You are on page 1of 9

MENGUKUR KECEPATAN ANGIN

Angin. Angin dapat disefinisikan sebagai massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak secara vertikal maupun horizontal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfruktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi perputaran bumi pada sumbunya akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis (coriolis effect). Pengaruh coriolis menyebabkan angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di belahan bumi selatan dan sebaliknya bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam mengitari daerah bertekan rendah di belahan bumi utara. Menurut hukum Stevenson, kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya. Gradient baromatrik ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak 15 meridian (111 km).

Gambar 1. Kekuatan angin A dan P terletak pada isobar 1000 mb. B dan Q pada isobar 990 mb. Jarak AB = 80 km, Jarak PQ = 150 km.

Jadi angin yang bertiup dari A ke B lebih kuat daripada angin yang bertiup dari P ke Q. Arah angin. Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat. 1 derajat untuk angin arah dari,Utara. 90 derajat untuk angin arah dari Timur. 180 derajat untuk angin arah dari Selatan. 270 derajat untuk angin arah dari Barat. Angin menunjukkan dari mana datangnya angin dan bukan ke mana angin itu bergerak. Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara berbelok ke kanan sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke kiri. Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor: 1) Gradient barometrik 2) Rotasi bumi 3) Kekuatan yang menahan (rintangan) Makin besar gradient barometrik, makin besar pula kekuatannya. Angin yang besar kekuatannya makin sulit berbelok arah. Rotasi bumi, dengan bentuk bumi yang bulat, menyebabkan pembelokan arah angin. Pembelokan angin di ekuator sama dengan 0 (nol). Makin ke arah kutub pembelokannya makin besar. Pembelokan angin yang mencapai 90o sehingga sejajar dengan garis isobar disebut angin geotropik. Hal ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang di atas samudra. Kekuatan yang menahan dapat membelokan arah angin. Sebagai contoh, pada saat melalui gunung, angin akan berbelok ke arah kiri, ke kanan atau ke atas. Kecepatan angin. Atmosfer ikut berotasi dengan bumi. Molekul-molekul udara mempunyai kecepatan gerak ke arah timur, sesuai dengan arah rotasi bumi. Kecepatan gerak tersebut disebut kecepatan linier. Bentuk bumi yng bulat ini menyebabkan kecepatan linier makin kecil jika makin dekat ke arah kutub. Lihat tabel 3. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer.

Tabel 1. Hubungan antara lintang tempat dan kecepatan linier.


Lintang tempat 0o (ekuator) 30o 60o 90o (kutub) Kecepatan linier 416 m/s 402 m/s 232 m/s 0 m/s

Kecepatan angin dapat berubah-ubah setiap saat yang salah satu faktornya disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara pada suatu wilayah. Gelombang dan arus dilautan terjadi akibat adanya angin yang berhembus diatas permukaan laut. Angin dengan kekuatan yang sangat besar sangat ditakuti karena dapat menyebabkan kerusakan yang besar dan dapat berakhir dengan bencana. Badai-badai yang terjadi di bumi melibatkan angin sebagai sumbernya. Angin yang sangat terkenal dan sangat ditakuti adalah Tornado. Sebagaimana sering terjadi Negara bagian Texas, Amerika Serikat. Kecepatannya bisa mencapai 512 km/jam (318 mph) Ragam angin. Pada atmosfer bumi diketahui ada pola umum sirkulasi udara. Angin yang mengikuti pola umum sirkulasi udara ini disebut Prevailing wind. Pada daerah beriklim tropis dan subtropis, angin berhembus dari arah tenggara untuk belahan bumi selatan dan dari arah timur-laut untuk belahan bumi utara. Sedangkan untuk daerah beriklim sedang (temperature zone), angin secara umum berhembus dari arah barat, yakni dari arah barat-laut untuk belahan bumi selatan dan dari arah baratdaya untuk belahan bumi utara. Sebaliknya, untuk daerah kutub, angin umumnya angin berhembus dari arah timur, yakni searah dengan angin pada daerah tropis. Prevailing wind pada daerah tropis disebut trade wind, pada daerah beriklim sedang disebut westerly wind, dan di daerah kutub disebut angin kutub (polar wind). Angin pada lapisan udara dekat permukaan bumi mempunyai kecepatan yang lebih rendah dibanding pada lapisan udara yang lebih tinggi, terutama karena hambatan akibat geseran dengan permukaan bumi. Arah angin pada lapisan udara yang lebih tinggi juga lebih bervariasi. Pada ketinggian 6-12 km, dapat dijumpai angin dengan kecepatan tinggi (dapat mencapai 300 km/jam) yang umumnya berhembus dari arah barat . Angin ini disebut Jet stream yang sangat penting menjadi perhatian bagi dunia penerbangan.

Fungsi angin. Campbell (1986) menyebutkan ada 3 sifat angin yang dapat dirasakan secara langsung oleh orang awam, yakni : 1) Angin meyebabkan tekanan terhadap permukaan yang menentang arah angin tersebut, 2) Angin mempercepat pendinginan dari benda yang panas, dan 3) Kecepatan angin sangat beragam dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Angin mempunyai fungsi lain yang sangat penting (kebanyakan tidak disadari oleh orang awam) adalah mencampur lapisan udara, antara udara panas dan udara dingin, antara udara lembab dengan udara kering, antara udara kaya karbon dioksida dengan udara yang karbon dioksida-nya lebih rendah, dan seterusnya. Karena fungsi angin yang demikian, maka antara lain siklus hidrologi dapat berlangsung dan keracunan karbon dioksida pada pusat kota dan kawasan industri dapat dihindarkan. Pengukuran Kecepatan Angin. Angin merupakan unsur terpenting di atmosfer. Seiring dengan semakin majunya teknologi, kini telah ada alat yang dapat mengukur kecepatan angin. Nama alat itu adalah Anemometer. Alat ini dapat mengukur kecepatan angin kapanpun dan dimanapun. Bahkan, karena angin mempunyai pengaruh besar di lingkungan atmosfer, telah tercipta berbagai bentuk anemometer. Mulai dari yang sederhana, yang bisa dibawa-bawa dan praktis, sampai yang canggih dengan teknologi tinggi, yang dapat menghasilkan data kecepatan angin dan menganalisis kecepatan angin, dengan keakuratan mencapai hampir 100%. Namun, pemilihan jenis anemometer harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya . Dalam pemilihan jenis anemometer perlu diperhatikan beberapa hal, yang terpenting adalah : 1. Kisaran kecepatan angin (range of wind speed) yang dapat dideteksi. Beberapa anemometer mekanis hanya dapat bekerja jika kecepatan angin melampaui kecepatan minimalnya (starting threshold wind speed). 2. Kelinieran tanggapan (linierity of response) pada kisaran kecepatan angin yang diukur. 3. Kecepatan tanggapan (speed of response). Kecepatan tanggapan ini biasanya diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan bagi anemometer untuk milai melakukan pengukuran. 4. Ukuran alat (size of the instrument). Ukuran ini penting diselaraskan dengan jenis angin yang akan diukur atau ruang tempat pengukuran. Misalnya untuk mengukur kecepatan angin dalam sistem tajuk tanaman, dibutuhkan anemometer kecil. 5. Kesesuaian alat dengan arah angin yang akan diukur kecepatannya. Perlu diingat bahwa arah angin dapat berubah-ubah, tidak hanya datang

I. Anemometer Sederhana Anemometer sederhana terdiri dari jenis yaitu; Anemometer mangkuk dan anemometer baling-baling. Anemometer Mangkuk. Anemometer jenis ini merupakan jenis yang paling umum digunakan. Umumnya terdiri dari 3 (bisa lebih dari 3) mangkuk yang dihubungkan keporos dengan tangkai (gambar 2).

Gambar 2. Bentuk 3 mangkuk

Anemometer mangkuk digunakan untuk kecepatan angin horizontal. Poros atas sumbu putar harus berada pada posisi tegak lurus, karena jika miring akan menyebabkan bias yang cukup berarti dalam mengukur kecepatan angin. Sebagai contoh, jika sumbu miring 10o, maka bias pengukuran mencapai 6%. Selain karena posisi yang tidak tegak lurus, bias dalam pengukuran juga dapat terjadi jika kecepatan angin sangat berfruktuasi. Pada kondisi kecepatan angin yang sangat berfruktuasi, anemometer mangkuk cenderung menunjukkan angka pengukuran yang lebih tinggi dari kecepatan rata-rata yang sesungguhnya (overestimated). Selain itu, ada kemungkinan anemometer berputar berlawanan arah dengan rancangan arah putaran dalam pengukuran. Anemometer mangkuk mempunyai batas minimal kecepatan angin untuk dapat beroperasi, umumnya berkisar antara 0,1 m/detik sampai 0,4 m/detik.

Gambar 3. Anemometer Mangkuk

Angin yang berlawanan dengan arah mangkuk akan menggerakkan mangkuk. Berputarnya mangkuk mendapat tanggapan pada reicever, besarnya kecepatan yang diterima oleh reicever akibat hembusan angin tersebut akan ditampilkan pada display, biasanya satuannya dalam m/s, km/jam, ft/min, Knots, atau mil/jam. Data yang tertera biasanya tidak konstan (berubah-ubah), hal itu dikarenakan oleh hembusan angin yang tidak konstan. Cara pengambilan data kecepatan angin dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dapat dilakukan dengan sekali pengukuran atau dengan mengambil kecepatan rata-rata setelah melakukan perulangan sebanyak yang diperlukan. Pengambilan data dengan cara perulangan dapat dilakukan dengan perulangan tiga kali. Caranya, Pada data pertama , kecepatan angin yang terbaca dan ditampilkan pada display oleh anemometer mangkuk, diambil kecepatan maksimumnya tiap satu menit atau 30 detik. Kemudian dilakukan perulangan yang sama sebanyak tiga kali. Setelah data perulangan diperoleh, kemudian diambil nilai rataratanya. Kecepatan rata-rata itu merupakan data kecepatan angin yang diperoleh. Cara ini kemunginan lebih tepat, dikarenakan kecepatan angin yang tidak konstan. Anemometer Baling-baling. Selain anemometer mangkuk, ada juga anemometer yang menggunakan baling-baling sebagai sumbu putarnya. Pada prinsipnya, Jenis anemometer ini sama dengan anemometer mangkuk. Perbedaannya, Anemometer baling-baling jenis ini dapat mengukur kecepatan angin horizontal dan vertikal. Umumnya digunakan tiga atau lebih daun kipas (blade). Putaran baling-baling berkorelasi denga kecepaan angin. Anemometer baling-baling memiliki kecepatan minimum dibawah

0,1 m/detik, lebih rendah dibandingkan anemometer mangkuk, sehingga banyak digunakan dalam pengukuran kecepatan angin skala mikro. Pengambilan datanya sama dengan anemometer mangkuk, dapat dilakukan dengan sekali percobaan atau dengan cara perulangan seperti yang sudah dijelaskan pada anemometer mangkuk.
Gambar 4. Anemometer baling-baling

Spesifikasi :
LUTRON AM 4200 DIGITAL ANEMO METER : High quality with the economical cost Pocket & compact housing case Separate probe, convenient for the remote measurement Low-friction ball vane wheels is accurate in both high & low velocities Multi-function for air flow measurement: m/s, km/h, ft/min, knots. Mile/h Dings with LCD display Used the durable, long-lasting components, including a strong, light weight ABS-plastic housing case Battery power source form 006P DC 9V batteries Wide applications: use this anemometer to check air conditioning & heating systems, measure air velocities, wind speeds, temperature etc. Accessories included: instruction manual, sensor probe

II. Anemometer Canggih Anemometer yang dimaksud adalah anemometer arus konstan. Anemometer Arus Konstan. Komponen utama alat ini adalah satu atau beberapa helai kawat halus yang daya hantar listriknya dipengaruhi oleh suhu. Sebelum pengukuran suhu, kawat diatur agar lebih tinggi dari suhu udara disekitarnya, dengan demikian akan terjadi perpindahan panas dari kawat ke udara. Perpindahan panas dari kawat ke udara disekitarnya akan lebih cepat dengan bertambahnya kecepatan angin. Semakin tinggi kecepatan angin berarti suhu kawat akan cepat turun. Karena daya hantar listrik kawat tergantung pada suhunya, maka dengan mengetahui daya hantar listrik dapat dihitung suhu kawat. Selanjutnya berdasarkan perubahan suhu kawat akibat hembusan angin, maka kecepatan angin dapat dihitung.

Gambar 5. Anemometer Arus Konstan

Rangkaian anemometer arus konstan diletakkan dialam terbuka, dengan ketinggian seperlunya, dimana tempat tersebut akan dijadikan pusat pemantauan kecepatan angin. Rangkaian kawat halus tersebut langsung dihubungkan ke suatu ruang/tempat yang dikususkan sebagai pengolah data kecepatan angin. Dimana didalamnya sudah dilengkapi dengan Receiver, sebagai penerima data perubahan kecepatan angin dari anemometer arus konstan, dan beberapa computer sebagai pengolah data yang diterima dari reicever. Pusat pemantauan kecepatan angin ini dapat menghasilkan data kecepatan angin setiap harinya dalam 24 jam. Pusat pemantauan ini juga dapat menghasilkan data kecepatan angin rata-rata tahunan. Jenis-jenis anemometer yang telah paparkan diatas merupakan anemometer yang telah banyak dipakai dalam bidang Klimatologi. Di bidang kelautan juga sudah banyak menggunakan anemometer sebagai pengukur kecepatan angin di wilayah pesisir. Informasi yang didapatkan, di Indonesia penggunaan anemometer untuk wilayah pesisir masih menggunakan anemometer sederhana, yaitu anemometer baling-baling atau anemometer mangkuk, yang hanya digunakan ketika perlu saja. Dimana ketika hendak melakukan expedisi tertentu kelaut, atau hendak melakukan pelayaran mengarungi samudra, dimana kedua kegiatan tersebut membutuhkan data kecepatan angin saat itu juga. Anemometer yang dipakai tersebut merupakan inisiatif dari orang yang hendak melakukan kegiatan tersebut, Anemometer haurs dimiliki oleh kapal-kapal diperairan karena angin merupakan unsur yang mempengaruhi gelombang dan arus di lautan dan perairan lainnya.

You might also like