You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak Asasinya, yaitu: kemerdekaan, yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah. Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena hak Asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai.

Masalah HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi tentang apa saja yang akan dibahas di dalam makalah ini sehinga dalam pembahasan tidak meluas kemana-mana atau pembahasan menjadi lebih terarah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM ) ? 2. Sejarah lahirnya Hak Asasi Manusia ( HAM ) ? 3. Perkembangan Hak Asasi Manusia ( HAM ) ? 4. Macam-macam Hak Asasi Manusia ( HAM ) ? 5. Hak Asasi Manusia ( HAM ) dalam perspektif Islam ? 6. Hubungan Negara Hukum dan HAM ? 7. Contoh-contoh pelanggaran Hak Asasi Manusia ( HAM ) ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis dan pembaca dapat mengerti dan memahami tentang Hak Asasi Manusia ( HAM ) sehingga dalam hidup lebih baik lagi dalam kehidupan sehari-hari.

1.4. Metodelogi Penulisan

Adapun metodelogi penulisan makalah ini, penulis memperoleh data-data dari buku dan browsing internet tentang Hak Asasi Manusia ( HAM ). Seandainya jika terdapat kata-kata dan kalimat yang sama atau hampir sama, penulis mohon dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.
2

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi tentang susunan makalah ini. Makalah ini tersusun atas: 1.5.a. BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan penulisan makalah ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, metodelogi penulisan dan sistematika penulisan. 1.5.b. BAB II PEMBAHASAN Pada bagian pembahasan penulisan makalah ini berisi tentang pengertian HAM, sejarah dan perkembang HAM, macam-macam dan perspektif HAM dari islam serta contoh-contoh pelanggaran HAM. 1.5.c. BAB III PENUTUP Pada bagian penutup penulisan makalah ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hak Asasi Manusi ( HAM )

Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah human rights atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-Hak Manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia (HAM) lebih sering digunakan dari pada pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan istilah hak Asasi sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris) dangrondrechten ( Belanda ), atau bisa juga disebut hak-hak fundamental ( civil rights ).

Istilah hak-hak Asasi secara monumental lahir sejak keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de Lhomme et du Citoyen (hak-Hak Asasi Manusia dan warga negara Perancis), dengan semboyan Liberte, Egalite, Fraternite. Istilah HAM berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti perubahan peradaban manusia dari masa ke masa.

Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural rights (hak-hak alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal dari alam termasuk HAM. Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi akhirnya tidak diterima, karena tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB, maka muncul istilah baru yang lebih populer sekarang yaitu human rights Di Amerika Serikat dikenal dengan sebutan Civil Rights. Perancis menyebutnya: Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun dibalik beragamnya sebutan untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna yang sama.

Secara umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

2.2. Sejarah lahirnya HAM

Keberadaan HAM tidak lepas dari pengakuan adanya hukum islam (natural law) yang menjadi cikal bakal bagi kelahiran HAM. Hukum alam menurut Marcus G. Singer merupakan suatu konsep dari prinsip-prinsip umum moral dan sistem keadilan dan berlaku untuk seluruh umat manusia. Seperti diakui Aristoteles bahwa hukum alam merupakan produk rasio manusia demi terciptanya keadilan abadi. Salah satu muatan hukum adalah hak-hak pemberian dari alam (natural right), karena dalam hukum alam ada sistem keadilan yang berlaku universal (Mansyur effendi, 1994).

2.3. Perkembangan Hak Asasi Manusia ( HAM )

Pada umumnya para pakar eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dikawasan eropa dimulai dengan lahirnya Magna Carta yang antara lain memuat pandangan raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat hukum yang dibuatnya) menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai bisa diminta pertanggung jawabannya di depan hukum (Masyhur Efendi, 1994). Magna Carta telah menghilangkan absolutisme raja.

Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Deklaration of Independence yang lahir dari paham Rousseaw dan Montesquieu. Pada tahun 1978 lahirlah The French Deklaration (demokrasi prancis) dimana ketentuan tentang hak lebih terperinci lagi sebagai mana dalam the Rule of Low yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk penangkapan yang tanpa alasan yang sah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai adanya keputusan dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bersalah.

Perkembangan yang paling signifikan adalah dengan kemunculan The Four Freedoms daro president Roosevelt pada tanggal 6 Januari 1941, yang berbunyi sebagai berikut : ada empat hak yaitu hak kebebasan berbicara dan mengatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya dan hak kebebasan dari kemiskinan. Negara berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan yang meliputi usaha pengurangan persenjataan, sehingga tidak satu pun bangsa (negara) berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap bangsa lain.

Pemikiran HAM terus berlangsung dalam rangka mencari rumusan yang sesuai dengan zamannya. Secara garis besar perkembangan pemikiran HAM dibagi pada 4 generasi. Generasi pertama berpendapat bahwa pengertian HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh

dampak dan situasi perang dunia ke II, totaliterisme dan adanya keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan tertib hukum yang baru.

Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukkan perluasan pengertian konsep dan cakupan Hak Asasi Manusia.

Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam satu wadah yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan (the right of development) sebagai istilah yang diberikan oleh international commission of justice. Dalam pelaksanaan hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak lainnya yang dilanggar. Keadilan dan pemenuhan hak Asasi harusnya dimulai sejak mulainya pembangunan itu sendiri, bukan setelah pembangunan itu selesai.

Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh negara-negara di kawasan asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi Hak Asasi Manusia yang disebut declaration of the basic duties of asia people and government. Deklarasi itu lebih maju dari rumusan generasi ketiga, karena tidak saja mencakup tuntutan struktural tetapi juga berpihak pada terciptanya tatanan sosial yang berkeadilan.

2.3.1. Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia

Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945. 2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia Serikat. 3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950. 4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.

2.3.2. HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional

Pengaturan HAM dalam ketatanegaraan RI terdapat dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi yang berlaku yaitu UUD 1945 (termasuk dalam amandemen I-IV). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR) nomor XVII tahun 1998 tentang pandangan dan sikap bangsa indoneisa terhadap HAM dan piagam HAM Nasional. Ketiga dalam undang-undang yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia antara lain yaitu: UU no. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia dan UU no 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM. Keempat, dalam peraturan pemerintah pengganti Undang-undang (perpu) no 1 tahun 1999 tentang pengadilan HAM dan dalam keputusan presiden (kepres) no. 129 tahun 1998 tentang rencana aksi nasional hak asasi manusia tahun 1998-2003, yang memuat rencana ratifikasi berbagai instrument hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa serta tindak lanjutnya.
8

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat, karena perubahan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi RI yang masih bersifat global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan melalui TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sanksi hukum bagi pelanggarnya. Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk undang-undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

Menurut Prof. bagir Manan demokrasi dan pelaksanaan prinsip-prinsip Negara berdasarkan atas hukum merupakan instrument bahkan prasyarat bagi jaminan perlindungan dan pengamanan HAM. Oleh karena itu hubungan antara HAM, demokrasi dan Negara harus dilihat sebagai hubungan keseimbangan yang simbiosis mutualistik.

Selanjutnya HAM sebagai tatanan sosial merupakan pengaturan masyarakat terhadap pentingnya nilai-nilai HAM dalam tatanan sosial, politik, ekonomi yang hidup. Dalam kerangka menjadikan HAM sebagai tatanan sosial, pendidikan HAM secara kurikuler maupun melalui pendidikan kewarganegaraan berkesinambungan. (civic education) sangat diperlukan dan terus dilakukan secara

2.4. Macam-macam bentuk Hak Asasi Manusia ( HAM )

Adapun jenisjenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
9

1. Hak Asasi Pribadi / Personal Right:

Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi politik / Political Right:

Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan. Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum / Legal Equality Right:

Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hak untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil / PNS. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi / Property Rigths:

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

10

Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights:

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan

penyelidikan di mata hukum.

6. Hak Asasi Sosial budaya / Social Culture Right:

Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan. Hak mendapatkan pengajaran. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

2.5. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam

Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukkan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan dari ajaran Islam itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali.

Menurut Maududi, HAM adalah hak kodrati yang dianugrahkan Allah SWT, kepada setiap manusia dan tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak
11

yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu Ala al-Maududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (haq al-insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi hak manusia dan juga sebaliknya.

HAM dalam Islam sebenarnya bukan barang asing, karena wacana tentang HAM dalam Islam lebih awal dibandingkan dengan konsep atau ajaran lainnnya. Dengan kata lain, Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM. Sebagaimana dikemukakan oleh Al-Maududi bahwa ajaran tentang HAM yang terkandung dalam piagam Magna Charta tercipta 600 tahun setelah kedatangan Islam. Selain itu juga diperkuat oleh pandangan Weeramantry bahwa pemikiran Islam mengenai hak-hak di bidang sosial, ekonomi dan budaya telah jauh mendahului pemikiran barat (Bambang Cipta dkk, 2002). Ajaran Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif juga terdapat dalam praktek kehidupan umat Islam.

Konsep islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan teosentris (theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syariatnya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk yang oleh Harun Nasution dan Bahtiar Effendi disebut dengan ide perikemakhlukan.

12

Dilihat dari tingkatannya ada tiga bentuk hak asasi manusia dalam Islam. Pertama, hak dharury (hak dasar), sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar bukan hanya membuat manusia sengasara, tetapi juga hilang eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Kedua, hak sekunder (hajy), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-hak elementer misalnya hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga, hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Masudi, 2002).

Mengenai HAM yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, Al Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam hak asasi pertama dan utama warga negara adalah:

Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama-sama dengan jaminan bahwa hak ini tidak kami dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan illegal.

Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bisa dilanggar kecuali setelah melalui proses pembuktian yang meyakinkan secara hukum dan memberikan kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan. Salah satu kewajiban zakat kepada umat Islam, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokok warga negara.

13

2.6. Hubungan Negara Hukum dan HAM

Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian ditinjau ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c. Pemilihan Umum yang bebas.

d. Kebebasan menyatakan pendapat.

e. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi.

f. Pendidikan Kewarganegaraan.

Seperti dijelaskan di atas, jelaslah bahwa sebuah Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya. Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.

2.7.1. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
14

menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).

Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang

15

dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.

Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan pengadilan umum.

2.7.2. Contoh-contoh bentuk pelanggaran HAM di Indonesia

Adapun contoh-contoh pelanggaran HAM yang terjadi di tanah air Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:

Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.

Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.

Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.

16

Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.

Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pelanggaran aktivis HAM munir.

17

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Hak Asasi Manusia juga dapat dipandang sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk TUHAN Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Negara hukum adalah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan pemerintahannya berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Negara hukum dengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan sisi yang berbeda. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan.Indonesia sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999 yaitu Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YANG MAHA ESA dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

18

HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.

Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

3.2. Saran-saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

19

REFERENSI

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005

Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Mahkamah Konstitusi, 2005

Zakaria, Nooraihan. Konsep Hak Asasi Manusia. Jakarta: DBP, 2005

Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2005

Ismail, Basuki. Negara Hukum Demokrasi. Jakarta: Rimihyo, 1993

20

You might also like