You are on page 1of 14

MAKALAH

PENDIDIKAN BELA NEGARA BANGKITKAN NASIONALISME PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN

Kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival) merupakan tanggung jawab (hak dan kewajiban) setiap warga negara dan bangsa. Tidak ada suatu negara dan bangsa (nation state) yang akan langgeng kalau tidak setiap unsur bangsanya turut membela dan tidak mungkin kita akan meminta bangsa lain membela bangsa dan Negara kita tanpa pamrih dibelakangnya. Oleh karena itu kesadaran dan partisipasi dalam bela negara bagi setiap warga Negara sangat penting dan tidak hanya merupakan hak dan kewajiban, tetapi sekaligus merupakan kehormatan bagi setiap warganegara. Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada negara kesatuan

republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bela negara bisa dilihat secara mikro dan makro sesuai dengan negara masing-masing elemen kehidupan. Secara mikro, implementasi bela negara diwujudkan oleh setiap elemen kehidupan dalam bentuk pembelaan terhadap tempat di mana kaki berdiri dan di mana nafkah sebagai belanja hidup didapat. Ini berarti, akan adanya perlawanan pada setiap intervensi yang datang dari negara lain. Secara makro, bentuk bela negara diwujudkan dengan kemampuan menggerakkan semua elemen pendukung untuk mencapai tujuan bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, aman, tenteram, rukun, damai, bahagia, dan sejahtera.

BAB II PEMBAHASAN

1. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar Pendidikan Bela Negara

Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warganegara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan negara, serta Pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya bangsa. Menurut Pasal 9 ayat (2) UURI Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam usaha pembelaan negara diselenggarakan melalui: 1. Pendidikan kewarganegaraan; 2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; 3. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara suka rela atau secara wajib; dan 4. Pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasarkan ketentuan tersebut, mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dapat dikatakan telah ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) UURI Nomor 3 Tahun 2003 dijelaskan, bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan

kewarganegaraan. Konsep rasa kebangsaan dan cinta tanah air sangat berkaitan dengan makna upaya bela negara. Perhatikan kalimat ...dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara kesatuan RI ... pada definisi upaya bela negara yang telah diungkapkan di atas. Kalimat kecintaan kepada negara kesatuan RI merupakan realisasi dari konsep nasionalisme (rasa kebangsaan) dan cinta tanah air (patriotisme). Sedangkan kecintaan kepada tanah air dan kesadaran berbangsa merupakan ciri kesadaran dalam bela negara. Konsep bela negara adalah konsepsi moral yang diimplementasikan dalam sikap, perilaku dan tindakan warga negara yang dilandasi oleh cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan bela negara, pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana untuk membina kesadaran peserta didik ikut serta dalam pembelaan negara. Dengan demikian, pembinaan kesadaran bela Negara melalui pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha pertahanan negara. Pendidikan kewarganegaraan mendapat tugas untuk menanamkan komitmen kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan perilaku demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia. Adapun kompetensi yang diharapkan dari pendidikan kewarganegaraan adalah: 1. Terbentuknya sikap prilaku dan cara berpikir dari cara berpikir sektoral pada acra berpikir komperhensif integral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Menumbuhkan rasa cinta tanah air sehingga rela berkorban untuk membela tetap tegaknya Negara dan keutuhan bangsa.

2. Landasan Hukum Bela Negara Sebelum diproklamasikan kemerdekaan RI, telah dipikirkan masalah bela Negara (pertahanan negara) yang dicantumkan dalam UUD 1945 Bab 12 pasal 30. Inilah yang menjadi landasan hukum bela Negara. Pasal 30 ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi : 1. Tiap warga Negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan Negara. 2. Syarat-syarat tentang pembelaan Negara diatur dengan Undang-undang. Ayat (1) tersebut memberikan makna bahwa dalam upaya bela Negara kekuatannya berada pada seluruh warga Negara (rakyat) yang digunakan untuk menangkal setiap ancaman. Konsep inilah yang melahirkan gagasan seluruh rakyat menjadi tentara untuk membela kepentingan dan tujuan bangsa sekaligus sebagai pencerminan tanggung jawab warga Negara dalam pembelaan Negara. Pada ayat (2), menjelaskan pengaturan persyaratan bela Negara tersebut dengan UU. Selain itu, pada pasal 10 UUD 1945 berisikan Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Konsep bela Negara di sini diartikan dalam pengertian yang sempit, yaitu bidang HANKAM Negara. Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara: 1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. 2. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat. 3. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.

4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. 5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI. 6. Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3. 7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. 3. Wujud dan Upaya Bela Negara Bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warganegara Indonesia, usaha bela negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan kesafaran berbangsa dan bernegara Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 sebagai konsitusi negara. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan warganegara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap hormat terhadap bendera, lagu kebangsaan, dan menolak campur tangan pihak asing terhadap kedaulatan NKRI juga menunjukkan suatu sikap dalam usaha pembelaan negara. Dengan demikian pengertian usaha pembelaan negara tidak terbatas memanggul senjata, tetapi meliputi berbagai sikap dan tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara, misalnya dengan usaha untuk mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan, keamanan energi, keamanan ekonomi.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu UU No.29 tahun 1954 tentang Pertahanan Negara, wujud bela Negara dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. PPPR (P3R) atau Pendidikan Pendahuluan Perlawanan Rakyat 2. Wajib Latih Mahasiswa (Walawa) 3. Rakyat Terlatih (ratih) 4. Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) 5. Cadangan Angkatan Perang Republik Indonesia Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti : 1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling) 2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri. 3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan atau PKn 4. Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka. Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI. Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara : 1. Terorisme Internasional dan Nasional.

2. Aksi kekerasan yang berbau SARA. 3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa. 4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru. 5. Kejahatan dan gangguan lintas negara. 6. Pengrusakan lingkungan.

4. Semangat Nasionalisme Pemuda sebagai Wujud Pendidikan Bela Negara Hampir sebahagian besar orang berpendapat bahwa Pemuda selalu menjadi Bintang lapangan dalam setiap pergolakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya tidak bisa melupakan peranan Pemuda pada momenmomen penting perjalanan dan dinamika bangsa Indonsia, seperti yang terjadi pada tahun 1966 dan 1998. Dengan kata lain, rasanya sulit akan bisa menikmati alam reformasi dan iklim demokrasi tanpa keterlibatan pemuda. Di usianya yang ke-65, NKRI memang sudah bebas dari penjajahan fisik. Akan tetapi, penjajahan ekonomi, sosial budaya, dan bentuk-bentuk penjajahan lain menjadi dominan. Keadaan ini tentu berdampak pada integritas dan harga sebagai bangsa yang berdaulat. Berkali-kali dilecehkan oleh bangsa lain dalam berbagai peristiwa, baik di tingkat regonal maupun internasional. Sementara itu, permasalahan ekonomi dalam bentuk kemiskinan dan pengangguran terus berjalan sehingga ketergantungan kepada bangsa lain yang lebih maju tetap besar. Demikian halnya dengan penjajahan sosial budaya termasuk pendidikan. Dengan alasan globalisasi dan transparansi, berbagai sistem dan modelnya merasuki kehidupan bangsa. Lama-kelamaan, bukan hal yang mustahil bangsa ini akan tercabut dari akar budayanya, dan otomatis nasionalisme mengalami degradasi dan kepudaran. Antisipasi untuk menghindari keadaan ini harus dipersiapkan dengan baik,

dan menuntut peran optimal para pemuda Indonesia di dalamnya. Para pemimpin dan tokoh masyarakat lainnya juga harus proaktif, terutama dalam mengakomodasi gagasan-gagasan para pemuda yang brilian, yang bebas dari muatan-muatan politis maupun kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Kekhawatiran memudarnya nasionalisme, sebagai akibat persoalan internal dan dampak eksternal atau global tidak dapat dimungkiri. Bagi bangsa Indonesia yang berdaulat, nasionalisme adalah suatu tata pikir dan tata rasa yang meresapi mayoritas terbesar sesuatu rakyat dan menganggap dirinya meresapi semua anggota rakyat itu . Degradasi nasionalisme memungkinkan runtuhnya NKRI di masa depan apabila antisipasinya tidak rasional, sistematis, dan empiris. Oleh karena itu, seluruh elemen yang ada dalam NKRI perlu secara sungguh-sungguh menangani gejala ini agar bangsa dan negara ini tetap eksis sepanjang masa. Sejarah menunjukkan, NKRI lahir bukan karena belas kasihan orang lain. Akan tetapi, sebagai perwujudan cita-cita ideal (idealisme) dan patriotisme, yang kemudian melahirkan nasionalisme. Dalam suasana yang penuh tantangan seperti sekarang, diperlukan usaha-usaha yang sistematis dan terorganisasi dengan baik, yang meliputi penumbuhan dan penguatan bidang (1) spiritual, (2) intelektual, (3) fisik dan disiplin, (4) sarana dan prasarana, serta (5) gotong royong. Tujuannya adalah untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI dengan mengoptimalkan potensi beserta pemberdayaannya. Menilik dari problem bangsa yang kian hari kian mengkhatirkan, maka perlu kiranya disusun grand startegi pemuda Indonesia yang lebih praksis dan bersifat real. Hal ini perlu dilakukan guna menangkis stigma negatif yang melekat di dalam diri pemuda beberapa waktu terakhir. Langkah-langkah strategis yang bisa dilakukan pemuda untuk menjaga NKRI

adalah pertama, merekatkan kembali kohesi nasional, yaitu dengan memperkukuh persatuan dan kesatuan yang tidak bisa dilakukan secara parsial, dan harus melibatkan semua komponen bangsa. Langkah ini bisa dilakukan dengan menghimpun generasi muda dalam kegiatan nyata yang jauh dari kepentingan golongan, untuk lebih praktis bisa dilakukan simposium dan sarasehan pemuda yang diisi dengan kegiatankegiatan sosial budaya. Media yang paling efektif untuk membangkitkan persatuan dan kesatuan pemuda adalah seni budaya, yang berlandaskan pada nilai-nilai budaya bangsa, karena itu perlu di rumuskan jenis dan bentuknya. Kedua, melakukan reorientasi dan revitalisasi wawasan kebangsaan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta integrasi nasional. Perlu disadari, terjadinya berbagai stagnasi dan distorsi dalam kehidupan kebangsaan ini menuntut peran pemuda dengan serius untuk kritis dan selektif terhadap berbagai aliran politik yang masuk. Terlebih saat ini politik partai politik dan politik aliran sudah mulai merambah masuk dengan derasnya kesetiap pelosok tanah air, sehingga hal ini memungkinkan terjadinya pergesekan kepentingan antar kelompok dan golongan. Aksi-aksi yang dapat dilakukan oleh pemuda Indonesia dalam usaha bela Negara : 1. Mengadakan kajian dan memberi solusi pemikiran terhadap berbagai isu aktual dan kebijakan pemerintah yang menyangkut kehidupan rakyat banyak. 2. Membangun silaturahim yang berkelanjutan antara Pemuda dengan intitusi legislatif, eksekutif, yudikatif, ormas dan LSM sebagai upaya menyamakan visi, misi mengawal reformasi pembangunan di segala bidang. 3. Mensinergikan seluruh potensi Pemuda seperti politisi, birokrat, pengusaha dan intelektual untuk mengemban misi pencerahan bangsa.

4. Membentuk posko-posko gerakan anti korupsi dan penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih (good governance). 5. Meningkatkan kepekaan Pemuda terhadap persoalan-persoalan pembangunan dan politik lokal, dalam rangka melakukan social control sekaligus sebagai social support terhadap seluruh proses pembangunan nasional di segala bidang. 6. Membangun kekuatan Pemuda yang berperan sebagai tenda besar bagi pemuda Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya dalam rangka mengemban misi keummatan. 7. Membentuk dan mengembangkan simpul-simpul aksi kepedulian terhadap berbagai persoalan umat menuju kearah kesejahteraan bersama. 8. Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dalam rangka meningkatkan kualitas Pemuda, baik dalam bidang IPTEK maupun politik, birokrasi, pengusaha dan intelektual. 9. Proaktif membangun dan mengembangkan solidaritas umat dan manusia terhadap berbagai persoalan regional dan nasional yang menyangkut ketidakadilan, HAM dan kemanusiaan atau SARA.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan 1. Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada negara kesatuan republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. 2. Dengan mengikuti mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dapat dikatakan bahwa sebagai mahasiswa telah ikut serta dalam upaya pembelaan negara. 3. Melalui pendidikan bela negara dapat membangkitkan semangat nasionalisme pemuda.

2. Saran Sebagai pemuda Indonesia kita harus memiliki semangat nasionalisme yang tinggi sebagai wujud rasa cinta tanah air kita dalam upaya bela negara.

You might also like