You are on page 1of 11

IMAM SURYANTO 1006779922 Human Relations Humas 2010

Kasus 1: Kemelut Freeport dan Masyarakat Papua a. Tuntutan karyawan PT Freeport Indonesia b. Pelamggaran Hak Asasi Manusia c. Ketidakpuasan Masyarakat Papua secara luas Pertanyaan: 1. Mengapa pengelola/manajemen sebuah perusahaan harus memperhatikan unsure human relations? Jelaskan dengan konsep Triple Botom Line. 2. Buatlah analisa khusus dan kemukakan pendapat Anda mengenai PT Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human Relations. 3. Bagaimana seharusnya penerapan human relations dalam komunikasi

organisasi (internal)? 4. Jika Anda menjadi Public Relations Officer PT Freeport Indonesia, program apa saja yang akan Anda lakukan, baik untuk public internal maupun eksternal? JAWAB : 1. Pengelola / manajer sebuah perusahaan harus memperhatikan unsure human relations (dengan konsep bottom line), kenapa? Karena human relations dalam perusahaan merupakan salah satu factor/unsure pokok yang harus diperhatikan oleh seorang pengelola/manajer perusahaan. Perusahaan sebagai suatu badan usaha turut berperan serta dalam proses pembangunan ekonomi bangsa. Keterlibatan dalam proses tersebut tidak terlepas dari keberadaan sumber daya manusia bagi perusahaan adalah untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memperbaiki kesejahteraan atau kemajuan karyawan yang bekerja didalamnya. Kesejahteraan atau kemajuan itu tidak hanya dapat dicapai melalui terpenuhinya kebutuhan fisik atau materi saja. Satu hal yang sangat penting tapi justru kadang terlupakan adalah usaha perusahaan untuk memperhatikan kebutuhan

psikologis karyawannya. Dalam hal ini salah satunya adalah faktor human relationsnya. Pengertian secara umum, human relations adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain yang terjadi dalam segala situasi dan dalam semua bidang kegiatan atau kehidupan untuk mendapat kepuasan hati. Secara ringkas sebenarnya studi human relations memusatkan perhatian pada dua tema, yaitu memperbesar produktivitas dalam pekerjaan dan mempebesar kepuasaan manusia dalam organisasi. Jadi sebenarnya dalam human relations kita berbicara tentang pola-pola perilaku dalam organisasi. Di dalam perusahaan manajer harus dapat peka untuk melihat apa yang sebenarnya dan apa yang sedang dibutuhkan karyawan dari segi fisik dan psikologisnya. Terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikologis ini dalam suatu perusahaan merupakan hal penting bagi tumbuhnya motivasi kerja yang lebih besar bagi produktivitas perusahaan. Besarnya dampak ini karena motivasi kerja yang dimiliki karyawan akan mampu memperbaiki efisiensi dan efektivitas perusahaan. Disamping itu motivasi kerja yang dimiliki karyawan pada saat ini juga mampu menentukan nasib perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah seorang pimpinan. Pemimpin/manajer ini diharapkan bisa memotivasi dan membimbing bawahannya dengan sebaik mungkin, selain itu juga harus bisa menyatukan seluruh anggota organisasi/perusahaan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Ada beberapa perusahaan yang telah menerapkan konsep Triple Bottom Line di dalam peraturan perusahaannya, contohnya seperti The Body Shop, Nestle, Unilever dan Kraft Foods. Konsep Triple Bottom Line adalah Konsep pengukuran kinerja perusahaan dengan memasukan tidak hanya ukuran kinerja ekonomis berupa perolehan profit, tapi juga ukuran kepedulian sosial terhadap

public internal maupun eksternal dan pelestarian lingkungan. Konsep Triple Bottom Line ini sering dikenal dengan konsep TBL / 3BL, atau 3P Profit, People, Planet. Jadi, ketiganya merupakan pilar yang mengukur nilai kesuksesan suatu perusahaan dengan tiga kriteria: ekonomi, manusia dan sosial, serta lingkungan. Human relations merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Human relations yang berjalan baik akan menghasilkan dampak yang baik pula bagi perusahaan. Jika dipandang dengan konsep TBL, pentingnya manajer memperhatikan unsur human relations adalah agar semua tujuan perusahaan dapat tercapai dengan tidak mengesampingkan unsur karyawan/sosial dan lingkungan. Yang ditekankan pada konsep TBL adalah People (Manusia), perusahaan harus memperhatikan para pekerja/karyawannya. Perusahaan tidak boleh egois hanya mementingkan profit perusahaan (profit oriented) dan mengesampingkan faktor humanisnya. Disini secara tidak langsung karyawan merupakan penggerak dari sebuah perusahaan, jika tidak ada karyawan perusahaan juga tidak akan berproduksi. Untuk itu, alangkah

baikknya jika sebuah perusahaan dengan bijak memandang karyawan sebagai faktor yang sangat penting dalam proses keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Perusahaan harus memberikan perhatian yang maksimal terhadap karyawan, seperti jaminan kesehatan bagi karyawan, pendidikan karyawan, tunjangan, dan bonus. Perusahaan tidak boleh

mengeksploitasi tenaga karyawan demi tujuannya, apalagi membayar gaji karyawan di bawah range yang tidak wajar. Jika seorang pengelola/manajer perusahaan memperhatikan hal-hal seperti itu, dengan membayar upah pegawai dengan wajar, memberikan bonus bagi yang berprestasi, memberikan tunjangan, jaminan kesehatan, memperhatikan waktu jam kerja karyawan (tidak melakukan eksploitasi tenaga), tentu semangat kerja karyawan akan meningkat, hasil kerja yang dilakukan juga baik dan produktif, konsumen semakin banyak, perusahaan untung, karyawan mendapat bonus, kesejahteraan karyawan meningkat, tujuan perusahaan tercapai. Hal ini sesuai dengan konsep Satisfaction Circle dengan memperhatikan pula konsep TBL, unsur people. Jadi, kepuasan anatara kedua

belah pihak antara perusahaan dengan karyawan akan tercapai, baik dari segi economis, psikologis, dan sosialnya. Untuk itu jika People sudah dijalankan dengan baik maka Profit akan mengikuti, karena jika dipikir secara logis penerapan People yang benar maka Profit perusahaan juga akan meningkat sejalan dengan bagaimana penerapan People-nya. Unsur lain yang perlu diperhattikan adalah Planet, Planet disini adalah lingkungan disekitar. Dalam kasus ini tentu lingkungan disekitar FI. Sebagai perusahaan yang besar seyogyanya FI juga ikut menjaga lingkungan, dengan mengurangi produk limbah yang dihasilkan, mengurangi kerusajan tahan dan tumbuhan disekitarnya. Alangkah bijaknya jika semua 3P ini diperhatikan dengan benar, sehingga tidak merugikan dan mengorbankan pihak lain demi mencapai suatu tujuan.

2. Analisa dan pendapat saya mengenai PT Freeport Indonesia dipandang dari sudut Human Relations. Kemelut permasalahan PT Freeport Indonesia dengan masyarakat Papua merupakan masalah yang penting untuk dibahas. Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat papua terhadap PT FI itu. Pemberontakan itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat Papua tercermin dengan jelas dari adanya berbagai kasus yang terjadi di mutiara timur Indonesia ini. Dilihat dari sudut Human Relations, PT Freeport Indonesia sebenarnya sudah melanggar peraturan. Pertama, tidak adanya komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan pekerjanya mengindikasikan bahwa perusahaan itu tidak menerapkan prinsip Human Relations dengan benar, atau bahkan tidak menerapkan sama sekali, sehingga lambat laun perusahaan itu pasti akan mengalami penurunan produksi karena tidak berjalannya satisfaction circle yang merupakan salah satu konsep Human Relations yang sebenarnya harus dilakukan oleh perusahaan sehingga tujuan dari perusahaan itu sendiri akan tercapai. Hal ini tentu sangat beda dengan PT Freeport Indonesia, yang menurut saya kurang menerapkan praktik Human Relations dengan baik kepada seluruh

karyawannya.

FI

hanya

melakukan

Downwards

Communications

yang

mengakibatkan proses Human Relations yang terjadi di FI itu sendiri berjalan sangat kaku dan formal. Hal ini dapat dilihat dari sikap FI terhadap tuntutan pekerja perusahaan ini, dimana FI bersikeras menolak tuntutan para pekerja. Dengan kata lain FI tidak mau mendengar keluh kesah pekerjanya, FI tidak mau mendengar pendapat pekerjanya, FI cenderung bersikap apatis dengan mengendepankan prinsip Profit Oriented tanpa melihat sisi Humanis dari para pekerjanya, hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan prinsip Human Relations. Kedua, FI telah mengeksploitasi tenaga pekerja. Praktik Human Relations yang baik, seharusnya tidak melakukan hal seperti itu. Pekerja adalah aset penting dalam suatu perusahaan. Demikian seharusnya terjadi di PT FI ini. Tetapi kenyataannya, FI hanya menganggap pekerja sebagai buruh dengan derajat paling bawah yang dapat dimanfaatkan sesuka hatinya untuk mendapatkan atau mencapai sebuah tujuan. Pengeksploitasian tenaga kerja merupakan hal yang melanggar hukum dilihat dari perspektif manapun. Pekerja/karyawan seharusnya mendapat perlakuan yang baik oleh perusahaan. Ketiga, Upah tenaga kerja yang minim. Hal ini merupakan salah satu akar permasalahan yang mendasari dari pemogokan kerja pekerja PT Freeport Indonesia ini. Tidak adanya keseimbangan dan pemerataan pendapatan pekerja / karyawan, merupakan hal yang tidak sesuai dengan prinsip Human Relations. Seperti telah kita ketahui, bahwa FI merupakan perusahaan tambang emas terbesar di Dunia. Dan sungguh ironis jika kita mendengar bahwa kesejahteraan masyarakat sekitar ataupun pekerjanya masih rendah atau dapat dikatakan miskin dan terbelakang. Perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar ini seharusnya memperhatikan aspek lingkungan dan sosial mereka, jangan bertindak egois dengan mengeksploitasi tenaga pekerja dan mengeksploitasi lingkungan. FI harus bisa menciptakan keseimbangan antara profit, sosial, dan kesejahteraan karyawannya. Menurut saya FI seolah-olah menganggap para pekerja sebagai buruh kasar yang dapat dimanfaatkan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran anggaran yang minim untuk gaji

pekerja/karyawan. Tentu hal ini merupakan sesuatu yang bijak yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Bagaimana dapat dikatakan bijak, jika FI hanya membagi 1% dari keuntungannya untuk 7 suku yang berada di sekitar penambangan PT FI ini, dan itu pun diserahkan kepada pemimpin suku, yang belum jelas apakah dana itu didistribusikan atau tidak. Memang sungguh ironis, Papua yang merupakan salah satu pulau terkaya di dunia itu, tidak dapat mensejahterakan masyarakat Papua itu sendiri. Mereka miskin di tanah air mereka yang kaya. Keempat, Pengusiran paksa terhadap masyarakat di daerah Amungsal (suku Amungme) yang dilakukan oleh oknum TNI dibawah kaki tangan PT Freeport Indonesia. Hal ini merupakan peristiwa yang tidak humanis. FI yang merupakan perusahaan pendatang / asing berani melakukan pengusiran terhadap masyarakat suku Amungme yang merupakan masyarakat yang memegang hak adat Gunung Eastberg yang konon merupakan tempat yang suci yang tidak sembarang orang boleh memasuki tempat ini. Tapi FI tanpa permisi, melanggar martabat, menghancurkan dunia batin dan sumber orientasi mereka. Kemudian suku Amungme dipindahkan di daerah kaki gunung di Grasberg. Banyak masyarakat dari suku Amungme yang meninggal karena tidak bisa bertahan hidup dengan situasi / kondisi alam yang berbeda dengan daerah asalnya itu. Kelima, Kekerasan yang sering dilakukan oknum TNI kepada masyarakat Papua. Banyak beberapa masyarakat Papua yang meningggal ataupun mengalami luka-luka karena tindakan kekerasan yang dilakukan oknum TNI bersenjatan ini yang menjadi tangan kanan PT FI. Sebenarnya banyak peristiwa yang menimbulkan tragedi di tanah Papua karena permasalahan Freeport. Kejadian terakhir yang dilakukan oknum TNI dan Polisi telah membuat kejadian satu orang demonstran pekerja Freeport meninggal karena menjadi korban pelurut aparat, dan beberapa lainnya luka-luka. Selain bukan merupakan tindakan yang Humanis hal ini juga telah melanggar HAM, yaitu hak untuk hidup, hak mendapatkan keadilan, dan hak mendapatkan keamanan. TNI dan Aparat

polisi yang seharusnya bertindak netral, seolah-olah lebih berpihak pada FI. Dalam hal ini masyarakat Papua tidak mendapatkan keadilan rasa aman. Dalam hal ini dapat kita katakan, sebenarnya siapa yang tidak nasionalis? Apakah masyarakat Papua atau pemerintah Indonesia?

3. Penerapan Human Relations dalam komunikasi organisasi (internal) ? Komunikasi Internal adalah komunikasi antara manajer dengan komunikan yang berada di dalam organisasi, yakni para pegawai, secara timbal balik. Karena dalam organisasi terdapat jenjang kepangkatan yang menyebabkan adanya pegawai yang memimpin dan yang dipimpin, maka dalam manajemen tidak saja terjadi komunikasi antara pegawai yang sama status atau pangkatnya, tetapi juga antara pegawai yang memimpin dan yang dipimpin. Komunikasi internal terbagi menjadi tiga kegiatan yakni komunikasi vertical, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Komunikasi Vertikal Komunikasi yang terjadi antara manajer dengan pegawainya atau sebaliknya. Sebagai perusahaan pertambangan yang besar, PT Freeport Indonesia telah menerapkan komunikasi vertical, tapi sayangnya komunikasi ini terlalu kaku dan tidak memberikan banyak kesempatan bagi para pegawai untuk mengeluarkan apresiasinya. Dapat dibilang komunikasi tipe ini seperti komunkasi klasik yang menjunjung tinggi nilai mesin dan menjadikan pegawai sebagai tenaga yang dapat dieksploitasi. Jadi saran saya, komunikasi vertical tetap diterapkan, tetapi mungkin sikap dari manajer atau atasan-atasannya yang diubah. Manajer seharusnya juga lebih menghargai jasa

karyawan/pegawainya. Komunikasi Horizontal Komunikasi yang terjadi antara manajer dengan manajer, atau pegawai dengan pegawai, komunikasi yang terjadi pada level yang sama. Dalam komunikasi horizontal PT Freeport Indonesia, menurut saya cukup baik.

Hanya perlu ditingkatkan kegiatan yang melibatkan banyak pegawai sehingga kesatuan dari pegawai menjadi suatu kesatuan yang solid. Komunikasi Diagonal Komunikasi yang terjadi antara atasan bidang lain, dengan staff yang berbeda. Seharusnya PT FI melakukan cara-cara komunikasi organisasi (internal) yang benar yaitu: FI memperhatikan kepentingan pegawai dari segi ekonomi, sosial maupun psikologis FI melaksanakan two way communication dengan feedback yang baik berkat adanya good human relations, meliputi : downwards, upwards, horizontal, diagonal communication Komunikasi dalam organisasi ini diperlukan oleh FI untuk: Menjalin pengertian di antara seluruh komponen organisasi. Bila FI tidak dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, maka semua rencana, intruksi, sasaran, dan motivasi tinggal di atas kertas saja. Tanpa adanya komunikasi yang baik, pekerjaan akan simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan organisasi tidak akan tercapai. Komunikasi di dalam organisasi bagaikan darah di dalam badan. Bila jalannya tidak lancer atau tersumbat, badan akan sakit bahkan jantung terhenti. Hal ini dapat kita ketahui dari masalah FI sekarang ini, terjadinya mogok kerja karena kurang berjalannya komunikasi yang baik. Tujuan pelaksanaan human relations di lingkungan internal organiasi: Menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan internal organisasi Menciptakan motivasi kerja tinggi pada karyawan

4. Program yang akan saya lakukan jika menjadi PRO PT Freeport Indonesia adalah : Mengadakan program pengembangan dan agribisnis di Papua Program Papua: Together We Can Papua Green and Clean Papua Trashion Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat Festifal Seni Budaya Asmat dan Kamoro Program Papua Mandiri (Wirausaha Papua) Program Pendidikan Karyawan Program Pra-magang / magang bagi keluarga karyawan (Tujuh Suku) Program Recycle limbah Program pengurangan limbah yang dihasilkan Program utama yang akan saya lakukan adalah program Papua: Together We Can, Papua Mandiri (Wirausaha Papua) dan Papua Green and Clean. Program Papua: Together We Can Program ini bertujuan mencerdaskan masyarakat Papua yang telah kita ketahui, masih banyak masyarakat Papua yang belum dapat membaca, menulis, dan mengembangkan ketrampilannya. Papua: Together We Can ini akan mengadakan pendidikan secara gratis bagi masyarakat Papua terutama yang berada di pedalaman. Kami akan menyesuaikan bagaimana cara mengajar kami kepada masyarakat pedalaman. Kami akan mengundang pengajar-pengajar yang professional baik dalam negri maupun dari luas (Amerika Serikat). Untuk memudahkan dalam pengajaran kami akan mengudang ahli psikologi. Program ini kami tujukan bagi masyarakat semua umur khusus Papua, terutama yang berada disekitar tempat pertambangan maupun yang berada jauh di pedalaman. Together We Can merupakan program gotong-royong dalam mencerdaskan masyarakat Papua. Program ini gratis, dan diharapkan Papua dapat menjadi daerah yang cerdas dan berwawasan luas.

Papua Mandiri Program Papua Mandiri dikhususkan bagi perempuan dan Pria dewasa Papua. Program Papua Mandiri / wirausaha, mereka akan dilatih bagaimana berwirausaha yang benar, mereka juga akan diberikan ketrampilan seperti menjahit, membuat kerajinan, dan memanfaatkan sumber daya alam sebagai obat, makanan, dan kerajinan. Hal ini tentu akan diteliti terlebih dahulu di laboraturium mana saja sumber daya alam yang dapat diolah dan tidak menimbulkan efek samping.

Papua Green and Clean Program Papua Green and Clean ini akan diadakan khususnya di daerah di sekitar PT Freeport Indonesia, yang meluas ke tujuh suku di daerah PT FI ini. Program ini terdiri dari reboisasi daerah/lahan gundul, pembelajaran teknik penaman yang benar, merawat tanaman, menjaga tanah, membuang sampah pada tempatnya, bagaimana mengolah sampah yang benar, menjaga kebersihan air sungai, serta bersama PT FI ikut menjaga hutan di Papua yang berperan penting dalam menangani proses pemanasan global yang terjadi saat ini.

Pada program-program di atas merupakan bentuk program CSR yang akan kami lakukan, jika saya menjadi PRO PT Freeport Indonesia. Adapun tahap yang akan saya lakukan adalah: Tahap perencanaan: awareness building, CSR assessment, CSR manual building Tahap Implementasi: ~ Organizing ~ Staffing ~ Directing ~ Controlling ~ Actuating ~ Evaluating

Tahap Evaluasi: internal maupun meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktek CSR

Tahap Pelaporan

Bentuk CSR yang akan saya lakukan adalah: Bentuk Sosial Bentuk Lingkungan Bentuk Ekonomi Bentuk Budaya

You might also like