You are on page 1of 16

Dikumpulkan 10 Oktober 2011

PERBANDINGAN KOMODITAS MELON, KENTANG DAN BAYAM DI RITEL MODERN DAN TRADISIONAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Industri Ritel Semester VII Tahun Ajaran 2011

Oleh:
Wendi Irawan Sandra Rosandy Indah Dian Ning Eva Riani Satria Adi Pradana 150310080137 150310080141 150310080144 150310080145 150310080156

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011


1

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Bisnis ritel merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek cukup baik.

Teruatam jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Alhasil, rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila dibadingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar (satu ritel masih harus melayani 500.000 jiwa). Keberadaan ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi bawah. Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis dalam lingkup bisnis ritel. Jika pada awalnya banyak bisnis ritel yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam. Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan akan menumbuhkan resiko kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bila
2

dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern yang dikelola dengan modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan pola belanja konsumen yang mempunyai konsekuansi terhadap berubahnya kebutuhan mereka terhadap keberadaan sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan di atas. Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft skill maupun hard skill) dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous competitive advantage). Untuk itu, dipandang penting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional maupun ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu perusahaan ritel skala menengah dan besar. 1.2 Tujuan penulisan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Industri Ritel Modern yaitu dengan membandingkan produk Ritel Tradisional dengan Ritel Modern. 1.3 Metode penulisan Sistematika penulisan makalah ini adalah dengan observasi langsung ke lapangan dan mengambil literatur di berbagai sumber di internet.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Ritel Modern dan Tradisional Banyaknya bermunculan Pasar Modern di Indonesia dianggap mempunyai potensi besar untuk menggeser keberadaan Pasar Tradisional. Bermula dari Keppres No 96/2000 tentang usaha tertutup dan terbuka bagi penanaman modal asing (PMA) yang memasukkan ritel terbuka bagi asing, ritel asing pun menguasai berbagai kota. Akibatnya hypermarket tumbuh dari 83 pada 2005 menjadi 121 pada 2007, minimarket dari 6.465 tahun 2005 menjadi 8.889 pada 2007. Pada 2002-2008 Pasar Modern tumbuh 31,4 %. Bahkan, pada 2009 peritel asing, Wallmart, Casino, Tesco, dan Central Thailand, berebut masuk. Adapun, Pasar Tradisional pada 2002-2008 turun 11,7 %. Sepuluh tahun terakhir, pedagang Pasar Tradisional turun 40%. Pesatnya pembangunan Pasar Modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan Pasar Tradisional. Di satu sisi, Pasar Modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap. Di sisi lain, Pasar Tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang professional dan ketidaknyamanan berbelanja. Pasar Modern dan Tradisional bersaing dalam Pasar yang sama, yaitu Pasar ritel atau perdagangan secara ritel (usaha atau bisnis yang menambahkan nilai kepada produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk kebutuhan sendiri atau keluarga) (Levy dan Weitz, 1996 dalam Rosa, 2008). Hampir semua produk yang dijual di Pasar Tradisional seluruhnya dapat ditemui di Pasar Modern. Pada umumnya, Supermarket di Indonesia semuanya milik swasta dan izinnya dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Berbeda dengan supermarket, kebanyakan pasar tradisional merupakan milik pemda. Pemda di Indonesia umumnya memiliki Dinas Pasar yang menangani dan mengelola pasar tradisional. Terdapat berbagai perbedaan antara Pasar Ritel Modern dan Tradisional, baik dilihat dari fasilitas, sarana dan prasarana, kepemilikan, serta pelayanan. Untuk itu di
4

makalah ini akan disajikan beberapa komoditas pembanding antara Ritel Modern dan Pasar Tradisional, dimana komoditas yang diambil adalah Kentang, Melon dan Bayam.

2.2 Pasca Panen Sebelum membandingkan produk Ritel Modern Tradisional tersebut, berikut adalah deskripsi singkat mengenai pasca panen masing-masing komoditas tersebut yang berfungsi sebagai pembanding. 2.2.1 Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan. Klasifikasi ilmiah kentang: Kerajaan : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Solanales : Solanaceae : Solanum : S.tuberosum Tanaman kentang dipanen pada umur 90-160 hari setelah tanam (HST) dan hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi pemasaran. Umumnya umur panen kentang bibit antara 100-110 HST, sedangkan untuk kentang konsumsi berumur sekitar 120 HST. Penyimpanan kentang konsumsi harus dilakukan di ruangan gelap, suhu rendah, dan kelembaban sedang. Ruang penyimpanan yang terlindung dari cahaya

Upakelas : Asteridae

dapat menghambat pertumbuhan tunas dan munculnya warna hijau pada kulit umbi sehingga kentang layak untuk dijual. Kentang yang berwarna hijau mengandung racun solanin yang berbahaya bagi tubuh sehingga nilai ekonomisnya akan turun. 2.2.2 Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan nama buah sekaligus tanaman yang menghasilkannya, yang termasuk dalam suku labu-labuan atau Cucurbitaceae. Buahnya biasanya dimakan segar sebagai buah meja atau diiris-iris sebagai campuran es buah. Bagian yang dimakan adalah daging buah (mesokarp). Teksturnya lunak, berwarna putih sampai merah, tergantung kultivarnya. Klasifikasi ilmiah melon: Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Cucumis Spesies : C. melo Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benarbenar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan. Proses pematangan buah melon makan waktu kurang lebih 4 hari pada suhu ruang. melon juga sensitif dengan gas ethylene akan lebih cepat matang jika berdekatan dengan buah-buahan yang mengeluarkan gas tersebut (pisang dan pir).
6

Hindari menyimpan melon yang masih mentah pada lemari es. melon yang sudah matang dan dalam keadaan terpotong dapat disimpan di lemari es dalam wadah plastik yang tertutup rapat dan dapat bertahan sekitar 3 hari. biarkan bijinya menempel pada buah yang sudah dipotong hingga tiba waktu untuk menyantapnya agar memelihara sifat kelembaban dan keempukan buah melon. 2.2.3 Bayam Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Klasifikasi ilmiah bayam Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Caryophyllales Famili : Amaranthaceae Upafamili: Amaranthoideae Genus : Amaranthus L. Panen pertama dilakukan mulai umur 25-30 hari setelah tanam, kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila malampaui umur tersebut kualitasnya menurun atau rendah : daun-daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga. Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka (suhu kamar) mejnadi 12-14 hari dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan remukan es. 2.3 Data Perbandingan Ritel Tradisional dan Ritel Modern Berikut adalah Data Komoditas di Ritel Tradisional: Kentang : sedang (Rp.7.000,-/kg), besar (Rp.8.000,-/kg) sumbernya di Gedebage setiap 2 hari sekali, dengan ukuran 70 kg/karung.
7

Melon Bayam

: Rp.7.000,-/kg sumbernya dari Caringin (belinya kondisional). : Rp.500,00/ikat, Bandar/petani yang mengantarkan barang.

Berikut adalah data harga per komoditas di Ritel Modern:

Kentang

: charaka tess golden (Rp.17.990,-/kg), whl (Rp.995,-/ons), kentang kecil (Rp.6.025,-/0,5kg), charaka k/ kentang test diet honesty (Rp.18.590,-/bungkus), (Rp.20.990/bungkus).

Melon Bayam

: melon super (Rp.695,-/ons), melon golden (Rp.1.309,-/ons) melon red sweet (955,-/ons) : Bayam merah (Rp.12.590/plastik), Bayam hijau (Rp.2.750,-/ikat)

Perbandingan harga dan varietas yang ada di Pasar Tradisional dan Modern, dimana kelompok kami melakukan observasi langsung ke Pasar Tradisional Cileunyi dan Ritel Modern Superindo, adalah tertera dari table berikut:

Table1. Perbandingan harga di pasar tradisional dengan modern berdasarkan harga Pasar Tradisional (Pasar Cileunyi) Harga Varietas (Rp.) Sedang 7.000,-/kg Pasar Modern (Superindo) Harga Varietas (Rp.) charaka tess 17.990,-/kg

Komoditas

golden whl kecil kentang diet Besar Kentang 8.000,-/kg charaka k/test honesty melon super Melon golden Melon redsweet Bayam merah Bayam hijau

995,-/100gr 12.050,-/kg 18.590,-/kg

20.990/kg

Melon

Biasa

7.000,-/kg

695,-/100gr 1.309,-/100gr 955,-/100gr 12.590/plastik 2.750,-/ikat

Bayam

Biasa

500,-/ikat

Tabel 2. Gambar Perbandingan Produk Pasar Tradisional dan Ritel Modern Pasar Tradisional (Pasar Cileunyi) Pasar Modern (Superindo)

Komoditas Kentang

Kentang Besar

Kentang Besar

Kentang Diet

Kentang Sedang

Kentang Golden

Melon

10

Melon Golden

Melon Biasa Melon Red-Sweet

Bayam

Bayam Biasa

Bayam Biasa

Bayam Merah 2.5 Analisis


11

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. Tak diragukan lagi, konsumen tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis. Tanpa dukungan mereka, suatau bisnis tidak bisa eksis. Sebaliknya jika bisnis kita sukses memberikan pelayanan terbaik, konsumen tidak hanya membantu bisnis kita tumbuh. Lebih dari itu, mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman dan relasinya. Preferensi Konsumen adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk memilih diantara beberapa pilihan barang dan jasa sehingga bisa mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan sehingga mencapai kepuasan. Menurut James F. Engel - Roger D. Blackwell - Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu: 1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas. 2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya. 3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian

12

konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian. Adapun hal yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha di pasar tradisional maupun pelaku di ritel modern dalam menjaga loyalitas konsumen: A. Ada dua strategi yang menjadi dasar dalam menghadapi perilaku konsumen/pelanggan yaitu: Strategi menyerang Bersikap agresif dalam menjerat pelanggan, agresif dalam arti memiliki persiapan menyerang yang matang dan cukup kuat untuk menyerang. Caranya menerapkan strategi ini: o Melakukan promosi atau advertisement yang menerangkan bahwa perusahaan anda memiliki fasilitas pelayanan lebih baik dibanding sebelumnya. Banyak jalan untuk mempromosikan usaha, misalnya dengan iklan dimedia massa maupun spanduk, leaflet atau billboard yang dipasang dilokasi strategis. o Memberikan hadiah (dapat berupa service gratis atau souvenir kecil) kepada pelanggan lama yang dapat membawa beberapa pelanggan baru (jumlah pelanggan baru ditetapkan berdasarkan atas biaya untuk hadiah yang diberikan). Strategi defensif atau bertahan Strategi mempertahankan yang sudah ada, dilakukan untuk meningkatkan fasilitas pelayanan yang dimiliki. Seperti: o Menyediakan beberapa fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan pelanggan. o Memberikan souvenir kecil pada pelanggan setelah beberapa kali menggunakan layanan anda. o Mengirimkan cukup lama.
13

kartu

ucapan

selamat

pada

hari-hari

besar

keagamanan bagi pelanggan setia, yang telah menjadi pelanggan

B. dilakukan tertentu. C.
D.

Membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Hal ini untuk menjadikan transaksi antara anda dan pelanggan

berkelanjutan. Misalnya dengan memberikan potongan harga pada hari-hari Memberikan jaminan atas layanan atau produk yang anda jual Menciptakan hubungan personal karyawan/pemilik perusahaan

dengan pelanggan (customer relationship). Keuntungan yang didapat dari hubungan personal ini, diantaranya adalah bila pelanggan mempunyai keluhan atas produk atau servis, mereka akan melaporkannya kepada karyawan/pemilik. Mereka juga bisa memberikan informasi apa yang mereka ketahui tentang pesaing. Tekankan kepada setiap karyawan untuk mengingat nama pelanggan yang datang dan mengetahui riyawatnya. Data riwayat setiap pelanggan itu penting sekali, dan anda bias menggunakan pemprograman komputer. E. Mampu mengantisipasi perubahan atau penambahan harapan pelanggan dengan meningkatkan kemampuan internal karyawan untuk pelayanan, dan sebagainya. Penilaian konsumen mengenai kapasitas produk secara keseluruhan untuk memuaskan kebutuhannya.

14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Semenjak kehadiran Pasar Modern, diketahui bahwa Pasar Tradisional mengalami penurunan pendapatan dan keuntungan. Meskipun demikian, pendapat yang mengatakan bahwa kehadiran Pasar Modern merupakan penyebab utama tersingkirnya Pasar Tradisional tidak seluruhnya benar. Hampir seluruh Pasar Tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal Pasar seperti buruknya manajemen Pasar, sarana dan prasarana Pasar yang sangat minim, Pasar Tradisional sebagai sapi perah untuk penerimaan retribusi, menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pelanggan pedagang Pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang Tradisional. Keadaan ini secara tidak langsung menguntungkan Pasar Modern (Poesoro, 2007). Selain itu, peralihan minat konsumen membeli di Pasar Tradisional ke Ritel Modern juga sepenuhnya diputuskan oleh pembeli itu sendiri. Dimana sering kali keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh kenyamanan, kebersihan dan kualitas layanan dari pasar/ritel itu sendiri. 3.2 Saran Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan mengenai permodalan dari Pasar Tradisional itu sendiri, sehingga bias memberikan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu, sebaiknya dilakukan pengelolaan dan manajemen yang baik di Pasar Tradisional agar dapat bersaing dengan ritel modern yang semakin banyak muncul di Indonesia.

15

DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2010. Teori Perilaku Konsumen. Melalui (Diakses

http://www.anneahira.com/artikel-umum/perilaku-konsumen.html. tanggal 7 Oktober 2011 pukul 12.59 WIB).

16

You might also like