Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian Rida
Rida artinya rela menerima atau mengerjakan sesuatu, tanpa ada perasaan terpaksa atau terbebani. Rida juga dpat diartikan suka atau senang terhadap sesuatu dan bersedia menerima atau melakukanya. Sedangkan rida yang di manksudkan disini ialah rida terhadap takdir Allah Swt. Takdir dapat disebut juga qadar atau nasib,yaitu rencana ketentuan Allah swt terhadap makhluk-nya jika menerima takdir baik berupa kenikmatan,dan senantiasa bersabar jika menerima takdir buruk berupa musibah. Rida terhadap takdir Allah merupakan kewajiban seorang hamba terhadap khalik penciptanya. Orang yang tidak rida terhadap ketentuan dan kekuasaan Allah atas nasib yang menimpanya tergolong orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya. Padahal oang yang berputus asa dari rahmat Allah akan mendapatkan azab yang sangat pedih. Perhatikan firman Allah Swt.
Artina : Dan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya, mereka berputus asa dari rahmnat ku, dan mereka itu akan mendapatkan azab yang pedih.(Q.S.AL-Ankabut : 23) Dalam kehidupan di dunia ini, kita sealu di hadapkan pada dua kemugkinan yang saling berlawanan. Kemungkinan bahagia atau menderita, tercapai cita-cita atau gagal dalam nista, menang dalam pertandingan atau kalah dalam bersaing dan begitu seterusnya. Oleh sebab itu, dalam menghadapi setiap keadaan kita harus menyikapinya secara realistis dan senantiasa berpegang teguh pada keimanan atas takdir Allah Swt. Sebab apa pun yang terjadi dan menimpa diri kita, pada hakikatnya merupaan rencana yang telah ditentukan Allah Swt, untuk kita. Orang yang tidak mau menerima realitas kehidupannya yang telah menjadi takdir Allah, adalah orang yang lemah imannya dan ia akan dibenci oleh Allah, sebagai firman-Nya dalam hadis Qudsi riwayat dari Umar bin Khatab berikut ini :
Artinya : Orang yang tidak rida dengan qada dan qadar-ku, dan tidak sabar terhadap bencana yang aku timpakan atasnya, maka baiklah ia mencari Tuhan selain aku.(H.R.Thbrani) Kadar keimanan seseorang dapat dilihat dari sikap ridanya terhadap takdir yang menimpanya. Apakah ia rida dan ikhlas atau kecewa dalam menerima berbagai ujian dan cobaan dari Allah Swt. Apakah ia pandai bersyukur atau lupa dari segala nikmat Allah yang telah diterimanya. Jika ia rida atas segala ujian dan cobaanyang menimpanya, tentunya ia tidak akan berputus asa, melainkan akan senantiasa bersabar dengan selalu berikhtiar tiada henti, sesuai dengan batas-batas kemampuannya sebagai manusia biasa. Namun sebaliknya, jika ia tidak rida atas takdir Allah yang menimpanya, tentunya ia akan berputus asa dan selalu memandang pesimis akan masa depan yang dihadapinya. Bahkan, lebih dari itu ia akan bersikap malas,masa bodoh,dan tidak mau diatur. Padahal, bagi orang yang rida terhadap takdir Allah, ia akan senantiasa bersabar dan selalu penuh harap akan datangnya rahmat dan pertolongan dari Allah Swt. Sebagai Tuhan yang maha kuasa dan maha kasih sayang. Sebab Allah tidak akan memberikan ujian kepada hamban-Nya di luar batas kemampuanya. Selain itu, musibah dan bencana dari Allah semata-mata hanyalah sebagai ujian bagi hamban-Nya yang menerima untuk meningkatkan derajat si hamba. Perhatikan sabda Rasulullah saw. Riwayat dari Abu Hurairah :
Artinya: Sesunguhnya Allah benar-benar akan menguji kamu dengan sesuatu bencana sebagai mana kamu menguji emas di dalam api, maka di antara mereka ada yang keluar sepertik permata, dan itulah orang-orang yang dipelihara Allah Swt. Dari syubhat dan di antara mereka ada yang keluar sepertik emas hitam, dan itulah orang-orang yang menyimpang dari tuntunan agam.(H.R.Thabrani).