You are on page 1of 18

Tara S.

Kairupan - 0911232065

PERSEPSI DALAM PROMOSI KESEHATAN

Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenal stimulus yang kita terima. Persepsi yang kita miliki ini dapat mempengaruhi tindakan kita. Robbin (2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Walaupun proses mulai dari rangsangan fisik hingga interpretasi terjadi cepat, namun untuk mempelajari persepsi kita dapat membaginya menjadi dua bagian besar yaitu: proses sensasi atau merasakan (sensation) yang menyangkut proses sensoris dan persepsi yang menyangkut interpretasi kita terhadap objek yang kita lihat atau kita dengar atau kita rasakan.

A. SENSASI Sebuah objek berupa stimulus fisik diterima oleh panca indera kita melalui elemen sensitif yang disebut reseptor. Reseptor ini berhubungan dengan saraf otak. Ketika indera kita dirangsang oleh suatu objek fisik, maka akan terjadi sensasi sesuai dengan indera yang dirangsang. Misalnya, ketika kita melihat cahaya lampu maka yang dirangsang adalah saraf mata kita. Atau ketika kita mendengar suara petasan maka yang dirangsang adalah saraf pendengaran kita. Indera yang dapat menerima stimulus fisik adalah panca indera kita, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan peraba di mana sensor kulit dapat membedakan panas, dingin, dan rasa sakit. Sensasi lain yang dapat kita rasakan adalah kinestetik, sedangkan vestibular dapat menginformasikan kita tentang adanya gerakan atau tidak di kepala kita sehingga kita dapat menjaga keseimbangan kita. Energi fisik yang kita peroleh dari luar harus diubah menjadi aktivitas pada sistem saraf kita. Proses ini disebut sebagai transduction. Transduksi ini terjadi pada sel reseptor, di mana secara efisien sel reseptor mengubah energi

Tara S. Kairupan - 0911232065

fisiknya menjadi tegangan listrik yang disebut dengan reseptor potensial. Reseptor potensial ini kemudian memberikan impuls saraf yang menuju otak atau tulang belakang. Kejadian lompatan elektrik ini disebut generator potensial. Untuk dapat diolah, energi fisik harus mencapai ambang minimal tertentu. Ambang absolut adalah intensitas minimal yang harus ada sehingga stimulus dapat dideteksi. Ambang minimal ini dapat berbeda-beda pada setiap orang, tergantung sensitivitas seseorang. Stimulus yang berada di bawah ambang minimal disebut sebagai subliminal. Penelitian dari ahli anestesi di Inggris membuktikan bahwa dalam situasi dibius seseorang masih memiliki

kesadarannya. Pasien yang pada saat dibius berulang kali diberi sugesti bahwa ia tidak akan merasa sakit, maka akan sembuh lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak. Namun demikian, sejauh mana stimulus subliminal ini dapat mempengaruhi perilaku kita, masih dipertanyakan. Apakah seseorang yang buta dan tuli tidak dapat menginterpretasikan stimulus di sekelilingnya? Helen Adams Keller adalah seorang yang menyandang cacat seperti itu, namun ia dapat mempelajari dunia ini. Hanya dengan indera pengecap dan perabanya ia belajar mengenai stimulus yang ada di sekelilingnya dan dapat menginterpretasikan apa yang dirasakannya. Kemudian kepadanya diperkenalkan nama-nama dari benda-benda di sekelilingnya. Dengan

mempelajari konsep-konsep ini Helen Keller dapat keluar dari keterbatasannya dan berkomunikasi dengan dunia luar. Banyak kata yang diajarkan pada Helen Keller, namun ia masih tidak mengerti makna dari kata-kata tersebut. Dengan mengandalkan indera perabanya ia mempelajari makna dari kata-kata yang diajarkan karena ia tidak bisa melihat. Kerusakan pada bagian otak akan mempengaruhi persepsi visual manusia. Bagian otak yang bertanggung jawab untuk menerima stimulus visual adalah primary visual cortex atau bagian visual otak yang utama. Jika ada kerusakan pada bagian tersebut maka seseorang tidak dapat melihat bagian tertentu dari lapangan pandangnya. Bagian mana yang tidak terlihat tergantung dari daerah mana bagian primary visual cortexnya yang rusak. Namun walaupun orang ini tidak dapat melihat objek tersebut, ia masih dapat mempersepsikan objek tersebut.

Tara S. Kairupan - 0911232065

Ibarat jika anda meneropong teleskop yang terbuat dari kertas, walaupun anda hanya melihat sebagian, namun anda masih dapat mempersepsikan objek yang hanya anda lihat sebagian. Sebaliknya, jika yang rusak adalah bagian visual association cortex maka kemampuan seseorang untuk melihat tidaklah terganggu namun ia akan mengalami banyak kesulitan untuk mempersepsikan objek apakah yang ia lihat. Beberapa gangguan tersebut antara lain: Achromatopsia : atau biasa dikenal dengan buta warna, dimana seseorang ibarat hidup dalam film hitam-putih. Seberapa berat buta warnanya tergantung dari kerusakannya. Jika kerusakanya ada pada kedua sisi otak, maka terjadilah buta warna total. Balints syndrome : sindrom yang disebabkan oleh karena kerusakan bilateral pada daerah parietooccipital di otak sehingga seseorang akan mengalami kesulitan dalam mempersepsikan lokasi dari objek dan meraihnya hanya dengan panduan penglihatan saja. Visual agnosia : ketidakmampuan seseorang yang tidak buta dalam mengenali identitas dari objek visualnya, yang disebabkan oleh kerusakan pada visual association cortexnya. Prosopagnosia : salah satu bentuk dari visual agnosia, di mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengenali raut muka orang. Dalam hal ini seseorang akan tahu bahwa di depannya ada seseorang laki-laki tinggi tegap dan berkumis, namun ia tidak dapat mengenali bahwa itu adalah suaminya.

B. PERSEPSI Setelah stimulus diterima oleh sistem saraf, proses selanjutnya adalah menginterpretasikan stimulus yang tersebut. Interpretasi adalah apa yang keluar dari kepala kita, sedangkan sensasi adalah apa yang kita terima dari luar dan masuk ke dalam kepala kita. Proses pertama yang harus kita lalui dalam mempersepsikan suatu objek adalah perhatian. Tanpa memusatkan perhatian pada suatu objek, maka kita tidak dapat mempersepsikannya. Pemusatan perhatian adalah suatu usaha dari manusia

Tara S. Kairupan - 0911232065

untuk menyeleksi atau membatasi segala stimulus yang ada untuk masuk ke dalam suatu pengalaman kesadaran kita dalam rentang waktu tertentu. Bayangkan jika kita tidak dapat memusatkan perhatian, maka semua objek akan berusaha kita persepsikan sehingga kita akan bingung sendiri. Karena kita tidak dapat mengolah semua stimulus yang ada, maka kita harus menyaring stimulus tersebut untuk kita proses. Dengan demikian, proses filtering adalah proses di mana kita mengabaikan stimulus tertentu dan membiarkan stimulus lainnya untuk kita proses lebih lanjut. Pada umumnya yang masuk dalam rentang perhatian kita adalah hal-hal yang kita butuhkan. Sebagai contoh, kita berbelanja di supermarket dalam kondisi perut lapar, maka berbagai makanan kecil akan menarik perhatian kita, dan kita cenderung untuk membeli lebih banyak makanan kecil daripada jika kita berbelanja saat perut kita kenyang. Dari penjelasan ini dapatkah anda menjelaskan, mengapa peringatan pada bungkus rokok seringkali tidak masuk dalam pusat perhatian seorang perokok?

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. a. Faktor Eksternal 1. Kontras Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, dan bentuk atau gerakan. a. Kontras warna Jika kita naik gunung maka kita dianjurkan menggunakan jaket warna jingga. Hal ini untuk memudahkan pencarian jika kita tersesat di gunung. Warna jingga yang kontras dengan warna hijau di sekelilingnya akan lebih cepat menarik perhatian kita.

Tara S. Kairupan - 0911232065

b. Kontras ukuran Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan iklan, dimana mereka akan membuat papan iklan yang besar sekali (balihoo) seperti yang dilakukan iklan-iklan rokok. c. Kontras bentuk Di antara kumpulan orang yang kurus, maka yang akan cepat menjadi perhatian orang adalah orang gemuk. d. Kontras gerakan Gerakan akan menarik perhatian kita jika benda-benda lainnya diam. Misalnya jika pada saat kuliah ada seorang mahasiswa yang terkantuk-kantuk dan kepalanya terayun-ayun, maka dosen pasti akan dengan cepat memperhatikan mahasiswa ini dan menegurnya. Iklan teh celup juga menggunakan teknik ini, di mana tangan seorang wanita yang bergerak-gerak ketika mencelupkan tehnya akan menarik perhatian kita diantara iklan lainnya yang diam. 2. Perubahan intensitas Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian kita. Misalnya iklan dengan suara yang tiba-tiba menjadi keras akan lebih menarik perhatian kita. Atau kedipan lampu yang menyilaukan akan menarik perhatian kita. 3. Pengulangan (repetition) Iklan yang diulang-ulang ajab lebih menarik perhatian kita, walaupun sering kali kita merasa jengkel dibuatnya. Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita. 4. Sesuatu yang baru (novelty) Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui. Misalnya, muncul suatu cara terapi yang baru, di mana seseorang akan dimasukkan ke dalam kapsul dan dipijat melalui alat, maka orang akan tertarik daripada melihat alat pemijat yang

Tara S. Kairupan - 0911232065

konvensional. Itulah sebabnya industri yang memproduksi barang-barang konsumtif selalu mengembangkan model-model terbarunya. 5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita. Misalnya jika ada segerombolan orang yang berkerumun di rel kereta api, maka kita juga akan tertarik untuk melihat apa yang dilihat oleh gerombolan orang tersebut.

b. Faktor Internal Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan berbeda. Atau ibarat pepatah yang mengatakan rambut sama hitam, pendapat dapat berbeda. Dalam ilmu psikologi, untuk mengetahui faktor internal yang ada dalam diri seseorang, misalnya motivasinya atau emosi maka digunakan stimulus tertentu. Pada umumnya stimulus yang diperlihatkan dapat memancing berbagai macam pendapat. Teknik ini disebut sebagai teknik proyeksi. Test Rorcshach, Wartegg, atau TAT adalah contoh-contoh yang mempergunakan teknik ini. 1. Pengalaman/Pengetahuan Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Misalnya seorang anak yang jika datang ke dokter selalu diimunisasi dengan cara disuntik maka ia akan menangis jika melihat dokter, karena ia takut dokter tersebut akan menyuntiknya. 2. Harapan atau expectation Jika anda datang ke rumah sakit membawa seseorang dalam keadaan gawat, maka ketika seseorang dengan jas putih datang maka anda akan langsung memanggilnya sebagai dokter. Namun jika anda tahu yang datang bukan dokter, anda akan kecewa dan berteriak, mana dokternya? 3. Kebutuhan Kebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita

Tara S. Kairupan - 0911232065

menginterpretasikan stimulus secara berbeda. Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kebutuhan finansial akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap uang. Penelitian dilakukan dengan

menghipnotis sekelompok mahasiswa bahwa mereka ada di dalam situasi sangat miskin. Kelompok mahasiswa lainnya dihipnotis dalam kondisi yang kaya raya. Semua kebutuhan terpenuhi bahkan mereka dapat membeli segala sesuatu yang mereka inginkan. Masing-masing individu setelah itu diminta untuk menggambarkan seberapa besar koin 1 sen, 5 sen, 10 sen, dan 25 sen yang ada dengan mengatur lampu yang ada. Ternyata kelompok yang dihipnotis tentang kemiskinan mempersepsikan besar koin tersebut lebih besar daripada kelompok mahasiswa yang dihipnotis tentang kekayaan. Demikianlah jika kita mendapat undian sebanyak 25 juta rupiah, maka anda akan merasa banyak sekali jika anda membutuhkan sebuah motor. Namun jika anda ingin membeli rumah maka uang sebesar itu akan anda persepsikan sebagai sedikit. 4. Motivasi Jika seseorang ingin lulus dengan predikat cum laude, maka nilai B akan dipersepsikannya sebagai nilai yang buruk. Sedangkan jika seseorang ingin cepat lulus, maka nilai B akan dipersepsikannya sebagai nilai yang sudah baik. Atau seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya, maka akan mempersepsikan rokok sebagai sesuatu yang negatif. 5. Emosi Seorang yang sedang jatuh cinta maka segala sesuatu akan

dipersepsikannya serba indah. Kita akan melihat pacar kita sebagai seorang yang tampan atau cantik. Emosi takut juga mempengaruhi persepsi kita terhadap rasa sakit. Jika kita merasa takut, maka setelah operasi kita akan merasa lebih sakit daripada mereka yang tidak merasa takut. Persepsi kita terhadap rasa takut dapat kita kurangi dengan memecah perhatiannya. Musik atau televisi mengalihkan perhatian kita dari rasa sakit. Selain itu dapat pula

Tara S. Kairupan - 0911232065

memusatkan perhatian kita kepada hal-hal yang menggembirakan, misalnya kita akan memenangkan pertandingan olahraga tertentu. 6. Budaya Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama. Inilah yang disebut sebagai stereotipi. Kita akan melihat orang tua sebagai sama cerewetnya dan suka membanggakan masa lalu, dan sebaliknya orang tua akan mempersepsikan anak muda sebagai anak muda yang kurang tahu sopan santun dan tidak mau bekerja keras. Namun jika kita sebagai orang muda, kita dapat menginterpretasikan perbedaan individu dengan mengatakan, tidak semua anak muda seperti itu. Itulah sebabnya kita akan menjadi lebih kritis jika membaca koran yang memberitakan tentang kelompok kita, namun menjadi tidak kritis jika membaca tentang orang di luar kelompok kita.

D. BENTUK DAN LATAR Dalam mempersepsikan stimulus visual berupa bentuk, kita akan

menggolongkannya menjadi dua bagian, yaitu objek dan latar. Objek adalah benda atau bentuk yang masuk dalam fokus perhatian kita. Sedangkan latar adalah tanpa bentuk dan membantu kita untuk menetapkan lokasi dari objek yang kita lihat. Dengan demikian persepsi visual suatu objek visual bergantung dari bagian mana yang kita anggap sebagai objek, dan bagian mana yang kita anggap sebagai latar. Konsep ini oleh para ahli psikologi disebut sebagai figure and ground. Contoh klasik yang sering diperlihatkan dalam menjelaskan konsep ini adalah gambar bejana atau wajah. Perhatikan gambar di bawah ini, apakah yang anda lihat?

Tara S. Kairupan - 0911232065

Gambar: Bejana atau Wajah?

Anda akan melihat gambar di atas sebagai cawan jika bagian putih yang anda pilih menjadi objeknya dan bagian hitam sebagai latar. Sebaliknya anda akan melihat gambar dua orang yang saling berhadapan jika anda memfokuskan warna hitam sebagai objek dan warna putih sebagai latarnya. Yang membedakan antara figur dan latar adalah kontur. Kontur terbentuk jika ada perbedaan tajam dari warnanya. Jika warna berubah secara bergradasi dan tidak secara tajam, maka kita tidak akan menemukan konturnya. Kontur akan memberikan bentuk pada suatu objek karena akan membedakan antara figur dan latarnya. Jika kontur tidak jelas maka figur menjadi sulit ditemukan. Misalnya jika seorang prajurit berperang di hutan, maka ia akan memakai baju hijau dengan topi yang dilapisi dengan dedaunan. Tujuannya agar dirinya tersembunyi dari pandangan musuhnya. Gambar segitiga KANIZA di bawah ini akan menjelaskan hukum ini. Di mana dalam gambar tersebut kita temukan bahwa kontur dapat kita lihat secara subjektif tanpa menggunakan adanya perbedaan energi. Dalam gambar ini kita akan melihat gambar segitiga walaupun tidak ada energi yang berubah yang kita tangkap kecuali pada sudut-sudutnya.

Tara S. Kairupan - 0911232065

Gambar: segitiga KANIZA

Psikologi Gestalt adalah cabang dari psikologi yang pada awal abad 20 secara intensif mempelajari bagaimana kita mempersepsikan objek pengamatan yang kita lihat. Mereka berpendapat, bahwa kita tidak mempersepsikan stimulus yang ada di sekeliling kita secara terpisah-pisah namun stimulus ini diorganisasikan secara keseluruhan. Jadi keseluruhan adalah bukan jumlah dari bagian-bagiannya. Oleh karena itu, konteks menjadi sangat penting dalam menentukan persepsi kita. Dalam mempersepsikan objek pengamatan, maka stimulus akan diorganisasikan berdasarkan hukum-hukum pengelompokan, 1 menyebutnya sebagai Gestalt Laws of Grouping sedangkan 4 menggunakan istilah prinsip dan bukan hukum.

E. HUKUM-HUKUM DALAM PENGELOMPOKAN STIMULUS 1. Hukum kedekatan (law of proximity) Kita cenderung mempersepsikan objek-objek yang lebih kecil yang berdekatan sebagai suatu keseluruhan bentuk yang lebih besar. Misalnya dalam acara pembukaan olimpiade, penari-penari membentuk lima lingkaran yang saling bersinggungan sebagai lambang dari ke lima benua. Dalam hal ini kita tidak melihat penari-penari tersebut sebagai titik-titik, namun kita melihat sebagai lima buah lingkaran. Contoh lain, adalah jika

10

Tara S. Kairupan - 0911232065

anda diminta untuk menyalin gambar garis di bawah ke dalam buku anda. Bagaimana cara anda menggambar garis-garis ini ke dalam buku anda? Umumnya kita akan menyalinnya dengan membuat tiga garis berpasangpasangan dan bukan mengingatnya sebagai 6 buah garis.

Gambar: Hukum Kedekatan (law of proximity)

Demikian

pula

dalam

kehidupan

sehari-hari,

orang

akan

mempersepsikan sebagai anggota suatu kelompok jika sering berada bersama-sama dengan anggota kelompok tersebut. Seorang remaja yang sering pergi dengan teman-temannya yang sering mabuk-mabukan, maka akan dianggap sebagai tukang mabuk pula.

2. Hukum kesamaan (law of similarity) Stimulus yang serupa cenderung kita persepsikan sebagai suatu kesatuan. Perhatikan gambar di bawah ini. Apakah anda mempersepsikannya sebagai segiempat atau kumpulan beberapa garis sejajar?

Gambar: Hukum Kesamaan (law of similarity) Pada umumnya kita akan mempersepsikan gambar di atas sebagai kumpulan garis-garis horizontal sejajar. Mengapa demikian? Karena dalam gambar tersebut terdapat dua jenis warna lingkaran yang berbeda,

11

Tara S. Kairupan - 0911232065

putih dan hitam. Hal ini menyebabkan kita tidak mempersepsikan kumpulan lingkaran putih dan dan hitam itu secara bersamaan, tetapi kita cenderung mengelompokan warna-warna tersebut. Itulah sebabnya kita tidak melihat gambar di atas sebagai suatu segiempat yang utuh. Dalam kehidupan sosial, stereotipe adalah contohnya. Kita akan dianggap memiliki karakteristik yang sama hanya jika kita memiliki kesamaan tertentu. Contohnya, jika kita orang Sunda maka kita akan dipersepsikan sebagai orang yang suka makan sayuran. Padahal belum tentu hal itu berlaku bagi diri kita. Hukum kedekatan dan kesamaan ini berlaku pada persepsi bunyi. Ritme yang kita dengar pada musik akan bergantung dari pengelompokan bunyinya, sesuai dengan warna suara dan kedekatannya. Demikian pula hal ini berlaku pada persepsi terhadap sentuhan.

3. Hukum kesederhanaan (law of simplicity) Dalam mempersepsikan stimulus, kita cenderung mempersepsikannya dalam bentuk yang paling dasar. Jika kita harus menyalin gambar di bawah ini, bagaimana cara anda untuk menggambarnya? Umumnya anda akan membuat layang-layang dan kemudian memberi dua garis vertikal pada kedua titik sudutnya. Anda tidak akan menyalin gambar tersebut dengan menggambar huruf K dan satu lagi K terbalik. Hal ini terlalu rumit untuk kita persepsikan.

Gambar: Hukum Kesederhanaan (law of simplicity)

12

Tara S. Kairupan - 0911232065

4. Hukum keteraturan bentuk (law of good figure) Dalam mempersepsikan suatu stimulus, kita cenderung membuatnya menjadi satu kesatuan yang sempurna atau secara simetris. Dalam hal ini, apa yang anda persepsikan dari gambar di bawah ini? Apakah segiempat atau bentuk lainnya? Umumnya kita akan cenderung mempersepsikannya sebagai segiempat walaupun di dalam gambar ada dua macam lingkaran, yaitu putih dan hitam. Mengapa kita tidak mempersepsikan yang putih dengan yang putih dan yang hitam dengan yang hitam? Karena pengelompokan tidak menunjukan kita pada bentuk yang sempurna atau simetris sehingga hukum kesamaan menjadi gagal untuk berlaku. Dalam kehidupan sosial, jika kita melihat seorang ibu dan dua anaknya maka kita akan mempersepsikan sebagai suatu keluarga walaupun ayah mereka tidak ada.

Gambar: Hukum Keteraturan Bentuk (law of good figure)

5. Hukum kesinambungan (law of continuation) Hukum ini mengacu pada kesederhanaan sehingga stimulus tersebut mudah kita ramalkan. Supaya mudah diramalkan, maka suatu garis yang dimulai dari sebuah titik akan cenderung kita persepsikan akan berkesinambungan dengan cara yang sama misalnya pada contoh gambar di bawah. Jalur mana yang akan dilanjutkan oleh titik hitam ini? Pada umumnya kita akan meramalkan secara spontan bahwa titik-titik akan berlanjut pada jalur A pada gambar dan bukan pada jalur B.

13

Tara S. Kairupan - 0911232065

Gambar: Hukum Kesinambungan (law of continuation)

6. Hukum kesempurnaan (law of closure) Hukum ini merupakan proses persepsi dimana kita mengorganisasikan stimulus yang kita lihat dengan cara mengisi bagian-bagiannya yang hilang. Dengan demikian, kita cenderung akan mempersepsikan suatu bentuk yang keseluruhan dan bukan bagian-bagiannya. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan tachitoscope yaitu alat berupa lampu yang dapat menyinarkan gambar secara berkedip-kedip. Jika gambar yang disorot adalah gambar titik berupa lingkaran, maka kita melihatnya sebagai gambar sebuah lingkaran dan bukan titik-titik. Atau pada gambar titik-titik berupa segiempat, maka akan dipersepsikan sebagai segiempat.

Gambar: Hukum Kesempurnaan (law of closure)

7. Hukum kesenasiban (law of common fate) Hukum persepsi ini menyangkut gerakan. Jika ada benda yang bergerak ke arah yang sama, maka kita akan mempersepsikan bahwa benda itu adalah bagian dari suatu kelompok jika benda tersebut bergerak bersamaan. Sebaliknya jika benda tersebut tidak bergerak maka benda tersebut akan

14

Tara S. Kairupan - 0911232065

dipersepsikan sebagai bagian yang berbeda. Misalnya seekor bunglon yang menyembunyikan dirinya dengan mengubah warnanya sesuai tempat di mana binatang itu berada. Binatang ini tidak akan terlihat dengan mata kita karena binatang ini telah berubah warnanya menyerupai kulit batang pohon. Pada saat binatang ini diam, maka kita akan menganggapnya sebagai bagian dari batang pohon. Namun jika binatang ini bergerak, maka kita akan menyadari bahwa benda ini bukan bagian dari batang pohon.

F. HUKUM KETETAPAN Dalam mempersepsikan stimulus yang ada, kita akan mempersepsikan sebagai suatu yang tetap. Misalnya, jika kita melihat seseorang anak naik sepeda dari jauh dan menuju ke arah kita maka kita tidak akan mempersepsikan anak dan sepeda itu menjadi lebih besar. Piring yang dibawa oleh pelayan restoran akan tetap dipersepsikan sebagai bundar dan bukan oval seperti yang kita lihat saat ia membawa makanannya. Dengan hukum ketetapan persepsi ini, maka kita dapat dengan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kita. 1. Ketetapan ukuran Ukuran terkait dengan jarak antara objek yang jatuh di retina mata kita. Semakin jauh jaraknya maka semakin kecil ukuran yang kita lihat. Walaupun terjadi perubahan ukuran dari apa yang kita lihat, kita tetap yakin bahwa ukuran objek tersebut sama dan tidak berubah. Misalnya, jika kita melihat pesawat tinggal landas dan makin mengecil, maka tetap akan kita persepsikan titik tersebut sebagai sesuatu yang besar. Namun demikian ketetapan ukuran ini akan tergoyahkan apabila kita tidak dibekali dengan informasi tentang jarak dan latar belakangnya. Dengan demikian, sebenarnya kita mempersepsikan ukuran sesuai dengan apa yang ditangkap oleh retina mata kita, namun informasi tentang jarak dan latar belakang inilah yang membuat kita yakin bahwa ukuran benda tersebut tidak berubah. Jadi secara otomatis manusia akan mempergunakan informasi yang ada untuk mengoreksi apa yang ditangkap oleh retina mata kita.

15

Tara S. Kairupan - 0911232065

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa persepsi visual dipengaruhi oleh faktor belajar yang kita peroleh sejak kecil. Pola cahaya, bentuk, warna, dan gerakan yang kita temui sehari-hari akan membentuk sistem visual kita di otak. Jika kita hidup dalam lingkungan gedunggedung tinggi tanpa pepohonan, maka persepsi kita terhadap benda-benda vertikal menjadi kurang terasah. Pola yang menetap ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan persepsi atau yang dikenal dengan istilah ilusi. Contoh dari Muller-Lyer dan Ponzo illusion dapat menjelaskan hal ini.

Gambar: Ilusi Ponzo

Ilusi ini dapat membahayakan seorang pilot kapal terbang karena ia dapat keliru dalam mempersepsikan ketinggian. Oleh karena itu latihan yang intensif diperlukan untuk mencegah kesalahan persepsi ini. Ilusi banyak digunakan dalam berbagai hal, misalnya dalam dunia kecantikan. Misalnya agar mata kelihatan dalam maka digunakan eye shadow, penataan ruang yang serba putih akan mengesankan ruang yang sempit menjadi lebih luas jika diikuti dengan mebel dengan ukuran kecil.

2. Ketetapan warna Manusia tidak bertindak seperti sel fotoelektrik yang akan mencatat jumlah pencahayaan yang muncul dari objeknya. Namun seperti halnya pada ketetapan ukuran, maka manusia juga memiliki hukum ketetapan cahaya. Kita akan tetap yakin bahwa warna benda yang kita lihat akan tetap sama, walaupun pencahayaannya berubah. Misalnya bila kita

16

Tara S. Kairupan - 0911232065

melihat baju seorang perawat berwarna putih dan masuk ke dalam kamar yang agak gelap, maka kita akan tetap mempersepsikan warna baju itu sebagai putih dan bukan abu-abu.

3. Ketetapan gerak Hukum ketetapan gerak ini sangat berguna bagi kita dalam beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya jika kita berada di dalam kereta api dan melihat tiang-tiang bergerak maju, maka kita akan tetap mempersepsikan tiang itu diam dan tidak bergerak. Hal ini terjadi karena kita memiliki informasi bahwa tidak ada tiang listrik yang dapat bergerak. Namun jika kita berada di lampu merah perempatan jalan dan semua kendaraan dalam posisi berhenti, lalu mobil di sebelah kita bergerak maju, kita kemudian akan memeriksa rem tangan kita karena kita akan merasa bahwa mobil kitalah yang bergerak maju. Dalam hal ini hukum ketetapan gerak tidak berlaku karena benda yang kita tumpangi dan benda yang kita lihat adalah sama-sama dapat bergerak. Dengan demikian hukum ketetapan gerak juga sangat terkait dengan informasi yang kita miliki sejak kita lahir.

G. GAYA PERSEPSI KOGNITIF Uraian di atas menjelaskan proses persepsi yang terjadi pada manusia dan berbagai hukum yang berlaku dalam proses persepsi tersebut. Namun demikian manusia memiliki keunikan tersendiri dalam mempersepsikan objek di sekitarnya. Setiap manusia memiliki gaya yang berbeda dalam mempersepsikan stimulus yang diterimanya. Ada dua jenis gaya yang berbeda dalam proses persepsi ini, yaitu derajat fleksibilitas dari persepsinya, dan sejauh mana ketergantungannya dengan lingkungannya.

1. Kelenturan versus kekakuan Seseorang dengan fleksibilitas yang tinggi akan memiliki rentang perhatian yang lebih luas dibandingkan seseorang dengan fleksibilitas yang rendah atau

17

Tara S. Kairupan - 0911232065

cenderung kaku. Selain itu mereka juga lebih tidak terlalu terpengaruh dengan gangguan-gangguan dari lingkungan sekitarnya serta tidak terlalu didominasi oleh kebutuhan internal dan motivasi yang dimilikinya.

2. Ketergantungan versus ketidaktergantungan terhadap situasi. Hal ini terkait pada persepsi terhadap keseluruhan atau bagiannya. Orang yang memiliki ketergantungan yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memecahkan persepsinya dalam bagian-bagiannya. Dengan demikian akan lebih mudah bagi orang dengan gaya ini untuk melihat stimulus tersebut secara keseluruhan dan bukan pada detilnya. Sebaliknya seseorang dengan ketergantungan yang rendah tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusun suatu bentuk keseluruhan dari bagian-bagian yang dilihatnya.

18

You might also like