You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan pada saat ini pendidik cenderung mengajar bukan mendidik. Padahal peserta didik bukan membutuhkan pelajaran saja tetapi juga pendidikan. Misalnya seorang peserta didik yang kurang berkarakter baik, maka dididik supaya memiliki karakter yang baik Suatu pendidikan harus ada di dalamnya isi pendidikan. Isi pendidikan di Indonesia saat ini yang disampaikan ke peserta didik melalui suatu cara yang dianggap pendidik bahwa cara yang digunakan pendidik belum berfungsi dengan baik dan tujuan yang dikehendaki belum tercapai secara maksimal. Hal ini menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara isi materi pendidikan dengan metode yang digunakan pendidik untuk mencapai tujuan. Suatu metode yang digunakan pendidik tidak mampu mencapai tujuan yang diinginkan juga dipengaruhi peralatan yang digunakan pendidik, berupa tindakan dan kebendaan yang tidak mendukung karena ada kesalahan pada alat pendidikan tersebut, sehingga menghambat berlangsungnya suatu metode yang fungsional dan tercapaimya cita-cita pendidikan. Dalam proses penyampaian pendidikan dengan segala materi pendidikan, metodenya, beserta alat-alatnya, tidak akan berjalan dengan baik didapati kurangnya dukungan dari suatu lingkungan yang ada di luar individu dan dalam individu. Untuk memahami dan mempelajari lebih lanjut tentang isi pendidikan, metode pendidikan, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan maka perlu disusunnya makalah ini agar pendidik mampu mendidik dengan profesional sehingga tujuan pendidikan tercapai dengan sempurna. B. RUMUSAN MASALAH 1) Apakah isi dari pendidikan? 2) Bagaimana pelaksanaan metode pendidikan? 3) Bagaimana penerapan alat pendidikan dalam dunia pendidikan?

4) Dimana saja lingkungan pendidikan? C. TUJUAN 1) Mengetahui isi pendidikan. 2) Memahami pelaksanaan metode pendidikan. 3) Mengetahui penerapan alat pendidikan . 4) Mengetahui keberadaan lingkungan pendidikan.

BAB II PEMBAHASAN
A. ISI PENDIDIKAN Agar anak tumbuh menjadi dewasa maka perlu ditetapkan isi atau materi pendidikan yang relevan untuk anak tersebut. Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk kebutuhan pertumbuhan. Dalam istilah dunia pendidikan, arti isi pendidikan berbeda dengan arti isi pengajaran. Isi pendidikan meliputi tiga komponen yaitu nilai, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan isi pengajaran meliputi dua komponen yaitu pengetahuan dan keterampilan. Kedua hal ini memiliki keterkaitan dengan mendidik, yaitu proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik, dan apabila mengajar berarti proses transfer pengetahuan dan keterampilan. Nilai yang terkandung dalam isi pendidikan adalah nilai-nilai kemanusiaan yang berupa pengalaman dan penghayatan manusia mengenai hal-hal yang berharga selama kehidupan manusia itu berlangsung. Nilai kehidupan tersebut akan membentuk sikap dan kepribadian peserta didik pada hidup yang baik. Tolak ukur berhasil tidaknya suatu pendidikan adalah ketika nilai-nilai pendidikan masuk ke dalam diri peserta didik dan peserta didik harus menghargai apa yang telah ia pelajari lalu akan timbul suatu komitmen untuk menerapkan nila-nilai pendidikan tersebut ke dalam kehidupan mereka secara konsisten. Menerapkan nilai ke dalam diri peserta didik itu melibatkan hati nurani yang kemudian dikembangkan melalui refleksi dan ekspresi. Proses pembelajaran ini harus dilaksanakan tidak hanya berhenti di otak. Peserta didik menerima pelajaran kemudian diolah oleh pikiran (akal budi), diperbarui kemudian mereka diajak untuk berpikir lebih baik akan indahnya dunia dan manfaatnya bagi kehidupan. Pengetahuan meliputi segala aspek kehidupan manusia, yang termasuk di dalamnya nilai dan keterampilan. Keterampilan diperoleh peserta didik melalui pelatihan dan kebiasaan. Dengan latihan yang terus menerus maka peserta didik akan

semakin terampil. Keterampilan meliputi keterampilan fisik, keterampilan bicara, dan keterampilan berpikir.

Pada saat melaksanakan pendidikan, guru harus mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Isi atau materi yang diberikan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. 2) Materi yang disampaikan penting untuk diketahui dan merupakan landasan untuk mempelajari materi berikutnya. 3) Nilai dari materi berguna bagi kehidupan sehari-hari. 4) Materi yang disampaikan merupakan materi yang sesuai dengan kurikulum. 5) Sumber dari materi yang diberikan, diupayakan untuk diberikan kepada peserta didik.

B. METODE PENDIDIKAN Metode adalah suatu cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan metode pendidikan adalah cara-cara yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk membimbing peserta didik yang sesuai dengan perkembangannya untuk mencapai tujuan yang didiinginkan. Suatu metode pendidikan dan proses pendidikan saling memiliki keterkaitan antara yang satu dan yang lain, yaitu bagaimana cara untuk melaksanakan kegiatan pendidikan guna tercapainya tujuan pendidikan itu. Sebuah metode pendidikan juga memiliki keterkaitan dengan bentuk pendidikan. Bentuk-bentuk pendidikan adalah sebagai berikut : a. Bentuk pendidikan otoriter Bentuk pendidikan otoriter adalah seorang pendidik diposisikan pada pihak yang utama (primer) dan yang berkuasa, sedangkan peserta didik diposisikan pada pihak yang sekunder. Dalam hal ini peserta didik hanya digunakan sebagai objek pendidikan saja, dan hanya yang memiliki kekuasaan yang mengatur segala-galanya. b. Bentuk pendidikan liberal

Bentuk pendidikan liberal adalah suatu bentuk pendidikan yang menekankan pada perorangan dan kebebasan, dalam dunia pendidikannya, peserta didik dijadikan sebagai subjek yang memegang peran utama (primer). Peserta didik mempunyai hak untuk mencapai kehidupan bebas. Sedangkan kedudukan pendidik hanya sebagai pendorong peserta didik dalam mengembangkan kreativitasnya. c. Bentuk pendidikan demokratis Bentuk pendidikan demokratis adalah suatu bentuk pendidikan yang memposisikan pendidik dan peserta didik dalam kedudukan yang sama dan seimbang. Pendidik berperan sebagai pembimbing peserta didik, sedangkan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan lebih fokus terhadap metode diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, problem solving, dan berjalan dalam suasana yang dialogis. Dalam menentukan metode pendidikan yang tepat, dalam proses

pendidikannya maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan yang akan dicapai Tujuan pendidikan yang akan dicapai setiap negara pasti berbeda-beda, hal ini dikarenakan masing-masing negara tersebut memiliki kekhasan atau ciri dan budaya masing-masing. Akan tetapi tujuan tersebut tidak lepas dari tujuan negara yang akan dicapai sesuai dengan undang-undang Replublik Indonesia, pasal 4 disebutkan tujuan pendidikan nasional yaitu ...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sudah tentu pendidikan yang digunakan tidak akan menyimpang dari tujuan tersebut di atas. Apabila kita lebih teliti dengan tujuan pendidikan berdasarkan UUD Republik Indonesia di atas maka yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional adalah metode pemberian contoh, nasehat, dorongan, bimbingan dan juga memakai metode yang digunakan dalam bentuk pendidikan yang demokratis. b. Kemampuan pendidik Suatu metode pendidikan yang akan digunakan dalam proses pendidikan harus disesuaikan dengan kemampuan pendidik atau guru. Misalnya seperti guru olahraga yang harus menguasai berbagai cabang keolahragaan, guru tari yang harus menguasai berbagai seni tari, guru bahasa Inggris yang haus menguasai grammar dan bisa berbahsa

inggris dengan. Apabila seorang guru tidak bisa menguasai praktek lapangan sebaiknya guru tersebut tidak mengguankan metode pemberian contoh. Karena metode pemberian contoh hanya digunakan jika guru tersebut menguasai praktek lapangan. c. Kebutuhan peserta didik Kebutuhan peserta didik adalah faktor utama yang harus diperhatikan oleh para pendidik karena peserta didiklah yang paling banyak mengambil andil atau paling berperan penting dalam proses pendidikan. Pendidik haruslah memperhatikan bakat, minat, sikap, serta kemampuan peserta didik. Bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata maka guru harus lebih banyak membimbing dan memberi contoh kepada peserta didik. d. Isi atau materi pendidikan Isi atau materi pendidikan juga ikut berperan dalam menentukan metode pendidikan yang akan digunakan. Isi atau materi pendidikan yang meliputi nilai-nilai, keterampilan dan pengetahuan, kemanusiaan, dan kewarganegaraan mempunyai kecenderungan metode pendidikan yang berbeda. Pada nilai-nilai lebih banyak pada metode pemberian contoh dan nasehat. Pada bidang keterampilan dan pengetahuan selain pemberian contoh juga menggunakan metode diskusi, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya. Pada kemanusiaan dan kewarganegaraan lebih banyak pada metode pemberian contoh dan problem solving. Berkaitan dengan metode pendidikan tersebut, pada tahun 1922 di Indonesia berdiri pendidikan taman siswa yang berpusat di Yogyakarya sistem pendidikan yang terdapat di pendidikan Taman Siswa disebut dengan sistem Among yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti mengasuh, mengabdi, pengorbanan, dan kehendak agar yang dimong merasa bahagia. Pada perguruan Taman Siswa dikenal dengan semboyan trilogi kepemimpinan guru sebagai pamong, yaitu : 1. Ing ngarsa sung tulodha 2. Ing madya mangun karsa 3. Tut wuri handayani Ing ngarsa sung tulodho, ing ngarso berarti di depan dan sung tulodho berarti membri contoh. Ing ngarso sung tulodho berarti metode pemberian contoh. Metode

pemberian contoh ini lebih banyak diberikan kepada pendidikan anak-anak khususnya balita. Dalam menggunakan sistem ini harus diperhatikan kemampuan dan perkembangan peserta didik karena jika dilaksanakan secara ekstrim akan mengakibatkan anak menjadi takut dan minder karena ditekan oleh pendidik. Ing madya mangun karsa, ing madya berarti berarti berada ditengah-tengah bersama peserta didik. Mangun karsa berarti membangun atau merangsang kemauan mereka agar dapat belajar sendiri. Pendidik hanya membantu peserta didik yang mengalami kesulitan. Kelemahan dari sistem ini bila dilaksanakan secara berlebihan mak siswa akan menjadi gumedhe atau sombong dan manja. Tut wuri handayani, tut wuri berarti mengikuti dari belakang, handayani memberi daya atau kekuatan, agar mereka tidak menyimpang dan tujuannya tercapai. Dengan begitu pendidik mengikuti anak didik dari belakang sambil memberi daya atau kekuatan. C. ALAT PENDIDIKAN Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang secara langsung membantu mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam pendidikan, usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik disebut juga alat-alat pendidikan. (M. Ngalim Purwanto MP:176) Alat pendidikan dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yang pertama yaitu alat pendidikan yang bersifat tindakan dan yang kedua yaitu alat pendidikan yang bersifat kebendaan(alat bantu). Alat pendidikan adalah situasi, kondisi, tindakan, dan atau perlakuan yang secara sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Macammacam alat pendidikan menurut wujudnya meliputi : a. Perbuatan pendidik, merupakan alat pendidikan yang bersifat non material, atau sering disebut software. Alat pendidikan non material dapat dibedakan lagi menjadi dua yaitu: 1) Bersifat mengarahkan antara lain : memberi teladan, membimbing menasehati, perintah, pujian dan hadiah. 2) Bersifat mencegah antara lain : melarang atau mencegah, menegur, mengancam dan menghukum. b. Benda-benda sebagai alat bantu pendidikan, merupakan alat pendidikan yang bersifat material. Sering disebut sebagai hardware. Contoh dari alat pendidikan

yang bersifat material adalah alat-alat peraga, alat-alat permainan, buku-buku, gambar, kapur, papan tulis, meja-kursi, laptop, OHP atau proyektor dan masih banyak contoh lainnya yang kesemuanya itu dapat menunjang dalam proses pendidikan. Sesuai dengan metode pendidikan, agar alat pendidikan tersebut dikatakan baik, maka harus diperhatikan tujuan pendidikan, pendidik, dan perserta didik. Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu. Misalnya mendidik anak untuk bisa memasak atau mencuci makaalat pendidikan yang sesuai adalah memberi contoh. Pendidik harus memahami benar tentang alat tersebut dan cakap dalam menggunakannya. Pendidik juga harus mengetahui karakteristik setiap peserta didiknya, dimana karakter peserta didik itu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam menggunakan alat pendidikan pendidik juga harus menyesuaikan dengan kondisi, situasi, ruang dan waktu apakah memungkinkan apabila alat pendidikan itu digunakan. Peserta didik mampu menerima penggunaan alat pendidikan dari pendidik dan penggunaan alat pendidikan itu tidak menimbulkan efek samping atau akibat sampingan pada peserta didik yang dapat merugikan peserta didik itu. Penggunaan alat pendidikan yang berupa tindakan pendidik antara lain : a. Teladan b. Pujian dan hadiah c. Perintah d. Larangan e. Teguran f. Ancaman g. Hukuman Adapun alat-alat pendidikan yang sangat penting yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : a. Pembiasaan Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang sngat penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil masih belum memahami mana hal yang baik dan yang buruk. Perhatian mereka mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang disukainya. Oleh karena itu, sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik. Pembiasaan yang baik

penting bagi pembentukan watak anak-anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak sampai dewasa. b. Pengawasan Pengawasan sangat penting dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat semaunya. Para ahli didik sependapat bahwa pengawasan adalah alat pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan biarpun secara berangsurangsur anak itu harus diberi kebebasan. Pengawasan dilakukan oleh pendidik dengan mengingat usia anak. Anak yang masih kecil sangat membutuhkan pengawasan, semakin anak menginjak usia dewasa maka pengawasannya berangsur-angsur berkurang, karena anak sudah dapat bertanggung jawab sendiri atas perbuatannya.dan bertanggungjawab. c. Perintah Perintah termasuk peraturan umum yang harus ditaati oleh anak. Setiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah. Perintah atau peraturan tersebut dapat mudah ditaati oleh anak jika pendidik sendiri menaati perintah atau peraturan itu. Seorang guru memerintahkan agar anak didiknya tidak terlambat masuk kelas, tetapi malah guru tersebut yang sering terlambat masuk kelas, sehingga anak didiknya malas atau tidak mau menaati perintah yang dibuat oleh gurunya lagi. Tidak mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh peserta didiknya jika guru sendiri tidak mematuhi peraturan yang telah dibuatnya itu. Contoh dan teladan dari pendidik merupakan alat pendidikan yang sangat penting. Contoh dan teladan dari seorang pendidik, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, sering lebih meresap dalam snubari anak daripada perintah atau larangan yang diberikan kepada anak itu. d. Larangan Larangan biasanya dikeluarkan oleh pendidik jika anak didik melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau yang dapat membahayakan dirinya. Pada umumnya larangan dalam lingkup pendidikan di lingkungan keluarga merupakan alat pendidikan yang lebih banyak dipakai oleh orang tua terhadap anaknya. Perlu diketahui, jika seorang anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan permainannya sejak kecil, dapat terhambat perkembangan jasmani dan rohaninya. Hal tersebut juga akan mengakibatkan terbentuknya sifat yang kurang baik pada anak seperti keras kepala, pemalu dan penakut, kurang mempunyai tanggung jawab, pesimis dan sebagainya.

e. Ganjaran Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak agar anak menjadi senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Dengan pemberian ganjaran, pendidik bermaksud supaya anak menjadi lebih giat lagi berusaha untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya. Jadi, maksud ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendidik bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras. Anak yang berprestasi di sekolah belum tentu mendapat ganjaran dari gurunya seorang anak yang memang pandai dan selalu menunjukan hasil pekerjaan yang baik, tidak perlu selalu mendapat ganjaran. Sebab, jika demikian halnya ganjaran itu sudah berubah sifatnya menjadi upah sehingga ganjaran tidak bernilai mendidik. Ganjaran sebagai alat pendidikan banyak sekali macamnya. Berikut ini beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya: 1) Guru mengangguk angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan seorang anak. 2) Guru memberin pujian. 3) Ganjaran yang berupa pekerjaan. Contoh, kamu akan saya beri soal yang lebih sukar sedikit, karena yang nomer 3 rupanya terlalu mudah untuk kau kerjakan. 4) Ganjaran yang ditujukan pada seluruh kelas serinbg diperlukan. 5) Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Misalnya, pensil, ballpoint, buku tulis dan lain sebagainya. Syarat-syarat ganjaran yang perlu diperhatikan oleh pendidik: 1) Untuk memberi ganjaran yang pedagogis guru perlu memahami muridnya dan tahu menghargai dengan tepat. Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. 2) Ganjaran yang diberikan pada seorang anak jangan sampai menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik tapi tidak mendapat ganjaran. 3) Memberi ganjaran hendaklah hemat. Terlalu sering memberi ganjaran dan penghargaan, arti ganjaran sebagai alat pendidikan akan hilang.

4) Jangan menjanjikan memberi ganjaran sebelum anak-anak menunjukan prestasinya. Apabila ganjaran dijanjikan lebih dahulu, maka hanya akan membuat anak-anak atau peserta didik terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan mereka dan akan membawa kesulitan-kesulitan bagi beberapa orang peserta didik yang kurang pandai. 5) Seorang pendidik harus bersikap hati-hati dalam memberikan ganjaran, dan peserta didik yang menerima ganjaran jangan sampai menerima ganjaran tersebut sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan oleh peserta didik. f. Hukuman Mengenai hukuman, ada beberapa pandangan filsafat (pandangan hidup) dan kepercayaan yang menganggap bahwa hidup adalah sebagai hukuman, dan menganggapa bahwa pelepasan dari hidup di dunia ini sebagai suatu ganjaran yang tinggi. Pandangan hidup yang demikian menganjurkan, jika manusia menghendaki terhindar dari hukuman atau penderitaan, harus dapat mengasingkan diri dari kehidupan yang nyata dan pergi bertapa ke tempat yang sunyi. Namun, ada juga penganut agama dan pandangan filsafah yang berpendirian sebaliknya dari pendapat diatas, mereka beranggapan bahwa hidup adalah suatu kebahagiaan yang tiada henti, sedangkan mati justru merupakan suatu hukuman yang paling ditakuti dan kapan datangnya tidak bisa dihindarkan atau dielakkan. Hukuman yang dimaksud dalam alat pendidikan ini adalah suatu hukuman yang berikatan erat dengan pendidikan. Dengan pendidikan, khususnya dilingkungan sekolah dan rumah tangga, atau disebut juga dengan hukuman sebagai alat pendidikan. Masalah hukuman adalah masalah etis, yang menyangkut soal baik dan buruk, dan soal norma-norma. Sedangkan, kita tahu bahwa pandangan manusia tentang baik buruknya suatu sikap itu berbeda-beda dan berubah-ubah. Mengenai hukuman dalam proses pendidikan dapat kita mengatakan tentang hukuman itu sebagai berikut Hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) setelah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan. Sebagai alat pendidikan hukuman hendaknya 1. Senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran 2. Sedikit banyaknya selau bersifat tidak menyenangkan

3. Hukuman selalu bertujuan kearah perbaikan, hukuman yang diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri. Maksud seorang pendidik memberikan hukuman ada bermacam-macam, hal tersebut sangat berkaitan erat dengan pendapat orang tentang teori-teori hukuman sebagai berikut : 1. Teori Pembalasan Teori ini tidak boleh dipakai di pendidikan sekolah, karena menurut teori ini hukuman diadakan sebagai upaya pembalasan dendam terhadap seseorang yang melakukan pelanggaran. 2. Teori Perbaikan Teori ini lebih bersifat pedagogis karena hukuman dimaksudkan untuk memperbaiki agar si pelanggar tidak berbuat kesalahan yang sama. 3. Teori perlindungan Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindung peserta didik dari perlakuan-perlakuan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman, peserta didik dapat terlindungi dari kejahatan-kejehatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar. 4. Teori Ganti kerugian Menurut teori ini hukuman diberikan untuk mengganti kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan atau pelanggaran itu. Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup, karena dengan hukuman yang semacam ini peserta didik menjadi tidak merasa bersalah karena kesalahannya telah dibayar dengan hukuman. 5. Teori Menakut-nakuti Menurut teori ini hukuman diberikan untuk menakut-nakuti pelanggar yang telah melakukan pelanggaran sehingga ia akan merasa takut untuk melakukan perbuatan itu lagi. Hukuman ada bermacam macam, yaitu : 1. Hukuman preventif, yaitu hukuman dengan maksud untuk mencegah agar jangan sampai terjadi pelanggaran. 2. Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan karena adanya pelanggaran yang telah diperbuat. Hukluman ini dilakukan setelah terjadinya pelanggaran. 3. Hukuman normatif, yaitu hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak didik. Hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan

pembentukan watak anak didik, karena hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta menipu dan mencuri. D. LINGKUNGAN PENDIDIKAN Lingkungan pendidikan merupakan sesuatu yang berada di luar individu. Baik buruknya hasil perkembangan anak tergantung pada pengaruh-pengaruh yang diterima oleh anak itu dari berbagai lingkungan pendidikan yang dialaminya.Sebagai pelaksanaan pasal 31 ayat 2 dari UUD 1945, telah ditetapkan UU RI No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang menata kembali pendidikan di Indonesia, termasuk lingkungan pendidikan. Sistem pendidikan nasional membedakan dua jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan non sekolah. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya(fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang terjadi, agar terpapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan pendidikan dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang secara efisien dan secara efektif seperti yang telah diketahui, proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai akibat interaksi dengan lingkungan hanya akan berlangsung secara alamiah dengan konsekuensi bahwa tumbuh kembang itu mungkin berlangsung lambat dan menyimpang dari tujuan pendidikan. Oleh karena itu maka untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan itu sedemikian rupaagar dapat diperoleh peluang pencapaian tujuan hyang optimal. Dengan demikian diharapkan mutu sumber daya manusia makin lama makin meningkat. Hal itu hanya dapat diwujudkan apabila setiap lingkungan pendidikan tersebut dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya.( Umar tirtarahardja, La Sulo:164) Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan dibagi berdasar pada kelembagaannya menjadi tiga: 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah atau perguruan 3) Lingkungan pergerakan atau organisasi pemuda Ketiga lingkungan tersebut disebut sebagai tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia dalam kehidupannya.

1) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah. Ibu merupakan anggota keluarga yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak. Disamping iklim faktor sosial, faktor-faktor lain dalam keluarga juga ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan rumah, dan sebagainya. Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan dan kie arh pembentukan pribadi anak itu. Peran orangtua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan pemberi contoh. Yang

keluargalah tempat menanam dasar pembentukan watak anak-anak. Decroly pernah mengemukakan bahwa 70% dari anak-anak yang jatuh ke jurang kejahatan berasal dari keluarga yang rusak kehidupannya. Oleh karena itu untuk memperbaiki keadaan masyarakat perlu adanya perbaikan dalam pendidikan keluarga(Wayan Adhana, 1986). Disamping pendidikan dalam keluarga, keluarga juga ikut mendukung program-program lingkungan pendidikan lainnya seperti kelompok bermain sekolah, kelompok belajar, organisasi pemuda, dan sebagainya. Keikutsertaan keluarga itu dapat berupa tahap perencanaan, pemantauan dalam pelaksanaan maupun dalam evaluasi dan pengembangan dengan berbagai cara(dana, daya dan sebagainya). Dan tidak kalah pentingnya adalah upaya koordinasi dan keserasian antar ketiga pusat pendidikan itu. 2) Lingkungan sekolah atau perguruan Sekolah/perguruan adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, trampil, dan bertingkah laku baik. Sekolah mewakili orangtua atau masyarakat dan mewakili negara dalam mendidik anak. Sekolah diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secra optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional itu diupayakan pencapaiannya melalui pembangunan nasional. Dengan demikian pembangunan nasional di bidang pendidikan dalah upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta mamungkinkan para warganya untuk mengembanghkan diri baik yang berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (UU RI No. 2 tahun 1989 butir menimbang ayat 2).(Umar Tirtarahardja, La Sulo:173). 3) Lingkungan pergerakan atau organisasi Organisasi pemuda atau yang ada yang bersifat informal dan ada yang bersifat formal. Lingkungan pendidikan ini diharapkan mampu membina pemudapemudi melalui pendidikan diri sendiri, memadukan perkembangan kecerdasan, budi pekerti dan perilaku sosial. Lembaga atau kelompok sosial pada umumnya memberikan kontribusi bukan hanya dalam proses sosialisasi tapi juga dalam peningkatan pengetahuan dan ketrampiolan anggotanya. Organisasi kepemudaan pada umumnya memiliki prinsip dasar menyalurkan hasrat berkelompok dari pemuda kepada hal-hal yang berguna. Organisasi ini memiliki berbagai jenis dengan latar yang berbed. Seperti sosial edukatif, contohnya OSIS, Pramuka, Palang Merah Remaja, Patroli Keamanan Sekolah dan sebagainya. Sosial keagamaan, contohnya Remaja Masjid, ROHIS, dan sebagainya. Sosial politik. Disamping penambahan pengetahuan dan keterampilan, organisasi kepemudaan juga bermanfaat dalam membantu proses sosialisasi serta mengembangkan aspek afektif dari kepribadian seperti kejujuran, disiplin, tanggungjawab, kemandirian.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik untuk kebutuhan pertumbuhan. Dalam istilah dunia pendidikan, arti isi pendidikan berbeda dengan arti isi pengajaran. Isi pendidikan meliputi tiga komponen yaitu nilai, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan metode pendidikan adalah cara-cara yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk membimbing peserta didik yang sesuai dengan perkembangannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pelaksanannya yaitu pendidik harus memahami lapangan pendidikan dengan baik dan prosesnya bisa berdasarkan pada Trilogi Kepemimpinan. Penerapan alat pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan isi pendidikan. Penggunaannya dapat berupa teladan, pujian dan hadiah, perintah, larangan, teguran, ancaman, dan hukuman. Tumbuh kembang peserta didik dipengaruhi oleh Tri pusat pendidikan atau tiga lingkungan pendidikan yang utama, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pergerakan atau organisasi yang berpengaruh pada kepribadian dan watak anak didik. B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

You might also like