You are on page 1of 26

MATA (FOTORESEPTOR) & TELINGA (AUDIORESEPTOR)

A. Mata (Fotoreseptor) Mata merupakan indera manusia yang berfungsi dalam

penglihatan. Hal ini disebabkan karena mata merupakan fotoreseptor, yaitu indera yang dapat menangkap rangsangan cahaya. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Ada dua macam otot mata :
Otot Ekstrinsik

Bekerja

dibawah

kesadaran,

untuk

menggerakkan bola mata serong ke-atas atau ke-bawah Otot Intrinsik Bekerja diluar kesadaran, contohnya otot sirkular pada iris maupun badan siliaris pada lensa (Nangsari, 1998).

Gambar 1. Anatomi Mata

Anatomi mata Organ luar mata Rongga orbita Rongga yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Rongga ini berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus (Afyudin, 2010). Bola Mata Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata terdiri
2

atas dinding bola mata dan isi bola mata. Dinding bola mata terdiri atas sklera dan kornea. Sedangkan Isi bola mata terdiri atas uvea (terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid), retina, badan kaca dan lensa (Afyudin, 2010). Sklera Sklera membentuk putih mata. Di bagian depan bola mata, sklera tersambung dengan sebuah membran bening disebut kornea serta berfungsi sebagai sampai kornea. Sklera sebagai pembungkus dan bola mata pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik dinding merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar skleraberwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva (Afyudin, 2010).

Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens) agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersamasama dengan kelenjar lakrimal yang memproduksi air mata,
3

selaput ini turut menjaga agar kornea tidak kering (Afyudin, 2010). Organ dalam mata Kornea Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya. Struktur kornea transparan, merupakan pembungkus iris, pupil, dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Pada bagian kornea, tidak terdapat pembuluh darah dan dapat dicangkok dengan mudah karena kurangnya suplai darah dan pembuluh getah bening. Apabila kornea disentuh maka serabut aferen (sensorik) membangkitkan reflex kedipan 2009). Kornea terdiri atas lapisan: 1. Epitel Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng (Afyudin, 2010). 2. Membran Bowman Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi (Afyudin, 2010). 3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan (Afyudin, 2010).
4

kelopak mata

(Pearce,

4. Membran Descement Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Membran ini bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m (Afyudin, 2010). 5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel

dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf (Afyudin, 2010).

Gambar 2. Penampang melintang kornea Retina Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Bintik Kuning merupakan bagian retina yang paling peka terhadap cahaya. Bagian yang dilewati urat saraf optik dan tidak peka terhadap cahaya disebut bintik buta (Afyudin, 2010). Pada retina terdapat fotoreseptor yaitu sel konus (sel kerucut) dan sel basilus (sel batang). Sel konus bekerja pada intensitas cahaya tinggi dan dapat membedakan warna, sedangkan sel basilus bekerja dalam intensitas cahaya rendah dan tidak dapat membedakan warna. Pada sel basilus terdapat protein yang disebut rodopsin. Rodopsin tersusun atas bagian protein (opsin) dan bagian nonprotein (retinal). Rodopsin tidak tersedia sehingga harus dibentuk terlebih dahulu, dimana retinal disintesis dari vitamin A (Afyudin, 2010). Pupil dan Iris Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Pupil anak-anak berukuran orang tua kecil pupil akibat belum berkembangnya rasa silau saraf yang
6

simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan mengecil akibat

dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari : 1. Berkurangnya rangsangan simpatis 2. Kurang rangsangan hambatan miosis Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga sempurna terjadi yang midriasis. akan Waktu tidur hambatan Fungsi subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang menjadikan miosis. mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan (Afyudin, 2010). Pupil merupakan celah dalam iris, tempat cahaya masuk guna mencapai retina. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruanagan yang gelap dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang (Pearce, 2009). Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripti (Afyudin, 2010). Iris merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos. Iris berfungsi sebagai diafragma dan irislah yang merupakan bagian berwarna pada mata. Iris yang berwarna adalah lingkaran diafragma yang terletak di sebelah anterior lensa dan mempunyai pintu masuk di tengah yaitu pupil (Pearce, 2009). Koroid

Koroid adalah lapisan tengah berisi pembuluh darah dan pigmen warna yang merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Koroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare sehingga korpus siliare terletak antara korpus dengan iris. Korpus siliare itu berisi sirkuler serabut oto sirkular pupil dan serabut-serabut juga yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot menyebabkan mata berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea, yang terdiri atas iris, korpus siliare, dan selaput koroid (Pearce. 2009).

Lensa Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks yang terdiri atas beberapa lapisan. Letaknya persis dibelakang iris. Lensa menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya ke retina. Pada lensa ada bagian yg bernama ligamentum suspensorium, bagian ini terdapat di depan ataupun belakang lensa, fungsinya untuk mengaitkan lensa pada korpus siliare. Fungsi lensa untuk mengatur focus cahaya sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. (Pearce, 2009). Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar (Afyudin, 2010).
8

Vitreous humor Daerah belakang biji mata mulai dari lensa hingga retina. Diisi oleh cairan penuh albumin berwarna keputihputihan seperti agar-agar. Fungsinya untuk membentuk dan mengokohkan mata serta mempertahankan hubungan antara retina, selaput koroid dan sklerotik (Pearce, 2009).

Akueus humor Merupakan cairan yang berada di mata, berasal dari korpus siliare dan akan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea. Diserap melali vena halus yang dikenal sebagai saluran Schlemm (Pearce, 2009).

Sistem Lakrimal Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu : 1. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita. 2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola
9

mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal. Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal (Afyudin, 2010).

Gambar 3. Sistem Lakrimal Saraf Optik Saraf yang memasuki sel kerucut di dalam retina untuk menuju ke otak (Pearce, 2009). Badan Kaca Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina (Afyudin, 2010).
10

Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina (Afyudin, 2010). Saraf Mata Saraf yang menerima dan meneruskan rangsang sehingga mata dapat memberikan kemampuan manusia untuk melihat yaitu saraf optikus/ saraf cranial kedua. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina (Pearce, 2009). Saat serabut-serabut saraf ini mencapai kiasma

optikum, separuhnya akan menuju ke traktus optiku yang bersebrangan, dan yang separuhnya menuju ke sisi yang sama. Serabut syaraf yang membantu kerja otot-otot ini adalah nervi motores okuli (Pearce, 2009).

Gambar 4. Saraf Mata

11

Ada

tiga

pembungkus

yang

menyelubungi

saraf

penglihatan, pembungkus ini serupa dengan selaput yang ada di meningen otak. Terdiri dari : a) Lapisan luar yang kkuat dan fibrus, bergabung dengan sclera. b) Lapisan tengah yang halus seperti araknoid. c) Lapisan dalamnya berupa vakuler (Pearce, 2009).

Gambar 5. Anatomi Mata Otot mata

1. Otot mata ekstrinsik Kerja : volunteer (disadari) Otot mata yang memegang bola mata disisi luar pada tulang orbital. Dapat menggerakkan bola mata sesuai yang dikehendaki. 4 untuk arah yang lurus (musculus rectus) 2 untuk arah yang menyerong (musculus obligus) (Pearce, 2009). 2. Otot mata intrinsik
12

Kerja : involunteer (tidak disadari) Otot iris : mengatur ukuran pupil 3. Otot siliaris : menarik korpus siliar ke depan sehingga melepaskan tarikan ke belakang yang dilakukan oleh ligamentor suspensor tempat lensa terikat (Pearce, 2009). Struktur tambahan organ mata : Bulu Mata Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya. Selain itu bulu mata membantu mencegah benda asing dan insektisida mengenai permukaan mata (Pearce, 2009). Alis mata (supersilium) Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari yang terlalu terik. (Pearce, 2009). Kelopak mata Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan pengeringan alat bola menutup mata. mata Dapat yang berguna diri untuk untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan membuka memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk (Afyudin, 2010).
13

Fisiologi Melihat Alur cahaya menembus mata : Konjungtiva Kornea Aqueous Humor Pupil Lensa Vitreous Humor Retina Saraf Optik Lobus Oksipital Penerjemahan

Jumlah cahaya yang masuk ke mata akan di kontrol intensitasnya oleh iris yang mengatur besar kecilnya pupil. Ukuran pupil di sesuaikan oleh variasi kontraksi otot-otot iris untuk menyesuaikan kebutuhan cahaya yang di perlukan. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkular (serat-serat otot berjalan melingkar didalam iris) dan yang lain radial (serat-seratnya berjalan ke luar dari batas pupil seperti jari-jari roda sepeda) (Sherwood, 2001). Ketika cahaya terang, untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk otot sirkular akan berkontraksi sehingga pupil mengecil. Sebaliknya, ketika cahaya suram otot radialis akan berkontraksi / memendek sehingga ukuran pupil membesar. Setelah menembus pupil, cahaya akan di biaskan dan di fokuskan oleh lensa mata. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa baik pada sumber cahaya dekat ataupun jauh dapat difokuskan di retina yang dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Cahaya harus melalui beberapa lapis sel sebelum mencapai sel batang dan sel kerucut. Rangsang cahaya dapat dialirkan ke otak dengan urutan : sel batang/kerucut sel bipolar-sel ganglion. Sel ganglion inilah yang akan meneruskan impuls ke saraf optik (Sherwood, 2001).

14

Gambar 6. Fisiologi Melihat Mekanisme Akomodasi Mata Mekanisme memfokuskan akomodasi lensa mata dari yaitu mekanisme berperan yang untuk sistem mata, yang

meningkatkan ketajaman mata. Akomodasi terjadi akibat kontraksi atau relaksasi musculus siliaris kontraksi menyebabkan peningkatan sistem lensa dan relaksasi menyebabkan penurunan kekuatan sistem lensa. Area korteks otak yang mengatur akomodasi terletak parallel dengan area yang mengatur gerakan fiksasi mata, dengan integrasi akhir berupa sinyal penglihatan dan menjalankan sinyal motorik ke musculus siliaris melalui pretektal dalam batang otak dan kemudian masuk ke dalam inti Edinger Westphal atau inti okulomotor aksesori yaitu aksesori inti saraf otak parasimpatik yang berfungsi sebagai pengencang otot iris mata (Anonim, 2010). Pengaturan Akomodasi melalui Saraf Parasimpatis Otot siliaris hampir seluruhnya di atur oleh sinyal saraf parasimpatis yang dijalarkan ke mata dari nucleus saraf cranial ketiga pada batang otak. Perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris, yang selanjutnya mengendurkan ligament lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan demikian mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding sewaktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan memendeknya objek ke arah mata, frekuensi impuls saraf
15

parasimpatis ke otot siliaris secara progresif ditingkatkan agar objek dapat tetap dilihat dengan jelas (Anonim, 2010). B. Telinga (Audioreseptor) Telinga adalah bagian panca indra untuk pendengaran dan keseimbangan, terletak di sisi kepala. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media), dan telinga dalam (auris interna).

Gambar 7. Anatomi Telinga a. Telinga Luar Telinga luar atau auris externa terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga (meatus acusticus externus), dan dibatasi oleh gendang telinga atau membrana tympani.

Gambar 8. Anatomi Telinga Luar


Daun telinga (auricula)

16

Dibentuk oleh tulang rawan elastin yang dilapisi dengan kulit. Bentuknya seperti cekungan dengan bagian terdalam dinamakan concha dan pinggiran bebasnya dinamakan helix. Bagian aurikula yang tidak memiliki tulang rawan disebut lobules. Fungsinya untuk mengumpulkan dan menggerakkan getaran ke dalam saluran (Herawati, 2003).
Lubang Telinga (meatus acusticus externus)

Lubang telinga ini melengkung ke depan sehingga untuk dapat melihat gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang untuk di meluruskan bagian liang yang ini. Terdapat juga ismus. dan penyempitan medial dinamakan

Panjangnya sekitar 2-3cm dengan diameter 0,5 cm keringat serta lemak (sebum) yang

mempunyai lapisan epitel dengan buIu halus disertai kelenjar menghasilkan cerumen(wax). Dinding lubang telinga ini spertiga bagian lateral dibentuk oleh tulang rawan yang merupakan kelanjutan dari tulang rawan aurikula dan disebut pars kartilagenus. Bagian ini bersifat elastic dan dilapisi kulit yang melekat erat pada perikondrium. Kulit pada bagian ini mengandung jaringan subkutan, folikel rambut, kelenjar lemak (glandula sebacea) dan kelenjar serumen (glandula ceruminosa). Dinding lubang telinga dua pertiga bagian medial dibentuk oleh melekat erat pada periosteumm. Pada tulang dan disebut bagian ini tidak pars osseus. Kulit yang meliputi bagian ini sangat tipis dan didapatkan folikel rambut ataupun kelenjar (Herawati, 2003). Membran Tympani Fungsi menbran ini untuk menghantar getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah. Membran tympani mengandung banyak struktur seperti tulang, otot, ligament, saraf, dan pembuluh darah. Otot (Muskuli) terdiri atas Muskuli Tensor timpani yang mempunyai fungsi meregangkan membrane tympani dan Muskuli Stapedius yang
17

fungsinya

mengatur

gerakan

stapes.

Ligamen

fungsinya

mempertahankan posisi osikula di dalam kavum tympani. Posisi membrane ini miring menghadap ke bawah. Bentuknya tidak rata tetapi menyerupai kerucut dengan diameter sekitar 10 mm. Bagian tengahnya dinamakan umbo merupakan kedudukan tulang pendengaran (os. maleus). Membran tympani terdiri dari bagian keras (pars tensa) yang merupakan bagian terbesar dan bagian lunak (pars flaccida) di bagian atas. Pada keadaan normal, penyinaran pada membrana ini akan memberikan pantulan berupa gambaran segitiga di bagian depan bawah dengan puncak pada tonjolan umbo (Herawati, 2003).

Gambar 9. Anatomi Membran Tympani b. Telinga Tengah Telinga dalam merupakan ruangan yang berisi udara dan terletak di dalam ruang temporal. Ruang telinga tengah atau auris media terdapat di sebelah dalam membrana tympani dengan ukuran sekitar 3-6 mm. Dindingnya dibatasi oleh gendang telinga (membrana tympani) beserta tulang di sebelah atas dan bawahnya. Telinga dalam terdiri dari ostius dan buluh eustahius.

18

Gambar 10. Anatomi Telinga Dalam Ostius Ostius terdiri dari tiga tulang pendengaran yaitu :
1. Maleus,

dengan

bagian-bagiannya

yaitu

kaput,

kolum,

prosesua brevis, prosesus longus, dan manubrium malei. Kaput malei mengisi epitimpanum, sedangkan bagian yang lain mengisi mesotimpanum.
2. Inkus, terdiri atas kaput, prosesua brevis dan prosesua

longus.

Sedangkan

sebagian

besar

inkus

mengisi

epitimpanum dan hanya sebagian dari prosesus longus yang mengisi mesotimpanum.
3. Stapes,

terdiri

atas

kaput, kolum, krus anterior,

krus

posterior, dan basis. Ketiga tulang pendengaran tersebut satu dengan yang lain dihubungkan dengan suatu persendian, sehingga merupakan suatu rangkaian yang disebut rantai osikula. Basis stapes menutup foramen ovale dengan perantaraan jaringan ikat yang disebut ligament anulare. Rantai osikula dan gerakan basis stapes sangat penting artinya bagi system konduksi pada fungsi pendengaran (Herawati, 2003). Tuba Eustachius Bentuk tuba eustachius seperti terompet dengan panjang 37 mm. Fungsi Tuba Eustachius untuk menghubungkan telinga tengah dengan rongga mulut (nasofaring) dan menyeimbangkan tekanan udara di dalam dan di luar telinga. Penyesuaian tekanan dilakukan melalui gerakan menelan ludah
19

jika seseorang merasa telinganya tidak nyaman. Rongga ini berhubungan dengan rongga dalam tulang yang dinamakan cellulae mastoidea, yaitu rongga berisi udara. Nanah yang banyak pada penderita otitis media dapat juga mengalir ke sini sehingga didapati infeksi pada tulang yang dinamakan mastoiditis (Herawati, 2003).
c. Telinga Dalam (Auris Interna)

Auris interna disebut juga labirin yang fungsinya untuk menerima rangsang getaran suara. Di dalamnya terdapat dua alat yang saling berdekatan yaitu organ status (alat imbang) dan organ auditus (alat dengar). Keduanya berbentuk tabung yang masing-masing berisi endolimfe dan perilimfe. Cairan endolimfe keluar melalui duktus endolimfatikus sedangkan cairan perilimfe berhubungan dengan liquor serebrospinalis melalui duktud perilimfatikus (Herawati, 2003).

Gambar 11. Anatomi Telinga Dalam Organ status Terdiri atas 3 kanalis semisirkularis yaitu kanalis semikularis horizontal, kanalis semikularis vertical posterior (interior) dan kanalis semisirkkularis vertical anterior (superior). Alat keseimbangan inilah yang membuat seseorang menjadi sadar akan posisi tubuhnya dalam suatu ruangan. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan pusing atau vertigo (Herawati, 2003).
20

Organ Auditus Alat pendengaran terdiri dari koklea yang berbentuk rumah siput dengan dua setengah lingkaran yang akan mengubah getaran suara dari system konduksi menjadi system saraf. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan kurang pendengaran atau tuli (Herawati, 2003). Koklea mengandung organ korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar yaitu : 1. Saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela atau tingkap oval 2. Saluran tengah dan saluran tympani yang berhubungan jendela bundar
3. Saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh

membran (Nangsari, 1998). Diantara terdapat saluran vestibulum Reissner dengan saluran diantara tengah, saluran

membrane

sedangkan

tengah dan saluran tympani terdapat membrane basilar. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan sebagai membrane tektorial yang parallel dengan membrane basilar dan ada di sepanjang koklea. Sel-sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basilar dan ujungnya berhadapan dengan membrane tektorial. Kemudian berhubungan dengan serabut saraf pendengar. Organ korti terletak pada selaput basilaris dan terbentang dari apex sampai basis koklea sehingga memiliki bentuk spiral. Reseptor pendengaran adalah sel rambut yang tersusun menembus dalam alat dua baris dengan uluran-uluran yang peraga (lamina retikularis) merupakan

21

membrane yang liat dan disangga oleh tiang korti (Nangsari, 1998). Fisiologi Mendengar

Alur getaran menuju organ korti : Getaran ditangkap oleh daun telinga Liang telinga Membran thimpani bergetar Maleus, Incus, Stapes -

Proses mendengar dimulai ketika getaran udara yang merupakan gelombang suara ditangkap oleh daun telinga dan masuk melewati saluran telinga hingga menggetarkan perangkatgendang telinga. Getaran ini diteruskan ke tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi. Getaran pada tulang sanggurdi menimbulkan tekanan pada jendela oval dan berlanjut dengan menghasilkan tekanan pada saluran vestibulum menuju saluran tympani melewati membrane basilar. Akibatnya membrane basilar bergerak aik turun sehingga sterosilia dari sel-sel rambut melekat pada membrane tektorial. Selanjutnya impulsimpuls saraf mengalir melalui sarf koklea menuju batang otak dan menyebar pada daerah auditori dari korteks serebral. Kemudian otak mengolah dan menerjemahkannya 1998). Diskriminasi nada merupakan kemampuan membedakan berbagai frekuensi glombang suara yang datang. Diskriminasi nada tergantung pada bentuk dan sifat membran basiliaris, yang menyempit dan kaku di ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membran basiliaris bergetar secara alamiah pada frekuensi yang berbeda. Dimana setiap frekuensi menunjukkan getaran puncak di titik-titik tertentu di sepanjang membran (Sherwood, 2001). Ujung sempit paling dekat dengan jendela oval bergetar
22

sebagai suatu suara (Nangsari,

maksimum pada nada-nada tinggi, sedangkan ujung lebar paling dekat

dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah. Ketika gelombang suara dengan frekuensi tertentu terbentuk di koklea oleh getaran stapes, gelombang akan berjalan ke daerah di membran basiliaris yang secara alamiah berespons maksimum terhadap gelombang suara tersebut. Energi tekanan akan dihamburkan oleh getaran membran yang kuat, sehingga gelombang suara lenyap di daerah yang mengalami getaran maksimum (Sherwood, 2001). Proses Keseimbangan Bagian telinga yang berperan dalam keseimbangan adalah tiga saluran setengah lingkaran. Setiap saluran disalah satu ujungnya menggembung membentuk ampula. Didalam ampula terdapat reseptor yang berupa kelompok saraf sensori yang memilki rambut disebut kupula (Nangsari, 1998).

Gambar 12. Struktur Telinga Dalam Proses Menjaga Keseimbangan : Posisi tubuh miring Batu otolit akan bergerak sesuai dengan arah kemiringan Batu otolit akan menyentuh sel rambut Impuls akan dikirimkan ke saraf vestibula Impuls dari Talamus akan dikirm ke Cerebelum Penerjemahan posisi miring Setiap ampula ampu mendeteksi gerak rotasi kepala. Pada saat cairan di dalam saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah aliran cairan sehingga menimbulkan impuls-impuls
23

saraf. Selanjutnya, impuls-impuls saraf mengalir melalui saraf vesibular menuju otak. Gerakan cairan di dalam saluran setengah lingkaran secara terus menerus dapat menimbulkan rasa sakit. Keseimbangan tubuh tidak hanya diatur oleh sistem keseimbangan saja, tetapi juga oleh sistem pengihatan. Jika pesan yang berasal dari mata dan telinga tidak sesuai, misalnya ketika membaca buku di dalam mobil yang sedang berjalan, maka kemungkinan akan merasakan pusing (Nangsari, 1998). Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak didalam rongga tulang yang terdapat di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada sel-sel rambut reseptif di organ-organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa diatasnya, gerakannya menyebabkan perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium karbonat (otolit) yang terbenam di dalam lapisan geltinosa, sehingga lapisan-lapisan tersebut lebih lembam daripada cairan disekitarnya (Sherwood, 2001).

24

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010, Mekanisme Akomodasi Mata, http://www.doctorology.net, diakses pada tanggal 23 November 2011. Anonim,2011, http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/anatomi_tubuh_m anusia/ bab11_hidungmatadantelinga.pdf, diakses pada tanggal 23 November 2011. Afyudin, M., 2010, Anatomi dan Fisiologi Mata, http://www.scribd.com/doc/32102110/Anatomi-Dan-FisiologiMata, diakses pada tanggal 23 November 2011. Herawati, S., 2003, Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta, pp. 1-8. Nangsari, N.S., 1998, Pengantar Fisiologi Manusia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pp. 248-261. Pearce, E., 2008, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 254-261. Saputro, K.T., 2011, Anatomi Fisiologi Telinga, http://www.kepacitan.files.wordpress.com/2011/01 /anatomifisiologi-telinga.pdf, diakses pada tanggal 23 November 2011. Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2nd ed., EGC, Jakarta, pp. 149-189.

25

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MATA DAN TELINGA

Oleh :
Lydia Setiawan Christian Gunawan Ni Luh Putu Dian Prawita Putri Gidion Krisnadi Yoseph Sandi Setyo Ardananto 108114071 108114078 108114079 108114081 108114083

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011


26

You might also like