You are on page 1of 15

Makalah Tafsir

KONSEP AL-QURAN TENTANG ALAM SEMESTA


Dosen Pengampu: Drs. Arif Junaidi M.Ag.

Oleh: Muhammad Saddam Naghfir ( 082111087)

PRODI KONSENTRASI ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

BAB I KATA PENGANTAR Alhamdulillah, akhirnya kami telah dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah pada mata kuliah Tafsir yang diampu oleh Bpk. Arif Junaidi dengan judul Konsep Alam Semesta dalam Al-Quran .Tak lupa kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita semua nikmat iman dan islam. Shalawat dan salam tak lupa pula kami hanturkan kepada Nabi Muhammad Saw.yang telah membawa umat manusia ke zaman yang sangat canggih terlepas dari zaman kejahiliyahan. Serta keluarga dan para sahabat yang ikut memperjuangkan Islam, semoga Allah Swt meridhoi mereka. Karena berkat perjuangan dan kegigihan mereka lah sehingga islam mampu mengembangkan sayapnya hingga ke Indonesia ini. Kami menyadari selaku manusia biasa, bahwa di dalam makalah kami pasti ada kekurangan karena ibarat kata pepatah Tak ada gading yang tak retak. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari Bapak Dosen Pengampu beserta segenap pembaca untuk perbaikan atau pembaharuan tulisan ini. Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Robbi Zidni Ilman war Zuqni Fahma

Semarang, 28 Juni 2010 Pemakalah

BAB I PENDAHULUAN Dalam Al Quran, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta sifat-sifatNya. Dalam Al Quran, segala sesuatu yang memberikan kesaksian ini disebut "tanda-tanda", yang berarti "bukti yang teruji kebenarannya, pengetahuan mutlak, dan pernyataan kebenaran." Jadi, tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Orang-orang yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagat raya tersusun hanya dari tanda-tanda kebesaran Allah. Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan demikian, orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan makna keberadaan dan hidupnya, dan menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Al-Quran Tentang Alam

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Q.S. Ali Imron : 190) Kutipan Ayat di atas secara eksplisit memerintahkan kepada umat manusia untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaranNya yang tersebar di penjuru langit dan bumi, di waktu siang dan malam. Istilah alam di dalam Al-Quran disebutkan beberapa kali dalam bentuk jama alamin, hal ini menunjukkan bahwa alam ini ada banyak macamnya, ada alam manusia, alam jin, alam barzah dll. Selanjutnya Al-Quran menyebutkan rincian alam, dalam firmanNya:

Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari,

bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. Al Arof : 54) Dalam ayat di atas Allah Swt menjelaskan tentang susunan alam semesta, bahwa alam semsta adalah tersusun dari banyak langit dan satu bumi yang dihuni oleh manusia. Kata as Samawati ini menunjukkan jama yang artinya boleh banyak atau mungkin tidak terbatas. Sejauh pengetahuan manusia zaman sekarang, para ahli astronomi masih belum bisa menemukan batas/ tepi dari alam semesta ini, walaupun dengan peralatan teleskop yang begitu canggih sekalipun.

Artinya: Dia lah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S. Al Mulk : 3) Pemahaman manusia tentang ayat di atas sangat beragam, pada mulanya manusia menganggap bahwa langit yang tujuh itu adalah tingkatan langit yang berlapis lapis ke atas, di mulai dari atmosfir bumi hingga semakin ke atas. Dan dipercaya bahwa yang paling atas adalah arsy Allah. Pendapat ini goyah ketika para astronomer melakukan ekspedisi ke luar angkasa dan di sana tidak ada batasan langit seperti pemahaman mereka. Kemudian muncul pemahaman baru lagi, bahwa 7 lapisan itu adalah tujuh lapisan di bumi, dimulai lapisan inti bumi hingga kerak bumi, adapula yang menagatakan itu adalah tujuh lapisan atmosfir dimulai dari atmosfir ternadah di permukaan bumi hingga atmosfir terluar dari bumi. Dalam bukunya Terpesona Di Sidratul Muntaha Agus Mustofa menjelaskan bahwa maksud dari tujuh langit di atas adalah tujuh tingkatan alam, di mana alam manusia menduduki peringkat alam pertama, yang memiliki 3 dimensi, kemudian disusul oleh langit kedua, yaitu langit Makhluk Halus sebangsa malaikat, jin dan syaitan yang berdimensi 4, langit ketiga hingga langit kelima adalah langit yang dihuni oleh para arwah sesuai dengan amalannya masing-masing ketika hidup di dunia, bila amalannya jelek maka dia akan berada di alam ketiga, dan bila amalannya sangat baik setingkat Nabi maka akan mendapatkan tempat di langit / alam kelima. Langit ke enam dihuni oleh bangsa malaikat, selaku para pengawas dan pencatat amal kebaikan manusia dan mengatur hal-hal lainnya. Adapun alam yang ketujuh adalah alam tertinggi, yaitu sidratul muntaha. Tidak ada seorang pun, bahkan malaikat pun yang mampu masuk ke dalamnya tanpa seizinNya. Dalam ayat lain disebutkan bahwasannya para penggoda manusia (jin dan syaitan) bisa melihat manusia dari suatu tempat yang tidak bisa terlihat oleh manusia. Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan tentang kualitas indra penglihatan manusia yang mampu melihat bendabenda berkualitas 3 dimensi itu ternyata tidak bisa melihat setan/ makhluk halus lainnya yang berbeda 1 dimensi lebih tinggi dari alam manusia. Bila digambakan adlah bahwa dunia manusia sebuah lingkaran kecil, dan di luar lingkaran kecil itu ada lingkaran yang lebih besar, yaitu dunia makhluk halus sejenis jin, setan dan malaikat. Di alam kedua ini yang berdimensi 4 makhluk makhluk alam ghaib bisa melihat manusia dan makhluk-makhluk lainnya di alam berdimensi 3, ibarat manusia yang hidup di alam berdimensi 3 melihat hal-hal yang berdimensi 2, seperti gambar yang hanya mempunyai panjang dan lebar, atau melihat hal berdimensi 1 seperti sebuah titik. Keadaan ini berkelanjutan hingga alam terakhir, yaitu alam ke tujuh, sidratul muntaha, sebagai lingkaran terbesar yang mencakup lingkaran-lingkaran kecil di dalamnya dan tidak mempunyai batasan tepi. Dalam hadits diceritakan bahwa setan sering mencuri-curi pengetahuan para malaikat dengan berusaha menaiki ke alam atasnya, namun usahanya gagal, karena memang dia bukanlah tipe makhluk ygy bisa keluar masuk alam malaikat. Di alam malaikat / alam berdimensi 7, mereka bisa melihat dan mengetahui seluruh kejadian yang ada di alam manusia dan alam jin dan alam arwah, sehingga sangat mudah untuk mengawasinya. Hal ini mungkin sedikit membingungkan tetapi banyak orang yang mulai mempercayainya meskipun banyak pula yang memperdebatkannya. B. Penciptaan Pertama

Artinya: Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman? Dalam teori bigbang disebutkan bahwasannya segala materi di alam semesta ini berasal dari satu materi dengan kepadatan tak terhingga hingga kemudian materi ini menjadi panas dan meledak memuntahkan seluruh isinya hiingga kemudian menjadi matahari, bintang-bintang dan planet-planet serta jutaan milyar benda-benda amngkasa lainnya.

Artinya: Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (Q.S. An-Naziat: 27-33) Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Quran atau kitab lainnya, sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbedabeda, mulai dari enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada beberapa ayat Al-Quran. Dari sejumlah ayat Al-Quran yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Naziat ayat 2733 di atas tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut: Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut big bang, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit. Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah. Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).

Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang

Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya

Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya

Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan Dalam ayat 28 di atas terdapat kata meninggikan bangunan dan menyempurnakan. Kata meninggikan bangunan dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).

Gambar 2) model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun. Sedangkan kata menyempurnakan, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut. Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi

Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari Surat An-Naziayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus. Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil. Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran

sangat besar (sekitar 1/3 ukuran Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu sendiri. Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen Pangaea di permukaan Bumi. Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya, Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.

Gambar 4) daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi

Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet

Gambar 5) ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk. Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air. Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut, yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat daripada Hidrogen pada umumnya. Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia

Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi Dalam ayat 32 di atas, disebutkan gunung-gunung dipancangkan dengan teguh. Artinya, gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi. Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu geologi. Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Demikianlah penafsiran enam masa penciptaan alam dalam Al-Quran, sejak kemunculan alam semesta hingga terciptanya manusia. Wallahu alam bisshowab.1

C. Potensi dan Manfaat Alam Semesta Bagi Manusia


1

http://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-dalam-enam-masa/

Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S. An Nahl: 11) Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang 4-5 meter dengan berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada. Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekedar menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah. Pengkajian ini menyimpulkan bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih jenius daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya, terdapat kecerdasan mengagumkan dalam apa yang dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber kecerdasan tersebut? Mungkinkah sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa? Tak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki satu jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut telah diprogram sejak awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi ini ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh berkembang karena Ilmu-Nya yang tak terbatas.

D. Karakter alam Semesta Sebagai rasa cinta kepada makhluknya dan untuk mempermudah setiap makhluk dalam menyembah Allah, maka Allah menciptakan kiblat bagi setiap ciptaannya di alam semesta untuk bersujud kepada Allah. Allah mejadikan Baitul Makmur yang dibangun di bawah Arsy sebagai kiblat untuk thawaf para malaikat. Allah juga menjadikan kabah sebagai kiblat untuk bertawaf di bumi. Sebenarnya bukan hanya manusia dan malaikat saja yang bertawaf dengan poros atau kiblat. Setiap benda memiliki kiblatnya sendiri dalam bersujud kepada Allah SWT. Hal ini dinyatakan dalam AlQuran sebagai berikut:

Artinya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.(QS. Al Israa: 44) Tdak hanya Ternyata setiap benda juga melakukan tawaf, dari benda-benda yang mikro sampai benda-benda yang makro: -elektron berputar mengelilingi inti (nucleus) atom. -Bulan berputar mengelilingi Bumi -Bumi berputar mengelilingi Matahari -Matahari berputar mengelilingi Pusat Galaksi -Dan menurut ahli astronomi sebenarnya galaksi juga melakukan gerakkan mengelilingi sesuatu yang para ahli belum mengetahui apa yang dikelilingi galaksi tersebut. Pastilah ada pusat semesta yang menjadi poros seluruh benda langit itu. Semua benda itu sebenarnya mengelilingi Arsy Allah. Arsy adalah singgasana Allah tempat Allah bersemayam. Jadi anda tidak perlu heran mengapa setiap benda itu bergerak mengelilingi sesuatu. Tidak perlu bingung kenapa planet, matahari, dan bintang serta galaksi-galaksi melakukan peredaran melingkari sesuatu. Hal tersebut merupakan sebagai tanda sujud pada Allah SWT. Maka kita sebagai manusia juga haruslah bersujud pada Allah SWT. Karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan

memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.

13. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Penundukan tersebut --secara potensial-- terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Al-Quran menjelaskan sebagian dari ciri tersebut, antara lain: (A) Segala Sesuatu Di Alam Raya Ini Memiliki Ciri Dan Hukum-Hukumnya.

Artinya: Allah mengetahui apa yang dikandung oleh Setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (QS. Al-Ra'd [13]: 8) Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga rumput yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya telah ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan Sabihisma ayat 2-3 (b) Semua yang berada di alam raya ini tunduk kepada-Nya: hukumhukumnya. Demikian antara lain dijelaskan oleh Al-Quran surat Ya Sin ayat 38 dan

Artinya: Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.(QS Al-Ra'd: 15).

(c) Benda-benda alam --apalagi yang tidak bernyawa-- tidak diberi kemampuan memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-Nya.

Artinya: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit yang ketika itu masih merupakan asap, lalu Dia (Allah) berkata kepada-Nya, "Datanglah (Tunduklah) kamu berdua (langit dan bumi) menurut perintah-Ku suka atau tidak suka!" Mereka berdua berkata, "Kami datang dengan suka hati" (QS Fushshilat: ll). Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri dan hukum-hukum yang berkaitan dengan alam raya, sebagamana diinformasikan oleh firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 31, Allah mengajarkan Adam nama-nama semuanya Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya. Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfatkan alam itu tentunya tak lepas dari hasil pikir manusia yang kemudian menjelma menjadi ilmu pengetahuan dan tekknologi yang sangat berkembang pesat hingga saat ini. BAB III PENUTUP Dalam Al-Quran disebutkan dan diceritakan secara jelas dan nyata tentang alam semesta, asal mula terjadinya alam semesta, bahkan proses-proses penciptaannya, kesemuanya itu telah diceritakan beratus-ratus tahun sebelum akhirnya para ilmuwan berhasil menemukannya, ini menunjukkan kebenaran dan mukjizat Al-Quran. Alam semesta yang kita lihat dan kita huni selalu bertasbih dan tunduk kepada hukum Alam (sunnatullah), mulai dari makhluk-makhluk mikro hingga makhluk-makhluk makro, semuanya bertasbih kepada Allah sepanjang waktu. Dan hal ini seharusnya menjadikan manusia semakin mendekatkan dirinya dan bertasbih kepada Dzat Pencipta alam beserta isinya ini.

Bahwa segala yang ada di alam ini, semuanya diperuntukan untuk kemakmuran umat manusia, Sang Pencipta mengetahui bahwasannya manusia mampu mengelola dan menggali potensi alam ini dengan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA
MT, Dyayadi. Alam Semesta Bertawaf (Keajaiban Sains Dalam Al-Quran). 2008. Yogyakarta: Lingkaran. Mustofa, Agus. Terpesona Di Sidratul Muntaha. 2006. Sidoarjo: PADMA Press. www.google.com www.wikipedia.com http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Iptek2.html http://www.harunyahya.com/indo/buku/menyingkap001.htm http://media.isnet.org/islam/Dialog/Semesta1.html http://www.artikelislami.com/2010/03/penciptaan-alam-semesta.html http://www.keajaibanalquran.com/astronomy_expansion_universe.html http://www.hidayatullah.com/berita/tafakur/12114-kelahiran-alam-semesta-dalam-al-quran

You might also like