You are on page 1of 47

Oleh: Asyari Masduki, MA

PEDOMAN AMALIYAH RAMADHAN


- PUASA - LAILATUL QADR - ITIKAF - ZAKAT FITRAH - SHALAT IDUL FITHRI

Diterbitkan oleh: Radio AN NUUR Pare Bersama Takmir Masjid Agung An Nur Pare Kediri Forum Bahtsul Masail Pondok Pesantren (FBMPP) se-ekskawedanan Pare

SAMBUTAN KETUA FBMPP PARE

:
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia diantara bulan yang lainya. Selain bulan tersebut digunakan untuk menjalankan kewajiban oleh setiap orang muslim seperti puasa dan zakat juga merupakan mendekatkan diri kepada Allah. Melihat realita yang terjadi di masyarakat akhir akhir ini masih banyak kita temui mereka belum mengetahui tentang tatacara yang benar dan sesuai untuk melaksanakan ibadah tersebut. Kehadiran buku yang ringkas ini semoga menjadi acuan dan panduan bagi setiap muslim terlebih warga Nahdliyin dalam menjalankan syariah Islamiyah khususnya di bulan Ramadhan demi mendapatkan ridho dari Allah. moment berlomba-lomba melaksanakan berbagai macam ibadah ibadah sunnah untuk

Ringinagung 15 Syaban 1432 H AHMAD SHODIQ IHSAN KETUA FBMPP-PARE

SAMBUTAN KETUA TAMIR MASJID AGUNG AN NUR PARE

Muqaddimah
Segala puji bagi Allah, satu-satunya dzat yang berhak untuk disembah yang tidak ada sesuatupun dari makhluk-Nya yang menyerupai-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada pemimpin para nabi dan Rasul, makhluk yang paling mulia sayyidina Muhammad, para sahabatnya, para keluarganya dan seluruh umat Islam yang mengikutinya sampai hari kiamat. Bulan Ramadhan adalah bulan paling mulia yang senantiasa ditunggu-tunggu kedatangannya setiapmuslim yang shalih dan bertakwa. Karena pada bulan Allah amal perbuatan baik yang dilakukan oleh setiap muslim akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah taala. Namun limpahan pahala tersebut hanya mungkin kita dapatkan apabila kita mengetahui ilmu-ilmu yang mendasari amal ibadah tersebut, tanpa ilmu amal ibadah manusia akan sia-sia belaka. Al Khalifah ar Rasyid Umar bin Abdul Aziz mengatakan: Barang siapa yang amal perbuatannya tanpa di dasari oleh ilmu maka yang dirusaknya akan lebih banyak dari pada yang diperbaikinya. Mengingat urgensi ilmu agama yang demikian menentukan keabsahan ibadah seseorang, maka kami terdorong untuk membuat sebuah buka saku berisi pedoman amaliyah

Ramadhan, agar momentum bulan Ramadhan tahun ini benarbenar dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin. Akhirnya, semoga buku kecil ini dapat memberi manfaat kepada kita semua. Amin Penyusun

Metode Penentuan Awal Puasa


Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat agung, dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh al Bukhari, Allah taala berfirman:


Setiap perbuatan anak adam (manusia) adalah untuknya kecuali puasa sesungguhnya puasa itu dilakukan ikhlas karena Aku dan aku akan membalasnya Puasa adalah ketaatan yang paling utama dan salah satu dari 5 perkara Islam yang paling penting sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril riwayat al Bukhari dan Muslim. Para ulama madzhab empat dan lainnya telah bersepakat bahwa dasar untuk menentukan awal Ramadhan adalah sebagai berikut : Mengamati hilal (bulan tanggal satu) ketika matahari tenggelam tanggal 29 Syaban, apabila hilal dapat dilihat maka hari berikutnya adalah awal Ramadhan dan apabila

hilal tidak terlihat maka hari besoknya adalah tanggal 30 Syaban dan hari setelahnya adalah awal Ramadhan. Metode ini telah dilakukan oleh seluruh umat Islam di semua Negara. Para ulama fikih telah menfatwakan dan menetapkan bahwa metede tersebutlah yang dapat dijadikan sebagai pedoman, dan tidak boleh berpegang pada perkataan ahli hisab dan ahli falak untuk menentukan awal bulan Ramadhan atau selesainya Ramadhan. Imam Ahmad dalam musnadnya dan Muslim dalam kitab shahihnya serta an Nasai dan ibnu Majah dalam kitab Sunannya telah meriwayatkan hadits dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam- bersabda:


Apabila kalian melihat hilal maka berpuasalah dan apabila kalian melihatnya maka berhari rayalah dan apabila tertutup mendung maka berpuasalah 30 hari. Al Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:


Berpuasalah karena melihat hilal dan berhari rayaah karena melihat hilal apabila tertup mendung maka sempurnakanlah bilagan syaban 30 hari

Ahkam Shiyam
Puasa Ramadhan mulai disyariatkan pada tahun 2 Hijriyah, dan Rasulullah telah menjalankan puasa Ramadhan sebanyak 9 kali sebelum beliau wafat. Kewajiban puasa bulan Ramadhan adalah telah malum minaddin bid darurah (telah diketahui kewajibannya oleh semua umat Islam baik ulamanya maupun awamnya). Di antara dasar kewajiban puasa Ramdhan adalah firman Allah taala:


Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa Rasulullah -shallallahu laihi wasallam- bersabda:


Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mencari pahala maka diampuni dosanya yang telah lalu (HR al Bukhari) Sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya, puasa memiliki aturan-aturan yang menentukan keabsahan puasa yang meliputi fardhu/rukun puasa, syarat-syarat puasa dan hal-hal uang membatalkan puasa. Orang yang berpuasa wajib untuk mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa ini agar puasanya benar dan diterima oleh Allah taala.

Syarat Wajib Puasa Puasa diwajibkan kepada:


1.

setiap orang yang muslim, puasa orang yang kafir yang baligh, anak kecil yang belum baligh tidak tahun Hijriyah maka wajib bagi walinya untuk

ashli maupun murtad tidak sah


2.

wajib puasa akan tetapi apabila umurnya telah sempurna 7 memerintahkannya berpuasa jika sang anak mampu untuk berpuasa.
3.

yang berakal, puasa tidak wajib bagi orang yang gila

dan tidak wajib mengqadhanya

4. 5.

yang mampu untuk menjalankan puasa bukan perempuan yang haid dan nifas, puasanya yang haid dan nifas. Apabila seorang

perempuan

perempuan yang haid dan nifas menjalankan puasa, maka dia berdosa dan wajib mengqadha puasanya.
6.

bukan orang sakit yang tidak dapat diharapkan

kesembuhannya, puasa juga tidak wajib bagi orang yang sakit yang puasa dapat membahayakan dirinya. Puasa juga tidak wajib bagi orang yang musafir (dalam perjalanan) yang jauh dan wajib diqadha. Apabila orang yang sakit dan musafir berpuasa maka puasanya sah, tetapi apabila puasa dapat
7.

membahayakan

keduanya

maka

haram

bagi

keduanya untuk berpuasa. bukan orang tua renta yang tidak mampu berpuasa karena ketuaannya. Puasa juga tidak wajib bagi orang tua renta, karena dikhwatirkan terjadikanya kerusakan pada badannya dan kematian. Fardhu Puasa
1. Niat, tempatnya adalah hati dan tidak disyaratkan untuk

diucapkan dengan lisan. Niat wajib untuk tiap-tiap hari dalam bulan Ramadhan pada malam harinya. Puasa tidak sah tanpa dengan niat. Para ulama mengatakan: kesempurnaan niat dalam puasa Ramadhan adalah:


Aku berniat puasa besuk untuk menjalankan kewajiban Ramdhan pada tahun ini karena iman dan mencari pahal karena Allah taala. Dalam sebagian madzhab cukup berniat pada malam hari pertama bulan Ramadhan untuk seluruh hari dalam bulan Ramadhan, misalnya mengatakan dalam hatinya:


Aku berniat puasa 30 hari dari bulan Raadhan pada tahun ini. Bagi perempuan yang haid dan besoknya, meskipun dia belum mandi.
2. Menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan, yaitu: a.

nifas jika telah terputus

darahnya pada malam hari wajib untuk berniat puasa untuk hari

Makan dan minum dan memasukkan setiap sesuatu

yang memiliki bentuk meskipun kecil ke kepala atau perut dan semacamnya melewati lobang badan yang terbuka (manfadz maftuh) seperti mulut, hidung, qubul dan dubur dari Fajar (masuknya waktu subuh) sampai pada tenggelamnya matahari. Barang siapa yang makan atau minum karena lupa meskipun banyak maka puasanya tidak

batal

meskipun

puasa

sunnah,

berdasarkan

sabda

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:


Barang siapa yang lupa sedangkan dia sedang berpuasa kemudian dia makan atau minum maka hendaknya dia menyempurnakan puasanya, sesungguhnya Allah telah memberiinya makan dan minum kepadanya (HR Muslim)
b.

Istiqaah, mengeluarkan muntahan dengan jari dan rongga. Sedangkan orang yang tidak kuasa

semacamnya meskipun tidak ada sesuatu yang kembali ke dalam menahan muntah dan dia tidak menelan sedikitpun dari muntahan tersebut maka puasanya tidak batal, namun dia harus mensucikan mulutnya sebelum menelan ludahnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


Barang siapa yang tidak kuasa menahan muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa maka tidak wajib baginya untuk mengqadha dan apabila dia berusaha mengeluarkan muntah maka hendaknya dia mengqadha HR al Hakim
c.

Jima dan mengeluarkan mani dengan istimna

(mengeluarkan mani dengan tangan) atau mubasyarah (bersentuhan kulit)

Mengingat waktu puasa dimulai dari fajar sampai dengan maghrib maka wajib bagi setiap mukallaf untuk mengetahui dua penghujung siang tersebut. Seseoarang yang makan setelah fajar dengan menyakini bahwa fajar belum terbit maka puasanya batal dan wajib baginya untuk mengqadha dan dia wajib untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan sampai datangnya maghrib. Demikian juga apabila seseorang makan sesat sebelum tenggelamnya seluruh lingkaran matahari dengan meyakini bahwa matahari telah tenggelam, kemudian dia mengetahui bahwa ternyata belum maghrib maka batal puasanya dan dia wajib mengqadha puasa hari itu. Allah taala berfirman:


Kemudian sempurnakanlah puasa sampai dengan malam Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
1. Makan meskipun sebesar buah simsim (nama buah yang

sangat kecil) atau bahkan lebih kecil, secara sengaja dan tidak dipaksa dan mengetahui keharamannya, minum meskipun setetes air (asma))
2. Suntik pada qubul dan dubur, demikian juga tetesan pada

atau obat (seperti obat Rabwi

hidung dan telinga jika obat tersebut sampai pada rongga.

Menurut sebuah pendapat dalam madzhab SyafiI tetesan pada telinga tidak membatalkan puasa. Sedangkan tetesan pada mata maka itu tidak membatalkan puasa, demikian juga suntik pada kulit dan urat.
3. Jima pada siang hari dengan sengaja, dengan pilihannya

sendiri (tanpa dipaksa), ingat bahwa dia sedang berpuasa meskipun tidak sampai mengeluarkan mani. Barangsiapa yang bangun dalam keadaan junub sebab jima atau lainnya maka dia boleh berpuasa pada siang harinya dan mandi untuk menjalankan shalat. Dari Aisyah dan ummu Salmah -radhiyallahu anhumabahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam- suatu ketika menemui fajar dalam keadaan junub dari berhubungan dengan istrinya kemudian beliau mandi dan puasa. (Muttafaq alaihi)
4. Gila,

apabila

orang

yang

sedang

berpuasa

terkena

penyakit gila meskipun hanya sebentar maka batal puasanya. Dan apabila datang haid atau nifas pada seorang perempuan meskipun sesaat sebelum maghrib maka batal puasanya. Sedang orang puasa yang tidur jika dia bermimpi keluar mani maka tidak batal puasanya, berbeda apabila keluarnya mani dengan sebab istimna (dengan tangan dan semacamnya) atau mubasyarah (bersentuhan kulit) secara sengaja, tidak karena lupa.

5. Jatuh dalam kekufuran dengan sengaja (tidak dalam

keadaan sabqullisan) meskipun seseorang dalam keadaan bergurau atau marah dengan pilihannya sendiri (tidak dipaksa) dan ingat sedang berpuasa atau tidak ingat. Karena ibadahnya orang yang kafir tidak sah dan wajib bagi dia untuk kembali pada agama Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalakan puasa sepanjang hari itu untuk menghormati puasa kemudian mengqadha hari tersebut setelah Ramadan dan hari raya secara langsung. Hal-hal yang Wajib bagi orang tidak berpuasa Ramadhan secara sengaja 1. Mewajibkan qadha saja 2. Mewajibkan qadha dan fidyah secara bersamaan
3. Mewajibkan fidyah saja sebagai ganti dari puasa

4. Mewajibkan qadha dan kaffarah secara bersamaan Sedangkan orang yang membatalkan puasa yang wajib Qadha saja adalah: a. b. jauh c. Perempuan yang haid dan nifas Orang yang membatalkan puasa karena sakit Orang yang membatalkan puasa dalam bepergian

d.

Orang yang meninggalkan puasa tanpa udzur atau

membatalkan puasa dengan hal-hal yang membatalakan puasa selain jima


e.

Perempuan

yang

hamil

atau

menyusui

jika

mengkhawatirkan dirinya sendiri Wajib bagi mereka semua untuk mengqadha puasa sesuai dengan jumlah yang ditinggalkannya. Sedangkan orang yang membatalkan puasa yang wajib Qadha dan Fidyah adalah:
a.

Perempuan wajib

yang bagi

hamil

atau

menyusui

jika

mengkhawatirkan anaknya, kemudian dia membatalkan puasanya, keduanya untuk mengqadha puasanya dan membayar fidyah yaitu satu mud makanan pokok suatu daerah untuk tiap harinya. Dalam madzhab Hanafi fidyah adalah memberii makan orang miskin seukuran makanan yang dapat mengenyangkannya dan memberiinya kehidupan atau harganya.
b.

Orang yang memiliki beban untuk mengqadha Ramadhan, datang kemudian dia mengakhirkannya maka selain Ramadhan berikutnya,

puasa

sehingga mud

qadha, dia wajib membayar fidyah maisng-masing hari satu Sedangkan orang yang membatalkan puasa yang wajib Fidyah sebagai ganti puasa adalah:

a. Orang tua renta yang tidak mampu lagi untuk berpuasa, maka dia boleh tidak berpuasa dan membayar fidyah setiap hari satu mud
b. Orang

yang tidak

menderita wajib

penyakit

yang namun

tidak dia

dapat wajib

diharapkan kesembuhannya, maka dia tidak wajib puasa dan mengqadhanya, membayar fidyah saja. Sedangkan orang yang membatalkan puasa yang Wajib Qadha dan Kaffarah adalah orang yang membatalkan puasanya dengan jima dengan sengaja, dengan pilihan dia (tanpa dipaksa) dalam keadaan ingat bahwa dia sedang puasa meskipun tidak keluar mani, maka wajib bagi dia untuk mengqadha puasa hari itu dan wajib membayar kaffarah. Sedangkan kaffarahnya adalah sebagai berikut secara berurut a. b. Memerdekan budak mukmin Apabila tidak mampu maka berpuasa dua bulan selain puasa qadhanya, apabila

berturut-turut

membatalakan puasanya satu hari saja di dalam dua bulan tersebut meskipun karena sakit maka dia harus memulai puasanya dari awal
c.

Apabila

tidak

mampu

untuk

berpuasa

maka

memberii makan 60 orang miskin, masing-masing orang miskin satu mud makanan dari bahan makanan pokok.

Menurut imam Abu Hanifah masing-masing orang miskin diberi seukuran makanan yang dapat mengenyangkan Apabila tidak sanggup melakukan ketiganya maka kaffarah ini tetap menjadi tanggungannya dan tidak ada sesuatu yang dapat menggantinya. Hal-Hal yang Disunnahkan Dalam Puasa
1. Menyegerakan

berbuka,

apabila

telah

yakin

bahwa

matahari telah tenggelam seluruhnya. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:


Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selaama dia menyegerakan berbuka (Muttafaq alaihi) Disunnahkan ketika berbuka untuk berdoa:


Ya Allah karena engkau aku berpuasa dan atas rizkimu akau berbuka
2. Mengakhirkan sahur sampai di akhir malam dan sebelum

fajar meskipun hanya seteguk air


3. Memperbanyak kedermawanan, silaturrahim, membaca al

Quran dan Itikaf di Masjid terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, memberiikan buka kepada orang-orang yang berpuasa, apabila ada orang bodoh yang

mencacinya hendaknya dia mengatakan: aku sedang puasa.


4. Memastikan

untuk

menjaga

lisannya

dari

ghibah,

namimah dan perkataan-perkatan yang jelek dan lainnya berupa perkara-perkara yang diharamkan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


Betapa banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar HR Ibnu Majah Sebagian dosa besar itu dapat menghilangkan pahala puasa pada hari tersebut. Orang yang tidak menjauhi namimah dan mencaci orang lain dengan tanpa hak, bersaksi bohong maka hal itu akan dapat menghilangkan pahala puasanya. Faidah Penting: Penjelasan Riddah Membatalkan puasa An Nawawi (676 H) dalam kitab al Majmu kitab as Shiyam juz 6 hal.47 mengatakan: Apabila haid ditengah hari atau murtad maka batal puasa keduanya dengan tanpa khilaf dan wajib bagi keduanya untuk mengqadhanya As Suyuthi (911H) dalam syarah at Tanbih kitab as Shiyan juz 1 hal. 270 mengatakan: "apabila seseorang murtad sedangkan dia dalam keadaan puasa maka batal puasanya dengan tanpa ada khilaf

Riddah Dan Pembagiannya Kufur ada dua macam; kufur unsur Allah syirik) dengan dan kufur syirik (kufur yang mengandung syirk (kufur yang tidak ghairu

mengandung unsur syirik). Kufur syirik seperti menyekutukan makhluk-Nya, menyamakan Allah dengan makhluk-Nya dan lain-lain. Kufur ghairu syirk seperti mencaci maki Allah, melempar mushaf kedalam sampah dan lain-lain. Baik kufur syirik atau kufur ghairu syirk adalah perbuatan dosa yang paling besar yang apabila seseorang mati dalam keadaan tersebut, maka tidak diampuni oleh Allah. Allah taala berfirman:


Maknanya: Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selainnya bagi orang yang dikehendaki-Nya. Dari sisi lain kufur juga terdiri dari dua macam, kufur ashli dan kufur riddah. Riddah adalah memutuskan Islam. Para ulama dari kalangan empat madzhab membagi kufur menjadi tiga macam:
1. Kufur I'tiqadi, seperti orang yang meyakini bahwa Allah

berada di arah atas atau arah-arah lainnya, bersemayam atau duduk di atas 'arsy, atau meyakini Allah seperti cahaya atau semacamnya.

Di antara dalil adanya kufur itiqadi ini adalah firman Allah:

...
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orangorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu" (Q.S. al Hujurat: [49] 15)
2. Kufur Fi'li, seperti sujud kepada berhala, melempar

mushhaf atau lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat al Qur'an atau nama-nama yang diagungkan ke tempat sampah atau menginjaknya dengan sengaja dan lain-lain. Di antara dalil adanya kufur fili ini adalah firman Allah:


"Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan" (Q.S. Fushshilat: [41] 37)
3. Kufur Qauli, seperti mencaci Allah, mencaci maki nabi,

malaikat atau Islam, meremehkan janji dan ancaman Allah, menentang-Nya, mengharamkan perkara-perkara yang jelasjelas halal, menghalalkan perkara-perkara yang jelas-jelas haram dan lain-lain. Di antara dalil adanya kufur fili ini adalah firman Allah:

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka katakan) tentulah mereka akan menjawab sesungguhnya kami hanyalah bersendagurau dan bermainmain saja. Katakanlah apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu berolok-olok ?, tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman " (Q.S. atTubah [9] 65-66)


"Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka telah mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan Kaedah: 1. Setiap keyakinan, perbuatan atau perkataan Allah, yang mengandung pelecehan terhadap Rasul-Nya, kufur dan menjadi kafir sesudah mereka sebelumnya muslim " (Q.S. at-Taubah: 74)

malaikat-Nya, syi'ar agama-Nya, hukum-hukum-Nya, janjijanji dan ancaman-Nya adalah kekufuran. Maka hendaklah seseorang menjauhi semua ini dengan segala upaya serta dalam keadaan apapun. 2. Barangsiapa yang jatuh pada salah satu macam kekufuran tersebut maka ia dihukumi kafir. Dan wajib baginya meninggalkan kekufuran tersebut dan segera

masuk

Islam Jika

dengan ia

mengucapkan membaca

dua

kalimah sebelum

Syahadat.

istighfar

mengucapkan syahadat maka istighfar tersebut tidak bermanfaat baginya. Ini adalah ijma' para ulama.
3. Para ulama Islam menyepakati (Ijma') bahwa orang yang

jatuh

dalam

kufur

yang

sharih

(tidak

mempunyai

kemungkinan arti lain selain kufur), tidak sedang sabq allisan (silap lidah) dan tidak dalam keadaan dipaksa dengan ancaman bunuh, maka ia dihukumi kafir, meski dia tidak mengetahui bahwa kata yang dia ucapkan menyebabkan kekufuran. Meskipun dia tidak berniat untuk keluar dari agama Islam. Meskipun hatinya tidak ridla terhadap kalimat kufur yang ia ucapkan. Meskipun hatinya tidak meyakini kalimat kufur yang ia ucapkan. Dan meski dia dalam keadaan marah atau bercanda. 4. Seorang muslim tidak boleh dikafirkan hanya karena berbuat dosa selama tidak menganggap bahwa perbuatan dosa tersebut adalah halal untuk dilakukan. Al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi menegaskan kaedah ini :


"Kita tidak mengkafirkan seorang muslim karena dosa yang diperbuatnya selama ia tidak menganggapnya halal (boleh dilakukan dan tidak haram)".

Lailatul Qadr
Dalil ketetapan adalanya lailatul qadr adalah firman Allah taala:


Maknanya: Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. Fadhilah Lailatul qadr 1. Malam turunnya al Quran Sesungguhnya Allah taala telah menurunkan al Quran sekaligus ke langit dunia di suatu tembat bernama bait al izzah. Dari sini kemudian malaikat Jibril menurunkannya kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berdasarkan perintah Allah taala, sedikit demi sedikit sehingga turunnya menjadi

sempurna pada Rasulullah dalam krun waktu 23 tahun. Turunnya al Quran ke langit dunia pada malam 24 Ramadhan dan malam itu adalam malam lailatul qadr pada tahun tersebut. Imam Ahmad meriwayatkan dari Watsilah bin al Asqa bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


Shuhuf Ibrahim diturunkan pada awal bulan Ramdhan dan taurat diturunkan pada 6 Ramadhan dan Injil diturunkan pada 13 Ramadhan dan al Furqan diturunkan pada 24 Ramadhan
2. Para malaikat turun ke bumi dari tenggelamnya matahari

hingga

terbitnya

fajar.

Rasulullah

shallallahu

alaihi

wasallam bersabda:


Bila tiba lailatul qadr Jibril turun dalam jamaah malaikat mereka mendoakan dan memberi salam kepada setiap orang yang berdiri ataupun duduk dalam keadaan berdzikir kepda Allah (mengingat dan menyebut namanya) (HR as Suyuthi dalam al Jami al kabir)

3. Pada malam itu Allah memberiitahukan secara detail

kepada para malaikat peristiwa-peristiwa yang akan terjadi selama satu tahun ke depan hingga datangnya lailatul qadr pada tahun berikutnya, baik masalh lahir,mati, sehat, sakit, kaya, miskin dan sebagainya yang kesemuanya sudah diitentukan dan di taqdirkan oleh Allah taala, tanpa bisa berubah. Penjelsan ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas ketika menjelsakan firman Allah taala:


Pada malam itu dijelelaskan segala urusan yang telah ditentukan dengan pasti (Q.S ad Dukhan:4)
4. Ampunan bagi mereka yang melakukan shalat pada

malam itu. Rasulullah bersabda:


Barang siapa melakukan shalat pada malam lailatul qadr atas dasar iman dan mengharap pahala Allah diampuni dari dasa yang telah ia lakukan Kapan terjadi lailatul qadr? Lailatul Qadr terjadi pada suatu malam dari malam-malam yang ada pada bulan Ramadhan, akan tetapi pada umumnya terjadi pada 10 terakhir dari bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: maka ia


Carilah lailatul qadr pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan (HR al Bukhari) Hikmah dari dirahasiakannya waktu turunnya lailatul qadr adalah untuk memastikan kesungguhan manusia pada seluruh malam di bulan Ramadhan untuk selalu berharap memperoleh malam tersebut. Sebagaimana Allah merahasiakan waktu mustajab yang ada pada hari jumat. Ibadah pada lailatul qadr lebih utama dari seribu bulan yang tidak ada di dalamnya lailatul qadr yaitu 83 tahun 3 bulan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mendorong umatnya untuk menghidupkan lailatul qadr beliau bersabda:


Barang siapa yang shalat lailatul qadar karena iman dan mencari pahala maka diampuni dosanya yang telah lalu (Muttafaq alaihi) Di antara tanda melihat lailatul qadr adalah sebagai berikut:
1. melihat cahaya yang diciptakan oleh Allah bukan cahaya

matahari, bulan dan listrik 2. melihat pohon-pohon yang sedang bersujud


3. matahari terbit pada pagi harinya dengan cahaya yang

lembut

4. mendengar suara malaikat dan berjabat tangan dengan

mereka, melihat mereka dalam bentuknya yang asli yang memiliki sayap 2, 3 dan 4. Apabila mereka berganti bentuk maka mereka berubah dalam bentuk laki-laki tanpa alat kelamin tidak dengan bentuk perempuan. Para malaikat adalah jisim yang tercipta dari cahaya , mereka tidak makan dan juga tidak minum, tidak tidur tidak menikah bukan laki-laki dan bukan perempuan, mereka tidak pernah bermaksiat terhadap perintah Allah dan selalu menjalankan semua yang diperintahkan. Barang siapa yang melihat salah satu dari tanda-tanda lailatul qadr dalam keadaaan sadar maka benar-benar dia telah mendapatkan melihat lailatul qadr, dan barang siapa yang melihat tanda-tanda tersebut dalam keadaan tidur maka hal itu menunjukkan kebaikan akan tetapi lebih sedikit kebaikannaya dari pada melihatnya dalam keadaan sadar. Barang siap yang tidak melihat tanda-tanda tersebut dalam keadaan jaga juga tidak dalam keadaan tidur namun dia bersungguh-sungguh pada malam itu dalam menjalankan shalat dan ketaatan dan berketepatan malam itu adalah lailatul qadr maka dia akan mendapatkan keagungan barakah lailatul qadr.

Aisyah telah bertanya kepada Nabi tentang doa yang hendaknya menjawab: di baca ketika melihat lailatul qadr, beliau

" "
Katakanlah: Ya Allah sesungguhnya engkau dzat yang maha pengampun yang menciptai untuk memberi ampun maka ampunilah aku (HR at Tirmidzi)

Itikaf
Itikaf adalah beridam diri di Masjid dengan nait bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Para ulama menyepakati (ijma) bahwa Itikaf adalah sesuatu yang masyru (disyariatkan). Itikaf terbagi menjadi dua:
1. Itikaf sunnah yaitu yang dilakukan

oleh seseorang

sebagai tathawwu (amalan sunnah) untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan pahala dari-Nya
2. Itikaf wajib yaitu Itikaf yang diwajibkan oleh seseorang

atas

dirinya

sendiri

dengan

bernadzar

untuk

melakukannya,misalnya muthlaq) beritikaf atau (nadzar

dengan

mengatakan: jika Jika Allah

saya

bernadzar untuk beritikaf sekian hari karena Allah(nadzar mengatakan: muallaq). memberi telah kesembuhan kepadaku atau kepada anakku saya akan seseorang bernadzar untuk beritikaf sehari atau lebih maka wajib baginya untuk melaksanakannya sesuai dengan yang ia nadzarkan. bersabda: Rasulullah shallalahahu alaihi wasallam


Barang siapa yang bernadzar untuk mentaati Allah maka haruslan ia mentaati-Nya dan barang siap yang bernadzar untuk bermaksiat kepadaNya maka janganlah ia bermaksiat kepda-Nya (HR al Bukhari) Itikaf adalah ibadah sunnah yang tidak memiliki waktu tertentu. Itikaf ini terlaksana dengan berdiam diri di Masjid dengan niat beritikaf kapanpun dan untuk waktu yang pendek atau lama. Di antara dalil di syariatkannya Itikaf adalah firman Allah taala:


janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. (Q.S al Baqarah 187)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga dalam banyak haditsnya menganjurkan untuk beritikaf. Beliau sendiri juga sering beritikaf. Di setiap bulan Ramadhan Rasulullah beritikaf di sepuluh hari terakhir. Ibnu Umar menyatakan:


"Rasulullah memperbanyak Itikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari dan Muslim)" Dan pada bulan Ramadhan di tahun wafatnya Rasulullah beritikaf dua puluh hari. Itikaf sangat disunnahkan untuk dilakukan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Rukun-Rukun Itikaf
1. Niat beritikaf untuk bertaqarrub kepada Allag 2. Dilakukan

di

Masjid,

masjid

adalah

tempat

yang

diwakafkan untuk shalat, jadi selama tempat tersebut adalah masjid maka sah melakukan Itikaf di dalamnya, meskipun bukan masjid jami (masjid yang di wakafkan untuk shalat dan meksanakan jamaah shalat lima waktu dan jamaah shalat jumat). Syarat-Syarat Itikaf 1. Beragama Islam
2. Tamyiz, yaitu ketika anak sudah mampu memahami

pertanyaan (yangs ederhana seperti berapa kali kita

shalat dalam sehari semalam) dan memberi jawaban dengan tepat 3. Berakal 4. Suci dari hadats besar, haidh dan nifas Hal-hal yang membatalakan Itikaf
1. Keluar masjid tanpa udzur (udzur adalah seprti buang air

atau rubahnya masjid tersebut)


2. Murtad dengan terjatuh dalam saah satu di antara tiga

macam kekufuran (kufur keyakinan, kufur perkataan dan kufur perbuatan) 3. Mabuk 4. Gila 5. Haidh dan nifas 6. Bersetubuh Adab Itikaf Termasuk adab (tata cara) Itikaf; meyibukkan diri dengan perbuatan-perbuatan taat seperti membaca al Quran, hadits, berdzikir, belajar ilmu agama, melakukan shalat, menjauhi hal yang tidak diperlukan dan tidak bermanfaat, tidak berbicara kecuali tentang kebaikan saja. Disunnahkan seseorang yang beritikaf berpuasa dan melakukan Itikaf di masjid jami. Dan sangat disunnahkan untuk beritikaf di masjid al haram, masjid nabawi dan masjid al Aqsha.

Diantara hal yang dimaksruhkan ketika beritikaf adalah meakukan al hijamah wal fashad (berbekam). Jika tidak ditakutkan akan mengotori masjid. Jika mengotori masjid hokum berbekam menjadi haram.

Zakat Fitrah
Zakat adalah salah satu dari lima hal yang merupakan adzam umur al islam (lima perkara yang paling agung dalam Islam) yang disebut dalam hadits Jibril ketika beliau mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam- dengan tujuan memberiikan pelajaran kepada para sahabat mengenai iman, Islam dan ihsan. Karena itu eksistensi zakat tidak dapat dipisahkan dari bangunan ajaran Islam. Ia adalah hak dalam harta seseorang untuk mereka yang berhak menerimanya (mustahiqqun) atau ia adalah sesuatu yang diwajibkan atas setiap jiwa muslim dengan tertentu. Yang pertama dikenal dengan istilah zakat mal (zakat harta) dan yang kedua adalah zakat al fithr. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oelh al Baihaqi dengan sanad yang para perowinya tsiqah (terpercaya) bahwa puasa menggantung antara langit dan bumi selagi belum dibayar zakat fitrah. Ini tidak berarti bahwa apabila tidak dibayar zakat fitrah maka puasa kita sama sekali tidak diterima melainkan yang dimaksud adalah puasa tersebut mendapat pahala dengan derajat yang tinggo (pahala yang sempurna). Untuk lebih jelasnya pembahasan mengenai zakat fitrah ini, marilah dengan ssama kita simak uraian berikut. Allah taala berfirman:

Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat (QS al Baqarah: 43) Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim, baik untuk dirinya sendiri atau untuk orang yang wajib ia beri nafkah (ia tanggung biaya hidunya), seperti orang tuanya yang fakir, istri dan anaknya yang belum baligh. Zakat fitrah ini wajib dikeluarkan jika ia mempunyai harta lebih dari kebutuhan sandang, papan, makanan pokonya dan makanan pokok orang-orang yang wajib ia nafkahi pada hari raya dan malam hari yraya dan juga ada kelebihan untuk membayar hutangnya. Ukuran makanan pokok yang wajib dikeluarkan zakat fitrah nya adalah satu Sha atau 4 Mud (sekitar +- 2.5 kg). dalam mengeluarkan zakat ini diwajibkan untuk niat ketika memisahkan kadar zakat yang akan ia keluarkan. Sebagi contoh, ketika ia memisahkan kadar zakat untuk dirinya dalam hati ia beriat: ini zakatku. Adapun jika ia ingin mengeluarkan zakat fitrah anaknya yang sudah baligh maka diharuskan untukminta izin terlebih dahulu dari si anak tersebut, jika tidak demikian, maka zakat itu tidak sah karena anak yang sudah baligh secara hukum fikih nafkah (biaya hidupnya) buka lagi menjadi kewajiban orang tuanya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat kebanyakan orang cenderung mengabaikannya. Zakat fitrah ini wajib bagi orang yang mendapati bagian dari bulan Ramadhan dan Syawal. Oleh

karena itu bayi yang lahir setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan (tidak dapat mendapati bagian dari bula Ramadhan) atau lahir pada bulan Ramadhan dan mati sbelum terbenamnya matahari pada hari terakhir pada bulan Ramadhan tidaklah dikeluarkan zakatnya. Waktu mengelurkan zakat ini dimulai dari awal Ramadhan hingga terbenamnya matahari pada hari raya. Jika dikelurkan setelah matahari terbenam pada hari raya tanpa ada udzur maka hukumnya haram. Adapun yang paling utama adalah dikelukan pada pagi hari raya sebelum shalat Id (hukumnya sunnah). Dan apabila dikeluarkan etelah shalat maka hukumnya adalah makruh. Orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah Orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah adalah orang-orang yang juga berhak menerima zakat-zakat yang lain, mereka telah disebut oleh Allah dalam firmannya:


Maknanya: sesungguhnya zakat-zakat itu hanya untuk orangorang:
1. Fakir; orang yang tidak bekerja atau bekerja tetapi

hasilnya tidak mencapai separuh dari kebutuhannya

seperti orang yang sehari membutuhkan Rp. 10.000 akan tetapi ia hanya dapat menghasilkan Rp. 4.000.
2. Miskin;

orang

yang

hanya

bisa

memenuhi yang dalam

separuh sehari

kebutuhannya.

Seperti

orang

membutuhkan 10.000 tetapi dia hanya bisa memenuhi Rp. 8.000 atau Rp. 7.000
3. Amil; orang yang ditunjuk khalifah atau sulthan dengan

tanpa diberi gaji dari baitul mal (kas Negara) untuk mengambil (menerima) dan membagikan zakat. Dikarenakan tidak adanya khalifah di masa ini maka amilpun menjadi tidak ada. Adapun panitia yang bisaanya dibentuk di setiap kampung mereka bukanlah amil yang menurut syara yang berhak mendapatkan zakat. Namun jika mereka tergolong fakir atau miskin atau termasuk orang-orang yang berhak menerima zakat (selain amil), mereka boleh menerima bagian zakat atas nama golongan-golongan tersebut. Jadi status mereka hanyalah wakil dari orang-orang yang mengeluarkan zakat (untuk menyalurkannya menerimanya)
4. Al muallafatu qulubuhum; seperti orang yang baru masuk

ke

tangan

mereka

yang

berhak

islam dan niatnya masih lemah, mereka diberi bagian zakat supaya niat masuk islamnya menjadi kuat. Atau mereka adalah orang-orang yang terpandang di antara

kaumnya, dengan diberikannya zakat kepada mereka diharapkan orang-orang semacam mereka yang masih kafir tertarik untuk masuk Islam.
5. Riqab;

budak mukatab yakni hamba sahanya yang perjanjian uang dengan tuannya jika dia bisa ia dengan jumlah tertentu maka

memiliki membayar

merdeka. Keberadaan budak saat ini sangat jarang dijumpai kecuali dibeberapa tempat seperti di Mauritania (kebanyakan para budak di sana sudah tidak lagi diperjual belikan layaknya budak-budak zaman dahulu)
6. Gharim; orang yang berhutang bukan untuk digunakan

dalam kemaksiatan dan tidak mampu melunasinya pada waktunya (sudah jatuh tempo).
7. Fi sabilillah; akan diuraikan dengan detail insya Allah 8. Ibnu Sabil; musafir yang kehabisan bekal untuk bisa

sampai ke tujuannya Fi sabilillah, sipakan mereka? Secara umum, sabilillah dapat diartikan dengan segala amal kebajikan yang bertujuan untuk menghidupkan ruh Islam. Akan tetapi dalam hal zakat, para ulama mendefinisikannya hanya dalam satu pengertian, yaitu orang yang berperang di medan pertempuran melawan orang-orang kafir tanpa

mendapatkan gaji sepeserpun dari khalifah atau penguasa (pejuang suka relawan). Adapun penafsiran sebagian orang bahwa pembangunan rumah sakit, masjid atau madrasah dan aktivitas lain yang baik seperti mengajar adalah masuk ke kategori sabilillah yang berhak menerima (mengambil) bagian dari zakat, maka hal ini tidak dapat dibenarkan dengan berbagai alasan sebagai berikut:
1. Tidak satupun di antara ulama salaf, imam mujtahid atau

yang setingkat dengan mereka mengatakan bahawa sabilillah dalam hal zakat adalah mencangkup semua amal kebaikan 2. Pendapat tersebut muncul dari orang-orang yang belum memenuhi syarat-syarat ijtihad
3. Pendapat tersebut menyalahi perkataan imam malik:

jalan menuju Allah sangatlah banyak, tetapi aku tidak menjumpai ikhtilaf (perbedaan pendapat diantara para ulama) bahwa yang diaksud sabilillah di sini (dalam hal zakat) adalah berkaitan dengan peperangan (Ibnu al Arabiy al Maliki, Ahkam al Quran)
4. Adanya ijma (konsensus para pakar tafsir) bahwa yang

dimaksud sabilillah dalam ayat tersebut para pejuang sukarelawan. Hal ini dapat ditelaah dalam kitab-kitab tafsir mutabar seperti al Bahr al Muhith atau an Nahr al Mad karya Abu Hayyan, at Tafsir al Kabir karya ar Raziy,

az Zad al masiir karya al Hafidz Ibnu al Jauzi, tafsir al Baidhawi, tafsir al Qurthubi, tafsir Ibnu Athiyyah dan masih banyak lagi.
5. Pendefinisian

fisabilillah

dengan

para

pejuang

sukarelawan merupakan ijma para ulama yang telah dinyatakan para fuqaha (ulama fikih) mereka antara lain: imam SyafiI dalam al Um juz VI hal. 62, imam Malik dalam al Muwatha hal 179, Muhammad Ibnu al Hasan dalam al Mudawwanah juz II, hal. 59, Ibnu Hubairah al Hanbali dalam al Ifshah hal. 108, Ibnu Qudamah dalam al Mughniy, Ibnu al Mundzir dalam al Irsyaf dan lain-lain. Hanya saja imam Ahmad ibnu Hanbal menambahkan bahwa termasuk juga fisabilillah dalam hal ini adalah haji. Cukup sebagia dalil bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada selain ashnaf (golongan) yang delapan sesuai penjelasan para ulama bahwa ayat 60 dari surat at Taubah tersebut menggunakan lafdz innama (termasuk lafadz yang berfungsi hashr, yaitu terbatas pada sesuatu yang disebutkan setelahnya) yang berarti, zakat hanya sah jika diberikan kepada 8 golongan tersebut. Dan seandainya zakat itu diperuntukkan bagi semua aml kebaikan maka tidak ada artinya al hashr (pembatasan) dengan lafdz tersebut. Juga sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika beliau berbicara tentang zakat:


Sesungguhnya zakat tidak halal bagi orang kaya dan orang yang mempunyai pekerjaan yang mencukupinya HR Abu dDawud dan al Baihaqi) Jika zakat dibayarkan untuk membangun rumah sakit, masjid atau madrasah kemudian tempat-tempat itu dimanfaatkan oleh semua orang baik kaya maupun miskin, maka hal ini jelas bertentangan dengan hadits tersebut. Kutipan al Fakhr ar Razi dari al Qaffal as Syasyi bahwa sebagian fuqaha mengatakan, sabilullah mencakup semua jalan kebaikan, adalah kutipan dari orang yang majhul (tidak dikenal) dan merupakan pendapat rusak (menyimpang dari kebenaran) dari al Majahil (orang-orang yang tidak dikenal) dan ini menyalahi ijma yang telah dinyatakan oleh para ulama seperti imam Malik, karenanya pendapat ini tidak bisa diterima sebab menyalahi ijma (Muhammad Zahid al Kautsari, Maqalat al Kautsari, hal.222). Jika ada sebagian orang yang menukil dari imam Ahmad bahwa ia mengatakan, zakat boleh diberika untuk semua amal kebaikan, perlu diketahui bahwa Ia telah menyalahi nash-nash fuqaha Hanabilah (ahli fikih dari madzhab fikih dari madzhab Hanbali) seperti yang telah dikemukakan oleh Ibnu Hubairah al Hanbali dalam al Ifshah, Ibnu Qudamah al Hanbali dalmal

Mughni dan juga ulama-ulama Mujtahid atau yang dibawah derajat mereka dari luar kalangan fuqaha hanabilah. Karena semua inilah maka para ulama seperti sulthan al ulama al Iz Ibn Abdissalam berfatwa: Meskipun penguasa waktu itu sangat memerlukan biaya untuk berperang melawan pasukan Tartar, bahwa ia tidak boleh mengambil bagian zakat untuk diberikan kepada tentara muslim yang telah mendapat gaji dari uang kas Negara, beliau tidak mengatakan kepada penguasa waktu itu, gunakanlah harata zakat untuk setiap yang dinamakan jihad sebagaimana yang diceritakan oleh at Tajuddin as Subdki dalam Thabaqat as Syafiiyyah dan Ibnu Katsir dalam al Bidah wa an Nihayah. Bahwa yang dimaksud fisabilillah hanyalah para pejuang sukarelawan, hal ini juga ditegaskan oleh mantan mufthi mesir yang terkenal, Syekh Muhammad al Bahith al Muthiiy dan syekh Muhammad az Zahid al Kautsasri yang merupakan wakil Sayaikh al Islam dalam khilafah al Usmaniyah. Faidah Bagi hidupnya seorang dalah muslim mencari hendaknya ridha Allah menjadikan semata tujuan dengan

melaksanakan kewajiban-kewajiban sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan menjauhi semua larangannya. Dan hendaknya ia senantiasa mengingat bahwa akan menghisab segenap perbuaatannya. Rasulullah bersabda:

_ _-
Tidaklah seorang hamba berpindah dari satu mauqif ke mauqif yang lain pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang 4 perkara, diantaranya tentang hartanya, dari mana ia mendapatkannya dan untuk apa ia menafkahkannya (HR at Tirmidzi). Karenanya hendanya seorang muslim berusaha sebaikbaiknya sehingga ia yakin bahwa zakatnya telah sampai ke tangan orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Oleh karena itu para ulama di antaranya Imam Ahmad mengatakan: disunnahkan bagi seseorang untuk menyalurkan zakatnya kepada mustahiq dengan tangannya sendiri. Bahkan at Tsauri menyatakan: sumpahlah mereka (penguasa) dan jangan percayai mereka, dan jangan beri mereka apapun jika mereka tidak menempatkannya sesuai dengan tempat yang semestinya (as Syarh al Kabir fi al Fiqhi al Hanbali juz 2, hal.673) Bagi mereka yang tidak menempatkan zakat sesuai dengan tempatnya atau mengambil bagian zakat yang bukan merupakan haknya, hendaklah ingat sabda Rasulullah:

sesungguhnya orang-orang yang membelanjakan harta Allah (harta al bayt al mal) tanpa ada hak, maka mereka berhak mendapatkan siksa di hari kiamat. HR al Bukhari

Shalat Idul Fithri Shalat Idul fithri hukumnya sunnah muakkadah berjumlah 2 rekaat. Shalat idul fithri sah dilakukan dengan berjamaah dan juga dengan sendirian, waktu pelaksanaannya adalah di antara terbitnya matahari sampai matahari tergelincir dari tengah langit kea rah barat, yang paling utama shalat Id diakhirkan sampai matahari menjadi tinggi seukuran tombak berdasarkan penglihatan mata yaitu sekitar 3 jam setelah terbit matahari. Orang tidak dapat melaksanakannya pada waktu itu maka dia boleh untuk mengqadhanya. Dan sunnah shalat id itu dikerjakan dengan berjamaah, panggilan jamaahnya adalah as shalatu jaamiah tanpa adzan dan iqamah. Orang yang shalat hendaknya menjauhi semua yang membatalkan shalat, menjalankan rukun-rukun shalat, memenuhi syarat-syarat sah dan syarat diterimanya shalat. Shalat id berjumlah dua rekaat dengan niat shalat idul fithri bersamaan dengan takbiratul ihram. Setelah takbiratul ihram kemudian membaca doa iftitah kemudian membaca 7 kali takbir, di antara setiap dua takbir membaca:


Selanjutnya membaca taawudz dan membaca surat al Fatihah. Pada rekaat kedua membaca takbir 5 kali sebelum membaca surat al Fatihah dan mengangkat tangan dalam seluruh takbir

tersebut

seperti

takbir

dalam

shalat

yang

lain.

Apabila

seseorang lupa membaca takbir dan sudah memulai bacaaan surat al fatihah maka dia telah kehilangan kesunnahan tersebut dan tidak perlu dia kembali pada takbir. Apabila seseorang meninggalkan membaca takbir-takbir tersebut maka tidak mengapa dan shalatnya tetap sah. Setelah membaca surat al Fatihah pada rekaat pertama disunnahkan membaca surat Qaf dan pada rekaat kedua membaca iqtarabatisssaah dengan sempurana dengan suara keras. Dan sunnah pula pada rekaat kedua membaca sabbihismarabiiikal ala dan pada rekaat kedua membaca hal ataaka haditsul ghasyiyah. Setelah shalat id disunnahkan membaca dua khutbah, rukunnya sama dengan rukun khuthbah jumat, yaitu membaca hamdalah, shalawat nabi, berwasiat taqwa pada keduanya, membaca ayat al Quran yang memahamkan pada salah satu dari dua khuthbah, berdoa untuk orang-orang mukmin pada khuthbah kedua. Hendaknya dalam khuthbah tersebut diajarkan hukum-hukum yang terkait dengan zakat fitrah. Khutbah pertama dibuka dengan 9 takbir, dan khuthbah kedua dibuka dengan 7 kali takbir secara berturut-turut. Namun apabila khathib tidak membaca takbir khutbahnya tetap sah. Disunnahkan mandi sejak tengah malam, yang paling baik dilakukan setelah subuh. Disunnahkan untuk memakai wewangian dan berhias diri dengan pakaian yang terbaik,

menghilangkan kuku dan bau yang busuk sebagaimana dalam shalat jumah. Disunnahkan untuk pergi dan pulang dari tempat shalat id pada jalan yang berbeda. Disunnahkan berangkat pagi-pagi ke tempat shalat kecuali imam dan khathib hadir ketika hendak melaksanakan sahlat idul fithri shalat idul fithri disunnahkan untuk makan yang Sebelum

kurma dengan

hitungan ganjil atau sesuatu yang lain. Disunnahkan berangkat ke tempat shalat id dengan berjalan kaki dengan tenang, namun juga boleh mengendarai kendaraan. Pendapat yang unggul, dipersilahkan untuk memilih antara berangkat dengan jalan kaki atau naik kendaraan. Disunnahkan takbir bagi semua orang baik yang berada di rumah maupun dalam bepergian, laki-laki dan perempuan di rumah, di jalan-jalan, di masjid-masjid, di pasar-pasar, setelah shalat sampai dengan imam membaca takbiratul ihram pada shalat id. Pada hari raya dianjurkan juga untuk umat Islam untuk saling mengucapkan selamat hari raya dengan membaca:


semoga Allah menerima amal kabaikan kita dan amal kebaikan kamu Redaksi Takbir Hari Raya

You might also like