You are on page 1of 6

Dampak Pendidikan dan Pelatihan Lesson Study Terhadap Guru-Guru Diposting oleh rulam Tanggal: 22 March 2011 | Kategori:

Laporan PTK | 0 views |

Drs.Slamet Mulyana, MPd (Widyaiswara LPMP Jawa Barat) . Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar dampak pendidikan dan pelatihan lesson study terhadap guru-guru Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan lesson study pada MGMP. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif studi tindak lanjut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan dan laporan hasil pendidikan dan pelatihan lesson study, wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang RPP sebelum, dalam, dan setelah pelaksanaan Diklat, dan observasi digunakan untuk memperoleh data pembelajaran dalam kegiatan MGMP. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik kualitatif model interaktif. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40, ayat 2 yang menuntut guru untuk mampu menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Tetapi hasil Program Pelayanan Peningkatan Mutu Pendidikan (PPPMP) LPMP Provinsi Jawa Barat tahun 2007 disimpulkan bahwa proses pembelajaran guru-guru IPA, IPS, matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia SMP di kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat lebih banyak berceramah di hadapan siswanya, sementara siswanya hanya mendengarkan. Para guru berparadigma bahwa pembelajaran merupakan proses mentransfer pengetahuan guru atau dari buku kepada siswanya. 2. Masalah dan Rencana Pemecahan Masalah Kedua suasana pembelajaran yang dijelaskan di atas terdapat kesenjangan. Kesenjangan tersebut akan menjadi masalah yang besar bagi dunia pendidikan di kabupaten Cirebon. Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dan Bidang Pendidikan Dasarmengatasi masalah tersebut dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan (Diklat) lesson study terhadap guruguru tersebut. Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik dan tenaga kependidikan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar, (Hendayana,2006:10). Selanjutnya, dijelaskan bahwa lesson study merupakan kegiatan penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.

Dalam Diklat lesson study guru bahasa Indonesia dilatih memahami tahapan-tahapan lesson study yaitu tahap perencanaan pembelajaran (plan), pelaksanaan pembelajaran (do), dan refleksi pembelajaran (see). Dalam tahap perencanaan pembelajaran (plan), (Hendayana,2006:10), guru dilatih menyusun rancangan kegiatan pembelajaran yang meliputi rancangan kegiatan pendahuluan, rancangan kegiatan inti, dan rancangan kegiatan penutup. Dalam merancang kegiatan pendahuluan guru dilatih tentang bagaimana cara memberikan motivasi belajar agar siswa terdorong untuk menguasai kompetensi dasar. Guru dilatih mencari cara bagaimana memotivasi siswa agar pada diri siswa muncul perasaan membutuhkan kemampuan yang tertulis pada kompetensi dasar yang akan dicapainya melalui pembelajaran sebagai bekal hidup pada masa kini dan atau yang akan datang, (Depdiknas,2003: 13) Dalam merancang kegiatan inti guru dilatih menyusun rancangan-rancangan kegiatan siswa berikut. 1). Guru dilatih menyusun rancangan kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa dan bagaimana melakukannya dengan menerapkan model pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dan relevan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan cara demikian, maka pembelajaran yang dirancang oleh guru bermakna bagi siswa, karena telah diuji kebenarannya. 2). Guru dilatih menyusun rancangan bahan ajar yang sesuai dengan pengalaman nyata siswa. Dengan cara demikian, maka siswa belajar dimulai atau dari pengalamannya sendiri. 3). Guru dilatih menyusun rancangan setting pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar dan kondisi dunia nyata. Dengan demikian, maka siswa belajar dengan mengadopsi situasi dan kondisi nyata di masyarakat menjadi situasi dan kondisi pembelajaran di sekolah. 4). Guru dilatih menyusun rancangan evaluasi proses dan hasil belajar. Dengan demikian, maka evaluasi yang dilakukan guru, bukan semata-mata mengevaluasi pengetahuan, melainkan guru mengevaluasi proses tentang apa yang dilakukan siswa dan bagaimana siswa tersebut melakukan pembelajaran. Itu berarti guru mengevaluasi kompetensi siswa yang sebenarnya. Dalam merancang kegiatan penutup, guru dilatih menyusun rancangan tentang tugas-tugas apa yang akan dilakukan oleh siswa agar siswa mampu menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata, sebagai bekal hidup pada masa sekarang dan yang akan datang. Rancangan-rancangan yang dilatihkan kepada guru dilakukan secara cermat dan berlandaskan sebuah teori untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Selanjutnya, rancangan tersebut disusun menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan demikian, sebelum melaksanakan pembelajaran guru telah memiliki kesiapan yang mantap dengan RPP yang representatif. Dengan berbekal kesiapan yang mantap dan RPP yang representatif, guru melaksanakan pembelajaran (do) yang diamati oleh sejumlah pengamat yang berlatar belakang mata pelajaran yang bervariasi. Selanjutnya, guru beserta seluruh peserta lesson study melakukan refleksi (see). Dalam kegiatan refleksi (see) guru dilatih untuk menjelaskan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya yang didasari dengan teori-teori pembelajaran yang telah dikuasainya. Selain itu, guru dilatih menerima masukan dari para pengamat untuk meningkatkan mutu proses

pembelajarannya. Masukan-masukan tersebut dijadikan dasar bagi guru untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu RPP dan pelaksanaan pembelajarannya. Dengan demikian, maka kemampuan guru-guru bahasa Indonesia SMP kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat dalam menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis dapat meningkat. 3. Tujuan Penelitian dan Harapan Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar dampak pendidikan dan pelatihan lesson study terhadap guru-guru Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan lesson study pada MGMP. Harapan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi kepala LPMP, kepala dinas, kepala sekolah, dan ketua KKG/MGMP dalam mengambil kebijakan tentang cara melakukan pembinaan guru-guru melalui pendidikan dan pelatihan lesson study sebagai upaya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran yang berdampak pada tercapainya pendidikan yang bermutu. B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif studi tindak lanjut. Furchan, (1982:427) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif kualitatif studi tindak lanjut adalah jenis penelitian yang meneliti perkembangan subjek yang telah diberikan perlakuan tertentu. Setelah beberapa waktu subjek penelitian tersebut diteliti kembali. Tujuannya adalah untuk menilai keberhasilan program tertentu. Berdasarkan pendapat di atas peneliti melakukan penelitian terhadap perkembangan subjek yaitu 4 orang guru bahasa Indonesia yang pada tanggal 14 sampai dengan tanggal 18 Januari 2008 telah diberikan Diklat lesson study bersama dengan 16 orang guru lainnya dari mata pelajaran IPA, IPS, matematika, dan bahasa Inggris (subyek/sasaran penelitian). Sejak tanggal 1 Februari sampai 20 Mei 2008 peneliti secara simultan melakukan penelitian terhadap guru-guru bahasa Indonesia tentang dampak Diklat lesson study .Untuk memperoleh data tentang dampak diklat lesson study, maka yang menjadi sumber datanya adalah kepala bidang pendidikan dasar, guru-guru bahasa Indonesia peserta diklat , dan anggota MGMP Bahasa Indonesia SMP. Peneliti datang sendiri ke lapangan dan bertindak sebagai instrumen (human instrument). Dalam pelaksanaan pengumpulan data berpedoman pada guide yang disusun sebelumnya. Metode pengumpulan data adalah wawancara, studi kepustakaan, dan observasi. Wawancara dilakukan dengan kepala bidang untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, buku laporan pelaksanaan diklat lesson study, dan izin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan MGMP Bahasa Indonesia dalam mengimplementasikan hasil diklat.

Wawancara dengan guru-guru bahasa Indonesia peserta diklat untuk memperoleh data RPP yang dibuat sebelum, waktu pelaksanaan, dan setelah pendidikan dan pelatihan (dalam kegiatan MGMP) serta informasi-informasi lain yang diperlukan. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber, yaitu anggota MGMP Bahasa Indonesia SMP. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara informal yaitu wawancara yang dilakukan dalam suasana yang wajar sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikan, penulis memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari Laporan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Lesson Study dan RPP yang disusun sebelum, waktu pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan diklat serta mempelajari buku-buku teori dan penunjang yang diperlukan. Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan lesson study dalam merencanakan pembelajaran (plan), melaksanakan pembelajaran (do), dan melakukan refleksi (see) dalam kegiatan MGMP. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah berupa kata-kata, karena itu teknik analisis data yang digunakannya adalah teknik kualitatif dengan model interaktif. Dalam analisis ini tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, dilakukan secara berurutan sebagai rangkaian analisis data (Miles. Matthew B, and Huberman. Michael.A, 1992, 20). Dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan sejak sebelum pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Sebelum pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Kepala Bidang Pendidikan Dasar minta bantuan kepada peneliti untuk menyusun struktur program dan jadwal pendidikan dan pelatihan di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon. Selama pelaksanaan pendidikan dan pelatihan peneliti sebagai penyaji mata diklat model pembelajaran, konsep lesson study, dan pelaksanaan lesson study di Hotel Triyas. Setelah pendidikan dan pelatihan peneliti beberapa kali mengikuti kegiatan MGMP bahasa Indonesia SMPN 1 Sumber, sebagai tempat kegiatan MGMP Bahasa Indonesia SMP. Dengan demikian, maka peneliti menyatakan bahwa perpanjangan keikutsertaan peneliti dilakukan sejak sebelum pelaksanaan, dalam pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dalam kegiatan MGMP. Dengan demikian, maka keikutsertaan peneliti dalam mencari keabsahan data telah terpenuhi. C. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian melalui pengumpulan data di lapangan, secara menyeluruh dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, kemampuan peserta dalam menyusun RPP sebelum mengikuti pendidikan dan pelatihan sangat rendah. Tetapi pada waktu diklat lesson study berlangsung terjadi peningkatan kemampuan peserta dalam menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dasar yang hendak dicapainya dan visi, misi, dan tujuan sekolah. Apalagi, setelah pendidikan dan pelatihan lesson study (dalam kegiatan MGMP) peserta mampu membimbing anggota MGMP Bahasa Indonesia dalam merencanakan dan melaksanakan lesson study dan melakukan refleksi. Kedua, telah terjadi peningkatan kemampuan anggota MGMP Bahasa Indonesia dalam menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dasar yang hendak dicapainya dan visi, misi, dan tujuan sekolah. Ketiga, telah terjadi peningkatan kemampuan anggota MGMP Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran dengan berpedoman pada RPP yang dibuatnya.

Struktur program pendidikan dan pelatihan mampu mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan. Hal itu dibuktikan dengan peserta pendidikan dan pelatihan mampu membimbing anggota MGMP Bahasa Indonesia dalam kegiatan lesson study dengan hasil yang sangat memuaskan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan lesson study yang diberikan kepada guru-guru SMP di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat telah memberikan dampak yang sangat besar. Pembahasan Berdasarkan uraian pada bagian hasil penelitian tersebut pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan: Pertama, telah terjadi peningkatan motivasi belajar dan daya nalar yang tinggi ketika anggota MGMP Bahasa Indonesia diberi kesempatan untuk mengemukakan masalah pembelajaran yang dialaminya. Kedua, telah terjadi peningkatan keaktifan berpikir ketika anggota MGMP Bahasa Indonesia melakukan kerjasama dalam mencari dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah pembelajarannya sesuai dengan pengalaman dan teori yang dimilikinya. Ketiga, telah terjadi peningkatan kemampuan berbahasa lisan yang tinggi ketika anggota MGMP Bahasa Indonesia dipersilakan menyampaikan gagasan untuk mengatasi masalah pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan teori yang dimilikinya. Kempat, telah terjadi peningkatan kesadaran eksistensi dan potensi diri setelah anggota MGMP Bahasa Indonesia mampu menemukan solusinya. Untuk lebih memperjelas temuan tersebut berikut ini disampaikan pembahasannya. a. Pembahasan Temuan Pertama

Temuan pertama adalah telah terjadi peningkatan motivasi belajar dan daya nalar yang tinggi ketika anggota MGMP Bahasa Indonesia diberi kesempatan untuk mengemukakan masalah pembelajaran yang dialaminya. Dalam temuan tersebut ada dua hal yang terlu dijelaskan yaitu peningkatan motivasi belajar dan peningkatan daya nalar. Motivasi belajar meningkat ketika anggota MGMP Bahasa Indonesia diberi kesempatan untuk mengemukakan masalah pembelajaran yang dialaminya, hal itu sesuai dengan pendapat Depdiknas (2002b:5-7) yang menyatakan bahwa setiap siswa (baca guru) memiliki rasa ingin tahu dan keyakinan akan kemampuan diri. Keduanya merupakan faktor yang penting dalam membangkitkan motivasi belajar secara efektif. Motivasi belajar siswa (dibaca guru) akan meningkat karena materi yang dipelajari dan kegiatan yang dilakukannya dirasakan bermakna bagi dirinya, (Depdiknas, 2002b:12). Kesempatan untuk mengemukakan masalah pembelajaran yang dialaminya menumbuhkan motivasi pada diri anggota MGMP Bahasa Indonesia. Sebab, dalam kegiatan tersebut mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga terbentuk kegiatan saling belajar, (Hendayana, S. dkk. 2006:14). Motivasi belajar akan meningkat apabila materi yang dipelajari dan kegiatan pembelajarannya dirasakan bermakna bagi dirinya. Kebermaknaan ini lazimnya terkait dengan bakat, minat, pengetahuan, dan tata nilai, (Depdiknas, 2002b:5). Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat berarti dalam peningkatan prestasi belajar, bila dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh pada akhir pembelajaran.

Daya nalar anggota MGMP Bahasa Indonesia meningkat ketika diberi kesempatan untuk mengemukakan masalah pembelajaran yang dialaminya. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan kelompok.Kelompok merupakan kumpulan individu yang bekerjasama dalam satu kesatuan kelompok dan mempunyai hubungan tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Lewin (1958) dalam Munir (2001:5) menjelaskan, Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan tertentu yang saling ketergantungan dalam ukuran-ukuran yang bermakna. Sukamta (1980) dalam Munir (2001:6) menjelaskan kualifikasi sebuah kelompok adalah Terjadinya interaksi tatap muka dengan frekuensi yang sangat tinggi dan menyebabkan terjalinnya hubungan psikologis yang nyata, seperti saling rasa memiliki, rasa solidaritas, saling ketergantungan, adanya norma kelompok, dan terbentuknya struktur kelompok. Hasil kerja kelompok merupakan hasil sharing antar guru dalam satu kelompok atau antar kelompok. Guru yang memahami masalah pembelajaran yang sedang dibahas, memberikan penjelasan tentang hal tersebut kepada yang belum tahu. Guru yang cepat memahami mengajari yang lamban, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan sebagainya. Dengan kondisi yang demikian, maka tidak mustahil bila terjadi peningkatan daya nalar. Kelompok akan menjadi masyarakat belajar apabila setiap anggotanya saling ketergantungan, saling belajar dari sesamanya baik dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Mereka tidak ada yang merasa paling tahu atau tidak tahu. Setiap anggota harus merasa bahwa setiap anggota lain memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang berbeda dan perlu dipelajarinya. Bila setiap anggota merasa membutuhkan dan mau belajar dari anggota lain, maka setiap anggota dapat menjadi sumber belajar. Bila setiap anggota dapat menjadi sumber belajar, maka antar anggota akan terjalin hubungan kerjasama dan komunikasi yang harmonis yang berdampak pada meningkatnya penalaran. Kondisi masyarakat belajar dapat menumbuhkan kesadaran menjadi warga negara yang baik, mengembangkan kemampuan sosial dan semangat berkompetisi secara sehat dengan tidak melupakan semangat bekerjasama yang disertai dengan komunikasi secara empati, dan sikap solidaritas yang tinggi, Depdiknas (2002d:5). Kondisi tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya nalar, sebagai bekal mengatasi masalah hidup dan kehidupan pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. . Selengkapnya hubungi: 081 333 052 032 http://www.infodiknas.com/dampak-pendidikan-dan-pelatihan-lesson-study-terhadap-guru-guru2/ Jumat, 16 Desember 2011

You might also like