You are on page 1of 13

A. Kajian Pustaka 1.

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh murid . Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara murid dengan murid , interaksi antara guru dan murid, maupun interaksi antara murid dengan sumber belajar. Dari interaksi yang dibangun tersebut, diharapkan murid dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Muslimin (2000: 45), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006: 33), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita dalam

Cooperative Learning (2007: 2), model pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. murid yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika murid lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Murid yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Budijastuti (2009: 2) bahwa pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan utama yaitu : 1) Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademiknya. Murid yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi murid yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. 2) Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar murid dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan

suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) Mengembangkan keterampilan sosial murid . Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Anita (2007: 6) mengemukakan bahwa : Situasi dalam kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga murid mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas yang memungkinkan mereka untuk memahami proses belajar dan memahami satu sama lain. Diharapkan, guru dapat menciptakan situasi belajar sedemikian rupa sehingga murid dapat bekerjasama dalam kelompok serta mengembangkan wawasannya tentang pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif, diharapkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif. Menurut Ibrahim, dkk (2000: 17), pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk murid yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) murid mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) murid dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan murid, dan 4) meningkatkan kepuasan murid terhadap materi

pembelajaran. Lebih lanjut, Nasution (2000: 19) menjelaskan bahwa unsurunsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut : 1) murid dalam

kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) murid bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, 3) murid haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) murid haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5) murid akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) murid berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan 7) murid akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah yang menekankan pada pembelajaran kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.

a) Tujuan model pembelajaran kooperatif Hasil belajar akademik murid meningkat dan murid dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Tidak semua kerja dengan menggunakan diskusi kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga dapat meminimalkan keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu pembelajaran disebut pembelajaran kooperatif. Dalam proses

pembelajaran kooperatif, murid didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. b) Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif Menurut Muslimin (dalam Kamdi, 2009: 1) adalah : 1) Setiap anggota kelompok (murid) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, 2) Setiap anggota kelompok (murid) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, 3) Setiap anggota kelompok (murid ) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 4) Setiap anggota kelompok (murid) akan dievaluasi, 5) Setiap anggota kelompok (murid) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya, 6) Setiap anggota kelompok (murid) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. c. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif 1) Murid dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) Kelompok dibentuk dari murid yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender, dan 3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu. Menurut Krismanto (2001: 9) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama di antara murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciriciri : 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, murid belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari murid -murid yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat murid murid yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Selanjutnya, terdapat 6 (enam) sintaks

atau langkah dalam pembelajaran kooperatif sebagaimana dijelaskan Slavin (2009: 35) dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Langkah dalam pembelajaran kooperatif Langkah Indikator Tingkah Laku Guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi murid Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada murid Langkah 3 Mengorganisasikan murid ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menginformasikan pengelompokan murid . Langkah 4 Membimbing kelompok belajar Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja murid untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Sumber : Slavin (dalam Kamdi, 2009: 5). Sedangkan Dansereau (dalam Widyantini, 2008: 40) langkah-langkah pembelajaran kooperatif meliputi : 1. Guru membagi murid untuk berpasangan. 2. Guru memberi wacana/materi tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan murid menetapkan siapa saja yang berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Berukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. 6. kesimpulan murid bersama-sama guru. 7. Penutup. Uraian Widyatini di atas kiranya sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran kooperatif pada murid kelas IV SD Tobulung dikarenakan mata pelajaran yang diajarkan adalah matematika. Dalam matematika sendiri,

walaupun diskusi merupakan bagian dari pembelajaran kelompok namun tidak dapat digunakan karena sifatnya yang eksak. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti Slavin adalah tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heads Together), tipe TAI (Team Assited Individualization), dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Dalam penelitian ini, akan dibahas pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alasan dipilih pembahasan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada murid dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok murid , menyajikan informasi akademik baru kepada murid setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi murid menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah.

Penerapan pembelajaran tipe STAD menempatkan murid dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian murid bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh murid dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam

pembelajaran membuat sambungan kayu siswa kelas X SMK Negeri 2 Tanimbar Selatan. Komponen STAD menurut Slavin (dalam Kamdi, 2009: 3) adalah sebagai berikut : 1) Presentasi kelas. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari cara pengajaran yang biasa. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Murid harus betul-betul memperhatikan presentasi ini karena dalam presentasi terdapat materi yang dapat membantu untuk mengerjakan kuis yang diadakan setelah pembelajaran. 2) Belajar dalam tim. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan murid yang merasa mampu membantu murid yang kesulitan. 3) Tes individu. Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis). 4) Skor pengembangan individu. Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat oleh guru

untuk dibandingkan dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim diperoleh dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam 1 tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan dibagi jumlah anggota tim. 5) Penghargaan tim. Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat memotivasi mereka. Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: (a) Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok. (b) Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara murid yang berasal dari ras yang berbeda. (c) Menerapkan bimbingan oleh teman. (d) Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. Sedangkan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut : 1) Sejumlah murid mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. 2) Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini. 3. Tahap pelaksanaan pembelajaran model STAD Menurut Arifin (1991: 33) sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari

murid dalam kelompok-kelompok kooperatif, kemudian menetapkan murid dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada : 1) Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari murid dengan murid dengan tingkat prestasi seimbang. 2) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dan lain-lain. 3) Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut : (a) Pendahuluan Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari murid dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu murid tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.(b) Pengembangan. Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari murid dalam kelompok. Di sini murid belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika murid telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. (c) Praktek terkendali. Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh murid mengerjakan soal, memanggil murid secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar murid selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama. (d) Kegiatan kelompok. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari murid . Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi

bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. (e) Evaluasi. Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah murid pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok. (f) Penghargaan kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super. (g) Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok satu periode penilaian (34 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal murid yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar murid dapat bekerja dengan teman yang lain.

You might also like