You are on page 1of 55

SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA 4.

1 BUDI WAHYONO
Di sekitar kita, tedapat banyak benda. Benda-benda tersebut memiliki beraneka macam bentuk, wujud, dan warna. Benda adalah segala sesuatu yang berada di alam dan mempunyai wujud. Benda disebut juga barang. Benda merupakan makhluk tak hidup.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 A. Sifat Benda

o o o

1.1 1. Benda Padat 1.2 2. Benda Cair 1.3 3. Benda Gas

2 B. Perubahan Wujud Benda

o o o o o

2.1 1. Mencair (Melebur) 2.2 2. Membeku 2.3 3. Menguap 2.4 4. Mengembun 2.5 5. Menyublim

3 C. Sifat Bahan dan Kegunaannya

o o o o o

3.1 1. Bahan Plastik dan Kegunaannya 3.2 2. Bahan Logam dan Kegunaannya 3.3 3. Bahan Karet dan Kegunaannya 3.4 4. Bahan Kertas dan Kegunaannya 3.5 5. Bahan Kaca dan Kegunaannya

A. Sifat Benda
Coba kamu perhatikan pensil, sebotol sirup, dan sebuah balon berisi udara. Pensil, sirup dalam botol, dan udara dalam balon adalah contoh benda yang berbeda sifat. Pensil merupakan benda padat, sirup merupakan benda cair, dan udara dalam botol merupakan benda gas.

Di kelas 3, kamu telah mempelajari sifat-sifat benda padat dan benda cair. Masih ingatkah kamu, jika tidak coba kamu buka lagi buku tersebut. Benda padat umumnya keras bila dipegang. Apakah perbedaannya dengan benda cair? Perhatikan segelas air sirup! Sentuhlah dengan ujung jari tanganmu! Keras atau tidak? Bagaimana dengan benda berwujud gas? Perhatikan balon yang berisi udara! Lepaskan ikatan di mulut balon dan dekatkan telapak tanganmu di mulut balon tersebut! Terasakah udara yang keluar dari dalam balon? Terlihatkah olehmu udara yang keluar itu? Tidak bukan? Sekarang kita akan mengidentifikasikan wujud benda. Berdasarkan wujudnya, benda dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu benda padat, benda cair, dan gas.

1. Benda Padat
Adakah meja, almari, papan tulis, dan kursi di kelasmu? Adakah pensil, buku, dan penggaris di mejamu? Termasuk benda apakah semua itu? Bagaimana sifat benda tersebut? Benda-benda yang telah disebutkan di atas termasuk benda padat. Sekarang, kita akan belajar tentang sifat-sifat benda padat. Sifat ini dimiliki semua benda padat. Lakukan kegiatan berikut!

2. Benda Cair
Perhatikan lingkungan di sekitarmu! Adakah air? Termasuk benda apakah air? Ibumu di rumah menggoreng dengan apa? Termasuk benda apakah minyak goreng itu? Air dan minyak termasuk benda cair. Coba sebutkan contoh benda cair lainnya! Perhatikan minyak goreng yang digunakan ayah atau ibumu memasak. Saat di dalam botol, minyak goreng bentuknya seperti botol. Saat di dalam wajan, minyak goreng bentuknya seperti wajan. Begitu juga saat kamu menyiram tanaman. air berubah bentuknya menyesuaikan wadahnya. Bagaimanakah sifat benda cair itu? Sifat-sifat benda cair, antara lain: a. Bentuknya tidak tetap, selalu mengikuti bentuk wadahnya; b. Bentuk permukaan benda cair yang tenang selalu datar; c. Benda cair mengalir ke tempat yang lebih rendah; d. Benda cair menekan ke segala arah;

e. Benda cair meresap melalui celah-celah kecil.

3. Benda Gas
Berbeda dengan benda padat dan cair, benda gas lebih sulit untuk diamati. Kalau kamu meniup balon, apakah yang kamu masukkan ke dalam balon? Benda yang kamu masukkan ke dalam balon adalah udara. Apakah udara dapat kita rasakan? Meskipun udara tidak dapat kita lihat, keberadaannya dapat kita rasakan. Hal ini terbukti saat kita berada di dekat balon yang terbuka. Kita dapat merasakan hembusan udara keluar dari mulut balon. Benda yang tidak dapat kita lihat, tetapi dapat kita rasakan itu disebut benda gas. Benda gas biasanya tidak berwarna, ada yang berbau, dan ada yang tidak berbau. Sifat-sifat benda gas, antara lain, bentuknya tidak tetap karena selalu mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya dan menekas ke segala arah. Untuk lebih memahaminya lakukanlah kegiatan berikut!

B. Perubahan Wujud Benda


Kita telah mengenal benda padat, cair, dan gas. Benda-benda tersebut mengalami perubahan wujud. Perubahan wujud yang dipelajari disini adalah perubahan wujud yang dapat kembali. Perhatikan Gambar 5.5! Beberapa peristiwa perubahan wujud benda, antara lain, mencair

(melebur), membeku, menguap, mengembun, dan menyublim.

1. Mencair (Melebur)
Pernahkan kamu minum es sirup atau es teh? Coba perhatikan baik-baik! Mengapa es dalam sirup lamakelamaan berubah menjadi air? Pernahkah kamu memasak dengan menggunakan mentega? Mengapa mentega berubah menjadi cair saat berada di penggorengan? Es dan mentega berubah wujud dari padat menjadi cair karena adanya kenaikan suhu (panas). Peristiwa perubahan zat padat menjadi zat cair dinamakan mencair atau melebur.

2. Membeku
Perubahan wujud benda cair menjadi benda padat disebut membeku. Es adalah wujud air dalam bentuk padat. Air dapat membeku jika mengalami penurunan suhu yang sangat dingin. Puncak gunung yang tinggi selalu diselimuti oleh salju. Salju tersebut adalah uap air yang membeku. Apakah nama alat rumah tangga yang dapat mengubah air menjadi es? Dapatkah kamu membuat es?

3. Menguap
Pernahkan kamu merebus air di dalam cerek (ketel)? Jika pernah, bagaimanakah jika air dalam cerek tersebut dipanaskan terusmenerus? Air dalam cerek (ketel) lama-kelamaan akan habis. Ke manakah uap air panas yang keluar dari mulut cerek (ketel) itu? Uap air panas yang keluar dari mulut cerek tersebut berada di udara, hanya saja mata kita tidak mampu untuk melihat titik-titik uap

air yang berada di udara. Peristiwa berubahnya zat cair menjadi gas disebut penguapan. Penguapan terjadi jika ada kenaikan suhu yang besar. Ada empat cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yaitu memanaskan, memperluas permukaan, meniupkan udara di atas permukaan, dan mengurangi tekanan di atas permukaan. Prinsip penguapan dapat digunakan sebagai dasar membuat mesin pendingin, seperti lemari es dan AC.

4. Mengembun
Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair. Jadi, mengembun merupakan kebalikan dari menguap. Pada waktu gas mengembun, gas melepaskan kalor. Pernahkan kamu membuat minuman dingin, seperti es teh atau es jeruk? Bila kamu amati, bagian luar gelas tempat kamu membuat es teh atau es jeruk menjadi basah. Mengapa? Karena uap air dalam udara yang menyentuh gelas mengembun. Hal ini disebabkan suhu gelas lebih rendah daripada suhu uap air di sekitar gelas.

5. Menyublim
Menyublim adalah peristiwa perubahan zat padat menjadi gas atau sebaliknya. Untuk membedakannya, kamu bisa menggunakan istilah melenyap dan mengkristal. Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat menjadi gas. Mengkristal adalah perubahan wujud gas menjadi padat. Contoh melenyap dan mengkristal adalah kapur barus ataupun kamfer.

C. Sifat Bahan dan Kegunaannya

Perhatikanlah berbagai benda-benda yang ada di lingkunganmu! Benda-benda tersebut dibuat dari bahan yang disesuaikan dengan kegunaannya. Sifat-sifat benda yang biasanya dipertimbangkan, antara lain, kekuatan menahan beban, daya serap terhadap air, daya serap terhadap panas dan listrik, kelenturan, berat dan ringan, mudah dan sukarnya proses pembuatan, sampai keawetan. Berbagai jenis bahan yang biasanya digunakan untuk membuat benda, antara lain, plastik, kayu, logam, karet, kaca, dan kertas. Berikut contoh penggunaan beberapa bahan tersebut.

1. Bahan Plastik dan Kegunaannya


Plastik banyak digunakan sebagai bahan pembuat benda-benda yang kita gunakan seharihari, antara lain, jas hujan, kemasan air mineral, dan ember. Mengapa jas hujan terbuat dari bahan plastik? Plastik memiliki sifat tidak tembus air atau kedap air. Oleh karena itu, plastik digunakan sebagai bahan pembuat jas hujan. Plastik ada yang tidak memiliki warna atau tembus pandang sehingga kita dapat melihat dan menilai kebersihan air yang dikemas di dalamnya. Namun, ada pula plastik yang memiliki warna. Penggunaan plastik yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran atau polusi lingkungan. Mengapa? Karena bahan ini sulit membusuk. Di negara-negara maju penggunaan bahan plastik diminimalisir untuk mengurangi pencemaran.

2. Bahan Logam dan Kegunaannya


Logam merupakan bahan yang kuat dan kokoh. Logam bersifat penghantar listrik dan tidak tembus cahaya meskipun memiliki permukaan yang mengkilap. Umumnya, logam dapat dibentuk dengan mudah bila dipanaskan. Jenis logam yang banyak digunakan adalah aluminium, besi, dan baja. Aluminium banyak dimanfaatkan untuk membuat bahan bangunan (atap, pintu, dan jendela) dan perabotan rumah tangga. Logam aluminium mudah dibentuk dan tahan karat. Selain itu, logam ini dapat didaur ulang sehingga tidak mencemari lingkungan. Benda yang terbuat dari besi cepat berkarat jika basah atau diletakkan di luar rumah. Pisau dan garpu banyak terbuat dari baja yang mengandung besi. Namun, benda tersebut tidak mudah berkarat karena bagian luarnya dilapisi kromium.

3. Bahan Karet dan Kegunaannya


Karet ada dua jenis , yaitu alam dan buatan. Karet alam berasal dari getah pohon karet yang disadap, sedangkan karet buatan dari unsur-unsur kimia. Bahan ini kemudian diolah menjadi berbagai benda keperluan manusia. Keuntungan bahan karet, antara lain, bersifat lentur (elastis), tidak menyerap air, serta tidak mudah robek dan patah. Karet menjadi bahan baku utama pembuatan ban seperti mobil, sepeda motor, dan sepeda. Karet cenderung tidak tahan panas (mudah meleleh) serta tidak mudah membusuk sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan.

4. Bahan Kertas dan Kegunaannya


Kertas berbentuk lembaran yang dibuat dari serat kayu atau bambu. Kegunaan kertas, antara lain, untuk menulis, menggambar, dan sebagai pembungkus makanan. Kertas juga dapat digunakan sebagai media untuk membuat koran, majalah, dan buku tulis. Kertas memiliki jenis yang bermacam-macam, mulai dari kertas yang lembut hingga kertas karton yang keras. Kertas sangat praktis karena dapat dibuang setelah digunakan. Selain itu, kertas yang tipis dapat menyerap cairan sehingga digunakan untuk membuat tisu. Kertas termasuk bahan yang mudah didaur ulang. Kertas daur ulang merupakan kertas yang terbuat dari kertas bekas. Kertas

memiliki kelemahan, yaitu mudah terbakar, mudah robek, dan tidak tahan air.

5. Bahan Kaca dan Kegunaannya


Bahan kaca tembus pandang, dapat dilalui cahaya. Artinya, kita dapat melihat keadaan dibalik kaca tersebut. Kaca dapat digunakan sebagai bahan jendela dan spion kendaraan. Selain itu, kaca dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lensa kacamata. Kaca jenis ini dapat membantu penglihatan saudara-saudara kita yang matanya terganggu mengalami gangguan.

http://www.crayonpedia.org/mw/SIFAT_DAN_PERUBAHAN_WUJUD_BENDA_4.1_BUDI_WAHYONO
Zat tersusun dari partikel-partikel yang disebut atom. Beberapa atom membentuk molekul. Molekul adalah bagian terkecil dari suatu zat yang masih mempunyai sifat zat itu. Molekul di dalam zat selalu bergerak sehingga memiliki energi. Berikut sifat -sifat zat padat , cair dan gas a. Sifat-sifat zat padat Letak molekulnya sangat berdekatan Susunan molekulnya teratur Gerak molekul tidak bebas b. Sifat-sifat zat cair Letak molekulnya berdekatan Susunan molekulnya tidak teratur Gerak molekulnya lebih bebas c. Sifat-sifat gas Letak molekulnya sangat berjauhan Susunan molekulnya tidak teratur Gerak molekulnya sangat bebas sehingga dapat memenuhi ruangan. Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2123649-sifat-sifat-zat-padat-cair/#ixzz1fpBCzaOC

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2123649-sifat-sifat-zat-padat-cair/
Dari Wikipedia, ensiklopedi gratis Cairan adalah salah satu dari empat fase benda yang volumenya tetap dalam kondisi suhu dantekanan tetap; dan, bentuknya ditentukan oleh wadah penampungnya. Cairan juga melakukan tekanan kepada sisi wadahnya dan juga kepada benda yang terdapat dalam cairan tersebut; tekanan ini disalurkan ke seluruh arah.

Viskositas, laminar dan turbulent flow


Viskositas adalah suatu besaran yang menggambarkan sifat kelekatan dari zat cair atau pun gas. Contohnya minyak mempunyai viskositas yang besar. Sebagai standard air diberikan viskositas 1.Darah mempunyai nilai viskositas tertentu;bilamana nilai viskositasnya sangat tinggi dapat menimbulkan bahaya trombose.

Gaya antarmolekul, tegangan permukaan dan Kapillaritas Gaya antarmolekul atau Ikatan Van der Waals
Ikatan Van der Waals adalah istilah umum untuk gaya yang terjadi di antara molekul baik pada zat padat, zat cair, ataupun gas. Pada zat padat dan zat cair gaya ini menentukan besarnya volume Dari tipe efeknya dapat dibedakan menjadi= Kohesi, jika gaya tarik terjadi di antara molekul suatu benda yang sejenis. Akibat dari Kohesi adalah yang dinamakan tegangan permukaaan. Adhesiadalah gaya tarik menarik yang timbul di antara molekul2 yang berbeda. Daya serap adalah gaya adhesi yang timbul antara molekul zat padat dengan zat cair atau zat padat dan gas.

http://id-id.facebook.com/pages/Zat-cair/114690728556187

Zat dan Wujudnya

PENGERTIAN MASSA JENIS

Jika kamu melihat kapas yang bermassa 1 kg dan batu bermassa 1 kg, apa ada di benakmu? pertanyaanmu mungkin, mengapa volume kapas lebih besar dari volume batu? kalau kita telusuri perbandingan massa dan volume benda adalah tetap.
Massa Jenis adalah perbandingan antara massa benda dengan volume benda Secara matematis dapat dirumuskan :

dimana p = massa jenis zat (kg/m3) m = massa zat (kg) V = Volume zat (m3) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m3 1000 kg/m3 = 1 g/cm3

Zat dan Wujudnya

KARAKTERISTIK ZAT

Tabel. Massa jenis beberapa zat


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Zat Emas Raksa Tembaga Aluminium Air Es Alkohol Gas Oksigen Udara (suhu 270C) Massa Jenis (Kg/m3) 19.300 13.600 8.920 2.700 1.000 920 810 1,43 1,29

10

Gas Hidrogen

0,0899

Massa jenis zat tidak bergantung pada jumlah zat, sedikit atau banyak jumlah zat, massa jenisnya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa massa jenis merupakan ciri khas suatu zat. Jika satu liter air , satu liter minyak tanah, dan satu liter oli masing-masing di timbang akan diperoleh massa yang berbeda.

Zat dan Wujudnya

MENGUKUR MASSA JENIS

Massa jenis benda dapat kita tentukan dengan cara mengukur volume benda dan massa benda. Sebagai contoh apabila kalian ingin mengukur massa jenis sebuah batu. Timbanglah massa batu dengan menggunakan neraca, kemudian mencari volume batu dengan menggunakan gelas ukur yang sudah berisi air. Seperti pada contoh di atas.

Zat dan Wujudnya

PERUBAHAN WUJUD ZAT

Wujud zat terbagi menjadi tiga yaitu padat, cair dan gas. Pada saat tertentu umumnya zat hanya berada dalam satu wujud saja, tetapi zat dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain.

Pernahkah kamu memperhatikan ibumu memasak air ? Jika air sudah mendidih dan dibiarkan dalam selang waktu tertentu, maka air akan berkurang dan lama kelamaan akan habis. Kemanakah air itu ? Air itu menguap menjadi gas. Perubahan wujud zat cair menjadi padat disebut membeku, contohnya adalah air menjadi es ketika didalam kulkas dan coran besi yang dimasukkan ke dalam cetakan menjadi keras. Zat dapat mengalami perubahan wujud karena energi. Perubahan wujud padat menjadi cair disebut melebur atau meleleh, contohnya adalah es mencair dan mentega berubah menjadi minyak ketika dimasukkan kedalam penggorengan yang panas. Perubahan wujud cair menjadi gas disebut menguap contohnya adalah air menjadi uap dan spiritus menjadi gas. Perubahan dari gas menjadi cair disebut mengembun, contohnya adalah embun di pagi hari. Perubahan gas ke padat, contohnya jelaga yang merupakan hasil pembakaran pada lampu minyak. Perubahan padat menjadi gas disebut menyublim, contohnya penguapan kapur barus.

Zat dan Wujudnya

SUSUNAN PARTIKEL Susunan partikel zat padat, cair dan gas memiliki susunan yang berbeda satu dengan yang lain. Zat padat memiliki parikel-partikel yang menempati posisi yang tetap, gaya tarik-menarik yang kuat, dan gerak partikel hanya berupa getaran. Zat cair memiliki jarak antar partikel tetap dan agak berjauhan,gaya tarik menarik antar partikel lemah, gerakan partikel lebih lincah dan partikel dapat berpindah tempat. Gas memiliki jarak partikel yang berubah ubah, hampir tidak ada gaya tarik-menarik, dan gerakan partikel sangat bebas.

Zat dan Wujudnya

ZAT PADAT Pertikel-partikel zat padat memiliki sifat sebgai berikut : 1. Parikel-partikel yang menempati posisi yang tetap, jika artikel zat padat menempati posisi yang teratur maka disebut kristal, dan Jika partikel zat padat menempati posisi yang tidak teratur, maka disebut amorf. 2. Gaya tarik-menarik antar partikel sangat kuat, dan 3. Gerakan partikel hanya berupa getaran di sekitar posisi tetapnya.

Posisi partikel yang relaif tetap menyebabkan zat padat memiliki bentuk dan volume tetap. Gerakan partikel yang hanya bergetar menyebabkan zat padat tidak dapat mengalir. Contoh zat padat diantaranya adalah batu, kayu,gelas, dan sebagainya.

Zat dan Wujudnya

ZAT CAIR Pertikel-partikel zat cair memiliki sifat sebgai berikut : 1. Jarak antar partikel tetap dan agak berjauhan. 2. Gaya tarik menarik antar partikel lemah dibandingkan zat padat. 3. Gerakan partikel lebih lincah dari pada zat padat dan partikel dapat berpindah tempat.

Jarak antar partikel yang tetap menyebabkan zat cair mempunyai volume yang tetap Gerakan partikel yang lincah dan dapat berpindah posisi menyebabkan zat cair dapat mengalir yang menyebabkan bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk wadahnya. Contoh zat cair antara lain adalah air, dan air raksa.

Zat dan Wujudnya

ZAT GAS

Pertikel-partikel zat gas memiliki sifat sebagai berikut : 1. Memiliki jarak partikel yang berubah ubah. 2. Hampir tidak ada gaya tarik-menarik. 3. Gerakan partikel sangat bebas dibandingkan zat padat dan cair.

Jarak antar partikel yang tetap menyebabkan zat cair mempunyai volume yang tetap Gerakan partikel yang lincah dan dapat berpindah posisi menyebabkan zat cair dapat mengalir yang menyebabkan bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk wadahnya. Contoh zat cair antara lain adalah air, dan air raksa. Definisi zat. Zat merupakan materi. Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Zat menunjukkan sifat inersia dan kekenyalan. Dua zat tidak dapat menempai ruang yang sama pada saat yang bersamaan. Kita mengenal 3 macam zat, yaitu zat ga, zat cair, dan zat padat. Keadaan molekul dan wujud zat-zat itu dibedakan menjadi sebagai berikut : 1. Zat gas a. Letak molekulnya sangat berjauhan b. Jarak antar molekul sangat jauh bila dibandingkan dengan molekul itu sendiri c. Bergerak sangat bebas d. Gaya tarik menarik-menarik antar molekul hamper tidak ada e. Baik volum maupun bentuknya mudah berubah f. Zat gas dapat mengisi seluruh ruang yang ada. 2. a. b. c. d. 3. a. b. c. d. Zat cair Letak molekulnya relative berdekatan dibanding gas, tetap lebih jauh dari pada zat padat Gerakan molekul cukup bebas Molekul zat cair berpindah tempat, tetapi tidak mudah meninggalkan kelompoknya karena masih terdapat gaya tarik menarik Bentuknya mudah berubah, tetapi volumnya tetap. Zat padat Letak molekulnya sangat berdekatan dan teratur Gaya tarik menarik antarmolekul sangat kuat sehingga gerakan molekul tidak bebas Gerakan molekul zat padat hanya terbatas, bergetar dan berputar di tempat saja Molekul-molekulnya tidak mudah dipisahkan sehingga bentuknya selalu tetap, tidak berubah.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2112607-pengertian-zat/#ixzz1fpFRsIwu

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2112607-pengertian-zat/

Zat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Maksud dari menempati
ruang disini adalah memiliki volume. Zat secara umum dibagi menjadi tiga antara lain zat padat, zat gas dan zat cair. Tetapi karena didunianya ini sebenarnya pembagian tersebut tidak cukup untuk menggolongkan macam-macam zat. Pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih detail pada pelajaran kimia. Pelajaran kimia sendiri akan dibahas di kelas 10 sampai dengan kelas 13.

Zat Padat

Benda dikatakan termasuk zat padat bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Jarak antar partikelnya sangat rapat - Gaya tarik antar partikelnya sangat kuat - Bentuknya tetap - Volumenya tetap - Karena gaya tarik antar partikel pada zat padat sangat kuat maka bentuk zat padat cenderung tetap bila tidak ada gaya atau reaksinya yang mempengaruhinya. Contoh zat padat adalah batu, kayu, besi dll.

Zat Cair

Ciri-ciri zat cair adalah sebagai berikut :

- Jarak antar partikelnya agak renggang - Gaya tarik antar partikelnya agak kuat - Volumenya tetap - Bentuknya berubah - Gaya tarik antar partikel zat cair agak kuat artinya lebih lemah dibanding dengan gaya tarik pada partikel zat padat. Agak lemahnya gaya tarik ini mengakibatkan bentuk zat cair dapat berubah-ubah sesuai dengan tempatnya (wadahnya).

Zat Gas

Zat gas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

- Jarak antar partikelnya sangat renggang - Gaya tarik antar partikelnya sangat lemah - Volumenya berubah - Bentuknya berubah - Lemahnya gaya tarik menarik antar partikel pada zat gas menyababkan bentuk dan volume zat gas selalu berubah sesuai dengan ruang yang ditempatinya. Yang menjadi ciri khas suatu zat sehinggaa dapat membedakan dari satu zat dengan zat lain adalah massa jenis.

Massa jenis adalah perbandingan antara besarnya massa suatu zat dengan volume zat tersebut. Setiap
zat mempunyai massa jenis yang berbeda-beda. Massa jenis zat tidak dipengaruhi oleh bentuk benda. Walaupun bentuk benda berbeda-beda selama terbuat dari jenis bahan yang sama maka massa jenis zat tersebut adalah sama. Kadang-kadang massa jenis juga disebut dengan rapat massa.

Untuk menentukan besar massa jenis suatu zat dipergunakan persamaan sebagai berikut :

Gaya Kohesi dan Adhesi

Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang sejenis, sebagai contoh partikel raksa dengan partikel raksa, partikel air dengan partikel air, dll.

Gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel yang tak sejenis, sebagai contoh gaya tarik menarik antar partikel kapur dengan partikel papan tulis, partikel tinta dengan partikel kertas, dll.

Kapilaritas

Adalah peristiwa merembesnya zat cair melalui celah-celah kecil. Kapilaritas disebabkan karena adanya gaya Adhesi antaraa partikel zat cair dengan partikel zat yang lain.

Contoh kapilaritas adalah naiknya minyak pada sumbu kompor, basahnya baju ketika dicuci, dan lain-lain.

Apabila raksa dimasukkan kedalam pipa kapiler maka raksa yang ada pada pipa yang lebih besar akan lebih tinggi dari pada pipa yang lebih kecil, ini disebabkan karena gaya kohesi raksa lebih besar dari pada gaya adhesi raksa dengan partikel pipa kapiler.

Sedangkan apabila air dimasukkan kedalam pipa kapiler maka air yang berada pada pipa yang lebih besar akan lebih rendah dari pada pada pipa yang lebih kecil, hal ini disebabkan karena gaya adhesi partikel air dengan partikel pipa kapiler lebih besar dari pada gaya kohesinya. Peristiwa yang terjadi pada raksa tersebut disebut dengan miniskus cembung, dan yang terjadi pada air disebut dengan miniskus cekung.

sumber : http://www.akujagoan.com/2010/10/pengertian-zat-dan-wujudnya.html

http://www.gudangmateri.com/2010/10/pengertian-zat-dan-wujudnya.html

MATERI A. PENGERTIAN MATERI Materi didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai massa yang menempati ruang. 1. Wujud Materi Ada tiga wujud materi, yakni padat, cair dan gas. 2. Massa dan Berat Massa suatu benda menyatakan jumlah materi yang ada pada benda tersebut. Massa suatu benda tetap disegala tempat. Massa merupakan sifat dasar materi yang paling. Massa dan berat suatu benda yang tidak identik tetapi sering dianggap sama; berat menyatakan gaya gravitasi bumi terhadap benda itu dan bergantung pada letak benda dari pusat bumi. 3. Klasifikasi Materi Suatu bahan dapat dikatakan homogen atau heterogen. Larutan memang suatu campuran yang serba sama, sedangkan tanah dan campuran minyak dengan air merupakan campuran heterogen. Suatu bahan yang tersusun dari dua atau lebih zat-zat yang sifatnya berbeda disebut campuran. Komposisi campuran tidak tetap, melainkan bervariasi. Oleh sebab itu, akan kita kenal campuran homogen dan campuran heterogen. Setiap materi yang homogen dan susunan kimianya tetap disebut zat atau subtansi. Setiap zat memiliki sifat fisika dan sifat kimia tertentu. Dikenal dua macam zat, yakni unsur dan senyawa. Zat yang dengan reaksi kimia biasa dapat diuraikan menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana disebut senyawa. Jadi air adalah senyawa. Zat yang dengan reaksi kimia tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat-zat lain disebut unsur. Jadi Oksigen (O) dan hidrogen (H) adalah unsur. Menurut sifat-sifat, dikenal unsur logam dan nonlogam, Besi, tembaga, dan seng, misalnya adalah unsur logam, sedangkan Arang, Belerang dan fosfor adalah unsur nonlogam 4. Atom dan Molekul Atom adalah satuan yang amat kecil dalam setiap bahan yang ada di sekitar kita. Struktur zat discountinue dan bahwa semua materi terdiri atas partikel-partikel yang amat kecil yang disebut atom (a = tidak, tomos = dibagi ). Hal ini bertentangan dengan pendapat aristoteles yang menyatakan bahwa zat yang bersifat continue (dapat dibagi terus), kedua pendapat itu bersifat sangat spekulatif dan tidak dapat ditunjang oleh eksperimen. Pada masa Robert Boyle, yakni pada abad ke 17, para ahli fisika mengembangkan sebuah teori baru tentang struktur materi, yakni teori molekul. Menurut pendapat ini partikel terkecil zat disebut molekul dan molekul-molekul zat yang sama akan sama semua sifatnya. Teori ini dapat menerangkan antara lain peristiwa diferensiasi zat, perubahan wujud gas dan sifat-sifat gas dengan memuaskan. Teori Atom Dalton

Dalton, berdasarkan observasi kuantitatifnya pada awal abad ke-19 mengungkapkan teori atomnya yang terkenal yang dapat menerangkan kejadian-kejadian kimia. Dengan teorinya, Dalton mampu menerangkan dua buah hukum dasar ilmu kima, yakni Hukum Kekekalan Massa dari laviesier dan Hukum Ketetapan Perbandingan dari Proust. Teori atomnya antara lain sebagai berikut : 1) Tiap-tiap unsur terdiri dari partikel-partikel kecil yang disebut atom. Atom tidak dapat dibagi-bagi. 2) Atom-atom unsur yang sama, sifatnya sama, atom dari unsur yang berbeda, sifatnya juga berbeda. 3) Atom tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. 4) Reaksi kimia terjadi penggabungan atau pemisahan atom-atom. 5) Senyawa ialah hasil reaksi atom-atom penyusunnya. 5. Susunan Atom Pengetahuan tentang susunan atom menjadi lebih jelas setelah penelitian-penelitian dari Sir Humphry Davy dan Michael Faraday, keduanya berasal dari inggris. a. Penemuan Elektron Dan Proton Elektron merupakan partikel atom pertama yang ditemukan. Penemuan elektron berawal dari penyelidikan tentang listrik melalui gas-gas pada tekanan rendah. Joseph John Thomson dan kawankawannya telah melakukan percobaan mengenai hantaran listrik melalui berbagai gas dengan menggunakan suatu tabung tertutup yang dapat dihampakan. Pada ujung-ujung tabung itu terdapat kutub listrik positif atau anoda dan kutub negatif atau katoda.

Bila katoda dan anoda dihubungkan dengan sumber listrik bertegangan tinggi dan tekanan gas di dalam tabung dikurangi menjadi sangat kecil, yaitu sekitar 10-6 atmosfer, akan terjadi pancaran sinar yang berasal dari katoda dan menuju ke katoda. sinar itu disebut sinar katoda. Sinar katoda mempunyai sifat cahaya, tetapi sinar itu juga mempunyai sifat-sifat lain. Antara lain, sinar itu dapat menggerakan baling-baling yang diletakkan dalam jalannya dan di dalam medan listrik sinar itu dibelokkan ke arah pelat elektroda positif. Sifat-sifat tersebut menunjukkan bahwa sinar katoda terdiri dari partikel-partikel bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel sinar katoda dilepaskan oleh atom-atom yang terdapat pada katoda. Pada tahun 1897, Thomson (1856-1940) membuktikan dengan eksperimen bahwa partikel sinar katoda tidak bergantung pada bahan katoda. Partikel itu disebut elektron. berdasarkan pengamatan ini, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tiap atom unsur tentu mengandung elektron. Seorang berkebangsaan Jerman bernama E. Goldstein (1886) menemukan suatu sinar lain di dalam tabung sinar katoda. la menemukan bahwa apabila lempeng tabung katoda itu berlubang-lubang maka gas yang terdapat di belakang katoda akan berpijar. b. Model Atom Dalton menggambarkan atom sebagai bola padat yang tidak dapat dibagi lagi. dengan penemuan elektron, maka (1) model atom dalton diganti dengan (2) model atom Thomson. Menurut Thomson,

atom berupa bola bermuatan positif dan pada tempat-tempat tertentu di dalam bola terdapat elektronelektron. Ernest Rutherford pada tahun 1909, yang dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden menemukan bukti-bukti baru tentang sifat-sifat atom. Bukti-bukti itu diperoleh dari eksperimen yang disebut eksperimen penghabluran sinar alfa. c. Model Atom Bohr Menurut teori mekanika klasik tentang cahaya, elektron yang bergerak harus disertai kehilangan tenaga kinetik elektron. Dengan demikian, kecepatan elektron itu semakin lama semakin berkurang, jaraknya terhadap inti semakin kecil, dan akhirnya elektron itu akan jatuh dan melekat pada inti. Untuk mengatasi kelemahan model atom Rutherford, Bohr mengajukan pendapat yang revolusioner, yang sebagian bertentangan dengan mekanika klasik Newton. Menurut Bohr, di sekitar inti itu hanya mungkin terdapat lintasan-lintasan elektron yang berjumlah terbatas; pada setiap lintasan itu bergerak sebuah elektron yang dalam gerakannya tidak memancarkan sinar. Jadi, dalam setiap keadaan station, elektron mengandung jumlah tenaga tetap dan terdapat dalam keadaan seimbang yang mantap.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2167769-materi-bab-ii-ilmualamiah/#ixzz1fpIdhJ2R http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2167769-materi-bab-ii-ilmu-alamiah/

Kimia (dari bahasa Arab: , transliterasi: kimiya = perubahan benda/zat atau bahasa Yunani: , transliterasi: khemeia) adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom dan ikatan kimia.

Pengantar
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi [1]. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul. Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau antara materi dan energi, terutama dalam hubungannya dengan hukum pertama termodinamika. Kimia tradisional melibatkan interaksi antara zat kimia dalam reaksi kimia, yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi ini digerakkan oleh pertimbangan entalpi, seperti ketika dua zat berentalpi tinggi seperti hidrogen dan oksigen elemental bereaksi membentuk air, zat dengan entalpi lebih rendah. Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis, yang umumnya merupakan zat kimia lain yang terlibat dalam media reaksi tapi tidak dikonsumsi (contohnya adalah asam sulfat yang mengkatalisasi elektrolisis air) atau fenomena immaterial (seperti radiasi elektromagnet dalam reaksi fotokimia). Kimia tradisional juga menangani analisis zat kimia, baik di dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi. Semua materi normal terdiri dari atom atau komponen-komponen subatom yang membentuk atom; proton, elektron, dan neutron. Atom dapat dikombinasikan untuk menghasilkan bentuk materi yang lebih kompleks seperti ion, molekul, atau kristal. Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan sifat materi yang berinteraksi dengan kita ditentukan oleh sifat zat-zat kimia dan interaksi antar mereka. Baja lebih keras dari besi karena atom-atomnya terikat dalam struktur kristal yang lebih kaku. Kayu terbakar atau mengalami oksidasi cepat karena ia dapat bereaksi secara spontan dengan oksigen pada suatu reaksi kimia jika berada di atas suatu suhu tertentu. Zat cenderung diklasifikasikan berdasarkan energi, fase, atau komposisi kimianya. Materi dapat digolongkan dalam 4 fase, urutan dari yang memiliki energi paling rendah adalah padat, cair, gas, dan plasma. Dari keempat jenis fase ini, fase plasma hanya dapat ditemui di luar angkasa yang berupa bintang, karena kebutuhan energinya yang teramat besar. Zat padat memiliki struktur tetap pada suhu kamar yang dapat melawan gravitasi atau gaya lemah lain yang mencoba mengubahnya. Zat cair memiliki ikatan yang terbatas, tanpa struktur, dan akan mengalir bersama gravitasi. Gas tidak memiliki ikatan dan bertindak sebagai partikel bebas. Sementara itu, plasma hanya terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas; pasokan energi yang berlebih mencegah ion-ion ini bersatu menjadi partikel unsur. Satu cara untuk membedakan

ketiga fase pertama adalah dengan volume dan bentuknya: kasarnya, zat padat memeliki volume dan bentuk yang tetap, zat cair memiliki volume tetap tapi tanpa bentuk yang tetap, sedangkan gas tidak memiliki baik volume ataupun bentuk yang tetap.

Air yang dipanaskan akan berubah fase menjadi uap air.

Air (H2O) berbentuk cairan dalam suhu kamar karena molekul-molekulnya terikat oleh gaya antarmolekul yang disebut ikatan Hidrogen. Di sisi lain, hidrogen sulfida (H2S) berbentuk gas pada suhu kamar dan tekanan standar, karena molekul-molekulnya terikat dengan interaksi dwikutub (dipole) yang lebih lemah. Ikatan hidrogen pada air memiliki cukup energi untuk mempertahankan molekul air untuk tidak terpisah satu sama lain, tapi tidak untuk mengalir, yang menjadikannya berwujud cairan dalam suhu antara 0 C sampai 100 C pada permukaan laut. Menurunkan suhu atau energi lebih lanjut mengizinkan organisasi bentuk yang lebih erat, menghasilkan suatu zat padat, dan melepaskan energi. Peningkatan energi akan mencairkan es walaupun suhu tidak akan berubah sampai semua es cair. Peningkatan suhu air pada gilirannya akan menyebabkannya mendidih (lihat panas penguapan) sewaktu terdapat cukup energi untuk mengatasi gaya tarik antarmolekul dan selanjutnya memungkinkan molekul untuk bergerak menjauhi satu sama lain. Ilmuwan yang mempelajari kimia sering disebut kimiawan. Sebagian besar kimiawan melakukan spesialisasi dalam satu atau lebih subdisiplin. Kimia yang diajarkan pada sekolah menengah sering disebut "kimia umum" dan ditujukan sebagai pengantar terhadap banyak konsep-konsep dasar dan untuk memberikan pelajar alat untuk melanjutkan ke subjek lanjutannya. Banyak konsep yang dipresentasikan pada tingkat ini sering dianggap tak lengkap dan tidak akurat secara teknis. Walaupun demikian, hal tersebut merupakan alat yang luar biasa. Kimiawan secara reguler menggunakan alat dan penjelasan yang sederhana dan elegan ini dalam karya mereka, karena terbukti mampu secara akurat membuat model reaktivitas kimia yang sangat bervariasi.

Ilmu kimia secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia.

Sejarah

Robert Boyle, perintis kimia modern dengan menggunakan eksperimen terkontrol, sebagai kontras dari metode alkimia terdahulu. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah kimia

Akar ilmu kimia dapat dilacak hingga fenomena pembakaran. Api merupakan kekuatan mistik yang mengubah suatu zat menjadi zat lain dan karenanya merupakan perhatian utama umat manusia. Adalah api yang menuntun manusia pada penemuan besi dan gelas. Setelah emas ditemukan dan menjadi logam berharga, banyak orang yang tertarik menemukan metode yang dapat mengubah zat lain menjadi emas. Hal ini menciptakan suatu protosains yang disebut Alkimia. Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains. Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan-alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (16271691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleyev pada tahun 1869. Penghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus mengenai penemuan kimia selama 100 tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat subatomik atom diungkapkan dan ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan

kimia. Pada pertengahan abad ke-20, kimia telah berkembang sampai dapat memahami dan memprediksi aspek-aspek biologi yang melebar ke bidang biokimia. Industri kimia mewakili suatu aktivitas ekonomi yang penting. Pada tahun 2004, produsen bahan kimia 50 teratas global memiliki penjualan mencapai 587 bilyun dolar AS dengan margin keuntungan 8,1% dan pengeluaran riset dan pengembangan 2,1% dari total penjualan [2].

Konsep dasar
[sunting] Tatanama

Logo IUPAC. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tatanama IUPAC

Tatanama kimia merujuk pada sistem penamaan senyawa kimia. Telah dibuat sistem penamaan spesies kimia yang terdefinisi dengan baik. Senyawa organik diberi nama menurut sistem tatanama organik. Senyawa anorganik dinamai menurut sistem tatanama anorganik.

[sunting] Atom
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Atom

Atom adalah suatu kumpulan materi yang terdiri atas inti yang bermuatan positif, yang biasanya mengandung proton dan neutron, dan beberapa elektron di sekitarnya yang mengimbangi muatan positif inti. Atom juga merupakan satuan terkecil yang dapat diuraikan dari suatu unsur dan masih mempertahankan sifatnya, terbentuk dari inti yang rapat dan bermuatan positif dikelilingi oleh suatu sistem elektron.

[sunting] Unsur

Bijih uranium Artikel utama untuk bagian ini adalah: Unsur kimia

Unsur adalah sekelompok atom yang memiliki jumlah proton yang sama pada intinya. Jumlah ini disebut sebagai nomor atom unsur. Sebagai contoh, semua atom yang memiliki 6 proton pada intinya adalah atom dari unsur kimia karbon, dan semua atom yang memiliki 92 proton pada intinya adalah atom unsur uranium.

[sunting] Ion
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ion

Ion atau spesies bermuatan, atau suatu atom atau molekul yang kehilangan atau mendapatkan satu atau lebih elektron. Kation bermuatan positif (misalnya kation natrium Na+) dan anion bermuatan negatif (misalnya klorida Cl) dapat membentuk garam netral (misalnya natrium klorida, NaCl). Contoh ion poliatom yang tidak terpecah sewaktu reaksi asam-basa adalah hidroksida (OH) dan fosfat (PO43).

[sunting] Senyawa
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Senyawa kimia

Senyawa merupakan suatu zat yang dibentuk oleh dua atau lebih unsur dengan perbandingan tetap yang menentukan susunannya. sebagai contoh, air merupakan senyawa yang mengandung hidrogen dan oksigen dengan perbandingan dua terhadap satu. Senyawa dibentuk dan diuraikan oleh reaksi kimia.

[sunting] Molekul
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Molekul

Molekul adalah bagian terkecil dan tidak terpecah dari suatu senyawa kimia murni yang masih mempertahankan sifat kimia dan fisik yang unik. Suatu molekul terdiri dari dua atau lebih atom yang terikat satu sama lain.

[sunting] Zat kimia


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zat kimia

Suatu 'zat kimia' dapat berupa suatu unsur, senyawa, atau campuran senyawa-senyawa, unsurunsur, atau senyawa dan unsur. Sebagian besar materi yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu bentuk campuran, misalnya air, aloy, biomassa, dll.

[sunting] Ikatan kimia

Orbital atom dan orbital molekul elektron Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ikatan kimia

Ikatan kimia merupakan gaya yang menahan berkumpulnya atom-atom dalam molekul atau kristal. Pada banyak senyawa sederhana, teori ikatan valensi dan konsep bilangan oksidasi dapat digunakan untuk menduga struktur molekular dan susunannya. Serupa dengan ini, teori-teori dari fisika klasik dapat digunakan untuk menduga banyak dari struktur ionik. Pada senyawa yang lebih kompleks/rumit, seperti kompleks logam, teori ikatan valensi tidak dapat digunakan karena membutuhken pemahaman yang lebih dalam dengan basis mekanika kuantum.

[sunting] Wujud zat


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fase zat

Fase adalah kumpulan keadaan sebuah sistem fisik makroskopis yang relatif serbasama baik itu komposisi kimianya maupun sifat-sifat fisikanya (misalnya masa jenis, struktur kristal, indeks

refraksi, dan lain sebagainya). Contoh keadaan fase yang kita kenal adalah padatan, cair, dan gas. Keadaan fase yang lain yang misalnya plasma, kondensasi Bose-Einstein, dan kondensasi Fermion. Keadaan fase dari material magnetik adalah paramagnetik, feromagnetik dan diamagnetik.

[sunting] Reaksi kimia

Reaksi kimia antara hidrogen klorida dan amonia membentuk senyawa baru amonium klorida Artikel utama untuk bagian ini adalah: Reaksi kimia

Reaksi kimia adalah transformasi/perubahan dalam struktur molekul. Reaksi ini bisa menghasilkan penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih besar, pembelahan molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil, atau penataulangan atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk atau terputusnya ikatan kimia.

[sunting] Kimia kuantum


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kimia kuantum

Kimia kuantum secara matematis menjelaskan kelakuan dasar materi pada tingkat molekul. Secara prinsip, dimungkinkan untuk menjelaskan semua sistem kimia dengan menggunakan teori ini. Dalam praktiknya, hanya sistem kimia paling sederhana yang dapat secara realistis diinvestigasi dengan mekanika kuantum murni dan harus dilakukan hampiran untuk sebagian besar tujuan praktis (misalnya, Hartree-Fock, pasca-Hartree-Fock, atau teori fungsi kerapatan, lihat kimia komputasi untuk detilnya). Karenanya, pemahaman mendalam mekanika kuantum tidak diperlukan bagi sebagian besar bidang kimia karena implikasi penting dari teori (terutama hampiran orbital) dapat dipahami dan diterapkan dengan lebih sederhana. Dalam mekanika kuantum (beberapa penerapan dalam kimia komputasi dan kimia kuantum), Hamiltonan, atau keadaan fisik, dari partikel dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dua

operator, satu berhubungan dengan energi kinetik dan satunya dengan energi potensial. Hamiltonan dalam persamaan gelombang Schrdinger yang digunakan dalam kimia kuantum tidak memiliki terminologi bagi putaran elektron. Penyelesaian persamaan Schrdinger untuk atom hidrogen memberikan bentuk persamaan gelombang untuk orbital atom, dan energi relatif dari orbital 1s, 2s, 2p, dan 3p. Hampiran orbital dapat digunakan untuk memahami atom lainnya seperti helium, litium, dan karbon.

[sunting] Hukum kimia


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hukum kimia

Hukum-hukum kimia sebenarnya merupakan hukum fisika yang diterapkan dalam sistem kimia. Konsep yang paling mendasar dalam kimia adalah Hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan jumlah zat yang terukur pada saat reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya energilah yang kekal, dan bahwa energi dan massa saling berkaitan. Kekekalan energi ini mengarahkan kepada pentingnya konsep kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika

TRIDARMA ILMU TANAH : CITA-CITA DAN KENYATAAN


Oleh: Tejoyuwono Notohadiprawiro Menerima 'Tridarma' sebagai doktrin yang melandasi segala kegiatan dan corak kehidupan kampus, berarti kita sanggup memenuhi berbagai tuntutan, baik yang mengenai mutu penyelesaian tugas maupun yang berkaitan dengan harkat pribadi. Penghayatan Tridarma secara benar dan utuh menjadi ciri khas insan kampus yang tidak dapat ditawar oleh siapa pun. Tuntutan mutu penyelesaian tugas dipenuhi dengan jalan: Secara malar (continuous) membina dan memacu pendidikan yang paut (relevant) guna menabur (disseminate) kecendekiaan, ilmu dan kemahiran. Secara malar menjalankan dan menggairahkan penelitian sebaik-baiknya untuk menghidupkan dan membina sumber pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara malar memelihara dan meningkatkan keterbukaan kampus terhadap masyarakat untuk memantapkan mekanisme saling tukar, yang pada gilirannya akan melancarkan proses umpan balik yang tertuju kepada penyuburan silang (crossfertilization) antara kampus sebagai penghasil dan masyarakat sebagai pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan harkat pribadi dipenuhi dengan jalan: Teguh dalam mempertahankan kebenaran sejati, dari mana pun datangnya, akan tetapi tetap bersikap terbuka dan dapat memaklumi pendapat yang berbeda. Menjauhi sikap ingin maju sendiri dan mendahulukan usaha mengajak orang lain ikut maju. Tidak mementingkan diri sendiri dalam soal waktu, kesempatan dan mengembangkan bakat serta bersedia bekerja keras. Menganut pandangan yang luas, serbacakup (comprehensive) dan terpadu. Memiliki dedikasi untuk memahami lingkungannya. Di pihak lembaga pendidikan tinggi, Tridarma mengisyaratkan kewajiban memerankan pelopor dan pemimpin dalam membina ilmu. Para pakar dan ahli yang bekerja di lembaga lain adalah hasil tempaan lembaga pendidikan tinggi. Maka kalau negara dan bangsa mengalami keterbelakangan atau kelesuan

ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak ada pihak yang dapat disalahkan kecuali diri kita sendiri yang mengasuh lembaga pendidikan tinggi. Perspektif Sejarah Ilmu Tanah Perspektif sejarah berguna untuk (1) membantu mengendapkan dalam pikiran kita tahapan-tahapan rumit yang telah dilalui suatu ilmu, dalam hal ini ilmu tanah, (2) memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi pengkajian tanah, dan (3) meramalkan hari depan ilmu tanah. Manusia secara berangsur mendapatkan pengetahuan sebagai hasil perjuangannya demi kemaujudannya (existence). Inilah sebabnya mengapa kedokteran, botani dan astronomi merupakan disiplin ilmu yang tertua, pengetahuan yang pertama-tama dimiliki manusia. Pengetahuan kedokteran dia perlukan untuk melawan gangguan atau penyakit tubuhnya. Botani berkembang diderita karena minatnya yang mendalam tentang tumbuhan sebagai bahan obat atau pangan. Gejala ruang angkasa yang sukar dipahami, perubahan tetap siang dan malam, peredaran matahari dari timur ke barat, pemunculan bintang menurut musim, dan sebagainya membangkitkan rasa gaib dalam diri manusia. Dengan diawali penyembahan Dewa Matahari oleh bangsa Mesir Kuno, secara bertahap pengetahuan manusia bertambah yang akhimya melahirkan astronomi. Dari sesuatu yang dipandang gaib, dipuja dan disembah, lambat laun berganti menjadi sesuatu yang sangat memikat untuk disingkap rahasianya, untuk dijamah. Manusia mulai menjelajahi ruang angkasa. Bagaimana mengenai tanah? Tanah berada di bawah telapak kaki manusia. Setiap saat dia menginjaknya, akan tetapi dia justru mendongak ke langit untuk memperoleh pertolongan dan keselamatan dari para Dewa. Selama manusia masih bertempat tinggal di dalam gua-gua atau di bawah tajuk lebat pepohonan, selama dia puas dengan mencari makan secara berburu binatang dan memungut hasil tumbuhan, dan selama dia sudah merasa senang meliliti tubuhnya dengan dedaunan, kulit kayu, atau kulit binatang untuk melindungi badannya dari kedinginan, kehujanan, tusukan duri, dan gigitan serangga, selama itu pula tanah bukan sesuatu yang perlu diperhatikan. Kelahiran pengetahuan tentang tanah masih harus menunggu waktu lama sampai manusia menjinakkan (domesticate) hewan menjadi ternak dan tumbuhan menjadi tanaman. Mulailah manusia merasa perlu memperhatikan tanah. Keperhatian (concern) manusia yang menempati kawasan beriklim kering tertuju kepada pencarian padang rumput yang subur untuk menggembalakan ternak, dan yang menempati kawasan beriklim basah keperhatiannya tertuju kepada pemilihan tanah hutan yang baik untuk dibuka dan bercocok tanam. Manusia masih bergantung pada alam untuk memulihkan kesuburan perumputan atau kesuburan tanah hutan. Oleh karena pemulihan ini memerlukan waktu lama, manusia hidup sebagai peternak nomad atau petani peladang (swidden cultivators). Penduduk kawasan tropika basah di Afrika, Asia dan Amerika Selatan memahirkan diri dalam berladang. Proses pengumpulan dan penghimpunan pengalaman mulai berjalan dan makin melaju setelah manusia hidup menetap. Diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak dan andal untuk dapat memilih padang rumput atau tanah yang dapat digunakan secara tetap. Lembah-lembah sungai menjadi pilihan pertama untuk mendirikan permukiman dan mengusahakan pertanian secara menetap. Tanah lembah sungai disuburkan kembali secara berkala oleh lumpur banjir. Meskipun pemeliharaan kesuburan tanah masih digantungkan pada alam, akan tetapi oleh karena prosesnya berjalan hanya berselang musim dan tidak berjangka waktu tahunan seperti pada kawasan perladangan, manusia dapat menerapkan sistem pertanian menetap di lembah-lembah sungai. Bermukim sepanjang sungai juga mempertimbangkan kemudahan perhubungan dan perdagangan. Mereka yang kurang beruntung dengan alamnya, penyuburan tanah harus mereka usahakan sendiri.

Orang-orang Mesir Kuno memanfaatkan kedermawanan Bengawan Nil dengan menetap di sepanjang lembahnya. Orang-orang Babilonia yang mengusahakan lembah Sungai Eufrat dan Tigris yang beriklim kering mengembangkan teknik irigasi yang hebat. Akan tetapi teknologi irigasi waktu itu belum terdukung oleh pengetahuan tanah yang memadai. Maka akhimya tanah-tanah beririgasi di lembah Sungai Eufrat dan Tigris menjadi rusak karena salinisasi. Larutan garam di dalam air sungai mengendap dalam tanah karena evaporasi kuat di kawasan beriklim kering. Orang-orang Romawi, Yunani dan Cina mengembangkan kemahiran memupuk tanah dengan abu, sisa tanaman atau kotoran ternak. Orang Cina pada 4000 tahun yang lalu telah menerapkan semacam klasifikasi produktivitas tanah, a.l. untukdasar penetapan pajak bumi (Bennett, 1939; Joffe, 1949; Russell, 1963). Pengetahuan akan ada kalau ada kebutuhan segera. Macam pengetahuan yang timbul, atau arah perkembangan suatu pengetahuan tertentu, tergantung pada lingkungan atau keadaan tempat yang menimbulkan kebutuhan akan pengetahuan itu. Pengumpulan pengetahuan berdasarkan pengalaman setempat dapat dikerjakan oleh orang awam. Akan tetapi menghimpun pengetahuan yang terpisah-pisah sehingga menjadi suatu sistem pengertian, atau menumbuhkan ilmu pengetahuan, hanya dapat dilaksanakan oleh para pakar atau ahli yang berminat. Oleh karena para cendekiawan sudah jauh lebih dulu menekuni ilmu-ilmu kealaman yang lain maka kemunculan ilmu tanah masih harus menunggu lama lagi sampai ada diversifikasi minat di kalangan para ahli pikir itu. Saat tersebut akhimya tiba juga pada menjelang akhir abad ke-18. Tanah mendapatkan perhatian dari para cerdik pandai yang biasa berkecimpung dalam bidang kimia, fisiologi tumbuhan, bakteriologi dan geologi beserta bidang ikutannya petrografi dan mineralogi. Terbawa dari latar belakang disiplin ilmu masingmasing, mereka memperlakukan tanah sebagai suatu bahan. Orang geologi menganggap tanah sebagai bahan sisa pelapukan batuan. Mereka mengkaji tanah untuk menyidik kembali batuan asal mulanya menurut mineral dan sibir (fragment) batuan yang tersisa dalam bahan tanah. Orang ilmu kimia dan fisiologi tumbuhan memusatkan perhatian mereka pada unsur penyusunan tanah dan mengaitkannya dengan keharaan tanaman. Orang bakteriologi mementingkan unsur atau senyawa penyusun tanah yang dihasilkan oleh kegiatan biologi, khususnya oleh kegiatan jasad renik. Berkat kemajuannya yang pesat dan berhasil, ilmu kimia untuk sementara waktu merajai pandangan ilmiah. Ilmu ini memiliki sarana penelitian ampuh berupa pemikiran dan kegiatan analitik. Sumbangan Boussingault di Perancis dan Liebig di Jerman kepada ilmu kimia pertanian dapat dicatat sebagai tonggak sejarah penting bagi perkembangan ilmu tanah. Terutama "teori mineral" dan "hukum minimum" Liebig yang diumumkannya pada tahun 1840 telah menghidupkan ilmu kesuburan tanah, suatu cabang ilmu tanah yang bertumbuh pesat dan menjadi cikal-bakal revolusi hijau yang terjadi pada abad ke-20. Dengan teori dan hukum tersebut Liebig sekaligus menumbangkan "teori humus" Thaer yang diajukan 30 tahun sebelumnya. Dapat dicatat bahwa ilmu kesuburan tanah modern menggabungkan teori humus dan teori mineral menjadi satu kesatuan dan menjabarkan ulang hukum minimum menjadi hukum neraca hara. Di bawah asuhan ilmu kimia, pengkajian tanah maju dengan pesat. Ilmu tanah berhutang budi kepada kimia atas sumbangannya berupa metode dan tatacara penelitian serta hukum dasar kimia yang diterapkan pada tanah selaku medium produksi pertanaman. Akan tetapi di balik keberuntungan ini terdapat kerugian yang tidak kecil. Pengaruh ilmu kimia yang begitu kuat telah menghambat perkembangan pengkajian tanah menjadi disiplin ilmu yang hakiki dan mandiri. Pengkajian tanah menjadi bawahan ilmu kimia. Dengan konsep kimiawi tanah hanya dapat dipandang sebagai bahan dan tidak dapat dilihat tanah sebagai suatu tubuh alam yang khas. Geologi juga memberikan saham pada kekeliruan konsep ini. Pada waktu menekuni tanah sebagai limbah batuan, seorang pakar geologi tidak mempedulikan hubungan tanah dengan lingkungannya. Tanah dianggapnya hanya berkaitan langsung dengan batuan yang telah dan sedang mengalami pelapukan, dan tidak ada faktor lain di luar batuan dan pelapukan yang ikut serta menghadirkan tanah.

Fisika juga memberikan sumbangan yang sangat berarti kepada kemajuan pengkajian tanah. Berbagai sifat fisik dan mekanik tanah yang penting dapat di diungkapkan dengan teori dan hukum fisika. Akan tetapi sebagaimana ilmu kimia, fisika juga memandang tanah semata-mata sebagai bahan dan bukan sebagai tubuh Kita tahu sekarang bahwa pengkajian dan penyelesaian persoalan tanah tidak semudah dugaan orang sampai akhir abad ke-l9. Membawa cuplikan (sample) tanah ke laboratorium untuk dianalisis sifat-sifat kimia, fisik, mineralogi dan/atau biologinya belum dapat memecahkan persoalan. Demikian pula halnya membawa tanah ke rumah kaca untuk percobaan pot. Tonggak sejarah penting berikutnya bagi perkembangan pengkajian tanah datang pada pergantian abad ke-19 ke abad ke-20. Tonggak yang satu dipancangkan di Rusia oleh Dokuchaev dan murid-muridnya pada tahun 1883, dan tonggak yang lain dipancangkan di Amerika Serikat oleh Hilgard pada tahun 1877. Dokuchaev berlatarbelakang pendidikan geologi dan mineralogi, sedang Hilgard di samping berpendidikan geologi juga kemudian menguasai zoologi, botani dan agronomi (Joffe, 1949). Oleh kepeloporan kedua sarjana ini pandangan tentang hakekat tanah berubah dari bahan menjadi tubuh. Konsep tanah sebagai tubuh alam merupakan pembaharuan total atas pandangan sebelumnya. Tanah bukan sekadar bahan kimiawi atau benda fisik yang ditemukan di lapangan, bukan semata-mata substrat yang menghidupkan dan menghidupi tumbuhan, bukan hanya dunia jasad renik yang kaya raya, dan bukan pula sekadar limbah batuan. Tanah adalah suatu kenyataan alam yang mandiri. Tanah mempunyai asal-usul, diujudkan di bawah kuasa faktor lingkungan tertentu melalui berbagai proses khas dan rumit, serta terdistribusikan di muka daratan dengan pola yang dapat ditakrifkan (distributed with definable patterns). Tanah merupakan suatu sistem terbuka menurut peredaran bahan dan energi. Kemaujudannya bertumpu pada daya tanggap tubuh tanah terhadap kakas (forces) yang bertanggung jawab atas pembentukan tanah. Kesudahan tanggapan ini terekam pada morfologi tubuh tanah (profil tanah) yang terbentuk oleh berbagai proses alihrupa dan alihtempat intemal (internal transformations and translocations). Pada waktu dikuasai ilmu kimia, pengkajian tanah berkonsep statika. Buah penelitiannya adalah cuplikan tanah dari lapisan perakaran tanaman dan ruang kerjanya adalah laboratorium. Dengan konsep baru, ilmu tanah berurusan dengan dinamika tanah, berarti waktu menjadi faktor penting secara mutlak dalam menghadirkan sifat tanah. Tanah mernpakan perujudan suatu keseimbangan dinamik. Pada tahana tunak keseimbangan dinamik (steady state of dynamic equilibrium), anasir-anasir tanah berada dalam keselarasan timbal balik (mutually adjustment) dan tubuh tanah mencapai taraf matang. Kematangan ini bersifat nisbi. Apabila kelakuan faktor-faktor berubah maka proses penyelarasan timbal-balik antar anasir tanah berulang kembali menuju ke pencapaian keseimbangan dinamik baru. Dengan konsep baru ini buah telaah adalah keseluruhan tubuh tanah dan ruang kerjanya adalah lapangan tempat tubuh tanah itu berada. Cuplikan tanah dan laboratorium menjadi pelengkap penelitian untuk meningkatkan daya sidik dan daya ramal. Semua hasil penetapan laboratorium atas cuplikan tanah dikorelasikan satu dengan yang lain, baik secara vertikal untuk memperoleh rujukan tubuh maupun secara lateral untuk memperoleh rujukan bentangan. Dengan demikian tiap data tanah berada dalam suatu sistem informasi yang bermatra ruang. Dengan menginferensikan ciri-ciri tubuh tanah pada sejarah bentanglahan (landscape) tempat tubuh tanah berada, data tanah memperoleh pula matra waktu. Setelah berhasil melahirkan konsep khusus tentang hakekat tanah dan berhasil menguraikan hukum yang mengatur faktor pembentuk tanah, barulah pengetahuan tanah menjadi suatu disiplin ilmu yang benarbenar mandiri. Ilmu kealaman yang lain, seperti ilmu kimia, fisika, biologi dan geologi, bukan lagi "bapak angkat" ilmu tanah melainkan alat. Bahkan kini matematika dan statistika sudah menjadi alat penting

sekali dan lazim digunakan oleh ilmu tanah, khususnya dalam pengacuan (modelling) reaksi yang berlangsung dalam tanah dan interpolasi batas bentangan jenis tanah di medan (geostatistics). Ilmu tanah masih muda sekali, boleh dikatakan umurnya kini baru sekitar satu abad. Akan tetapi dengan memiliki konsep baru maka sejak awal abad ke-20 ilmu tanah mengalami kemajuan pesat sekali. Dengan kelincahan dan kemahiran luar biasa, ilmu tanah memanfaatkan setiap kemajuan dalam ilmu kealaman yang lain dan dalam teknik analisis untuk memperkaya pandangan dan mencanggihkan metode penelitiannya. Bahkan kenyataan sosial dan ekonomi secara begitu cerdik dapat diramukan ke dalam ilmu tanah, misalnya yang dikerjakan oleh Profesor Edelman almarhum dalam bukunya "Sociale en Economische Bodemkunde" (1949). Joffe (1949) mengatakan bahwa ilmu tanah berdiri di antara ilmu tentang benda hidup dan tak hidup. Ilmu tanah memperoleh matra lebih luas setelah klasifikasi dan pemetaan tanah berkembang pesat. Berkat fakta dan bukti yang terkumpul banyak selama penjelajahan medan secara intensif di kawasan dunia yang luas, konsep tanah sebagai sistem alam kemudian memperoleh konteks baru sebagai sumberdaya alam. Dengan ini ilmu tanah tidak saja berada di antara alam biotik dan abiotik, akan tetapi merangkaikan kedua alam tadi, dan bahkan memperoleh gatra sosial dan ekonomi sangat nyata. Dengan klasifikasi dan pemetaan tanah segala informasi tentang tanah memperoleh makna "tempat" dan penyalurannya menjadi lebih efektif karena dapat mengikuti asas ekstrapolasi atau adaptasi. Hal ini jelas berguna sekali bagi penaburan ilmu dan teknologi tanah. Kebutuhan akan pendirian himpunan ilmu tanah, penerbitan jurnal ilmu tanah, atau penyelenggaraan pertemuan ilmu tanah secara berkala, menjadi bukti nyata tentang kepentingan penyaluran informasi untuk mendorong perkembangan ilmu tanah lebih pesat lagi. Misalnya, pertemuan ilmu tanah yang pertama kali diadakan di Indonesia berlangsung pada tahun 1930 di Yogyakarta. Salah satu jurnal ilmu tanah tertua "Soil Science" yang sekarang menjadi medium penyiaran ilmu tanah yang disegani, mulai terbit pada tahun 1916. Soil Science Society of America berdiri pada tahun 1936. Sebagai catatan, Himpunan Ilmu Tanah Indonesia baru berdiri pada tahun 1961 dan itupun "hidup segan mati tak sudi". Hakikat Tradisional Ilmu Tanah Ilmu tanah bermula dari sekumpulan pengalaman sederhana dalam lingkungan masyarakat pedesaan yang serba sederhana pula. Kemudian dia beruntung dipungut dan dipelihara dalam lingkungan elit ilmu pengetahuan yang serba angker dan berwibawa di kota-kota agung Berlin, Paris, London dan Moskwa. Akhirnya ilmu tanah menemukan jatidirinya di alam luas berupa hutan belantara, padang rumput, gurun, rawa, pegunungan tinggi bersalju dan lembah ngarai berair bah. Berbekal kecendekiaan elit, ilmu tanah kembali berbaur dengan masyarakat bawah. Terbawa dari sejarah pertumbuhannya, secara tradisional ilmu tanah terikat erat pada budidaya tanaman dan ternak. Sampai sekarang pun ilmu tanah menjadi salah satu mata ajaran pokok dalam kurikulum pertanian. Selama tanaman dibudidayakan pada tanah, selama itu pula pertanian memerlukan ilmu tanah. Karena ilmu tanah selalu diasosiasikan dengan pertumbuhan tanaman maka secara tradisional bidang kesuburan tanah menjadi bagian ilmu tanah terpenting dari segi kehidupan masyarakat. Bahkan dalam pengertian orang awam, ilmu tanah adalah ilmu kesuburan tanah. Bagian ilmu tanah yang lain, yang bersifat "murni" seperti fisika tanah, kimia tanah, mineralogi tanah, biologi tanah dan genesis serta klasifikasi tanah, tidak banyak dikenal orang. Orang pada umumnya beranggapan ilmu tanah adalah bagian dari ilmu pertanian. Ilmu tanah hanya perlu bagi petani dan kegiatan yang melibatkan tanaman. Akibatnya, ilmu tanah memperoleh ruang cerapan yang sempit. Cerapan tradisional ini masih melekat pada banyak pihak penggaris kebijakan dan pengambil keputusan.

Prospek Ilmu Tanah Dari kenyataan yang dihadapi ilmu tanah dan latar belakang sejarahnya, timbul berbagai pertanyaan mendasar tentang hari depan ilmu tanah. Sudahkah ilmu tanah sampai pada akhir perkembangannya? Apakah ilmu tanah sudah menemukan tempat yang sesuai, baik dalam dunia ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan masyarakat? Mungkinkah bidang pelayanan ilmu tanah diperluas, yang tidak saja meliputi bidang pertanian akan tetapi mencakup pula bidang kegiatan lain yang berkenaan dengan penggunaan wilayah? Seberapa siap ilmu tanah mengantisipasi pemunculan kenyataan tadi dan bagaimana konsekuensi pembaharuan pandangan mengenai hakikat tanah dalam kehidupan manusia atas perancangan dan pengelolaan pendidikan dan penelitian ilmu tanah? Sekelompok pakar tanah Amerika Serikat pada tahun 1950-an berupaya menyusun suatu sistem klasifikasi tanah serbacakup (comprehensive) agar bersifat serbaguna dan tidak hanya berguna bagi kepentingan pertanian saja. Dengan kata lain para pakar tersebut menginginkan agar informasi tanah dapat menjangkau berbagai pihak. Setelah meliwati banyak tahap ujicoba (approximations) dengan kerjasama internasional luas, akhirnya pada tahun 1975 terbit buku Soil Taxonomy yang dinyatakan sebagai "a basic system of soil classification for making and interpreting soil surveys". Buku ini sampai sekarang masih mengalami perbaikan dan penambahan agar dapat menampung semua fakta tanah yang ditemukan di semua bagian dunia dan dapat melayani secara lebih baik kepentingan-kepentingan lain di luar pertanian. Soil Taxonomy disusun oleh Soil Survey dari Soil Conservation Service USDA dan diterbitkan sebagai Agriculture Handbook No. 436. Pada tahun 1966 Soil Science Society of America bersama dengan American Society of Agronomy menerbitkan buku Soil Surveys and Land Use Planning. Buku ini menyajikan secara jelas kepentingan informasi tanah berupa peta tanah bagi perencanaan permasyarakatan (community planning) yang menyangkut pembangunan wilayah pedesaan yang ditempati penduduk bukan petani, wilayah perkotaan, kawasan rekreasi, taman, dan jaringan jalan utama (highways). Informasi tanah juga diperlukan untuk penyeragaman penaksiran pajak bumi. Dengan memperhatikan keadaan tanah, pembangunan sektor bukan pertanian dapat mencapai efisiensi tinggi dan bersamaan dengan itu memperoleh wawasan lingkungan (Bartelli et al, 1966). Informasi tanah yang diperlukan sama dengan yang diperlukan pertanian, akan tetapi penafsirannya tentu berbeda (Kellogg, 1966). Penerbitan kedua buku tadi pada paro ke dua abad ke-20 menandai terbitnya jaman pembaharuan makna ilmu tanah. Pelayanan ilmu tanah diharapkan dapat meluas dan menjangkau berbagai gatra kehidupan masyarakat. Ilmu tanah ingin dihayati kemaujudannya oleh seluruh masyarakat, tidak hanya oleh masyarakat ketanian saja. Pada suatu tahap perkembangannya, ilmu tanah pernah dibina oleh geologi. Dalam pengkajian geologi kuarter diperlukan masukan dari telaah pedogenesis. Fakta ini diungkapkan dalam tulisan-tulisan Tedrow (1973), Jackson et al. (1973), Yaalon dan Ganor (1973), Mulcahy dan Churchward (1973), Wada dan Aomine (1973), El/Attar dan Jackson (1973), Gerasimov (1973), Zonn (1973), Ugolini dan Schlichte (1973), Pons dan van der Molen (1973), van Zindern Bekker dan Butzer (1973), Birklkeland (1974), Notohadiprawiro (1980), dan Gerrard (1981). Dalam kurun waktu 25 tahun terakhir terjadi perluasan besar dalam bidang penerapan ilmu tanah, mencakup arkeologi, ekologi, rekayasa, proyek-proyek pembangunan wilayah, dan tata ruang (Steur, 1967; Limbrey, 1975; Western, 1978; Buringh, 1978; Jenny, 1980; Soil management Support Service, 1981). Akibat pembaharuan cerapan mengenai ilmu tanah kemudian melanda pula bidang kajian tradisional ilmu tanah. Greenland (1981) misalnya, berpendapat bahwa pengkajian tanah untuk produksi pertanaman perlu dilatarbelakangi klasifikasi dan geografi tanah. Dengan latar belakang tersebut kesuburan tanah dapat ditaksir secara baik menurut kriterium kapabilitas bermatra waktu dan ruang, yang menyiratkan keterlanjutan penggunaan dan efektifitas kegunaannya. Buku Greenland bersama dengan

buku pendahulunya, antara lain yang ditulis oleh Sanchez (1976), Theng (1980) dan Uehara dan Gillman(1981), menempatkan kajian tanah untuk pertanian dalam sorotan baru. Dalam sorotan itu kajian tanah tidak dikerjakan untuk memenuhi permintaan pertanian, akan tetapi dikerjakan untuk menyediakan informasi yang diperlukan pertanian sebagai salah satu pengguna tanah. Jadi, kajian tanah untuk pertanian ialah kajian tanah menurut metodologi ilmu tanah dengan diberi tafsir pertanian. Tergantung pada pengguna yang dilayani, kajian tanah yang sama dapat diberi tafsir teknik sipil, ekologi, geologi, arkeologi, dan sebagainya Maka ilmu tanah bukan bagian dari pertaniam Baru-baru ini penempatan ilmu tanah di bawah naungan pertanian dipertanyakan secara tajam oleh Presiden Soil Science Society of America, Fredd P. Miller (1991). Maka keanggotaan dalam SSSA pun harus melalui keanggotaan dalam American Sosiety of Agronomy (ASA). Dipertanyakannya apakah ilmu tanah tidak perlu mencari paradigma baru. Kita terbiasa menjatidirikan lembaga menurut asal usul. Memang benar bahwa pada awalnya ilmu tanah ditangani oleh para pakar yang terdidik dan terlatih dalam ilmu kimia, fisika, biologi dan geologi, yang menerapkan asas dan alat mereka pada pengkajian tanah. Disiplin ilmu tanah mewarisi banyak pandangan dan tata kerja mereka. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya ilmu tanah diasuh dan menjadi dewasa di bawah pembinaan dan kelembagaan pertanian. Dengan demikian ilmu tanah, pakarnya dan himpunannya berkarya dengan paradigma ketanian. Dengan meluasnya bidang dan bertambahnya keberbagaian persoalan yang dapat ditangani ilmu tanah dewasa ini, muncul gagasan yang makin meluas dan menguat mengenai memilih di antara dua pilihan. Pilihan itu ialah tetap setia kepada paradigma ketanian yang telah menjadikan ilmu tanah kokoh dan terhormat namun tetap saja dipandang sebagai anak asuh pertanian, ataukah mencari paradigma baru yang membuat ilmu tanah berjatidiri dan berkemandirian secara utuh. Pembaharuan paradigma dapat berupa mengafiliasikan ilmu tanah dengan ilmu kebumian (earth sciences). Ilmu tanah sendiri tidak luput dari pengaruh berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Pengaruh terpenting datang dari gerakan pengetatan penggunaan energi fosil atau energi komersial dan keprihatinan yang terus meningkat mengenai degradasi lingkungan hidup. Sehubungan dengan kedua hal tadi ilmu tanah terdorong meninjau ulang konsep dan tafsir faktanya. Kegiatan yang memakan energi fosil banyak ialah pemupukan dan pembenahan tanah (soil amendment) dengan bahan kimia buatan, irigasi dan pengatusan dengan bangunan bersistem gravitasi dan terutama dengan sistem pompa, pengolahan tanah dengan mesin, dan pemberantasan hama dan penyakit asal tanah (soil borne) secara kimiawi. Di samping itu pupuk dan pembenahan tanah buatan serta pestisida berdaya cemar kuat atas perairan. Persoalan energi fosil berkenaan dengan pemupukan, pembenahan dan pengolahan tanah menghadapkan ilmu tanah pada empat pilihan. Pilihan pertama ialah tetap menggunakan masukan energi fosil bertakaran tinggi seperti sekarang, akan tetapi bersama dengan itu meningkatkan efisiensi penggunaan berdasarkan kreterium nisbah keluaran/masukan energi yang meningkat. Pilihan kedua ialah mengurangi kebutuhan total energi fosil dengan menganekaragamkan pertanaman, menyelaraskan sistem pembudidayaan pertanaman, atau pewilayahan pertanaman menurut asas agroekosistem. Pilihan ketiga ialah menyulih sebagian atau seluruh kebutuhan energi fosil dengan energi hayati yang terbarukan dan lebih murah. Pilihan keempat ialah gabungan antara berbagai pilihan tersebut. Pilihan pertama dalam kaitannya dengan tanah mengupayakan perbaikan efesiensi penyerapan hara pupuk oleh perakaran tanaman dengan jalan (1) memilih bahan pupuk yang lebih lambat melepaskan hara, sehingga laju penyediaan hara setaraf dengan laju penyerapannya dan dengan demikian tidak ada kelebihan yang terbuang, (2) memasok hara secara berimbang untuk memperoleh tingkat konversi hara menjadi biomassa berguna yang tinggi, (3) menerapkan teknik pemupukan yang sesuai dengan sifat tanah untuk mengefektifkan penggunaan hara pupuk, dan/atau (4) mengelola tanah untuk memperbaiki interaksi antara pupuk dan tanah. Upaya ini perlu dilengkapi dengan upaya agronomi berupa meningkatkan daya

tanaman mengkonversi masukan energi komersial menjadi keluaran energi hayati berguna dengan jalan (1) menanam varietas tanaman berhasil panen tinggi, dan (2) menjadwalkan pemupukan menurut fasefase fisiologi yang bertanggapan paling menguntungkan. Segi tanah dari pilihan kedua berkenaan dengan menghemat pupuk yang diupayakan dengan jalan (1) memanfaatkan pupuk yang tersisa dari pertanaman terdahulu untuk pertanaman berikutnya, (2) menyusun pola pergiliran pertanaman yang kebutuhan pupuk total lebih rendah dari kebutuhan semula dengan budidaya tunggal, (3) melaksanakan sistem pertanaman yang memanfaatkan sebaik-baiknya potensi tanah memugar sendiri produktivitasnya, dan/atau (4) memilih tanah yang keadaan alaminya sesuai dengan kebutuhan suatu macam pertanaman tertentu, berarti perwilayahan budidaya tanaman menurut kemampuan tanah. Dalam hal pengelolahan tanah dikerjakan dengan mesin, jalan ketiga juga menghemat energi fosil yang digunakan untuk mengolah tanah. Energi untuk mengolah tanah juga dapat dihemat dengan menggunakan bahan pembenah tanah (soil amendment). Dengan mempertahankan struktur dan konsistensi tanah yang baik, dapat diterapkan asas pengolahan tanah minimum (minimum tillage), bahkan asas tanpa pengolahan tanah (zero tillage). Peranan ilmu tanah dalam pilihan ketiga ialah menemukan alternatif pembekalan hara dalam tanah. Suatu alternatif yang sekarang yang sedang giat dikembangkan ialah memapankan di dalam tanah suatu mekanisme hayati pembekalan hara dengan bioteknologi tanah. Upaya ini dikenal dengan budidaya organik (organic farming). Budidaya organik merupakan suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara secara hayati (Papendick dan Elliott, 1984). Masukan yang digunakan dalam budidaya organik ialah pupuk organik dan pupuk hayati (biofertilizer). Pupuk hayati ialah sediaan organik yang peran ameliorasinya berasal dari kandungan jasad renik aktif. Yang termasuk pupuk hayati antara lain inokulum Rhizobium, inokulum mikorisa, biakan jasad renik pelarut fosfat, dan biakan jasad renik pengurai bahan organik. Salah satu upaya yang termasuk pilihan keempat ialah sistem gizi tanaman terpadu (intergrated plant nutrition system, IPNS). Dalam IPNS sebagian kebutuhan masukan energi fosil berupa pupuk buatan kimia disulih dengan masukan energi hayati terbarukan berupa pupuk organik dan/atau pupuk hayati. Di dalam IPNS mekanisme hayati dibangkitkan untuk membentuk sistem bekalan hara di dalam tanah yang efektif dan mantap. Pembentukan ini memerlukan waktu panjang. Sementara itu digunakan pupuk buatan kimia untuk memasok hara sebelum sistem bekalan hara hayati dapat berfungsi secara berkelanjutan. Di bawah binaan FAO (1991) IPNS tengah digalakkan di kawasan Asia dan Pasifik. Jadi, IPNS menggabungkan pilihan pertama dengan ketiga. Upaya lain ialah menggabungkan pilihan kedua dan ketiga, atau menggabungkan pilihan pertama, kedua dan ketiga. Kepentingan mendesak akan penggunaan energi baru dan terbarukan yang diprioritaskan pada energi pedesaan, dicetuskan dalam "Nairobi Programme of Action". Program ini kemudian didukung FAO dalam sidangnya yang ke-21 di Roma dalam bulan November 1981 dan dipertegas kembali dalam Sidang Regional FAO untuk Asia dan Pasifik ke-16 di Jakarta dalam bulan Juni 1982. Sifat energi terbarukan selalu berkaitan, baik langsung maupun tidak, dengan alam hayati masa kini. Program Nairobi merupakan awal pengembangan budidaya organik. Beberapa tahun sebelumnya East-West Center di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat, telah mengaji dan mengembangkan suatu sistem merasionalkan pemupukan yang berintikan penghematan penggunaan pupuk buatan kimia yang berkadar energi fosil tinggi. Upaya ini dikerjakan bersama dengan sejumlah negara Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia (Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UGM). Kegiatan ini dijalankan dengan proyek I.N.P.U.T.S. (Increasing Productivity Under Tight Supplies), yang dimulai pada tahun 1974 dan berakhir pada tahun 1979.

Dalam gambarannya mengenai pertanian pada abad ke-21, Wittwer (1983) meramalkan bahwa teknologi produksi pangan akan bergeser dari teknologi bermekanisasi berat yang menggunakan lahan, air dan energi secara intensif ke teknologi yang lebih berdasarkan biologi dan berkiblat ilmiah, yang menghemat sumberdaya lahan, air dan energi. Teknologi tersebut pertama, yang sekarang diterapkan terutama di Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Brasil dan Argentina, mempunyai keunggulan dalam hal keluaran tiap pekerja usahatani tertinggi di dunia. Teknologi tersebut kedua, yang dewasa ini pada umumnya dilaksanakan di Jepang, Taiwan, Cina dan Eropa Barat, mempunyai keunggulan dalam hal hasil panen lebih tinggi tiap satuan luas lahan dan sering juga disertai dengan indeks pertanaman (cropping index) yang lebih tinggi. Memang produktivitasnya per pekerja usahatani tidak setinggi teknologi pertama. Dengan kata lain, dunia kita akan berpindah dari ekonomi yang digerakkan oleh permintaan dengan pandangan ketidakterbatasan sumberdaya ke suatu ekonomi yang berwawasan keterbatasan sumberdaya. Dalam kaitannya dengan tanah, gambaran pertanian abad ke-21 mengisyaratkan upaya menyidik kebutuhan keharaan optimum berbagai spesies tanaman dan merunut sumbangan flora dan fauna tanah kepada penyediaan hara yang bersumber dalam atmosfer dan tanah. Mekanisme sistem hayati yang berkomponen ganda dan kompetitif perlu ditelaah mendalam untuk mencapai produktivitas optimum. Hal ini tidak lain daripada upaya mengembangkan budidaya organik atau IPNS dengan pupuk organik dan pupuk hayati . Penggunaan jasad renik penambat nitrogen udara, baik yang hidup bebas maupun yang hidup bersimbiosis dengan tanaman tingkat tinggi (legum), terbukti dapat mengurangi banyak kebutuhan pupuk nitrogen buatan. Pendauran ulang sisa atau limbah hayati, baik melalui pencernaan ternak yang menghasilkan kotoran ternak atau pupuk kandang, melalui pengomposan yang menghasilkan kompos, maupun melalui perombakan biologi langsung dalam tanah yang merupakan pupuk hijau, tidak sedikit mengurangi kebutuhan pupuk buatan, khususnya pupuk N dan P. Inokulasi mikorisa pada tanaman sangat meningkatkan daya akar menyerap hara, terutama P, dan air, sehingga penggunaan hara dan air menjadi lebih hemat. Diperkirakan perlumbuhan mikorisa yang baik memperluas permukaan serapan akar sampai 1000 kali. Dengan biakan jasad renik pelarut fosfat, pupuk fosfat buatan yang mahal (TSP) dapat disulih dengan pupuk fosfat alam yang murah dan awet dalam tanah. Menyulih TSP dengan fosfat alam di tanah yang kaya akan oksida dan hidroksida Fe dan Al (tanah merah tropika) meningkatkan efektivitas pemupukan P. Penggunaan pupuk organik atau mulsa menjadi prasyarat bagi penerapan pengolahan tanah terbatas atau nihil. Bahan-bahan tersebut juga berperan penting dalam konservasi tanah dan air. Konservasi air dalam tanah berarti mengurangi kebutuhan akan air irigasi, dan hal ini pada gilirannya membatasi keperluan membangun bendung (weir) atau waduk, atau memasang pompa untuk menaikkan air sungai atau air tanah. Sistem konservasi air yang baik, yang menyatu dengan sistem budidaya pertanaman, akan mendorong perkembangan pertanian tadah hujan. Pertanian tadah hujan memanfaatkan energi alam gravitasi untuk menyampaikan air dari atmosfer langsung kepada petak pertanaman. Ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem pertanian tadah hujan. Keuntungan pertama ialah tidak ada kehilangan lahan produksi karena ditempati oleh waduk dan jaringan saluran penyalur dan pembagi air sebagaimana halnya pada sistem pertanian beririgasi. Fakta di Indonesia menunjukkan bahwa untuk mengairi lahan sawah seluas 20-25 ribu ha diperlukan lahan seluas tidak kurang daripada 10 ribu ha yang harus dikorbankan untuk menempatkan waduk dan jaringan saluran penyalur dan pembagi air mulai dari tingkat primer sampai dengan tingkat kuarter. Keuntungan kedua ialah tidak ada kerugian air yang hilang dalam simpanan di dalam waduk karena penguapan yang dipacu oleh bentangan permukaan air bebas yang luas dan diam yang menyebabkan suhu air dapat naik lebih tinggi, dan tidak ada air yang hilang merembes liwat dinding dan dasar saluran penyalur dan pembagi air.

Kehilangan air sebanyak 30% boleh dibilang umum terjadi di jaringan saluran tersier pada lahan pantai di Jawa. Hujan merupakan sumber air paling murah. Di daerah dengan curah hujan tahunan purata di atas 1200 mm dapat diusahakan pertanaman semusim tadah hujan dengan potensi produksi setaraf dengan yang beririgasi (Roy & Arora, 1973). Masalahnya ialah bagaimana menangkap air hujan sebaik-baiknya, mengalihrupakannya secara efektif menjadi lengas tanah yang berguna bagi tanaman, mengawetkan lengas tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman sampai hujan berikutnya jatuh, dan bilamana perlu membuang kelebihan air secara aman tanpa menimbulkan erosi tanah dan pelindian hara (leaching of nutrients) yang melampui batas terbolehkan (permissible limit). Di sinilah peranan ilmu tanah menonjol. Ilmu tanah tidak pernah menganjurkan irigasi penuh, kecuali di daerah-daerah yang beriklim terlalu kering selama seluruh musim tanam. Penggunaan sumber air permukaan dan air tanah untuk irigasi suplemental adalah cara pengelolaan sumber terbaik. Dalam cara itu sudah dipertimbangkan pengawetan sumber air dan pemerataan beban penggunaan antar berbagai sumber air. Kalau diperlukan irigasi atau pengatusan, penggunaan energi gravitasi jauh lebih baik daripada menggunakan pompa yang memakan banyak energi komersial. Apalagi kalau pompa dijalankan dengan energi listrik yang dikonversikan dari energi fosil minyak. Efisiensi konversinya pada lazimnya tidak lebih daripada 35%. Kebutuhan energi komersial untuk irigasi atau pengatusan dapat ditekan serendahrendahnya apabila listrik yang digunakan menjalankan pompa berasal dari PLTA atau yang dibangkitkan secara fotovoltaik. Irigasi di daerah langka hujan perlu disertai kewaspadaan terhadap kemungkinan penggaraman tanah. Karena penguapan kuat, lambat laun terjadi pemekatan garam yang terlarut dalam air, yang kemudian mengendap dan melonggok dalam tanah. Tanah yang semula normal berubah menjadi tanah garaman. Apabila pelonggokan garam mencapai kadar gawat, tidak ada lagi tanaman yang dapat tumbuh, kecuali yang sangat tahan garam, misalnya pohon korma, bayam dan kapas, atau tumbuhan halofita liar. Makin kering iklimnya, berarti makin besar evaporasinya daripada curah hujannya, makin tinggi kadar garam terlarutkan dalam air irigasi, dan/atau makin lambat permeabilitas tubuh tanah, bahaya penggalarnan tanah karena irigasi makin besar. Kejadian semacam inilah yang telah menghancurkan pertanian yang semula sangat subur di lembah sungai Eufrat - Tigris pada jaman kerajaan Mesopotamia yang sekarang menjadi negara Irak. Pengetahuan tentang kimiawi air irigasi, laju evaporasi, reaksi pertukaran ion antara larutan tanah dan kompleks jerapan tanah, serta laju perkolasi air sepanjang tubuh tanah, diperlukan secara mutlak bagi perencanaan irigasi di daerah iklim kering. Ilmu tanah berkepentingan dengan peningkatan efektivitas penggunaan energi pancar matahari untuk fotosintesis sehubungan dengan peningkatan penghasilan biomassa nabati. Peningkatan produksi biomassa nabati diperlukan untuk memperbanyak sisa pertanaman yang dapat didaurkan ulang sebagai pupuk organik atau mulsa untuk memperbaiki produktivitas tanah, atau mempertahankan kebaikannya, dan menyehatkan ekosistem tanah. Menyehatkan ekosistem tanah, disamping diperlukan sehubungan dengan memantapkan produktivitas tanah dan meningkatkan efektivitas pupuk, juga berguna menekan penyakit lewat tanah (soil-borne diseases) yang menyerang akar dan pangkal batang tanaman (Lynch, 1983; Christensen, 1987). Maka ilmu tanah dapat berbicara banyak dalam merancang pola tanam dan sistem pertanaman dengan agronomi. Dengan konsep penyehatan tanah, ilmu tanah dapat membantu upaya menghemat pestisida, yang berarti menghemat energi fosil atau energi komersial dan menekan bahaya pencemaran atas perairan. Dengan sifat-sifat fisik, kimia dan biologinya, suatu hamparan tanah dapat digunakan membersihkan limbah industri dan permukiman dari bahan atau zat pencemar. Dengan struktur yang dimilikinya, tanah dapat menyaring bahan pencemar yang tersuspensi dalam limbah cair. Dengan kemampuan menukar ion

pada mineral lempung dan bahan humus yang dikandungnya, tanah dapat menyerap zat pencemar berupa ion yang terlarut dalam limbah cair. Dengan populasi jasad renik pengurai yang hidup di dalamnya, tanah dapat menguraikan senyawa organik pencemar menjadi senyawa organik sederhana atau senyawa mineral yang tidak berbahaya. Dengan demikian ilmu tanah dapat menyumbang kepada rekayasa sanitasi lingkungan. Orang yang pernah berkendaraan mobil meliwati perbukitan napal (marl) atau gamping yang bertanah hitam, tentu merasakan ayunan khas bagaikan naik kapal. Hal itu disebabkan karena tanah semacam itu (vertisol) mempunyai konsistensi yang amat goyah berkenaan dengan kandungan mineral lempung montmorilonit yang merajai. Sewaktu basah tanah ini mudah membengkak, melunak dan menjadi sangat liat, sedang sewaktu kering mudah mengerut, meretak lebar dan menjadi sangat keras. Oleh tekanan beban tanah yang basah cenderung melongsor, dan tanah yang kering cenderung gugur masuk ke dalam retakan-retakan. Maka karena pengaruh perubahan kelembaban musiman permukaan tanah vertisol menjadi bergelombang, atau disebut mempunyai timbulan mikro (microrelief) gilgai. Dengan teknologi perangai tanah ini dapat dikendalikan. Perubahan kadar lengas dalam tanah dicegah jangan sampai terlalu besar agar supaya konsistensi tanah lebih mantap, atau struktur tanah dimantapkan dengan bahan pembenah tanah (soil conditioner) sehingga konsistensi tanah tidak mudah berubah karena perubahan kadar air. Berdasarkan peta tanah rencana jalur jalan raya dapat dibuat menghindari daerah bertanah vertisol, atau bilamana tidak mungkin menghindarinya dapat menetapkan ruas jalan mana dan berapa panjangnya yang memerlukan konstruksi khusus. Jadi, peta tanah yang semula dibuat untuk keperluan pertanian, dapat dimanfaatkan untuk rekayasa jalan raya. Laporan penyigian tanah (soil survey) dan peta tanah bermanfaat pula untuk menyusun rencana tata permukiman dan peruntukan kawasan industri. Misalnya, sanitasi lingkungan tempat tinggal perlu menetapkan berapa jarak aman menurut ukuran kesehatan antara sumur rumah tangga dan comber (septic tank), berapa besar ukuran comber yang efektif, atau berapa ukuran dan kerataan sumur resapan yang diperlukan untuk mempertahankan kelancaran pengatusan dan pengisian cadangan air tanah. Hal-hal itu tergantung pada daya resap tanah atau daya antar airnya ke arah samping dan ke arah bawah, baik dalam keadaan tak jenuh maupun dalam keadaan jenuh. Peta tanah berisi petunjuk jalur dan jeluk (depth) penanaman jaringan pipa penyalur minyak atau air untuk menghindari atau sekurang-kurangnya membatasi kerusakan pipa karena korosi oleh tanah masam sulfidik atau sulfurik, atau keretakan karena tekanan tanah vertik yang membengkak dan mengerut kuat sejalan dengan perubahan kadar air musiman. Korosi pipa penyalur minyak menjadi persoalan berat di daerah perminyakan Balikpapan karena sebagian jalur pipa meliwati tanah sulfat masam. Dengan peta tanah pemekaran kota dapat diatur sehingga tidak banyak menghabiskan tanah yang baik untuk pertanian. Juga dapat memilih tapak (sites) yang tanahnya tidak mengandung persoalan pengatusan yang berat. Peta tanah sebagai himpunan statistik tanah yang bermatra ruang diperlukan dalam menyusun peraturan perundangan tentang lahan dan untuk melandasi petunjuk pelaksanaanya agar mencerminkan kekhususan kedaerahan. Informasi tanah yang terdapat dalam laporan penyigian tanah atau yang teringkas pada peta tanah dapat dimanfaatkan untuk mengadilkan penetapan pajak bumi. Berdasarkan informasi itu taksiran nilai tanah atau tingkat pengembangan lahan (land development) yang telah dicapai dapat dibuat secara lebih terandalkan (Bartelli et al., 1966). Perkembangan Masa Depan Penelitian Ilmu Tanah Perjalanan waktu dengan dampak dramatik telah memaksa ilmu tanah memperbaharui paradigmanya. Urusan ilmu tanah berubah dengan laju cepat. Perkembangan teknik percobaan dan peralatan mendorong pengkajian ulang persoalan lama dan diperoleh pemahaman baru. Khususnya penggunaan acuan

matematik telah memaksa terjadinya banyak perubahan. Ilmu tanah sekarang kurang berkiblat disiplin. Dulu batasan antar bagian ilmu tanah jelas dan ilmu tanah semata-mata merupakan bidang kerja para pakar tanah. Sekarang bagian-bagian ilmu tanah cenderung berbaur, saling mengisi dan saling mendukung, dan penyelesaian persoalan tanah tertentu memerlukan kegiatan bersama antara pakar tanah dan pakar lain. Misalnya, dalam kajian mengenai perilaku akar dalam tanah dan interaksi tanah-tanamanatmosfer diperlukan kerjasama dengan pakar fisiologi tumbuhan. Dalam hal evaluasi penerapan organisme yang direkayasa secara genetik pada tanah diperlukan kerjasama dengan pakar mikrobiologi. Muncul pula pertanyaan, apakah kepakaran lain tersebut dapat dikembangkan di kalangan para pakar tanah sendiri (Boersma, 1987). Pendek kata, penelitian ilmu tanah masa depan bersifat serbacakup dengan konsep holistik. Apa pun tujuan akhir suatu kajian tanah, penyelesaian analitik memegang peran penting karena hasilnya menjadi dasar perencanaan dan pelaksanaan percobaan laboratorium dan lapangan atau pengujian acuan numerik (Parlange et al., 1987). Ini berarti bahwa penelitian ilmu tanah masa depan makin memerlukan kecakapan mengolah ilmu dasar, seperti fisika, ilmu kimia, biologi dan matematika. Dalam hal fisika tanah persoalan yang tetap penting ialah pengangkutan air dan larutan dalam tanah, mekanisme fisik dan kimia tanah yang berdaya pengaruh atas pengangkutan tersebut, khususnya yang berlangsung pada aras mikroskopik untuk dapat menjelaskan gejala yang diurusi pada aras makroskopik, dan pendalaman tentang makna agihan besar butir (particle-size distributions) dalam memberikan informasi penting tentang sifat lengas tanah (Parlange et al., 1987; Wierenga, 1987). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dinamika dan statika air dalam tanah menjadi masalah yang menduduki tempat penting dalam penelitian fisika tanah pada masadepan. Hal ini tidak saja menonjolkan kepentingan tanah dalam menyediakan air bagi masyarakat nabati pada umumnya dan bagi pertanaman (crops) pada khususnya, akan tetapi juga menonjolkan kepentingan tanah dalam daur hidrologi. Pembukaan lahan alami menjadi lahan binaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan penyediaan tempat tinggal penduduk, serta konversi penggunaan lahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, dapat diramalkan akan melaju semakin cepat. Sehubungan dengan ini masalah pengusikan tanah yang mengarah ke erosi tanah, longsoran lahan (landslide) dan pemampatan tanah (soil compaction) akan tetap menjadi bahan penelitian fisika tanah penting, bahkan bertambah penting, pada masa mendatang. Menurut McCoy (1987) pemampatan tanah merupakan persoalan pertanian utama yang kegawatannya meningkat berkenaan dengan perluasan mekanisasi, penggunaan mesin dan alat yang makin besar dan berat, pengolahan tanah yang makin intensif, dan penjadwalan pekerjaan lapangan yang buruk berkenaan dengan kandungan air kritik dalam tanah yang berkaitan dengan cuaca atau musim basah. Penjadwalan yang buruk dapat terjadi karena mengejar intensitas pertanaman (cropping intensity) yang tinggi. Dalam hal pembukaan lahan baru penjadwalan yang buruk sering berkenaan dengan pengejaran sasaran luas pembukaan yang harus dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu, sebagaimana terjadi pada pembukaan lahan untuk transmigrasi di Indonesia. Pemampatan tanah berakibat buruk atas hasil panen pertanaman, terutama karena perubahan yang terjadi dalam lingkungan akar tanaman. Penyingkiran persoalan pemampatan tanah dapat diusahakan lewat pengertian yang lebih baik mengenai mekanisme tanggapan pertanaman terhadap pemampatan pada aras antar muka (interface level) akar dengan tanah. (McCoy, 1987). Umat manusia menghadapi tantangan penyelamatan lingkungan hidup dan konservasi sumberdaya alam yang makin kuat. Ilmu kimia tanah dan mikrobiologi tanah berpotensi besar membantu mencarikan jawaban atas tantangan itu. Jawabannya diusahakan lewat berbagai jalan, antara lain membatasi penggunaan pupuk buatan, mendaurulangkan sisa pertanaman dan limbah organik, menerapkan

bioteknologi tanah dalam produksi pertanian, termasuk penyehatan ekosistem tanah dan penggunaan pupuk hayati (biofertilizers), dan memanfaatkan kemampuan tanah berfungsi sebagai piranti sanitasi. Berkenaan dengan hal-hal tadi penelitian tanah pada masa mendatang perlu diarahkan ke pengembangan pengetahuan tentang kinetika proses kimia dan biologi tanah. Kinetika proses yang khusus masih perlu didalami ialah yang menyangkut mekanisme reaksi adsorpsi - desorpsi di permukaan bahan penyusun tanah, dinamika pelarutan dan pengendapan. mineral dalam tanah, kerjasama kimiawi permukaan bahan mineral dengan bahan organik dalam reaksi katalisis, proses pendauran hara secara hayati, dan interaksi tanaman - mikrobia di dalam risosfer (Elliott & Fredrickson,1987; Mortland,1987; Sparks,1987; Stevenson, 1987). Pada waktu ini bioteknologi tanah baru berada pada awal perkembangannya. Prospeknya sangat cerah, baik dilihat dari segi penyuburan tanah, penyehatan ekosistem tanah dalam arti menekam populasi jasad patogen tanaman dan jasad pemukim akar yang menghambat pertumbuhan akar (inhibitory root colonizers), maupun dari segi pembersihan tanah yang tercemar (Elliott & Fredrickson, 1987; Focht, 1987; Stevenson, 1987). Banyak hal masih perlu diketahui dan didalami sebelum bioteknologi tanah dapat diterapkan secara berhasil. Untuk ini diperlukan penelitian yang mendalam mengenai ekologi mikrobia tanah (Schmidt, 1987) dan biokimia tanah, termasuk kinetika biodegradasi sehubungan dengan genetika dan evolusi jasad (Focht, 1987; Stevenson, 1987). Inilah masalah- masalah yang menantang untuk diteliti pada masa mendatang. Di bidang kesuburan tanah masih tetap dihadapi persoalan pengelolaan dan penyuburan tanah untuk mencapai hasil panen maksimum menurut ekonomi secara berkelanjutan. Maka rekomendasi pupuk dan pemupukan pada masa mendatang diberikan berdasarkan evaluasi dampak lingkungan dan ekonomi potensial. Karena banyak faktor yang harus diperhitungkan bersama-sama, teknologi komputer dan teknik analisis sistem menjadi alat pokok bagi seorang pakar kesuburan tanah. Sistem uji tanah perlu dikembangkan untuk dapat menghasilkan informasi terandalkan dan dapat lebih mudah dinasabahkan (related) dengan cuaca atau musim, ketersediaan air bagi pertanaman, sistem pengolahan tanah, varietas tanaman, jarak tanam, dan pergiliran pertanaman. Kesuburan tanah tidak lagi difahami menurut konsep Liebig, Mitscherlich- Baule-Spillman, atau konsep kimiawi-fisiologi sederhana yang lain (Halvorson & Murphy, 1987; Westerman & Tucker, 1987). Penelitian kesuburan tanah menyangkut banyak parameter dan hasilpanen suatu pertanaman ditentukan oleh seperangkat faktor abiotik - biotik - agronomi - rekayasa yang berinteraksi secara rumit. Kajian pengelolaan hara perlu memperhatikan ekologi patogen tanaman lewat tanah (soilborne) agar jangan sampai justru mengaktifkannya, syukur dapat menekan daya serangnya (Christensen, 1987), dan memperhatikan sistem perakaran tanaman dan nasabah akar - trubus (root - shoot relationship) untuk memperoleh kesudahan yang lebih memuaskan (Grunes, et al., 1987). Kegaraman dan kemasaman tanah tetap menjadi pumpun (focus) perhatian dalam masalah kesuburan tanah. Untuk dapat meneliti secara cermat interaksi kegaraman tanah dengan keluaran tanaman diperlukan sekali acuan fisiologi serbacakup (comprehensive physiological model) yang memerikan (describe) mekanisme ketenggangan (tolerance) garam dalam tanaman. Dalam hal kemasaman tanah diperlukan pengetahuan tentang peran bahan organik, asam organik, dan dandanan (make-up) mineralogi tanah atas kegiatan A1 dan kadarnya dalam larutan tanah serta kejenuhannya pada kompleks pertukaran. Kimiawi A1 yang rumit perlu difahami secara baik (Adams & Doerge, 1987). Dalam upaya pemahaman hakekat unsur-unsur logam peracun tumbuhan, muncul konsep antimetabolit. Suatu logam beracun yang dalam Daftar Periodik Unsur berada dalam golongan yang sama dengan suatu unsur hara penting dapat menjadi antimetabolit unsur hara tersebut. Apabila suatu antimetabolit beracun

menyulih kedudukan unsur hara dalam suatu ensim atau proses yang memerlukan unsur hara tersebut, dapat diharapkan terjadi penghalangan metabolisme. Misalnya Al menyulih B, As menyulih P, Se menyulih S, dan Cd menyulih Zn (Blevins, 1987). Dengan konsep antimetabolit perkara kesuburan dan cekaman (stress) kimiawi tanah beroleh latar belakang biokimia tumbuhan yang kuat. Pedogenesis merupakan salah satu gatra (aspect) pokok tanah yang menelaah sejarah pembentukan dan perkembangan tanah serta latar belakang produktivitas tanah. Kini makin banyak orang mengakui kepentingan pengetahuan tentang pedogenesis dan paleosol (tanahpurba) untuk penelitian arkeologi, geomorfologi, dan geologi kuarter (a.l. Tedrow, 1973; Ugolini & Schlichte, 1973; Zorm, 1973; Limbrey, 1975; Foss & Collins, 1987). Tanah ikut dalam interaksi yang berlangsung antar komponen lingkungan sehingga banyak perubahan dalam lingkungan meninggalkan jejak pada tanah. Sehubungan dengan ini pertanyaan mendasar yang diajukan dewasa ini ialah "bagaimana tanah alamiah bereaksi terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungan yang diimbas (induced) oleh manusia?" Pengetahuan tentang pedogenesis dapat mencarikan jawabannya dan dengan demikian dapat membantu merancang pengelolaan lingkungan (Bryant & Olson, 1987). Informasi tanah diperlukan oleh kalangan yang makin luas, tidak hanya terbatas oleh kalangan pertanian dan yang berkaitan dengan pertanian atau tanaman. Untuk keperluan konstruksi diperlukan informasi tanah. Misalnya untuk merancang fondasi bangunan, untuk membatasi kebocoran saluran pembekal air pertanian, rumahtangga atau industri, atau pembuang limbah cair, dan untuk menghindari tanah yang berdaya korosi kuat atas bagian konstruksi yang ditanam dalam tanah, atau untuk menetapkan di tempat mana bagian konstruksi perlu dilindungi dengan bahan tahan korosi kalau tanah semacam itu terpaksa tidak dapat dihindari. Pipa penyalur minyak yang terpaksa melewati tanah sulfat masam menghadapi persoalan korosi berat, misalnya di daerah Balikpapan. Semua informasi tanah yang diperlukan oleh berbagai kalangan perlu diperhatikan dalam menyigi tanah (soil survey) agar peta tanah yang dihasilkan menjadi sistem informasi tanah serbaguna. Tantangan yang dihadapi ilmu tanah pada masa mendatang ialah membuat dirinya berguna bagi berbagai pihak, tidak hanya untuk pertanian saja. Maka diperlukan pembaharuan sistem informasi tanah (SIT). Peta tanah merupakan SIT yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat. Namun untuk menyajikan informasi tanah serbaguna kemampuan peta tanah terbatas. Data yang telah diolah menjadi suatu peta tidak siap untuk diolah ulang untuk menghasilkan informasi lain. Maka di samping peta tanah perlu dikembangkan SIT terkomputer yang tidak saja melancarkan pemasukan dan pengambilan kembali (retrieval) data, akan tetapi juga memperbanyak data yang dapat dimasukkan dan parameter yang dapat dicakup, dan memungkinkan mengolah ulang data untuk memperoleh informasi lain. Dengan mengganti asas Linnean (skala biner atau dikotomi) dengan asas numerikal (skala nominal, pencirian "multistate", analisis "cluster" atau analisis diskriminan ganda), klasifikasi tanah menjadi jauh lebih gayut (relevant) dengan hakekat tanah. Hal ini pada gilirannya meningkatkan sekali harkat peta tanah sebagai sumber informasi. Penggunaan asas matematika ini tidak saja melancarkan klasifikasi tanah (memilahkan tanah menjadi berbagai kelas), akan tetapi juga memudahkan alokasi atau identifikasi tanah (memasukkan tanah dalam kelas-kelas yang sesuai). Akhir-akhir ini pemetaan tanah juga mengalami kemajuan yang sangat berarti dengan penerapan geostatistik. Dengan cara ini penggarisan batas satuan peta tanah menjadi lebih terandalkan. Semula keragaman tanah dalam ruang dianggap rambang (random) karena perubahan sifat tanah ke arah lateral tidak dapat dipertalikan (related) dengan sebab yang terkenali. Dengan pengetahuan yang lebih mendalam tentang tanah sebagai sistem terungkaplah bahwa sebagian keragaman rambang temyata

merupakan keragaman sistematis. Ini berarti bahwa perubahan sifat tanah dapat dikaitkan dengan sebab yang terkenali. Keragaman berskala besar tidak menimbulkan kesulitan dalam pengamatan, pengukuran, dan pengenalan sebab yang menimbulkan (timbulan, bahan induk, hidrologi, dan sebagainya). Maka penentuan batas antar satuan peta tanah dapat mudah dikerjakan secara interpolasi. Akan tetapi keragaman berskala kecil, karena sulit diamati, diukur secara cermat dan ditentukan sebab-sebab yang menimbulkannya, sering memberikan kesan sebagai galat rambang (random error) dalam pengamatan, sehingga lepas dari perhatian sebagai tanda perubahan satuan peta tanah. Padahal keragaman tersebut sebenarnya merupakan keragaman sistematis. Akibatnya, pemilahan satuan peta tanah menjadi tidak cermat. Statistik biasa tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keragaman sistematis, karena selalu berpangkal pada hipotesis nihil (null hypothesis) yang keragaman harga variabel dalam suatu populasi dianggap timbul secara rambang. Geostatistik menggunakan teori otokorelasi dan semi-varian untuk memerikan (describe) perubahan harga variabel medan menurut jarak. Konsep yang mendasarinya ialah bahwa suatu harga variabel merupakan akibat kedudukan titik pengamatan dalam bentanglahan (landscape) dan kaitannya dengan titik-titik pengamatan tetangganya. Diasumsikan bahwa pengamatan jarak dekat menghasilkan harga variabel yang lebih mirip satu dengan yang lain daripada yang berjarak lebih jauh. Dalam analisis keragaman dalam ruang geostatistik berguna untuk menginterpolasi harga variabel secara optimum di tempat-tempat yang tidak diamati. Konseptualisasi Ilmu Tanah Agar mampu melayani kepentingan berbagai kalangan, ilmu tanah perlu mencari paradigma baru. Dengan pembaharuan paradigma, ilmu tanah tidak lagi semata-mata menjadi bagian ilmu-ilmu pertanian. Pelayanannya kepada ilmu- ilmu pertanian hanyalah salah satu tugasnya. Ilmu tanah menjadi bagian ilmuilmu kebumian (earth sciences) bersama dengan geofisika, geomorfologi, stratigrafi, paleontologi, mineralogi, petrologi, sedimentologi, volkanologi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, hidrografi, dan oseanografi. Ada tiga faktor yang menyebabkan ilmu tanah berkembang pesat sejak kira- kira pertengahan abad ke-20 ini, baik dalam hal hakekatnya sebagai ilmu maupun dalam hal kegunaannya bagi masyarakat luas. Faktor pertama ialah masukan hukum, teori dan tata kerja (termasuk peralatan) ilmu-ilmu dasar secara efektif, seperti fisika, ilmu kimia, biologi dan matematika. Faktor kedua ialah pengakuan universal hakekat tanah sebagai sumber daya alam terbarukan. Faktor ketiga adalah kemajuan yang sangat berarti dalam klasifikasi tanah, penghimpunan informasi tentang tanah sebagai bagian dari sistem informasi geografi (SIG), dan pemetaan tanah dengan teknik penginderaan jauh. Peranan faktor pertama sangat berarti yang menyebabkan ilmu tanah memperoleh kesanggupan besar menelaah secara mendalam berbagai persoalan tanah dan yang berkaitan dengan tanah. Salah satu penemuan yang menonjol ialah bahwa kebanyakan tanah tropika menghendaki asas pengelolaan yang berbeda dengan yang dikembangkan berdasarkan teori dan pengalaman yang diperoleh di kawasan iklim sedang. Kebanyakan tanah tropika dirajai oleh mineral lempung bermuatan rendah, karena itu beraktivitas rendah (low activity clay, LAC), dan bermuatan terubahkan (variable charge), yang tingkat dan tanda muatannya bergantung pada pH. Tanah kawasan iklim sedang tersusun atas lempung bermuatan sedang sampai tinggi dan tetap (permanent charge). Konsekuensi dalam pengelolaan tanah antara lain pengapuran yang menjadi salah satu teknologi unggulan memperbaiki produktivitas tanah-tanah masam di negara beriklim sedang tidak dapat diterapkan begitu saja di negara beriklim tropika. Matematika mencermatkan daya kerja ilmu tanah, termasuk perancangan klasifikasi dan sistem informasi tanah serta pelaksanaan pemetaan tanah (de Gruijter, 1977; Webster, 1979). Kemajuan dalam ilmu tanah meningkatkan kesanggupannya melayani masyarakat dengan informasi yang lebih terandalkan.

Pengakuan universal hakekat tanah sebagai sumberdaya alam terbarukan menyebabkan pengetahuan tentang tanah tidak mungkin diabaikan dalam merancang pembangunan dan pengembangan wilayah. Tanah sebagai hakiki wilayah dan pengetahuan dapat mengisi kebulatan kebijakan tataguna lahan. Di samping sebagai sumberdaya alam terbarukan dan ekosistem, tanah secara timbal balik menentukan nilai guna sumberdaya alam yang lain, yang bersama dengan tanah membentuk kesatuan lahan. Dari pemahaman faktor-faktor pemacu kemajuan ilmu tanah dan arah perkembangan ilmu tanah, baik yang sudah tampak maupun teramalkan, timbul sejumlah konsekuensi penting sekali atas perancangbangunan pendidikan berupa kurikulum dan pelaksanaan pengajaran ilmu tanah di perguruan tinggi. Kurikulum ilmu tanah perlu disusun dan pengajarannya perlu dilaksanakan dengan mengingat hal-hal berikut ini. Ilmu dasar berupa fisika, ilmu kimia, biologi dan matematika diberi bobot memadai didalam kurikulum. Hakekat tanah sebagai suatu sistem bermatra ruang dan waktu difahamkan secara jelas di dalam mengajarkan ilmu tanah. Ini berarti setiap sifat, perilaku dan gejala tanah harus didudukkan sebagai fungsi jeluk (depth), tempat dan waktu untuk mengembangkan cerapan (perception) mengenai tanah sebagai suatu tubuh medan yang dinamis. Tanah selalu menjalankan interaksi malar (continous) dengan tubuh medan dinamis yang lain, seperti atsmosfer, biosfer, hidrosfer, dan litosfer, di dalam kerangka sistem yang disebut lahan. Dengan demikian kemaujudan (existence) tanah dan harkatnya sebagai suatu sumberdaya serta terbaruannya ditentukan oleh watak interaksi tersebut dan sistem pengelolaan lahan sebagai wahana interaksi. Penanaman pengertian ini mempersyaratkan: Kurikulum ilmu tanah memuat mata ajaran meteorologi, klimatologi, fenologi, ekologi tumbuhan, biologi tanah, hidrologi, geomorfologi, geologi dan mineralogi. Pengajaran ilmu tanah menggunakan hampiran geografi dan serba cakup (comprehensive). Penguasaan analisis sistem dan teknik pengimakan (simulation) dengan menggunakan acuan (rnodels). Penguasan ini dapat dibentuk lewat suatu mata ajaran khusus atau dengan cara membahasnya sebagai suatu komponen mata ajaran ilmu tanah tertentu. Memberikan bobot memadai kepada latihan lapangan. Kegiatan ini memberikan latihan kepada para mahasiswa menggunakan bentang lahan (landscape) sebagai acuan berskala sesungguhnya. Memperluas ruang lingkup penerapan ilmu tanah, tidak hanya mencakup bidang pertanian saja, akan tetapi mencakup bidang kekaryaan yang lain. Sehubungan dengan ini pengajaran ilmu tanah membahas masalah tanah dari berbagai sudut, meliputi pertanian dalam arti luas (termasuk kehutanan dan perikanan darat), rekayasa, tataruang untuk industri dan permukiman, sanitasi lingkungan, geologi kuarter, arkeologi, dsb. Dengan demikian kesanggupan pakar tanah diperluas sehingga dapat melayani kebutuhan berbagai disiplin akan pengetahuan tanah. Klasifikasi dan pemetaan tanah, serta pemekarannya menjadi klasifikasi dan pemetaan kemampuan dan kesesuaian lahan, merupakan saluran informasi dan sarana komunikasi yang penting sekali antara ilmu tanah dan masyarakat. Maka pelatihannya menjadi bagian mutlak pendidikan ilmu tanah. Peta tanah merupakan dokumen inventarisasi sumberdaya tanah yang sangat perlu, yang berisi informasi tentang harkat aktual dan potensial tanah di setiap tempat. Peta tanah juga dapat digunakan sebagai medium umpanbalik penting kepada penelitian tanah. Dengan peta tanah dapat diadakan pentahkikan (verification) hipotesis proses pembentukan tanah atau peran faktor pembentuk tanah.

Sayang sekali kecakapan membaca peta tanah belum merata di kalangan para pejabat pembuat kebijakan, pengawas pembangunan wilayah dan pelaksana kegiatan fisik pembangunan wilayah. Mereka belum memahami hubungan antara skala peta dan jumlah serta rincian informasi tanah yang dikandung satuan peta tanah. Akibatnya, ada yang menggunakan peta tanah melebihi batas keterandalan informasi yang dikandungnya, artinya menggunakan suatu peta tanah berskala kecil untuk suatu perancangan yang seharusnya menggunakan peta tanah berskala lebih besar. Sebaliknya, ada yang menilai kadar informasi peta tanah berskala kecil dengan kriteria baku kadar informasi peta tanah berskala besar. Akibatnya, mereka menilai peta tanah yang dimiliki tidak berguna untuk rancangan pembangunan apa pun. Maka melatih membaca peta tanah masyarakat pengguna lahan dan pihak-pihak yang terlibat atau bersangkutan dengan pembangunan wilayah menjadi salah satu acara penting darma pengabdian kepada masyarakat. Acara semacam ini dapat dimasukkan dalam program kuliah kerja nyata (KKN), sambil melatih mereka mengenali sumberdaya tanah sebagai suatu kimah (asset) yang tersediakan di wilayah mereka. Seorang pakar tanah yang tidak menguasai pengertian tentang hakekat ruang dan waktu dari gejala tanah tidak memiliki konsep serbacakup yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan tanah yang pada umumnya bersifat luas dan rumit. Orang tersebut cenderung terpancang pada suatu pandangan yang memperlakukan gejala tanah sebagai suatu kenyataan yang berdiri sendiri, baik pada skala ruang maupun pada skala waktu. Pandangan semacam ini melemahkan konseptualisasi persoalan tanah secara makro. Padahal dalam pembangunan nasional diperlukan konsep makro terlebih dulu untuk menyiapkan landasan yang kokoh bagi penerapan konsep mikro. Konsep mikro yang memperlakukan gejala tanah sebagai sesuatu yang bersifat statis dan terisolasi dari pengaruh atau interaksi dengan gejala tanah sekitarnya, diterapkan pada komponen pembangunan nasional berupa proyek individual. Tanpa kerangka yang disiapkan dengan konsep makro, proyek individual akan berjalan sendiri terlepas dari keteraturan sistem pembangunan. Bahkan proyek tersebut dapat saling berbenturan. Dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJPT II) Indonesia masih memerlukan lebih banyak pakar tanah yang berpandangan makro daripada yang berpandangan mikro. Kebutuhan ini harus tercermin pada kurikulum, sistem pengajaran dan pengarahan penelitian ilmu tanah Penelitian tanah, apa pun segi dan tujuannya, perlu menggunakan banjar faktor tahana (state factor sequences) menurut tempat dan waktu sebagai kerangka telaah. Dengan kata lain, setiap hasil penelitian harus dapat didudukkan pada suatu sistem lahan tertentu yang ditakrifkan (defined) jelas. Sistem lahan tersebut dikenal dengan sebutan tapak tolok (benchmark site) dan penelitiannya menjadi penelitian tolok (benchmark research). Hanya dengan demikian setiap hasil penelitian tanah dapat menyumbang kepada inventarisasi sumberdaya tanah dan kepada kemajuan ilmu tanah yang pada hakekatnya merupakan ilmu lapangan. Maka pengamatan, pengukuran dan percobaan lapangan menjadi kegiatan pokok penelitian tanah, sedang kegiatan di laboratorium dan rumah kaca berfungsi komplementer. Dengan penelitian yang dikerjakan semata-mata di laboratorium atau rumah kaca, kerumitan (complexity) persoalan sesungguhnya tidak terungkapkan secara baik karena permainan peluang tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hasilnya memberikan gambaran yang sedikit-banyak doyong (biased). Oleh karena selalu berurusan dengan persoalan yang bertingkat kerumitan tinggi dan bergatra ganda maka setiap peneliti tanah diharapkan mahir bekerja dengan analisis sistem dan teknik pengimakan. Apabila pendapat tadi dapat kita terima maka timbul konsekuensi penting berupa pembaharuan pengelolaan ilmu tanah. Yang pertama-tama kita perlukan ialah memberikan paradigma baru kepada disiplin ilmu tanah, yang tidak semata-mata berurusan dengan pertanian. Ruang lingkup perhatian ilmu tanah diperluas. Kemudian kita perlu memadukan semua bidang kajian tanah yang ada di berbagai fakultas menjadi suatu forum ilmu tanah yang lebih produktif dan lebih terarah. Ilmu tanah menjadi utuh sebagai sumber konsep dan asas penguraian masalah ketanahan dan kelahanan.

Misalnya, masalah irigasi dan pengatusan (drainage) dikembalikan kepada asasnya sebagai tindakan hidromeliorasi lahan dan dengan demikian menjadi mata rantai daur hidrologi. Interaksi tanah dengan air dan selanjutnya pengaruh timbal-balik hasil interaksi tersebut dengan kinerja pertanaman (crop performance), dan akhimya berakibat atas perilaku hidrologi, menjadi konsep telaah. Irigasi dan pengatusan bukan semata-mata soal rekayasa dan konstruksi. Penggunaan air konsumtif oleh pertanaman, neraca air lahan, dinamika lengas tanah, pengawetan lengas tanah, dan transformasi fisik, kimia dan biologi dalam tubuh tanah sehubungan dengan perubahan tata lengas, memberikan corak utama pada pengajaran, penelitian dan pelayanan kepada masyarakat di bidang irigasi dan pengatusan. Irigasi dan pengatusan menjadi subyek antar-disiplin, antara rekayasa dan ilmu tanah. Pekerjaan konstruksi untuk pembangunan kawasan permukiman dan industri, jalur jalan raya, dan sebangsanya tidak dapat diselesaikan hanya dengan bekal mekanika tanah. Bidang-bidang ilmu tanah lain perlu dilibatkan, seperti fisika tanah sebagai induk mekanika tanah, kesuburan tanah dan konservasi tanah. Pekerjaan semacam itu tidak mungkin mengabaikan keperluan akan adanya jalur hijau dan taman, pengatusan, sanitasi lingkungan dan pencegahan erosi tanah. Maka di samping pengetahuan tentang sifat mekanik tanah, diperlukan pula pengetahuan tentang antara lain histeresis pergerakan air dalam tanah, pengangkutan larutan pada aras (level) mikroskopik, pengangkutan senyawa organik, keragaman ruang gejala fisik tanah, ketersediaan hara dalam tanah, keadaan fisik dan kimia tanah yang dapat mencekam pertumbuhan tanaman, proses pertukaran ion dalam tanah. erodibilitas tanah, dan erosivitas huian. Secara ringkas dapatlah dikatakan bahwa konseptualisasi tridarma ilmu tanah memerlukan dua tindakan: (1) pembenahan asas pembinaan ilmu tanah, dan (2) penyesuaian struktur pengelolaannya Kedua tindakan tersebut mengarah kepada pembaharuan kebijakan ilmu pengetahuan (science policy) dan pembaharuan pengelolaan penelitian (research management) untuk ilmu tanah. Kurikulum, sistem pengajaran dan organisasi akademik ilmu tanah perlu segera dibenahi untuk dapat mengantisipasi kecenderungan perubahan paradigma ilmu tanah dan perluasan bidang kekaryaan ilmu tanah. Sebagai bandingan, di Amerika Serikat berlaku suatu ketentuan bahwa untuk memperoleh surat pengakuan resmi sebagai ahli tanah dari Soil Science Society of Amerika, seseorang wajib menunjukkan tanda lulus mata ajaran fisika, biologi (termasuk botani), penyakit tanaman (mencakup penyakit kekurangan hara), ilmu-ilmu kebumian, statistik dan ilmu komputer. Ini menandakan bahwa ruang kerja ilmu tanah meluas dan karena itu sebagai ahli tanah perlu menguasai sejumlah ilmu pelengkap bagi jaminan profesionalismenya. Di University of California, Davis, ilmu tanah berada dalam kelompok "agriculture and environmental sciences". Di University of Arizona, ilmu tanah berada dalam kelompok "agriculture and renewable natural resources". Di Jepang, Korea dan negara-negara Asia pada umumnya, termasuk Indonesia, ilmu tanah secara struktural berada dalam fakultas pertanian. Selama kedudukan struktural ini yang sesuai tradisi tidak mengganggu implementasi pembaharuan konsep tridarma ilmu tanah, kedudukan tradisional tersebut tidak perlu diubah. Untuk menjamin pelancaran implementasi pembaharuan konsep, barangkali ada baiknya mendirikan suatu lembaga pengasuh ilmu kebumian yang ilmu tanah termasuk di dalamnya. Di Universitas, lembaga termaksud dapat bersifat inter-universitas, semacam pusat antar universitas (PAU), atau bersifat intra-universitas, semacam pusat studi (PS). Kepustakaan Adams, J.F., & Doerge, T.A. (1987). Soil salinity and acidity as factors in plant nutition. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: Soil Science Society of America (SSSA). Bartelli, L.J., Klingebiel, A.A., Baird, J.V., & Heddleson, M.R. (1966). Soil surveys and land use planning. Madison: SSSA and American Society of Agronomy (ASA).

Bennett, H.H. (1939). Soil conservation. New York: McGraw-Hill Book Co. Birkeland, P.W. (1974). Pedology, weathering, andgeornorphological research. London: Oxford University Press. Blevins, D.G. (1987). Future developments in plant nutrition research. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA Boersma, L. (1987). Foreword. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA Bryant, R.B., & Olson, C.G. (1987). Soil genesis: opportunities and new directions for research. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. Buringh, P. (1979). Introduction to the study of soils in tropical and subtropical regions. Wageningen: PUDOC. Christensen, N.W. (1987). Nutrient management and ecology of soilborne plant pathogens. Dalam: Future Development in Soil Science Research. Madison: SSSA. De Gruijter, J.J. (1977). Numerical classification of soils and its application in survey. Wageningen: PUDOC Edelman, C.H. (1949). Sociale en economische bodemkunde. N.V. Noord Hollandsche Uitg. Mij. El-Attar, H.A., & Jackson, M.L. (1973). Montmorillonitic soils developed in Nile River sediments. Soil Science 116(3): 191-201. Elliott, L.F., & Fredrickson, J.k;. (1987). Plant-microbe interactions in the rhizosphere. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. FAO (1991). Asian experiences in integrated plant nutrition. Bangkok: RPA Report 1991/7. Focht, D.D. (1987). Ecological and evolutionary considerations on the metabolism of xenobiotic chemicals in soils. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. Foss, J.E., & Collins, M.E. (1987). Future users of soil genesis and morphology in allied sciences. Dalam: Future developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. Gerassimov, I.P. (1973). Chernozems, buried soils, and loesses of the Russian Plain: their age and genesis. Soil Science 116(3):202-210. Gerrard, A.J. (1981). Soils and landforms. An integration of geomorphology and pedology. London: George Allen & Unwin. Greenland, D.J., ed. (1981). Characteriation of soils in relation to their classification and management for crop production: examples from some areas of the humid tropics. Oxford: Clarendon Press. Grunes, D.L., Rickman, R.W., & Klepper, B. (1987). Plant roots in relation to soil fertility. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. Halvorson, A.D., & Murphy, L.S. (1987). Interaction of soil fertility with other inputs in crop production for maximum economic return. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. Jackson, M.L., Gillette, D.A., Danielsen, E.F., Blifford, I.H., Bryson, R.A., & Syers, J.K. (1973). Global dustfall during the quaternary as related to environments. Soil Science 116(3):135-145. Jenny, H. (1980). The soil resource, origin and behavior. Springer-Verlag. New York. Ecological Studies 37. Joffe, J.S. (1949). Pedology. New Brunswick: Pedology Publications. Kellogg, C.E. (1966). Soil surveys for community planning. Dalam: L.J. Bartelli, A.A. Klingebiel, J.V. Baird, & M.R. Heddleson (eds), Soil Surveys and Land Use Planning. Madison: SSSA & ASA. Limbrey, S. (1975). Soil science and archaeology. London: Academi Press. Lynch, J.M. (1983). Soil biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific Publications. McCoy, E.L (1987). Energy requirements for root penetration of compacted soil. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA

Miller, F.P. (1991). Soil science: should we change our paradigm? Agronomy News. October. Mordand, M.M. (1987). Soil surface chemistry: history and preview. Dalam: Future Developments in Soil Science Research. Madison: SSSA. Mulcahy, M.J., & Churchward, H.M. (1973). Quaternary environments and soils in Australia. Soil Science 116(3):156-169. Notohadiprawiro, Tejoyuwono (1980). Suatu hampiran pedologi untuk mengkaji pendamparan dataran Bonorowo di Kedu Selatan, Jawa Tengah. http://nasih.staff.ugm.ac.id/soils/td.htm http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia

SIFAT-SIFAT ZAT CAIR Sifat-sifat zat cair yaitu :


Jarak antar partikelnya sudah agak tidak teratur Gaya tarik antar-partikelnya lebih lemah bila dibandingkan dengan zat padat Gerakan partikel lebih lincah daripada gerakan partikel zat padat dan partikelnya dapat berpindah-pindah tempat

Kesimpulan : Gerakan partikel yang lincah dan dapat berpindah posisi, meskipun masih dalam kelompoknya, menyebabkan zat cair dapat mengalir. Sifat dapat mengalir inilah yang menyebabkan bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk wadahnya.

Contoh gambar partikel-partikel zat cair


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/ROSITA_050432/SIFAT%20ZAT%20CAIR.html

Perubahan Sifat Fisika Dan Kimia Dalam Kehidupan


Dalam kehidupan ini, telah dikenal tiga macam zat yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Ketiga zat tersebut adalah zat padat, zat cair, dan zat gas. Zat-zat ini akan saling mengisi dan melengkapi sehingga kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi. Oleh karena itulah, maka pada setiap zat dapat mengalami perubahan fisika dan kimia. Perubahan inilah yang selanjutnya menjadi cara alamiah ataupun buatan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bahwa, zat padat dapat mengalami perubahan dari bentuk padat menjadi cair dan pada akhirnya menjadi gas. Hal ini dapat terjadi jika pada zat padat tersebut diberikan panas yang cukup sehingga mampu mencapai titik-titik tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisika dan kimia. Begitu juga halnya pada zat cair dan gas. Perubahan yang diperlakukan kepada zat padat, zat cair, maupun gas adalah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) atau ilmu pasti, perubahan zat dibahas sebagai satu sifat zat. Seperti yang ketahui, setiap zat mempunyai sifat masing-masing, yaitu:

Zat Padat, adalah zat yang susunan atomnya rapat sehingga tidak memungkinkan pergerakan atom. Akibatnya, bentuk zat ini tetap, begitu juga volumenya. Zat Cair, adalah zat yang susunan atomnya agak longgar sehingga memungkinkan pergerakan atom. Akibatnya, bentuk zat ini dapat berubah sesuai tempatnya, tetapi volumenya tetap. Zat Gas, adalah zat yang susunan atomnya sangat longgar sehingga pergerakan atomnya sangat bebas. Akibatnya, bentuk zat ini dapat berubah sesuai tempatnya dan volumenya sesuai dengan wadahnya

Perubahan Dalam Wujud Zat Setiap zat yang ada dalam kehidupan ini dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Pengaruh tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisika dan kimia. Kedua macam perubahan ini merupakan satu kondisi yang diberikan oleh zat jika padanya diberikan stimulus dari luar. Stimulus ini dapat berupa energi yang secara teratur diberikan kepada zat tersebut. Perubahan wujud tersebut ada dua macam, yaitu perubahan fisika dan kimia. Kedua perubahan ini menyebabkan perubahan secara sementara susunan atom, bahkan berubahnya secara permanen. Hal ini tentu saja memberikan efek yang berbeda bagi zat tersebut. Dalam kehidupan ini, perubahan yang terjadi pada setiap zat membawa pengaruh yang berbeda dan peruntukan yang berbeda pula. Perubahan Fisika Perubahan fisika adalah bagian dari perubahan fisika dan kimia yang lebih ditekankan pada perubahan secara fisik dari zat yang berubah. Perubahan ini dapat dikatakan sebagai perubahan sementara. Dikatakan sementara sebab jika diberlakukan reaksi kebalikan, maka zat tersebut kembali ke bentuk semula. Ada banyak perubahan fisika yang ditemukan dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Ini merupakan bagian dari perubahan fisika dan kimia yang terjadi pada zat. Ketika air didinginkan, maka pada suhu tertentu air tersebut memadat menjadi es. Ketika batang besi dipanaskan hingga titik panas tertentu, maka besi tersebut mencair. Ini merupakan perubahan fisika sebab jika diperlakukan reaksi balik, maka zat baru tadi akan kembali pada bentuk semula. Es yang dipanaskan akan mencair. Besi cair jika didinginkan, maka akan menjadi batang atau padatan besi lagi. Ini merupakan konsep dasar dari ilmu pasti. Perubahan Kimia Perubahan kimia adalah bagian dari perubahan fisika dan kimia yang lebih ditekankan pada perubahan secara kimia dari zat yang berubah. Perubahan ini dapat dikatakan sebagai perubahan yang tetap. Dikatakan tetap sebab jika suatu zat telah mengalami perubahan kimia, maka untuk mengembalikan wujud semula, tidak dapat sekadar melakukan reaksi balik.

Perubahan kimia ini banyak dimanfaatkan untuk mengadakan reaksi kimia antar zat sehingga didapatkan zat baru yang diinginkan. Perubahan kimia sebenarnya merupakan bagian dari perubahan struktur atom zat. Artinya, ketika melakukan perubahan kimia, sebenarnya Anda sedang melakukan penguraian atau penggabungan atom zat sehingga terbentuklah zat baru. Dengan demikian, pada perubahan kimia, sebenarnya terjadi perubahan fisika dan kimia secara bersamaan. Anda dapat ambil contoh untuk perubahan kimia adalah kertas yang dibakar dan berubah menjadi arang. Ketika sudah menjadi arang, maka pada saat itu telah terjadi penguraian atom penyusun kayu dan akibat reaksi kimia, maka yang tersisa adalah arang. Arang sulit untuk dikembalikan menjadi kertas lagi dengan reaksi kebalikan biasa. Contoh yang lain adalah batu karbit yang direaksikan dengan air, maka didapatkan gas asetilin yang mudah terbakar. Inilah yang menunjukkan pada Anda perubahan fisika dan kimia atau ilmu pasti.

Dalam kehidupan, perubahan fisika dan kimia memang sangat terkait dengan kehidupan. Setiap kegiatan hidup selalu dilingkupi dengan dua perubahan ini. Bahkan, nasi yang dimakan adalah hasil perubahan fisika dan kimia dari padi yang dipanen dari sawah. Kedua perubahan tersebut termasuk dalam kelompok ilmu pasti.

http://rayhan-umeda.blogspot.com/2010/12/perubahan-sifat-fisika-dan-kimia-dalam.html

Di sekolah dasar dahulu kala, kita belajar bahwa wujud zat (states of matter) ada tiga, yaitu padat (solid), cair (liquid), dan gas. Zat padat memiliki sifat rigid, yaitu mempertahankan volume dan bentuknya seperti bebatuan dan es. Zat cair mempertahankan volumenya tapi bentuknya berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Air misalnya, menyerupai bentuk gelas ketika di dalam gelas. Terakhir gas, baik volume dan bentuknya berubah-ubah sesuai dengan wadahnya. Udara di dalam balon misalnya, volumenya bertambah ketika balon membesar, begitu juga bentuknya. Yang membedakan satu dengan yang lain adalah jarak antarmolekul penyusun zat tersebut.Pada zat padat, jarak antarmolekul penyusunnya sangat dekat (rapat) sehingga molekulmolekulnya tidak dapat bebas bepergian. Ini seperti sebuah orang-orang yang berdesakan di dalam lift sempit, mereka tidak dapat ke mana-mana kecuali berdiri di tempat. Kalau pun dapat bergerak, hanya sedikit. Jika sebagian orang tadi keluar dari lift, maka sebagian yang tinggal merasa lega dan dapat bergerak relatif lebih leluasa. Ini analogi dengan zat cair, yang jarak antarmolekulnya relatif lebih besar daripada zat padat. Dengan demikian, sejumlah air dapat berubah-ubah bentuknya menyesuaikan wadah yang ditempatiny. Terakhir, jika jarak

antarmolekul sangat jauh (renggang) sehingga molekul bebas bergerak, maka wujud zatnya adalah gas seperti udara. Dia tidak dapat mempertahankan bentuk dan volumenya.

Diagram temperatur-energi pada perubahan fase wujud zat. Perubahan fase selalu melibatkan panas, baik dilepas ataupun diterima, namun temperatur zat tidak berubah. Dalam gambar, kotak merah menunjukkan proses perubahan fase. Zat juga dapat berubah wujud dari satu ke yang lain. Namanya perubahan fase zat (phase change). Wujud padat ke cair melewati proses pencairan (melting) seperti es mencair menjadi air kebalikannya disebut pembekuan (freezing). Wujud cair ke gas melewati proses penguapan (vaporation) seperti air mendidih menjadi uap air kebalikannya disebut pengembunan atau kondensasi (condensation). Wujud gas juga dapat menjadi padat lewat proses deposisi (deposition) kebalikannya disebut penyubliman (sublimation) seperti pada kasus kapur barus. Wujud zat dapat juga dibedakan berdasarkan interaksi antarmolekul penyuzun zat. Dalam klasifikasi ini, pada zat padat interaksi tarik-menarik antarmolekul membuat posisi molekulmolekul penyusunnya tetap dalam koordinat dimensi ruang. Pada zat cair, interaksi tarik-menarik antarmolekul relatif lebih lemah sehingga posisi molekul-molekulnya berubah-ubah meskipun tidak ekstrim. Sedangkan dalam gas, nyaris tidak terjadi interaksi antarmolekul gas sehingga mereka bebas bergerak ke sana ke mari sehingga membuat gas tidak dapat mempertahankan volume dan bentuknya.

Proses perubahan fase zat. Arah panah ke atas menunjukkan nilai entalpi yang semakin tinggi. Entalpi adalah konsep dalam termodinamika yang menunjukkan total energi dalam plus total energi dari tekanan dan volume zat. Ada satu wujud tambahan berdasarkan interaksi antarmolekul penyusun, yaitu disebut plasma. Plasma adalah gas yang terionisasi (memiliki muatan listrik) dan biasanya memiliki temperatur yang tinggi. Interaksi ionik antar molekul-molekul bermuatan yang ada dalam plasma memberikan plasma sifat-sifat yang berbeda dari tiga wujud lain. Inilah yang menjadi alasan kenapa plasma disebut wujud zat keempat (the fourth state of matterial). Di Bumi kita, plasma dapat ditemukan pada awan-awan bermuatan yang menghasilkan petir. Malah, sebagian orang mendeskripsikan petir itu sendiri adalah plasma. Kilatan terangbenderang yang kita saksikan dari petir adalah radiasi elektromagnetik (termasuk di dalamnya cahaya tampak, gelombang radio, dan sinar-X) yang dipancarkan oleh plasma. Selain itu, plasma pada petir membawa arus sampai 30.000 ampere dan memiliki temperatur sampai 28.000 kelvin. Plasma juga ada di dalam tabung televisi (bukan monitor datar seperti pada laptop) dan lampu neon. Namun, sesungguhnya plasma lebih banyak terdapat di luar angkasa. Debu-debu kosmik yang menjadi cikal-bakal bintang berwujud plasma. Materi penyusun angin surya (solar wind), inti Matahari, bahkan planet Jupiter sebagian besar berwujud plasma. Karena banyaknya plasma mengisi ruang di luar angkasa, plasma menjadi salah satu kunci untuk mempelajari Alam Semesta kita. Dalam fisika, pengkajian plasma secara khusus dilakukan oleh cabang ilmu yang disebut fisika plasma (plasma physics). Apakah ada wujud zat kelima (the fifth state of material)? Jawabannya mungkin ada dan mungkin berwujud butiran (granular) seperti butiran-butiran pasir yang jatuh dari sela-sela

tangan kita. Ini adalah fakta terbaru yang dipublikasi oleh Heinrich Jaeger (University of Chicago) di majalah Nature edisi 25 Juni 2009. Proses pembentukan butiran-butiran pasir terjadi karena ketidakstabilan gaya atomik yang menarik bijih-bijih pasir sehingga membentuk butiran ini berbeda dengan teori lama yang mengatakan bahwa butiran pasir terbentuk setelah terjadi tumbukan antarbijih pasir. Proses ini mirip pada air yang juga membentuk butiran ketika jatuh (seperti pada air hujan), hanya saja pada butiran pasir melibatkan gaya tarik-menarik antarmolekul 100.000 kali lebih kuat. Selain itu, Jaeger mendapatkan apa yang disebut daerah tegangan-permukaan-ultrarendah (ultralow-surface-tension regime), sebuah kondisi baru dalam ranah sains yang menentukan dinamika wujud butiran. Ini membuat wujud butiran memiliki sifat-sifat yang berbeda dari keempat wujud zat yang ada. Misalnya saja, butiran pasir memiliki sifat zat padat dan zat cair pada waktu yang bersamaan. Saat berjalan di pantai, tubuh kita ditopang oleh pasir pantai sifat pasir sebagai zat padat. Kita dapat genggam pasir namun kemudian pasir itu dapat lolos dan jatuh dari sela-sela jari kita sifat pasir sebagai zat cair. Contoh lain dapat kita lihat ketika sebuah benda jatuh ke atas pasir, menghasilkan fenomena seperti benda dijatuhkan ke atas air (lihat video). Dalam kasus-kasus lain, butiran pasir dapat berperilaku seperti padat, cair, gas, bahkan di antaranya.
http://diary.febdian.net/2009/06/27/wujud-zat-kelima/

You might also like

  • Lampiran
    Lampiran
    Document5 pages
    Lampiran
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Presentasi Proposal
    Presentasi Proposal
    Document10 pages
    Presentasi Proposal
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document12 pages
    Bab I
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab 3
    Bab 3
    Document8 pages
    Bab 3
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Lampiran
    Lampiran
    Document5 pages
    Lampiran
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Ucapan Terima Kasih
    Ucapan Terima Kasih
    Document2 pages
    Ucapan Terima Kasih
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab 3
    Bab 3
    Document8 pages
    Bab 3
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab 2
    Bab 2
    Document21 pages
    Bab 2
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Presentasi Proposal
    Presentasi Proposal
    Document10 pages
    Presentasi Proposal
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document9 pages
    Bab 1
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab 3
    Bab 3
    Document6 pages
    Bab 3
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Document12 pages
    Kuesioner Penelitian
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Proposal
    Proposal
    Document13 pages
    Proposal
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Form Askep
    Form Askep
    Document20 pages
    Form Askep
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Bab 1
    Bab 1
    Document8 pages
    Bab 1
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document10 pages
    Cover
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document10 pages
    Cover
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document10 pages
    Cover
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Tugas Manova
    Tugas Manova
    Document26 pages
    Tugas Manova
    Matho Nurse
    100% (1)
  • Halaman Depan
    Halaman Depan
    Document20 pages
    Halaman Depan
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Konsep Masase Dan Aromaterapi
    Konsep Masase Dan Aromaterapi
    Document9 pages
    Konsep Masase Dan Aromaterapi
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Laporan Pendahuluan Hemoroid
    Laporan Pendahuluan Hemoroid
    Document13 pages
    Laporan Pendahuluan Hemoroid
    Ena Purnama Sari
    No ratings yet
  • Fournier Gangren
    Fournier Gangren
    Document2 pages
    Fournier Gangren
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • SGD Manova
    SGD Manova
    Document33 pages
    SGD Manova
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Tak Halusinasi Sesi II
    Tak Halusinasi Sesi II
    Document21 pages
    Tak Halusinasi Sesi II
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • LAPORAN PENDAHULAN Skizo
    LAPORAN PENDAHULAN Skizo
    Document13 pages
    LAPORAN PENDAHULAN Skizo
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Kirim Paket
    Kirim Paket
    Document1 page
    Kirim Paket
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Leaflet SH
    Leaflet SH
    Document3 pages
    Leaflet SH
    Matho Nurse
    No ratings yet
  • Laporan Akhir
    Laporan Akhir
    Document7 pages
    Laporan Akhir
    Matho Nurse
    No ratings yet