You are on page 1of 7

EXCECUTIVE SUMMARY GERAKAN DAKWAH SALAFIYAH DAN ISU-ISU KONTEMPORER (Respon Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap Isu-isu Kontemporer)

Slamet Muliono A. ABSTRAKSI Penelitian ini mengkaji pandangan gerakan dakwah salafiyah terhadap isuisu kontemporer, seperti seputar demokrasi, HAM, sekularisme, pluralisme, dan gender. Masalah yang hendak digali dimulai dari : Pertama, bagaimana genealogi gerakan dakwah salafiyah di Indonesia, Kedua, bagaimana respon gerakan dakwah salafiyah terhadap Isu-isu Kontemporer. Penelitian ini memiliki kegunaan dan kontribusi, diantaranya : Pertama, untuk mendapatkan gambaran secara utuh mengenai tipologi gerakan radikal Islam Kedua, Untuk memperoleh gambaran, dalam hal ini, mulai dari akar, karakteristik serta kecenderungan gerakan radikal Islam di Indonesia. Kajian ini menggunakan metode dan pendekatan hermeneutik, konstruksi sosial, wawancara mendalam, dan pengamatan terlibat. Semua proses itu dilakukan dengan mengadakan wawancara secara mendalam guna memperoleh gambarab yang benar-benar digambarkan oleh orang atau lembaga yang kita teliti (emic). Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa gerakan dakwah salafiyah merespon bahwa modernitas merupakan sebuah keharusan sejarah yang menghasilkan berbagai pergeseran pemahaman terhadap konsep-konsep agama. Konsep seperti Demokrasi, HAM, sekularisme, pluralisme, dan

gender, bahwa semua konsep itu merupakan konsep Barat untuk meruntuhkan bangunan Islam. Islam memiliki ajaran dan aturan di dalam mengatur kehidupan di dunia dengan konsep yang bersumber dari Al-Qur;an dan Hadits. Islam, yang telah kokoh dengan landasan yang telah begitu kuat itu, mengalami tantangan modernitas. Oleh karena itu sejauh mana umat Islam mampu mempertahankan nilai-nilai Islam di tengah modernitas, bukan larut di dalamnya sehingga hilang identitas aslinya.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pertama, Respon Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap Modernitas Gerakan dakwah salafiyah bisa dikategorisasikansebagai gerakan fundamantalis, dalam menyikapi modernitas. Artinya mereka menerima modernitas sebagai keharusan sejarah. Namun mereka menolak dampak negatif dari modernitas itu sendiri. Islam memiliki otentisitas konsep dan praktek dalam menghadapi kehidupan, dan tidak larut di dalamnya sehingga nilai dan norma yang otentik tetap terjaga, buka berbaur dan bahkan hilang ditelan modernitas itu sendiri, sebagaimana yang dipahami oleh modernisme Islam dan kalangan sekuler. Kedua, Respon Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap Demokrasi Gerakan dakwah salafiyah memandang bahwa demokrasi adalah merupakan konsep Barat, bukan dari Islam yang merujuk pada undangundang yang dirumuskan oleh manusia. Keputusan apapun selalu ditentukan oleh suara mayoritas, tanpa peduli apakah mayoritas itu benar ata salah. Artinya demokrasi memiliki cacat disebabkan oleh adanya pembalikan otoritas, yang tadinya Menurut mereka bahwa demokrasi merupakan sistem kufur yang pasti akan meruntuhkan bangunan Islam. Demokrasi itu hanya berlaku dan akan diberlakukan di dunia muslim yang di dalamnya ada minoritas nonMuslim, dan sebaliknya hal itu tidak akan diberlakkan di dunia non-Muslim. Artinya dunia Barat di yang sedikit muslimnya, Sementara Muslimakan maka representasi umat Islam tidak akan diperjuangkan. dunia minoritas non-Muslim diperjuangkan

representasinya. Di Amerika atau Eropa, aspirasi umat Islam tidak begitu banyak di dengar atau diperjuangkan, apalagi sampai ada politisi muslim yang menduduki tempat yang strategis. Sebaliknya Barat akan memperjuangkan aspirasi minoritas non-Muslim di Negara muslim.

Ketiga, Respon Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap HAM HAM dalam pandangan gerakan dakwah salafiyah merupakan maka implikasi secara tidak langsung dari kebudayaan, politik dan adanya perubahan sosio-ekonomi, munculnya HAM,

teknologi. Dengan

muncul baru, yakni standar moral internasional, yang menggeser standar moral yang telah berlaku dan menancap di dunia muslim. hal ini disebabkan kegagalan kaum nasionalis sekuler dalam HAM itu. Keempat, Respon Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap pluralisme Gerakan dakwah salafiyah menolak pandangan yang dipropagandakan oleh kalangan pendukung pluralisme. Dalam konteks ini upaya wihdah al-adyan (Penyatuan agama) merupakan strategi untuk meruntuhkan aqidah umat Islam. Upaya penyatuan agama itu dengan beberapa cara dan strategi, diantaranya Pertama, menyatakan bahwa agama Islam, Nasrani, dan Yahudi memiliki titik temu yang sama, dengan memperkecil perbedaan. Kedua, pembangunan masjid, gereja, dan tempat peribadatan orang Yahudi dalam satu kompleks, baik universitas, bandara, pelabuhan, atau tempat-tempat umum. Ketiga, seruan mencetak Al-Quran, Injil, dan Taurat dalam satu jilid. Dengan demikian, pluralisme dalam pandangan gerakan dakwah salafiyah merupakan sebuah pemahaman terhadap sebuah pandangan hidup yang ingin merusak nilai-nilai dasar Islam dengan wadah dan strategi yang beragam, seperti mengedepankan sikap toleransi, mengakui kebenaran pihak lain, mengafirmasi kebebasan berkeyakinan dan menganut kepercayaan apapun. Kelima, Sikap Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap Sekularisme Gerakan dakwah salafiyah memiliki pandangan bahwa sekularisme merupakan sebuah pandangan hidup (worldview) yang menganggap bahwa kehidupan dunia bisa diatur oleh aturan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri, yang mana aturan itu hasil pemikiran manusia atas kondisi yang sedang mereka 3 memprotek budaya masyarakat muslim, sehingga Negara-negara muslim menjadi terpinggirkan oleh nilai-nilai

hadapi. Tidak ada aturan eksternal yang bisa mengatur kehidupan manusia ini, apalagi aturan itu bersifat transenden yang sulit dimengerti oleh manusia saat ini. Dalam konteks ini, ada beberapa catatan Pertama, tahayul, Islam dan memang mengosongkan nilai-nilai kepercayaan animisme,

khurafat dari alam. Namun Islam sama sekali tidak mengosongkan alam dari nilai-nilai ruhani. Islam mengosongkan alam dari nilai-nilai ruh yang bukan berasal dari Allah, barupa animisme, tahayul, khurafat dan mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Kedua, desakralisasi politik tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena Islam mementingkan ulama peran agama dalam soal pemerintahan dan kepemimpinan. Desakralisasi politik akan membuang peran dalam sistem pemerintahan. Menceraikan Islam dari politik akan peran Islam supaya tersebar dalam masyarakat. Akibatnya menghalangi

agama menjadi urusan pribadi, bukan publik. Ketiga, relativisme sejarah yang menjadi urat nadi dalam pemikiran sekuler juga bertentangan dengan agama Islam yang memiliki sistem yang mutlak. Kebenaran Islam bukan hanya untuk masa dahulu, namun untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Nilai-nilai kebenaran dalam Islam adalah sepanjang masa. Islam menolak ide relativisme nilai karena ia akan merelatifkan semua sistem akhlaq. Sekularisasi adalah parasit bagi agama Islam yang otentik dan final. Keenam, Sikap Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap Gender Gerakan dakwah salafiyah memiliki pandangan bahwa gender merupakan gerakan yang berakar pada gerakan feminisme, merupakan respon terhadap kondisi masyarakat Barat yang memperlakukan perempuan tidak sebagaimana layaknya manusia. Gender merupakan sebuah pandangan hidup yang memposisikan perempuan sejajar dengan laaki-laki, namun memposisikannya pada semua level tanpa memililah dan memilih tempat dan kedudukan yang wajar. C. KESIMPULAN Pertama, gerakan dakwah salafiyah merupakan gerakan dakwah yang menyebarkan agama Islam dengan melakukan purifikasi atau pemurnian dengan 4

metode tasfiyah dan tarbiyah. Gerakan dengan melakukan penambahan pembersihan

dakwah

salafiyah

memiliki dari

akar

yang kuat dengan gerakan yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, ajaran Islam (Bidah) dan pengurangan. Gerakan dakwah

salafiyah juga memiliki kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh gerakan Paderi, yang juga melakukan gerakan pemurnian terhadap ajaran Islam yang telah mengalami penyimpangan dengan tradisi atau adat setempat. Kedua, gerakan dakwah salafiyah memahmi bahwa modernitas merupakan sebuah keharusan sejarah dan harus diterima oleh umat Islam. Tetapi nilainilai modenitas telah mempengaruhi umat dan ajaran Islam dan bahkan mengikis habis ajaran Islam itu. Asasi Manusia implikasi langsung dari adanya nilai-nilai modernitas. Demokrasi, Hak (HAM), Pluralisme, sekularisme, dan gender merupakan

EXCECUTIVE SUMMARY

GERAKAN DAKWAH SALAFIYAH DAN ISU-ISU KONTEMPORER (Respon Gerakan Dakwah Salafiyah terhadap Isu-isu Kontemporer)

Slamet Muliono R. Nip. 150 275 955

LEMBAGA PENELITIAN IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2009

You might also like