Professional Documents
Culture Documents
21062009
Pengukuhan Perjanjian dan Klausul-klausul Hudaibiyah
1. Rasulullah harus pulang pada tahun ini, dan tidak boleh memasuki Makkah kecuali tahun depan bersama orang-orang Muslim. Mereka diberi jangka waktu selain tiga hari berada di Makkah dan hanya boleh membawa senjata yang biasa dibawa musafir, yaitu pedang yang disarungkan. Sementara pihak Quraisy tidak boleh menghalangi dengan cara apa pun. 2. Gencatan senjata di antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun, sehingga semua orang merasa aman dan sebagian tidak boleh memerangi sebagian yang lain. 3. Barangsiapa yang ingin bergabung dengan pihak Muhammad dan perjanjiannya, maka dia boleh melakukannya, dan siapa yang ingin bergabung dengan pihak Quraisy dan perjanjiannya, maka dia boleh melakukannya. Kabilah mana pun yang bergabung dengan salah satu pihak, maka kabilah itu menjadi bagian dari pihak tersebut. Sehingga penyerangan yang ditujukan kepada kabilah tertentu, dianggap sebagai penyerangan terhadap pihak yang bersangkutan dengannya. 4. Siapa pun orang Quraisy yang mendatangi Muhammad tanpa izin walinya (melarikan diri), maka dia harus dikembalikan kepada pihak Quraisy, dan siapa pun dari pihak Muhanunad yang mendatangi Quraisy (melarikan diri darinya), maka dia tidak boleh dikembalikan kepadanya. Kemudian beliau memanggil Ali bin Abu Thalib untuk menulis isi perjanjian ini. Beliau mendiktekan kepada Ali: Bismillahir-rahnianir-rahim. Suhail menyela, Tentang Ar-Rahman, demi Allah aku tidak tahu siapa dia? Tetapi tulislah: Bismika Allahumma. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan Ali bin Abu Thalib untuk menulis seperti itu. Kemudian beliau mendiktekan lagi, Ini adalah perjanjian yang ditetapkan Muhammad, Rasul Allah. Suhail menyela, Andaikan saja kami tahu bahwa engkau adalah Rasul Allah, tentunya kami tidak akan menghalangimu untuk memasuki Masjidil Haram, tidak pula memerangimu. Tetapi tulislah: Muhammad bin Abdullah. Beliau bersabda, Bagaimanapun juga aku adalah Rasul Allah sekalipun kalian mendustakan aku. Lalu beliau memerintahkan Ali bin Abu Thalib untuk menulis seperti usulan Suhail dan menghapus kata-kata Rasul Allah yang terlanjur ditulis. Namun Ali menolak untuk menghapusnya. Akhirnya beliau yang menghapus tulisan itu dengan tangan beliau sendiri.
3.
Adanya ketimpangan dalam hal ekstradisi, sebagaimana diatur dalam klausul ke empat perjanjian Hudaibiyah. Hal ini menyebabkan tertolaknya beberapa sahabat yang menyusul dari Makkah kepada rombongan Nabi Muhammad SAW.
4.
Terjadi keresahan dan krisis kepercayaan sejenak atas kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya, perjanjian yang monumental ini sebelumnya tidak disukai sahahat-sahabat Nabi seperti Umar, Ali dan beberapa sahabat lain karena dianggap merugikan ummat Islam, karena dalam memutuskan isi perjanjian ini Rasulullah tidak mengajak berunding para sahabatnya dan sempat menimbulkan kegaduhan di antara sahabat Nabi sendiri, kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq yang tetap mantap dengan segala isi perjanjian ini.
Perjanjian Hudaibiyah
August 20, 2010 | | Tahun 628 Masehi atau 6 Hijriah merupakan salah satu titik penting dalam sejarah Islam. Pada Maret tahun itu, disepakati Perjanjian Hudaibiyah, yang diadakan di sebuah tempat di antara Madinah dan Mekah. Tempat itu bernama Hudaibiyah, berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Mekah. Saat itu, bulan Dzul Qadah, sekitar 1.500 penganut Islam bertolak dari Madinah menuju Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Rombongan berangkat tanpa menyandang senjata. Mereka mempersiapkan hewan kurban untuk dipersembahkan buat penduduk Mekah. Setiba mereka di Dzul Hulaifah, Nabi Muhammad mengirim seorang pengintai dari Khuzaah untuk mencari kabar tentang kaum Quraisysuku bangsa Arab yang menguasai Kota Mekah. Ketika rombongan mendekati daerah Ghadir Asythath, pengintai kembali dan melapor kepada Nabi bahwa kaum Quraisy telah mengerahkan pasukan gabungan untuk menyerang dan menghalangi rombongan muslim dari Madinah itu agar tidak memasuki Mekah. Nabi pun bermusyawarah dengan para sahabatnya. Lalu, Nabi Muhammad mengutus Utsman bin `Affan untuk menemui pemimpin Quraisy. Utsman bin `Affan membawa pesan bahwa rombongan kaum muslim dari Madinah datang ke Mekah bukan untuk berperang, melainkan hanya untuk umrah. Nabi Muhammad mencoba agar tidak terjadi pertumpahan darah di Mekah, karena Mekah adalah tempat suci. Akhirnya kaum muslim setuju menempuh jalur diplomasi, yang dinilai lebih baik daripada berperang. Pada perjanjian ini, pihak Quraisy diwakili oleh Suhail bin `Amru.
Isi terpenting perjanjian tersebut adalah kedua pihak tidak akan saling memerangi, baik langsung maupun tidak langsung. Garis besar isi Perjanjian Hudaibiyah adalah, pertama, tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Kedua, siapa pun yang ingin mengikuti Nabi Muhammad diperbolehkan secara bebas. Ketiga, siapa pun yang ingin mengikuti Quraisy diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Nabi Muhammad tanpa izin, ia akan dikembalikan lagi kepada ayah dan penjaganya. Bila seseorang mengikuti Quraisy, ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini (628 M) Nabi Muhammad akan kembali ke Madinah. Tapi, tahun depan (629 M), kaum muslim Madinah dapat masuk ke Mekah untuk melakukan tawaf selama tiga hari. Selama tiga hari itu, kaum Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Bagi kaum muslim, manfaat perjanjian tersebut adalah bebas dalam menunaikan agama Islam, tidak ada teror dari kaum Quraisy, serta mengajak kerajaan-kerajaan luar, seperti Ethiopia-Afrika, untuk masuk Islam. Namun kaum Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiyah, ketika mereka memasok senjata untuk kabilah Bani Bakr. Kaum Quraisy mendorong Bani Bakr dari suku Kinanah, yang bersahabat dengannya, untuk menyerang Khuzaah, yang bersahabat dengan kaum muslimin. Atas pengkhianatan perjanjian oleh Quraisy itu, kaum muslim bisa membalasnya dengan penaklukan Mekah pada tahun 630 M. Dengan kekuatan pasukan sekitar 10 ribu personel di Mekah, kaum muslim hanya menemui sedikit rintangan. Setelah itu, mereka meruntuhkan segala simbol keberhalaan di depan Kabah.
Untuk mengingatkan kembali klausul-klausul Perjanjian Hudaibiyah tersebut, kami menyertakan teks perjanjian yang telah diubah dalam bentuk penomoran : 1. Bismikallhumma. 2. Ini adalah perjanjian damai antara Muhammad bin 'Abdullah dan Suhail bin 'Amru 3. Keduanya telah bersepakat untuk menghentikan peperangan selama sepuluh tahun. Masingmasing pihak memberikan keamanan selama jangka waktu tersebut dan menahan diri dari pihak lain. 4. Siapa saja mengunjungi Makkah dari sahabat-sahabatnya Muhammad, baik untuk berhaji ataupun umrah, atau ingin mendapatkan karunia Allah, maka harta dan darahnya aman. Siapa saja yang datang ke Madinah dari orang-orang Quraisy, sebagai persinggahan menuju ke Mesir atau Syam, untuk mendapatkan karunia Allah, maka harta dan darahnya aman. 5. Siapa saja yang mendatangi Muhammad saw. dari orang-orang Quraisy tanpa izin keluarganya, maka ia harus dikembalikan kepada keluarganya. Barangsiapa mendatangi orang-orang Quraisy dari pengikutnya Muhammad, maka ia tidak dikembalikan kepadanya. 6. Kita harus komitmen dengan isi perjanjian damai, tidak ada pencurian rahasia dan pengkhianatan. 7. Siapa saja yang ingin masuk ke dalam Perjanjian Muhammad, dan membuat perjanjian dengannya, maka ia masuk ke dalamnya. Siapa saja yang ingin masuk ke dalam Perjanjian Quraisy, dan membuat perjanjian dengan mereka, maka ia masuk ke dalamnya. (Bani Khuza'ah berdiri dan berkata: Kami masuk ke dalam Perjanjian Muhammad. Bani Bakr juga berdiri dan berkata: Kami masuk ke dalam Perjanjian Quraisy). 8. Engkau (Muhammad) harus kembali dan engkau tidak boleh memasuki Makkah tahun ini. Tahun depan, kami akan keluar dari engkau, dan engkau bisa memasuki Makkah bersama sahabatsahabatmu, dan bermukim selama tiga hari, dengan pedang yang berada di dalam sarungnya, dan engkau tidak boleh membawa senjata lain. (Hewan kurban yang telah kami dapatkan dan temukan di tempatnya, maka janganlah engkau minta lagi dari kami).