You are on page 1of 11

MEMBANGUN PEREKONOMIAN INDONESIA DENGAN MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

A.

PENDAHULUAN Sukirno (2006: 4) menarik kesimpulan pembangunan ekonomi

merupakan masalah yang dihadapi oleh negara berkembang. Perhatian terhadap masalah tersebut baru dimulai sejak Perang Dunia II. Namun, pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak negaranegara maju yang telah menjadi penguasa ekonomi dunia. Akan tetapi, negara yang sedang berkembang saat ini sulit untuk bersaing dengan negara-negara maju yang telah menguasai ekonomi dunia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat negara sedang berkembang untuk bersaing dengan negara-negara maju, misalnya saja pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, jumlah angkatan kerja yang banyak, minimnya lapangan pekerjaan, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Saefulloh (2008) menyatakan bahwa sumber daya alam (SDA) seharusnya sudah dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Indonesia, mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi alamnya. Dari SDA, Indonesia bisa membangun perekonomiannya dengan cara mengolah SDA tersebut dengan meningkatkan kualitas SDM. Dengan cara tersebut, Indonesia bisa lebih bersaing dengan negara-negara maju, mengurangi pengangguran, pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. (sumber)Program rencana pemerintah juga turut membantu dalam membangun perekonomian nasional dengan strategi-strategi tahap perencanaan pembangunan seperti yang tertera dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) No. 5 pasal 2 ayat 2 tahun 2010 yang berbunyi RPJMN memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementrian dan lintas program kementrian, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. dan menaikkan

Melalui makalah yang berjudul Membangun Perekonomian Indonesia dengan Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia . Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dibahas tentang peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan SDM di Indonesia, cara meningkatkan kualitas SDM, dan kendala saat proses peningkatan kualitas SDM. B. PERAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERMASALAHAN SDM DI INDONESIA Rismayadi (2009) menyatakan observasi langsung cenderung mengkonfirmasi bahwa pembangunan ekonomi Indonesia selama ini masih banyak berpedoman pada konsep-konsep ekonomi barat yang belum tentu sesuai dengan kondisi kultural, etika, sosial, dan politik yang ada di Indonesia. Ajaran teori-teori ekonomi neoklasik seolah-olah telah diangap sebagai agama (Nelson, 2001). Observasi tersebut juga mengarah pada pentingnya aspek-aspek kelembagaan yang berkembang di Indonesia. Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan SDA intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan tidak lebih dari 12% pada pemerintahan di era reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya

pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki. Untuk itu, pemerintah berupaya dalam mengatasi permasalahan SDM di Indonesia antara lain. 1. Pembangunan harus menempatkan kepentingan rakyat banyak pada urutan pertama (Rismayadi, 2009). 2. Usaha untuk mengarahkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan di berbagai sektor kegiatan yang semakin meluas (Isnani, 2009:44) 3. Menciptakan lapangan pekerjaan baru.

4. Menguatkan kedudukan perekonomian dalam hubungan internasional (Rismayadi, 2009) 5. Pembentukan modal dan pengembangan sumberdaya manusia, termasuk didalamnya adalah menumbuhkembangkan jiwa

entrepreneur (Isnani, 2009:44) 6. Menciptakan pembagian pendapatan yang semakin merata, baik antar daerah maupun antar golongan dalam masyarakat. 7. Selanjutnya diatur dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN yang menekankan prioritas pada kualitas SDM, termasuk pengambangan kemampuan ilmu dan teknologi, serta penguatan daya saing perekonomian. C. CARA MENINGKATKAN KUALITAS SDM DI INDONESIA Kuncoro (2006:201) menarik kesimpulan sebagai berikut. Sejarah mencatat bahwa Negara yang menerapkan paradigma pembangunan berdimensi manusia telah mampu berkembang meskipun tidak memiiki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Penekanan pada investasi manusia diyakini merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total tanah, tenaga kerja modal fisik bisa saja mengalami diminishing returns namun pengetahuan tidak.

Andikalesmana (2010) menyatakan bahwa SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini diabaikan. Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana, seharusnya perguruan tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan SDA intensif (hutan dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan tidak lebih dari 12% pada pemerintahan di era reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki. Tenaga kerja perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan atau buruh diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka perpindahan tenaga kerja akan semakin mudah dan bebas. Jaringan informasi Masyarakat suatu Negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui:

TV, radio, media cetak, internet dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dan lain-lain melanda pasar di mana-mana. Dengan kegiatan bisnis korporasi (bisnis corporate) di atas dapat dikatakan bahwa globalisasi mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antarnegara (cross-border transactions) dalam bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional (international capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement), dan penyebaran teknologi informasi yang cepat. Sehingga, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir pasti merupakan salah satu kekuatan yang memberikan pengaruh terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia, lingkungan kerja dan kegiatan bisnis korporasi di Indonesia. Kekuatan ekonomi global

menyebabkan bisnis korporasi perlu melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi usaha Salah satu tuntutan pada era globalisasi ini adalah daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab, dalam hal ini pendidikan dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan. Pendidikan merupakan kegiatan investasi di mana

pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab, bagaimanapun pembangunan ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun sikap mental, sehingga dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan. Salah satu masalah struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik

begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. Visi pembangunan yang demikian kurang kondusif bagi pengembangan SDM, sehingga pendekatan fisik melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tidak diimbangi dengan tolak ukur kualitatif pendidikan. Kenyataan menunjukkan banyak lulusan terbaik pendidikan masuk ke sektor-sektor ekonomi yang justru bukannya memecahkan masalah ekonomi, tapi malah memperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang mempertajam kesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi SDM terbatas pada struktur pasar yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisi makro ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu. Di sinilah dapat disadari bahwa visi pengembangan SDM melalui pendidikan terkait dengan kondisi ekonomi politik yang diciptakan pemerintah. Pada era reformasi dewasa ini, alokasi SDM masih belum mampu mengoreksi kecenderungan terciptanya konsentrasi ekonomi yang memang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu. Sementara di sisi lain, Indonesia kekurangan berbagai keahlian untuk mengatasi berbagai tuntutan globalisasi. Dengan begitu, seandainya bangsa Indonesia tidak bisa menyesuaikan terhadap berbagai kondisi yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi adalah adanya gejala menjual diri bangsa dengan hanya mengandalkan SDA yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadi bukannya terselesaikannya masalah-masalah sosial ekonomi seperti

kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan ekonomi, tetapi akan semakin menciptakan ketergantungan kepada negara maju. Untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya kebijakan menjalin hubungan Internasional mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang mengintegrasikan pembangunan ekonomi dengan pendidikan. Namun sayangnya ide link and match yang tujuannya untuk menghubungkan kebutuhan tenaga kerja dengan dunia pendidikan belum ditunjang oleh kualitas kurikulum sekolah yang memadai untuk menciptakan lulusan yang siap pakai. Yang lebih penting dalam hal ini adalah strategi pembangunan

dan industrialisasi secara makro yang seharusnya berbasis sumberdaya yang dimiliki, yakni kayanya sumber daya alam (SDA). Kalau strategi ini tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses pengulangan kegagalan karena terjebak berkelanjutannya ketergantungan kepada utang luar negeri, teknologi, dan manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan dalam kerangka mikro hanya semakin memperkuat proses ketergantungan tersebut. Saefulloh (2008) menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA, memiliki posisi wilayah yang strategis (geo strategis), yakni sebagai negara kepulauan dengan luas laut 2/3 dari luas total wilayah, namun tidak mampu mengembalikan manfaat sumber kekayaan yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini karena strategi pembangunan yang diciptakan tidak membangkitkan rasa kepunyaan SDA. Yang terjadi adalah sumber kekayaan alam Indonesia semakin mendalam dikuasai oleh asing. Sebab andaikata bangsa ini juga telah mampu menciptakan SDM yang optimal terhadap semua level IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang diciptakan tidak berbasis pada sumberdaya yang dimiliki, maka ketergantungan ke luar akan tetap berlanjut dan semakin dalam. Oleh karena itu harus ada pergeseran paradigma tersebut, agar proses pembangunan mampu mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA dan bisa semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa. Supaya visi tersebut pun terjadi di berbagai daerah, maka harus ada koreksi total kebijakan pembangunan di tingkat makro dengan berbasiskan kepada pluralitas daerah. Dengan demikian harapannya akan tercipta SDM yang mampu memperjuangkan kebutuhan dan penguatan masyarakat lokal. Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya akan menjadi perpanjangan sistem kapitalisme global dengan mengorbankan kepentingan lokal dan nasional. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi diantaranya adalah SDA, SDM, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. SDAyang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). SDM juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

D. KENDALA-KENDALA SAAT PROSES PENINGKATAN KUALITAS SDM Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi, karakteristik (kualitas), dan persebaran penduduk. Dimensi tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Selain keterkaitan antara kuantitas dan kualitasyang telah disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat penting. Bila rasio ketergantungan tinggi, artinya banyak penduduk usia tidak produktif, pengembangan sumber daya manusia juga akan mengalami banyak kesulitan. Demikian pula bila sumber daya manusia yang berkualitas terkonsentrasi di wilayah tertentu.

Ada beberapa pendekatan untuk mengembangkan SDM. Satu diantaranya adalah pendekatan mutu modal manusia (human capital). Dalam pendekatan human capital, manusia menempati peranan yang amat penting selain modal (uang), sumber alam, dan teknologi dalam proses produksi. Untuk mengembangkan sumber daya manusia, perlu juga diingat bahwa ada beberapa hambatan yang tentu akan dihadapi. Secara garis besar hambatan itu ada dua, hambatan dari dalam dan hambatan dari luar. Akan tetapi menurut perhitungan World Bank, untuk negara berkembang seperti Indonesia, hambatan dari dalam lebih besar pengaruhnya. Karena alasan ini pula, maka dalam pembicaraan selanjutnya juga akan banyak dibicarakan tentang .kondisi kita sendiri. Dua hal kiranya bisa menggambarkan keadaan SDM di Indonesia saat ini disamping hal-hal lain, yaitu pendidikan dan

ketenagakerjaan. Pada tahun 1971 hingga 1990, kenaikan proporsi penduduk yang berpendidikan cukup baik. Namun kita sadar bahwa angka yang telah dicapai tersebut belum memuaskan. Disamping masih ada sebagian yang belum mengenyam pendidikan formal, kebanyakan usianya lanjut, proporsi yang pendidikannya rendah cukup besar (Sunarto, 1992). Oleh karena itu bisa dimengerti bila pemerintah dalam waktu dekat ini akan mengenakan wajib sekolah hingga 9 tahun masa belajar (setingkat SLTP). Kenaikan jumlah yang berpendidikan formal ini disertai juga dengan kecenderungan naiknya tingkat pendidikan angkatan kerja. Sekali lagi, kita tidak boleh cepat puas dengan keadaan ini. Disamping perbedaan tempat (desa-kota) dan jenis kelamin yang masih menjadi masalah, angkatan kerja yang tingkat pendidikannya rendah masih menonjol. Kita barangkali sepakat, bahwa dimasa mendatang dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Belum lengkap rasanya hanya melihat data-data seperti yang telah disajikan diatas. Bagaimana pemanfaatan tenaga kerja kita? Dari tahun ke tahun, tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan angka resmi yang kecil. Hal ini dikarenakan oleh definisi pengangguran yang terlalu .lunak. Oleh karena itu, para ahli ketenagakerjaan umumnya lebih tertarik melihat proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan (underutilization). Tenaga

kerja kurang termanfaatkan ini secara operasional didefinisikan sebagai jumlah pengangguran ditambah setengah pengangguran. Dengan melihat proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan, maka akan diketahui Banyak bahwa faktor produktivitas yang tenaga kerja hal masih tersebut.

memprihatinkan.

mempengaruhi

Terbatasnya lapangan kerja adalah salah satu faktor yang sering dijadikan alasan munculnya keadaan seperti itu. Meskipun kenyataan ini harus diakui, ada baiknya tidak semata-mata menyalahkan kurangnya kesempatan kerja ini. Sebab pada kenyataannya sering dijumpai keluhan masih kurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama tenaga kerja dengan kualifikasi yang berketerampilan tinggi. Keluhan seperti ini kemudian merembet pada terbatasnya tenaga kerja yang siap pakai. Oleh karena itu tidak mengherankan bila kemudian muncul dan meningkat pengangguran terdidik. Keadaan semacam ini juga bisa mengakibatkan munculnya mismatch (ketidaksesuain antara keahlian dengan pekerjaan). Kendati data-data tentang mismatch ini masih sulit sekali diperoleh, namun, diperkirakan hal ini akan mempengaruhi pula produktivitas tenaga kerja, selain juga menyebabkan pemborosan biaya. Disamping dua masalah yang dikemukakan tadi, tentunya masih ada beberap masalah lain yang terkait. Masalah-masalah ini banyak terkait dengan kualitas manusia antara lain meliputi etos kerja, disiplin, daya saing, dan sebagainya. Sebagai contoh, penelitian Ancok dan Faturochman (1989) menemukan bahwa kualitas kekaryaan merupakan pengembangan dari etos kerja masyarakat Indonesia masih peru ditingkatkan. Secara garis besar, masalah pokok yang berkaitan dengan pengembangan SDM yang dihadapi oleh negara kita menjelang tinggal landas adalah mengembangkan kuantitas dan kualitas SDM dalam menghadapi dinamika perkembangan dunia yang cepat. Ini berarti tingkat pendidikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM harus terus dikejar, serta menciptakan kesempatan kerja yang mencakup pemanfaatan SDM secara maksimal . SDM yang memiliki tingkat produktivitas tinggi. pada sebagian

E. PENUTUP F. DAFTAR RUJUKAN Isnani, G. 2009. Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar Untuk Memahami Proses, Masalah, Dan Dasar Kebijakan Ekonomi Indonesia. Bahan Ajar Tidak Diterbitkan. Malang : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2015. Rismayadi, B. 2009.Ekonomi Pembangunan 1, (Online), (http://tripod .com/ekbang-1.html). diakses 28 November 2011.

You might also like