You are on page 1of 2

Pasar Modern Vs Pasar Tradisional Oleh Putri Maulidia Dewasa ini pasar-pasar modern sudah mulai menjamur di kota-kota

besar di Indonesia dengan contoh terdekatnya Bandung. Baru-baru ini Pasar Cileunyi di Kabupaten Bandung direlokasi. Memang, penggusuran ini mengundang perlawanan dari para pedagang pasar Cileunyi. Perlawanan ini sangat beralasan, misalnya karena tempat biasa mereka berjualan sudah cukup strategis dengan sewa tempat yang murah. Selain alasan itu, harga sewa pasar sehat tempat mereka pindah terbilang mahal bagi pedagang biasa yang memiliki modal kecil, ditambah lagi letak pasar sehat tersebut kurang strategis. Keadaan ekonomi para pedagang cukup pas-pasan juga menjadi alasan, sehingga untuk membayar sewa tempat di pasar sehat cukup memberatkan mereka. Kebanyakan dari mereka lebih memilih berjualan sebagai pedagang kaki lima (PKL). Pada kenyataannya, masyarakat lebih merasa nyaman berbelanja di pasar modern yang bersih, jauh dari kesan becek, dan terbilang lebih aman. Akan tetapi, pasar modern hanya bisa dinikmati untuk kalangan menengah ke atas. Jika uang sewa di pasar modern mahal, otomatis memengaruhi harga barang dagangan mereka. Jadi, untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah tidak mampu untuk belanja di pasar modern. Akan muncul perasaan tidak nyaman dari masyarakat menengah ke bawah tersebut karena biasanya pasar tradisional melambangkan kehidupan yang biasa-biasa saja. Sedangkan pasar modern jauh dari keadaan hidup mereka sehari-hari. Untuk merubah kebiasaan dari masyarakat yang biasa berbelanja di pasar tradisional, membutuhkan proses yang lama untuk beralih ke pasar modern yang kita kenal dengan Pasar Sehat. Di Bandung, sudah mulai ada pasar-pasar sehat lainnya, seperti Pasar Batu Nunggal yang merupakan pasar modern yang berada di komplek perumahan. Akses untuk ke pasar itu saja sangat sulit. Angkot untuk mencapai ke pasar itu belum ada. Jadi, untuk bisa ke sana, kita harus menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah masih belum memberikan solusi yang jelas, tercermin dari sulitnya akses ke pasar tersebut.Namun, untuk Balubur Town Square, pasar modern lainnya di Bandung, akses ke sana sudah cukup mudah karena letaknya yang strategis. Tapi, tetap saja uang sewa tempatnya mahal. Pada awalnya, pasar modern dibuat untuk kepentingan masyarakat. Namun, pasar modern juga terkesan tidak memihak kepada masyarakat karena pembangunan pasar modern ini hanya dibangun berdasarkan satu sudut pandang, tanpa melibatkan sudut pandang yang lain. Misalnya rakyat menengah ke bawah yang terkadang tidak bisa mengakses pasar-pasar yang letaknya tidak strategis, biaya sewa yang mahal, meskipun bersih karena setiap berapa jam sekali dibersihkan. Hal ini tidak hanya merugikan pembeli, tapi juga pedagang di sana. Pasar jadi lengang karena jarangnya pembeli karena faktor-faktor tersebut. Kita seolah dibuat bingung pasar modern ini dibangun untuk kepentingan masyarakat atau hanya untuk kepentingan suatu kelompok kepentingan. Di tambah lagi, munculnya berbagai permasalahan akibat relokasi pasar tradisional ke pasar modern. Untuk Indonesia, pasar tradisional sudah menjadi ciri khas tersendiri. Saat ini, masyarakat seolah dipaksa untuk menghilangkan budaya tersebut secara perlahan. Mulai dari mengganti pasar tradisional

menjadi pasar modern. Sungguh ironis jika pasar modern yang dibangun pemerintah cenderung membebani rakyat, apalagi jika menambah kesengsaraan rakyat. Mungkin, pemerintah boleh berpikir untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Akan tetapi, perkembangan tersebut membuat masyarakat semakin menderita. Harusnya pemkembangan ini membuat masyarakat semakin sejahtera secara merata. Bukan sejahtera dari pihak tertentu saja. Jadi, kita membutuhkan kebijakan yang lebih bijak lagi. Tentu saja bukan kebijakan yang membuat masyarakat bingung dan kehilangan tempat untuk mengadu. Tapi, kebijakan yang menyejahterakan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Bicara tentang kebijakan, tentu kita bicara tentang keadilan sosial. Bukan berarti masyarakat menolak dengan adanya pasar modern, tapi yang dituntut adalah keadilan sosialnya. Keberpihakan harusnya ditiadakan. Sebab, jika keberpihakan hanya untuk merugikan masyarakat, ke mana sila kelima dari Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan dijunjung. Jadi, apa salahnya mempertahankan pasar tradisional, tapi kebersihannya dijaga. Daripada membangun pasar modern, tapi tidak mendatangkan keuntungan sama sekali.

You might also like