You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi patologik.

Vertebra servikal, torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral, anterior posterior dan rotasional. Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural). Pada skoliosis non struktural (postural), deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. Pada skoliosis struktural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva. Skoliosis struktural dapat dibagi menjadi tiga kategori : kongenital, neuromuscular dan skoliosis idiopatik Sekitar 80 % skoliosis adalah idiopatik. Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan dengan prevalensi 0-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantile bervariasi, namun dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki daripada perempuan.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi sumsum tulang belakang. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).2,3,4 1. Tulang punggung servikal Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1C7 (C dari servikal), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis yang berupa tulang pemutar atau poros. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal adalah yang terbesar. 2. Tulang punggung toraks Procesus spinosusnya berhubungan dengan tulang rusuk. Vertebra torakal lingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai tulang punggung dorsal dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12. 3. Tulang punggung lumbal Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Vertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makin kecil. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
4. Tulang punggung sakral

Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

5. Tulang punggung koksigea

Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor). Tulang punggung menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak. Terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Corpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua kaki atau pediculus dan dua lamina (berfungsi melindungi foramen vertebrale) serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transverses (terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, tempat melekatnya otot-otot punggung), dan procesus spinosus (bagian posterior bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat melekatnya otot-otot punggung). Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale yang berfungsi sebagai bentalan bila vertebra bergerak seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi. Terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang mengandung mukopolisakarida.2,3 Bentuk kolumna vertebralis tidak lurus, di beberapa tempat membentuk beberapa lengkungan yaitu:2 1. Lordosis servikalis, melengkung ke anterior di daerah servikal 2. Kifosis torakalis, melengkung ke dorsal di daerah torakal 3. Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior di daerah lumbal 4. Kifosis skralis, melengkung ke daerah sakral

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang.3 B. Definisi Kelainan kongenital kolumna vertebralis berupa pembengkokan dengan rotasi dalam bidang sagital. Biasanya pembengkokan dan rotasi dikompensasi di atas dan di bawahnya oleh vertebra yang normal. Skoliosis ini disebut kongenital apabila terdapat kelainan kongenital pada pada tulang vertebra seperti hemivertebra, serta disebut idiopatik bila tidak terdapat kelainan pada tulang selain bengkoknya saja.5 Skoliosis idiopatik termasuk dalam skoliosis struktural yang deformitas tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Skoliosis idiopatik digolongkan berdasarkan umur pasien pada saat diagnosis ditegakkan:
1. Skoliosis Idiopatik Infantil : kelengkungan vertebra berkembang saat lahir sampai

usia 3 tahun.
2. Skoliosis Idiopatik Juvenil : terjadi pada umur 4-10 tahun. 3. Skoliosis Idiopatik Adolescent : terjadi pada umur 10 tahun atau lebih, skoliosis

jenis ini paling sering terjadi pada remaja putrid.1 Skoliosis pada orang dewasa mungkin menunjukkan perkembangan kondisi dimana sebenarnya telah bermula pada masa kanak-kanak, dan tidak didiagnosa atau dirawat ketika masa pertumbuhan. Skoliosis pada orang dewasa dapat disebabkan oleh perubahan penurunan pada tulang belakang. Jika diperbolehkan berkembang, dalam kasus skoliosis yang parah pada orang dewasa dapat bertuju pada sakit punggung kronis, kelainan bentuk dan kesulitan dalam bernafas.6 4

C. Epidemiologi Stirling dkk, 1996 menemukan hampir 16.000 pasien berumur antara 6-14 tahun di Inggris pertahun (Cobbs angle >10). Prevalensi skoliosis tertinggi (1.2%) ditemukan pada umur 12-14 tahun. Data ini menunjukkan bahwa seleksi skoliosis sebaiknya difokuskan pada usia ini. Umur puncak pertumbuhan biasanya 16 tahun, diperkirakan terdapat skolisosis 2-3% dari populasi dengan Cobbs angle >10, dan makin berkurang sesuai dengan peningkatan derajat kurva. Secara umum perbandingan antara wanita dan pria 3,6: 1, makin dominan pada wanita seiring dengan meningkatnya kurva.7
D. Etiologi

Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa. 1. Faktor genetik Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit scoliosis. 2. Faktor hormonal. Defisiensi melatonin diajukan sebagai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone. 3. Perkembangan Spinal dan Teori Biomekanik Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja. 4. Abnormalitas Jaringan. Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti sindrom Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.8

E. Klasifikasi Skoliosis idiopatik dewasa terjadi pada umur 10 tahun atau lebih, skoliosis jenis ini paling sering terjadi pada remaja putri. Untuk mendiagnosa sebagai skoliosis idiopatik, harus mempunyai derajat kurvatura minimal 100 dengan rotasional dan deviasi lateral pada radiologi (<10 dapat dikatakan normal). a. Deskripsi Kurva
1) Arah skoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya. 2) Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya

struktural. Umumnya pada skoliosis idiopatik terletak antara T4 s/d T12. 3) Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupun non struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya. 4) Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya, biasanya keduanya kurva struktural.
5) Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.9

b. Letak dan Bentuk Kurva


1) Letak kurva

a)

Lengkungan toraks kanan

Bentuk yang paling banyak terjadi pada skoliosis idiopatik dengan letak terjadi pada end-vetebrae T4,5 atau 6 sebagai batas atas, dan T11, 12, atau L1 sebagai batas bawah. Bila disertai rotasi vetebra yang cukup parah, tulang iga pada bagian sisi konvenks mengalami deformitas yang buruk, yang menghasilkan kecacatan pada bentuk dan kerusakan yang cukup serius dari fungsi kardiopulmonari pada lengkungan yang melengkung mencapai 70. Lengkungan ini akan berkembang secara cepat dan harus tangani secara dini untuk mendapatkan penyembuhan dan perbaikan bentuk secara fungsional dan kosmetik. Lengkungan toraks kanan disebut kurva MAYOR yang mempunyai struktur dan peranan yang penting. Biasanya terdapat lengkungan yang lebih kecil pada arah yang berbeda dan terdapat dibawah kurva thoracic kanan biasa disebut sebagai kurva MINOR/SEKUNDER/COMPESATORY. b) Lengkungan Torakolumbal Lengkunan yang lebih panjang, biasanya mengarah ke arah kanan dengan batas atas di T4, 5 atau 6 dan batas bawah L2, 3, atau 4. selain dari kurva toraks kanan, terdapat juga kurva toraks kiri atas minor dan kurva toraks kiri bawah minor di daerah lumbar untuk tujuan kompensasi. Lengkungan 6

torakolumbal biasanya tidak mengalami kelainan bentuk yang parah, tapi bisa mengakibatkan distorsi tulang iga dari rotasi vertebra tersebut. c) Kurva mayor ganda Pada bentuk ini, ada 2 kurva dari prominens yang utama. Keduanya merupakan struktural dan menurut terminologi awal sebagai kurva primer ganda. Lengkungan ini biasanya terdiri atas toraks kanan dan lengkungan lumbal kiri sama bentuknya. Kurva mayor ganda ini bisa terdiri atas: Thoracic kanan, lumbal kiri (kombinasi yang paling sering) Thoracic kanan, torakolumbal kiri Torakolumbal kiri, kanan bawah lumbal Thoracic kanan, thoracic kiri (kurva thoracic ganda, yang pertama kali diperkenalkan oleh dr. John Moe) Pada thoracic kanan, kurva lumbal kiri bentuknya bisa berawal pada perempuan dewasa dengan kurva thoracic mayor kanan dan kurva lumbal minor kiri (comensatory dan non-struktural). Hal ini terkadang dikenal dengan bentuk lengkung intermediate. Dan seiring dengan pertumbuhan pasien maka lengkungan lumbal bisa berkembang dan menjadi lebih kaku dan menjadi struktural. Kalau lengkungan lumbal berkembang pembentukannya dibandingkan dengan kurva thoracic, maka bentuk formasinya bisa menjadi lengkungan mayor ganda. Bentuk seperti ini adalah bentuk lengkungan thoracic kanan dari T5 ke T11 atau 12, dan pada lengkungan lumbal kiri dari T11 atau 12 hingga L4 atau 5. Bentuk dari lengkungan ini simetris dan seimbang, kurva ini tidak mengakibatkan deformitas yang berat daripada dengan kasus kurva yang satu buah saja, tapi tetap akan menjadi masalah serius apabila mereka berkembang menjadi lebih berat. d) Lengkungan lumbal mayor Lengkungan yang cukup sering terjadi dan biasanya berawal dari T11 atau 12 hingga L5. Lengkungan ini biasanya mengarah ke kiri pada 65 % kasus. Tulang belakang thoracic biasanya tidak akan berkembang menjadi lengkungan compensatory dan tetap fleksibel. Lengkungan ini tidak mengalami kecacatan, tapi hanya sedikit kaku dan bisa mengakibatkan nyeri sendi sewaktu membawa anak dan usia lanjut. 7

e)

Kurva cervicothoracic

Ini merupakan lengkung yang jarang terjadi, dimana umumnya mengarah kekiri. Terjadi pada C5 hingga T4 atau 5. Jarang terjadi nyeri tetapi bisa terjadi distorsi dari garis pembentukan yang menjadi masalah estetika/ kelainan bentuk.

Gambar 2. Letak dan Bentuk Kurva.9


2) Bentuk kurva a)

Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi,

kemungkinan karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik.
b)

Kurva S : lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic, di thoracal

kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori, umumnya struktural.9
c. Derajat Skoliosis

Derajat skoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Makin berat derajat skoliosis makin besar dampaknya pada sistim kardiopulmonal. Teknik pengukuran skoliosis: 1) Pengukuran sudut kurva dapat dilakukan dengan metode Cobb atau RisserFerguson
2) Pengukuran rotasi vertebra dengan menilai x-raynya dibagi menjadi 4 tingkat.9

Gambar 3. Pengukuran Kurva dan Rotasi Skoliosis.9


d. Klasifikasi dari Derajat Kurva Skoliosis 1) Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20 2) Skoliosis sedang : kurva 20-40/50. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra

dan costa.
3) Skoliosis berat : lebih dari 40/50. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih

besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60-70 terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup.9 e. Klasifikasi Lenke Merupakan system yang dikembangkan dalam mengklasifikasikan Scoliosis Idiopathic Adolescent (AIS), kini telah direkomendasikan dalam pengobatan spesifik dengan perbedaan metode pengobatan. Sistem klasifikasi Lenke memadukan tiga komponen: 1) Tipe Kurva (1-6) 2) Lumbar spine modifier (A,B,or C)
3) Sagital thoracal modifier (-,N or +)10

Gambar 4. Klasifikasi Lenke.10


F. Diagnosis8

1. Anamnesis Secara umum, anamnesis harus menyingkirkan penyebab potensial skoliosis yang lain dan dapat memperkirakan derajat kematangan skeletal. Anamnesis meliputi umur dan jenis kelamin. Perlu ditanyakan adanya riwayat skoliosis dalam keluarga penderita karena tendensi untuk menderita adalah 20 kali lebih besar. Keluhan nyeri biasanya jarang ditemukan, tetapi jika diperhatikan, biasanya penderita dengan skoliosis akan lebih cepat lelah/pegal bila terlalu lama duduk atau berdiri. Pada pasien dengan deformitas lanjut, biasanya sudah akan mengeluh adanya deformitas, bentuk badan yang asimetris dan keluhan kosmetis lainnya. Status kesehatan saat itu juga didokumentasi, seperti nyeri, gejala neurologis, kondisi jantung dan paru dan sistem organ lain. Selain itu perlu dicatat mengenai riwayat kesehatan umum seperti penyakit sebelumnya, operasi, trauma, riwayat selama dalam kandungan, cacat lahir dan terapi yang sudah diterima. 2. Gambaran Klinis Gambaran yang terlihat pada skoliosis adalah manifestasi dari tiga deformitas, gambaran tersebut diakibatkan oleh kombinasi deviasi lateral korpus vertebra dan dinding dada. Bila terjadi deviasi lateral vertebra, vertebra berotasi disekeliling 10

sumbunya yang panjang. Lengkungan yang cembung kekanan memperlihatkan berbagai derajat rotasi, yang menyebabkan penonjolan iga (rib hump). Jika pasien dilihat dari belakang dapat memperlihatkan deviasi lateral processus spinosus dari garis tengah. Pada kurva thorakal, tampak punggung yang miring, rib hump dan asimetri skapula. Pada kurva lumbal tampak penonjolan asimetris salah satu pinggul. Setelah pasien dilihat dari belang dalam posisi berdiri tegak, dilakukan tes fleksi ke depan yang disebut Forward Bend Test. Pada posisi fleksi kedepan, deformitas rotasi dapat diamati paling mudah, dan penonjolan iga atau penonjolan paralumbal dapat dideteksi. Lengkung minor sering mudah dideteksi dengan komponen rotasinya. Pada umumnya, jika deviasi lateral vertebra meningkat, begitu juga deformitas rotasinya, tetapi hubungan ini tidak linear dan banyak lengkung minor memperlihatkan rotasi yang nyata sedangkan beberapa deformitas skoliotik sedang dan berat hanya memperlihatkan unsur rotasional yang lebih ringan.

Gambar 5. Adam's Forward Bend Test.11 3. Skoliometer Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura. Cara pengukuran dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada torakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang

11

diperoleh >5, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura >200 pada pengukuran Cobbs angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut.

Gambar 6. Pengukuran dengan Skoliometer.12 4. Pemeriksaan Penunjang Foto polos x-ray. Foto penuh x-ray PA dan lateral dari vertebrae dan crista iliaca harus terlihat dengan posisi erek. Kelengkungan struktural menunjukan rotasi vertebrae: pada x-ray PA, vertebrae di apex dari kelengkungan terlihat asimetris dan procesus spinosus deviasi terhadap midline. Perlu dingat bahwa foto PA tidak mencerminkan rotasi pada vertebrae, sehingga dibutuhkan foto oblique untuk melihatnya.bagian atas dan bawah dari kelengkungan diidentifikasi dengan kesimetrisan dari vertebrae. Derajat kelengkungan diukur dengan menarik garis pada x-ray di batas atas dari vertebrae teratas dan batas bawah dari vertebrae paling bawah, sudut yang dibentuk dari garis itu disebut sudut Cobb (Cobbs angle). Bagian apex dari kelengkungan harus diperhatikan. Kelengkungan torakal kanan adalah yang tersering terutama pada skoliosis idiopatik, kelengkungan torakal kiri jarang, bila hal itu dijumpai dilakukan pemeriksaan MRI. Kelengkungan struktural primer biasanya diseimbangkan oleh kompensasi dari kelengkungan diatas dan dibawahnya juga dengan rotasi dari vertebrae (terkadang terdapat kelengkungan primer yang multipel). Kematangan dari tulang dinilai dalam beberapa cara (hal ini penting karena kelengkungan sering progresif selama periode pertumbuhan dan pematangan tulang). Apofisis iliaca mulai terjadi osifikasi cepat setelah pubertas, osifikasi meluas secara medial dan saat lempeng iliaca menutup komplet progresifitas dari skoliosis minimal (Rissers Sign). Tahap perkembangan ini biasanya bersamaan dengan fusi dari cincin

12

apofisis vertebrae. Usia pertumbuhan tulang dapat diilai dari foto x-ray tangan dan pergelangan tangan. Foto khusus. CT dan MRI mungkin diperlukan untuk membedakan kelainan vertebrae atau kompresi. Pemeriksaan CT-scan bermanfaat bila dilakukan bersamasama dengan mielografi sedangkan pemeriksaan MRI merupakan non-invasif untuk menilai adanya kelainan pada kanalis spinalis dan ruang diskus dan dapat menghindarkan penggunaan mielografi.

Gambar 7. Radiografi khas yang diperoleh untuk menentukan skoliosis Gambaran foto PA (lihat Gambar 1A), serta lateral (lihat Gambar 1B). Menentukan besarnya kurva dilakukan dengan metode Cobb (lihat Gambar 1C).13

Gambar 8. MRI Potongan Coronal Pasien Skoliosis.13


G. Penatalaksanaan14

13

Bagian terpenting pada skoliosis adalah deteksi dini kelainan yang terjadi. Umumnya lengkungan skoliosis dapat diobati tanpa tindakan bedah dimana penilaian diambil atau ditetapkan melalui pengukuran sudut skoliosis yang terjadi. Salah satu cara untuk melakukan deteksi dini adalah dengan screening skoliosis pada sekolah-sekolah. Skoliosis merupakan suatu kelainan ortopedi yang memerlukan penanganan khusus serta mungkin dibutuhkan suatu pusat skoliosis yang ditangani oleh ahli bedah yang berpengalaman serta seorang pembantu dalam pemasangan gips serta penyanggah (Brace) yang khusus. Tujuan pengobatan yaitu mencegah progresivitas skoliosis ringan sampai sedang dan melakukan koreksi dan stabilisasi pada skoliosis yang lebih berat. Jenis pengobatan yang disesuaikan dengan penyebab, onset terjadinya, umur penderita, besarnya kurva dan progresivitas skoliosis.

Skoliosis Idiopatik Adolescent Curve (derajat) <20 >20<25 25-30 dengan 5 kemajuan didokumentasikan 30-40 >40 1. Pengobatan konservatif14 Hampir semua skoliosis dapat ditangani dengan terapi konservatif. Pengobatan konservatif dipertahankan sampai terjadi pematangan pertumbuhan tulang. Prinsip pengobatan konservatif terdiri atas distraksi, traksi, penekanan lokal atau semacam kombinasi. Pengobatan konservatif terdiri atas : a. Observasi Observasi diperlukan sebelum memutuskan apakah akan diterapi konservatif atau operatif. Setiap empat bulan, enam bulan atau 1 tahun pasien diperiksa dan di foto Brace Mempertimbangkan operasi Gambar 9. Penatalaksanaan.14 Brace Pengobatan Observasi 4 bulan sinar-X

14

x-ray agar dapat diukur dan dilihat progresifitasnya karena setiap 5o peningkatan ukuran kurva dapat mengubah pengobatan. b. Latihan Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot yang tegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang memendek. c. Bracing Bracing bertujuan untuk menghentikan progresifitas dari kurva, tetapi tidak mengurangi besarnya kurva yang telah terjadi, Kebanyakan progresifitas kurva terjadi selama fase perturnbuhan. Sehingga ketika anak telah berhenti tumbuh, jarang kurva tetap progresif sehingga pemakai Brace dapat dihentikan. Karena kurva hanva akan tetap progresif pada skeletal matur jika besarnya >50, maka tujuan dari baring ini adalah mencoba agar kurva yang terjadi pada saat dewasa adalah <50. Brace tidak dipakai lagi pada anak yang telah matur atau harnpir matur. Biasanya dipakai pada anak perempuan sekitar 11-13 tahun dan anak laki-laki sekitar 12-14 tahun. Pada, urnumnya bracing diindikasikan pada anak dengan kurva antara 25-45, kecuall jika progresifitasnya lebih dari derajat atau riwayat kurva progresif dalam keluarga, pada anak dengan kurva vang kurang darl 25. Tujuan akhir pemasangan bracing adalah penderita mencapai usia skeletal matur dengan kurva <50. Brace Milwauke pada prinsipnya menopang daerah thoracal, tujuannya untuk mengurangi lordosis lumbal dan menguatkan otot-otot di vertebrae thoracal. Boston Brace berguna untuk menopang lumbal atau daerah dibawah thoracolumbal. Brace yang baik dapat digunakan selama 23 jam dan tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, termasuk olahraga dan latihan fisik. Pasien dan dokter harus memahami bahwa bracing tidak akan meningkatkan derajat kelengkungan, bahkan dapat mencegah menjadi lebih buruk.

15

Gambar 10. Milwauke Brace.15

Gambar 11. Boston Brace.15

16

Gambar 12. Pemakaian Brace.15


2. Pengobatan Operatif14

Tujuan dari operasi adalah untuk menegakkan kelengkungan termasuk komponen yang berotasi dengan berbagai alat dan untuk menguatkan sendi pada semua kelengkungan primer. Indikasi operasi : a. Operasi dilakukan apabila sudut >400 atau terjadi progresivitas dari sudut sebelum usia penderita mencapai dewasa. Patokan untuk melakukan operasi ini adalah dengan melakukan follow up secara teratur. b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan c. Pengobatan konservatif yang tidak berhasil Tindakan dilakukan untuk mengurangi deformitas rotasional dan deviasi lateral serta melakukan artrodesis pada seluruh kurva primer. Operasi yang dapat dilakukan: a. Sistem Harrington Suatu alat berbentuk kotak diletakkan posterior sepanjang bagian cekung dari kelengkungan, terdapat sambungan di alat tersebut yang disambung dibagian paling atas dan paling bawah vertebrae untuk memperbaiki kelengkungan. Jika kelengkungan fleksibel maka akan dapat dikoreksi secara pasif dan bone graft dapat dipakai fusi dari panjang kelengkungan. Kekurangannya tidak dapat mengoreksi kelainan rotasi dari kelengkungan di apex dan penonjolan tulang iga tetap tidak berubah.

17

Gambar 13. Harrington Distraction Instrumentation.16

b. Rod and sublaminar wiring (luque) Merupakan modifikasi dari sistem Harrington. Alat dipasang dibawah lamina vertebrae dan difiksasi di bagian cekung dari kelengkungan, hal itu dapat mengontrol dan mengamankan fiksasi. Tehnik ini dapat mengurangi kelainan rotasi pada vertebrae, tetapi sangat berbahaya karena dapat mencederai duramater dan resiko kerusakan neurologis.

Gambar 14. Rod and sublaminar wiring (luque).17 c. Sistem Cotrel-Dubousset Berguna untuk mengurangi kompresi dan derajat kelengkungan. Tehnik ini diklaim dapat mengatasi kelainan rotasi dan tidak perlu memakai bracing setelahnya.

18

Gambar 15. Sistem Cotrel-Dubousset.18 d. Instrumen Anterior (Dwyer; Zielke) Kelengkungan yang kaku dan kelengkungan thoracolumbal dengan lordosis lumbal dapat dikoreksi dengan mendekatkan vertebrae ke depan, menghilangkan diskus dari kelengkungan dan memasang alat kompresi sepanjang sisi cembung dari kelengkungan. Pada beberapa kasus dikombinasi anterior dan posterior diperlukan.

Gambar 16. Zielke Method.10


H. Komplikasi Operasi19

1. Kelainan neurologis.

19

Dengan tehnik modern insiden dari paralisis yang permanen dapat berkurang menjadi 1%. Dari sudut pandang pasien masalah ini tidak terlalu besar. Komplikasi harus diatasi untuk membuat penanganan yang adekuat. 2. Dekompensasi spinal Overkoreksi dapat membuat vertebrae tidak seimbang. Hal itu dapat dihindari dengan hati-hati saat perencanaan preoperasi dan seleksi pada level fusi yang tepat. 3. Pseudoarthritis Fusi yang tidak komplet yang terjadi pada 2% kasus dapat memerlukan operasi lebih lanjut dan graft.
4. Kegagalan implant

Pengikat dapat lepas dan alat dapat patah. Jika hal itu terjadi bersama pseudoarthtritis simptomatik, terapi operatif diperlukan.

I. Prognosis Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas skelertal. Pada derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak mengalami progresif.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Veni. Skoliosis Idiopatik. Last Update January 15, 2010. Accessed August 22, 2011.

Available from : www.askep.blogspot.com/2010/01/skoliosis-idiopatik.html 2. Moore L, Agur A. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2003
3. Unknown. Penatalaksanaan trauma spinaldan cedera kepala. Accessed September 25,

2011. Available from: www.sanirachman.blogspot.com/2009/11/penatalaksanaantrauma-spinal-dan.html. 4. Unknown. Anatomi tulang belakang. Last Update March 5,2009. Accessed September 25, 2011. Available from: www.ahlihnp.com/kesehatan/pengetahuan/anatomi-tulangbelakang 5. Syamsuhidajat R, Jong De Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2005 21

6. Unknown.

Scoliosis.

Accessed

September

20,

2011.

Available

from:

www.orchardclinic.com/old_site/bahasa/conditions.php 7. Da Costa ADH. Scoliosis. Accessed September 20, 2011. Available from: www.scribd.com
8. Unkwon. Skoliosis idiopatik. Accessed September 30, 2011. Available from:

www.irwanashari.com/26/skoliosis-idiopatik.html
9. Unknown.

Scoliosis.

Accessed

October

1,

2011.

Available

from:

www.scoliosis.co.id/?goto=tentangscoliosis
10. Schlenk RP, Kowalski RJ, Benzel EC. Biomechanics of spinal deformity: spinal

deformities. Accessed Septembember 30, 2011. Available from: www.medscape.com


11. Unknown.

Scoliosis. ???.

Accessed Accessed

September October 1,

27,

2011. 2011.

Available Available

from: from:

www.health.nytimes.com/health/guides/disease/scoliosis/diagnosis.html
12. Unknown.

www.rhinopod.com/tools.htm
13. Unknown. ???. Last Updated February 1st, 2009. Accessed September 30, 2011.

Available from: www.hoei.com/caden/blog/2009/02/01/mri-results.htm


14. Unknown.

???. ???. ???.

Accessed Accessed Accessed

September October September

25, 1, 25,

2011. 2011. 2011.

Available Available Available

from: from: from:

www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16025
15. Unknown.

www.scoliosisjournal.com/content/2/1/19/figure/F2
16. Unknown.

www.biomed.brown.edu/Courses/BI108/BI108_2008_Groups/group14/history.html 17. Unknown. ???. Accessed September 30, 2011. Available from: www.orthobullets.com/spine/2057/cerebral-palsy-spine-disorders
18. Unknown.

???. ???.

Accessed Accessed

October September

1, 26,

2011. 2011.

Available Available

from: from:

www.kmle.co.kr/search.php?Search=Cotrel-Dubousset+instrumentation,+rod
19. Unknown.

www.syukronaffdoc.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html

22

You might also like