You are on page 1of 49

ASPEK HUKUM ASURANSI

Ghazali Rahman, S.Sos, M.SP.

DEFINISI ASURANSI
1. Berdasarkan UU No. 2 tahun 1992, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungjawabkan.

2. Menurut KUHP Pasal 246, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena: suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di harapkan, yang mungkin akan diderita karena sesuatu yang tak tertentu

UNSUR DEFINISI DUA


Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya/avenemen) Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu

DASAR HUKUM ASURANSI


Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) UU Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Perasuransian

Dan Surat Keputusan Menteri Keuangan a. Nomor 223/KMK.017/1993, tanggal 26 februari 1993 tentang Izin perusahaan asuransi dan reasuransi, telah diubah dengan Permen Nomor 158/PMK.010/2008. b. Nomor 224/KMK.017/1993, tanggal 26 februari 1993 tentang Kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi c. Nomor 225/KMK.017/1993, tanggal 26 februari 1993 tentang Penyelenggaraan usaha asuransi dan perusahaan reasurasi d. Nomor 226/KMK.017/1993, tanggal 26 februari 1993 tentang Perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha penunjang usaha asuransi e. Nomor 79/PMK.010/2009 tentang Sanksi administrasi berupa denda dan tata cara penagihannya terhadap perusahaan asuransi f. Nomor 81/PMK.03/2009 tentang Jenis usaha asuransi

PERJANJIAN ASURANSI
Dituangkan di dalam surat perjanjian yang dikenal dengan sebutan polis. Di dalam polis ini secara rinci disebutkan mengenai syarat-syarat, hak dan kewajiban kedua belah pihak, termasuk pula menyebutkan perihal jumlah pertanggungan, jangka waktu perjanjian asuransi, dan resiko yang harus ditanggung perusahaan asuransi sebagai penanggung.

OBJEK ASURANSI
Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1992, disebutkan bahwa objek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang.

JENIS ASURANSI
a. Asuransi yang dilihat dari segi fungsinya b. Asuransi yang dilihat dari segi kepemilikannya

JENIS ASURANSI DARI SEGI FUNGSINYA

JENIS ASURANSI DARI SEGI FUNGSINYA


1. Asuransi Kerugian 2. Asuransi Jiwa

Asuransi Kerugian
Seperti yang disebutkan UU Nomor 2 tahun1992, asuransi kerugian memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa tidak pasti. Jenis asuransi ini tidak diperkenankan melakukan usaha diluar asuransi kerugian dan reasuransi.

Yang Termasuk Asuransi Kerugian


Asuransi Kebakaran, yang meliputi kebakaran, peledakan, petir, kecelakaan kapal terbang dan lainnya. Asuransi Pengangkutan meliputi marine hul policy, marine cargo policy dan freight Asuransi Aneka yaitu asuransi yang tidak termasuk dalam asuransi kebakaran dan pengangkutan, tapi seperti asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan diri, pencurian, dll.

Reasuransi
adalah kontrak asuransi dimana sebuah perusahaan asuransi memindahkan semua atau sebagian risikonya kepada perusahaan lain. Tujuan utama dari perusahaan asuransi yang memindahkan risikonya adalah untuk melindungi dirinya terhadap kerugian dalam kasus tertentu yang melebihi jumlah tertentu.

Asuransi Jiwa
Merupakan asuransi yang dikaitkan dengan penanggulangan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, yang termasuk adalah : Asuransi berjangka Asuransi tabungan Asuransi seumur hidup Anuity Contract Insurance

OBJEK ASURANSI JIWA


Orang yang masih hidup dan sehat adalah objek polis asuransi jiwa, atau disebut juga pihak tertanggung (insured). Pihak yang akan menerima pembayaran dari kematian pihak tertanggung adalah pihak penerima/ahli waris (beneficiary). Pihak penanggung (insurer).

PERJANJIAN ASURANSI JIWA


Perjanjian dengan perusahaan asuransi disebut kontrak asuransi jiwa. Bentuk fisik kontrak (printed form) yang berfungsi sebagai bukti perjanjian antara pihak Penanggung (insurer), dalam hal ini adalah perusahaan asuransi, dan pihak Tertanggung (insured), yakni dalam hal ini adalah pihak yang menggunakan asuransi di sebut Polis Asuransi. Melalui perjanjian ini, pihak tertanggung/pemegang polis membayarkan sejumlah dana secara berkala yang disebut Premi kepada pihak lain yang disebut pihak penanggung (perusahaan asuransi jiwa), jumlahnya sesuai dengan yang tertera dalam Kontrak Asuransi Jiwa tersebut. Sebaliknya, pihak penanggung setuju untuk membayarkan sejumlah dana atau menyediakan jasa apabila kejadian-kejadia yang di cover (misalnya kecelakaan, sakit, atau kematian) muncul selama masa berlakunya Polis.

BENTUK DAN ISI POLIS


Menurut ketentuan pasal 304 KUHD, polis asuransi jiwa memuat : 1. Hari diadakan asuransi 2. Nama tertanggung 3. Nama orang yang jiwanya diasuransikan 4. Saat mulai dan berakhirnya asuransi 5. Jumlah asuransi 6. Premi asuransi, adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung, besarannya tergantung pada jumlah asuransi yang disetujui pada saat diadakan asuransi.

Akan tetapi mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi bergantung pada persetujuan antara kedua belah pihak (Pasal 305 KUHD).

Produk Asuransi Jiwa


1. Asuransi Jiwa Berjangka (term life), Asuransi ini adalah jenis asuransi jiwa dimana kita membayar sejumlah uang tertentu kepada perusahaan asuransi, dan perusahaan akan melindungi kita selama jangka waktu tertentu dari risiko kematian. Apabila terjadi risiko selama jangka waktu tersebut ahli waris Kita akan menerima uang pertanggungan. Apabila jangka waktu itu selesai dan tidak terjadi risiko maka kontrak selesai dan kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Asuransi Jiwa Dwi Guna (endowment life), Asuransi jenis ini hampir sama dengan asuransi jiwa berjangka hanya bedanya pada masa akhir asuransi jika tidak ada risiko pada kita maka kita tetap akan mendapatkan Uang pertanggungan. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (whole life), Asuransi ini sama seperti Asuransi Dwi Guna hanya bedanya, jangka waktumya seumur hidup. Artinya kita dirindungi selamanya (atau sampai umur 99 Tahun)

2.

3.

BERAKHIRNYA ASURANSI JIWA

1. Karena terjadinya Evenemen (peristiwa tidak pasti)


Dalam asuransi jiwa satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar santunan kepada penikmat (wari) yang telah ditunjuk oleh tertanggung. Sejak penanggung melunasi pembayaran uang santunan tersebut, maka berakhirlah asuransi jiwa tersebut. Menurut hukum perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat pihak-pihak berakhir, apabila prestasi masing-masing pihak telah terpenuhi. Karena asuransi jiwa adalah perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan klaim

2. Karena jangka waktu berakhir


Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalian sejumlah uang kepada tertanggung

3. Karena asuransi gugur


Menurut ketentuan Pasal 306 KUHD: Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat diadakan asuransi ternyata sudah meninggal, maka asuransinya gugur, meskipun tertanggung tidak mengetahui kematian tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain Dalam Pasal 307 KUHD ditentukan Apabila orang yang mengasuransikan jiwanya bunuh diri, atau dijatuhi hukuman mati, maka asuransi jiwa itu gugur

4. Karena asuransi dibatalkan


Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah. Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa kali pembayaran (secara bulanan), bagaimana cara penyelesaiannya? Karena asuransi jiwa didasarkan pada perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihak-pihak yang dicantumkan dalam polis.

ASURANSI YANG DILIHAT DARI SEGI KEPEMILIKANNYA

Asuransi Yang Dilihat Dari Segi Kepemilikannya


Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan asuransi tersebut, baik asuransi jiwa ataupun reasuransi.

Bentuk Asuransi dilihat dari Segi Kepemilikan


Asuransi milik Pemerintah, yaitu asuransi uang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100% oleh Pemerintah Indonesia. Asuransi milik Swasta Nasional, yaitu asuransi yang kepemilikan saham sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional, sehingga siapa yang paling banyak memiliki saham maka memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Asuransi milik Perusahaan Asing, biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah merupakan cabang dari negara lain dan jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh 100% pihak asing. Asuransi milik Campuran, merupakan asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara swasta nasional dengan pihak asing.

BENTUK USAHA PENUNJANG ASURANSI


1. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. Usaha penilai kerugian asuransi, yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan. Usaha konsultan aktuaria, yang memberikan jasa konsultasi aktuaria Usaha agen asuransi, yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung

2.

3. 4. 5.

BADAN HUKUM ASURANSI


Badan hukum yang boleh bergerak dalam bidang usaha asuransi dan usaha penunjang usaha asuransi adalah badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas, Badan Hukum Koperasi, Badan Hukum Persero dan Badan Hukum Usaha Bersama (mutual)

PERSYARATAN PERUSAHAAN UNTUK MEMPEROLEH IZIN USAHA


Anggaran dasar Susunan organisasi Permodalan Kepemilikan Keahlian di bidang perasuransian Kelayakan rencana kerja. Hal-hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha perasuransian secara sehat.

PRINSIP DASAR ASURANSI

PRINSIP DASAR ASURANSI


1. Insurable Interest (Kepentingan yang dipertanggungkan). 2. Utmost Good Faith (Kelulusan sempurna) 3. Proximate Cause 4. Indemnity (Indemnitas) 5. Subrigation (Subrogasi)

Insurable Interest
yaitu hak untuk mengasuransikan yang timbul dari suatu hubungan keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan di akui secara hukum. Anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila anda menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan kerugian atau kerusakan atas obyek tersebut, kepentingan keuangan ini memungkinkan anda mengasuransikan harta benda atau kepentingan anda. Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan) berarti pelanggan mempunyai suatu kepentingan yang dapat diasuransikan, hal ini timbul dari hubungan finansial yang diakui hukum

Hubungan tersebut dapat timbul karena : Hukum : menurut hukum kebiasaan, seseorang atau harta benda selain dimiliki oleh orang tersebut, juga dimiliki oleh keluarganya. Dengan demikian seseorang bapak dapat membelikan asuransi untuk anak atau harta benda milik anak, atau sebaliknya. Undang-Undang : misalnya, setiap perusahaan angkutan penumpang diharuskan bertanggung jawab apabila ada penumpang yang mengalami kecelakaan, oleh karena itu perusahaan angkutan tersebut boleh, bahkan diwajibkan membeli asuransi untuk penumpangnya. Kontrak : misalnya dalam suatu kontrak kerja bangunan, kontraktor dibebani tanggung jawab untuk menyelesaikan pembangunannya, dengan demikian, kontraktor tersebut boleh membeli proteksi asuransi contractor

Orang dikatakan memiliki insurable interest atas obyek yang diasuransikan apabila orang tersebut menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah atas obyek tersebut. Dan apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan terbukti bahwa orang tersebut tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka orang tersebut tidak berhak atas ganti rugi.

Utmost Good Faith


yaitu suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak, yang artinya adalah penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan. Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip ini pun menjelaskan resiko-resiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas dan teliti

Fakta Prinsip Utmost Good Faith


Prinsip utmost good faith (itikad baik) merupakan prinsip bahwa setiap tertanggung berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi. Fakta penting tersebut berlaku : Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibacakan sampai kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu saat menyetujui kontrak tersebut. Pada saat perpanjangan kontrak asuransi. Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan perubahan tersebut.

Fakta Perusahaan Asuransi


Prinsip ini juga berlaku bagi perusahaan asuransi, yaitu berkewajiban menjelaskan resiko yang dijamin maupun yang dikecualikan secara jelas dan teliti, kewajiban untuk memberikan fakta penting tersebut berlaku : Sejak perjanjian mengenai asuransi dibicarakan sampai polis keluar. Saat perpanjangan polis. Pada saat terjadi perubahan pada polis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perubahan itu.

Fakta Tertanggung
1. Situasi dan kondisi obyek secara internal (konstruksi, barang yang ada, dll) 2. Situasi dan kondisi obyek secara eksternal (lingkungan sekitar) : a. Pengalaman klaim yang pernah ada. b. Pengalaman penutupan asuransi sebelumnya. c. Fakta teknis lainnya yang diketahui.

Kelebihan Prinsip Utmost Good Faith


Secara umum tertanggung mengetahui lebih lengkap, obyek yang akan diasuransikan dibandingkan dengan penanggung. Perhitungan besaran premi sangat dipengaruhi oleh beban resiko.

Pelanggaran Prinsip Utmost Good Faith


Pernyataan atau keterangan yang salah tetapi bukan karena kesengajaan. Pernyataan atau keterangan yang salah dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan. Tidak mengungkapkan fakta atau tidak memberitahukan hal-hal yang diperlukan pihak lain, bukan karena kesengajaan, namun mungkin karena ketidak-tahuan atau kelupaan. Menyembunyikan keterangan atau fakta secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan. Contoh Mengajukan klaim asuransi yang bersifat fiktif Menaikkan jumlah permintaan ganti rugi dengan rekayasa yang sengaja dimanipulasi. Mengasuransi obyek asuransi yang rawan dengan keterangan yang berbeda dengan kenyataan yang ada.

Reaksi atas Pelanggaran


1. Menganggap batal kontrak atau perjanjian asuransi yang ada. a. Tidak ada kontrak dari awalnya. b. Menolak bertanggung jawab atas klaim 2. Menuntut pihak yang melakukan kesengajaan untuk merugikan pihak lain 3. Menganggap tidak ada pelanggaran, dan melanjutkan kontrak asuransi.

Proximate Cause
Yaitu suatu penyebab aktif, efesien yang menimbulkan rangkaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen. Penyebab dominan tidak selalu harus selalu penyebab pertama, atau penyebab terakhir. Penyebab yang paling aktif dan efesien menimbulkan kerugian yang dijadikan proximate cause. Apabila terjadi dua peristiwa yang bersamaan maka keduanya tidak dikecualikan dalam polis, kalau salah satu dikecualikan dan kerugian tidak bisa dipisahkan, tidak dijamin. Kalau bisa dipisahkan, hanya yang tidak dikecualikan yang dijamin asuransinya. Dan dalam keadaan khusus diperlukan bantuan penetapan para ahli dan profesional terkait.

Indemnity
Yaitu suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi financial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252 dan 253, serta dipertegas dalam pasal 278) Apabila obyek yang diasuransikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian, maka pihak asuransi akan memberi ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi kerugian.

Cara pembayaran ganti rugi


Pembayaran dengan uang tunai (cash), misalnya dalam asuransi kecelakaan diri, atau biaya perbaikan kendaraan yang rusak akibat kecelakaan. Perbaikan (repair), misalnya bengkel mobil rekanan asuransi Penggantian (replace), misalnya membangun kembali bangunan yang rusak akibat kerugian. Pemulihan kembali (reinstate), misalnya untuk mesin-mesin, atau berlaku juga pada asuransi mobil.

Subrigation
Yaitu pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar. Prinsip ini diatur dalam pasal 284 KUHDagang, yaitu Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga telah menimbulkan kerugian pada tertanggung. Maksud diatas yaitu, apabila anda mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka pihak penanggung, setelah memberikan ganti rugi kepada tertanggung, akan menggantikan tertanggung dalam mengajukan tuntutan pada pihak ketiga tersebut.

Mekanisme Prinsip Subrogation


Tertanggung harus memilih salah satu sumber penggantian kerugian, dari pihak ketiga atau dari asuransi. Kalau tertanggung sudah menerima penggantian kerugian dari pihak ketiga, ia tidak akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi, kecuali jumlah penggantian dari pihak ketiga diterima tidak sepenuhnya. Kalau tertanggung sudah mendapatkan penggantian dari asuransi, maka ia tidak boleh menuntut pihak ketiga, karena hak menuntut tersebut sudah dilimpahkan ke perusahaan asuransi. Contoh. Kendaraan A ditabrak kendaraan B, kendaraan A diasuransikan ke XYZ. Setelah XYZ membayar klaim ke pihak A, maka XYZ bertindak atas pihak A dapat mengajukan klaim ke pihak B

Contribution
Yaitu prinsip mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Walau sudah ditegaskan tidak diperbolehkan, tetapi mungkin saja seseorang mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan, maka secara otomatis berlaku prinsip ini. Tertanggung tidak mungkin mendapatkan penggantian kerugian dari masing-masing perusahaan asuransi secara penuh. Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila perusahaan asuransi telah membayar ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka perusahaan berhak menuntut perusahaan asuransi lain yang terlibat dalam obyek tersebut untuk membayar bagian kerugian sesuai dengan prinsip distribusi. Prinsip ini tidak berlaku pada asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan diri yang berkaitan dengan meninggal dunia, atau cacat tetap.

TUJUAN ASURANSI
Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja)

You might also like