You are on page 1of 11

PERKEMANGAN ILMU HADITS DI DALAM PERADABAN DAN PENDIDIKAN MODERN

Disusun Untuk Mememnuni Salah Satu Tugas Ulumul-Hadits.

Nama : Imron Rosyadi Jurusan : Tasawuf Psikoterapi NIM : 1211104005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUN 2011

KATA PENGANTAR

Bismillahirraahmaanirrahiym Puji serta syukur hanya milik Allah SWT Yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran terhadap Penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahcurahkan kepada Jungjunan alam yakni Nabi Besar Muhammad SAW, tak lupa kepada para Keluarga, Sahabat dan Pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Dalam menyajikan pembahasan, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari redaksi maupun segi pembahasan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun serta menjadikan pembuatan makalah berikutnya lebih baik lagi. Semoga pembuatan makalah ini membawa efek positif pada khazanah Tasawuf Psikoterapi yang telah penulis pelajari, dan semoga pembuatan makalah ini menjadi awal yang baik untuk penulis khususnya dan umumnya untuk kita semua supaya terus belajar dari kehidupan untuk lebih memahami segala yang berkaitan dengan Tasawuf Psikoterapi agar kita bisa terus mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih dan mohon maaf yang sedalam-dalamnya bila terdapat kesalahan dalam makalah ini.

Bandung, 20 Desember 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR ..................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................... i ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1.1.Latar Belakang .......................................................................................................... 1.2.Pembatasan Masalah ................................................................................................. 1.3.Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1.4.Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 1.5.Kegunaan Pembahasan ............................................................................................. BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

1 1 1 1 1 1 2

BISAKAH ILMU HADITS BERKEMBANG DI DALAM PERADABAN DAN PENDIDIKAN MODERN SEPERTI SEKARANG INI? A. B. C. D. E. F. Perkembangan Hadits di Dalam Pndidikan Modern.................................................. Ilmu Islam Dan Ilmu Barat ........................................................................................ Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Hadits ............................................................. Hal-Hal yang Menyebabkan Tidak Populernya Pembukuan Hadits ......................... Orientalis dan Ilmu Hadits ......................................................................................... Kajian Tentang Hadits ............................................................................................... 2 4 4 5 6 6 9 9 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 3.1. 3.2. Kesimpulan .................................................................................................... Saran...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG Memahami ajaran dalam agama Islam dilakukan tidak sebatas hanya membaca AlQuran dan terjemahannya. Sebab, Al-Quran memiliki bahasa yang tinggi dan ayat-ayatnya tidak selalu bisa dipahami hanya melalui terjemahan-Nya saja. Salah satu penjelas dari isi AlQuran ada sunah atau hadits yang berupa ucapan-ucapan Rasulullah Saw. yang diberi otoritas oleh Tuhan untuk menyampaikan setiap wahyu kepada umat manusia. Kedudukan hadits ini sangat penting bagi umat Islam, karena Hadits merupakan warisan Rasulullah yang sampai sekarang masih dipegang para umat-Nya yang senantiasa mengharapkan syafaat setelah dibangkitkan kembali nanti.Hadits dikumpulkan oleh sejumlah perawi memiliki peran penting dalam penyampaian ajaran Islam. I.2 PEMBATASAN MASALAH Dalam makalah ini saya mencoba menguraikan salah satu materi yang ada dalam mata kuliah Ulumul Hadits dengan judul bahasan Perkembngan dan Kedudukan Hadits Dalam Dunia Pendidikan. Dan dikarenakan luasnya materi tersebut maka saya membatasi masalah yang saya uraikan seputar tentang Hadits. I.3 RUMUSAN MASALAH Memperhatikan pembatasan masalah seperti yang telah diuraikan diatas perlu adanya pemahaman tentang kedudukan hadits itu sendiri yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Perkembangan Hadits Dalam Pendidikan Islam dan Modern. 2. Ilmu Islam dan Ilmu Barat 3. Tokoh-tokoh perkembangan Hadits I.4 TUJUAN PEMBAHASAN Tujuan dari diadakannya pembahasan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui secara terperinci kedudukan hadits dalam pembinaan hukum Islam. 2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi hadits khususnya terhadap Al Quran. 3. Untuk Mengetahui perkembangan dan kedudukan Hadits Dalam Dunia Pendidikan I.5 KEGUNAAN PEMBAHASAN Kegunaan dari pembahasan ini adalah : a. Bagi saya pembahasan ini merupakan wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. b. Dengan adanya pembahasan ini tentunya saya akan semakin memperkaya ilmu pengetahuan dalam mata kuliah Ulumul Hadits khususnya materi Kedudukan Hadits Dalam Pembinaan Hukum Islam.

BAB II PEMBAHASAN BISAKAH ILMU HADITS BERKEMBANG DI DALAM PERADABAN DAN PENDIDIKAN MODERN SEPERTI SEKARANG INI?
A. Perkembangan Hadits di Dalam Pndidikan Modern. Seperti telah kita lihat, di dalam judul di atas kita membaca kalimat Bisakah Hadits Berkembang Dalam Peradaban Dan Pendidikan Modern Seperti Sekaragng Jawabannya ada dua persepsi, bisa berkembang , dan bisa juga tidak, alasannya adalah: 1. Bukan mungkin ataupun Mustahil kalau Hadits bisa berkembang di zaman serba modern seperti ini. Kenapa tidak, walaupun sudah jarang ulama yang selalu memperdalam Hadits itu sendiri, salah satu cirinya adalah Kenapa Universitas mendirikan Universitas yang di dalamnya terdapat Jurusan yang memperdalam ilmu Hadits, walaupun tidak selengkap Ilmu Hadits yang sebenarnya. Di antaranya adalah Universitas Islam negeri Sunan Gunung Djati ini.

2. Ulumul-Hadits Susah Berkembang di Zaman Serba Modern Seperti Ini. Ilmu Pengetahuan seperti kimia, fisika, biologi, matematika dan ilmuj-ilmu lainnya sudah berkembang mengalahkan ilmu-ilmu agama, salah satunya adalah Ulum Al-Hadits. 1

Salah satu sebabnya adalah karena ilmu agama menyatakan Halal, Haram, Mubah, Makruh dan lain sebagainya itu tanpa sebab dan alasan yang jelas, salah satu alasan yang lebih jelas adalah sebagian ilmuan islam terlalu malas untuk mencari akar permasalahan yang di kaji dalam hadits itu sendiri, Mereka termasuk kita terlalu santai dan sombong dengan ilmu yang kita miliki, Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Hajar Al-Atsqalaniy, adalah sebagian, bahkan mungkin Albert Enstein, Steve Jobs, adalah sebagian kecil dari ilmuan-ilmuan yang telah ada sejak dulu mereka menguasai ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan, Imam Bikhari, Imam Muslim telah berhasil menyusun Kitab Shahih yang isinya adalah tentang Hadits-Hadits Shahih, Ibnu Hajar Al-Atsqalani, berhsil menyusun kitab Bulughul-maram, Albert Enstein, telah berhasil mengungkap sebagian ilmu tentang Alam, diantaranya Gaya Gravitasi, Stev Jobs, telah mendapatkan cara yang lebih modern dalam mempermudah teknologi, tetapi di dalam diri mereka tida ada rasa sombong, tetapi di dalam diri kita, baru menemukan sedikit

Imron Rosyadi

saja ilmu, sudah Takabbur, Jarang menunjukkan rendah diri, dan itu adalah sebagian kecil dari kesalahan yang tertananm dalam diri kita. Kembali kepada pembahasan awal, Sebagai contoh, agama islam mengharamkan daging babi, sedangkan di dalam Al-Qur`an maupun Al-Hadits tidak ada keterangan yang menerangkan penyebab kalau daging babi itu berbahaya, malahan penyebabnya diungkap oleh ilmu ilmu yang bukan merupakan ilmu Islam, seperti Biologi, di dalam Al-Quran dikatakan bahwa bumi itu terlentang, tetapi para ilmuan berdasarkan penelitian menerangkan bahwa bumi itu bulat. Adalah kesalahan yang cukup besar pula, orang islam ataupun para ulama sekarang jarang ada yang mampu membandingkan Al-Qur`an ataupun Al-Hadits dengan alam yang sebenarnya, contohnya Orang yang pertama kali pergi ke bulan untuk mengetahui keadaan disana ternyata bukan orang islam, walaupun akhirnya ia masuk islam setelah adanya kejadian yang luar biasa terjadi padanya. Jadi kesalahan yang cukup besar kalau umat islam hanya mau menerima tanpa ingin mngetahui alasan kenapa keterangan tersebut ada. Alasan yang lain adalah sebagian umat islam tidak mau mempelajari ilmu mereka yang sudah meneliti isi alam semesta dan isinya, orang islam hanya menerima keterangan dari Al-Quran dan Al-Hadits, tanpa pembuktian yang lebih jelas. Hebatnya ilmu mereka itu jelas, ada keterangan, ada sebab dan ada alasan, tetapi ilmu-ilmu islam sebagian besar hanya memuat keterangan saja, tanpa sebab dan tanpa alasan yang logis. Makanya, kesalahan yang besar pula kalau seandainya seseorang yang menguasai ilmu islam, tanpa menguasai ilmu alam semesta berlaku sombong dengan pengetahuan agama yang mereka miliki, padahal Al-Quran da As-Sunnah telah melarang kita untuk berlaku sombong. Padahal orang yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi lebih hebat, tetapi hanya satu yang boleh berlaku sombong, yaitu ALLAH. Orang islam menyatakan bahwa ilmu-ilmu orang kafir itu bersumber dari ilmu-ilmu orang islam yang telah mereka rampas, sedangkan umat islam belum mampu untuk menggali kembali ilmu-ilmu tersebut. Karena di dalam pengetahuan islam dinyatakan bahwa hanya Allah-lah yang berhak sombong, tetapi kenapa banyak ilmuan islam yang sombong dan belagu dengan ilmu yang menguasai ilmu islam, tanpa mampu menyingkap isi dari ilmu tersebut.2

IBID

B. Ilmu Islam Dan Ilmu Barat Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan,. dikehendaki, dirasakan dan diyakini, rnembawa manusia kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke dalam sistem yang disebut Ilmu. Tetapi berbeda dengan konsep Barat, yang mengelompokkan ilmu itu kepada tiga; (1) Sciences (ilmu-ilmu kealaman, murni, biologi, fisika, kimia dam lainnya, (2) Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan yang menyangkut perilaku manusia dalam interaksinya dalam masyarakat, dan (3) The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akam perasaan kepribadian dan nilai-nilai yang menyertainya sebagai manusia.3 C. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan Hadits Pada masa awal perkembangan hadits, sahabat yang banyak meriwayatkan hadits disebut dengan al-Muktsirun fi al-Hadits, mereka adalah: a. Abu Hurairah meriwayatkan 5374 atau 5364 hadits b. Abdullah ibn Umar meriwayatkan 2630 hadits c. Anas ibn Malik meriwayatkan 2276 atau 2236 hadits d. Aisyah (isteri Nabi) meriwayatkan 2210 hadits e. Abdullah ibn Abbas meriwayatkan 1660 hadits f. Jabir ibn Abdillah meriwayatkan 1540 hadits g. Abu Sa'id al-Khudry meriwayatkan 1170 hadits.[11]4 Sedangkan dari kalangan Tabi'in, tokoh-tokoh dalam periwayatan hadits sangat banyak sekali, mengingat banyaknya periwayatan pada masa tersebut, di antaranya : a. Madinah Abu Bakar ibn Abdu Rahman ibn al-Harits ibn Hisyam Salim ibn Abdullah ibn Umar Sulaiman ibn Yassar

b. Makkah Ikrimah Muhammad ibn Muslim Abu Zubayr

c. Kufah 3 4

Ibrahim an-Nakha'i

Dr. M Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan sanad hadis, Bulan Bintang, Jakarta, 1988 http://sejarah-perkembangan-hadis-di-saudi.html

Alqamah

d. Bashrah Muhammad ibn Sirin Qotadah

e. Syam Umar ibn Abdu al-Aziz (yang kemudian menjadi khalifah dan memelopori kodifikasi hadits. f. Mesir Yazid ibn Habib Thaus ibn Kaisan al-Yamani5

g. Yaman -

D. Hal-Hal yang menyebabkan tidak populernya pembukuan Hadits Ada beberapa penyebab yang menyebabkan tidak populernya pembukuan Haditshadits itu ke dalam suatu kitab, antara lain, (1) umumnya Hadis-hadis yang berada dalam memori hafalan para ulama yang menyandang gelar dil (berkarakteristik moral baik) dan tsiqah (terpercaya) dianggap masih otentik tanpa perubahan; (2) faktor-faktor pendukung untuk upaya pembukuan belum terasa diperlukan; dan (3) adanya larangan menuliskan (baca: pembukuan) apapun selain al-Quran. Lebih-lebih, seperti dituturkan Muhammad bin Sirin (w. 110 H), setelah terjadi alfitnah al-kubra al-ula (perpecahan pertama dalam tubuh umat Islam menyusul wafatnya Usman bin Affan, 36 H). Ketika itu, setiap ada suatu Hadis disampaikan, pasti akan ditanyakan dari siapakah Hadis itu diperoleh? Apabila Hadis itu diperoleh dari penyebar bidah, maka Hadis itu akan tegas-tegas ditolak. Sebaliknya, jika Hadis itu diterima dari kalangan Ahlus-Sunnah, Hadis itu akan diterima untuk dijadikan hujjah (dasar hukum).6 E. Orientalis dan Ilmu Hadis Sejak masa yang sangat dini, seperti telah diungkap di muka, para ulama telah melakukan apa yang disebut Kritik Hadis, yaitu menyeleksi otentisitas berita yang bersumber dari Nabi Muhammad saw. Bahkan upaya itu telah dilakukan, ketika Nabi masih hidup. Hanya saja, kritik Hadis yang mereka lakukan pada masa Nabi maupun masa sahabat terbatas pada kritik matan Hadis. Masalahnya karena pada saat itu faktor dusta tidak dikenal dalam perilaku hidup keseharian mereka.
5 6

http://makalah-ulumul-hadits-kedudukan-hadits-dalam-pembinaan-hukum-islam.php.htm M Hasbi Ash Shiddiqy, Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Jakarta 1954

Baru sesudah terbunuhnya Usman bin Affan pada tahun 36 H, menyusul munculnya faksi-faksi politik dalam tubuh umat Islam, para ulama di samping tetap melakukan kritik matan Hadis, juga mulai memberlakukan kritik rawi Hadis di mana seorang rawi sebagai pembawa atau periwayat Hadis perlu diketahui identitasnya, apakah dia termasuk orang yang taat beragama dan jujur yang kemudian dikenal dengan istilah dil, apakah dia kuat ingatannya dan tidak pelupa, yang kemudian dikenal dengan isitlah dhbit, dan lain-lain. Persyaratan otentisitas Hadis seperti itu telah diterapkan oleh para ulama, khususnya ahli-ahli Hadis, dalam menyeleksi dan mengkritik Hadis, sejak abad pertama hijriah sampai kira-kira abad ke-13 hijriah tanpa ada seorang pun yang mempersoalkan. Dan baru pada tahun 1890 M, dunia penelitian Hadis dikejutkan dengan munculnya metoda baru dalam kritik Hadis, yaitu setelah terbitnya buku Muhammadenishe Studien (Studi Islam) yang ditulis oleh Ignas Goldziher, seorang orientalis Yahudi kelahiran Hungaria yang hidup antara tahun 1850-1921 M, di mana ia menolak kriteria dan persyaratan otentisitas Hadis seperti tersebut di atas. Dan sejak saat itu sampai kini, buku Goldziher ini menjadi kitab suci di kalangan orientalis.7 F. Kajian Tentang Hadits Menurut perkiraan Prof. Dr. M.M. Azami, Ignaz Goldziher adalah sarjana barat yang pertama kali melakukan kajian tentang Hadis. Kemudian, kurang lebih enam puluh tahun sesudah terbitnya buku Goldziher tersebut, Joseph Schactyang juga orientalis Yahudi menerbitkan hasil penelitiannya tentang Hadis, dalam sebuah buku berjudul The Origins of Muhammadan Jurisprudence. Konon lebih dari sepuluh tahun ia melakukan penelitian Hadis. Dan sejak saat itu 1950 H, buku J. Schact juga menjadi kitab suci kedua di kalangan orientalis. Di banding I. Golziher, J. Schact memiliki keunggulan, karena Schact sampai pada kesimpulan yang meyakinkan bahwa tidak ada satu pun Hadis yang otentik berasal dari Nabi saw, khusunya Hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum Islam. Sementara Goldziher hanya pada kesimpulan yang meragukan adanya otentisitas Hadis. Karenanya, di kalangan orientalis, buku Schact ini memperoleh reputasi yang luar biasa. Tak kurang dari Prof. Gibb mengatakan bahwa buku Schact ini kelak akan menjadi rujukan pokok bagi semua kajian

http://perkembangan-ilmu-hadis.html

tentang Peradaban dan Hukum Islam, paling tidak di dunia Barat. Bahkan Prof. Anderson dari Universitas London melarang mahasiswanya mengkritik buku Schact itu.8

Op.cit Sejarah Perkembangan Hadis Di Saudi

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan

1. Perkembangan hadits di Saudi Arabia pada masa Rasulullah bercorak antar lisan dan mengalami pelarangan penulisan dengan alasan di antaranya; khawatir tercampur dengan al-Qur'an. 2. Perkembangan Hadis di Saudi Arabia Pada masa Khulafa' al-Rasyidin, hadits mengalami pasang surut dengan adanya pembatasan periwayatan pada masa Khalifah Abu Bakar Umar r.a dan perluasan periwayatan pada masa Khalifah Utsman Ali r.a 3. Perkembangan Hadis di Saudi Arabia pada masa tabi'in, hadits lebih banyak diriwayatkan oleh perawi. Namun, pada masa itu, banyak bermunculan hadits-hadits palsu yang bernuansa kepentingan politik golongan.

3.2.

Saran

Mungkin saran saya tidak akan panjang-panjang, saya hanya ingin mengajak para pembaca, marilah kita sama-sama menjungjung tinggi nama baik Agama Islam, Agama Islam mempunyai harga diri yang bagus, tetapi kita sendiri yang lambat laun merusak harga diri Agama Islam itu sendiri. Masa depan kita masih panjang, dan agama islam masih bisa kita pertahankan sampai akhir hayat.

You might also like