You are on page 1of 10

Poliklinik UGD adalah pelayanan poliklinik oleh dokter umum di luar jam kerja poliklinik umum.

PROPOSAL
POLIKLINIK UGD

Dendy MD

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... i 1. 1.1 1.2 2. 2.1 2.2 3. 3.1 3.2 3.3 4. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... MAKSUD DAN TUJUAN .............................................................................................................. DASAR PEMIKIRAN .................................................................................................................... TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. ANALISIS SWOT.......................................................................................................................... RENCANA POLI UGD .................................................................................................................. ALUR PELAYANAN...................................................................................................................... DENAH RUANG .......................................................................................................................... SISTEM PENUNJANG .................................................................................................................. PENUTUP ...................................................................................................................................

1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan yang dikhususkan untuk penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit/ cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Pemilahan pasien sesuai dengan tingkat kegawatan dan kedaruratannya diperlukan untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi pelayanan IGD karena tidak semua pasien yang datang ke IGD memerlukan tindakan segera. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pemilahan pasien yang dinamakan triase. IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Taman Husada Bontang tidak memiliki ruangan khusus untuk triase. Sehingga pada praktiknya, triase dilakukan di dalam ruang IGD, bersamaan dengan seluruh pelayanan di semua tingkat kegawatan dan kedaruratannya. Artinya adalah, pasien dengan Ventrikular Fibrilasi yang memerlukan tindakan khusus ditangani di ruang yang sama dengan pasien batuk dan pilek. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik yang dapat mengganggu pelayanan dikarenakan pasien cenderung menganggap dirinya yang paling memerlukan tindakan segera dan menuntut untuk segera dilayani walaupun tingkat kegawat daruratannya rendah. Akibatnya perhatian dokter IGD terpecah, terutama pada waktu sibuk dimana angka kunjungan pasien tinggi dan terdapat pasien gawat darurat. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan dan berpotensi mengancam jiwa pasien. Poliklinik IGD dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasinya. Poliklinik IGD adalah pelayanan poliklinik oleh dokter umum di luar jam kerja poliklinik umum. Lokasinya sebaiknya berdekatan dengan ruang IGD untuk memudahkan mobilitas dokter dan perawat. Poliklinik ini akan melayani pasien tidak gawat dan tidak darurat yang berobat di IGD diluar jam kerja poliklinik pagi. Pelayanan ini tidak akan berbenturan dengan pelayanan dokter umum yang diselenggarakan pemerintah di luar rumah sakit seperti Praktik Dokter Keluarga (PDK) dan klinik Jamsostek dikarenakan tujuan dan sistem pembiayaannya berbeda. Pada poliklinik IGD, pasien jaminan tanpa rujukan yang tidak memenuhi kriteria gawat darurat dari penanggung akan diperlakukan sebagai pasien umum.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dibentuknya poliklinik IGD adalah: Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan di IGD Memaksimalkan Triase di IGD RSUD Taman Husada Bontang Mewujudkan visi RSUD Taman Husada Bontang sebagai trauma center

2. DASAR PEMIKIRAN 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Instalasi gawat darurat (IGD) adalah bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan yang dikhususkan untuk penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Pada praktiknya, tidak semua pasien yang mendatangi IGD merupakan pasien yang menderita sakit dan cedera yang mengancam jiwa. Maka disusunlah sistem penggolongan pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan kedaruratannya, yaitu : Pasien gawat darurat Pasien gawat tidak darurat Pasien darurat tidak gawat Pasien tidak gawat tidak darurat

Sebaiknya penentuan prioritas penanganan pasien di IGD didasarkan pada penggolongan diatas, untuk itu diperlukan triase. Triase adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan pasien berdasar beratnya cedera/penyakit, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya manusia/sarana yang tersedia. Tujuannya adalah untuk menolong pasien sebanyak mungkin dengan sumber daya yang minimal. Penderita dibedakan kegawatannya dengan memberi kode warna: Segera Immediate (I) warna Biru. Pasien mengalami cedera/penyakit mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya tension pneumothorax, distress pernafasan (RR>30x/menit), perdarahan internal vena besar Edema paru akut, Infark miokard akut, dsb. Tunda Delayed (II) Merah. Pasien memerlukan tindakan definitif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar < 20%, asma serangan sedang/ringan, penderita kanker, dsb. Minimal (III) Kuning. Pasien mendapat cedera/penyakit minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial, febris < 39 C dsb. Expectant (0) Hitam. Pasien meninggal.

Pasien mendapat prioritas pelayanan dengan urutan warna : Biru, merah, kuning, hitam. Pasien kategori triase Biru dapat langsung diberikan pengobatan IGD, dan bila memerlukan tindakan medis lanjut dapat dipindahkan ke ruang operasi, HCU, rawat inap, atau dirujuk ke rumah sakit lain. Pasien dengan kategori triase merah yang memerlukan tindakan lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase Biru selesai ditangani. Pasien dengan kategori triase kuning dapat dipindahkan ke rawat jalan atau dalam hal ini poliklinik IGD. Pasien kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah. Dengan adanya poli IGD, maka pasien dengan kategori kuning dapat diarahkan ke poliklinik IGD sehingga tidak terjadi penumpukan pasien di IGD yang dapat mengganggu pelayanan. Dokter poliklinik IGD adalah dokter umum yang bertugas di IGD/rawat inap, dapat dibuatkan shift khusus untuk poliklinik IGD atau menggunakan rotasi jaga yang sudah ada. Dokter akan melayani pasien kategori kuning di ruang terpisah setelah pasien kategori biru dan merah tertangani di IGD. Setelah

selesai memeriksa pasien kategori kuning atau jika mendadak ada pasien baru kategori biru/merah maka dokter akan meninggalkan poliklinik IGD untuk menangani pasien tersebut di IGD. Pada pelaksanaannya diperlukan keterlibatan berbagai pihak yang mengalami kontak pertama dengan pasien di rumah sakit, diantaranya: satpam, petugas pendaftaran, petugas kasir, perawat dan dokter. Semua petugas medis, paramedis, dan non medis diharapkan setidaknya dapat mengenali tanda awal kasus gawat darurat, dan dapat segera merujuk pasien langsung ke ruang IGD tanpa melewati tahap pendaftaran. Petugas juga diharapkan dapat mengenali tanda awal kasus tidak gawat tidak darurat, dan dapat mengarahkan pasien untuk mendaftar. Apabila petugas mengalami keraguan dalam menentukan status gawat darurat dapat merujuk ke petugas medis. Untuk itu diperlukan sosialisasi dan pelatihan customer service, khususnya mengenai alur pelayanan terbaru. Selanjutnya pada tahap sosialisasi, diperlukan Standar Pelayanan Operasional (SPO) tertulis. Dapat berupa buku SPO yang disebarluaskan kepada seluruh penyedia jasa kesehatan seperti Jamkesda, Jamsostek, Jamkesmas dsb. SPO dicetak dalam bentuk poster dan banner serta disimpan di tempat yang mudah terlihat dipintu masuk, ruang tunggu dan ruang pendaftaran.

2.2 ANALISIS SWOT Analisis strength, weakness, opportunity, threat adalah:

Penanganan kasus gawat darurat lebih optimal Pasien tidak gawat tidak darurat tidak menunggu di IGD Memanfaatkan SDM yang sudah ada

Perlu ruangan baru Perlu sosialisasi dan adaptasi Perlu pelatihan

Strength

Weakness

Threat

Opportunity

Penolakan pasien Dana tidak tersedia

Ruang ka-shift dapat dijadikan poli IGD

3. RENCANA POLI IGD 3.1 ALUR PELAYANAN

Pasien datang

Triase awal oleh satpam, petugas pendaftaran

tidak gawat tidak darurat

meragukan

gawat darurat

pendaftaran

Triase di IGD

Poli IGD

False emergency

True emergency

True emergency

Ditangani di IGD

3.2 DENAH RUANG

Gambar 1. Denah poliklinik IGD

Gambar 2. Denah poliklinik IGD dan ruang observasi prioritas 3 (Kuning)

Gambar 3. Tata ruang poliklinik IGD & observa siprioritas 3 (Kuning)

3.3 SISTEM PENUNJANG 3.3.1 Sumber daya manusia 3.3.1.1 Medis Untuk SDM dokter dapat menggunakan dua pilihan, yaitu Membuat rotasi khusus poli IGD pada jam tertentu, misalkan di puncak waktu kunjungan kasus tidak gawat tidak darurat, berkisar antara jam 18.00 21.00 WITA, diluar waktu tersebut menggunakan tenaga dokter IGD yang sudah ada. o Kelebihannya adalah, pada jam sibuk terdapat seorang dokter khusus yang melayani poli IGD sehingga mempercepat pelayanan, dari segi tenaga saat ini jumlah dokter memungkinkan o Kekurangannya adalah kesulitan untuk membuat rotasi jaga baru karena terlalu banyak pos jaga. Tetap menggunakan tenaga dokter IGD yang sudah ada

o 3.3.1.2 Paramedis

Kelebihannya adalah tidak kesulitan untuk mengatur rotasi jaga, saat ini sebagian besar shift jaga sore diisi oleh dua dokter IGD sedangkan di shift malah hanya satu dokter IGD Kekurangannya adalah dokter IGD bertugas ganda mengisi poliklinik IGD.

Tidak diperlukan tenaga perawat tambahan, satu orang perawat IGD dapat bertugas di poliklinik IGD dikarenakan kunjungan IGD akan menurun. Perawat diperlukan untuk memeriksa tanda vital, mengurus administrasi dan pencatatan. Diperlukan sosialisasi mengenai SOP poliklinik IGD.

3.3.1.3 Non medis Diperlukan pelatihan dan sosialisai bagi petugas non medis yang mengalami kontak pertama dengan pasien, yaitu satpam, petugas pendaftaran dan petugas kasir untuk dapat membedakan konsidi gawat darurat dan tidak gawat tidak darurat secara umum. Diperlukan sosialisasi mengenai SOP poliklinik IGD. Jika memungkinkan diadakan tenaga public relation 24 jam untuk memfasilitasi keluhan dan saran dari pasien serta untuk memfasilitasi segala macam informasi non medis yang berkaitan dengan pasien.

3.3.2

Sarana

Diperlukan ruangan khusus yang terpisah dari IGD namun berdekatan dengan IGD untuk memudahkan mobilitas dokter dan perawat. Pada tahap awal dapat meminjam perlatan medis dasar dari IGD seperti stetoskop, sphygmomanometer raksa, termometer, obat resusitasi, timbangan bayi, atk dan berbagai macam formulir serta resep. Untuk selanjutnya dapat diadakan pengadaan tersendiri untuk poliklinik IGD.

3.3.3

Visibility

Dibuat poster dan banner mengenai alur pelayanan medis terbaru, daftar kasus gawat darurat yang dapat dilayani di IGD serta prosedur pengurusan klaim terutama yang berkaitan dengan tanggungan dari penyedia jasa kesehatan seperti Jamsostek, Jamkesda, Jamkesmas dsb. Poster/banner ditempatkan dilokasi yang mudah terlihat oleh pasien, diantaranya pintu masuk ruang tunggu, ruang pendaftaran. SOP pelayanan terbaru disosialisasikan kepada seluruh penyedia jasa kesehatan sepeti Jamsostek, Jamkesda, Jamkesmas dsb.

4. PENUTUP Demikianlah proposal pengajuan poliklinik IGD ini dibuat, semoga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perencanaan program tahun 2012 demi kelancaran pelayanan di IGD.

You might also like