You are on page 1of 31

Soal SISTEM KOLOID SISTEM KOLOID 1. Suatu sistem koloid, partikelnya bersifat antara lain: a.

memiliki diameter < 0,1 m; b. cepat mengendap jika didiamkan; c. dapat menyala jika ke dalamnya dialiri arus listrik; d. dapat terlihat jelas dengan mikroskop ultra tetapi tidak tampak dengan mikroskop biasa; e.tidak dapat terpisah dengan penyaring biasa tetapi dapat terpisah dengan penyaring ultra. 2. Di antara zat berikut ini yang bukan merupakan sistem koloid ialah: a. mentega; b. air laut; c. mutiara; d. kaca warna; e. santan. 3. Sistem koloid yang pelarutnya aseton, bersifat sangat stabil, dapat digolongkan sebagai: a. liofil-gel; c. liofob-gel; e.hidrofob. b.hidrofil; d. liofob-sol; 4. Buih dalam sistem dispersi terjadi pada keadaan a. zat padat terdespersi dlm zat cair b. zat cair terdespersi dlm gas c. zat gas terdispersi dlm cair d. zat gas terdespersi dlm zat gas e. zat cair terdespersi dalam zat cair 5. Mutiara adalah sistem koloid a. padat dlm cair c. cair dlm padat e. gas dlm padat b. cair dlm gas d. gas dlm cair 6. Yang termasuk koloid padat dalam gas adalah a. kabut c. asap e. batu apung b. embun d. buih 7. Jika bubuk agar-agar diberi air lalu dimasak, maka setelahdingin akan terjadi sistem koloid yang berdasarkan jenis wujud zat terdispersi dan pendispersinya dapat digolongkan sebagai: a. gel; b. emulsi padat; c. sol; d.hidrosol; e. suspensi. 8. Contoh emulsi padat antara lain adalah: a. asap dariknalpot bis; c. karbon aktif atau norit; b. debu; d. keju dan mutiara; e. tinta dan cat. 9. Tinta merupakan system koloid yang fasa terdispersinya dan

medium pendispersinya adalah a. gas-padat c. cair-padat e. padat-cair b. cair-gas d. padat-gas 10. Nama koloid yang terjadi dari fase terdispersi gas dengan fase pendispersi cair adalah: a. buih atau busa; b.awan dan kabut; c. asap; d. emulsi; e. aerosol. 11. Diketahui bahwa air tidak dapat bercampur dengan minyak,tetapi jika diberi sabun secukupnya maka akan terjadi: a.suspensi (sabun sebagai koloid pelindung); b. suspensi(sabun sebagai emulgator); c. emulsi (sabun sebagai koloid pelindung); d. emulsi (sabun sebagai emulgator); e.emulsi padat (sabun sebagai koloid pelindung atau emulgator). 12. Contoh koloid yang mendium pendespersinya padat dan fase terdispersinya cair adalah a. asap c. tinta e. batu apung b. awan d. mutiara 13. Koloid pelindung adalah merupakan: a. zat (berupa koloid) untuk mencegah koagulasi suatu koloid lain; b.zat (bukan koloid) untuk mencegah koagulasi suatu koloid ; c. zat (berupa koloid) untuk membuat emulsi; d. zat(bukan koloid) untuk membuat emulsi; e. zat penolong (berupa koloid) untuk membuat emulsi. 14. Kelebihan elektrolitdalam suatu disperse koloid biasanya dihilangkan dengan cara a. elekrolisis c. dialysis e. presipitasi b. elektroforesis d. dekantasi 15. Peristiwa koagulasi dapat ditemukan pada peristiwa a. pembuatan agar-agar c. pembuatan cat b. terjadinya berkas sinar d. pembusukan air susus e. terjadinya delta di muara sungai 16. Dibandingkan terhadap sol liofil maka sol liofob a. kurang stabil b. lebih kental c. memberi efek Tyndall yang kurang jelas d. sukar dikoagulasikan e. bersifat reversible

17. Gejala atau proses yang paling tidak ada kaitannya dengan sisitem koloid adalah a. efek tyndall c. koagulasi e. elektrolisis b. dialysis d. emulsi 18. Yang termasuk koloid hidrofob a. amilum dlm air c. putih telur dlm air b. protein dlm air d. lemak dlm air. e. agar-agar dlm air 19. Peristiwa koagulasi dapat terjadi sebagai berikut, kecuali: a. dua macam koloid bermuatan berlawanan dicampurkan; b.ke dalam sistem koloid ditambahkan fase pendispersinya secara berlebihan; c. ke dalam sistem koloid ditambahkan fase terdispersinya secara belebihan; d. ke dalam sistem koloid dimasukkan suatu elektrolit; e. sistem koloid dipanaskan; 20. Pembuatan sol perak dari reaksi Ag+ dan Fe2+menjadi Ag dan Fe3+ merupakan cara pembuatan sistem koloid: a. dispersi; c.kondensasi, hidrolisis; b. dispersi, kimia; d. kondensasi, redoks; e.kondensasi, fisika. Sumber: http://id.shvoong.com/books/dictionary/2147047persoalan-koloid/#ixzz1cMiXZ2Fg

Iklan oleh Google

Butuh Motor Baru/bekas ?


Disini Ribuan iklan Motor kondisi Ok Harga pas, Mampir langsung!
www.berniaga.com

Discount with 70% Of


www.disdus.com/Jakarta

The Best Discounts & other 70% Today

Sifat-Sifat

Koloid
Sistem koloid, yang terdiri dari koloid sol, emulsi, dan buih masing-masing mempunyai sifat-sifat tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak penjelasan berikut ini:

1.
A.

Koloid Sol
Pembagian Koloid Sol

Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi: a. 1. Sol Padat

Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam. b. Sol 2. Sol Cair (Sol)

Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll. c. Sol3. Sol Gas (Aerosol Padat)

Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di udara, asap pembakaran, dll. B. 1. Sifat-Sifat Koloid Sol Efek Tyndall

Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan

cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikelpartikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2.

Gerak Brown

Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut: Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari

segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3.

Adsorpsi koloid

Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut

akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikelpartikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas. 4. Muatan Koloid Sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium

pendispersinya. penjelasannya: a.

Berikut

ini

adalah

Sumber Muatan Koloid Sol

Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel. i. Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau kation. Sebagai contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol Fe(OH) 3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3 (bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu

tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan negatif. ii. Proses Ionisasi Gugus Permukaan Partikel Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang ada pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen. a. Pada koloid protein:

Koloid ini adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (COOH) dan basa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul-molekul protein. Pada pH rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa NH2 akan menerima proton (H+) dan membentuk gugus NH3+ NH2 + H+ -NH3+

Pada pH tinggi, -COOH akan mendonorkan proton H+ dan membentuk gugus COOCOOH + H+ COOMaka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan bermuatan negatif pada pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel protein bermuatan netral karena muatan -NH3+ COO- saling meniadakan menjadi netral. b. Pada koloid sabun / deterjen

Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada konsentrasi relatif pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk partikel-partikel berukuran koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang tergabung dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel-partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi. Sabun adalah garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam air partikel ini akan terionisasi. R-COO-Na+ R-COO- + Na+

Anion Anion-anion R-COO- akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO- larut dalam air sehingga berada di permukaan yang bersentuhan dengan air.

b.

Kestabilan Koloid

Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid. c. Lapisan Bermuatan Ganda

Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem

koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan bersifat netral. d. Elektroforesis

Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita lihat tabung berikut di samping. Pada gambar, terlihat bahwa partikelpartikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif.

e.

Koagulasi

Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi. Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu 1. Menggunakan prinsip elektroforesis

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka system koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral. 2. Penambahan muatan berlawanan koloid lain dengan

Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif, maka muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral. 3. Penambahan elektrolit

Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi. 4. Pendidihan

Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. f. Koloid pelindung

Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.

Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil. Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob: Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen. Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang dalam air. Sifat-Sifat Pembuatan Sol Liofil Sol Liofob

Dapat dibuat Tidak dapat langsung dibuat hanya dengan dengan mencampurkan mencampur fase terdispersi fase terdispersi dengan dan medium medium pendisperinya terdispersinya Memiliki

Muatan partikel Mempunyai

muatan yang muatan positif kecil atau tidak atau negative bermuatan Adsorpsi medium pendispersi Partikel-partikel Partikel-partikel sol liofil sol liofob tidak mengadsorpsi mengadsorpsi medium medium pendispersinya. pendispersinya. Terdapat Muatan partikel proses solvasi/ diperoleh dari hidrasi, yaitu adsorpsi terbentuknya partikel-partikel lapisan mediumion yang pendispersi bermuatan yang listrik teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi Mudah menggumpal

Viskositas (kekentalan)

Penggumpalan Tidak mudah menggumpal

dengan penambahan elektrolit

dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.

Sifat reversibel Reversibel, Irreversibel artinya fase artinya sol terdispersi sol liofob yang liofil dapat telah dipisahkan menggumpal dengan tidak dapat koagulasi, diubah menjadi kemudian sol dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya. Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang lemah Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali Memberikan efek Tyndall yang jelas Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel

Migrasi dalam medan listrik

C.

Pembuatan Koloid Sol

Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode dispersi. 1. Metode Kondensasi

Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian pelarut.

a. a. i.

Metode kondensasi

ksi dekompi. Reaksi dekomposisi rangkap Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang As2O3 + 3 H2S (koloid) + 3H2O As2S3

Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer. AgNO3 + HCl (koloid) + HNO3 AgCl

ii. ii. -

Reaksi Hidrolisis

Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih
-

AlCl3 + 3H2O (koloid) + 3HCl -

Al(OH)3

Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih FeCl3 + 3H2O (koloid) + 3HCl Fe(OH)3

iii. iii. -

Reaksi redoks Sol Au daoat dibuat dengan

mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi organik formaldehida HCHO 2AuCl3 + 3HCHO + 3H2O 2Au (koloid) + 6HCl + 3HCOOH iv. iv. Penggantian pelarut

Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air.

2.

Metode Dispersi

Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat

berupa cara mekanik maupun peptisasi

i.Car

i.

Mekanik

Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid. Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang. ii. ii. Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid dengan

penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid.

Beberapa contoh lain : Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS - Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl - Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3

iii. Cara busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Alat yang digunakan dapat disimak pada

gambar berikut. Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.

D.

Pemurnian Koloid Sol

Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra. 1. Dialisis

Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel (yang tidak

dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan menaruh sistem koloid pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat yang terlarut di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu, sedangkan system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-zat yang terlarut. 2. Elektrodialisis

Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik. Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang menyokong selaput semipermeabel. Kemudian, partikelpartikel zat terlarut dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju electrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik pempercepat proses pemurnian. 3. Penyaring Ultra

Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori akan berkurang.

Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi penyaring ultra.

2.

Koloid Emulsi

Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:

1.

Emulsi Gas (Aerosol Cair)

Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown. 2. Emulsi Cair

Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Sifat emulsi cair yang penting ialah: 1. Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi. 2. Pengenceran Emulsi dapat penambahan pendispersinya. 3. diencerkan sejumlah dengan medium

Emulsi Padat atau Gel

Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai

panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut. Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi: 1. Gel elastis

Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin. 2. Gel non-elastis

Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh adalah gel silika.

3.

Koloid Buih

Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi: 1. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih telur. Sifat-sifat buih cair ialah: Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.

2.

Buih Padat

Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll. Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong sebagai larutan.

Elektroforesis Oleh karena partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakkan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis. Dalam tabung U yang berisi sistem koloid sol yang bermuatan positif, dimasukkan sepasang elektrode dan diberi arus searah dari sumber tegangan. Dapat diketahui bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif (katode). Apabila sistem koloid tersebut diganti dengan yang bermuatan negatif, maka akan ditemukan bahwa

partikel-partikel koloid akan bergerak menuju elektrode positif (anode). Fenomena eletroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid. Muatan beberapa partikel medium pendispersi air: koloid dalam

Partikel Koloid Bermuatan Positif Fe(OH)3 Al(OH) 3 Pewarna dasar Hemoglobin

Partikel Koloid Bermuatan Negatif As2S3 Logam seperti Au, Ag, Pt Tepung Tanah liat

You might also like