You are on page 1of 16

MAKALAH

ADRENALIN DAN ENZIM LAKTAT DEHIDROGENASE

DI S U S U N OLEH :

Nama NPM

: Sry Agustuti Simorangkir : 11.081.117.026

UNIVERSITAS DARMA AGUNG


MEDAN 2011-2012

HORMON ADRENALIN Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan. Reaksi ini dalam batas tertentu menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, mungkin juga menjadi sebuah hobi hingga disebut adrenaline junkie.
Pada mamalia, kelenjar anak ginjal, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin.

Ikhtisar
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Tiap kelenjar berbobot sekitar 4 gram.[1] Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks berbobot sekitar 90% [[massa] kelenjar, pada orang dewasa bagian ini diklasifikasi lebih lanjut menjadi tiga lapisan zona: zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona retikularis. Tiap zona menghasilkan hormon steroid masing-masing :

Zona glomerulosa

kolesterol pregnenolon progesteron 11-deoksikortikosteron CORT aldosteron

Zona fasikulata
o

kolesterol pregnenolon 17-OH pregnenolon 17-OH progesteron 11deoksikortisol kortisol kolesterol pregnenolon progesteron 11-deoksikortikosteron CORT kolesterol pregnenolon 17-OH pregnenolon DHEA androstenedion kolesterol pregnenolon 17-OH pregnenolon DHEA DHEA-S

Zona retikularis
o o

Zona yang keempat disebut zona fetal yang terdapat hanya sepanjang masa tumbuh kembang. Oleh karena enzim 17-hydroxylase (CYP 17) tidak terdapat pada lapisan korteks terluar, hormon kortisol dan androgen tidak dapat disintesis pada bagian korteks. Steroid dan produk sampingan lain seperti lipid hidroperoksida dilepaskan ke dalam sirkulasi adrenal melalui pembuluh darah dan menghambat beberapa enzim penting sehingga, misalnya hormon aldosteron tidak dapat disintesis pada zona di bawah zona glomerulosa, dan 17-OH progesteron tidak dapat dikonversi menjadi kortisol pada zona retikularis, namun dibutuhkan untuk membentuk formasi androgen. Bagian dalam kelenjar disebut medula mengandung sel kromafin yang merupakan sumber penghasil hormon jenis katekolamin yaitu hormon adrenalin dan norepinefrin, dengan jenjang reaksi yang distimulasi kelenjar hipotalamus sbb:

tirosina DOPA dopamina norepinefrin adrenalin

Hormon kortisol dari zona fasikulata yang menjadi medulla akan menstimulasi sintesis enzim phenylethanolamine-N-methyltransferase yang mempercepat konversi norepinefrin menjadi adrenalin.

1. Apa peranan hormon adrenalin terhadapkerja paru-paru dan jantung ? Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak
Adrenalin atau yang dikenal juga sebagai epinefrin, merupakan hormon yang mengatur fungsi"fight or flight", yaitu menyiapkan tubuh secara seketika untuk kondisi darurat, apakah akanmenghadapi atau lari.Ketika dilepaskan ke dalam aliran darah, dengan cepat menyiapkan tubuh untuk bertindak dalamsituasi darurat. Hormon meningkatkan pasokan oksigen dan glukosa ke otak dan otot, sementaramenekan non-darurat proses tubuh (pencernaan pada

khususnya).Meningkatkan denyut jantung dan stroke volume (jumlah darah yang dimpompa jantung per menit), dilatesi (pelebaran) pupil pada mata, dan mengkonstriksi (menciutkan ukuran) arterioladi kulit dan saluran pencernaan, sementara dilatasi (melebarkan) arteriola dalam kerangka otot.Hal ini meningkatkan tingkat gula darah dengan meningkatkan katabolisme glikogen menjadiglukosa dalam hati, dan pada saat yang sama mulai pemecahan lipid dalam sel lemak. Sepertihormon stres lainnya, epinefrin memiliki efek penekanan pada sistem kekebalan tubuh.Sehingga jantung berdegup kencang, temperatur tubuh meningkat, dan pandangan menjadi lebihawas.Jika paru-paru sendiri tergantung pada kesadaran kita, jika tetap awas pada saat itu, kita dapatmengatur napas pelan dan kinerja paru diatur dengan sadar (tidak seperti jantung). Jadi paru-parutidak secara langsung dipengaruhi oleh adrenalin, kecuali setelah pelepasan adrenalin orang berkelahi mati-matian atau lari sekencang-kencangnya, maka napasnya menjadi terengahengah,namun itu karena efek metabolisme, dan bukannya efek adrenalin Fungsi Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal berfungsi melepaskan berbagai hormon ke dalam tubuh. Dua hormon penting yang dilepaskan kelenjar adrenal adalah kortisol dan adrenalin. Kelenjar adrenal juga berperan memengaruhi organ reproduksi, berperan dalam metabolisme, dan memproduksi respon sistem saraf simpatik. Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal yang terdiri atas dua bagian yaitu medula dalam (inner medulla) dan korteks luar (outer cortex).

Medula dalam menghasilkan epinefrin (adrenalin) sementara korteks luar menghasilkan kortisol. Fungsi Kortisol Kortisol adalah hormon steroid yang digunakan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh selama periode stres. Oleh sebab itu, kortisol disebut juga sebagai hormon stres. Kortisol bersifat antagonis terhadap insulin dan bertugas memecah lemak dan protein sehingga memainkan peran dalam mengontrol bagaimana tubuh menggunakan nutrisi. Kortisol bisa menyebabkan penambahan berat badan untuk dua alasan. Pertama, kortisol memindahkan lemak dari hati ke otot-otot perut, dan kedua, kortisol meningkatkan nafsu makan. Kesalahpahaman Sebagian orang berpendapat menghambat pelepasan kortisol dapat menurunkan berat badan. Kenyataannya tidaklah demikian. Peningkatan berat badan tidak hanya disebabkan oleh kortisol. Usaha penurunan berat badan harus diiringi dengan asupan nutrisi yang tepat, olahraga teratur, cukup tidur, dan mengurangi tingkat stres. Efek Kortisol Sekresi kortisol berkepanjangan menyebabkan hipoglikemia dan bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. Efek pada sistem kekebalan tubuh inilah yang menyebabkan kortisol digunakan untuk mengobati alergi akibat sistem kekebalan yang hiperaktif. Fungsi Adrenalin Lapisan luar (korteks) dari kelenjar adrenal menghasilkan kortisol, sedangkan lapisan dalam (medula) menghasilkan epinefrin yang juga dikenal sebagai adrenalin.

Epinefrin (adrenalin) bekerja dengan sistem saraf simpatik untuk meningkatkan denyut jantung. Adrenalin juga mendorong metabolisme karbohidrat. Ketika sistem saraf pusat melihat adanya situasi berbahaya atau keadaan darurat, adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin meningkatkan denyut jantung, melebarkan otot-otot kaki, dan meningkatkan gula darah dengan mendorong penggunaan glukosa. Peningkatan aliran darah dan energi mempertinggi pengiriman oksigen dan glukosa ke otot dan otak. Manfaat Adrenalin Epinefrin (adrenalin) bisa digunakan untuk mengobati serangan jantung dan/atau disritmia jantung.[]

EFEK BIOLOGIS HORMON ADRENALIN


1. MINERALOKORTIKOID Aktivitas aldosteron, mineralokortikoid yang utama, terutama adalah di tubulus distal ginjal, tempat hormon ini meningkatkan retensi Na+ dan meningkatkan eliminasi K+ selama proses pembentukan urin. Peningkatan retensi Na+ oleh aldosteron secara sekunder memicu retensi osmotik H2O sehingga volume CES bertambah, yang penting dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah. Mineralokortikoid esensial untuk kehidupan. Tanpa aldosteron, orang akan cepat meninggal akibat syok sirkulasi karena penurunan hebat volume plasma yang disebabkan oleh pengeluaran berlebihan Na+ penahan H2O. pada defisiensi kebanyakan hormon lainnya, kematian tidak segera datang, walaupun defisiensi hormone kronik pada akhirnya menyebabkan kematian prematur.

Sekresi

aldosteron

ditingkatkan

oleh:

Pengaktifan sistem rennin-angiotensin-aldosteron oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan Na+ dan tekanan darah Stimulasi langsung korteks adrenal oleh peningkatan konsentrasi K+ plasma Selain efeknya pada sekresi aldosteron, angiotensin mendorong pertumbuhan zona glomerulosa dengan cara yang sama dengan efek TSH pada tiroid. Hormon tropik adrenal, ACTH, terutama mempengaruhi zona-zona korteks bagian dalam dan kurang merangsang sekresi aldosteron. Dengan demikian, tidak seperti pengaturan kortisol, pengaturan sekresi aldosteron umumnya tidak bergantung pada kontrol hipofisis anterior.

2. GLUKOKORTIKOID Kortisol, glukokortikoid utama, berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak; memperlihatkan efek permisif yang bermakna pada aktivitas hormon lain, dan membantu kita mengatasi stres.1 A. Efek metabolik2 Metabolisme glukosa hati Glukokortikoid meningkatkan glukoneogenesis hati dnegan menstimulasi enzim

glukoneogenetik, phosphoenolpyruvate carboxykinase dan glucose 6-phosphatase. Hormon ini memiliki efek permisif dimana mereka meningkatkan respon hati terhadap hormon glukagon glukoneogenetik. Hormon ini juga meningkatkan pelepasan substrat untuk glukoneogenesis dari jaringan perifer, khususnya otot. Efek yang terakhir tersebut dipicu oleh penurunan glukokortikoid-induced pada uptake asam amino perifer dan sintesis protein. Glukokortikoid juga meningkatkan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas dengan lipolisis dan meningkatkan pelepasan laktat otot. Hormone ini memicu sintesis glikogen hati dan menyimpannya dengan menstimulasi aktivitas glycogen synthetase dan menghambat pemecahan glikogen. Efek ini tergantung insulin. Metabolisme glukosa perifer Glukokortikoid juga menganggu metabolisme karbohidrat dengan menghambat uptake glukosa perifer di otot dan jaringan adiposa. Efek ini dan efek lain yang dideskripsikan di atas mungkin berakhir pada peningkatan sekresi insulin pada keadaan kelebihan glukokortikoid kronik.

Efek pada jaringan adiposa Pada jaringan adiposa, efek yang dominan adalah peningkatkan lipolisis dengan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas. Hal ini sebagian disebabkan stimulasi langsung lipolisis oleh glukokortikoid, dan sebagian lain disebabkan penurunan uptake glukosa dan diperkuat oleh glukokortikoid dengan efek hormone lipolitik. Walaupun glukokortikoid adalah lipolitik, peningkatan deposisi lemak adalah manifestasi klinik dari kelebihan glukokortikoid. Paradoks ini mungkin dijelaskan dengan peningkatan nafsu makan karena level yang tinggi dari steroid ini dan dengan efek lipogenik dari hiperinsulinemia yang muncul di fase ini. Alasan tentang deposisi dan distribusi lemak yang abnormal pada fase kelebihan kortisol tidak diketahui. Kesimpulannya, lemak secara klasik dideposit secara sentral di wajah, area cervical, batang tubuh, dan perut; ekstremitas biasanya lebih ramping.

B. Efek Permisif1 Kortisol sangat penting karena sifat permisifnya. Sebagai contoh, kortisol harus ada dalam jumlah yang adekuat agar katekolamin dapat memicu vasokontriksi. Seseorang yang tidak memiliki kortisol jika tidak diobati dapat mengalami syok sirkulasi pada situasi-situasi stress yang memerlukan vasokonstriksi luas yang segera. C. Peran dalam adaptasi terhadap stress1 Kortisol berperan penting dalam adaptasi terhadap stress. Stress dapat terjadi dalam bentuk fisik (trauma, pembedahan), kimia (penurunan pasokan oksigen), fisiologis (olahraga berat, nyeri), psikologis atau emosi (rasa cemas, ketakutan), dan sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup). Semua jenis stress adalah perangsang kuat untuk sekresi kortisol. Walaupun peran pasti kortisol dalam adaptasi terhadap stress belum diketahu, penjelasan berukut mungkin memada walaupun masih bersifat spekulatif. Manusia primitif atau hewan yang terluka atau menghadapi situasi yang mengancam nyawa harus menunda makan. Efek kortisol yang menyebabkan perubahan dari simpanan protein dan lemak menjadi penanbahan simpanan karbohidrat dan peningkatan ketersediaan glukosa darah akan membantu melindungi otak dari malnutrisi selama periode puasa terpaksa ini. Di samping itu, asam-asam amino yang dibebaskan oleh penguraian protein akan dapat digunkana untuk memperbaiki jaringan yang rusak apabila terjadi cedera fisik. Dengan demikian terjadi peningkatan ketersediaan glukosa, asam amino, dan asam lemak untuk digunakan apabila diperlukan. D. Efek terhadap hormone lain2

Fungsi tiroid Glukokortikoid saat berlebih berefek pada fungsi tiroid. Walaupun level basal TSH biasanya normal, sintesis dan pelepasan TSH diinhibisi oleh glukokortikoid, dan respon TSH terhadap TRH biasanya dibawah normal. Konsentrasi serum total T4 biasanya rendah karena ada penurunan TBG, tetapi level FT4 normal. Konsentrasi total dan free T3 mungkin rendah, karena kelebihan glukokortikoid menurunkan konversi T4 menjadi T3 dan meningkatkan konversi kepada reverse T3. Di samping gangguan tersebut, manifestasi hipotiroidisme tidak muncul.

Fungsi gonad Glukokortikoid juga berefek pada gonadotropin dan fungsi gonad. Pada laki-laki, glukokortikoid menginhibisi sekresi gonadotropin dengan menurunkan responnya terhadap GnRH yang dikenluarkan dan konsentrasi plasma testosteron yang di bawah normal. Pada wanita, glukokortikoid juga menekan respon LH terhadap GnRH, berakibat pada supresi ekstrogen dan progestin dnegan inhibisi ovulasi dan amenorrhea.

E. Efek terhadap sel darah dan fungsi imun2 Eritrosit Glukokortikoid memiliki sedikit efek pada eritropoesis dan konsentrasi hemoglobin. Walaupun polisitemia ringan dan anemia mungkin terdapat pada Cushings syndrome dan Addisons disease, gangguan tersebut lebih mungkin adalah efek sekunder dari gangguan metabolisme androgen. Leukosit Glukokortikoid mempengaruhi baik pergerakan dan fungsi leukosit. Oleh karena itu, administrasi glukokostikoid meningkatkan jumlah neutrofil/leukosit (PMN) intravaskular dengan

meningkatkan pelepasan PMN dari sumsum tulang, dengan meningkatkan waktu paruh sikulasi PMN, dan dengan menurunkan pergerakan PMN keluar kompartemen vascular. Administrasi glukokortikoid menurunkan jumlah limfosit, monosit, dan eusinofil yang bersirkulasi, utamanya dengan meningkatkan pergerakan mereka keluar ke sirkulasi. Kebalikannya (neutropenia, limfositosis, monositosis, dan eusinofilia) terlihat pada insufisiensi adrenal. Glukokortikoid juga menurunkan migrasi sel inflamasi (PMN, monosit, dan limfosit) ke daerah jejas, dan hal ini mungkin adalah mekanisme mayor dari aksi anti inflamasi dan peningkatan kepekaan terhadap infeksi yang muncul setelah administrasi kronik. Glukokortikoid juga menurunkan produksi limfosit dan mediator dan fungsi efektor dari sel-sel tersebut.

Efek imun Glukokortikoid mempengaruhi aspek imunologik dan respon inflamasi, termasuk mobilisasi dan fungsi leukosit. Glukokortikoid menginhibis phospholipase A2, enzim kunci pada sintesis prostaglandin. Inhibisi ini dimediasi oleh suatu kelas peptide yang disebut lipocortin atau annexin. Hormone ini juga mengganggu pelepasan substansi efektor seperti lymphokine IL-1, pemrosesan antigen, produksi dan klirens antibody, dan fungsi spesifik lainnya dari derivatsumsum tulang dan limfosit derivat-thymus. Sistem imun, mempengaruhi HPA aksis. IL-1 menstimulasi sekresi CRH dan ACTH. Walaupun secara tradisional digunakan sebagai antiinflamasi dan/atau agen imunosupresi, glukokortikoid, khususnya pada dosis rendah, juga memiliki efek permisif dan stimulasi dari respon inflamasi terhadap jejas.

F. Agonis dan Antagonis2 Agonis Pada manusia, kortisol, glukokortikoid sintetik (prednisolon, dexamethasone), kostikosteron, dan aldosteron adalah glukokortikoid agonis. Glukokortikoid sintetik memiliki substansi yang afinitasnya lebih tinggi pada reseptor glukokortikoid, dan memiliki aktivitas glukokortikoid yang lebih tinggi dari kortisol saal berada pada konsentrasi equimolar. Kortikosteron dan aldosteron memiliki afinitas substansial terhadap reseptor glukokortikoid, meskipun demikian, konsentrasi plasmanya secara normal jauh lebih rendah dari kortisol, dan oleh karena itu, steroid ini tidak mmeiliki efek fisiologik glukokortikoid yang signifikan. Antagonis Glukokortikoid antagonis terikat pada reseptor glukokortikoid tetapi tidak menimbulkan aksi-inti yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon glukokortikoid. Steroid ini berkompetisi dengan steroid agonis seperti kortisol untuk menempati reseptor, dan karena ini menginhibisi agonis. Steroid lain memiliki aktivitas agonis parsial saat bekerja sendirian (contoh, mereka menimbulkan respon glukokortikoid parsial). Meskipun demikian, pada konsentrasi yang sufisien, mereka berkompetisi dengan steroid agonis untuk menempati reseptor dan karena itu berkompetisi untuk menginhibisi respon agonis. Agonis parsial tersebut mungkin berfungsi sebagai antagonis parsial pada keadaan dimana terdapat lebih banyak glukokortikoid yang aktif. Steroid seperti progesterone, 11-deoxycortisol, DOC, testosterone, dan 17-ekstradiol memilki efek antagonis atau parsial agonis-parsial antagonis. Meski demikian, peran fisiologik hormone ini pada aksi glukokortikoid mungkin tidak

penting, karena mereka bersirkulasi pada konsentrasi rendah. Agen antiprogestational RU 486 (mifepristone) memiliki peran antagonis glukokortikoid dan telah digunakan untuk memblok aksi glukokortikoid pada pasien Cushings Syndrome. Kelenjar Adrenal (Anak Ginjal) Kelenjar adrenal (glandula adrenal) pada manusia berbentuk sepasang struktur kecil yang terletak di ujung anterior ginjal dan kaya akan darah. Masing-masing struktur kelenjar ini memiliki dua bagian, yakni bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula). Bagian korteks kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) yang berpengaruh dalam penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat. Hormon ini juga berperan mengubah glikogen (gula otot) menjadi glukosa (gula darah). Selain itu, hormon adrenalin bersama hormon insulin memengaruhi proses pengaturan kadar gula dalam darah. Sementara itu, bagian korteks (bagian luar) adre nal mengeluarkan hormon kortin yang tersusun atas kortison dan deoksikortison. Hormon kortin dapat memudahkan perubahan protein menjadi karbohidrat, kemudian juga mengatur metabolisme garam dan air. Penyakit manusia yang disebabkan oleh kurangnya sekresi hormon ini adalah penyakit Addison. Gejala yang timbul pada penderita penyakit ini antara lain tekanan darah rendah, kelemahan otot, gangguan pencernaan, peningkatan retensi kalium dalam cairan tubuh dan sel, kulit kecoklatan, dan nafsu makan hilang. Penderitanya dapat diobati dengan pemberian hormon kortin melalui mulut atau intramuskular.

DAFTAR PUSTAKA 1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. Ke-2. Jakarta: EGC, 2001: 6523. 2. Gardner DG, Shoback D, editors. Greenspan's Basic & Clinical Endocrinology. 8th ed.[EBOOK] New York:

Dehidrogenase laktat
Dehidrogenase laktat (bahasa Inggris: lactate dehydrogenase, LDH, LD, EC 1.1.1.27) adalah enzim dehidrogenase dengan isoform. Tipe A dengan berkas genetik LDHA,[1] pada kromosom 11 lokasi 11p15.4, dan tipe C dengan berkas genetik LDHC,[2] pada kromosom 11 deret 11p15.1, memiliki fungsi katalis pada reaksi konversi L-laktat dan NAD menjadi asam piruvat dan NADH, pada lintasan glikolisis. Enzim ini banyak ditemukan pada jaringan otot dengan mutasi genetik yang menyebabkan mioglobinuria. Tipe B memiliki berkas genetik LDHB,[3] pada kromosom 12 deret 12p12.2-p12.1, dengan fungsi katalis bolak-balik dengan substrat dan produk yang sama dengan tipe A. Sedangkan tipe D memiliki berkas genetik LDHD,[4] pada kromosom 16 deret 16q23.1.

1. Definisi Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim intraseluler yang terdapat pada hampir semua sel yang bermetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi yang ditemukan di jantung, otot rangak, hati, ginjal, otak dan sel darah merah

2. Nilai rujukan Dewasa : LDH Total: 100-190 IU/l Anak : 50-150 IU/l

3. Masalah klinis -Peningkatan kadar: MCI akut, CVA, kanker (paru-paru, tulang, hati, usus, payudara, serviks, testis, ginjal, lambung, melanoma kulit), leukimia akut, infark pulmonal akut, anemia, defisiensi asam folat, hepatitis akut, pingsan karena panas.

Pengaruh obat:; Narkotik (kodein, morfin, meperidin)

Sumber : http://medicatherapy.com \ enzim laktat dehidrogenase (LDH) merupakan enzim yang berperan penting dalam metabolisme laktat.
Enzim LDH mengkatalisis reaksi irreversibel piruvat menjadi laktat. Enzim LDH merupakan tetramer yang terdiri dari dua jenis subunit 35-kd yang disandi oleh gen yang mirip: jenis H lebih menonjol di jantung, sedangkan homolognya yaitu jenis M, di otot rangka dan di hati. Subunit-subunit ini bergabung membentuk lima jenis tetramer, yaitu H4, H3M1, H 2M 2, H1M 3 dan M 4. Semua jenis ini disebut isozim atau isoenzim.6 Jenis enzim LDH mungkin berbeda pada keadaan aerob dengan keadaan anaerob.

Degradasi Asam Piruvat Menghasilkan Asam Laktat


Glikolisis selalu menghasilkan asam piruvat sebagai produk akhir. Pada salah satu tahapan oksidatif dalam proses yang mengonversi PGAL menjadi asam 1,3-difosfogliserat, sebuah NAD+ direduksi menjadi NADH. Jika glikolisis berlanjut, NAD+ harus terus diregenerasi melalui oksidasi NADH. Dalam kondisikondisi anaerobik, hal tersebut terjadi pada hewan melalui pembuangan (dumping) elektron dan ion hidrogen NADH ke piruvat untuk membentuk asam laktat, dan dengan demikian, NAD+ diregenerasi. Enzim laktat dehidrogenase memainkan peran kunci dalam reaksi tersebut pada banyak organisme. Pada bakteri, sebuah atom karbon pertama-tama dikeluarkan dari piruvat, dan senyawa 2-karbon yang dihasilkan lalu direduksi menjadi etil alkohol, disertai oleh regenerasi NAD+. Karbon itu sebenarnya dikeluarkan sebagai sebuah molekul CO2 (gas ini bekerja sebagai agen yang menyebabkan roti mengembang jika adonanya mengandung khamir yang melakukan fermentasi). Pada beberapa jenis serangga, salah satu produk yang dihasilkan pada pemecahan fruktosa1,6-difosfat, disebut dihidroksiaseton fosfat (DHAP), menerima elektron dan ion hidrogen dari NADH untuk membentuk sebuah produk tereduksi yang penting yang dikenal sebagai -gliserol fosfat. Zat tersebut dapat digunakan untuk sintesis lemak-lemak netral. Dengan demikian beragam mekanisme metabolik telah

dievolusikan untuk mengoksidasi ulang NADH, yang disertai pembentukan produk-produk tereduksi yang khas.

Laktat Dehidrogenase

Laktat dehidrogenase (LD, LDH) adalah enzim intraseluler yang terdapat pada hampir semua sel yang bermetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi dijumpai di jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak, dan sel darah merah. LDH merupakan suatu molekul tetramerik yang mengandung empat subunit dari dua bentuk; H (jantung) dan M (otot), yang berkombinasi sehingga menghasilkan lima isoenzim yang diberi nama LDH1 (H4) sampai LDH5 (M4). Isoenzim-isoenzim tersebut memiliki spesifisitas jaringan yang sangat berguna dalam menentukan organ asal, yaitu :

LDH1 (HHHH) terdapat di jantung, eritrosit, otak LDH2 (HHHM) terdapat di jantung, eritrosit, otak LDH3 (HHMM) terdapat di paru, otak, ginjal, limpa, pankreas, adrenal, tiroid LDH4 (HMMM) terdapat di hati, otot rangka, ginjal LDH5 (MMMM) terdapat di hati, otot rangka, ileum

Aktivitas LDH total dalam serum diperkirakan meningkat pada hampir semua keadaan penyakit yang mengalami kerusakan atau destruksi sel. Selain itu, aktivitas LDH total juga merupakan indikator yang relatif sensitiv yang menunjukkan sedang berlangsungnya proses patologik. Peningkatan LDH total dan rasio LDH1/LDH2 dengan kadar tertinggi LDH1 bermanfaat untuk memastikan diagnosis infark miokardium (MCI). Kadar LDH meningkat dalam waktu 12-24 jam setelah terjadinya MCI, mencapai puncaknya dalam 2-5 hari dan tetap tinggi hingga 6-12 hari, lalu akan menjadi normal kembali dalam waktu 8-14 hari. Hemolisis invivo akibat keadan seperti anemia hemolitik, anemia sel sabit, anemia megaloblastik, anemia hemolitik mikroangiopati dan kerusakan mekanis pada eritrosit akibat katup jantung prostetik akan menyebabkan peningkatan kadar LDH, dengan LDH1 lebih besar daripada LDH2 LDH3 berhubungan dengan penyakit paru. Selain itu, LDH2, LDH3, dan LDH4 sering meningkat pada pasien dengan keganasan dan beban tumor yang besar karena metabolisme dan pertukaran sel tumor, kecuali pada tumor germinativum testis dan ovarium yang cenderung menyebabkan peningkatan LDH1 dan LDH2. Peningkatan LDH tersendiri yang terdeteksi pada pemeriksan penyaring perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan keganasan tersamar.

LDH5 keluar dari otot rangka setelah cedera (tetanus, kejang, cedera mekanis, cedera listrik, dsb) dan dari hati pada banyak patologi hati (hepatitis, sirosis, kongesti pasif, dsb). Untuk membedakan sumber peningkatan LDH5 dari otot rangka atau hati, informasi polaenzim lain sangat bermanfat (misal CK, aminotransferase, ALP, GGT). Penyakit multisistem dapat menyebabkan peningkatan aktifitas LDH total disertai distribusi normal isoenzim. Aktifitas LDH dalam cairan pleura bermanfaat untuk membedakan transudat (ketidakseimbangan hidrostatik dengan LDH rendah) dari eksudat (berasal dari peradangan dengan banyak sel dan LDH tinggi).

Masalah Klinis
Keadaan yang mempengaruhi aktifitas LDH :

PENINGKATAN MENCOLOK (5 kali normal atau lebih) : anemia megaloblastik, karsinomastosis luas, syok

septik

dan

hipoksia,

hepatitis,

infark

ginjal,

purpura

trombositopenik

trombositik.

PENINGKATAN SEDANG (3-5 kali normal) : infark miokardium, infark paru, keadan hemolitik, leukemia,

mononukleosis

infeksiosa,

delirium

tremens,

distrofi

otot.

PENINGKATAN RINGAN (sampai 3 kali normal atau lebih) : sebagian besar penyakit hati, sindrom nefrotik,

hipotiroidisme,

kolangitis.

Beberapa jenis narkotika dapat meingkatkan aktifitas LDH, yaitu kodein, morfin, meperidin (Demerol).

Uji Laboratorium
Banyak tehnik yang digunakan untuk mengukur isoenzim-isoenzim LDH, seperti pemanasan (LDH5 terurai dan LDH1 stabil), spesifitas substrat (aktivitas hidroksibutirat dehidrogenase sebenarnya adalah LDH1), elektroforesis, dan imunoinhibisi subunit tertentu. Metode yang terbanyak dilakukan adalah elektroforesis. Aktifitas LDH total dalam serum dapat diukur dengan laktat sebagai substrat (LD-L) atau piruvat sebagai substrat (LD-P). Reaksi LD-L paling banyak digunakan.

Spesimen

Spesimen yang diperlukan untuk mengukur aktifitas LDH adalah serum atau cairan tubuh. Spesimen harus bebas dari hemolisis dan apabila akan disimpan, spesimen harus dipisahkan dari bekuan untuk menghindari kemungkinan pengeluaran LDH intrasel. LDH total dan isoenzim LDH stabil pada suhu kamar selama beberapa hari, tetapi rusak apabila dibekukan.

Nilai
DEWASA :

Rujukan

LDH Total : 100-190 IU/L, 70-250 U/L Isoenzim LDH1 : 14-26%; LDH2 : 27-37%; LDH3 : 13-26%; LDH4 : 8-16%; LDH5 : 6-16%. Perbedaan sebesar 2-4% dianggap normal.

ANAK

Neonatus rujukan

: dapat

300-1500 berbeda

IU/L;

Anak tergantung

50-150 metode

IU/L, yang

110-295

U/L.

Nilai

digunakan.

Faktor

yang

Mempengaruhi

Temuan

Laboratorium
kadar kadar

Obat narkotik dan injeksi IM dapat meningkatkan Hemolisis sampel dapat meningkatkan - Penyimpanan sampel pada keadan beku dapat menurunkan kadar.

You might also like