You are on page 1of 11

Perbedaan impetigo bulosa-krustosa http://www.scribd.com/doc/62756980/Perbedaan-Impetigo-Bulosa-n-Krustosa impetigo daf isi http://www.scribd.com/doc/65760553/Lapkas-Impetigo-Word diskusi kasus http://www.scribd.

com/doc/55353431/DISKUSI-KASUS-Impetigo-Krustosa

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN IMPETIGO BULOSA


Dibuat oleh: Elba Nurdiansyah,Modifikasi terakhir pada Thu 26 of Aug, 2010 [14:31] Abstrak Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial dan mudah menular yang terdapat dipermukaan kulit. Infeksi ini disebabkan oleh streptokok dan stafilokok, dan berpindah dari manusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo kontagiosa tilbury fox (nonbullous) dan impetigo bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh S aureus galur grup II tipe faga 71 yang masuk kedalam lapisan kulit. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5 tahun. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV). Seorang ibu datang mengeluh pada badan anaknya terutama ketiak dan kaki kirinya terdapat luka seperti kulit melepuh yang sudah ada sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya luka tersebut berupa benjolan berisi cairan dan berada diketiak terlebih dahulu, kemudian pecah dan membekas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra. Kata Kunci : Impetigo bulosa, infeksi, bula Kasus Seorang Ibu datang dengan membawa anaknya yang berusia 4 tahun, mengeluh pada badan anaknya terutama ketiak dan kaki kirinya terdapat luka seperti kulit melepuh yang sudah ada sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya luka tersebut berupa benjolan berisi cairan dan berada diketiak terlebih dahulu, kemudian pecah dan membekas. Ibu pasien kemudian membawa anaknya ke bidan untuk pengobatan namun keluhan tidak membaik. Anak merasakan perih pada lukanya. Tidak ada riwayat alergi ataupun penyakit lainnya sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum baik, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Status Dermatologi bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra. Diagnosis Impetigo Bulosa Terapi Pasien mendapat terapi antibiotik sirup berupa sefadroksil 2 kali sendok makan, antibiotik topikal mupirocin zalf 3 kali dalam sehari dan antihistamin loratadine sirup 1 kali 1 sendok teh. Pasien juga diberikan sabun antiseptik dettol. Selain itu ibu pasien juga diedukasi untuk menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit ditambah larutan antiseptik, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah, mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet, menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak. Diskusi Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Impetigo bulosa ditandai oleh pembentukan vesikel yang timbul sampai bulla dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Diagnosis impetigo dapat ditegakkan dengan melihat perjalanan penyakit dan penampilan klinis dari lesi. Dilihat dari perjalanan penyakit, impetigo non bulosa dan bulosa dapat kita bedakan antara lain pada lesi non bulosa, lesi dimulai dengan adanya pustula kecil yang berkembang cepat menjadi bentuk krusta berwarna kekuningan seperti

madu dimana biasanya lesi berukuran dengan d < 2 cm. Bercak-bercak pada kulit biasa ditemukan pada area yang mudah terpajan seperti pada muka dan ekstremitas dimana gigitan, abrasi, laserasi, garukan, luka bakar atau trauma dapat terjadi. Terjadi penyebaran secara cepat dan lesi biasanya bersifat asimptomatik dengan gatal sesekali. Terdapat regional limfadenopati pada 90% pasien impetigo. Sedangkan pada lesi bulosa, bula memiliki atap yang tipis sehingga mudah untuk pecah secara spontan, lesi bulosa biasanya menyebar lokal pada wajah, ekstremitas, pantat atau perineum dan lesi ini dapat menjadi infeksi sekunder sehingga menambah berat terhadap lesi yang sebelumnya ada dan menjadi lesi yang lebih luas dan regional adenopati tidak terjadi. Patogen primer yang menjadi penyebab impetigo berubah dari dekade ke dekade. Staphylococcus telah menjadi agen penyebab pada impetigo non bulosa sampai pertengahan 1960. Kemudian, Streptokokus beta hemolitik grup A menjadi penyebab yang dominan Sejak awal tahun 1980, S.aureus menjadi agen patogen dominan kembali. Sedangkan S aureus selalu menjadi penyebab impetigo bulosa. Pada lesi non bulosa kebanyakan lesi disebabkan oleh S.aureus dan GABHS, hasil dari kultur dan frekuensi relatif dari setiap agen patogen dapat memliki variasi perbedaan tergantung dari daerah geografis, iklim, dan usia dari host. S. aureus dapat dikultur dari lesi impetigo pada anak2 segala usia,k ecuali untuk daerah endemis, GABHS jarang terjadi pada anak usia <2th tetapi sering ditemukan pada usia anak2 TK. Sedangkan pada lesi bulosa, impetigo bulosa sering disebabkan oleh S aureus grup 2 dengan menghasilkan toxin eksfoliatif A dan B yang akan menyebabkan adhesi sel pada lapisan superfisial dari epidermis, memecah lapisan stratum granulare dan membentuk blister. Penatalaksanaan dari impetigo meliputi perawatan luka baik secara topikal maupun pemberian antibiotik sistemik. Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan memperbaiki kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah kekambuhan. Pengobatan harus efektif, tidak mahal dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas pada kulit orang-orang tertentu. Untuk perawatan luka, bersihkan lesi dengan menggunakan larutan antiseptik. Bila lesi basah, lesi bisa dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000 atau dengan antiseptik lainnya. Terapi antibiotik topikal menjadi pertimbangan sebagai pilihan terapi untuk individu dengan impetigo terlokalisasi yang tidak berkomplikasi diantaranya adalah Mupirocin (bactroban) diketahui dapat membersihkan 52-68% pasien dengan kolonisasi S aureus yang resisten terhadap methicilin. Mupirocin bekerja dengan cara menghambat dari sinteris protein dari bakteri. Selain itu Retapamulin (Altabax) merupakan antimikroba topikal terbaru dan diindikasikan untuk terapi impetigo terlokalisasi pada anak yang memiliki usia > 9 th. Hal ini telah ditunjukkan dengan aktivitasnya yang sangat baik secara in vitro untuk S.aureus yang resisten terhadap mupirocin. Mekanismenya dengan menghambat sintesis protein dengan mengikat subunit 50S pada ribosom. Untuk penggunaan antibiotik sistemik, ada beberapa golongan antibiotik sistemik yang dapat dipakai antara lain Cephalexin, merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi pertama yang biasa digunakan untuk pengobatan impetigo dan infeksi kulit lainnya. Mekanismenya aksinya adalah dengan menghambat sintesi dinding bakteri. Pada dewasa dapat diberikan 4x500mg sedangkan pada anak-anak 25-50mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis. Kemudian Amoxicillin dan Klavulanat diamana Amoxicillin menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat protein ikatan penisilin. Klavulanat menghambat beta laktamase penghasil bakteri. Dosis dewasa 2x500mg, sedangkan untuk anak 20-45 mg/kgbb/hari. Ada juga dicloxacillin yang bekerja dengan mengikat pada satu atau lebih protein pengikat penisilin sekaligus menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dosisnya untuk dewasa adalah 4x125-500mg diberikan sebelum makan, sedangkan untuk anak 25mg/kgbb/hari. Eritromycin juga dapat dipakai untuk menghambat pertumbuhan bakteri, dosisnya 4x500 mg per hari. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan obat gol.lainnya. Obat ini cepat menyebabkan resistensi. Sering menimbulkan rasa tidak enak di lambung. Selain itu, Klindamicin dan Linkomisin dapat dipakai juga pada pengobtan kasus impetigo. Dosis linkomisin 3x500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu dosisnya lebih kecil yakni 4x150 mg untuk dewasa dan 10-30 mg/kgbb/hari untuk anak. Efek sampingnya adalah dapat menyebabkan kolitis pseudomembranosa. Pada pasien ini, berdasarkan keluhan, manifestasi dan diagnosinya maka diberi terapi sefadroksil sirup 2 x C sebagai antibiotik sistemik dikarenakan pasien sudah ada riwayat pengobatan sebelumnya, mupirocin salep sebagai antibiotik topikal dan larutan antiseptik untuk membersihkan lesi dan loratadine 1x1 cth untuk mengurangi pruritus . Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan tekanan darah tinggi, pada sepertiga terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening. Kesimpulan Impetigo adalah infeksi piogenik superfisial dan mudah menular yang terdapat dipermukaan kulit. Infeksi ini disebabkan oleh streptokok dan stafilokok, dan berpindah dari manusia ke manusia melalui kontak, terutama antara anak-anak. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa terdapat luka seperti kulit melepuh pada ketiak dan kaki kirinya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bula lentikular sampai numular dengan batas tegas, multipel disertai erosi, krusta kecoklatan diregio axillaris dan cruris sinistra. Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini. Pengobatannya terdiri dari pemberian antibiotik baik sistemik maupun topikal dan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan pasien. Selain itu penting juga untuk memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga kebersihan diri pasien dan perawatan lukanya. Referensi - Djuanda, A., 2002. Pyoderma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 4. Penerbit FKUI : Jakarta. - Lewis, L.S., 2009. Impetigo. Diakses tanggal 4 Desember 2009 dari http://www.emedicine.com - Marwali H., 2000. Impetigo Bulosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 1st edition. Penerbit Hipokrates : Jakarta. - Price, A.S., Wilson L.M, 1995. Infeksi Kulit dalam Patofisiologi Buku 2 edisi 4. Penerbit EGC : Jakarta.

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=DIAGNOSIS+DAN+PENATALAKSANAAN+IMPETIG O+BULOSA

IMPETIGO BULOSA (BAHAN REFRAT)


Diposkan Oleh SEA DRAGON Pada Rabu, 23 Maret 2011 | 18:59 A. Pendahuluan Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga merupakan infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki banyak bentuk diantaranya impetigo, folikulitis, furunkel, eritrasma, erysipelas, selulitis, abses, dan lain-lain. Namun dalam presentasi kasus ini hanya akan dibahas tentang impetigo, karena impetigo merupakan bentuk pioderma yang paling sering dijumpai disamping folikulitis.1

B. Definisi Pyoderma atau dikenal dengan hot spot adalah infeksi kulit akibat bakteri. Infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan kulit telah rusak. Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa nampak pada daerah permukaan kulit.2 Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).3

C. Sinonim Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet4

D. Insidensi Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia dan pada umumnya menyebar melalui kontak langsung. Paling sering menyerang anak-anak usia 2-5 tahun, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa insiden tahunan dari impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4 tahun dan 1.6 persen pada anak-anak usia 5 sampai 15 tahun.2

E. Penyebab Mikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena Staphylococcus aureus.1.2.3.4

F. Gejala klinis Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hipopion.4 Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan (sekunder) baik penyakit kulit( gigitan

serangga, varicella, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh ( Diabetes melitus, HIV) Gambaran khas dari impetigo bulosa seperti: Vesikel ( gelembung berisi cairan dengan diameter < 0,5 cm) yang timbul sampai bulla ( gelembung berisi cairan dengan diameter >0,5 cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awlnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi warna keruh. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya, maka kelainan itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau tersebar, sering kali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yag lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Atap dari bula pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disertai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.3

G. Pemeriksaan penunjang - Laboratorium rutin Pada pemeriksaan darah rutin, lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50% kasus pasien dengan impetigo.2 - Pemeriksaan imunologis Pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat ditemukan peningkatan kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody. - Pemeriksaan mikrobiologis Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan cairan yang berasal dari bulla dapat dikultur dan dilakukan tes sensititas. Hasil kultur bisa memperlihatkan S. pyogenes, S. aureus atau keduanya. Tes sensitivitas antibiotic dilakukan untuk mengisolasi metisilin resistar. S. aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotic yang sesuai. Pewarnaan gram pada eksudat memberikan hasil gram positif. Pada blood agar koloni kuman mengalami hemolisis dan memperlihatkan daerah yang hemolisis di sekitarnya meskipun dengan blood agar telah cukup untuk isolasi kuman, manitol salt agar atau medium Baierd-Parker egg Yolk-tellurite direkomendasikan jika lesi juga terkontaminasi oleh organism lain. Kemampuan untuk mengkoagulasi plasma adalah tes paling penting dalam mengidentifikasi S. aureus. Pada sheep blood agar, S. pyogenes membentuk koloni kecil dengan daerah hemolisis disekelilingnya. Streptococcus dapat dibedakan dari Staphylokokkus dengan tes katalase. Streptococcus memberikan hasil yang negative.

H. Penatalaksanaan

Perawatan Umum : 1. Memperbaiki higien dengan membiasakan membersihkan tubuh dengan sabun, memotong kuku dan

senantiasa mengganti pakaian. 2. Perawatan luka 3. Titak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk, pakaian, dan alat cukur)

Sistemik Pengobatan sistemik di indikasikan jika terdapat factor yang memperberat impetigo seperti eczema. Untuk mencegah infeksi sampai ke ginjal maka di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan urine. Bakteri pun di uji untuk mengetahui ada tidaknya resistensi antibiotic. Pada impetigo superficial yang disebabkan streptococcus kelompok A, penisilin adalah drug of choice. Penisilin oral yang digunakan adalah potassium Phemmoxymethylpenicilin. Bila resisten bias digunakan oxacilin dengan dosis 2,5 gr/ hari dan dosis untuk anakanak disesuaikan dengan umur. Dapat juga digunakan eritromisin dosis 1,5 2,0 g yang diberikan 4 kali sehari. Penisilin V oral (250mg per oral) efektif untuk streptokokkus atau staphylokokkus aureus non-penisilin. Penisilin semi sentetis, methicin, atau oxacilin (500mg setiap 4-6 jam) diberikan untuk staphylokokkus yang resisten terhadap penisilin eritromisin (250mg 4 kali sehari) lebih efektif dan aman, di gunakan pada pasien yang sensitive terhadap penisilin. Antibiotic oral diberikan bila : a. Erupsi memberat dan semakin meluas b. Anak lain yang terpapar infeksi c. Bila bentuk nephritogenik telah berlebihan d. Bila pengobatan topical meragukan e. Pada kasus yang disertai folliculitis

Topikal Pengobatan topikal dilakukan apabila krusta dan sisa impetigo telah dibersihkan dengan cara mencucinya menggunakan sabun antiseptic dan air bersih. Untuk krusta yang lebih luas dan berpotensi menjadi lesi sebaiknya menggunakan larutan antiseptic atau pun bubuk kanji. Dapat menggunakan asam salisil 3-6% untuk menghilankan krusta. Bila krusta hilang maka penyebaranya akan terhenti. Pustule dan bula didrainase. Bila dasar lesi sudah terlihat, sebaiknya diberikan preparat antibiotic pada lesi tersebut dengan hati-hati sebanyak 4 kali sehari. Preparat antibiotic juga dapat digunakan untuk daerah yang erosive. Misalnya menggunakan krim neomycin yang mengandung clioquinol 0,5%-1% atau asam salisil 3%-5%

I. Komplikasi Infeksi dari penyakit ini dapt tersebar keseluruh tubuh utamanya pada anak-anak. Jika tidak di obati secara teratur, maka penyakit ini dapat berlanjut menjadi glomerulonefritis (2-5%) akut yang biasanya terjadi 10 hari setelah lesi impetigo pertama muncul, namun bias juga terjadi setelah 1-5 minggu kemudian. J. Prognosis Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan lain-lain. Lesi mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA 1. http://secondking.wordpress.com/2009/04/15/impetigo/

2. http://awhik.blogspot.com/2009/12/impetigo-krustosa.html 3. http://www.sehatgroup.web.id/?p=152 4. Djuanda, Adhi.dkk. 2005. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. FK UI: Jakarta.

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/impetigo-bulosa-bahan-refrat.html

Impetigo
Posted on Agustus 16, 2008 by -

Impetigo adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebabnya dapat satu atau kedua dari Stafilokokus aureus dan Streptokokus hemolitikus B grup A. Impetigo mengenai kulit bagian atas (epidermis superfisial). Impetigo adalah infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5 tahun. Impetigo terdiri dari dua jenis, yaitu impetigo krustosa (tanpa gelembung cairan, dengan krusta/keropeng/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan). Impetigo adalah infeksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik dalam keluarga, tempat penitipan atau sekolah.

Epidemiologi
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa. Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.

Gejala klinis
Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV)

Impetigo bulosa

Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul sampai bulla (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain.

Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang.

gambar 1. impetigo bulosa


Diagnosis banding lainnya dari impetigo bulosa :

gambar 2. impetigo bulosa

Eritema multiforme bulosa : vesikel atau bulla yang timbul dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor) Lupus eritematosa bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat gatal, seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh, dengan plak urtikaria Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit Gigitan serangga : bulla dengan papul pruritus (gatal) berkelompok di daerah yang terkena gigitan Pemfigus vulgaris : bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dari 1 sampai beberapa sentimeter, muncul bertahap dan menjadi menyeluruh, lecet muncul seminggu sebelum penyembuhan dengan hiperpigmentasi (warna kulit yang lebih gelap dari sebelumnya), tidak ada jaringan parut

Sindrom steven-johnson : vesikulobulosa (lesi gelembung mulai dari vesikel sampai bulla) yang melibatkan kulit, mulut, mata dan genitalia; sariawan yang dalam degan krusta akibat perdarahan adalah gambaran khas. Luka bakar : terdapat riwayat luka bakar derajat dua Toxic epidermal necrolysis : seperti sindrom steven-johnson yang diikuti pengelupasan kulit badian atas (epidermis) secara menyeluruh. Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

Impetigo krustosa

Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.

Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan cepat. Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka ( tangan dan kaki). Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi) Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat lain). Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan parut..

Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi oleh kuman Streptokokus penyebab impetigo

Tidak ada tanda gejala radang tenggorokan

gambar 3. impetigo krustosa


Diagnosis banding lainnya dari impetigo krustosa adalah :

gambar 4. impetigo krustosa

Dermatitis atopi : keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama (kronik) dan kulit yang kering; penebalan pada pada lipatan kulit terutama pada dewasa (likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian dalam. Candidiasis (infeksi jamur candida) : papul merah, basah;umumnya didaerah selaput lendir atau daerah lipatan. Dermatitis kontak : gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan zat-zat yang mengiritasi. Diskoid lupus eritematosa : lesi datar (plak) berbatas tegas yang mengenai sampai folikel rambut. Ektima : lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis). Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi lecet tertutupi oleh krusta, biasanya pada bibir dan kulit. Gigitan serangga : terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri Scabies : vesikel yang menyebar, kecil, terdapat terowongan, pada sela-sela jari, gatal pada malam hari. Varisela : vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.

Diagnosis banding lainnya secara umum dari kelainan kulit yang menyerupai impetigo dan memerlukan penanganan segera adalah :

Selulitis adalah infeksi pada kulit yang meluas sampai mengenai jaringan bawah kulit. Penyebab tersering adalah grup A B-hemolitic streptococus. Faktor risikonya adalah lecet pada kulit, robek pada kulit, luka bakar, kulit yang mengalami dermatitis. Reaksi alergi/dermatitis kontak seringkali didiagnosis selulitis. Jika terdapat gatal dan tidak terdapat nyeri tekan maka seringkali bukan selulitis. Erisipelas adalah bentuk infeksi permukaan dari selulutis. Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah kelainan kulit dengan gelembung-gelembung (vesikel-bulla) yang disebabkan oleh toksin/racun yang dihasilkan bakteri Stafilokokus aureus. Necroticing fasciitis adalah infeksi jaringan lunak yang progesif yang ditandai dengan nekrosis (kematian jaringan) dari jaringan bawah kulit.

Nyeri tekan

Demam

Krusta, Gejala eksudat sistemik (cairan dari luka)

Denyut jantung meningkat, tekanan darah

Gejala lain

Selulitis Erisipelas Impetigo SSSS Necrotising fasciitis

+/+ + ++

+/+/+/+ +

+/+/++ ++ +/-

+/+ +/++

menurun +/+/++
Dapat disertai penurunan trombosit (trombositopenia) Kadangkala gatal,dapat terlihat gigitan serangga Batas tegas Dapat berupa bullae

Reaksi alergi/dermatitis kontak

+/-

gambar 5. impetigo krustosa

gambar 6. impetigo krustosa

gambar 7. impetigo bulosa yang telah pecah

gambar 8.erysipelas pada daerah hidung

gambar 9 Staphylococcal scalded skin syndrome

gambar 10. Staphylococcal scalded skin syndrome

gambar 11. selulitis

gambar 12. ektima

Pengobatan
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan memperbaiki kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah kekambuhan. Pengobatan harus efektif, tidak mahal dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena hanya diberikan pada kulit yang terinfeksi sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas pada kulit orang-orang tertentu. Pada lesi yang terlokalisir maka pemberian antibiotik topikal diutamakan. Karena antibiotik topikal sama efektifnya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin 2% atau asam fusidat. Antibiotik oral disimpan untuk kasus dimana pasien sensitif terhadap antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta yang berat. Penggunaan disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam pengobatan impetigo. Obat topikal yang diberikan mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi 3x sehari selama tiga sampai lima hari. Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam klavulanat; cefuroxime;cephalexin; dicloxacillin; atau eritromicin selama 10 hari. Pengobatan penunjang adalah :

Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh

Dengan pengobatan antibiotik selama 24 jam maka infeksi sudah tidak menyebar dan anak dapat masuk sekolah atau bertemu dengan teman-temannya. Untuk mencegah impetigo dapat dilakukan :

Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif) Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih Jauhkan diri dari orang dengan impetigo Orang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu

Kunjungan ke ulang ke dokter dilakukan bila :

Lesi impetigo menyebar lebih luas setelah pengobatan Anak menjadi tidak sehat; misalnya disertai demam

Impetigo sangat menular dan dapat dengan mudah menyebar ke orang lain karena itu penting untuk diingat bahwa pencegahan anak untuk menggaruk luka sangat penting, anak dapat kembali beraktivitas setelah 24 jam pengobatan dan semua luka/ lecet sudah ditutup (dengan kasa), lanjutkan pengobatan sampai semua lesi hilang, dan jangan lupa untuk mengelupaskan krusta walaupun anak dalam pengobatan sekalipun.

Keluaran dan komplikasi


Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan tekanan darah tinggi, pada sepertiga terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening.

Sumber
1. 2. 3. 4. 5. Sladen MJ, Johnston GA. Common skin infections in children. BMJ 2004;329:95-9. Sladen MJ, Johnston GA. More Common skin infections in children. BMJ 2005;330:1194-8. Stulberg DL, Penrod MA, Blatny RA. Common Bacterial Skin Infections. Am. Fam. Physician 2002;66:119-24 Cole C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. Am. Fam Physician 2007;75:859-64. Cellulitis & Skin Infections. RCH guidelines. Diunduh darihttp://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5163

6. 7. 8.

Impetigo (school sores). Kids Health info for parents. Diunduh darihttp://www.rch.org.au/kidsinfo/factsheets.cfm?doc_id=5354 Lewis LS. Impetigo. Diunduh darihttp://www.emedicine.com/ped/topic1172.htm Impetigo. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Diunduh darihttp://www.mayoclinic.com/print/impetigo/DS00464/DSECTION=all&METHOD=pr

http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/impetigo/

You might also like