You are on page 1of 10

ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM

(http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/) Uhar Suharsaputra 1. Apakah Ilmu itu ? Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian : Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact (And English readers dictionary) Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment (Websters super New School and Office Dictionary) dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu. 2. Kedudukan Ilmu Menurut Islam Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL quran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Didalam Al quran , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL quran sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ; Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al sunah

mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya: ALLah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasakepada ALLah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan fuirman ALLah: sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat faatir:28) Disamping ayat ayat Quran yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, AL quran juga mendorong umat islam untuk berdoa agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam AL quran sursat Thaha ayayt 114 yang artinya dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan . dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya: bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu dari segummpal darah . Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala . Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui. Ayat ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi

antara iman dan amal . Di samping ayat ayat AL quran, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaamiu Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) : Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim(hadis riwayat Baihaqi). Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim . sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut (hadist riwayat Ibnu Abdil Bar). Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah, 3. Klarsfikasi Ilmu menurut ulama islam. Dengan melihat uraian sebelumnya ,nampak jelas bagaimana kedudukan ilmu dalam ajaran islam . AL quran telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama menempati kedudukan yang sangat terhormat, sementara hadis nabimenunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dari sini timbul permasalahan apakah segala macam Ilmu yang harus dituntut oleh setiap muslim dengan hukum wajib (fardu), atau hanya Ilmu tertentu saja ?. Hal ini mengemuka mengingat sangat luasnya spsifikasi ilmu dewasa ini . Pertanyaan tersebut di atas nampaknya telah mendorong para ulama untuk melakukan pengelompokan (klasifikasi) ilmu menurut sudut pandang masing-masing, meskipun prinsip dasarnya sama ,bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Syech Zarnuji dalam kitab Taliimu AL Mutaalim (t. t. :4) ketika menjelaskan hadis bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan : Ketahuilah bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntutsegsls ilmu ,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (ilmu AL hal) sebagaimana diungkapkan ,sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuaytan dan sebagus bagus amal adalah menjaga perbuatan. Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda ALLah, maka wajib bagi manusia(Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara tersebut ,seprti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji ,mengakibatkan wajibnya menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat di sayangkan bahwa beliau tidak menjelaskan tentang ilmu-ilmu

selain Ilmu Hal tersebut lebih jauh di dalam kitabnya. Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan Ilmu dalam dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu ain, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah, kemudian beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut : Ilmu fardu ain . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu ain (1979 : 82) Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakan urusan duniawi (1979 : 84) Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia. Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu : 1. Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa menemukannya karena kegiatan berpikir. 2. Ilmu yang bersifat tradisional (naqli). bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan menjadi 1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu naqliyah. Dalam penjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan : Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmmah dan falsafah. Yaituilmu pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indraindra kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. Kedua, ilmu-ilmu tradisional (naqli dan wadli. Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi syara (Nurcholis Madjid, 1984 : 310) dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang

kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al quran dan sunnah Rasul. Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 1). Al manqulat, 2). Al maqulat, dan 3). Al maksyufat. Adapun pengertiannya sebagaimana dikutif oleh A Ghafar Khan dalam tulisannya yang berjudul Sifat, Sumber, Definisi dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Syah Waliyullah (Al Hikmah, No. 11, 1993), adalah sebagai berikut : 1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis. 2). Al maqulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting. 3). Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok yaitu : 1). Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual, formatif aposteriori dan 2). Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi . Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar Khan bahwa al manqulat dan al maqulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli

(http://wildanhasan.blogspot.com/2009/01/konsep-ilmu-dalam-islam-darihijrah.html)

Ilmu dan Hijrah Saat ini kita berada di awal tahun baru Islam 1430 H. Sebuah kalender umat Islam yang lahir dari momentum suksesnya hijrah Rasulullah saw dan para Sahabat dari Makkah al-Mukarramah ke Madinah al-Munawwarah. Kesuksesan hijrah Rasulullah Saw tidak lepas dari faktor ilmu. Ilmu menjadi faktor penting bukan hanya untuk kesuksesan hijrah Rasulullah, tetapi juga hijrah-hijrah dalam bentuk yang lain. Hijrah dari syirik menuju tauhid, bidah menuju sunnah, mafsadat

menuju masalahat, dan lain sebagainya. Imam al-Bukhari menyebutkan bahwa kewajiban seorang muslim sebelum beramal adalah berilmu al-Ilmu qobla al-Qaul wa al-Amal. Hal inilah yang kemudian tersirat dalam surah al-Alaq ayat pertama Iqra bismi Rabbika al-ladzi Kholaq bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Sebagai wahyu pertama yang diturunkan, sangat jelas bahwa kewajiban pertama dan paling utama umat Islam sebelum berkata dan beramal adalah berilmu (Iqra). Ilmu sangat berkaitan dengan aktifitas membaca dan tulis menulis. Al-Quran - sebagai cahaya dan petunjuk - diturunkan kepada Nabi yang Ummi. Kendati seorang yang ummi, ayat yang pertama menyeru Rasulullah saw. Adalah, Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.(QS. Al-Alaq: 1-4) Aktifitas membaca dapat dibagi dalam dua pengertian. Pertama, Iqra Quraniyah (membaca alQuran). Iqra Quraniyah adalah pembacaan, penghafalan, pendalaman, pengertian dan pengamalan al-Quran. Kedua, Iqra kauniyah (pembacaan alam semesta). Iqra Kauniyah adalah pembacaan manusia terhadap alam semesta dalam setiap jenis dan bentuk apapun. Seseorang yang mampu membaca alam, mengambil hikmah, ibrah dan manfaat dari alam untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin serta mendapatkan ridha Allah swt pada hakikatnya adalah seorang Ulama (orang yang berilmu). Jadi, predikat Ulama tidak hanya terbatas pada seseorang yang lazim dikenal sebagai Ustadz, Kyai, Habib ataupun Syekh. Tetapi pada setiap orang yang dari bacaannya terhadap al-Quran ataupun alam semesta membuat dirinya takut dan makin bertakwa kepada Allah swt. Allah berfirman; Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.(QS. Faathir: 28) Betapa pentingnya posisi ilmu dalam Islam ditunjukkan melalui konsepnya yang jelas. Bahwa ilmu dalam Islam harus melalui proses pencarian yang benar, berdasar, sistematis, analitif, komprehensif, dan evaluatif. Tidak boleh mengambil suatu pendapat tanpa terlebih dahulu diperiksa sumber dan kebenarannya. Oleh karena itu di dalam Islam terdapat konsep Ittiba, konsep ini mengharuskan adanya proses cek dan re-cek (tabayyun) terhadap setiap informasi yang datang kepada sumber aslinya. Menurut kaidah Ushul Fiqih yang disepakati para ulama konsep ini diartikan; Ittiba adalah mengikuti pendapat seseorang dan anda mengetahui dasar (dalil) nya. Imam Ahmad dalam Musnad-nya meriwayatkan dari jabir ra., ia berkata: Kami pernah dudukduduk di rumah Rasulullah saw., beliau membuat garis di telapak tangan dengan tangannya begini dan bersabda, Ini adalah jalan Allah. Beliau lalu membuat dua garis di sebelah kanan garis tadi, dua garis lagi di sebelah kirinya, dan bersabda, Garsi-garis ini adalah garis setan. Kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis yang berada di tengah dan membaca ayat; Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.(QS. Al-Anam: 153) Dari ayat di atas Allah swt menegaskan bahwa dasar beragama adalah ilmu. Penggunaan kalimat fattabi'uhu dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat menempuh jalan Allah yang

lurus itu tiada cara lain kecuali dengan ilmu. Beragama dengan ilmu adalah hal yang mutlak adanya, tidak bisa tidak. Karena jika seseorang melakukan amalan agama tanpa ilmu, khusus maupun umum, sekalipun amalan itu adalah ibadah maka akan terjadi kekeliruan. Kemudian Penggunaan kalimat &sabilih dalam bentuk mufrad (tunggal) menunjukkan bahwa jalan kebenaran itu hanya satu, yaitu jalan Allah (Islam). Sementara penggunaan kalimat subul# dalam bentuk jama (plural) menunjukkan bahwa jalan kesesatan itu banyak dan beraneka ragam. Karena sesungguhnya setan menggoda manusia dari segala arah; depan, belakang, kanan dan kiri. Aqidah sahihah sebagai fondasi dasar keIslaman seseorang harus dijaga dan terus dipupuk dengan ilmu. Jika ilmunya benar maka aqidah akan benar. Sebaliknya jika ilmunya keliru maka dapat dibayangkan akan seperti apa kerusakan kata dan amal seseorang. Oleh karena itu kemunkaran terbesar dalam Islam adalah kemunkaran di bidang pokok-pokok agama (aqidah). Kemunkaran ini berawal dari kerusakan ilmu-ilmu Islam. Sebagai contoh, dosa orang yang mengingkari kewajiban shalat lima waktu lebih besar daripada orang yang meninggalkannya karena malas. Atau dosa orang yang menyatakan ayat-ayat alQuran tidak valid lebih besar dosanya daripada orang yang meninggalkan ayat Allah karena malas. Dari sisi ini kemunkaran terbagi dua: Pertama, kemunkaran yang diakibatkan oleh ketiadaan ilmu (kebodohan). Kemunkaran jenis ini mudah diatasi dengan memberikan nasehat dan pengajaran. Kedua, kemunkaran yang diakibatkan oleh ilmu yang keliru. Kemunkaran ini sangat berat, karena seringkali orang yang berkata dan beramal dengan ilmu yang keliru meyakini kebenaran ilmunya. Sebagaimana firman Allah swt: Katakanlah, akankah kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sesat amal perbuatannya di dunia ini, tetapi mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya. (al-Kahfi: 103-104) Selain, jika ia adalah seorang pemimpin atau panutan umat, kata dan amalnya akan diikuti, lalu merebaklah kerusakan di tengah-tengah umat. Jadi ilmu yang keliru akan mengakibatkan kata dan amal yang keliru, kata dan amal tokoh umat yang keliru akan mengakibatkan umat yang keliru (rusak) pula. Maka begitu pentingnya posisi ulama dalam Islam sebagai pewaris para Nabi. Sampai Rasulullah Saw mengatakan: Bahwasanya Allah swt. Tidak akan mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang banyak akan memilihi orang-orang bodoh sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang bodoh itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Muslim). Ilmu juga adalah ajaran yang pertama kali diajarkan Allah kepada manusia pertama Adam alaihi salam dan menjadi tradisi para Nabi. Allah swt Berfirman: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. al-Baqarah: 31) Ilmulah yang menundukkan para Malaikat, kecuali Iblis yang memakai ilmu keliru sehingga sesat dan menyesatkan. Betapa pentingnya ilmu dalam Islam sehingga di dalam al-Quran dan

as-Sunnah bertebaran keterangan yang mengharuskan kita berilmu dan keunggulan orang-orang yang berilmu. Dengan ilmu, umat Islam menguasai peradaban dunia lebih dari 800 tahun. Ilmu yang benar karena tetap berpegang teguh kepada al-Quran dan as-Sunnah. Ilmu yang lahir dari harapan atas ridla Allah (bismi Rabbika al-Ladzi khalaq). Sehingga melahirkan Peradaban yang memberikan cahaya pencerahan dan kebangkitan umat yang lain dari kebodohan dan keterbelakangan. Lain halnya ilmu yang dimiliki kaum Kuffar (Barat), ilmu yang mereka miliki tidak melahirkan kebaikan dan kemaslahatan, justru kehancuran dan kebatilan karena basis ilmu mereka bukan bismi Rabbika al-Ladzi Khalaq. Ilmu menurut para Ulama Wajib bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Ilmu bila dimutlakkan dan datang nash-nash yang menjelaskan pujian dan keutamaannya, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syari. Imam asy-Syafii Rahimahullahu taala berkata, Tidak ada satupun yang lebih utama setelah menunaikan kewajiban selain menuntut ilmu. Berkata Imam Ahmad Rahimahullahu taala, Manusia lebih butuh ilmu daripada makan dan minum, karena seseorang butuh makan dan minum sekali atau dua kali dalam sehari, tetapi kebutuhannya terhadap ilmu sepanjang hayatnya. Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullahu taala: Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syari. Ilmu yang berfaidah untuk mengetahui kewajiban seorang hamba berupa perkara agama, baik dalam ibadah maupun pergaulannya sehari-hari. Ilmu yang berbicara tentang Allah, mensucikan-Nya dari segala kekurangan, ilmu yang demikian berkisar pada ilmu tafsir, hadits dan fiqih. Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin Rahimahullahu taala berkata: Dan yang menjadi perhatian kita tentang ilmu adalah ilmu syari yaitu ilmu yang Allah swt turunkan kepada RasulNya yang mulia berupa penjelasan dan petunjuk. Ilmu yang di dalamnya terdapat pujian dan sanjungan dan itu hanya ada pada ilmu wahyu. Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan faqihkan dia dalam agama. Nabi saw juga bersabda: Ulama adalah pewaris para Nabi, para Nabi tidaklah mewariskan dinar atau dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu maka barangsiapa yang mengambilnya sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak. Dan telah diketahui bersama bahwa warisan para Nabi adalah ilmu syari tidak ada yang lain. Keutamaan ilmu Sungguh Allah telah memuji ilmu dan pemiliknya serta menganjurkan para hamba-Nya agar berbekal dengan ilmu, di antara keutamaan ilmu adalah : 1. Allah mengangkat derajat ahli ilmu Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujaadilah: 11) 2. Orang yang bodoh dan berilmu tidak sama Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. AzZumar: 9)

3. Persaksian Allah untuk orang yang berilmu Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali-Imran: 18) 4. Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta tambahan ilmu ( "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaha: 114) 5. Ahli ilmu orang yang takut kepada Allah Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.(QS. Faathir: 28) 6. Faqih dalam agama termasuk tanda kebaikan Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan faqihkan ia dalam agamaNya.(HR. Bukhari 71, Muslim 1037). 7. Orang berilmu lebih utama dari ahli ibadah Rasulullah saw bersabda: Orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di dalam air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah bagaikan bulan purnama atas seluruh bintang. (HR. Abu Dawud 3641, Tirmidzi 2682, Ibnu Majah 223, Ahmad 5/196). 8. Menuntut ilmu jalan menuju surga Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga. (HR. Muslim 2699, Abu Dawud 3643, Tirmidzi 2646, Ibnu Majah 225, Darimi 1/99). 9. Penuntut ilmu bagaikan mujahid Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang masuk masjid kami untuk belajar dan mengajarkan maka ia seperti seorang mujahid di jalan Allah.(HR. Ibnu Majah 227, Ahmad 2/350, Hakim 1/91, Ibnu Hibban 87, Ibnu Abi Syaibah 12/209). 10. Ilmu adalah pahala yang tidak terputus Rasulullah saw bersabda: Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalannya kecuali tiga perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya.(HR. Muslim 1631).

You might also like