You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN Visi pembangunan kesehatan Indonesia adalah sebuah harapan yang menggambarkan bahwa pada tahun 2010

bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mendukung visi pembangunan kesehatan Indonesia Sehat, Kementrian Kesehatan menetapkan visi yaitu Masyarakat yang Mandiri untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat serta strategi Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat , dalam hal ini berupaya untuk menfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap siagaan ditingkat desa dan kelurahan yang disebut Program Desa Siaga. Desa Siaga dikembangkan Kementrian Kesehatan untuk meningkatkan kesiagaan desa menghadapi masalah masalah kesehatan termasuk kejadian luar biasa. Keputusan Menkes RI Nomor : 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang pedoman Pengembangan Desa Siaga, yang dimaksud dengan Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa , menyiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah poskesdes yang dikelola oleh seorang bidan dan minimal 2 (dua) orang kader . Kementrian Kesehatan RI melalui RPJM 2010-2014 telah menetapkan salah satu indikatornya adalah Desa Siaga Aktif 65% ditahun 2014

BAB II PEMBAHASAAN KONSEP DASAR DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF A. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Melalui Kepmenkes No.828/Menkes/Sk/IX/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan Kabupaten/Kota telah ditetapkan SPM bidanh Kesahatan Kabupaten/Kota No.18 adalah desa Siaga Aktif. Kepmenkes No. 1529/MENKES/SK/X/2010, yang dimaksud dengan Desa / kelurahan Siaga Aktif adalah : 1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes ) atau sarana kesehatan yang ada diwilayah tersebut seperti Puskesmas, Pustu atau sarana kesehatan lainnya. 2. Memiliki Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang melaksanakan upaya survailans berbasis masyarakat (pemantauan penyakit, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, lingkungan dan perilaku), penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan. Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka Desa atau Kelurahan siaga Aktif memiliki komponen (1). Pelayanan Kesehatan Dasar, (2). UKBM, yang melaksanakan survailans yang berbasis masyarakat, penaggulkangan kegawatdaruratan bencana, penyehatan lingkungan, serta ( 3). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pos Kesehatan Desa Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).

Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan: 1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan 2. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko. 3. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi. 4. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan. 5. Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya. 6. Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain. Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir. Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat. B. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa siaga aktif atau kelurahan siaga aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat yang didukung oleh sarana kesehatan yang ada seperti Puskesmas, Pustu dan RS

C. Pentahapan Tahapan desa siaga :

1. Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, serta ada UKBM Mandiri. 2. Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang berbasis masyarakat. 3. Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang telah berjalan. 4. Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh kriteria desa siaga D. Pembinaan Desa/Kelurahan Siaga aktif Pembinaan Desa/kelurahan Siaga aktif pada dasarnya merupakan tugas dari kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), Kepala desa / Lurah dan Perangkat Desa/Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak utamanya pemerintah daerah dan Pemerintah. Dengan demikian kehadiran fasilitator didesa dan kelurahan sudah sangat minimal,karena perannya sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh para KPM. Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa/kelurahan Siaga Aktif sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses perencanaan Pembangunan Desa atau Kelurahan dan mekanisme Musrembang Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak luar pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan melembaga. Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursus-kursus penyegar bagi para kader,juga dikembankan cara lain untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut antara lain melalui program Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan. Pembinaan juga dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan perlombaan desa dan kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun secara berjenjang dari tingkat desa sampai tingkat nasional. Dalam rangka pembinaan juga diselenggarakan pencatatan dan pelaporan perkembangan desa dan kelurahan siaga aktif yang berjalan secara berjenjang dan terintegrasi dengan sistem informasi pembangunan desa yang diselenggarakan oleh Kemetrian Dalam Negeri. E. Indikiator Keberhasilan Keberhasilan pengembangan Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif disuatu Desa atau Kelurahan dilihat dari 3 kelompok indikator yaitu :

1. Indikator Masukan. Indikator Masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa banyak masukan telah diberikan dalam rangka pembangunan Desa /Kelurahan Siaga Aktif disuatu desa atau kelurahan yang terdiri dari : a. Kepedulian pemerintah desa dan pemuka desa terhadap desa/Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Masyarakat Desa b. Keberadaan Kader Pemberdayaan masyarakat c. Akses pelayanan masyarakat terhadap Pelayan Kesehatan Dasar yang memberikan pelayanan setiap hari d. UKBM dapat melaksanakan (a)penanggulanagan bencana dan kegawatdaruratan kesehtaan, (b) survailans berbasis masyarakat, dan (c) penyehatan lingkungan e. Pendanaan untuk pengembangan Desa Siaga Aktif dalam anggaran pembangunan desa f. Mitra potensial untuk pengembangan Desa siaga Akitf

g. Peraturan ditingkat desa yang melandasi/mengatur pengembanagn Desa/Kelurhan Siaga Aktif. 2. Indikator Proses Indikator Proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan disuatu desa dalam rangka penegmbangan dan pembinaan desa siaga aktif. Indikatornya terdiri dari: a. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dasar b. Berfungsi tidaknya UKBM yang ada c. Frekuensi penyelenggraan Forum Desa/Kelurahan d. Keikutsertaan KPM,lembaga kemasyarakatandan kader teknis dalam pelatihan/ kursus e. Frekuensi supervisi dari puskesmas/Dinas Kesehatan f. Kegiatan intervensi pemecahan masalah yang dihadapi terutama keagawatdaruratan kesehatan dan bencana 3. Indikator Keluaran Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai disuatu desa / kelurahan dalam rangka pengembangan desa/kelurahan siaga aktif. Indikator keluaran terdiri atas : a. Persentase Ibu hamil mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan

b. Persentase ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. c. Persentase bayi mendapatkan ASI Eksklusif d. Persentase bayi/balita yang ditimbang e. Persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap f. Persentase RT menggunakan air bersih dan jamban sehat

g. Persentase RT cuci tangan pakai sabun h. Persentase RT memberantas jenik nyamuk i. j. Persentase RT tidak merokok dalam rumah Persentase RT makan buah dan sayur setiap hari Persentase RT mealkuakn aktifitas fisik min 30 menit tiap hari k. Persentase penderita TB berobat dan minum obat teratur

F. Program Desa Siaga di Sulawesi Selatan Program pengembangan Desa Siaga adalah sebuah program nasional yang secara langsung menunjang Program Kesehatan Gratis sebagai program unggulan Provinsi Sulawesi Selatan. Kemandirian masyarakat dalam menangani masalah kesehatan terutama upaya promotif dan preventif akan berdampak pada penurunan insiden penyakit menular maupun penyakit tidak menular, yang pada akhirnya akan me nurunkan unit cost pembiayaan upaya kuratif dan rehabilitatif. Di Sulawesi Selatan, program ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2006. Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009 dengan jumlah 24 kabupaten/kota yang terdiri dari 21 kabupaten dan 3 kota dengan jumlah desa 2944 desa/kelurahan. Sejak dicanangkannya Desa Siaga di provinsi Sulawesi Selatan tahun 2006 hingga tahun 2009 baru dicapai desa Siaga Aktif 977 desa atau 33%. Terkait dengan pencapaian desa siaga aktif telah banyak upaya yang dilakukan antara lain: 1. Peningkatan SDM melalui pelatihan fasilitator Desa Siaga sejumlah 920 orang di 23 kab/kota (4 orang setiap puskesmas yang terdiri dari Dokter Puskesmas, Petugas Gizi, Petugas Sanitarian dan perawat) masing-masing kabupaten terdiri dari 10 Puskesmas, 2. Pelatihan Bidan Koordinator yang ada di puskesmas juga telah dilatih sebanyak 90 orang pada 6 kabupaten ( wajo, pangkep, Gowa, Bulukumba, Soppeng dan Jeneponto ) masing-masing kab terdiri dari 15 bidan Koordinator Puskesmas . 3. Pelatihan Bidan Desa siaga sebanyak 2799 bidan 4. Pelatihan kader sebanyak sebanyak 1724 kader dan Toma 896 toma

5. Penyediaan sarana dan prasarana bangunan Poskesdes yang ada, dari 1259 Poskesdes, 390 merupakan pengembangan dari Polindes, 540 bangunan baru dan 329 yang masih menempel pada Posyandu maupun kantor Desa.

Peran kader dan Toma dalam pengembangan desa Siaga, berperan sebagai penggerak masyarakat dan penggalian sumber daya untu kesinambungan dan kelangsungan desa siaga, serta upaya kesehatan berbasis masyarakat melalui kegiatan UKBM yang ada termaksud Poskesdes.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B.

SARAN

1. Dengan Paradigma Sehat, menunjukan upaya pemerintah melakukan reorientasi pembangunankesehatan. Penanganan kesehatan penduduk dititikberatkan pada

pembinaan kesehatan bangsa(shaping the health nations) dan bukan sekedar penyembuhan penyakit, namun termasuk pencegahanpenyakit, perlindungan keselamatan, dan promosikesehatan. Hal itu menyadarkan kepada kita bahwa membina kesehatan bangsa atau menciptakan bangsa yang sehat, cerdas, trampil, tidak bisa dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan Namun hingga saat ini, agaknya perubahan paradigma(paradigm shift) tersebut masih belum dipahami semuapihak, bahkan dari kalangan kesehatan sendiri juga masih belum satu suara.Berbagai program kesehatan yangdikeluarkan masih saja dengan pendekatan medis kuratif yang bersifat reaktif dan berorientasi jangka pendek.

2.Saat ini jamannya otonomi daerah, dimanadaerah (kabupaten/kota) memegang kewenangan penuh terhadap bidang kesehatan. Sehingga dukungan dan peran pemerintah daerah (eksekutif dan DPRD) sangat dominantterhdap jalan tidaknya sebuah program kesehatanmasyarakat, termasuk Desa Siaga. 3.Berjalannya program Desa Siaga, jugaditentukan oleh pelaksanaan puskesmas dan posyanduyang lebih dulu ada. Saat ini, pemerintah getolmengkampanyekan revitalisasi puskesmasdanrevitalisasi posyandu. Ironisnya,revitalisasi puskesmas dan posyandu hanya diartikan dengan pemenuhan fasilitas sarana. Padahal bila merujuk darifungsi dan peran puskesmas sebagai penggerakpembangunan berwawasan kesehatan di kecamatan,menumbuhkan pemberdayaan masyarakat dan keluarga di bidang kesehatan masyarakat. Maka sudah seharusnyarevitalisasi diarahkan pada bagaimana agar peran danfungsi tersebut berjalan optimal. Tidak seperti yang terjadi saat ini, puskesmas justru dijadikan PusatKesakitan Masyarakat, dengan menitikberatkan padafungsi pengobatan. 4.Sering kita temui elemen masyarakat yang aktif adalah yang terikat dengan organisasi formal dansemi formal yang bersifat hirarkis. Akibatnya, kader yang aktif di dominasi oleh para kelompok elit yang mempunyai relasi jabatan dalam organisasi di kampung. Para ibu RT beserta perangkatnya banyak bertindak sebagai kader. Kedepan partisipasi masyarakat tidaklah harus orang yang terlibat dalam lingkaran perangkat desa/kampung (petinggi). Seluruh warga perlu diberi akses yang luas dan sama untuk berperan dalam

kegiatan posyandu.Selama mereka mempunyai komitmen untuk aktif dalam Desa Siaga, harus diberi kesempatan.

You might also like