperlihatkan format anggaran 1993/1994 sebagai berikut: ANGGARAN 1993/1994 (dalam Milyar)1) Pendapatan Dikurangi Belanja rutin Tabungan pemerintah Bantuan luar negeri Dana pembangunan
1)

Rp 48.909,4 29.959,8 Rp 18.949,6 12.687,0 Rp 31.636,6

Sumber: Rencana Pembangunban Lima Tahuan Kelima 1989/90 - 1993/94, hal Tabel 3-6, Tabel 3-7, Tabel 3-8. hal.228, 229,232,

Pada umumnya belanja rutin hanya untuk pengeluaran untuk menjalankan pemerintahan dan oleh sebab itu selalu menyisakan dana yang dipergunakan untuk yang lain atau disebut pembangunan untuk menunjukkan usaha pemerintah melakukan pembangunan yang ditambah dengan dana luar negeri yang sebenarnya adalah pinjaman. Dengan demikian tidak dikenal istilah defisit bahkan selalu ada saldo surplus. Anggaran tidak menyebutkan sisa anggaran sehingga saldo kas setiap tahun tidak diketahui jumlahnya dan penggunaannya. Demikian juga jumlah aset negara yang telah dibangun tidak ditatausahakan dengan baik sehingga berapa kekayaan negara atau ekuitas tidak diketahui karena neraca tidak ada. Anggaran lebih banyak berfungsi sebagai alat politis pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan ekonomi ketimbang sebagai alat kebijakan keuangan dan sebagai alat pertanggungjawaban pemerintah kepada wakil rakyat di DPR. Sejak berakhirnya pemerintahan orde baru fungsi anggaran berubah yang lebih mencerminkan alat kebijakan keuangan dan sebagai pertanggungjawaban sebagai sarana demokrasi.

1.4. Hasil Audit BPK Bulan Maret 2007 Pemerintah telah menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) untuk tahun 2006 kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tinggi negara untuk diaudit sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang. LKPP 2006 disampaikan kepada BPK pada 28 Maret 2007 dan menyelesaikan laporannya pada 10 Mei 2007. Patut dipertanyakan bagaimana BPK dapat menyelesaikan laporan dalam waktu 42 hari walaupun persiapan audit sudah jauh dilakukan sebelumnya, yang mungkin menyimpulkan karena LKPP yang didasarkan atas internal control system sedemikian parahnya sehingga sudah tidak layak untuk dilanjutkan dengan audit yang lebih luas. Faktanya hasil auditnya adalah pernyataan dengan disclaimer. Hasil laporan BPK untuk dua tahun sebelumnya menghasilkan pendapat yang sama. Hal ini tidak perlu dirisaukan bahkan menjadi cambuk untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan tidak mudah untuk memulai dengan yang baru yang sebelumnya belum dikenal. Kegiatan keuangan pemerintahan yang besar dapat dipersamakan dengan ratusan perusahaan raksasa yang tersebar di seluruh tanah air. Sumber dana dan tenaga manusia yang terbatas dan belum berpengalaman adalah kendala di samping sistem manjemen pemerintahan masih lemah sehingga mempersukar untuk mampu menghasilkan laporan keuangan yang terpercaya. Sama seperti dua tahun sebelumnya BPK hanya dapat memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat atau disclaimer untuk laporan tersebut. Ada 18 butir catatan sebagai alasan kenapa hasil audit seperti itu. Secara singkat alasannya yang disebutkan diakibatkan oleh laporan keuangan itu tidak dapat diperiksa karena amburadul atau mengandung informasi yang salah, tidak ada atau kurang lengkap. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sistem penyusunan keuangan atau standar akuntansi baru mulai diterapkan untuk tahun buku 2004. Pemerintah dengan sumer daya manusia yang belum berpengalaman dan aparat administrasinya belum siap untuk mempergunakan sistem yang baru itu.
8

Selain dari pada itu standar akuntansi sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan tidak steril terhadap kesalahan sehingga laporan yang dihasilkan juga mengandung beberapa kekurangan yang dapat menyesatkan pembaca laporan. Beberapa catatan berikut diperoleh dari laporan keuangan tersebut yang dipertanyakan kewajarannya dan sebagian dapat dipastikan salah. Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa LKPP 2006 tidak dapat diterima sebagai pertanggungjawaban pengelolaan yang dibuat pemerintah karena informasi yang terkandung dalamnya banyak mengandung kesalahan, baik karena penyusunan yang dlakukan tidak profesional atau mengandung banyak kekurangan data dan juga sebagian diakibatkan oleh standar akuntansi yang diterapkan tidak tepat, sehingga penyajian LKPP tersebut menyesatkan seperti dijelaskan dalam tulisan ini. Laporan realisasi anggaran menyesatkan karena pemisahan antara pendapatan dan belanja di satu pihak dengan pembelanjaan yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran. Pengertian pembelajaan seperti diartikan dalan standar akuntansi tidak tepat dan salah pula penerapannya. Cara ini menimbulkan beberapa pengertian (definisi) seperti surplus/defisit anggaran, Sisa Lebih (Kurang) Perhitungan Anggaran (SILPA/SILKA) dan Sisa Anggaran Lebih (SAL) dengan istilah yang membingungkan yang akhirnya menyesatkan, seharusnya cukup dengan Sisa Anggaran Lebih/Kurang. Tidak jelas alasan untuk memisahkan pendapatan dan belanja dari pembiayaan. Memang tidak salah untuk memisahkan pembiayaan tersendiri asalkan pengertiannya jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahan seperti terbukti dengan LKPP. Pembiayaan juga merupakan bagian dari kegiatan pemerintah seperti meminjam dan meminjamkan uang. Tidak terlalu mengherankan bila BPK sampai kepada kesimpulan seperti itu. Pada masa lalu pemerintah juga melakukan pelaporan keuangan tetapi banyak perbedaan antara apa yang dilaporkan pada masa sebelum 2004 dan masa sesudah itu, apalagi pada zaman pemerintah orde baru dan terlebih-lebih pada masa orde lama di mana praktis tidak ada laporan seperti itu. Dengan membandingkan keadaan di negara lain keadaanya juga banyak
9

perbedaan, bahkan di negara yang sudah jauh lebih maju masalah pelaporan yang menghasilkan laporan yang baik tidak selalu menggembirakan. Contoh yang paling populer adalah negara Amerika Serikat yang sejak tahun 1996 menyusun laporan keuangan untuk pemerintahan federal, hingga tujuh tahun kemudian hasil audit tidak menggembirakan. Kita masih sangat tertinggal dalam masalah penyajian laporan keuangan pemerintah, tetapi pemerintah telah berusaha untuk mampu memberikan laporan yang dapat diterima. Namun ada beberapa bukti yang memperlihatkan aparat pemerintah yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan kurang mempunyai kemampuan. Selain dari pada itu pihak yang memberikan pedoman belum mampu menyusun laporan keuangan yang baik, diharapkan berusaha dengan kuat untuk dapat menghasilkan laporan yang lebih baik dengan mengembangkan standar keuangan yang memenuhi persyaratan. Tulisan ini berkesimpulan bahwa pemerintah dengan aparatnya telah bersungguh-sungguh untuk berusaha agar laporan keuangan lebih baik. Namun, tiga tahun sebagai pengalaman dalam penyusunan laporan keuangan belum banyak kemajuan, banyak menunjukkan kurang berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang dialami selama masa tiga tahun itu.

1.5. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2006 Sejak berakhirnya pemerintahan orde baru perubahan dalam pengelolaan keuangan negara tidak berubah bahkan terjadi banyak masalah dan penyimpangan yang baru diketahui beberapa tahun kemudian, khususnya usaha untuk menyelematkan perbankan yang mengorbankan uang dengan jumlah yang sangat besar. Demikian juga penyusunan anggaran tidak berubah karena penyelesaikan masalah politik lebih diutamakan dan sistem pertanggungjawaban keuangan dan penyusunan anggaran masih mengikuti pola lama. Globalisasi yang terus berkembang di semua bidang mendorong pemerintah untuk bergabung dalam berbagai perkembangan untuk tidak
10

ketinggalan dengan negara lain. Walaupn laporan keuangan pemerintah baru berkembang beberapa dekade ini tetapi usaha untuk mendorong agar negaranegara mengikuti praktek yang dianggap sehat untuk pengelolaan keuangan negara sudah diprakarsasi oleh lembaga internasional yaitu International Federation of Accountants melalui salah satu unitnya Public Sector Committee yang telah menerbitkan pedoman untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah. Kini pedoman tersebut dipakai sebagai acuan untuk banyak negara termasuk Indonesia. Pemerintah Federal Amerika Serikat sendiri masih baru dalam memulainya, walaupun negara bagian dan pmerintahan kota sudah lebih lama mempunyai sistem akuntansi pemerintahan. Sejak tahun 1997 hingga tahun 2004 pemerintah Federal Amerika Serikat masih terus membuat laporan keuangan pemerintah yang menghasilkan audit dengan pendapat disclaimer atau tidak dapat memberikan pernyataan pendapat oleh General Accounting Office sebagai lembaga yang berwenang untuk melakukan audit. Mulai tahun anggaran 2004 pemerintah telah mulai menyusun laporan keuangan atau LKPP berdasakan pedoman resmi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yang terdiri dari tiga komponen yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Laporan Realisasi Anggaran dapat dibuat dengan cara ekstrakomtabel, artinya terpisah dari sistem akuntansi yang ada, artinya tanpa ada sistem pembukuan yang lengkap laporan itu dapat disusun. Salah satu perubahan yang besar dalam laporan pertanggungjawaban pemerintah adalah laporan keuangan yang disebut Neraca. Tujuan utama adalah untuk mengetahui besarnya kekayaan negara serta utang. Utang negara tidak terlalu susah untuk mengetahuinya khususnya utang luar negeri karena pihak yang meminjamkan mempunyai informasi yang lengkap. Neraca memerlukan sistem pencatatan yang lengkap khususnya mengenai transaksi masa lalu yang menyangkut aset dan kewajiban. Sedangkan laporan arus kas disusun menurut transaksi kas yang mirip dengan laporan realisasi anggaran ditambah transaksi yang menyangkut kas sehingga terkait dengan neraca. Singkatnya untuk menyusun neraca yang terpercaya masih membutuhkan waktu lama seperti dijelaskan pada bagian lain dari tulisan ini.
11

Pedoman penyusunan didasarkan atas peraturan pemerintah1 yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan pemerintah sebagai dasar pembentukan standar akuntansi menunjukkan betapa pentingnya pedoman tersebut. Di negara lain lazimnya pedoman seperti itu tidak memerlukan campur tangan pemerintah, tetapi di Indonesia ingin diatur secara tertib tanpa perlu adanya toleransi atau kebijakan yang menunjukkan bahwa pertanggungjawaban keuangan itu sangat penting. Unsur-unsur realisasi anggaran sebagai bagian dari laporan keuangan pemerintah terdiri dari pendapatan, belanja, surplus/defisit, sisa lebih/kurang perhitungan anggaran (SILPA/SILKA) dan sisa anggaran lebih (SAL). Berikut ini diberikan gambaran sederhana mengenai unsur-unsur ini serta keterkaitan masing-masing. Anggaran Pendapatan dan Belanja 2006 (dipadatkan, dalam Rp Juta)
Pendapatan Belanja Defisit Pembiayaan: Penerimaan Pengeluaran Jumlah pembiayaan SILPA Rp 637.987.136 (667.128.813) (29.141.677) 82.096.662. (52.681.072) 29.415.590 273.914

Rp Rp

Rp Rp

SILPA atau sisa lebih pembiayaan anggaran adalah kelebihan seluruh anggaran dalam bentuk dana yang berada dalam semua kas yang digunakan untuk keperluan anggaran. Dengan demikian SILPA

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

12

merupakan bagian dari Kas/Bank yang terdiri dari Kas/Bank seperti tercantum pada Neraca akhir 2006 seperti dijelaskan berikut: Sisa Kas per 31/12/2005 SILPA Sisa Kas per 31/12/2006 Rp 46.187.230 Juta 273.914 Juta Rp 46.461.144 Juta

Sedangkan menurut LKPP sisa Kas akhir tahun 2006 berjumlah Rp 38.192.835 Juta? Ke mana selisihnya sebesar Rp 8.268.309 Juta? Kesalahan? Kesalahan dapat terjadi pada unsur pendapatan, belanja maupun pembiayaan seperti dibuktikan dengan LKPP tahun 2006. Cukup banyak unsur-unsur yang salah, yang berlebih atau kurang yang akhirnya mempengaruhi surplus/defisit maupun SILKA/SILPA dan akhirnya kepada SAL. Kesalahan pada SAL akhirnya juga mempengaruhi saldo kas pada neraca. Beberapa kesalahan yang relatif besar yang dapat diketahui diperjelas pada uraian selanjutnya. Jumlah defisit atau surplus merupakan informasi yang dianggap paling penting dalam rencana anggaran atau realisasi anggaran. Yang menjadi sorotan utama terutama DPR. Lazimnya tidak pernah dipertanyakan kebenaran dari angka itu; yang penting besarnya serta kaitannya dengan unsur anggaran yang lain.

13

You might also like