Professional Documents
Culture Documents
\
|
+
B A
B A
1 X 100% (2)
Dimana : A = frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat
yang memberikan frequensi tinggi.
B = frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat
yang memberikan frekuensi rendah.
Instrumen termasuk dalam katagore instrument yang baik, jika reabilitasnya melebihi
75 % (Borich dalam Suriasa, 2003:82)
2. Analisis pengamatan aktivitas guru dan siswa
Untuk menganalisisa data aktivitas guru dan siswa yang diamati selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung digunakan persentase (%), yakni banyaknya
frequensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh frekuensi aktivitas, selajutnya dikali
dengan 100. Aktivitas guru dan siswa dikatakan baik, jika dalam pembelajaran siswa
lebih dominan dibanding guru. Untuk mencari reabilitas instrument digunakan teknik
interrobserver agreement seperti pada analisa kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
3. Analisis keterampilan proses sains siswa
Penilaian keterampilan proses sains siswa dilakukan dengan cara nontes. Dimana
pada setiap keterlaksanaan prosedur kerja dalam percobaan diberi skor penilaian menurut
kemampuan pada masing-masing kelompok. Penilaian keterampilan proses sains
didasarkan pada nilai yang diperoleh setiap kelompok. Adapun skor dari keterlaksanaan
percobaan pada tiap pertemuan, dapat dilihat pada tabel 6.
\Tabel 3 Skor keterlaksanaan percobaan
No Aspek yang Diamati Skor
1 Melakukan percobaan dengan benar 25
2 Menuliskan hasil pengamatan 25
3 Menganalisis data 25
4 Membuat kesimpulan 25
Jumlah 100
Untuk mengetahui data tingkat proses keterampilan proses sains siswa secara
klasikal digunakan rumus (martasuli, 2010: 35):
Skor Siswa Klasikal = % 100
max
E
Skor
Skor
...(3)
keterangan : Skor siswa = Keterampilan proses sains yang diperoleh siswa
Tabel 4 Kriteria penilaian keterampilan proses sains
No Nilai Siswa Kriteria
1 1-20 Tidak Baik
2 21-40 Kurang Baik
3 41-60 Cukup Baik
4 61-80 Baik
5 81-100 Sangat Baik
(Arikunto, 2009:35)
4. Analisis respon siswa
Angket respon siswa dipergunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap
minat dan motivasi pembelajaran. Adapun angket respon yang digunakan yaitu model
ARCS yang meliputi aspek perhatian, relevansi, keyakinan dan kepuasan. Respon siswa
dihitung berdasarkan rerata dari masing-masing kategori. Untuk pernyataan positif dan
negatif angket minat dan motivasi siswa dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Kriteria pernyataan positif dan negatif angket respon siswa
No Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Kriteria
1 Sangat Tidak Setuju Setuju Sekali 1
2 Tidak Setuju Setuju 2
3 Kurang Setuju Kurang Setuju 3
4 Setuju Tidak Setpuju 4
5 Setuju Sekali Sangat Tidak Setuju 5
Untuk mengetahui respon siswa terhadap minat dan motivasi pembelajaran,
dengan menggunakan rerata pada masing-masing kategori untuk minat dan motivasi,
sehingga dapat diinterpretasikan melalui tabel 9.
Tabel 9 Kriteria Respon Siswa
No Skor Rerata Kriteria
1 1,00-1,49 Tidak Baik
2 1,50-2,49 Kurang Baik
3 2,50-3,49 Cukup Baik
4 3,50-4,49 Baik
5 4,50-5,00 Sangat Baik
(Jamal, 2009: 71)
5. Analisis efektivitas pembelajaran
Efektivitas pembelajaran diukur dengan menggunakan selisih antara nilai pretest dan
posttest dari ketiga pertemuan. Dimana dalam setiap pertemuan, dicari rata-rata dari
masing-masing skor rata-rata pretest dan post-test. Untuk menentukan efektivitas
pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus:
Efektivitas =
1 2
U U
...(4)
keterangan:
2
U
= Rata-rata skor hasil belajar siswa pada saat post-test
1
U = Rata-rata skor hasil belajar siswa pada saat pretest
10.1.8 Analisis Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui sensitivitas tes hasil belajar yang dibuat dalam bentuk uraian.
Digunakan rumus yang diadaptasi oleh Suriasa sebagai berikut :
S =
N
U U
1 2
(5)
Dimana : S = sensivitas
U
2
= skor yang diperoleh siswa pada uji akhir
U
1
= skor yang diperoleh seluruh siswa pada uji awal
N = skor maksimal yang dapat dicapai oleh seluruh siswa
Butir soal dikatakan sensitif jika (0,00 < S < 1,00). Nilai positif dari S yang
semakin besar menunjukkan bahwa kepekaan butir soal terhadap efek-efek pembelajaran
juga semakin semakin besar. Butir soal yang mempunyai sensitivitas 0,03, maka butir
soal tersebut peka terhadap efek-efek pembelajaran (Aiken & Muhajir dalam Suriasa,
2003:84)
Ketuntasan belajar siswa secara individu dihitung dengan menggunakan
rumus : (p) i =
|
|
.
|
\
|
i
T
T
x 100% (Suriasa, 2003:81)
dimana : (p) i = proporsi ketuntasan belajar siswa secara individu (%)
T = jumlah TPK yang sukses atau skor yang diperoleh tiap siswa
T
I
= jumlah total TPK atau skor total
Ketentuan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan
rumus : (p)
k
=
|
|
.
|
\
|
i
N
N
x 100% (Suriasa, 2003:81)
di mana : (p)
k
= proporsi ketuntasan belajar siswa secara klasikal (%)
N = banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan (p) i 65%
N
I
= banyaknya siswa dalam kelas
Ketuntasan tiap TPK atau tiap butir soal dihitung dengan menngunakan
Rumus : (p)
TPK
= proporsi ketuntasan tiap TPK atau butir soal (%)
J = jumlah skor seluruh siswa per TPK atau butir soal
J
i
= jumlah skor maksimal seluruh siswa per TPK atau butir soal
Sebagai standar ketuntasan belajar siswa digunakan criteria ketuntasan belajar
berdasarkan SKBM pada SMA Negeri 2 Banjarbaru, sebagai berikut :
1. Ketentuan individu yaitu
Jika siswa secara individu mencapai ketuntasan 65 %
2. Ketuntasan klasikal
Jika 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan hasil belajar secara individual
3. Ketentuan proporsi butir soal
Jika P 65 % dari tiap butir soal maka pencapaian pembelajaran dapat dikatakan
tuntas.
Menurut Arikunto dalam Mariyuni Ulpa (2008:15) bahwa ketuntasan belajar siswa
dapat ditafsirkan ke dalam kalimat kualitatif, sebagaimana yang dipaparkan pada tabel
berikut :
Tabel.5 Ketuntasan belajar siswa
No Nilai (persentase) Kategori
1 76 % - 100 % Baik
2 51 % - 75 % Sedang
3 26 % - 50 % Kurang
4 0 % - 25 % Buruk
10.1.9 Uji Validitas
Data yang dikumpulkan lewat observasi sebelum turun ke lapangan terlebih dulu diuji
validitas dan reliabilitasnya. Suatu instrumen dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila
memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis, namun
yang terpenting adalah validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan
dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skalanya tidak valid maka ia tidak
bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya
dilakukan. Menurut Ratumanan (2003: 23) untuk mengukur tingkat validasi butir angket
digunakan rumus product moment sebagai berikut:
( )( )
( ) ( ) ( ) ( ) { }
=
2
2
2
2
Y Y N X X N
Y X XY N
r
XY
(5)
Dalam hal ini :
r
XY
= Koefisien korelasi product moment
N = Jumlah sampel/responden
X = Skor butir angket
Y = Skor total angket
Dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan ke tabel harga kritik r product moment
dapat diketahui tingkat validitasnya. Dikatakan valid jika r hasil perhitungan lebih besar
dari r tabel.
Korelasi point biserial dipakai ketikasatu situasi yang sering terjadi dalam analisis
butir adalah jika pengembang tes ingin mengetahui seberapa jauh hubungan antara jawaban
pada suatu butir yang diskor secara dikomotis ( 0 atau 1) dengan skor total ( atau criteria
lain yang memiliki distribusi secara kontinu). Untuk keperluan ini digunakan rumus
korelasi point biserial, yakni:
(6)
keterangan:
= rerata skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir soal yang
akan dicari validitasnya
) (
) (7)
keterangan :
r
11
= indek reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir (item)
) (10)
keterangan: P
k
= proporsi ketuntasan belajar siswa secara kasikal
N = banyak siswa yang mencapai ketuntasan (P
i
60)
N
i
= banyak siswa dalam kelas
Ketuntasan klasikal P
k
tercapai menurut standar ketuntasan yang ditetapkan oleh SMA
Negeri 2 Banjarbaru yaitu jika 75% dari seluruh siswa mencapai niai 60.
10.1.10 Indikator Keberhasilan
1. Indikator Produk
Daya serap perorangan
Seseorang siswa disebut telah tuntas belajar bila mencapai nilai 60 %
2. Indikator Proses
Daya serap klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar bila kelas tersebut mencapai nilai 65 %
3. Pengelolaan KBM minimal baik
4. Aktivitas guru dan siswa minimal baik
5. Keterampilan siswa melakukan diskusi minimal baik
6. Respon siswa terhadap pembelajaran minimal baik
XI. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2010/2011 bulan Februari
s.d. Mei 2011 di Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Banjarbaru yang beralamat di Jl.
Perhutani Mentaos No. Telpon (0511-772591) Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70711.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Riza. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada
Materi Ajar Fluida Statis di SMA KORPRI Banjarmasin. Banjarmasin :
Tidak dipublikasikan.
Arifin, zainal. 1991. Evaluasi Instruksional (Prinsip, teknik, prosedur). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsmi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsmi. 2007. Manajemen Penelitian). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/
http///: Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Ipotes.htm).
Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta : Erlangga.
Mega, Margaretha Natalia dan Kania Islami Dewi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Tinta Emas Publishing.
Sudibyo, Elok. 2003. Teori Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Pendidikan Nasional.
Suprijuno, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka
Publisher.
Zainuddin. 2008. Analisis Karakteristik Umum materi Ajar Fisika Serta Strategi Belajar
dan Mengajar. Banjarmaasin : FKIP UNLAM.
Zainuddin dan Suriasa. 2008. Strategi Belajar-Mengajar Fisika. Banjarmaasin : FKIP
UNLAM.