You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat

memberikan

manfaat

kepada

pembacanya.Di

antaranya

dapat

memberikan

pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal.Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan.Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya.Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita.Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya. Tidak hanya itu, kiranya cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Cerpen yang kami kaji itu adalah sebuah cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Dipilihnya cerpen karya A.A. Navis tersebut bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan (bagi kami) dibandingkan dengan cerpen A.A.Navis yang lain atau cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya yaitu terletak pada teknik penceritaan A.A.Navis yang tidak biasa pada saat itu. Tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha

Pencipta. Menurut hemat saya hal seperti ini hanya ada dalam cerpen Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin dan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Akan tetapi, kedua cerpen ini tetap berbeda.Cerpennya Kipanjikusmin muncul dengan membawa kehebohan yang luar biasa di kalangan umat Islam sehingga harus berhadapan dengan hukum.Sedangkan cerpennya A.A. Navis muncul dengan membawa kejutan karena ceritanya menyindir pelaksanaan kehidupan beragama secara luar biasa tajamnya.Di dalam cerpen Langit Makin Mendung Tuhan dan malaikat diimajinasikan dengan kuat sekali (meminjam istilah Bahrum Rangkuti dalam Polemik H.B.Jassin, 1972:177).Sedangkan dalam cerpen Robohnya Surau Kami tidak seperti itu.Itulah sebabnya cerpen A.A. Navis tidak pernah berhadapan dengan hukum. Selain itu cerpen A.A.Navis ini lebih banyak mengingatkan kita untuk selalu bekerja keras sebab kerja keras adalah bagian penting dari ibadah kita (Sapardi Djoko Damono dalam kata pengantar Novel Kemarau karya A.A.Navis, 1992:vi).

1.1 Rumusan Masalah 1. Pendekatan apa yang sesuai dengan cerpen robohnya surau kami karya A. A Navis tersebut? 2. Bagaimana unsur intrinsik cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis? 3. Apakah cerpen tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan?

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kritik Sastra dan untuk mengetahui lebih jelas tentang aspek structural yang terdapat pada cerpen Robohnya Surau Kami karya AA Navis.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Sinopsis Cerpen Robohnya Surau Kami Cerpen karya A.A. Navis yang mengisahkan seorang kakek Garin, yang

meninggal secara mengenaskan yaitu membunuh diri akibat dari mendengar cerita bualan seseorang yang sudah dikenalnya, ternyata cukup memikat siapapun yang membacanya. Karena daya pikat itu, peneliti mencoba mengkajinya dan agar kajian ini, khususnya bab IV ini mudah dipahami agaknya perlu juga memaparkan sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami tesebut. Sinopsisnya itu seperti yang dipaparkan di bawah ini. Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya.Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton.Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri.Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu.Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan.Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia

merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah.Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya.Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya.Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.

2.2

Pendekatan Kritik sastra objektif yaitu kritik sastra yang menelaah struktur karya sastra

dengan kemungkinan membebaskannya dari dunia pengarang, pembaca dan situasi zamannya.Oleh karena itu dalam mengkaji cerpen Robohnya Surau Kami kami menggunakan pendekatan kritik sastra objektif karena dalam cerpen ini A. ANavis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. Tidak hanya ituDikemukakan Fananie ( 2001) bahwa struktur karya sastra mencakup: struktur intrinsik, struktur ekstrinsik, struktur lapis bunyi, dan struktur lapis makna. Dengan demikian kami akan mengkaji struktur karya sastra yaitu struktur instrinstik seperti di bawah ini.

2.2.1

Tinjauan unsur Instrinstik Tema cerpen ini adalah kelalaian yaitu seorang kepala keluarga lalai

a. Tema

itu sehingga masalah kelalaiannya itu akhirnya mampu membunuh dirinya. b . Alur (plot) Alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir.Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. c. Tokoh dan Penokohan

Aku Ajo Sidi jawab. Kakek

: berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. : adalah orang yang suka membual, tidak bertanggung

: orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan

mempercayai orang lain. Haji Soleh : yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.

d. Latar Latar Tempat 1. dekat pasar posisi untuk menuju surau 2. di surau tempat yang pernah dijaga oleh kakek garin,tempat meninggalnya kakek Latar Waktu 1) Beberapa tahun yang lalu Kalau beberapa tahun yang lalau tuan datang ke kota kelahiranku dengan menompang bis, tuan akan berhenti di dekat pasar.

2) Sudah bertahun-tahun Lamanya waktu kakek sebagai garin, penjaga surau 3) Dan besoknya Ketika aku mau turun rumah. 4) Pagi-pagi Kakek selalu bangun pagi-pagi untuk bersembahyang Latar Sosial

Dari cerpen ini tampak latar sosial berdasarkan usia, pekerjaan, dan kebisaan atau cara hidupnya yang sangat berbeda latar sosial dalam cerpen ini yaitu keikhlasan saling tolong menolong ketika membutuhkan tanpa mengharapkan pamrih adapun yang suka berkomunikasi tetapi kurang baik sehingga dapat menimbulkan dampak negatif yaitu menyebabkan kakek garin meninggal dunia dengan cara bunuh diri.

Suasana

1) Kemarahan 2) keharuan 3) keiklasan 4) kebencian

Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang terdapat dalam cerita ini adalah: 1) Sinisme Maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebutkan pemimpin katak. 2) Alegori Kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling

menipu, saling memeras.Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting-tulang.Sedang aku menyruh engkau semuanya beramal disamping beribadat.Bagaiamana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hinnga kerjamu lain tidak memuji dan menyembahku saja. Tidak.. Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang dirhidoi Allah di dunia. 3) Klimaks Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap namaMu. 4) Repetisi a. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. b. Takut aku kalau iman ku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. g Sudut Pandang Titik pengisahan cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku. masa, aku menyebut-nyebut

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Nvis ini memang sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik.Hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsik dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran.Adapun hasil analisisnya sebagai berikut. 3.1.1. Unsur-unsur Intrinsik a. Tema Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya (kelalaian). b. Alur Alur cerpen ini adalah alur mundur. c. Penokohan Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh. Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. Ajo Sidi adalah orang yang suka membual Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain. Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri. d. Latar Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. e. Suasana 1) Kemarahan 2) keharuan 3) keiklasan 4) kebencian f. Gaya bahasa

Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan sinisme.Tapi selain itu majas klimaks dan repetisi juga terdapat pada cerpen ini. g. Sudut Pandang sudut pandang cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku. h. Amanat Amanat cerpen ini adalah : 1) jangan cepat marah kalau diejek orang, 2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik, 3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar, 4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan 5) jangan egois. Berdasarkan uraian di atas, maka cerpen Robohnya Surau Kami sangat cocok /layak jika dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMU, karena bahasa yang digunakannya bisa dipahami oleh siswa SMU, konflik psikologis tokohtokohnya pun tidak terlalu sulit untuk dipelajari, selain itu konflik-konflik psikologis yang dimunculkan, masih sesuai dengan perkembangan psikologis dan pemikiran siswa SMU, dan latar budaya yang ditampilkannya pun masih tampak umum sehinga siswa yang berlatar belakang budaya Islam, Kristen, Hindu, dan Budha pun dapat menerimanya. Selain kriteria ini, guru pun harus membaca terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai begitu pula dengan siswanya.Namun, jangan sekali-kali membaca ringkasan cerpen tersebut tanpa pernah membaca cerita itu

seluruhnya.Juga, guru harus kreatif ketika sedang membelajarkan siswanya. Misalnya, guru harus mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa akan isi cerpen tersebut.

You might also like