You are on page 1of 107

Bakteri koliform

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

E.coli, salah satu bakteri koliform Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.[1] Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker.[1] Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.[1] Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air.[2] Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit.[2] Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.[2]

[sunting] Karakteristik
Ciri-ciri bakteri koliform antara lain bersifat ppaerob [[atau ppanaerob fakultatif[[, termasuk ke dalam ppbakteri gram negatif[[, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35 C-37 C.[3] Contoh bakteri koliform antara lain Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dll.[3]

Mikroorganisme indikator
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa

Sungai di California yang tercemar, tampak adanya buih. Mikroorganisme indikator adalah sekelompok mikroorganisme yang digunakan sebagai petunjuk kualitas air. [1] Mikroorganisme indikator telah digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kontaminasi tinja di air, makanan, dan sampel lainnya. [1]

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Syarat 2 Jenis o 2.1 Indikator Bakteri 2.1.1 Koliform 2.1.2 Koliform tinja 2.1.3 Streptococcus Tinja - Enterococcus 2.1.4 Clostridium 2.1.5 Pseudomonas 2.1.6 Bacteroides spp. dan Bifidobacteria spp. o 2.2 Indikator Virus o 2.3 Indikator Protozoa 3 Kelemahan 4 Indikator Makanan 5 Referensi

[sunting] Syarat

Untuk digunakan sebagai mikroorganisme indikator, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi oleh mikroorganisme tersebut, kendati demikian, persyaratan ini tidak mutlak untuk dipenuhi seluruhnya, tergantung kondisi yang ada. Syaratnya antara lain[1]:

Dapat digunakan untuk berbagai jenis air Mikroorganisme harus muncul bila patogen enterik dan sumber polusi muncul Tidak ada di air yang terpolusi Mudah diisolasi, murah, mudah diidentifikasi, dan mudah dihitung Lebih banyak jumlahnya dan lebih tahan dibanding patogen Bukan merupakan patogen Tidak berkembang biak di air Merespon perlakuan dan kondisi lingkungan Kepadatan indikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi Menjadi bagian dari mikroflora dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas

[sunting] Jenis
Mikroorganisme indikator dapat dibedakan menjadi indikator bakteri, indikator virus, dan indikator protozoa[1].

[sunting] Indikator Bakteri


Terdapat lima bakteri yang umum digunakan sebagai indikator[1]: [sunting] Koliform Koliform tidak termasuk dalam taksonomi bakteri namun hanya istilah untuk menyebutkan kelompok mikroorganisme yang berada di air. Ciri-ciri bakteri koliform adalah gram negatif, berbentuk batang, merupakan anaerob fakultatif yang dapat memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam dan gas pada suhu 35 C selama 24-48 jam. Memiliki enzim tambahan yaitu sitokrom oksidase dan beta-galaktosidase. Koliform dapat ditemukan di saluran pencemaran hewan, tanah, atau secara alami pada sampel lingkungan. Pada keadaan normal, koliform terdapat di air dalam jumlah standar dan dapat diukur, namun bila terjadi pencemaran air, jumlah koliform akan menjadi banyak dan dapat melebihi jumlah bakteri patogen lain.[2] Oleh karena itu, koliform dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air.[2]. Jika terdapat bakteri koliform dalam air, belum tentu bakteri patogen juga ada di air tersebut, namun jika bakteri koliform terdapat dalam jumlah besar maka perlu diperiksa kembali keberadaan bakteri patogen lain.[2] [sunting] Koliform tinja Digunakan untuk mendeteksi pencemaran tinja. Merupakan bakteri termotoleran yang dapat beradaptasi dengan cara stabilisasi protein pada suhu di saluran pencernaan. Koliform tinja dapat melakukan fermentasi dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 44.5 C. Koliform tinja memiliki korelasi yang kuat dengan pencemaran tinja hewan berdarah panas. Untuk mendeteksi E.coli pada koliform tinja secara lebih spesifik dapat digunakan enzim MUG yang aka[n berpendar dengan sinar UV[1].

[sunting] Streptococcus Tinja - Enterococcus Merupakan mikrobiota pada manusia dan hewan. Contoh Streptococcus pada manusia adalah S. faecalis dan S. faecium [sunting] Clostridium Merupakan mikrobiota pada hewan berdarah panas dan limbah. Sifatnya lebih stabil dibanding patogen dan memiliki spora sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi polusi yang terjadi di waktu lampau[1]. [sunting] Pseudomonas Digunakan sebagai indikator kolam renang selain Staphylococcus aureus. Memiliki sifat tahan terhadap desinfeksi kimiawi. Berpigmen pyocyanin dan dapat berpendar[1]. [sunting] Bacteroides spp. dan Bifidobacteria spp. Banyak ditemukan di feses 100 kali dibanding yang lain. Kedua bakteri ini sulit dideteksi karena bersifat sangat anaerob dan dapat musnah bila terkena oksigen, sehingga untuk mendeteksi perlu kondisi yang sangat anaerob pula. Beberapa jenis Bacteroides spesifik pada manusia[1].

[sunting] Indikator Virus


Terdapat empat kandidat mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator virus[1].

Kolifage, yaitu baktriofage yang menginfeksi E.coli dan bakteri koliform lainnya. Bakteri yang diinfeksi tidak memiliki fili sehingga virus menempel langsung pada dinding selnya. Sifatnya tidak spesifik pada feses dan deteksi bergantung pada inangnya. Contohnya adalah myoviridae, podoviridae, dan siphoviridae. Kolifage jantan, yaitu colifage yang menginfeksi E.coli jantan (yang memilliki strain F+) sehingga dapat menghasilkan fili dan penempelan terjadi melalui reseptor fili. Bersifat spesifik pada feses. Contohnya adalah leviviridae Fage Bacteroides fragilis, bersifat spesifik feses manusia. Namun konsentrasinya sangat rendah sehingga belum dapat ditunjukkan spesifitasnya Fage Salmonella, terdapat pada feses manusia dan hewan. Digunakan untuk mengindikasi banyaknya bakteri Salmonella, namun konsentrasinya juga terlalu rendah[1].

[sunting] Indikator Protozoa


Sesungguhnya tidak ada indikator yang berlaku secara universal bagi parasit protozoa[1]. Indikator bergantung pada sumber air yang dugunakan pada suatu daerah tertentu. Contoh yang telah diidentifikasi adalah indikasi menggunakan spora Clostridium dan bakteri aerob termostabil[1].

[sunting] Kelemahan

Tidak ada indikator yang ideal untuk semua lingkungan dan memenuhi semua persyaratan[1]. tidak ada suatu indikator yang dapat mencangkup semua jenis indikator[1]. Hal ini disebabkan karena tidak semua bakteri dapat dijadikan indikator bagi patogen. Virus dan protozoa memiliki perbedaan ukuran, respon terhadapat tekanan lingkungan, dan perlakuan[1]. Media dan kondisi yang berbeda-beda juga membuat tidak ada indikator yang benar-benar cocok untuk kundisi tertentu[1]. Karena itu dibuat suatu kriteria untuk mentoleransi ketidaksempurnaan tersebut. Setiap negara, setiap daerah memiliki kriteria yang berbedabeda[1].Contohnya di Indonesia dilakukan pengelolaa kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Air digolongkan berdasarkan kriteria mutu mejadi kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV. Untuk air minum kadar koliform tinja maksimal 2000 dan kadar total koliform maksimal 10000[1].

[sunting] Indikator Makanan


Mikroorganisme yang menjadi indikator makanan merupakan kelompok bakteri yang keberadaannya di makanan di atas batasan jumlah tertentu, yang dapat menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos yang dapat mengintroduksi organisme berbahaya dan menyebabkan proliferasi spesies patogen ataupun toksigen. Misalnya E. coli tipe I, koliform dan fekal streptococci digunakan sebagai indikator penanganan pangan secara tidak higienis, termasuk keberadaan patogen tertentu. Mikroorganisme indikator ini sering digunakan sebagai indaktor kualitas mikrobiologi pada pangan dan air.

[sunting] Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s (Inggris) Madigan et.al. 2009. Brock Biology of

Microorganism 12th ed. San Francisco: Pearson Education.Inc.Page. 1025-1033. 2. ^ a b c (Inggris)Johnson BT. 1997. Microorganisms, Bacteria and Viruses.Diakses pada 13 Mei 2010 .
BAKTERI KOLIFORM YANG BERSIFAT ANAEROB Posted on December 16, 2010 Monera meliputi organisme yang mempunyai struktur tubuh amat sederhana yakni terdiri atas sel-sel primitif, yang bersifat prakariotik. Sel prakariotik adalah sel yang bahan intinya belum terlidungi oleh selaput inti atau karioteka. Termasuk ke dalam kelompok monera adalah bakteri dan ganggang biru atau Chyanophyta. Disini hanya dijelaskan tentang bakteri. Bakteri Pada klasifikasi, mahkluk ini dikelompokkan ke dalam dunia tumbuhan, sub divisi Schyzomycetes atau jamur belah, karena berkembang biak dengan membelah diri. Dalam klasifikasi terbaru, bakteri termasuk ke dalam kerajaan monera. A. Ciri-ciri dan Sifat Bakteri Untuk dapat mempelajari bakteri dengan benar kita perlu mengenali ciri-ciri dan sifatnya.

1. Ciri-ciri bakteri Bakteri merupakan makhluk renik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tubuh bakteri tersusun atas satu sel (unisel). Hidup secara sendiri-sendiri (soliter) dan ada pula yang hidup berkelompok (koloni). Ukuran tubuhnya dengan satuan mikron, lebih besar daripada virus. Untuk mengamati-nya diperlukan alat bantu berupa mikroskop. 2. Sel tubuh bakteri tidak mempunyai kloroplas, sehingga tampak transparan atau tembus cahaya. Karena tidak memiliki kloroplas, bakteri tidak dapat menyusun zat makanannya sendiri dengan bantuan energi cahaya matahari. Namun demikian, ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen/zat warna seperti kloroplas, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, bakteri tersebut bersifat fotoautotrop. Ada pula bakteri yang tidak memiliki pigmen, tetapi dapat menyintesis zat makanan sendiri dengan menggunakan energi kimia pada medianya, disebut bakteri kemoautotrop. 3. Bakteri berkembang biak secara tak kawin/ aseksual, yaitu dengan membelah diri. 4. Bakteri hidup di mana-mana, mulai daerah tropis hingga daerah kutub, mulai dari dataran rendah hingga puncak gunung. Ada yang hidup bebas, parasit, dan ada pula yang saprofit.

2. Bentuk Bakteri Berdasarkan bentuknya, bakteri dibedakan menjadi tiga, yaitu bakteri berbentuk bulat seperti bola (kokus), batang atau silindris (basilus), dan seperti spiral (sprillium). 1. Kokus Kokus adalah bakteri berbentuk bulat seperti bola. Berdasarkan koloninya, kokus dapat dibedakan menjadi 6 macam:

Monokokus, yakni bakteri berbentuk bola yang hidup mandiri atau soliter. Diplokokus, yakni bakteri berbentuk bola yang hidup selalu berpasang-pasangan, tiap pasang terdiri atas dua bakteri. Contoh = Diplococcus pneumonia Tetrakokus, yakni bakteri berbentuk bulat yang hidup berkelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat bakteri. Sarkina, yakni bakteri berbentuk bola yang hidup berkelompok dan setiap kelompok terdiri atas delapan bakteri yang membentuk susunan seperti kubus.

Streptokokus, yakni bakteri berbentuk bola yang bergandenggandengan seperti rantai. Stafilokokus, yakni bakteri berbentuk seperti bola dan bergerombol seperti anggur.

2. Basil (bacillus) / batang Basil adalah bakteri berbentuk seperti silinder atau batang kecil. Bakteri berbentuk ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Monobasilus, yakni bakteri berbentuk batang yang hidup mandiri atau soliter. Ex = Salmonella typhosa Diplobasilus, yakni bakteri berbentuk batang yang hidup berpasangan dua-dua. Streptobasilus, yakni bakteri berbentuk batang yang membentuk rantai. Ex = Bacillus antracts

1. 3. Spiril (spirillum) Spiril adalah bakteri yang mempunyai bentuk seperti spiral, berkelok, atau melengkung. Yang termasuk bentuk bakteri ini adalah vibrio, yakni bakteri yang berbentuk seperti tanda baca koma. 3. Struktur tubuh bakteri Tubuh bakteri terdiri atas satu sel. Sel tubuh bakteri menyerupai sel tumbuhan. Bagian-bagian sel suatu bakteri terdiri atas dinding sel, selaput plasma, dan sitoplasma. 1. 1. Dinding sel merupakan bagian yang cukup kuat dan tersusun atas zat hemiselulosa. Fungsi dinding sel adalah sebagai pelindung bagian tubuh bakteri, sekaligus pemberi bentuk tubuh. 1. 2. Selaput plasma berada di sebelah dalam dinding sel, merupakan selaput lipoprotein yang berfungsi sebagai pintu gerbang zat yang masuk atau keluar ke dan dari dalam sel bakteri. 1. 3. Sitoplasma terdapat di sebelah dalam selaput plasma. pada bagian inilah terdapat berbagai organel yang berfungsi sebagai pelaksana kegiatan hidup, seperti respirasi sel, sintesis sel, dan lain-lain. Pada bagian tengah sitoplasma terdapat bahan inti yang tidak terlindungi oleh selaput inti. Pada bahan inti ini terdapat kromosom. 1. 4. Alat Gerak bakteri Ada beberapa jenis bakteri yang dapat bergerak dengan alat berupa bulu cambuk atau flagelum. Berdasarkan jumlah dan letak flagelumnya, bakteri dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:

atrik, yakni bakteri yang tidak memiliki flagelum, Ex = E. Colli monotrik, yaitu bakteri yang mempunyai satu flagelum pada ujung tubuhnya. amfitrik, yakni bakteri yang memiliki dua kelompok falgelum yang masing-masing terdapat di ujung tubuhnya. lopotrik, yakni bakteri yang memiliki sekelompok flagelum pada salah satu ujung tubuhnya. peritrik, yakni bakteri yang memiliki flagelum di seluruh permukaan tubuhnya.

1. 5. Makanan bakteri Berdasarkan caranya memperoleh makanan, bakteri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri heterotrop dan bakteri autrotrop.

Bakteri heterotrop

Bakteri heterotrop adalah bakteri yang tidak dapat menyintesis zat makanannya sendiri. Jadi, makanannya bergantung kepada organisme lain. Ada bakteri yang makanannya diperoleh dari sisa organisme lain yang telah mati. Bakteri jenis ini disebut bakteri saprofit. Ada juga bakteri yang makanannya diperoleh langsung dari organisme lain. Bakteri jenis ini disebut bakteri parasit. Ada bakteri yang parasit pada hewan, tumbuhan, maupun manusia. Bakteri yang menumpang pada manusia tidak selalu membahayakan kesehatan manusia. Misalnya, bakteri Escherichia coli yang hidup pada usus tebal. Bakteri ini membantu membusukkan sisa makanan dan juga membantu pembentukan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Bakteri yang tidak menimbulkan penyakit pada manusia disebut bakteri apatogen. Sebaliknya banyak bakteri yang menumpang hidup pada manusia dan menimbulkan penyakit disebut bakteri patogen.

Bakteri autotrof

Bakteri autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun zat makanannya sendiri. Untuk menyusun zat makanan tersebut, bakteri memerlukan energi. Berdasarkan sumber energi yang digunakannya, bakteri autotrof dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotoautotrof dan kemoautotrof. 1. Bakteri fotoautotrof adalah bakteri yang dapat menyintesis zat makanannya sendiri dengan meng-gunakan energi cahaya matahari. Contoh kelompok bakteri ungu (bakteriopurpurin) dan bakteri hijau (bakterioklorofil). 2. Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang dapat menyintesis zat makanannya sendiri dengan meng-gunakan energi kimia. Contoh bakteri kemoautotrof antara lain bakteri besi, bakteri belerang, dan bakteri zat lemas (Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitobacter).

6. Pernapasan bakteri Bakteri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob.

Bakteri aerob adalah bakteri yang dalam hidupnya memerlukan oksigen bebas untuk memecah zat pada mediumnya. Bakteri jenis ini sering disebut bakteriobligat aerob. Bakteri yang bersifat aerob senang hidup pada lingkungan lembab dan cukup udara. Contoh bakteri aerob antara lain bakteri penyebab penyakit TBC (Mycobacterium tuberculosis) Nitrosomonas, Nitrosococcus,dan Nitrobacter. Bakteri anaerob adalah bakteri yang dalam hidupnya atau dalam memecah zat yang tidak memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini sering disebut bakteri obligat anaerob. Untuk memecah zat makanan pada mediumnya, bakteri mengeluarkan zat jenis fermen tertentu. Contoh bakteri anaerob antara lain Micrococcus denitrificans biasa hidup pada lahan yang kaya zat nitrat tetapi miskin oksigen. Dalam kondisi tersebut Micrococcus denitrificans menguraikan zat HNO3 menjadi NH3 dan O2. Sementara itu, Clostridium tetani adalah bakteri penyebab penyakit tetanus.

1. 1. Aerob fakultatif = masih bisa hidup waLaupun kadar oksigenya lemah 2. 2. Anaerob obligat = tidak boLeh ada oksigen sedikitpun 3. 3. Aerob = 100% mesti ada oksigen. 7. Reproduksi bakteri Umumnya, bakteri berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan membelah diri atau membelah biner (pembelahan satu sel menjadi dua sel anakan). Pembelahan sel bakteri termasuk pembelahan amitosis, yang secara sederhana. Cara reproduksi generatif bakteri sering disebut paraseksual. Paraseksual berlangsung dengan tiga cara, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi.

Transformasi adalah perpindahan sedikit materi genetik yang berupa AND atau gen dari sel bakteri yang satu ke bakteri yang sejenis lainnya dengan proses fisiologis yang kompleks. Konjugasi adalah bergandengnya dua bakteri (+ dan -) dengan membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik. Transduksi adalah pemindahan materi genetika dengan perantaraan virus.

Dalam kondisi yang ideal, bakteri akan membelah setiap 20 menit. Dengan demikian, dapat dihitung berapa kali dalam sehari sebuah sel bakteri dapat membelah. Dalam kondisi yang kurang menguntungkan, beberapa jenis bakteri akan mati. Tetapi, ada beberapa jenis bakteri yang mampu bertahan hidup, yaitu dengan jalan membuat dinding kuat yang disebut kista. Bakteri yang dalam bentuk kista, intinya menjadi spora. Karena spora ini tersimpan di dalam dinding

kista yang kuat maka spora ini sering disebut endospora. Dalam keadaan sebagai endospora, bakteri tidak aktif dan dapat bertahan selama 50 tahun. Berbeda dengan spora jamur, lumut, dan paku-pakuan, spora bakteri berguna untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, sedangkan spora jamur, lumut, dan paku-pakuan adalah untuk perkembangbiakan. 1. 8. Pertumbuhan bakteri Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Temperatur

Suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri adalah antara 270 3000C. Namun demikian, ada pula bakteri yang tumbuh baik pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi daripada suhu optimum rata-rata tersebut.

Kelembaban

Bakteri dapat tumbuh baik pada lingkungan yang lembab atau kadar airnya cukup tinggi.

Sinar matahari

Sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet dapat mematikan bakteri. Di samping itu, sinar ultraviolet juga mampu merusak struktur kromosom bakteri.

Zat kimia

Beberapa jenis zat kimia, misalnya antibiotik dan zat-zat kimia yang lain, ada yang dapat mematikan atau merusak dinding sel bakteri, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. B. PERANAN BAKTERI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA 1. Bakteri yang menguntungkan 1. Bakteri pembusuk Kita tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika tidak ada bakteri dan organisme pengurai lainnya. Kemungkinan besar permukaan bumi ini akan penuh sampah dan bangkai sisa organisme. Namun bersyukurlah, bahwa Tuhan telah menciptakan bakteri yang menjadi sahabat kita dalam mengatasi masalah sampah dan bangkai tersebut. Tidak hanya itu, sampah-sampah dan bangkai tersebut diuraikan oleh bakteri menjadi unsur-unsur hara. Dengan demikian, bakteri pembusuk tersebut sangat membantu dalam mengembalikan kesuburan tanah. Di dalam usus besar kita juga terdapat bakteri pembusuk, yaitu Escherichia coli. Bakteri ini membantu membusukkan sisa pencernaan makanan. Di samping itu, Escherichia coli membantu pembentukan vitamin K yang penting untuk proses pembekuan darah. 1. 2. Bakteri penghasil antibiotika

Beberapa jenis bakteri yang mampu menghasilkan antara lain:


Streptomyces griceus, mampu menghasilkan streptomisin, Streptomyces aureofacien, mampu menghasilkan aureomisin Streptomyces venezuele, mampu menghasilkan kloromisin dan kloramphenicol.

1. 3. Bakteri penghasil asam Beberapa bakteri yang memproduksi asam antara lain:

Clostridium butiricum, penghasil asam butirat Propioni bacterium, penghasil asam propionat Acetobacter, penghasil asam cuka atau asam asetat

1. 4. Bakteri dalam pemrosesan susu Dalam industri pemrosesan susu banyak digunakan jasa bakteri. Bakteri Lactobacillus bulgaricus dapat digunakan untuk membuat yoghurt, yaitu sejenis minuman dari bahan susu. Di dalam susu, bakteri Loctobacillus memperbanyak diri dan tumbuh dengan cepat. Bakteri ini menyekresikan zat yang memberikan aroma sedap pada susu. Di samping untuk kepentingan produksi asam dan minuman, beberapa jenis bakteri juga banyak digunakan untuk memproduksi makanan, misalnya mentega dan keju. Perubahan krim asam pada bahan keju hingga menjadi padat serta aroma yang harum dari keju adalah berkat zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri. 1. 5. Bakteri yang mengikat zat nitrogen Beberapa jenis bakteri ada yang mampu mengikat zat lemas/nitrogen (N2) dari udara bebas. Zat nitrogen merupakan unsur yang sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk sintetis protein. 1. 6. Peranan bakteri dalam pengolahan limbah Di zaman teknologi yang serba canggih ini ternyata banyak masalah yang timbul. Salah satu di antaranya adalah dihasilkannya limbah industri yang makin meningkat. Untuk mengatasi masalah limbah tersebut, salah satu di antaranya ialah dengan menggunakan jasa bakteri aerob. Bakteri aerob yang banyak di udara bebas dibiarkan mengoksidasi limbah-limbah di bak penampungan yang terbuka. Dengan cara tersebut bakteri aerob akan bebas mengoksidasi zat limbah tersebut. 1. 7. Bakteri dan rekayasa genetika Pada dasawarsa terakhir ini, bakteri memberikan andil besar dalam bidang rekayasa genetika. Dalam bidang ini, bakteri dapat digunakan sebagai sarana untuk pencangkokan gen dari berbagai mahkluk hidup. Dengan cara ini dapat

dihasilkan suatu varietas makhluk hidup yang memiliki sifat gabungan sesuai dengan yang diinginkan manusia. Di samping itu, sekarang telah dikembangkan produksi asam amino berkualitas tinggi menggunakan jasa bakteri. 1. 8. Pembuatan biogas Kemampuan bakteri untuk menguraikan zat-zat organik dapat dipergunakan untuk menguraikan sampah-sampah dan kotoran ternak yang banyak kita miliki. Dengan menggunakan bakteri tersebut, sampah dan kotoran ternak diolah untuk menghasilkan biogas. Biogas ini dapat dipergunakan untuk bahan bakar pengganti BBM ataupun bahan bakar lain yang keberadaannya semakin terbatas 2. Bakteri yang merugikan 1. 1. Bakteri patogen Bakteri patogen adalah bakteri parasit yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Penyakit yang ditimbulkannya dapat mengganggu berbagai alat tubuh seperti saluran pencernaan, saluran pernapasan, alat kelamin, sistem syaraf, dan darah. Beberapa jenis bakteri patogen yang banyak menyerang masyarakat di daerah tropis termasuk Indonesia. Macam-macam Bakteri dan Penyakit yang ditimbulkannya :

Bakteri Clostridium tetani menyebabkan penyakit Tetanus/kejang otot Bakteri Diplococcus pneumonia menyebabkan penyakit Pneumonia/radang paru-paru Bakteri Mycobacterium tuberculosis menyebabkan penyakit TBC Bakteri Mycobacterium leprae menyebabkan penyakitLepra/kusta Bakteri Neisseria gonorrhoeae menyebabkan penyakit Raja singa/ kencing nanah Bakteri Pasteurella pestis menyebabkan penyakit Pes/sampar Bakteri Salmonella typosa menyebabkan penyakit Tifus Bakteri Shigella dysenteriae menyebabkan penyakit Disentri Bakteri Treponema pallidum menyebabkan penyakit Sifilis Bakteri Vibrio cholerae menyebabkan penyakit Kolera

1. 2. Bakteri parasit pada hewan dan tumbuhan Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain sebagai berikut:

Antraks, disebabkan oleh Bacillus antraxis. Hewan yang diserang adalah sapi, kerbau, dan domba.

Bruselosis, disebabkan Brucella abortus. Penyakit ini biasa menyerang sapi. Bengkak rahang, penyababnya adalah Actynomyces bovis. Penyakit ini biasa menyerang sapi. Penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh bakteri antara lain: kanker batang jeruk disebabkan oleh Xanthomonas citri, kanker batang kopi disebabkan oleh Agrobacterium tumefaciens, dan penyakit busuk daun labu disebabkan oleh Erwina tracheiphilla.

1. 3. Bakteri perusak bahan makanan Berikut ini adalah beberapa contoh bakteri perusak bahan makanan:

Pseudodomonas cocovenenans, menghasilkan racun asam bongkrek. Bakteri ini biasa hidup pada tempe bongkrek yang berasal dari ampas tahu dan ampas kelapa yang pembuatannya kurang higienis. Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan kaleng yang sudah rusak. Racun asam bongkrek maupun botulinin dapat mematikan manusia yang mengkonsumsinya. Leuconostoc mesentroides menghasilkan lendir pada makanan yang telah lama atau akan basi.

C. Tindakan Preventif Terhadap Ancaman Bakteri Untuk mengatasi berbagai aktivitas bakteri yang sangat merugikan tersebut, perlu dilakukan tindakan yang tepat. Misalnya, untuk mencegah kerusakan bahan pangan, bahan pangan tersebut perlu diawetkan. Sedangkan, untuk mencegah timbulnya wabah penyakit perlu tindakan pencegahan, yaitu dengan vaksinasi serta penjagaan kesehatan dan kebersihan lingkungan. 1. Vaksin untuk Mencegah Penyakit Karena Bakteri Beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri telah ditemukan vaksinnya. Vaksin-vaksin tersebut diberikan kepada orang yang sehat, sehingga jika terinfeksi oleh kuman yang vaksinnya telah ada dalam tubuh, orang itu akan kebal terhadap penyakit tersebut. Beberapa vaksin yang telah ditemukan antara lain: 1. Vaksin BCG (Bacillus Calmete Guerin) berfungsi untuk mencegah penyakit TBC. 2. Vaksin DPTP (Diphteri, Pertusis, Tetanus, Profilaksi) berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan, dan tetanus. 3. Vaksin TDC (Typhus, Cholera, Dysentria) untuk mencegah penyakit tifus, kolera dan disentri. 4. Vaksin kotipa untuk mencegah penyakit kolera, tifus, dan paratifus.

2. Pengawetan Makanan Untuk mengatasi aktivitas bakteri saprofit yang merusak bahan makanan serta menimbulkan racun maka makanan perlu diawetkan. Pengawetan dapat dilakukan secara tradisional maupun secara konvensional. Pengawetan makanan secara tradisional antara lain dengan pengeringan, pengasapan, pengasaman, pengasinan, dan pemanisan. Sedangkan, pengawetan secara konvesional antara lain dengan sterilisasi, pasteurisasi, pembekuan, pendinginan, penggunaan bahan kimia, serta dengan radiasi. Pengawetan makanan dengan pengeringan, pengasaman, pemanisan, dan pengasapan pada prinsipnya memberikan lingkungan yang tidak ideal untuk kehidupan bakteri. Dengan perlakuan itu, kondisi larutan lingkungan luar bakteri menjadi lebih pekat. Hal ini menyebabkan air di dalam sitoplasma bakteri akan berosmosis ke luar, sehingga bakteri akan mati karena kekurangan air. Lingkungan yang dingin akan menyebabkan bakteri tidak aktif. Oleh karena itu, jika makanan yang diawetkan dengan pendinginan dikeluarkan dari tempat pengawetannya, akan segera menunjukkan adanya aktivitas bakteri. Pengawetan dengan pasteurisasi bertujuan untuk membunuh bakteri yang patogen saja. Sedangkan, bakteri yang apatogen dan tidak merugikan dibiarkan tetap hidup. Pengawetan secara pasteurisasi biasa dilakukan pada susu. Susu yang diawetkan dengan cara ini dipanaskan sampai dengan suhu 600C, kemudian didinginkan. Setelah dingin suhu dipanaskan lagi hingga mencapai suhu 600C. kegiatan ini dilakukan sampai 3 atau 4 kali. Dengan perlakuan semacam ini, diperkirakan semua bakteri patogen telah mati, sedangkan bakteri apatogen tetap hidup. Pengawetan bahan makanan secara sterilisasi dimaksudkan untuk membebaskan bahan makanan dari semua bakteri, baik yang patogen maupun yang apatogen. Bahan yang akan diawetkan dipanaskan sampai 1000 C atau lebih selama beberapa menit. Pada suhu ini seluruh bakteri telah mati. Sterilisasi biasa dilakukan pada bahan makanan yang akan disimpan lama atau akan diawetkan secara pengalengan. Bahan makanan yang biasa disterilkan misalnya susu dan ikan dalam kaleng. Untuk membebaskan kuman alat-alat laboratorium dan alat-alat kedokteran, biasa digunakan pemanas dengan oven. Dengan alat ini, alat-alat disterilkan dengan dipanaskan sampai suhu 1000C atau lebih selama beberapa menit. Untuk membebaskumankan alat-alat tersebut juga dapat dilakukan dengan meredamnya di dalam alkohol pekat. Nama Bakteri dan Peranannya :

Escherichia Membantu membusukkan sisa makanan pada usus besar manusia dan pembentukan Vitamin K Streptomyces qriseus Menghasilkan antibiotik streptomisin Bacillus polymyxa Menghasilkan antibiotik polimiksin Streptomyces rimosus Menghasilkan antibiotik tetrasiklin Clostridium acetobutylicum Menghasilkan cairan kimia aseton dan botanol

Metano bacterium Menghasilkan biogas berupa Metana Acetobacterium Pembuatan asam cuka Lactobacillus bulgaricus Pembuatan yoghurt Acetobater xylinum Pembuatan sari kelapa Clostridium botulinum Pembusukan makanan Mycobacterium tuberculosis Penyebab penyakit TBC Vibrio Cholerae Penyebab penyakit kolera atau muntaber Clostridium tetani Penyebab penyakit tetanus Mycobacterium leprae Penyebab penyakit lepra Baccilus antracis Penyebab penyakit antraks Koliform sebagai indikator kebersihan air.

Bakteri Koliform Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Mereka biasa ditemukan di saluran sistem pengolahan air. Bakteri ini merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya, coliform hidup di lingkungan sekitar kita dan dalam kotoran hewan berdarah panas dan manusia. Patogen dalam air kebanyakan berasal dari kotoran manusia atau hewan. Beberapa patogen yang telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah giardia lamblia (giardiasis), cryptosporidium (cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan helminths (cacing parasit). Bakteri coliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli. Masing-masing memiliki tingkat risiko yang berbeda. Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan dan tidak mungkin berasal dari pencemaran tinja. Sementara itu, fecal coliform dan E. coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air. Bakteri fecal coliform atau E. coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang

mengonsumsinya. Kondisi seperti ini mengharuskan pemerintah bertindak melalui penyuluhan kesehatan, investigasi, dan memberikan solusi untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air. Ciri-ciri bakteri koliform antara lain bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35C-37C. Contoh bakteri koliform antara lain Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dll. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia sehat adalah mual, nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada beberapa kasus bisakejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi.

Bakteri Indikator Sanitasi dan Keamanan Air Minum


Ratih Dewanti-Hariyadi

Beberapa waktu terakhir berita mengenai keamanan air minum isi ulang mewarnai media masa. Terakhir diberitakan pada Kompas 23 Mei 2003, ditemukannya bakteri Escherichia coli , Coliform dan bahkan Salmonella dalam air minum isi ulang yang diambil dari beberapa depo. Nama-nama bakteri tersebut tentunya cukup membingungkan masyarakat awam, khususnya tentang signifikansi dan konsekuensi keberadaan bakteri-bakteri tersebut dalam air. Tulisan ini akan membahas tentang mengapa bakteri-bakteri tersebut diuji sebagai indikator air minum dan apa arti keberadaan bakteri-bakteri tersebut di dalam air minum maupun makanan Bakteri Indikator Sanitasi, Escherichia coli dan Coliform Dalam bidang mikrobiologi pangan, dikenal istilah bakteri indikator sanitasi. Dalam hal ini pengertian pangan adalah pangan seperti yang tercantum pada Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 yang mencakup makanan dan minuman (termasuk air minum). Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia. Mengapa demikian? Karena bakteri-bakteri indikator sanitasi tersebut pada umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan tersebut pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lainnya yang berbahaya. Apa sajakah bakteri indikator sanitasi? Sampai saat ini ada 3 jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi yaitu Escherichia coli , kelompok Streptococcus ( Enterococcus ) fekal dan Clostridium perfringens . Clostridium perfringens adalah bakteri Gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia. Meskipun demikian, bakteri ini jarang digunakan sebagai indikator sanitasi karena metode pengujiannya kurang spesifik, kadang-kadang ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya) dan karena bakteri ini termasuk patogen asal pangan ( foodborne pathogens ) penyebab keracunan maka pengujiannya membahayakan.

Kelompok Streptococci fekal merupakan bakteri Gram positif bukan pembentuk spora yang ditemukan dalam usus manusia. Akan tetapi Streptococci fekal relatif tidak banyak diujikan sebagai indikator sanitasi karena beberapa spesiesnya ditemukan di luar usus manusia (S. equinus pada usus kuda, S. bovis pada sapi) dank korelasinya dengan terdapatnya patogen tidak dianggap bagus. Meskipun demikian bakteri ini baik digunakan sebagai indikator sanitasi apabila jarak pengambilan sampel dan laboratorium pengujian cukup jauh karena relatif lebih tahan berada di dalam air ketimbang Escherichia coli . Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah E. coli , karena bakteri ini adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya bukan patogen penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan. E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang merupakan flora normal di usus. Meskipun demikian, beberapa jenis E. coli dapat bersifat patogen, yaitu serotipe-serotipe yang masuk dalam golongan E. coli Enteropatogenik, E.coli Enteroinvasif, E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karenanya standar air minum mensyaratkan E. coli harus absen dalam 100 ml. Berbagai cara pengujian E. coli telah dikembangkan, tetapi analisis konvensional yang masih banyak dipraktekkan adalah dengan 4 tahap analisis yang memerlukan waktu 5-7 hari. Empat tahap analisis tersebut adalah Uji Pendugaan dengan metode MPN ( most probable number ), Uji penguat pada medium selektif, Uji lengkap dengan medium lactose broth, serta Uji Identifikasi dengan melakukan reaksi IMViC (indol, methyl red, Vogues-Praskauer, dan citrate). Jadi untuk dapat menyimpulkan E. coli berada pada air atau makanan diperlukan seluruh tahapan pengujian di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang diperoleh untuk memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji serologi. Meskipun demikian, beberapa serotipe patogen tertentu seperti O157:H7 yang ganas tidak dapat diuji langsung dengan pengujian 4 tahap ini dan memerlukan pendekatan analisis khusus sejak awal. Karena uji E. coli yang kompleks, maka beberapa standar, misalnya Standar Nasional Indonesia (SNI), mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Apakah yang dimaksud dengan Coliform ? Coliform adalah kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang yang pada umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Salah satu anggota kelompok coliform adalah E. coli dan karena E. coli adalah bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia maka E. coli sering disebut sebagai coliform fekal. Pengujian koliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E. coli , karena hanya memerlukan Uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E coli 4 tahap di atas. Apa artinya jika terdapat coliform dalam air minum atau makanan? Artinya ada kemungkinan air atau makanan itu mengandung E. coli , tetapi mungkin juga tidak mengandung E. coli karena bakteri-bakteri bukan patogen dan bukan asal usus dari genus Enterobacter dan beberapa Klebsiella juga menghasilkan uji koliform positif. Jika ingin diketahui apakah coliform tersebut merupakan coliform fekal atau E. coli maka uji tersebut dapat dilanjutkan dengan uji 4 tahap di atas. Akan tetapi jika uji penduga tidak menunjukkan adanya coliform, maka tidak perlu dilakukan uji 4 tahap di atas. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat

perbedaan persyaratan coliform dani E. coli . Air untuk kolam renang misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2.4 x 10 3 , tetapi syarat E. coli tentunya lebih ketat yaitu < 1 x 10 3 dalam 100 ml. Salmonella dalam air minum atau makanan Salmonella adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang bukan pembentuk spora yang terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat patogen baik pada manusia atau hewan. Bakteri ini bukan indikator sanitasi , melainkan bakteri indikator keamanan pangan . Artinya, karena semua serotipe Salmonella yang diketahui di dunia ini bersifat patogen maka adanya bakteri ini dalam air atau makanan dianggap membahayakan kesehatan. Oleh karena itu berbagai standar air minum maupun makanan siap santap mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam 100 ml air minum atau 25 gram sampel makanan. Pengujian Salmonella juga memerlukan tahapan yang cukup panjang dan hanya dengan pengujian lengkap maka seseorang bisa menyimpulkan keberadaan Salmonella . Uji Salmonella umumnya didahului dengan tahap pre-enrichment pada medium kaya untuk meyembuhkan sel Salmonella yang luka ( injured ) , selective-enrichment (pengkayaan selektif) pada media selektif untuk menghalau bakteri-bakteri non Salmonella , tahap isolasi pada beberapa media selektif dan tahap identifikasi berdasarkan reaksi-reaksi biokimia pada media identifikasi dan konfirmasi serologi atau biokimiawi yang menetapkan apakah bakteri tersebut benar-benar Salmonella atau bukan. Penutup Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat serta sitem informasi maka meningkat pula awareness masyarakat tentang mutu dan keamanan pangan termasuk air minum. Salah satu indikator mutu dan keamanan yang lazim digunakan adalah bahaya mikrobiologi yang jenis dan jumlahnya dalam makanan atau minuman dapat menentukan mutu dan keamanannya. Oleh karena itu perlu diperhatikan pengujian jenis bakteri yang relevan dan metode pengujian yang terjamin mutunya sehingga hasil pengujian dapat dipertanggungjawabkan kepada khalayak. Ratih Dewanti-Hariyadi, PhD adalah staf pengajar dan kepala laboratorium Mikrobiologi Pangan, Jurusan Teknologi pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Standar Kualitas Air di Perairan Umum ( Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 ) Kadar Maksimum No Parameter Satuan Golonga Golonga Golonga Golong nA nB nC an D

FISIKA 1 2 Bau Jumlah zat padat Mg/L 1000 1000 1000 1000

terlarut 3 4 5 6 7 Kekeruhan Rasa Warna Suhu Daya Hantar Listrik Skala NTU 5 Skala TCU 15
o

Suhu udara 2250

Umhos/cm

KIMIA anorganik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Air raksa Aluminium Arsen Barium Besi Florida Kadmium Kesadahan CaCO3 Klorida Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt 0.001 0.2 0.005 1 0.3 0.5 0.005 500 250 0.005 0.1 200 10 1.0 0.05 6.5 - 8.5 5 - 9 Mg/lt Mg/lt Mg/lt 0.01 5 0.1 0.01 5 0.1 69 0.05 0.02 0.02 59 0.05 2 10 1 0.06 600 0.05 0.5 0.003 0.05 1 2 60 0.001 0.05 1 5 1.5 0.01 1.5 0.01 0.01 1 1 0.002 0.005

10 Kromium valensi 6 11 Mangan 12 Natriun 13 Nitrat sebagai N 14 Nitrit sebagai N 15 Perak 16 .pH 17 Selenium 18 Seng 19 Sianida

20 Sulfat 21 Sulfida sebagao H2S 22 Tembaga 23 Timbal 24 Oksigen terlarut (DO) 25 Nikel 26 SAR (Sodium Absortion Ratio)

Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt

400 0.05 1.0 0.05 -

400 0.1 1 0.01 >=6 0.002 0.02 0.03 >3 0.5 1.5 2.5 0.1 1

Kimia Organik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aldrin dan dieldrin Benzona Benzo (a) Pyrene Chlordane (total isomer) Chlordane 2,4 D DDT Detergent 1,2 Dichloroethane Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt 0.0007 0.01 0.00001 0.0003 0.03 0.10 0.03 0.5 0.01 0.0003 0.003 0.00001 0.004 0.03 0.01 0.1 0.056 0.035 0.018 0.042 0.002 0.003 0.017

10 1,1 Dichloroethane 11 Heptachlor heptachlor epoxide 12 Hexachlorobenzene 13 Lindane 14 Metoxychlor 15 Pentachlorophenol 16 Pestisida total

17 2,4,6 Trichlorophenol 18 Zat Organik (KMnO4) 19 Endrin 20 Fenol

Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt

0.01 10 0.001 0.002 0.05 Nihil 0.1 Nihil 0.5 0.005 0.21 0.2 1 0.1 0.004 0.001

21 Karbon kloroform ekstrak Mg/lt 22 Minyak dan lemak 23 Organofosfat dan carbanat 24 PCD 25 Senyawa aktif biru metilen 26 Toxaphene 27 BHC Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt

Mikrobiologik 1 2 Koliform tinja Total koliform Jml/100 0 ml Jml/100 3 ml 2000 10000

Radioaktivitas 1 2 Gross Alpha activity Gross Beta activity Bq/L Bq/L 0.1 1.0 0.1 1.0 0.1 1.0 0.1 1.0

Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

MEDIA INFORMASI IKAN HIAS DAN TANAMAN AIR Pastikan Aquarium Anda Indah dan Sehat

forum diskusi

direktori

koleksi hobiis

profil hobiis

online store

UTAMA Tentang O-Fish Kualitas Air Hama/Penyakit Filter Akuarium/Tank Direktori Ikan dan Tanaman Umum dan Spesies Pakan Ikan Aquascaping Berrbagai Masalah dan Pemecahannya O-Fish Home SPECIAL VIEW Akuarium Laut Arwana Cupang Hias DIscus Dunia Cichlid Lobster Air Tawar Louhan Maskoki Info Karantina Info Perundangan ARTIKEL TERBARU Jamur pada Telur (updated) Perbanyakan Tanaman Bak Overflow (updated) Lepidocepalus thermalis Aplocheilus Panchax Protein Skimmer Busuk Sirip Kutu Jarum

KUALITAS AIR
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Dalam lingkup akuarium, kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan atau cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk menunjang kehidupan ikan dan kondisi ekosistem yang memadai. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan "subur" justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa tewas. Ikan telah berevolusi selama jutaan tahun pada kondisi lingkungan yang stabil. Oleh karena itu, dalam lingkungan alamiahnya mereka tidak perlu beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang terjadi. Bahkan kondisi lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu untuk menjaga terjadinya perubahan mendadak. Sedangkan pada lingkungan akuarium, sebagai sebuah sistem tertutup, perubahan mandadak dan drastis terhadap parameter air kerap terjadi (seperti suhu, pH, kandungan amonia dll), sehingga akan menyebabkan ikan stres dan tidak jarang menyebabkan kematian. Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah:

PARAMETER AIR
Kesadahan (GH/KH) Kemasaman (pH) Karbon Dioksida (CO2) Temperatur Salinitas Kualitas Air

Rendah kadar amonia dan nitrit Bersih secara kimiawi Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai Rendah kadar cemaran organik, dan Stabil

Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ikan yang dipelihara akan mampu mememilhara dirinya sendiri, terbebas dari berbagai penyakit, dan dapat berkembang biak dengan baik.
Kisaran Normal Kualitas Air Amonia untuk Akuarium Air Tawar

Nitrit Karbon dioksida Oksigen pH< KH (CaCO3) GH (CaCO3)

<0.012 ppm <0.2 ppm 0 - 10 ppm 3 ppm 6.5 - 9.0 ppm >20 ppm >20 ppm

Beberapa Bahan Cemaran


Cemaran pada air akuarium bisa berasal dari berbagai sumber, yaitu; berasal dari sumber air yang digunakan, dari lapukan dekorasi asesori akuarium, cat, lem dll, dan juga berasal dari binatang dan tanaman akuarium itu sendiri. Beberapa bahan cemaran yang biasa dijumpai pada sumber air adalah: Tembaga (copper): bahan ini biasa berasal dari pelapukan pipa air minum atau bisa juga berasal dari kontaminan alamiah. Nitrat atau fosfat: kedua bahan ini pada umumnya berasal dari "bocoran" kegiatan pemupukan pada pertanian intensif yang kemudian mencemari sumber-sumber air setempat. Klorin: pada air minum bahan ini biasa ditambahkan sebagai pembunuh bakteri Kloramin : biasa ditambahkan pada proses pemurnian air minum Pestisida : biasanya merupakan residu kegiatan pertanian intensif yang sering menggunakan pestisida untuk membasmi hama dan penyakit tanaman.

Selain cemaran diatas, sering dijumpai bahan-bahan terlarut yang berasal dari hasil pelapukan batuan yang dilewati oleh air dalam perjalanannya. Bahan yang

terkandung akan sangat tergantung pada kondisi geologi daerah yang bersangkutan. Berapa unsur yang mungkin dijumpai adalah kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), dan logam-logam berat, seperti besi (Fe), aluminium(Al), mangan (Mn) , seng (Zn), tembaga (Cu), dan timah hitam (Pb). Ca dan Mg dalam lingkup akuarium tercermin pada kondisi kesadahan, sedangkan Na tercermin pada salinitas. Kadar logam berat tinggi diketahui dapat merusak jaringan ikan sehingga menyebabkan kematian. Meskipun demikian kebanyakan kasus akibat logam berat justru terjadi pada ingkat kontaminasi logam berat rendah. Kadar logam berat dapat mempengaruhi berbagai perilaku ikan, seperti perilaku berenang, makan dan kawin. Urutan tingkat racun bebagai logam berat terhdap ikan adalah: Hg>Cu>Pb>Cd>Al>Zn>Ni>Cr>Co>Mn, sedangkan kadar standar baku mutu logam berat bagi ikan adalah (dalam ppm):
Cadmium (Cd) Chromium (Cr) Tembaga (Cu) Timah hitam (Pb) Air raksa (Hg) Seng (Zn) : 0.01 : 0.05 : 0.02 : 0.1 : 0.01

: 0.1
Kecuali disebutkan dengan jelas, seluruh tulisan, gambar, ilustrasi dan foto pada situs web ini dibuat oleh Wahyu Purwakusuma. Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian isi situs ini dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari O-Fish.com

Copyright 2002-2011 O-FISH. All Rights Reserved

http://www.o-fish.com/Air/kualitas_air.php Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi. Lactose Broth Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (preenrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.

aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air. Nutrient Agar Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan. Nutrient Broth Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut. 1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades. 2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama. 3.Atur pH sampai 7,0. 4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml. 5.Sterilisasi dengan autoklaf. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar) MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus

dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung: 1.Protein dari kasein 10 g/L 2.Ekstrak daging 8,0 g/L 3.Ekstrak ragi 4,0 g/L 4.D (+) glukosa 20 g/L 5.Magnesium sulfat 0,2 g/L 6.Agar-agar 14 g/L 7.dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L 8.Tween 80 1,0 g/L 9.Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L 10.Natrium asetat 5 g/L 11.Mangan sulfat 0,04 g/L MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth. Dari enidchemicals.com Trypticase Soy Broth (TSB) TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH. Plate Count Agar (PCA) PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. APDA Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan ekstrak

kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat. Potato Dextrose Agar (PDA) PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121C selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu 40-45C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2. VRBA (Violet Red Bile Agar) VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl, empedu, glukosa, neutral red, kristal violet, agar). Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan hingga 50-60C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4. Campuran garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast ekstrak menyediakan vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar merupakan agen pemadat. PGYA Media ini berfungsi untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Dengan adanya dekstrosa yang terkandung dalam media ini, PGYA dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba terutama sel khamir. Untuk membuatnya, semua bahan dicampur dengan ditambah CaCO3 terlebih dahulu sebanyak 0,5 g lalu dilarutkan dengan akuades. Kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer dan disumbat dengan kapas lalu disterilisasi pada suhu 121C selama 15 menit. Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam mikrobiologi. Lactose Broth Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-

enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk koliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, danSalmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air. Nutrient Agar Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan. Nutrient Broth Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai

berikut. 1.Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades. 2.Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama. 3.Atur pH sampai 7,0. 4.Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml. 5.Sterilisasi dengan autoklaf. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar) MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung: 1.Protein dari kasein 10 g/L 2.Ekstrak daging 8,0 g/L 3.Ekstrak ragi 4,0 g/L 4.D (+) glukosa 20 g/L 5.Magnesium sulfat 0,2 g/L 6.Agar-agar 14 g/L 7.dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L 8.Tween 80 1,0 g/L 9.Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L 10.Natrium asetat 5 g/L 11.Mangan sulfat 0,04 g/L MRSB merupakan media yang serupa dengan MRSA yang berbentuk cair/broth. Dari enidchemicals.com Trypticase Soy Broth (TSB) TSB adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH. Plate Count Agar (PCA) PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121C). Media PCA ini

baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. APDA Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat. Potato Dextrose Agar (PDA) PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121C selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu 40-45C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2. VRBA (Violet Red Bile Agar) VRBA dapat digunakan untuk perhitungan kelompok bakteri Enterobactericeae. Agar VRBA mengandung violet kristal yang bersifat basa, sedangkan sel mikroba bersifat asam. Bila kondisi terlalu basa maka sel akan mati. Dengan VRBA dapat dihitung jumlah bakteri E.coli. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat VRBA adalah yeast ekstrak, pepton, NaCl, empedu, glukosa, neutral red, kristal violet, agar). Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan 1 liter air yang telah didestilasi. Panaskan hingga mendidih sampai larut sempurna. Dinginkan hingga 50-60C. Pindahkan dalam tabung sesuai kebutuhan, pH akhir adalah 7,4. Campuran garam bile dan kristal violet menghambat bakteri gram positif. Yeast ekstrak menyediakan vitamin B-kompleks yang mendukung pertumbuhan bakteri. Laktosa merupakan sumber karbohidrat. Neutral red sebagai indikator pH. Agar merupakan agen pemadat. PGYA Media ini berfungsi untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Dengan adanya dekstrosa yang terkandung dalam media ini, PGYA dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba terutama sel khamir. Untuk membuatnya, semua bahan dicampur dengan ditambah CaCO3 terlebih dahulu sebanyak 0,5 g lalu dilarutkan dengan akuades. Kemudian dimasukkan dalam

erlenmeyer dan disumbat dengan kapas lalu disterilisasi pada suhu 121C selama 15 menit.

Sebelumnya: Yogurt Selanjutnya : Susu Kambing

BAB VIII

ANALISIS KUANTITATIF MIKROBIOLOGI PADA BAHAN PANGAN

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Perhitungan massa sel secara langsung maupun tidak langsung jarang digunakan dalam uji mikrobiologi bahan pangan, tetapi sering digunakan untuk mengukur pertumbuhan sel selama proses fermentasi. Dalam perhitungan massa sel secara langsung, jumlah sel jasad renik dapat dihitung jika medium pertumbuhannya tidak mengganggu pengukuran. Sebagai contoh, dalam metode volumetrik dan gravimetrik, pengukuran volume dan berat sel dilakukan dengan terlebih dahulu menyaring sel-sel jasad renik. Oleh karena itu, jika substrat tempat tumbuhnya banyak mengandung padatan, misalnya bahan pangan, sel jasad renik tidak dapat diukur menggunakan metode volumetrik, gravimetrik, maupun turbidimetri. Perhitungan massa sel secara tidak langsung sering digunakan dalam mengamati pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat atau bahan yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti. A. Hitungan Mikroskopik a. Metode Breed Hitungan mikroskopik dengan metode Breed sering digunakan untuk menganalisis susu yang mengandung bakteri dalam jumlah tinggi, misalnya susu yang diperoleh dari sapi yang terkena mastitis yaitu suatu penyakit infeksi yang

menyerang kelenjar susu sapi. Cara ini merupakan suatu cara cepat, yaitu menghitung bakteri secara langsung menggunakan mikroskop. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat diakukan terhadap susu yang telah dipasteurisasi karena secara mikroskopik tidak dapat dibedakan antara sel-sel bakteri yang masih hidup atau yang telah mati karena perlakuan pasteurisasi. Dalam metode ini, luas areal pandang (field) mikroskop yang akan digunakan harus dihitung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter areal pandang menggunakan mikrometer yang dilihat melalui lensa minyak imersi. Untuk menghitung jumlah bakteri di dalam susu, sebanyak 0.01 ml susu dipipet dengan pipet Breed dan disebarkan di atas gelas objek sehingga mencapai luas 1 cm2, kemudian didiamkan sampai kering, difiksasi, dan diwarnai dengan biru metilen. Rata-rata jumlah bakteri per areal pandang mikroskop ditentukan setelah mengamati 10 sampai 60 kali areal pandang, tergantung dari jumlah bakteri per areal pandang. Sel-sel yang mengumpul dalam kelompok, dihitung jumlah sel yang terdapat di dalam kelompok tersebut, tetapi jika tidak mungkin dapat dihitung sebagai satu kelompok. Hasil perhitungan berdasarkan jumlah kelompok bakteri biasanya lebih mendekati hasil perhitungan jumlah bakteri menggunakan agar cawan. Pada sapi yang terserang mastitis, susunya biasanya mengandung sel-sel darah putih dalam jumlah tinggi. Setelah pewarnaan dengan biru metilen, sel-sel darah putih akan terlihat sebagai sel yang bulat atau berbentuk tidak teratur, berwarna biru dengan ukuran lebih besar daripada bakteri. Mikrometer yang digunakan adalah mikrometer gelas objek yang mempunyai skala terkecil 0.01 mm. Areal pandang mikroskop biasanya mempunyai ukuran 14-16 skala atau 0.14-0.16 mm. Beberapa mikroskop mungkin mempunyai ukuran diameter areal pandang lebih dari 0.18 mm. Luas areal pandang mikroskop = Di mana r = jari-jari (mm) areal pandang mikroskop. Karena contoh susu yang disebarkan pada gelas objek seluas 1 cm2 adalah 0.01 ml, maka: Jumlah susu per arealpandang mikroskop = x 0.01 ml

Dengan kata lain, untuk mendapatkan 1 ml contoh susu dapat diperoleh dari 10.000/r2 kali areal pandang mikroskop. Angka 10.000/r2 juga faktor mikroskopik (FM), dan digunakan untuk mengubah jumlah bakteri per areal pandang mikroskop menjadi jumlah bakteri per ml. Jumlah bakteri per ml = x jumlah bakteri per areal pandang

Jumlah bakteri per areal pandang dihitung dari rata-rata pengamatan areal pandang. Jumlah areal pandang yang harus diamati tergantung dari jumlah rata-rata bakteri per areal pandang, dan ditentukan sebagai berikut: Jumlah rata-rata bakteri per areal pandang < 0.5 0.5 1 1 - 10 10 30 >30 Jumlah areal pandang yang harus diamati 50 25 10 5 TBUD

b. Metode Petroff-Hausser Dalam metode Petroff-Hausser, hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0.04 mm2, dan setiap kotak besar terdiri dari 16 kotak kecil. Tinggi contoh yang terletak di antara gelas objek dengan gelas penutup adalah 0.02 mm. Jumlah sel dalam beberapa kotak besar dihitung, kemudian dihitung jumlah sel rata-rata dalam satu kotak besar. Hitungan mikroskopik merupakan metode yang cepat dan murah, tetapi mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: 1. Sel-sel yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel-sel hidup. Oleh karena itu, keduanya akan terhitung. 2. Sel-sel yang berukuran sangat kecil sukar dilihat di bawah mikroskop, sehingga kadang-kadang tidak terhitung.

3. Untuk mempertinggi ketelitian, jumlah sel di dalam suspensi harus cukup tinggi, misalnya untuk bakteri minimal 106 sel/ml. Hal ini disebabkan dalam setiap bidang pandang yang diamati harus terdapat sejumlah sel yang dapat dihitung. 4. Tidak dapat digunakan untuk menghitung sel jasad renik di dalam bahan pangan yang banyak mengandung debris atau ekstrak makanan, karena hal ini akan mengganggu dalam perhitungan sel. 2. Hitungan Cawan Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik karena beberapa hal yaitu: a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung. b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus. c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik. Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode hitungan cawan juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut: a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni. b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda. c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar. d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung. Dalam metode hitungan cawan, bahan pangan yang diperkirakan

mengandung lebih dari 300 sel jasad renik per ml atau per gram atau per cm jika

pengambilan

contoh

dilakukan

pada

permukaan,

memerlukan

perlakuan

pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30 sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya, atau 1:100, 1:10 000, 1:1000 000 dan seterusnya. larutan Ringer. Cara pemupukan dalam metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu metode tuang dan metode permukaan (surface/spreadplate). Dalam metode tuang, sejumlah contoh (1 ml atau 0.1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar cair steril yang telah didinginkan (47-50C) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya contoh menyebar rata. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian sebanyak 0.1 ml contoh yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut, dan diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril. Jumlah koloni dalam contoh dapat dihitung sebagai berikut: Koloni per ml atau per gram = jumlah koloni per cawan x 1/FP Dimana FP = faktor pengenceran Faktor Pengenceran Untuk melaporkan hasil analisis mikrobiologi dengan cara hitungan cawan digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Counts (SPC) sebagai berikut: a. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 dan 300. b. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang besar di mana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni. c. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Dalam SPC ditentukan cara pelaporan dan perhitungan koloni sebagai berikut: Larutan yang digunakan untuk pengenceran dapat berupa larutan bufer fosfat, 0.85% NaCl, atau

a. Hasil yang diaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama (satuan) dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. Sebagai contoh, 1.7 x 103 unit koloni/ml atau 2.0 x 106 unit koloni/gr. b. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung. yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung. c. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung. d. Jika pada cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan jumlah antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sarna dengan dua, dilaporkan ratarata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil. e. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kedua cawan duplo dengan koloni di antara 30 dan 300. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah yang Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besamya pengenceran, tetapi jumlah

3. Metode MPN (Most Probable Number) Berbeda dengan metode hitungan cawan dimana digunakan medium padat, dalam metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada

posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak. Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik, beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian, setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negatif. Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Grup jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan. Dalam metode MPN, dari setiap pengenceran dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga seri tabung atau lima seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang ditumbuhi jasad renik yang dapat ditandai dengan timbulnya kekeruhan. Misalnya pada pengenceran pertama ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan positif, pada pengenceran kedua dua tabung positif, pada pengenceran ketiga satu tabung positif, dan pada pengenceran terakhir tidak ada tabung yang positif. Kombinasinya menjadi 3, 2, 1, 0, dan jika diambil tiga pengenceran yang pertama kombinasinya akan menjadi 3, 2, 1. Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan Tabel MPN dan nilai MPN contoh dapat dihitung sebagai berikut : MPN contoh = Nilai MPN dari tabel x 1/pengenceran tabung tengah Pengenceran Tabung Tengah Tabel yang digunakan untuk menentukan niIai MPN dari tiga seri tabung berbeda dengan tabel untuk lima seri tabung. Kombinasi yang dipilih dimulai dari

pengenceran tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung positif, sedangkan pada pengenceran yang berikutnya ada tabung yang negatif. Kombinasi yang diambil terdin dari tiga pengenceran. Jika pada pengenceran yang keempat atau seterusnya masih ditemukan tabung yang hasilnya positif, maka jumlah tabung yang positif tersebut harus ditambahkan pada angka kombinasi yang ketiga sampai mencapai jumlah maksimum. Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik tertentu yang terdapat diantara campuran jasad renik lainnya. Sebagai contoh, jika digunakan Lactose Broth maka adanya bakteri yang dapat menfermentasi laktosa ditunjukkan dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Cara ini biasa digunakan untuk menentukan MPN koliform terhadap air atau minuman karena bakteri koliform termasuk bakteri yang dapat menfermentasi laktosa. B. Metode Hitungan Tidak Langsung Salah satu cara untuk menghitung jumlah sel di dalam suatu bahan secara tidak langsung adalah dengan uji biru metilen yang biasanya dilakukan terhadap susu, dan dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri di dalam susu. Dalam uji ini ditambahkan sejumlah biru metilen ke dalam susu, kemudian diamati kemampuan bakteri di dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang terlarut, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Akibatnya, biru metilen yang ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen. Waktu reduksi, yaitu perubahan warna biru menjadi putih, dianggap selesai jika kira-kira empat per lima dari contoh susu yang terdapat di dalam tabung (sebanyak 10 ml) telah berwarna putih. Semakin tinggi jumlah bakteri di dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna dan biru menjadi putih. Metode biru metilen merupakan cara yang lebih cepat dibandingkan dengan metode hitungan cawan, dan lebih teliti karena bakteri yang terdapat dalam keadaan berkelompok di mana dalam metode hitungan cawan dihitung sebagai satu koloni, dalam metode BM hal ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan jumlah bakteri. Kelemahan metode BM adalah karena cara ini tidak praktis dilakukan terhadap susu yang mengandung bakteri hidup dalam jumlah sedikit, misalnya susu

yang telah mengalami pasteurisasi, dimana dibutuhkan waktu yang lama sekali untuk mereduksi biru metilen. Kelemahan lainnya adalah karena dalam uji biru metilen diperlukan waktu pengamatan yang terus-menerus, yaitu paling sedikit selama enam jam. Dengan metode. ini juga tidak dapat dibedakan jenis bakteri yang terdapat di dalam susu, misalnya bakteri gram positif atau negatif, pembentuk spora, khamir, dan sebagainya. C. Penentuan Jumlah Bakteri Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara perhitungan koloni pada lempeng pembiakan (place count). diadakan perhitungan langsung secara mikroskopis. 1. Cara Perhitungan pada lempeng pembiakan a. Bahan pemeriksaan diencerkan seperlunya b. Suatu volum tertentu dimasukkan ke dalam pinggan petri steril, kemudian dituang dengan medium pembiakan padat campuran dibiarkan membeku c. Penghitungan koloni dilakukan setelah pengeraman pada suhu yang sesuai. Oleh karena satu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volum pengenceran yang digunakan. Cara ini disebut juga metode perhitungan bakteri hidup atau metode perhitungan koloni. Cara lain yang hampir sama adalah sebagai berikut: a. 0.1 sampai 1 ml bahan pemeriksaan dicampur dengan medium pembiakan agar yang telah dicairkan dan didinginkan sampai suhu tidak lebih dari 45C. b. Setelah dikocok, campuran itu dituang ke dalam pinggan petri steril, kemudian dibekukan, selanjutnya dieramkan. Dalam hal ini bahan pemeriksaan harus diencerkan untuk menghindarkan jumlah koloni terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung. Hasil perhitungan yang dapat diandalkan adalah antara 30-300 koloni pada tiap lempeng pembiakan. 2. Cara menghitung langsung (metode kaca objek) yang telah dicairkan dan Setelah dicampur rata didinginkan sampai suhu tidak lebih dari 45C. Disamping itu dapat

Cara ini pada mulanya dilakukan dengan pemeriksaan bakteri yang terdapat dalam air susu, tetapi dapat digunakan untk penelitian lain. Dengan cara ini yang terhitung adalah baik bakteri hidup maupun yang mati, sehingga dengan cara ini tidak diketahui berapa jumlah bakteri hidup, tetapi pengerjaannya lebih cepat. a. Metode bilik hitung Untuk keperluan ini dapat digunakan bilik hitung Helber, yaitu suatu kaca objek setebal 2-3 mm dengan ditengahnya terdapat suatu daerah yang disebut lantai bilik yang berada 0,02 m di bawah permukaan kaca objek. Daerah ini dilingkari oleh parit. Permukaan kaca objek diasah sedemikian rupa, sehingga bila kaca penutup diletakkan di atas lantai bilik, terdapat ruangan antara lantai dan kaca penutup yang sama tingginya. Pada lantai bilik terdapat suatu daerah berkotak seluas 1 mm2 yang dibagi dalam 400 kotak persegi, masing-masing seluas 0,0025 mm2. Volume ruang di atas tiap kotak adalah 0,02 x0,0025 mm3, yaitu 0,00000005 ml. Suspensi yang akan dihitung ditambah dengan beberapa tetes formalin. Suspensi ini diencerkan sedemikian rupa, sehingga bila di masukkan ke dalam bilik hitung itu hanya akan terdapat lima atau sepuluh organisme dalam tiap kotak. Cairan pengencer yang terbaik adalah pepton 0,1 persen yang mengandung 0,1 persen dan 0,1 persen metilen biru (zat warna ini tidak diperlukan bila diperiksa dengan fase kontras atau lapangan gelap). Larutan yang digunakan harus disaring sebelum dipakai. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: a) Satu ose suspensi diletakkan pada daerah berkotak dan diataranya diletakkan kaca penutup yang bersih. Volum suspensi seharusnya hanya untuk mengisi ruang antara lantai bilik dengan kaca penutup, jangan sampai ada cairan yang mengalir ke dalam parit. b) Pemeriksaan dilakukan dengan lensa 4 mm. Untuk perhitungan dipilih 50-100 kotak secara acak, sehingga jumlah hitungan mencapai kira-kira 500. Setelah dibagi oleh jumlah kotak, diperoleh jumlah rata-rata oraganisme untuk tiap kotak. Kemudian dikalikan dengan faktor pengenceran. b. Metode Ukur Kekeruhan Metode ini mengguanakan tabung-tabung dengan supensi dari berbagai derajat kekeruhan (menurut Brown). Tiap derajat tersebut dengan tingkat kekeruhan eqivalen dengan jumlah tertentu per mililiter. Suspensi bakteri yang ingin diperiksa

jumlahnya dibandingkan kekeruhannya dalam tabung yaitu dengan ukuran yang sama dengan kekeruhan tabung Brown yang telah dibakukan dan jumlah organismenya dapat dilihat pada tabel derajat kekeruhan baku. Suspensi yang diperiksa bila perlu harus diencerkan.

c. Metode Turbidimetri Pada metode ini penghitungan didasarkan pada kenyataan bahwa suatu populasi atau kelompok sel-sel dalam medium cair menyerap atau menyebarkan cahaya yang sebanding dengan derajat kekeruhan medium itu. Pada turbidimetri yang diukur adalah persentase absorpsi cahaya, dan pada nefelometri diukur adalah refleksi sinar cahaya. d. Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) Jumlah perkiraan terdekat pada perhitungan bakteri didasarkan atas asumsi bahwa bakteri tersebar normal dalam medium cair, yang berarti bila diambil berulang-ulang sampel dengan takaran yang sama dari suatu sumber dapat diharapkan mengandung jumlah rata-rata yang sama, biarpun antara sampel yang satu sedikit lebih atau kurang daripada yang lain. Jumlah rata-rata ini adalah jumlah perkiraan terdekat (most probable number). sampel akan mendekati rata-rata. relatif lebih besar. Bila suatu cairan mengandung 100 organisme per 100 ml, maka sampelsampel 10 ml akan mengandung rata-rata masing-masing 10 organisme. Beberapa diantara sampel-sampel itu dapat mengandung lebih atau kurang, tetapi tidak mungkin ada sampel yang tidak mengandung bakteri sama sekali. Bila sampelsampel ini ditanam dalam medium pembiakan, tiap sampel dapat diharapkan akan memperlihatkan pertumbuhan. Demikian pula sampel-sampel 1 ml akan mengandung rata-rata masingmasing satu organisme. Beberapa di antaranya mungkin mengandung dua atau tiga, sedang ada sampel yang tidak mengandung bakteri. Oleh karena itu bila Jika jumlah organisme besar, perbadaan jumlah antara sampel akan menjadi kecil, hasil hitungan masing-masing Bila jumlah organisme kecil perbedaan akan

sampel-sampel

ini

ditanam

dalam

medium

pembiakan,

sebagian

tidak

memperlihatkan ada pertumbuhan. Sampel-sampel 0,1 ml dapat diharapkan mengandung hanya satu organisme di antara sepuluh sampel, dan bila ditanam kebanyakan tidak memperlihatkan pertumbuhan. Untuk mengetahui jumlah bakteri hidup dalam sampel dapat dihitung jumlah perkiraan terdekat organisme per 100 ml untuk tiap kombinasi seri sampel semacam itu. Untuk keperluan ini disediakan tabel-tabel untuk sampel-sampel 10 ml, 1 ml, 0,1 ml dengan menggunakan tiga atau lima tabung dari masing-masing sampel. Untuk pemeriksaan air digunakan satu tabung 50 ml, lima dari 10 ml dan lima dari 1 ml. Teknik ini terutama digunakan untuk menaksir jumlah bakteri coliform, tetapi dapat digunakan juga untuk hampir setiap jenis organisme dalam sampel cairan bila pertumbuhan mudah dapat diamati, seperti kekeruhan, pembentukan asam. Cara kerja penentuan jumlah perkiraan terdekat (JPT) adalah sebagai berikut: a. Sampel dikocok yang kuat agar organisme dalam cairan itu tersebar merata, kemudian diambil 10 ml untuk masing-masing tabung yang telah diisi medium pembiakan dua kali lipat. Untuk keperluan ini dapat digunakan tiga atau lima tabung. b. Perlakuan yang sama dilakukan dengan 1 ml dan 0,1 sampel cairan. Untuk pemeriksaan air ditambah dengan percobaan 50 ml air dalam 50 ml bulyon dua kali kuat. c. Pengeraman dilakukan selama 24 - 48 jam. Pengamatan ditunjukkan terhadap pertumbuhan, pembentukan asam dan gas dan lain-lain. Untuk penafsiran JPT dari jumlah hasil positif dari deret tiga atau lima tabung dilahat pada Tabel 10.1. dan 10.2.

Tabel 10.1 Jumlah perkiraan terdekat dalam 100 ml menurut McCrady dengan sistem tiga tabung untuk masing-masing volum 50 ml,10 ml, dan 1 ml

Volume air Banyaknya sampel Jumlah sampel dengan hasil positif (asam+gas)

50 ml 1 0 0 0 0 0

10 ml 5 0 0 0 1 1

1 ml 5 0 1 2 1 2 JPT 0 1 2 1 2

0 0 0 0

1 2 2 2

2 0 1 2 0

3 2 3 4 5

0 2 0 3 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 9 2 7 1 5 0 3 3 6 2 4 1 3 0 1 0 5 1 5

1 1

2 2

0 1

5 7

1 1 1 1 1

2 2 3 3 3

2 3 0 1 2

10 12 8 11 14

1 1 1 1 1

3 3 4 4 4

3 4 0 1 2

18 20 13 17 20

1 1 1

4 4 5

3 4 5 0 1

39 35 40 25 35

1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 180+ 4 100 3 90 2 50

Tabel 10.2 Jumlah perkiraan terdekat dalam 100 ml menurut McCrady dengan sistem lima tabung untuk masing-masing volum 10 ml, 1 ml, 0,1 ml Volum air Banyaknya sampel Jumlah sampel dengan hasil (asam+ gas) 10 ml 5 4 4 4 4 4 1 ml 5 0 0 0 0 1 0,1 ml 5 0 1 2 3 0 JPT 13 17 20 25 17

4 4 4 4 4

1 1 2 2 2

1 2 0 1 2

20 25 20 25 30

4 4 4 4 4

3 3 3 4 4

0 1 2 0 1

25 35 40 35 40

4 4 5 4 5 4 5 1 50 0 40 2 45

4 0 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 3 5 5 5 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0

55

0 1 2 3 4

25 30 45 0 75

0 1 2 3 4

35 45 65 85 116

0 1

60 70

2 3 4 5

80 120 140 175

0 1 2

80 110 140

5 5

3 4

175 200

3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 1900+ 4 1000 3 900 550 1 350 4 5 5 4 5 0 350 425 260 4 4 4 4 5 0 1 2 3 250 130 170 225 275

Soal-soal latihan :

1. Sebutkan beberapa metode analisis kuantitatif mikroba 2. Jelaskan perbedaan prinsip masing-masing metode

3. Pada analisis kuantitatif mikroba dengan metode MPN digunakan kisaran jumlah mikroba yang layak dihitung, yaitu 30 300, jelaskan mengapa demikian ? 4. Suatu percobaan analisis kuantitatif mikroba diperoleh hasil sebagai berikut : Jumlah koloni Per pengenceran 10-2 10-3 104

Standard Plate Count

Keterangan

238 28 1 700 125 10 TBUD TBUD 197 Hitunglah SPC berdasarkan metode MPN dan beri keterangan yang jelas.
http://lecturer.poliupg.ac.id/~fajriyati/E-LEARNING%20MIKROBIOLOGI %20PANGAN/WORD%20html/BAB%20VIII.%20%20ANALISIS%20KUANTITATIF %20MIKROBIOLOGI%20PADA%20BAHAN%20PANGAN.html

Metode MPN
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berbagai mikroba patogen seringkali ditularkan melalui air yang tercemar sehingga menimbulkan penyakit bawaan manusia maupun hewan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai adanya mikroba dalam suatu makanan dan minuman agar dapat dikonsumsi manusia dengan layak sehingga tidak menimbulkan penyakit akibat kontaminasi mikroba dalam makanan dan minuman dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya bakteri Coliform pada makanan dan minuman dengan metode MPN (Most Probable Number). b. Landasan Teori Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat. Dalam praktikum ini suatu bahan makanan/ minuman dengan sampelnya yaitu sirup dilakukan pengenceran secara desimal (10-1), kemudian masing-masing tabung dengan seri 3-3-3 dimasukkan 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml ke dalam tabung yang berisi Lactosa Broth dan tabung Durham. Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung. Setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37C, maka akan dapat dilihat tabung yang positif yaitu tabung yang ditumbuhi mikroba yang dapat ditandai dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Lalu diamati tabung yang terdapat gas/ gelembung dan berwarna keruh sehingga kombinasi tabung yang positif dari uji duga dan uji penegasan dapat dicocokkan

dengan tabel MPN-seri 9 tabung. BAB II PELAKSANAAN a. Alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan bakteri coliform pada makanan dan minuman dengan metode MPN adalah sebagai berikut : 1. Botol contoh steril 2. Cawan Petri steril 3. Pipet ukur 10 ml dan 1 ml steril dan filternya 4. Pembakar Bunsen 5. Inkubator 6. Mikroskop 7. Tabung reaksi 8. Tabung Durham 9. Timbangan Mortal dan pengerus b. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan bakteri coliform pada makanan dan minuman dengan metode MPNadalah sebagai berikut: 1. Sampel makanan dan minuman 2. Media laktosa cair (sudah steril) 3. Media BGLB/BGBL (Briliant Green Bile Lactose Broth) 4. Media EMB (Eosin Methylene Blue Agar) dan EA (sudah steril) 5. Pewarna gas 6. Alkohol 7. Kapas, karet, kertas payung, korek api c. Prosedur Kerja Prosedur kerja dari praktikum pemeriksaan bakteri coliform pada makanan dan minuman dengan metode MPN adalah sebagai berikut : 1. Uji Penduga i. Diaseptiskan tangan, alat dan tempat kerja. ii. Sampel ditimbang sebanyak 10 gram memasukkan ke dalam air pengencer (yang mengandung NaCl fisiologis) 90%. iii. Masukkan pengencer/ Na fisiologis dan Lactosa Broth ke dalam ke-9 tabung reaksi sesuai banyaknya yaitu 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml lalu masukkan tabung Durham. Bungkus masingmasing tabung reaksi dengan pembungkus kayu. iv. Diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37C dan diamati tertangkap tidaknya gas dalam tabung Durham setiap 1 jam sekali. v. Jika terdapat gas atau keruh, maka diduga terdapat Coliform pada tabung. 10 ml 1 ml 0,1 ml Pengencer/ LBDS LBSS LBSS Na Fisiologis 90% Uji Penduga 10 ml 1 ml 0,1 ml BGLBDS BGLBSS BGLBSS 2. Uji Penegasan i. Dasarnya yaitu hasil dari uji penduga yaitu banyaknya larutan dalam tabung reaksi yang terdapat gas/ gelembung yang berjumlah 4 buah. ii. Ambil jarum ose lalu bakar jarum di atas pembakar bunsen sampai membara. Masukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi sampai menyentuh larutan dan angkat. Lalu jarum ose

masukkan ke tabung berisi 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml sirup dengan tabung Durham didalamnya dengan kombinasi 3-3-3. Usahakan tabung dan jarum selalu dekat dengan api agar tetap steril. iii. Masukkan tabung ke dalam inkubator/ diinkubasi selama 2 x 24 jam dan diamati setiap 1 jam. Lalu amati adanya gas/ gelembung yang terdapat dalam tabung Durham. 10 ml 1 ml 0,1 ml BGLBDS BGLBSS BGLBSS d. Tujuan Praktikum pemeriksaan bakteri coliform pada makanan dan minuman dengan metode MPN bertujuan untuk melacak adanya bakteri coliform dalam contoh makanan dan atau minuman. BAB III HASIL PEMERIKSAAN Dari hasil praktikum pemeriksaan bakteri coliform pada makanan dan minuman dengan meode MPN, diperoleh hasil bahwa terdapat tabung dalam setiap tabung sehingga terbentuk kombinasi 3-3-3. Nilai MPN dari tabel MPN 9 tabung adalah 7,2 sehingga diperoleh perhitungan MPN mikroba sebagai berikut : Hasil akhir dari uji penegasan yaitu terdapat, 1 buah tabung reaksi dengan gas/ gelembung di dalam tabung Durham berisi 10 ml, tidak ada gas/ gelembung di dalam tabung Durham berisi 1 ml dan terdapat 1 buah tabung reaksi dengan gas/ gelembung di dalam tabung Durham berisi 0,1 ml. Maka dari tabel MPN dengan hasil akhir 1-0-1 yaitu 7,2 MPN/100 ml. MPN mikroba = = = 7,2 x 103 BAB IV PEMBAHASAN Menurut WHO menyatakan bahwa untuk melakukan monitor terhadap air minum, maka dapat digunakan kemungkinan masuknya mikroba patogen ke dalam feses manusia dan hewan berdarah panas. Ada 3 indikator air minum yang layak untuk diminum, yaitu: 1. Kelompok Coliform APHA merekomendasikan Bacillus coli, Esterichia coli sebagai indikator kontaminasi fecal yang menggunakan laktosa untuk memproduksi asam dan gas atau banyak enzim - D galaktosidase. 2. Fecal Coliform 3. Esterichia coli (Kay and Fricker, 1997). Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut (Fardiaz, 1993). Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel, beberapa tabung yang lainnya mengandung lebih dari satu sel atau tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi, diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negatif. Pada pengenceran pertama kesembilan tabung menghasilkan pertumbuhan positif yaitu dengan seri tabung 3-3-3 pada ukuran 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml menghasilkan 2-1-2 tabung

yang positif ditumbuhi jasad renik dan pada pengenceran kedua, kesembilan tabung menghasilkan 1-0-1 tabung yang positif ditumbuhi jasad renik. Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik tertentu yang terdapat diantara campuran jasad renik lainnya. Sebagai contoh, jika digunakan Lactosa Broth, maka adanya bakteri yang dapat memfermentasi laktosa ditunjukkan dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Cara ini biasa digunakan untuk menentukan MPN koliform terhadap air atau minuman karena bakteri Coliform termasuk bakteri yang dapat menfermentasi laktosa. (Fardiaz, 1992). Dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum digunakan kelompok koliform sebagai indikator. Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji ini diawali dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam lauryl tryptose broth, uji awal ini disebut uji duga (presumtive test). Dalam uji duga, setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa inkubasi diduga mengandung bakteri koliform. Uji dinyatakan positif bila terlihat gas dalam tabung Durham. Tabung yang memperlihatkan gas diuji lebih lanjut dengan uji peneguhan. Untuk uji peneguhan dilakukan untuk meneguhkan bahwa gas yang terbentuk disebabkan oleh kuman koliform dan bukan disebabkan oleh kerja sama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas. Uji peneguhan menggunakan BGLB (Briliant Green Bile Lactose Broth) yang diinokulasikan dengan satu mata ose media yang memperlihatkan hasil positif pada uji duga (Lay, 1994). BAB V PENUTUP 1. MPN standar Coliform menurut Lampiran Surat Keputusan Dirjen POM no: 03726/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimal cemaran mikroba dalam makanan adalah 20 MPN/100 ml. 2. Dibandingkan dengan hasil praktikum yaitu sebesar 7,2 MPN/100 ml, dapat dikatakan sampel minuman (sirup) masih memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi karena kurang dari standar MPN (<20 MPN/100 ml). DAFTAR PUSTAKA Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta ______________. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Lay, W. Bibiana. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Kay, D and Fricker, C. 1997. Coliforms and E. Coli; Problem or Solution? The Royal Society of Chemistry, UK
Bakteri Coliform Posted by: JavAurora on: 3 Juli 2011

In: Ilmiah Comment!

Terbersit juga untuk memposting makna dari bakteri coliform, alasan mendasarnya sich karena beberapa kali muncul pertanyaan akan terminology dari dua kata yang menjadi judul di atas dan ternyata belum banyak yang memahami dengan benar akan hal ini, semoga dengan adanya tulisan ini akan memberikan rujukan tambahan akan makna maupun hal-hal yang terkait dengan istilah ini.

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform, antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri di dalam air minum itu menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain, misalnya, Shigella, yang menyebabkan diare hingga muntaber. Bakteri coliform timbul karena buangan kotoran manusia dan laundry dari rumah tangga yang merembes dari sungai-sungai dan juga disebabkan oleh pencemaran mata air atau air baku, lemahnya sistem filterisasi. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. E. coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Menurut Pelczar & Chan (2008) walaupun E. coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroeritris taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan. Bakteri coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh. E. coli dapat menyebabkan diare dengan metode 1) produksi enterotoksin yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kehilangan cairan dan 2) invasi yang sebenarnya lapisan epitelium dinding usus yang menyebabkan peradangan dan kehilangan cairan. JAKARTA, KOMPAS.com Banyaknya jumlah penderita penyakit menular yang ada di Jakarta ternyata 50 persen disebabkan oleh air bersih. Hasil penelitian dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan menunjukkan, 100 persen sampel air bersih di DKI Jakarta sudah terkontaminasi bakteri coliform. Selain itu, 5-57 persen sampel air minum di DKI Jakarta ditemukan mengandung senyawa kimia.

"Dengan tingginya angka kontaminasi ini, pola hidup bersih dan sehat harus benar-benar dipraktikkan dalam aktivitas sehai-hari," kata Budi Haryanto dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia di Jakarta, Rabu (26/10/2011).
Jika artikel ini bermanfaat bagi anda, silahkan di , Terima Kasih

Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroba. Beberapa golongan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Adapula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Advertisement Faktor lingkungan sangat penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Mikroba memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dapat berupa faktor abiotik (fisikawi maupun kimiawi) dan faktor biotik (meliputi kehidupan aksenik dan adanya asosiasi kehidupan). Faktor abiotik diantaranya temperatur, pH, kebutuhan air, tekanan osmosis dan oksigen molekuler (Suharni, 2009).

Pola Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi.

Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai pernyataan (Pelczar dan Chan, 2006). Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara mikroorganisme ==>>makanan ==>>manusia. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH, dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985). Enzim, sistem transport elektron dan sisem transport nutrien pada membran sel bakteri sangat peka terhadap konsentrasi ion hidrogen (pH). Selama pertumbuhan, mikrobia dapat menyebabkan perubahan pH medium sehingga tidak sesuai lagi untuk pertumbuhan. Oleh karena itu perlu diberi bufer di dalam medium untuk mencegah perubahan pH. Berdasarkan pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikrobia digolongkan ke dalam mikrobia asidofilik, neutrofilik dan mikrobia alkalinofilik. Tiap mikroba mempunyai kisaran pH tertentu untuk pertumbuhannya. Biasanya pH untuk bakteri 6,5-7,5, khamir 4,0-4,5, jamur benang dan aktinomisetes pada pH yang lebih luas 2,0-8,0 (Suharni, 2009).

Penentuan pH optimum Suatu Organisme


Sebagian organisme memiliki rentan pH optimum yang cukup sempit. Penentuan pH optimum untuk setiap species harus ditentukan secara empirik. Sebagian besar organisme (neutrofil) tumbuh baik pada pH 6,0 8,0, meskipun ada pula (asidopil) yang memiliki pH 10,5. Mikroorganisme mengatur pH internalnya terhadap rentang nilai pH eksternalnya yang cukup luas. Organisme asidofil mempertahankan pH internal kira-kira 6,5, dengan pH eksternalnya berkisar antara 1,0 5,0. Organisme neutrofil mempertahankan pH internal kirakira 7,5, dengan pH eksternal sekitar 5,5 8,5 dan organisme alkalofil mempertahankan pH internal kira-kira 9,5 dengan pH eksternal 9,0 11,0. pH internal diatur oleh rangkaian sistem pengangkutan proton berpangkat ATP primer dan penukaran Na+ / H+. Sistem pertukaran K+ / H+ diduga juga ikut mengatur pH internal pada organisme neutrofil (Brooks dkk, 1994). Di antara semua ion, ion H+ dan OH- adalah ion-ion yang paling penting, oleh sebab itu perubahan kadar yang kecil saja sudah menimbulkan pengaruh yang besar. Karena alasan ini adalah amat penting untuk menggunakan nilai pH awal yang optimum dan mempertahankannya sepanjang pertumbuhan. Kebanyakan organisme hidup paling baik, kalu kadar ion H+ dan ion OH- sama (pH=7). Banyak bakteri mengutamakan nilai pH yang lenih tinggi, jadi lingkungan yang basa lemah, seperti misalnya penitrifikasi, Rhizobium, Actinomyceten, bakteri pengurai ureum. Hanya sedikit yang tahan asam atau bahkan asidofil. Cendawan-cendawan mengutamakan nilai pH

rendah; jika media biak dengan berbagai pH ditanam dengan tanah, maka pada pH 5,0 yang berkembang terutama cendawan, sedangkan pada pH 8,0 terutama bakteri (Schlegel, 1994). Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu, mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1985). Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah perusakan agenagen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agenagen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi (Volk dan Wheeler, 1993). Bahan-bahan kimia yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik adalah bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang, sedangkan bakterisidal dan fungisidal adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh bakteri atau kapang. Berbagai logam, asam, halogen, alkohol, fenol, deterjen dan antibiotika mempunyai efek antimikroba yang dipergunakan dalam industri pengolahan bahan pangan atau desinfeksi dan sanitasi alat-alat pengolahan dan ruangan-ruangan pabrik atau kadang-kadang sebagai bahan yang ditambahkan dalam bahan pangan sebagai zat pengawet. Kerja dari bahan-bahan kimia antimikroba ini dapat bersifat khas yaitu hanya efektif pada jenis-jenis mikroorganisme tertentu. Sebagai contoh antibiotika jenis penisilin dan tetrasiklin hanya dapat membunuh bakteri tetapi tidak membunuh khamir atau kapang. Beberapa bahan yang bersifat spektrum luas seperti hipoklorit dapat mematikan lebih banyak mikroorganisme. Evektivitas dari setiap bahan antimikroba ini tergantung pada jumlah yang digunakan, waktu penggunaan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti pH (Buckle, 1985). Tags: agenagen kimia, bakteriostatik, contoh antibiotika, faktor abiotik, fisiologi mikroba, golongan mikroba, industri pengolahan, Kimia Analitik, Kimia Anorganik, Kimia Organik, pertumbuhan mikroorganisme

http://www.artikelkimia.info/faktor-faktor-yg-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba57451931082011

Media Agar dan Penanaman Mikroba


PENDAHULUAN Dasar makanan yang baik bagi pemiaraan bakteri adalah medium yang mengandung zat-zat organic seperti buah, daging, sayur-sayuran dan sisa-sisa makanan yang dibuat oleh manusia aaupun ramu-ramuan. Medium yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan rutin laboratorium adalah kaldu cair dan kaldu agar. Untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-sifat fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor terentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri. Pemeriksaan bakteri hidup harus dikerjakan dengan hati-hati, lebih-lebih jika yang akan diperiksa itu merupakan bakteri patogen. Untuk mensterilkan medium dapat dilakukan dengan autoclave, yaitu alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Medium yang akan disterilkan ditempatkan didalam autoclave selama 15 sampai 20 menit. Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi. Pada kenyataanya sedikit sekali lingkungan yang bersih dari bakteri. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Tidak hanya bakteri yang menggunakan bahan makanan untuk hidup dan berkembang tetapi juga jamur dan kapang. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk membuat makanan tetap awet dan bebas dari kontaminasi mikroba patogen. Tujuan percobaan - Untuk mengetahui cara penangkapan mikroba dengan menggunakan media agar. - Untuk mengetahui cara perhitungan mikroba. - Untuk membuktikan ada tidaknya mikroba pada bahan (Daging Sapi). - Untuk mengetahui cara pembuatan media agar pada penangkapan mikroba. Tanggal Percobaan Dimulai 07 November 2008 Tanggal Percobaan Selesai 10 November 2008 TINJAUAN PUSTAKA Mungkin yang yang paling sering dan banyak digunakan adalah prosedur perhitungan dengan penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrient agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung (Buckle, et al., 1987). Media merupakan bahan nutrisi yang disiapkan unutk pertumbuhan mikroba. Agar-agar merupakan kompleks merupakan kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. Keunggulan agar yaitu mencair pada suhuy yang

sama dengan air, namun tetap dalam keadaan cair sampain suhu 40 0C ( Suryanto dan Munir, 2006). Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk and Wheeler,1993). Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Anonimous, 2008). Untuk mendukung pertumbuhan mikroba, sebuah media harus menyediakan sumber energi seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, dan bahan organik lainnya. Media kimia diartikan salah satu media yang menggunakan bahan kimia yang telah diketahui (Tortora, 2002) Pengukuran yang paling akurat untuk menghitung jumlah mikroba yang hidup biasanya menggunakan plate count. Secara teori, masing-masing sel sukses untuk dikembangkan papad media padat yang membantu pertumbuhannya. Jadi dengan inkubasi, idealnya jumlah koloni pada plate adalah kuadrat dari jumlah sel yang diinokulasi pada media (Black, 1999) Mikroorganisme yang merusak daging dapat berasal dari infeksi dan ternak hidup dan kontaminasi daging postmortem. Kontaminasi permukaan daging atau karkas dapat terjadi sejak penyembelihan ternak hingga daging dapat dikonsumsi (Soeparno, 1998). BAHAN DAN METODA Bahan - Aquadest - Agar - Pepton - Daging Reagensia - NaCl - BTB (Brom Timol Blue) - Buffer fosfat Alat - Botol whaeton - Autoclave - Petridish - Pipet tetes - Blender - Termometer - Oven - Corong - Inkubator

- Koloni counter - Hot plate - Beaker glass - Kain saring - Timbangan - Sendok] Prosedur Percobaan Pembuatan ekstrak daging - Dihilangkan lemak pada daging, dengan cara diblender - Dimasukkan dalam botol wheatone - Dipanaskan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit Pembuatan media agar - Diambil PCA (agar) - Ditambahkan aquadest 10 ml - Disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit - Dituang dalam cawan petridish yang telah dimasukkan suspensi sebanyak 5 ml Penanaman media - Diambil suspensi bakteri yang telah diencerkan 2 kali - Dari 3 pengenceran, diambil suspensi 2 hari yang lau - Diinkubasi selam 24 sampai 38 jam dengan cawan terletak terbalik - Diamati dan dihitung dengan koloni counter Rumus FP = faktor Pengencer PEMBAHASAN Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metoda yaitu metoda penuangan, penyebaran, dan penetesan. Hal diatas adalah dengan menggunakan metode agar. Cara lain adalah dengan tenik MPN (most proable number) yaiu metode perhitungan dengan pengenceran larutan yang mengandung mikroba sampai steril. Hal ini biasanya dilakukan untuk menhitung jumlah bakteri dalam suatu bahan pangan. Keuntungannya yaitu dibuat sangant peka dengan penggunaan volume inokulum contoih yang besar , dapat menggunakan media selektif. Cara lain adalah dengan penyaringan dengan membran. Metode ini larutan yang mengandung mikroba disaring dengan menggunakan membrane steril atau filter yang mempunyai ukuran pori-pori yang kecil. Sehingga mikroba akan tertinggal pada membran. Media merupakan bahan nutrisi yang disiaokan untuk pertumbuhan mikroba. Jenis-jenis media yaitu : 1. Agar adalah komlekss polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. 2. Media kimia yaitu media yang harus mempertimbangkan penyediaan energi yaitu sumber karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor. 3. Media kompleks yaitu media biasanya terdiri dari ekstrak yeast, daging sapi, tumbuhan, atau kultur protein. 4. Media Anaerobik yaitu media yang mengandung bahan seperti natrium tioglikolat yang dapat berikatan dengan oksigen terlarut dan menghilangkan oksigen pada medium. 5. Media selektif yaitu media yang dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan. 6. Media diferensial yaitu media yang dibuat untuk memudahkan mengenali koloni organisme yang diinginkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu : 1. Suplai zat gizi Mikroorganisme membutuhkan makanan sama seperti mahkluk lainnya. Jadi dengan adanya zat gizi yang cukup maka pertumbuhan mikroba akan sangat cepat. 2. Waktu Tentu saja seriap makhluk hidup termasuk mikroba membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Pertumbuhan bakteri membentuk suatu kurva atau fase logritmik. 3. Suhu Suhu sangat penting bagi pertumbuhan mikroba, apabila suhu naik maka metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat atau apabila suhu naik atau turun sel berhenti melakukan kegiatan metabolisme. 4. Nilai pH Nilai pH untuk pertumbuhan bakteri adalah sekitar atau berkisar antara pH 6,0-8,0. 5. Aktifitas air Semua organisme membutuhkan air pada proses metabolisme. Aktifitas air adalah jumlah air yang terdapat dalam bahan pangan. Jenis mikroba yang berbeda membutuhkan air yang berbeda. 6. Ketersediaan Oksigen Mikroba terbagi atas beberapa kelompok : - Aerobik : membutuhkan udar unutk kegiatan metabolismenya. - Anaerobik : tidak dapat tumbuh dengan adanya oksigen, bahkan oksigen merupakan racun baginya. - Anaerobik fakultatif : dimana oksigen digunakan akan dipergunakan apabila tersedia, jika tidak tersedia maka akan terus anaerobik. - Mikroerofilik : mikroba yang lebih dapat tumbuh dengan kadar oksigen lebih rendah daripada yang di atmosfer. 7. Faktor-faktor kimia 8. Radiasi Fase pertumbuhan bakteri adalah : - Fase lambat : fase adaptasi mikroba dengan media. - Fase log : setelah beradaptasi, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial. - Fase tetap : dimana mikroba tidak lagi tumbuh. Hal ini terjadi karena zat gizi yang ada telah habis atau penimbunan zat racun sebagai hasil akhir. - Fase menurun : sel-sel yang berada pada fase tetap akhirnya mati bila tiodak dipindahkan ke media lainnya. Mikroba terdiri dari : 1. Bakteri : mikroorganisme bersel satu, prokariotik yang paling sederhana. Hidup bebas dan terdapat di mana-mana. 2. Jamur : organisme eukariotik yang merupakan organisme pengurai. Ia tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat dikatakan sebagi tumbuhan. Jamur ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. 3. Khamir : bagian dari fungi (Jamur) yang tersusun dari satu sel atau uni seluler. 4. Kapang : bagian dari fungi yang tersusun atas banyak sel (multiseluler), miseliumnya berwarna-warni sehingga mudah dikenali. Mikroorganisme yang terdapat pada makanan antara lain bakteri, khamir dan kapang. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat akan mudah terkontaminasi jamur sedangkan makanan yang banyak mengandung protein akan lebih mudah terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri patogen yang terdapat dalam makanann misalnya E. cli yang biasanya

disebaqkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi. Staphylococcus aureus ditemukan pada makanan yang mengandung perotein tinggi misalnya telur, sosis, da sebagainya. Clostridium botulinum sering terdapat pada makanan yang telah diolah misalnya dikalengkan atau difermentasi. KESIMPULAN 1. Media agar merupakan salah satu media untuk menanam dan mengitung jumlah bakteri. 2. Jumlah mikroba pada larutan rendaman daging dengan penceran 10-1 adalah 410 CPU/ml sedangkan pada pengenceran 10-2 adalah 7700 CPU/ml. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat gizi, waktu, suhu, aktifitas air, oksigen 4. Agar adalah kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan digunakan untuk pemadat pada makanan. 5. Jenis-jenis media adalah media agar, media kimia, media anaerob, media selektif, media kompleks dan media diferensial 6. Fase pertumbuhan bakteri adalah fase lambat, fase lag, fase tetap dan fase menurun. 7. Berdasarkan ketersediaan oksigen mikroba terbagi atas bakeri aerobik, anaerobik, anaerob fakultatif dan mikroerofilik. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 20008. Pembiakan dengan Media Agar. http://yahoo.com. [22 September 2008]. Black, J. G. 1999. Microbiology : Principles and Exploration. Prentice Hall,New Jersey. Buckle, K. A., R. A. Edwards., G.H. Fleet., and Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suryanto, D. dan E. Munir. 2006. Bahan Ajar : Mikrobiologi. USU-Press, Medan. Tortora, G. J., B. R. Funke, and C. L. Case. 2002. Microbiology : An Introduction. Addison Wesley Longman, New York. Volk, W. A. dan M. F. Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta Total Coliform dalam Air Tanah Posted on February 2, 2011 by formula1girl_9588 Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup sehingga harus dikelola dan dilestarikan dengan baik. Permasalahan utama yang dihadapi sumber daya air meliputi permasalahan kuantitas dan kualitas air. Permasalahan yang dihadapi kualitas air tanah dapat disebabkan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aktifitas penduduk dan sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui data tentang aktifitas penduduk, kepadatan penduduk, sistem pembuangan limbah rumah tangga yang ada serta dapat mengetahui korelasi atau hubungannya dengan kadar jumlah bakteri E. coli yang ada pada sumur sampel. Dari segi kualitas, air harus memenuhi persyaratan baik fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Dalam pemenuhan syarat kualitas air harus diperhatikan karakteristik fisik perairan, kualitas air alamiah dan juga karakteristik akifer. Karakteristik akifer mempunyai peranan dalam proses dalam pembentukan air tanah sehingga perlu diperhatikan tipe akifer

dan zona akifernya. Arah aliran air tanah dapat ditentukan dengan metode three Point Problem atau dengan cara membuat garis lurus terhadap garis kontur air tanah. Prinsip dasar dalam membuat arah aliran air tanah yaitu pergerakan air dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Arah aliran tanah tersebut disebabkan gerakan air tanah karena potensi kelembaban total dan kemiringan dua titik atau lokasi dalam lapisan tanah. Dari penelitian dapat dihasilkan data tentang titik lokasi sampel, penghitungan elevasi air tanah, jawaban kuisioner yang telah dibagikan kepada penduduk, serta nilai jumlah bakteri E. coli yang ada pada sumur sampel di daerah penelitian. Dalam penganalisaan data primer dapat diketahui data kependudukan, tingkat sosila ekonomi dan pendidikan masyarakat, status rumah dan fasilitas umum, sistem sanitasi serta persepsi atau pengetahuan masyarakat tentang sanitasi. Analisa terhadap kadar jumlah bakteri E. coli dilaksanakan secara deskriptif dengan pertimbangan baku mutu air bersih sesuai Golongan I Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik sampel dengan jumlah bakteriE. coli yaitu jarak septictank jauh, aktifitas penduduk sekitar yang tidak banyak melibatkan penduduk seperti pertanian, pembuangan limbah rumah tangga melalui saluran pembuangan yang sesuai dengan kriteria, dan konstruksi ring sumur. Kepadatan penduduk menyebabkan lahan banyak digunakan untuk pemukiman dan pembangunan sehingga jarak antar rumah semakin dekat serta perkarangan rumah juga menjadi semakin sempit. Perkarangan rumah yang sempit menyebabkan penduduk banyak yang membuat septictank di rumahnya dengan letak dekat sumur air bersih. Kepadatan penduduk juga menyebabkan semakin tingginya aktifitas penduduk yang berakibat pada meningkatnya jumlah limbah rumah tangga penduduk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi kualitas air tanah karena semua aktifitas penduduk dapat menghasilkan limbah domestik yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat aktifitas penduduk yang banyak melibatkan penduduk berarti semakin banyak limbah domestik yang dihasilkan penduduk dan menyebabkan semakin besar dampak yang akan ditimbulkan terhadap kualitas air tanah/sumur yang ada di sekitarnya. Sedangkan pada aktifitas penduduk yang tidak melibatkan banyak penduduk seperti aktifitas pertanian limbah yang dihasilkan tidak banyak sehingga kurang mempengaruhi kualitas air tanah disekitarnya. Sistem sanitasi/sistem pembuangan limbah rumah tangga penduduk merupakan hal yang penting dalam menjaga kualitas air tanah karena sistem pembungan limbah yang tidak baik akan menyebabkan kontaminasi terhadap kualitas air tanah. Kondisi sistem pembuangan limbah yang buruk ini dapat menyebabkan tingginya kontaminasi dan pengaruh terhadap kualitas air sumur serta dapat menyebabkan tingginya jumlah bakteri E. coli di daerah penelitian. Kondisi ini perlu menjadi perhatian dan penanganan yang khusus baik oleh masyarakat maupun pemerintah agar dapat terciptanya kualitas air tanah yang memenuhi standar kualitas sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah terjadinya pencemaran kualitas air tanah tersebut. http://uripsantoso.wordpress.com/2010/09/08/kajian-kualitas-air-tanah-ditinjau-dariparameter-bakteri-escherichia-coli-e-coli/ LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PARAMETER FISIKA Tempelatur Residu Terlarut Residu Tersuspensi KIMIA ANORGANIK pH BOD COD DO Total Fosfat sbg P NO 3 sebagai N NH3-N Arsen Kobalt Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI) Tembaga mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 6-9 2 10 6 0,2 10 0,5 0,05 0,2 1 1 0,01 0,01 0,05 0,02 6-9 3 25 4 0,2 10 (-) 1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,05 0,02 6-9 6 50 3 1 20 (-) 1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,05 0,02 5-9 12 100 0 5 20 (-) 1 0,2 (-) 1 0,05 0,01 0,01 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu 1 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe 5 mg/L Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
o

SATUAN

KELAS II III

KETERANGAN IV Deviasi temperatur dari keadaan almiahnya Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi 5000 mg/ L

deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 1000 50 1000 50 1000 400 2000 400

mg/ L mg/L

Angka batas minimum

Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka 0,02 mg/L sebagai NH3

Besi

mg/L

0,3

(-)

(-)

(-)

Timbal Mangan Air Raksa Seng Khlorida Sianida Fluorida Nitrit sebagai N Sulfat Khlorin bebas Belereng sebagai H2S MIKROBIOLOGI Fecal coliform -Total coliform -RADIOAKTIVITAS - Gross-A - Gross-B KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak Detergen sebagai MBAS Senyawa Fenol sebagai Fenol BHC Aldrin / Dieldrin Chlordane DDT Heptachlor dan heptachlor epoxide

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/l mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

0,03 0,1 0,001 0,05 600 0,02 0,5 0,06 400 0,03 0,002

0,03 (-) 0,002 0,05 (-) 0,02 1,5 0,06 (-) 0,03 0,002

0,03 (-) 0,002 0,05 (-) 0,02 1,5 0,06 (-) 0,03 0,002

1 (-) 0,005 2 (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb 0,1 mg/L

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn 5 mg/L

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2_N 1 mg/L Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L

jml/100 ml jml/100 ml

100 1000

1000 5000

2000 10000

2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform 2000 jml / 100 ml 10000 dan total coliform 10000 jml/100 ml 0,1 1 (-) (-) (-) (-) (-) (-) 2 (-)

Bq /L Bq /L ug /L ug /L ug /L ug /L ug /L ug /L ug /L ug /L

0,1 1 1000 200 1 210 17 3 2 18

0,1 1 1000 200 1 210 (-) (-) 2 (-)

0,1 1 1000 200 1 210 (-) (-) 2 (-)

Lindane Methoxyclor Endrin Toxaphan

ug /L ug /L ug /L ug /L

56 35 1 5

(-) (-) 4 (-)

(-) (-) 4 (-)

(-) (-) (-) (-)

Keterangan : mg ug ml L Bq MBAS ABAM

= miligram = mikrogram = militer = liter = Bequerel = Methylene Blue Active Substance = Air Baku untuk Air Minum

Logam berat merupakan logam terlarut Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR BERSIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA


18 01 2010

12 Votes RICA DENIS (E2A009016) ABSTRAK Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air adalah materi esensial didalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata mengandung air sebanyak 90 % dari berat badannya. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60%, berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas biologi diman air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu. Kata Kunci : Kualitas, Air, Manusia Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlahpenduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Suriawiria,1996: 3). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak. Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya (Suharyono, 1996). Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung pada air, karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain sebagainya. Manfaat lain dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi, dan lain sebagainya yang sejenis dengan ini. Semakin maju tingkat kebudayaan masyarakat maka penggunaan air makin meningkat.

Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002). Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja. Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumbersumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu diketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia tanpa menyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagi manusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusia mampu hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya. Ditinjau Dari Segi Kualitas (Mutu) Air Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air (Razif, 2001:4).

Persyaratan Kualitas Air


Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis. 1. Persyaratan Fisika Air Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut: 1. Jernih atau tidak keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. 1. Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. 1. Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. 1. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. 1. Temperaturnya normal Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. 1. Tidak mengandung zat padatan Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. 1. Persyaratan Kimia Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun. 1) pH (derajat keasaman) Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. 2) Kesadahan Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahanvnonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

3) Besi Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l 4) Aluminium Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi. 5) Zat organik Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan 6) Sulfat Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas. 7) Nitrat dan nitrit Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh. Chlorida Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. 9) Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. 1. 3. Persyratan mikrobiologis

Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut: 1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air. 2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995) 1. COD (Chemical Oxygen Demand) COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk. 1. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l Adanya penyebab penyakit didalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Standar Kualitas Air di Perairan Umum ( Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 ) Kadar Maksimum Golongan Golongan Golongan Golongan A B C D 1000 1000 1000

No Parameter FISIKA 1 Bau 2 Jumlah zat padat terlarut 3 Kekeruhan 4 Rasa

Satuan

Mg/L 1000 Skala NTU 5 -

5 6 7

Warna Suhu Daya Hantar Listrik

Skala TCU 15 o C Suhu udara Umhos/cm

2250

KIMIA anorganik 1 Air raksa 2 Aluminium 3 Arsen 4 Barium 5 Besi 6 Florida 7 Kadmium 8 Kesadahan CaCO3 9 Klorida 10 Kromium valensi 6 11 Mangan 12 Natriun 13 Nitrat sebagai N 14 Nitrit sebagai N 15 Perak 16 .pH 17 Selenium 18 Seng 19 Sianida 20 Sulfat 21 Sulfida sebagao H2S 22 Tembaga 23 Timbal 24 Oksigen terlarut (DO) 25 Nikel 26 SAR (Sodium Absortion Ratio) Kimia Organik 1 Aldrin dan dieldrin 2 Benzona 3 Benzo (a) Pyrene 4 Chlordane (total isomer) 5 Chlordane 6 2,4 D 7 DDT

Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt

0.001 0.2 0.005 1 0.3 0.5 0.005 500 250 0.005 0.1 200 10 1.0 0.05 6.5 8.5 0.01 5 0.1 400 0.05 1.0 0.05 -

0.001 0.05 1 5 1.5 0.01 600 0.05 0.5 10 1 59 0.01 5 0.1 400 0.1 1 0.01 >=6

0.002 1

0.005 1

1.5 0.01 0.003 0.05

0.01

1 2 60

0.06 69 0.05 0.02 0.02 0.002 0.02 0.03 >3 59 0.05 2

0.1 1 0.5 1.5 2.5

Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt

0.0007 0.01 0.00001 0.0003 0.03 0.10 0.03

0.017

0.003 0.042 0.002

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Detergent 1,2 Dichloroethane 1,1 Dichloroethane Heptachlor heptachlor epoxide Hexachlorobenzene Lindane Metoxychlor Pentachlorophenol Pestisida total 2,4,6 Trichlorophenol Zat Organik (KMnO4) Endrin Fenol Karbon kloroform ekstrak Minyak dan lemak Organofosfat dan carbanat PCD Senyawa aktif biru metilen Toxaphene BHC

Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt Mg/lt

0.5 0.01 0.0003 0.003 0.00001 0.004 0.03 0.01 0.1 0.01 10 -

0.018

0.056 0.035

0.001 0.002 0.05 Nihil 0.1 Nihil 0.5 0.005

0.004 0.001 1 0.1 0.2 0.21

Mikrobiologik 1 Koliform tinja 2 Total koliform Radioaktivitas 1 Gross Alpha activity 2 Gross Beta activity

Jml/100ml 0 Jml/100ml 3

2000 10000

Bq/L Bq/L

0.1 1.0

0.1 1.0

0.1 1.0

0.1 1.0

Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA. Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar dapat terhindar dari berbagai penyakit maupun gangguang kesehatan yang dapat disebabkan oleh air. Untuk mengetahui kualitas air tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup antara lain pemeriksaan bakteriologi air, meliputi Most Probable Number (MPN) dan angka kuman. Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air

bersih, air badan, air pemandian umum, air kolam renang dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM. Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri non-patogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera (Soewarno. 2002). Persyaratan Kualitas air minum secara Bakteriologis Parameter 1 1. Air Minum E. coli atau Fecal coli 1. Air yang masuk sistem distribusi E. coli atau Fecal col Total Bakteri Coliform 1. Air pada sistem distribusi E. coli atau Fecal col Total Bakteri Coliform Satuan 2 Kadar maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4

Jumlah per 100 0 ml sampel

Jumlah per 100 0 ml sampel Jumlah per 100 0 ml sampel

Jumlah per 100 0 ml sampel Jumlah per 100 0 ml sampel

Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawah oleh air kepada manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih/air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawah oleh air. Penyediaan air bersih selain kuantitas kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Air minum yang memenuhi baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare. Sehingga pengawasan terhadap kualitas air minum agar tetap memenuhi syarat-syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Depkes, 2002) Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibuthkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-

hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah: 1. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang perhari. b. Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 30 liter / orang perhari. c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 30 liter / orang perhari. d. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan. Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000 : 13). Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum sebagai berikut : 1. Air laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.Kadar garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum. 2. Air Atmosfer Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. 3. Air Permukaan Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.

4. Air tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993 :1). 5. Mata air Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam. Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu (1)Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. (2) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. (3). Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. (4). Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan air bersih, yaitu sumur Dangkal/Dalam Pengolahan tidak lengkap hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan, sungai Pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50. danau NTU (Nephelometric Turbidity Unit) Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. (Linsay, 1995)

SIMPULAN

Masalah air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusiaa. Dimana setiap hari kita membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya. Penggunaan air yang bersih untuk kegiatan sehari-hari tentunya membuat manusia terhindar dari penyakit. Sebagia besar tubuh manusia terdiri atas air, yang berfungsi sebagai pelarut dan peyusun segala system tubuh manusia. Agar air yang digunakan untuk kegiatan manusia tidak berdampak negative bagi manusia, maka perlu diketahui persyaratan air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis. Kualitas fisik ditinjau bau, rasa, dan warna. Kualitas kimia dapat diteliti melalui pengamatan tentang kesadahan, pH, kandungan ion dan sebagainya. Sedangkan ada aatu tidaknya mikroorganisme penyebab penyakit pada air merupakan syarat biologi air bersih. Selain dari segi kualitas, jumlah air juga harus memadai dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Air digunakan manusia untuk

mandi, minum, mencuci, pertanan, perikanan dan lain sebagainya. Masingmasing kegiatan tersebut memerlukan jumlah air yang beragam. Sumber air yang ada di permukaan bumi dapat diolah menjadi air minum dengan berbagai teknik yang telah berkembang, sehingga kebutukhan air minum yang memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dapat terpenuhi bagiu seluruh lapisan masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan telaah pustaka ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Orang tua dan saudara-saudara yang telah memberikan dorongan moril dan materil. 2. Bapak Prof. Ir. Urip Santoso, S.Ikom., M.Sc., Ph.D sebagai dosen mata kuliah Penyajian Ilmiah dan juga sebagai Ketua pusat penelitian lingkungan hidup Universitas Bengkulu yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan tentang materi perkuliahan. 3. Rekan-rekan mahasiswa PSL yang telah ikut membantu dalam dorongan dalam pembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asmustawa,2007. Evaluasi Pengelolaan Kualitas Air Bersih Oleh Petuga Sanitasi Puskesmas Di Kabupaten Bungo. Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007 Chatip. 1997. Pengolahan Air Minum. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan. Yogyakarta. Depkes. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum/Air Bersih. Jakarta. Jawet. 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. EGC. Jakarta. Karsidi, 1999. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan Penggunaan Air Sungai oleh Penduduk di Sekitar Sungai Kali Jajar Demak. Semarang : Skripsi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 Lindsay, RK dan kawan-kawan, Teknik Sumber Daya Air jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1995

Linsley, Ray, K. & Franzini, JB., 1989. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta : Erlangga. Nurdijanto, 2000. Kimia Lingkungan. Pati. Yayasan peduli Lingkungan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan sistem penyediaan Air minum Razif, M. 2001. Pengolahan Air Minum. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Santika, . 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya Indonesia Sujudi. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi Bina Rupa Aksara. Jakarta. Surawira, U. 1996. Air Dalam Kehidupan Lingkungan Yang Sehat. Bandung. Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset. Suharyono. 1996. Diari Akut Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta. Sutrisno, C Totok, 2000. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta. Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Tim Mikrobiologi. 2003. Bakteriologi Medik. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Bayumedia. Malang.

Matur Nuwun..

Media Kultur untuk Pertumbuhan Bakteri


Jumat, Agustus 12, 2011 Rachma 1 comment Media kultur berguna untuk memperbanyak, menyuburkan atau meremajakan bakteri. Dalam postingan ini akan dijelaskan mengenai media Trypticase Soy Agar (TSA), Nutrien Agar, Louwenstein Jensen 1. Trypticase Soy Agar TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh pada media ini.

Foto : TSA Cara Pembuatan : 10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest, kemudian dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu 120 0C selama 15 menit. Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu sampai mengeras.

Foto : TSA dalam botol

2. Nutrien Agar

Foto : Nutrien Agar Nutrien agar merupakan media kultur universal untuk pertumbuhan

mikroorganisme/bakteri. Jenis bakteri yang dapat tumbuh pada nutrient agar lebih sedikit dibandingkan dengan TSA. Nutrien Agar lebih sering digunakan dibandingkan TSA untuk menghindari terjadi Kandungan : Pepton dari dari daging, ekstrak dagingn, agar-agar. Cara pembuatan : Larutkan 20 g/L nutrien agar (bubuk) autoclave 15 menit pada suhu121 0C, PH 7.00.2 Tutup : kapas putih 3. Louwenstein Jensen

Foto: media Louwenstein Jensen Kegunaan media Louwenstein Jensen : Kultur dan test resistensi dari Mycobacterium tuberculosis. Kandungan :Potasssium hydrogen phospat, magnesium sulfat heptahydrat, trimagnesium dicitrat 14-dehidrat, lasparigin,potato meal, malachite green Glycerol, telur yang dihomogenkan. Cara Pembuatan: Larutkan 37.5 g pada 0.6 L akuades, kalau di inginkan tambah 12 ml glycerol , (autoclave) dinginkan sampai suhu sekitar 50 C, tambah 1 L telur yang dihomogenkan (dari telur ayam betina segar dalam kondisi steril,putar untuk dihomogenkan campuran untuk menghindari beantuk gelembung ), bagikan ketabung reaksi steril diarkan membeku dengan kondisi miring dengan pemanasan selama 45 menit pada suhu 85 0C pada inspissator yang penuh dengan uap air atau uap air panas yang mengalir bebas. Media harus di panaskan lebih dari satu kali setelah 24 jam untuk menjamin sterilitasnya, Ph 4.8 0.2. Alat Fungsi

Tempat membuat larutan. Dalam membuat larutan erlenmeyer yang selalu digunakan.

Erlenmeyer Untuk destilasi larutan. Pada bagian atas terdapat karet penutup dengan sebuah lubang sebagai tempat termometer.

Labu destilasi Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat ciar.

Gelas Beaker

Cprpng dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau plastik dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan ai satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saing pada bagian atas.

Corong gelas Menyaring larutan dengan dengan bantuan pompa vakum.

Corong bucher Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk mengukut volume suatu larutan.

buret

Untuk memisahkan dua larutan yang tidak bercampur karena adanya perbedaan massa jenis. Corong pisah biasa digunakan pada proses ekstraksi.

Corong pisah Untuk membuat dan atau mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.

Labu ukur leher panjang Untuk mengukur volume larutan. Pada saat praktikum dengan ketelitian tinggi gelas ukur tidak diperbolehkan untuk mengukur volume larutan. Pengukuran dengan ketelitian tinggi dilakukan menggunakan pipet volume.

Gelas ukur

Untukl destilasi larutan. Lubang lubang bawah tempat air masuk, lubang ata tempat air keluar.

kondensor Untuk menghisap larutan yang akan dari botol larutan. Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah disambungkan pada pipet ukur.

Filler (karet pengisap) Untuk mengukur volume larutan

Pipet ukur Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian pada bagian yang menggembung.

Pipet volume atau pipet gondok atau volumetrik Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.

Pipet tetes Untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan direaksikan mapun ketika reaksi sementara berlangsung.

Pengaduk Untuk mereaksikan dua atau lebih zat.

Tabung reaksi Untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padatan, misalnya dalam bentuk kristal. Untuk zat-zat yang bereaksi dengan logam digunakan spatula plastik sedangkan zat-zat yang tidak bereaksi dengan dengan logam dapat digunakan spatula logam.

Spatula plastik dan logam untuk uji nyala dari beberapa zat.

Kawat nikrom Untuk mengalirkam gas ke tempat tertentu dan digunakan pula dalam penentuan titik lebur suatu zat.

Pipa kapiler atau kaca kapiler Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan mengeringkan zat-zat dalam laboratorium. Dikenal dua jenis desikator yaitu desikator biasa dan desikator vakum.

desikator

Untuk identifikasi keasamaan larutan/zat. Caranya: setelah kertas indikator universal dicelupkan di cocokan warna yang ada pada kotak kertas universal.

Indikator universal 1. Sebagai penutup saat melakukan pemanasan terhadap suatu bahan kimia 2. Untuk menimbang bahan-bahan kimia 3. Untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator.

Gelas arloji Untuk memegang peralatan gelas yang masih dalam kondisi panas.

Hot hands

Untuk menyaring larutan.

Kertas saring Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.

Kaki tiga Sebagai alas atau untuk menahan labu atau beaker pada waktu pemanasan menggunakan pemanas spiritus atau pemanas bunsen

Kawat kasa Tempat tabung reaksi. Biasanya digunakan pada saat melakukan percobaan yang membutuhkan banyak tabung reaksi. Numun dalam mereaksikan zat yang menggunakan tabung reaksi sebaiknya menggunakan rak tabung reaksi demi keamanan diri sendiri maupun orang lain. Rak tabung reaksi Untuk menjepit tabung reaksi.

penjepit

Pengaduk magnetik. Untuk mengaduk larutan. Batang-batang magnet diletakan di dalam larutan kemudian disambungkan arus listrik maka secara otomatis batang magnetik dari stirer akan berputar.

Stirer dan batang stirer Menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.

mortal dan pastle Terbuat dari persolen dan bersifat inert, digunakan untuk memanaskan logamlogam.

Krusibel

Digunakan sebagai wadah. Misalnya penguapan larutan dari suatu bahan yang tidak mudah menguap.

Evaporating dish Sebagai penjepit, misalnya: Untuk menjepit soklet pada proses ekstraksi Menjepit buret dalam proses titrasi Untuk menjepit kondensor pada proses destilasi Klem dan statif Untuk menjepit corong pemisah dalam proses pemisahan dan untuk meletakan corong pada proses penyeringan.

Ring Untuk menahan wadah, misalnya krus pada saat pemanasan ataau corong pada waktu penyaringan.

Clay triangle Untuk melindungi mata dari bahan yang menyebabkan iritasi. Dan melindungi dari percikan api, uap logam, serbuk debu, kabut dan zat-zat kimia yang meletup ketika dilakukan pemanasan, misalnya H2SO4.

Kacamata pengaman

Untuk membakar zat atau memmanaskan larutan.

Pemanas spiritus Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan untuk sterilisasi dalam proses suatu proses.

Pemanas atau pembakar bunsen Untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang mudah terbakar.

Hot plate Untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang dalam keadaan basah.

Oven

Digunakan sebagai pemanas pada suhu tinggi, sekitar 1000 C.

Tanur Digunakan untuk fermentasi dan menumbuhkan media pada pengujian secara mikrobiologi.

inkubator Untuk menghancurkan (tidak ada di LAB)

Granat Daftar Pustaka http://qualitycontrol-07.blogspot.com sumber-sumber lain

Mikrobiologi dasar
Blog ini berisi tulisan populer tentang teori dan metode di bidang mikrobiologi praktek. Copy paste diijinkan sepanjang tidak digunakan untuk keperluan komersial, dan dimohon mencantumkan sumbernya (web ini). Terdapat juga link download (.pdf) di beberapa postingan. mohon maaf jika pertanyaan tidak langsung dijawab dan proses perevisian sangat lambat, hal ini karena kesibukan yang lain dari penulis. Mohon pengunjung memberikan saran atau komentar yang membangun dan tidak lupa untuk mengisi polling demi menentukan arah perkembangan blog. Kami mengucapkan terima kasih kepada sahabat kami, Mukhlis yang telah memberikan puluhan buku referensi untuk diolah. Lebih jauh mengenai deskripsi blog ini ; di sini

ARTIKEL MIKROBIOLOGI

Saran Teknis Metode Plate Count untuk Pemula Bagaimana Menentukan Aman atau Tidaknya Suatu Bahan Pangan dari Mikroorganisme ? Indikator Mikrobiologis Metode MPN ( Most Probable Number) atau APM (Angka Paling Mungkin) Bagian 1 Metode MPN ( Most Probable Number) atau APM (Angka Paling Mungkin) Bagian 2 Tabel MPN 3 seri dan 5 seri tabung Tabel MPN 10 seri tabung Pengambilan Sampel Mikroorganisme Udara (Air Sampling) Bagian 2 Pengambilan Sampel Mikroorganisme Udara (Air Sampling). Bagian 1 Perhitungan Kematian Mikroorganisme pada Proses Sterilisasi Pengambilan dan Preparasi Sampel Bakteri dalam Mikrobiologi Teknik Membran Filter untuk Menghitung Mikroba (bagian 1) Teknik Membran Filter untuk Menghitung Mikroba (bagian 2) Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 1) Prinsip Dasar Teori Menghitung Mikroorganisme Pada Cawan (bagian 2) Bekerja Tanpa Kontaminasi (Dasar Teknik Aspetis) Penentuan Sifat Gram Dengan KOH 3% dan Perbandingannya Dengan Pewarnaan Gram Pentingnya Penggambaran Morfologi Koloni di Cawan Bakteri Kontrol Harga Murah untuk Pewarnaan Gram Kunci Awal Identifikasi Bakteri Bagaimana Membedakan Flagellar Movement dengan Brownian Movement ?

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR Teori dan Metodenya (Revisi 2011)

Pendahuluan dan Daftar Isi Bab 1. Alat-alat dalam Laboratorium Mikrobiologi (bagian 1) Bab 1. Alat-alat dalam Laboratorium Mikrobiologi (bagian 2)

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI (2008); sedang dalam proses revisi


BAB 1 pengenalan alat BAB 2 media pertumbuhan BAB 3 sterilisasi BAB 4 isolasi mikroorganisme BAB 5 morfologi mikroba BAB 6 menentukan jumlah dan ukuran mikroba BAB 7 faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme BAB 8 daya kerja antimikorba dan oligodinamik BAB 9 aktivitas enzimatis mikroorganisme Referensi

BAB 5 MORFOLOGI MIKROBA


Kompetensi : mahasiswa dapat mengenali bentuk dan morfologi sel dan koloni mikroorganisme a. Bakteri a.1 mengamati morfologi koloni bakteri a.1.1 pada media cawan a.1.2 pada agar miring a.1.3 pada agar tegak a.1.4 pada media cair a.2 mengamati morfologi sel bakteri a.2.1 dengan pewarnaan sederhana a.2.2 dengan pewarnaan negatif a.2.3 dengan pewarnaan gram a.2.4 dengan pewarnaan endospora a.3 mengamati motilitas bakteri a.3.1 pengamatan langsung a.3.2 pengamatan tidak langsung b. Yeast b.1 mengamati morfologi koloni yeast (pada agar cawan) b.2 mengamati morfologi sel yeast (dengan pewarnaan sederhana) c. Kapang c.1 mengamati morfologi koloni kapang (pada agar cawan) c.2 mengamati morfologi sel kapang (dengan metode slide culture) Bakteri A. Mengamati Morfologi Koloni Bakteri

Kegiatan ini merupakan tindakan pertama kali jika ingin mempelajari suatu jenis bakteri lebih lanjut, khususnya untuk tujuan identifikasi. Setelah mendapatkan kultur murni maka biakan yang diinginkan ditumbuhkan ke berbagai bentuk media untuk dikenali ciri koloninya. Cara Kerja : Tumbuhkan biakan pada media NA cawan dengan streak kuadran Tumbuhkan biakan pada media NA miring dengan pola inokulasi yang tegak lurus Tumbuhkan biakan pada media NA tegak dengan stab inoculation Tumbuhkan biakan pada media NB A.1. Pertumbuhan pada Cawan Petri Ciri-ciri yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : Ukuran; pinpoint/punctiform (titik) Small (kecil) Moderate (sedang) Large (besar) Pigmentasi : mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut dalam media Karakteristik optik : diamati berdasarkan jumlah cahaya yang melewati koloni. Opaque (tidak dapat ditembus cahaya), Translucent (dapat ditembus cahaya sebagian), Transparant (bening) Bentuk : Circular Irregular Spindle Filamentous Rhizoid - Elevasi : Flat Raised Convex Umbonate Permukaan : Halus mengkilap Kasar Berkerut Kering seperti bubuk Margins : Entire Lobate Undulate Serrate Felamentous Curled A.2. Pertumbuhan pada Agar Miring Ciri-ciri koloni diperoleh dengan menggoreskan jarum inokulum tegak dan lurus Ciri koloni berdasarkan bentuk:

A.3 Pertumbuhan pada Agar Tegak Cara penanaman adalah dengan menusukkan jarum inokulum needle ke dalam media agar tegak. Ciri-ciri koloni berdasar bentuk :

Ciri koloni berdasar kebutuhan O2 :

A.4 Pertumbuhan pada Media Cair Pola pertumbuhan berdasarkan kebutuhan O2

A. Mengamati Morfologi Bakteri Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll. Pewarnaan Pewarnaan sederhana - pewarnaan positif - pewarnaan negatif Pewarnaan diferensial - pewarnaan gram - pewarnaan acid fast dll. Pewarnaan khusus - pewarnaan endospora - pewarnaan flagella dll. B.1. Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif) Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya. Cara Kerja : Bersihkan object glass dengan kapas Jika perlu tulislah kode atau nama bakteri pada sudut object glass

Bila menggunakan biakan cair maka pindahkan setetes biakan dengan pipet tetes atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum. Jangan lupa biakan dikocok terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, maka biakan dipindahkan dengan jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian diberi akuades dan disebarkan supaya sel merata. Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan api bunsen (lewatkan di atas api 23 kali) Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya ditetesi dengan pewarna (dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal Violet) dan tunggu kurang lebih 30 detik. Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas tissue Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).

B.2 Pewarnaan Negatif Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar belakang hitam. Prosedur: Ambil dua object glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan salah satu object glass Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam tetesan nigrosin tadi, lalu dicampurkan Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri Biarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau dipanaskan di atas api.

3 4 Setelah dilihat di mikroskop, maka akan tampak bentuk sel bakteri. Berikut merupakan berbagai bentuk sel bakteri

A.3. Pewarnaan Gram Adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.Berikut merupakan tabel prosedur pewarnaan Gram:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sbb: Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan sampai berlebih yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti gram negatif. Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak akan melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel gram negatif seperti gram positif. Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya pada gram positif. Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel, sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun ada beberapa species yang memang bersifat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter dan Arthrobacter. B.4. Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya

pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas. Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (kedua-duanya transparan, sel vegetatif berwarna), sehingga diperlukan teknik pewarnaan endospora. Berikut merupakan prosedur pewarnaan endospora dengan metode Schaeffer-Fulton.

Berikut merupakan beberapa tipe endospora dan contohnya

C. Mengamati motilitas

C.1 Pengamatan Langsung Cara Kerja : Teteskan biakan bakteri motil seperti Bacillus atau E.coli ke object glass (sebaiknya dari biakan cair). Jika digunakan biakan padat maka ulas dengan jarum inokulum lalu ditambah akuades satu tetes, ratakan. Tutup dengan cover glass Amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran maksimak. Bakteri akan tampak transparan dan pola pergerakannya tidak beraturan. Hati-hati jangan salah membedakan antara sel yang bergerak sendiri karena flagel atau bergerak terkena aliran air. C.2 Pengamatan tidak langsung Cara Kerja : Tanam biakan pada media NA tegak atau Media Motilitas dengan cara tusuk (Stab inoculation) sedalam + 5 mm. Inkubasi pada suhu 370 C selama 1x 24 jam Hasil positif (motil) jika bakteri tumbuh pada seluruh permukaan media, hasil negatif menunjukan bakteri hanya tumbuh pada daerah tusukan saja Bakteri motil akan bermigrasi ke seluruh permukaan agar dan bekas tusukan Yeast / Khamir A. Mengamati morfologi koloni yeast Tanam biakan yeast (dapat berupa Sacharomyces cereviceae atau Candida albicans) pada PDA dengan cara streak quadrant. Inkubasi selama 2x24 jam. Setelah didapatkan koloni tunggal, pengamatan ciri-ciri morfologi koloni hampir sama dengan ciri morfologi bakteri. B. Mengamati Morfologi Sel Yeast Yeast merupakan fungi mikroskopik uniseluler, tidak membentuk hifa (beberapa spesies dapat membentuk pseudohifa). Bentuk selnya bervariasi dapat berbentuk bulat, bulat telur, bulat memanjang dengan ukuran 1-9x20 m. Beberapa spesies yeast memiliki sifat dimorfisme yaitu bentuk sel tunggal dan bentuk hifa atau pseudohifa. Pseudohifa adalah hifa yeast yang terbentuk dari rangkaian sel hasil pembelahan aseksual secara budding, tetapi tidak melepaskan diri dari induk. Morfologi internal sel mudah dilihat dan terdiri dari inti dan organel seperti mitkondria, grannula lemak dan glikogen. B.1 Melihat bentuk sel Yeast Cara Kerja : Tumbuhkan Sacharomyces cereviceae pada glukosa cair selama 24 jam. Ulaskan suspensi biakan pada object glass lalu teteskan Methilene Blue hingga rata (jangan difiksasi). Tutup preparat dengan cover glass. Amati dengan perbesaran 40x10 atau 100x10. B.2 Melihat bentuk spora sel Yeast Cara kerja : Buat preparat ulas dari biakan yeast pada Goodkowa Agar yang berumur 10 hari. Fiksasi dengan api bunsen. Warnai dengan cara Shager dan Fulgen yaitu: Tetesi preparat dengan Malachite Green dan biarkan 30-60 detik. Panasi preparat dengan api bunsen selama + 30 detik (sampai timbul uap). Cuci preparat dengan air mengalir. Keringkan dengan tissue kemudian biarkan pada udara terbuka. Amati di bawah mikroskop. Perhatikan spora yang berwarna Kapang / Jamur

Jamur merupakan mikroba dengan struktur talus berupa benangbenang (hifa) yang terjalin seperti jala (myselium). Hifa dapat berekat (septat) dengan inti tunggal/ lebih dan hifa tidak bersekat (aseptat). Penampakan morfologi koloni pada umumnya seperti benang (filamentous) yang pertumbuhannya membentuk lingkaran. Morfologi koloninya dapat dengan mudah dibedakan dengan bakteri walaupun ada beberapa jenis bakteri yang koloninya mirip jamur, seperti dari kelompok Actinomycetes atau Bacillus mycoides. Koloni kapang memiliki keragaman warna yang muncul dari sporanya. A. Mengamati morfologi koloni kapang Cara kerja : Tanam/pindahkan biakan kapang dengan jarum inokulum needle yang diletakan di tenganhtengah cawan petri. Inkubasi selam beberapa hari. Amati pertumbuhan koloni (miselium) yang menyebar. B. Mengamati sel morfologi kapang dengan metode Slide Culture (Microculture) Teknik ini bertujuan untuk mengamati sel kapang dengan menumbuhkan spora pada object glass yang ditetesi media pertumbuhan. Pengamatan struktur spora dan miselium dapat juga dilakukan dengan preparat ulas seperti yang telah diuraikan di depan. Namun seringkali miselium atau susunan spora menjadi pecah atau terputus sehingga penampakan di mikroskop dapat membingungkan. Dengan teknik ini, spora dan miselium tumbuh langsung pada slide sehingga dapat mengatasi masalah tersebut. B.1 Metode Heinrichs, cara kerja : Siapkan object glass, cover glass, tissue basah yang dimasukkan dalam cawan dan sterilkan dengan autoclave. Setelah selesai sterilisasi berikan lilin (parafin-petrolatum) steril pada sebelah kiri dan kanan tempat yang akan ditutup cover glass (aseptis). Tutup dengan cover glass. Teteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada media cover glass yang tidak diberi lilin. Berikan sampai setengah luasan cover glass. Tekan cover galss secara media merata. Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam. Ambil preparat dan amati di bawah mikroskop.

B. 2 Metode Riddel, cara kerja : Persiapan sama seperti di atas

Setelah semua steril, potong media Saboraud Dextrose Agar steril berbentuk kubus dan letakkan di atas object glass. Inokulasikan spora jamur pada bagian atau potongan agar. Tutup potongan agar dengan cover glass. Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam. Ambil preparat dan diamati di bawah mikroskop.

B.3 Prosedur yang lebih sederhana, cara kerja : Sterilkan cawan petri yang berisi kapas yang di atasnya terdapat object glass dan cover glass. Siapkan media PDA dan dijaga supaya tetap cair. Teteskan media PDA pada object glass secara aseptis lalu tunggu memadat (teteskan jangan terlalu banyak). Belah media yang memadat dengan jarum inokulum yang berujung L. Ulaskan spora jamur yang akan diamati pada belahan tersebut. Tutup dengan cover glass tepat di atas media dan tekan hingga merata. Inkubasi selama 2x24 jam. Amati pertumbuhan miselium dan spora pada object glass dengan perbesaran sedang

Referensi : disini

You might also like