You are on page 1of 19

REKONSILIASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DAN FISKAL

Pertemuan 25-28

Perbedaan Utama laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal yaitu : karena perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, maka jumlah penghasilan pun menjadi berbeda antara penghasilan menurut akuntansi keuangan dengan penghasilan menurut pajak (penghasilan kena pajak). Perbedaan perbedaan yang muncul antara penghasilan menurut akuntansi keuangan dengan penghasilan kena pajak dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sebagai berikut :
Perbedaan permanen (permanent differences) Perbedaan waktu (timing differences)

Perbedaan Permanen (permanent differences)


Pada umumnya perbedaan permanen ini muncul, disebabkan oleh kebijakan perekonomian atau disebabkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang menghendaki penghapusan ketentuan dalam perundang-undangan perpajakan yang memberatkan salah satu sub sektor dari sektor perekonomian.

Perbedaan permanen tersebut dapat berbentuk: 1. Penghasilan tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya dikecualikan dari pengenaan pajak penghasilan. 2. Kelompok wajib pajak tertentu, baik sebagian maupun seluruhnya dibebaskan dari pembayaran pajak 3. Pengurangan-pengurangan khusus yang diberikan kepada wajib pajak atau pengurangan-pengurangan secara selektif yang diberlakukan terhadap wajib pajak tertentu.

Sehingga dengan demikian akan terjadi perbedaan-perbedaan sebagai berikut : 1.Bagi akuntansi keuangan merupakan penghasilan, tetapi bagi fiskus (pihak pajak) penghasilan tersebut bukan merupakan penghasilan dengan kata lain penghasilan tersebut bukan objek pajak atau merupakan penghasilan yang ditangguhkan pengenaan pajaknya. Hal tersebut diatur dalam pasal 4 ayat 3 Undang-undang No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yang merupakan perubahan keempat atas UU No.17 tahun 2000 -No 7 th 1983 UU No 10 th 1994, berbunyi sebagai berikut : Pasal 4 (3) Yang tidak termasuk sebagai objek pajak adalah:

2. Bagi akuntansi keuangan sudah merupakan pengeluaran, tetapi bagi fiskus pengeluaran tersebut tidak dapat dikurangkan / dikelompokkan sebagai biaya; Hal tersebut diatur dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undangundang No 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 9 (1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan :

(2) Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus melainkan dibebankan melaui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau pasal 11A. 3. Ketentuan penghitungan penghasilan dan biaya untuk perpajakan diatur secara khusus, terutama transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa; Hal ini akan menyebabkan adanya koreksi atau penghitungan kembali penghasilan dan / atau biaya

Perbedaan waktu (timing differences)


Pada dasarnya perbedaan waktu disebabkan karena berbedanya waktu pengakuan penghasilan, biaya dan beban-beban yang bersifat sementara yang mengakibatkan adanya penundaan atau antisipasi penghasilan atau beban. Perbedaan waktu pengakuan ini secara otomatis akan menjadi nihil (counter balanced) dengan sendirinya pada saat lampaunya waktu tersebut.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dibagi dalam empat kategori sebagai berikut : 1. Penghasilan yang berdasarkan ketentuan perundangundangan perpajakan sudah merupakan penghasilan yang dapat dikenakan pajak, tetapi berdasarkan prinsip akuntansi merupakan penghasilan yang masih akan diterima. 2. Penghasilan yang berdasarkan ketentuan perundangundangan perpajakan sudah merupakan penghasilan yang dapat dikenakan pajak, tetapi berdasarkan prinsip akuntansi merupakan penghasilan yang diterima dimuka 3. Beban atau pengeluaran-pengeluaran yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan sudah dapat dikurangkan / dikelompokkan sebagai biaya, tetapi berdasarkan prinsip akuntansi merupakan beban atau pengeluaran-pengeluaran yang dibayar dimuka.

4.

Beban atau pengeluaran-pengeluaran yang berdasarkan ketentuan perundangundangan perpajakan sudah dapat dikurangkan / dikelompokkan sebagai biaya, tetapi berdasarkan prinsip akuntansi merupakan beban atau pengeluaranpengeluaran yang masih akan dibayar. (No 3 dan 4 dapat disimpulkan sebagai berikut : Bagi akuntansi keuangan tidak / belum merupakan biaya, tetapi bagi fiskus pengeluaran tersebut dapat dikurangkan / dikelompokkan sebagai biaya)

Perbedaan-perbedaan tersebut umumnya merupakan perbedaan antara metode penyusutan dan amortisasi komersial dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan dan perbedaan metode penilaian persediaan komersial dan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Mengenai penilaian persediaan diatur dalam pasal 10 ayat (6)

Mengenai penyusutan dan amortisasi diatur dalam pasal 11 dan pasal 11A Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan

Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal


Laporan Keuangan yang dihasilkan dan disiapkan dari pembukuan wajib pajak biasanya dikenal sebagai laporan keuangan komersial yang pada dasarnya tidak harus mencerminkan seluruh pertimbanganpertimbangan perpajakan yang sudah disebutkan di atas. Namun di lain pihak perlu disadari bahwa perusahaan sebagai Wajib Pajak harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, terutama dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) yang bersumber dari laporan keuangan komersial tersebut. Mulai cara pencatatan, metode dan prosedur penghitungan serta perlakuan transaksi harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

WP dapat menyusun laporan keuangan fiskal yang nantinya akan dilampirkan pada SPT. Akan tetapi lebih mudah lagi wajib pajak mengintegrasikan pembukuan untuk kepentingan laporan keuangan fiskal tersebut dengan pembukuan untuk kepentingan laporan keuangan komersial, yang dilakukan secara ekstra komptabel (diluar pembukuan), yaitu melalui proses penyesuaian atau rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga diperoleh laporan keuangan fiskal.

Akuntansi Komersial (PSAK) Transaksi

Akuntansi Pajak (UU Perpajakan)

Siklus akuntansi

Siklus Akuntansi

Laporan keuangan Komersial

Laporan Keuangan Fiskal

Laporan Keuangan Komersial

Penyesuaian / Rekonsiliasi

Laporan Keuangan Fiskal

Untuk menyusun rekonsiliasi tersebut, urutan penyusunannya dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Buat terlebih dahulu daftar penyusutan fiskal sesuai ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. 2. Penyusutan fiskal tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan data yang diketahui. 3. Buat rekonsiliasi harga pokok produksi 4. Buat rekonsiliasi biaya operasional 5. Buat rekonsiliasi pendapatan / beban lain-lain 6. Buat rekonsiliasi laba/rugi

TABEL UNTUK REKONSILIASI PT. ALIEF


Rekonsiliasi laporan harga pokok produksi 31 Desember 2004
KETERANGAN SALDO KOMERSIAL PERBE DAAN PERMANEN WAKTU SALDO FISKAL

b. Penyusut an

1.000

100

1.100

Tabel untuk Koreksi terhadap Penyusutan


KETERANGAN CFM CFM KOMERSIAL FISKAL SELISIH

Bagian Produksi Bagian Pemasaran Bagian Administrasi JUMLAH

1.000.000 1.500.000 2.000.000


4.500.000

1.100.00

100.000

1.600.000 100.000 2.100.00


4.800.00

100.000
300.000

Menentukan Selisih/koreksi apakah positif atau negarif


KOREKSI POSITIF (+) PENDAPATAN BEBAN + -

NEGATIF (-)

LATIHAN

You might also like