You are on page 1of 22

Sejarah TMII Siti Hartinah Soehartoyang akrab dipanggil Ibu Tien Soehartomempunyai gagasan membangun kawasan wisata Taman

Mini Indonesia Indah. Prakarsa itu diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual. Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8, Jakarta. Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia. Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia. Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur Indonesia Indonesia Indah di depan umum. Berbagai saran, tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek tersebut. Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana induk dan studi kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5 bulan. Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah 100 hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian hari. Ibu Tien Soeharto menerima saran tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya. Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan. Rancangan bangunan lain, seperti bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan. Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai. Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini Indonesia Indah diresmikan

pembukaannya oleh Presiden Soeharto. Gagasan dan Sumber IIham Tiada ketenaran tanpa awal gagasan dan karya yang mewujudkannya. Ketenaran Taman Mini "Indonesia Indah" di seluruh Nusantara dan di berbagai bagian dunia, tidak dapat dilepaskan dari pangkal tolaknya yang berupa gagasan yang terdengarnya sederhana tetapi mengandung nilai yang sangat tinggi. Gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, Indonesia. Gagasan ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Cita-cita ini diutarakan sebagai gagasan untuk mendirikan suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarlan kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no.8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Sebagai pemrakarsa, Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara) telah melihat jauh ke depan akan pentingnya menciptakan suatu bangunan miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya, kekayaan alam, kebudayaan dan kekayaan lainnya. Bertekad cita-cita ini, dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. Prakarsa Ibu Negara ini bersumber pada kenyataan bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan di berbagai segi dan sumber. Pulaunya yang berjumlah belasan ribu. kelompok etnisnya yang memiliki ciri-ciri khas masing-masing, dalam bahasa, adat istiadat, perilaku tutur kata dan sebagainya, serta sumber daya alamnya yang sangat kaya ini tidak terlepas dari pengamatan Ibu Negara untuk melahirkan gagasan yang mulia dan sangat bermanfaat bila terwujud. Filsafat dan Asas Pendirian Tentulah ada asas-asas filsafat yang dijadikan landasan pendirian proyek miniatur ini. Kekokohan hasil proyek ini terbentuk berkat filsafat yang berpangkal pada amanatamanat Presiden Republik Indonesia yang pada intinya ialah keseimbangan usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan mental spiritual. Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah". Filsafat ini dijadikan pilihan landasan karena Ibu Negara sadar dan melihat bahwa pada awal pembangunan yang dilaksanakan pada akhir tahun 1960-an belum mendapatkan perhatian semestinya. Karena kesadaran dan perhatian beliau inilah, beliau berprakarsa pelaksanaan pembangunan mental spiritual. Secara lebih rinci ada lima aspek dan prospek yang dijadikan baik pijakan pembangunannya maupun pandangan dalam pengembangannya. Kelimanya ini ialah spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi, ekonomi, dan kesejahteraan. Pegangan teguh pada aspek dan prospek ini dapat dirasakan dan dilihat pada pengembangan yang telah berlangsung selama ini. Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan tidak terlepas dari

pandangan Presiden Soeharto. Mengenai aspek dan prospek spiritual beliau menyatakan bahwa setiap usaha pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa pembangunan mental, spiritual, rohaniah dan sosial . Mengenai pendidikan dan kebudayaan beliau mengungkapkan bahwa putra-putri harus menyiapkan diri sejak sekarang. melatih diri dan mengasah otak belajar berorganisasi dan mulai membaktikan diri kepada masyarakat, mencintai alam dan bangsanya sendiri. bangga kepada kebudayaannyan sendiri dan mau belajar hal-hal yang baik dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri, berusaha sendiri dan selalu ingin mengetahui hal-hal baru agar dapat maju, mencintai kerja dan berusaha mencapai prestasi yang tinggi . Mengenai aspek dan prospek teknologi, kata-kata Neil Armstrong, angkasawan Amerika, manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan, a little step of a man, a giant step of mankind yang artinya langkah kecil manusia tetapi berupa loncatan raksasa kemanusiaan, merupakan dambaan dalam membangun dan mengembangkan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" ini. Hanya dengan teknologi yang ditulangpunggungi ilmu, manusia dapat melangkah maju dalam mewujudkan keinginan peningkatan ke arah ekonomi dan kesejahteraannya. Selanjutnya mengenai aspek dan prospek ekonomi, kata-kata Presiden Soeharto menjadi pegangannya. Dikatakan oleh beliau bahwa, "Pembangunan ekonomi berarti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui pananaman modal, penggunaan teknologi, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen" . Aspek dan prospek ini tidak terlepas dari aspek dan prospek berikutnya, yaitu kesejahteraan. Oleh Presiden Soeharto, dikatakan bahwa "Cita-cita kita adalah suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, kita ingin kehidupan kita lebih baik, makin maju, bertambah sejahtera dan adil" . Kelima aspek dan prospek tersebut saling berkait. Kaitan inidalam pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah terlihat nyata bila kita melihat taman miniatur ini secara keseluruhannya. Secara keseluruhan di sini melibatkan penglihatan kita terhadap wujud fisik, yang berupa bangunan, yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi, dan sarana dalam meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan, dan wujud program pergelaran yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi serta ekonomi dan kesejahteraan. Jelaslah bahwa baik dari pandangan fisik maupun langkah operasional. Proyek Miniatur ini erat berpegang pada aspek dan prospek pembangunannya. Dengan filsafat ini sebagai landasan, ada sasaran yang ingin dijangkau oleh pendiri taman miniatur, yaitu meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengertian kepada bangsa-bangsa lain tentang Indonesia yang sebenarnya. Ke dalam sendiri, jangkauan pelaksanaan proyek ini ialah terjadinya proses pendidikan dan peningkatan pengetahuan bangsa sendiri mengenai tanah airnya, sehingga terpupuklah rasa cinta kepada tanah airnya. Inilah sebetulnya misi didirikannya taman miniatur ini.

Arti TMII Arti Taman Mini Indonesia Indah adalah satu proyek untuk mencitrakan Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam bentuk mini, berupa sebuah taman di atas sebidang tanah yang menggambarkan Indonesia yang besar ke dalam penampilan yang kecil Bangunan pokok berupa danau buatan dengan pulau-pulau yang menggambarkan wilayah Indonesia. Kepulauan buatan tersebut merupakan bagian terpenting dari proyek ini dan disebut Miniatur Arsipel Indonesia. Pulau-pulau dibangun secara geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti tinggi rendah daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan tumbuh-tumbuhannya terlihat seperti perwujudan sesungguhnya. Danau kepulauan ini, berikut bangunan-bangunan khas daerah di sekitarnya, secara keseluruhan dinamakan Taman Mini Indonesia Indah. Visi, Misi dan Tujuan Visi proyek adalah menjadikan Taman Mini Indonesia Indah sebagai kawasan wisata budaya yang terkemuka. Dengan visi tersebut, TMII menetapkan misinya sebagai wahana pelestarian, pengenalan, dan pengembangan budaya bangsa. Oleh karena itu, sasaran pembangunannya tidak menitikberatkan pada keuntungan finansial melainkan pengembangkan kebudayaan nasional. Maksud dan tujuan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah: Membangun dan mempertebal rasa cinta bangsa dan tanah air. Memupuk serta membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Menghargai serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional Indonesia dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang. Memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan warisan bangsa kepada sesama anak bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia. Memanfaatkan untuk menarik wisatawan, dengan demikian meningkatkan kegiatan pariwisata, sarana promosi bagi tiap-tiap daerah di seluruh tanah air, dan menghidupkan kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung dan mengatur pemasarannya. Ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dengan mempersembahkan suatu tempat rekreasi yang bersifat pendidikan kepada masyarakat Indonesia.

Uraian mengenal Logo dan Maskot Dalam rangka meningkatkan citra positif dan menambah daya tarik masyarakat, pada 26 September 2007 diluncurkan logo baru tmii sebagai brand name. Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru, kuning, dan hijau, dengan pencitraan grafis huruf dan warna. Merah melambangkan semangat, biru mencitrakan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, kuning lambang kekayaan dan keragaman budaya, dan hijau mengacu pada kekayaan alam.

Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk menggambarkan kedinamisan, keragaman budaya, dan kekayaan alam Indonesia. Pewarnaan dari merah t menuju ke kuning i mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya matahari, warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari kedinamisan, dan warna hijau adalah pencapaian dari sebuah kemakmuran. Grafis bulatan yang berputar tiada henti di atas kedua huruf i melambangkan kesatuan makna dari kata Indonesia dan kata Indah, serta melambangkan TMII sebagai tujuan terbaik untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan budaya dan alam Indonesia. Maskot berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putradisingkat NITRAnama lain Sang Hanoman. Tokoh NITRA menjadi icon TMII dan berperan sebagai sarana pengenal yang mempunyai makna informatif agar mudah diingat dan lekat di hati Penggunaan maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bertepatan dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991. Pemilihan tokoh NITRA didasarkan atas pertimbangan: NITRA berwujud kera putih yang perkasa, mempunyai kepribadian menonjol, seperti berjuang membela dan menegakkan kebenaran tanpa pamrih, mahir berdiplomasi sehingga dipercaya sebagai duta. NITRA memiliki berbagai kesaktian, sehingga mampu membasmi angkara murka dan membela kebenaran. NITRA merupakan kesayangan dewa yang dikaruniai usia sangat panjang sebagai pembina generasi selanjutnya. NITRA mempunyai watak yang dapat diteladani dan dapat menjadi sumber inspirasi yang menyatu dengan misi TMII sebagai wahana pelestarian, pengenalan dan pengembangan budaya, duta seni, serta mewariskan segala sesuatunya untuk generasi yang akan datang. NITRA mencerminkan budi luhur, diharapkan menjadi suri tauladan bagi generasi muda dan menjadi pilihan idola yang bersumber dari nilai budayanya sendiri. Visualisasi NITRA mengarah pada bentuk fisik yang disesuaikan agar menarik dan disenangi anak-anak, remaja, dan dewasa: ramah dan lucu tetapi mempesona. Sebagai maskot, NITRA dapat berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi, antara lain berwujud boneka, logo, ataupun produk cetak dan cenderamata sesuai kebutuhan.

Profil TMII Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan tempat rekreasi yang sangat populer dan akrab bagi warga kota Jakarta serta kota-kota lain di Indonesia, bahkan mancanegara. Konsepnya menyajikan wahana dan fasilitas secara rekreatif, informatif, edukatif, komunikatif, dan atraktif (RIEKA). Miniatur Indonesia secara lengkap, baik bentang darat, kekayaan alam, aneka warna seni dan budaya daerah, maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai bentuk seni dan budaya masa kini tersajikan di sini. Paparannya diwujudkan dalam bentuk Miniatur Arsipel Indonesia yang merupakan danau buatan dengan

tiruan kepulauan Indonesia berikut penampang daratnya beserta anjungan-anjungan daerah. Tiap anjungan tersebut menampilkan rumah adat bercorak arsitektur tradisional berikut penyajian benda-benda budaya, pentas seni, upacara adat, keragaman kuliner, dan berbagai seluk beluk yang berkait dengan daerah bersangkutan, yang secara nyata menunjukkan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an Indonesia. Selain anjungan daerah, berderet museum-museum yang memamerkan bukan hanya koleksi sejarah, budaya, serta teknologi masa lalu dan masa kini melainkan juga menciptakan dialog dengan pengunjung melalui berbagai peragaan yangpada gilirannyamenjadi tonggak penciptaan di masa depan. Penampilan 15 museum, antara lain Museum Indonesia, Museum Transportasi, Museum Migas, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, merupakan sumber informasi tiada batas. Wahana rekreasi berupa 11 unit taman, antara lain Taman Burung, Taman Akuarium Air Tawar, dan Taman Bunga Keong Emas; berbagai wahana inovatif, seperti Istana Anak Anak Indonesia, Teater Imax Keong Emas, Teater 4DMotion, Kereta Gantung (skylift), monorel Aeromovel; serta Taman Budaya Tionghoa Indonesia dan TMII Waterpark yang kini sedang dibangun, juga menawarkan nuansa yang menarik. Berbagai jenis wahana dan fasilitas tersebut semuanya mempunyai dimensi rekreasi, pendidikan, pelestarian, sekaligus pemerkayaan cakrawala pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi muda. Kunjungi Taman Mini Indonesia Indah, lihat pesona Indonesia. Letak dan Luas Taman Mini Indonesia Indah terletak di Jakarta, ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; berjarak sekitar 2 km dari terminal Kampung Rambutan, lebih kurang 5 km dari bandara udara Halim Perdana Kusumah, dan 200 meter dari gerbang tol Jagorawi. Letak yang strategis ini memudahkan pengunjung untuk mencapainya dengan berbagai jenis kendaraan. Luas lahan 150 hektar, berada di dalam daerah administrasi empat kelurahan dan tiga kecamatan, yaitu Kelurahan Bambu Apus dan Ceger di Kecamatan Cipayung, Kelurahan Kampung Dukuh di Kecamatan Kramat Jati, dan Kelurahan Pinang Ranti di Kecamatan Kampung Makasar, Jakarta Timur. Lahan ini sesungguhnya baru sebagian dari seluruh lahan peruntukan TMII, karena berdasar Keputusan Gubernur Jakarta No. 3498 tanggal 9 Oktober 1984 kawasan diperluas menjadi 394,535 hektar. Oleh karena TMII merupakan Proyek Tumbuh, pemanfaatan lahan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan. Keadaan fisik Kawasan Taman Mini "Indonesia Indah" pada awalnya mencakup kawasan seluas 145 ha. Lahan ini pada mulanya adalah lahan yang dimiliki rakyat sebagai ladang dan sawah. Kemudian dengan usaha dan jerih payah, lahan ini dapat ditransformasi menjadi kawasan untuk pendirian taman miniatur. Pengubahan lahan dari bentuk aslinya yang berupa ladang menjadi hamparan yang layak bangun memerlukan waktu yang tidak

terlalu lama dan upaya lain berupa perataan lahan, pengolahannya menjadi hamparan yang layak pakai, serta pembagiannya untuk digunakan dalam pembangunan anjungan, museum dan bangunan-bangunan pokok serta bangunan penunjang. Kawasan TMII mempunyai topografi bergelombang. Topografi semacam ini memberikan keuntungan karena dengan bentuk hamparan seperti ini. TMII dapat dengan leluasa menampilkan beraneka ragamnya anjungan dan pergelaran lain. Akan tetapi ada pula kekurangan yang ditimbulkan oleh topografi bergelombang ini, yaitu diperlukannya upaya perataan lahan untuk tujuan tertentu, misalnya pembuatan bangunan yang memerlukan lahan rata. Dengan lingkungan alami yang ditempatinya, TMII memperoleh keuntungan karena lingkungan semacam ini, menunjang untuk pengembangan dari segi fisik dan program. Keadaan semula yang berupa lahan bergelombang, dengan vegetasinya yang terpencar di sana-sini dari berbagai jenis tumbuhan, serta lahan basah yang berupa telaga. TMII mempunyai keleluasaan untuk mengembangkan denah yang beranekaragam. Dengan adanya lahan basah, maka pola penataan lingkungan menjadi lebih alami dan dalam berbagai hal, lingkungan basah ini memberikan kemudahan dalam pengembangan pergelaran kawasan perairan. Kenyataan ini telah dinikmati oleh pengembangan: Taman Angsa Arsipel Indonesia dan Taman Akuarium Air Tawar. Hambatan yang Dihadapi Tugas yang sangat berat dalam mengemban misi ini masih dibebani oleh sikap dan tanggapan dari beberapa kalangan dan lapisan masyarakat yang belum sepenuhnya mendukung, tetapi masih menginginkan penjelasan lebih rinci mengenai gagasan pendirian taman miniatur ini. Akan tetapi, dengan ketekunan dan tekad yang luhur, semua rintangan dapat diatasi. Usaha ini diperingan dengan dukungan dalam berbagai bentuk dari berbagai kalangan. Kalangan pendidikan dan pengusaha swasta pada dasarnya mendukung gagasan pendirian taman miniatur ini, walaupun disertai berbagai syarat dan pertimbangan. Reaksi dalam bentuk lunak maupun keras diatasi dengan memberikan pengertian kepada mereka yang kurang mendukung. Saran dan kritik ditampung dan dijadikan bahan pertimbangan lebih rinci. Ibu Tien soeharto sendiri yang ikut juga memberikan penjelasan-penjelasan tentang gagasan pembangunan proyek miniatur ini. Himbauan pun disampaikan kepada para dermawan dan penyumbang untuk membantu pelaksanaan proyek ini. Kemajuan mewujudkan gagasan pembangunan proyek miniatur ini didorong oleh Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, tertangga1 4 Maret 1972. yang memberikan beberapa alternatif dan saran untuk menjadi pegangan pelaksanaan proyek ini. Dalam Memorandum ini, diakui bahwa dengan rencana pembangunan proyek miniatur Indonesia Indah ini, timbul kekhawatiran akan adanya perpecahan dalam tubuh kesatuan bangsa Indonesia. Uluran tangan berupa peran serta DPR RI dalam memberikan saran sungguh membantu memperingan beban yang timbul karena adanya perbedaan pendapat tentang pembangunan proyek ini, sampai pun pada proses

pelaksanaannya, DPR RI memberikan saran alternatifnya. Tokoh-tokoh yang Berjasa Tidak dapat diragukan lagi bahwa tokoh utama dalam penciptaan wujud taman yang mencerminkan budaya bangsa ialah Ibu Tien Soeharto yang juga Ibu Negara saat itu. Gagasan yang cemerlang yang diikuti langkah-langkah konsisten telah sanggup mengatasi segala rintangan yang tidak kecil. Kegigihan dan kemantapan karsanya telah menguakkan pandangan ke masa depan pengembangan taman ini. Tokoh pendamping yang seiring dan tidak dapat dipisahkan ialah Bapak Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai suami Ibu Tien. Dorongan dan perlindungannya serta kesamaan pandangnya telah mendorong terwujudnya gagasan dan cita-cita dalam mengajak masyarakat untuk memahami secara lebih mendalam kebudayaan bangsa dan rasa cinta kepada tanah air mereka. Tanpa dorongan ini, pewujudan taman miniatur ini dan pembangunan pengembangannya akan selalu menghadapi hambatan yang sulit untuk diatasi. TMII Kini dan Upaya Mempertahankan Proyek Miniatur "Taman Mini "Indonesia Indah" yang kemudian terkenal dengan sebutan Taman Mini "Indonesia Indah". kini sudah jauh berkembang dari keadaan pada awalnya. Dengan pegangan aspek dan prospek sebagai landasan filsafatinya, Taman Miniatur "Indonesia Indah" telah memiliki 22 bangunan pokok dan pendukung, 27 anjungan daerah, 24 museum dan taman, 6 rumah ibadah, 5 sarana rekreasi, beserta sarana penunjangnya, seperti akomodasi, transportasi, rumah makan, dan bangunan-bangunan lain yang ikut melengkapi penampilan Taman Mini "Indonesia Indah". Dibandingkan dengan pada waktu awal dibangunnya, yang hanya memiliki 26 anjungan, boleh dikatakan bahwa selama 21 tahun usianya, taman ini telah berkembang 220 % dalam wujud bangunan. Begitu pula dalam kawasan yang berupa lahan. Kenyataan seperti ini memang membanggakan karena menunjukkan kemajuan dalam perkembangannya. Namun, keadaan seperti, ini tidak luput dari kekerasan upaya untuk mempertahankannya, apa lagi lebih mengembangkannya. Untuk mempertahankan Taman Mini "Indonesia Indah" seperti keadaannya kini, diperlukan kesiapan dalam berbagai bidang. Dana dan sumber daya manusia untuk mengelolanya harus selalu tersedia dengan taraf yang cukup tinggi. Pengelolaan ini bukan sekedar menampilkan keberadaan fisiknya saja, tetapi yang lebih penting ialah mewujudkan penampilan yang memenuhi landasan filsafati yang telah dijadikan pijakannya. Anjungan tidak sekedar menggelar pameran benda-benda peninggalan kebudayaan masa lalu atau menggelar pertunjukan tarian saja, tetapi harus dapat mengajak masyarakat menemukan cara dan jalan dalam menuju cita-cita yang dinyatakan dalam uraian aspek dan prospek pembangunan Proyek Miniatur "Indonesia Indah". Mewujudkan tugas ini tidak mudah dan tidak ringan. Untuk melaksanakannya dituntut ketangguhan sumber daya manusia yang mampu mengejawantahkan cita-cita bangsa dalam bentuk yang relatif sangat terbatas, dan dana penyelenggaraan yang harus tersedia untuk tidak membatasi gerak.

Penyediaan sumber daya manusia dan dana seperti itu memerlukan strategi yang tepat. Oleh karena itu dalam pengembangan kegiatan Taman Mini "Indonesia Indah" kebutuhan dalam bidang sumber daya manusia dan dana menjadi bagian tak terpisahkan dalam pengembangan programnya. Pengembangan program semacam ini harus dilakukan apabila Taman Mini "Indonesia Indah" akan mampu menjangkau masa depan. Apa sebetulnya yang ingin dijangkau Taman Mini "Indonesia Indah" di masa depan? Landasan filsafat seperti yang telah diuraikan di depan tidak dapat ditinggalkan. Dengan landasan tersebut untuk menjangkau masa depan, telah dirancang pola pengelolaan dan penyusunan program untuk mencapai tujuan seperti yang diemban dalam misinya. Pengelolaan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" tidak begitu saja dilaksanakan, tetapi diatur dalam surat-surat keputusan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Organisasi pengelolaannya ini selalu ditinjau untuk penyempurnaannya, baik dalam sistemnya maupun dalam personalianya. Untuk menjangkau tujuan dalam misi Taman Mini "Indonesia Indah", adanya anjungan, museum dan taman, serta unit-unit lain yang menunjang merupakan sarana pencapaiannya. Program dan penampilan masing-masing unit tersebut merupakan proses yang berlangsung untuk menuju jangkauan Taman Mini "Indonesia Indah". Selain pengembangan program ke dalam masing-masing anjungan dan unit-unit lain, pengembangan yang dilaksanakan Taman Mini "Indonesia Indah" ialah dalam melengkapi unit-unit dan komponen-komponennya sehingga landasan filsafati yang telah dijadikan pegangan dan pedoman dalam mengemban misi dapat dipenuhi. Setiap waktu selalu ada penambahan komponen yang setapak demi setapak mengisi dasar filsafati yang telah digariskan. HASIL YANG DICAPAI Sebagai sebuah kawasan wisata, kehadiran TMII tak cuma diakui oleh masyarakat luas yang ditandai oleh padatnya pengunjung di hari-hari libur, tetapi pengakuan berupa sejumlah penghargaan dari berbagai kalangan resmi. Dalam usianya yang baru setahun, pada tahun 1976. TMII telah menerima penghargaan di bidang kepariwisataan dari pemerintah DKI Jakarta. Kemudian berturut-turut pada tahun 1977 dan 1978 memperoleh penghargaan kepariwisataan dari pemerintah DKI berupa "Palm Perunggu" dan "Palm Perak". Pada tahun 1981 masih dari pemerintah DKI. TMII memperoleh penghargaan kepariwisataan berupa "Palm Emas". Pada tahun 1987, TMII memperoleh penghargaan pelestarian kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Association (PATA). Di bidang pembinaan industri kecil, hasil-hasil yang telah dicapai oleh TMII membuahkan penghargaan dari Pemerintah republik Indonesia berupa Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990. Penghargaan kepariwisataan dari pemerintah DKI Jakarta, berupa "Adikarya Wisata" diperoleh pada tahun 1991. 1992 dan 1993. Selanjutnya pada tahun 1994. TMtl memperoleh plakat "Adikaryottama Wisata" juga dari pemerintah DKI Jakarta atas prestasinya mempertahankan "Adikarya Wisata", selama empat tahun berturut-turut. Adapun pada tahun 1995, TMII berhasil memperoleh penghargaan berupa piagam

"Adikaryottama Wisata 1995". Adikaryottama berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti Adi Karya yang Utama. Pada tahun 1995 pula TMII memperoleh Penghargaan Penghijauan Lingkungan dari Pemerintah DKI Jakarta. TMII merupakan hasil karya putra-putri Indonesia dalam upaya melestarikan, membina dan mengembangkan serta menyebarluaskan ragam aspek budaya Indonesia. Nilai-nilai tradisi warisan leluhur turun temurun, tata nilai yang berlaku saat ini serta harapan-harapan bangsa Indonesia di masa datang tercermin dari berbagi bentuk peragaan statis maupun dinamis di seluruh areal TMII. TMII tercatat sebagai kawasan wisata Indonesia yang paling banyak menggelar produk-produk kesenian daerah. Di tiap Anjungan. maupun di tiap sudut bagiannya. setiap hari ada saja pesona budaya daerah yang bisa disaksikan pengunjung. Atraksiatraksi menarik yang pada akhirnya akan mendorong pengunjung untuk datang ke daerah tersebut manakala ada kesempatan. Kesempatan yang dibuka luas oleh TMII di bidang seni budaya membawa dampak dalam menggairahkan semangat berkesenian di daerah-daerah. Suasana kompetisi untuk menampilkan yang terbaik merangsang kreativitas dan daya inovasi para seniman daerah untuk menghasilkan karya-karya seni budaya berkualitas. Untuk menentukan kelompok kesenian yang akan tampil di TMII, tidak jarang didahului oleh serangkaian seleksi maupun festival tingkat daerah sehingga terpilihlah kelompok-kelompok terbaik yang menjadi duta seni daerahnya ke TMII. Sebaliknya. kelompok-kelompok yang mampu tampil terbaik dan telah menunjukkan prestasi di TMIl, sesampainya kembali di daerah akan menjadi motivasi bagi kelompokkelompok lainnya untuk berkarya dan berpretasi lebih baik lagi. Dalam upaya mempersiapkan generasi penerus untuk terus mencintai, menghayati dan mendalami seni budaya bangsanya, TMII melalui sanggar-sanggar pendidikan seninya secara aktif menggugah minat dan apresiasi generasi muda, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Upaya pendidikan dan pembinaan ini telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Melalui sasana krida maupun sanggar-sanggar tari dan musik di lingkungan TMII, masyarakat dari berbagai generasipun dapat bersamasama mengenal, mempelajari, melestarikan dan mengembangkan beragam aspek seni budaya Indonesia. TMII sendiri, melalui tim kesenian andalannya, yaitu "Pelangi Nusantara TMII" telah berhasil membantu upaya pemerintah dalam memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Sejak tahun 1978 sampai sekarang, tim ini secara teratur mengisi acara kesenian kenegaraan di Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Selain itu, "Pelangi Nusantara" secara aktif mengikuti berbagai pergelaran ke daerah-daerah dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kekayaan seni budaya bangsanya. Dalam setahun Tim ini rata-rata melakukan sekitar 50 kali pentas untuk memenuhi permintaan berbagai pihak, di berbagai kesempatan. Sementara itu, dalam kiprahnya ke mancanegara, ke berbagai kota dan negara di Asia, Eropa, Amerika, dan Australia, telah lebih dari 22 misi kesenian berhasil diemban dengan baik. Pelangi Nusantara pada dasarnya merupakan tim operasional kesenian yang berfungsi sebagai unit percontohan. Tim ini telah diakui oleh masyarakat luas sebagai salah satu

pelopor pengembangan sistem pergelaran sesuai situasi dan kondisi masyarakat yang berkembang secara dinamis. Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh tim ini adalah keserasian tata busana atau kostum yang digunakan. waktu tampil yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan, serta fleksibilitas setiap penarinya yang mampu membawakan, berbagai jenis tarian berbeda. Melalui museum-museumnya. TMII dihargai oleh masyarakat karena kepeloporannya secara terus menerus membangkitkan minat masyarakat untuk mencintai dan mengunjungi museum. Dengan tampilan museum-museumnya yang menarik, TMII senantiasa berupaya menepis kesan suram dan "kuno" yang selama ini masih menjadi citra museum-museum kita di masyarakat. Kehadiran beragam museum dalam satu kawasan sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan serta memenuhi keingintahuan mengenai berbagai hal tentang Indonesia. Keseluruhannya akan membawa dampak positif bagi penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia pembangunan. Bentuk-bentuk bangunan di tiap Anjungan Daerah merupakan hasil upaya TMII di bidang pelestarian ragam bentuk bangunan arsitektur tradisional. Bentuk dan bangun arsitektur yang sangat aspiratif dan sekaligus inspiratif ini diupayakan untuk terus dipertahankan dan dikembangkan ke masa depan. Di sisi lain, secara spesifik, bentuk-bentuk bangunan di TMII banyak di antaranya merupakan karya dan prestasi putra-putri bangsa Indonesia di bidang arsitektur Indonesia modern, yang diharapkan dapat memberi sumbangan berarti bagi dinamika perkembangan dunia arsitektur di masa mendatang. Hampir seluruh bangunan modern yang terdapat di TMII, mengacu ke era masa depan namun tetap mengakar pada tradisi dan filosofi Indonesia. Di bidang industri kecil, para pengrajin benda-benda seni dari berbagai daerah secara terus menerus dan berkesinambungan diberi kesempatan dan dibina untuk tampil dan berkarya, sekaligus untuk memasarkan hasil karyanya. Demikian pula pembinaan terhadap para penyandang cacat tubuh juga dilakukan. TMII bahkan juga membina ratusan penjual jamu gendong. Masyarakat kecil yang memiliki andil besar dalam pelestarian dan pengembangan budaya bangsa Indonesia yang bemilai tinggi. Dalam peranannya sebagi "Wajah Indonesia" yang mewakili citra bangsa dan negara Indonesia, TMII kerap dikunjungi oleh Kepala Negara maupun Kepala Pemerintahan dari negara-negara sahabat di seluruh dunia. Hampir di setiap kedatangan tamu-tamu kehormatan tersebut, diacarakan penanaman pohon beringin persahabatan di salah satu lokasi TMII. Kini setidaknya telah ada 129 pohon beringin yang ditanam oleh para tamu negara, yang beberapa di antaranya adalah tokoh-tokoh dunia. Jumlah ini diperkaya dengan 108 pohon dari berbagai jenis, yang dikenal di negara asalnya dan dapat tumbuh di alam Indonesia. Pohon-pohon Ini di tanam oleh para pimpinan negara-negara Non-Blok pada saat KTT Non X Blok tahun 1992 di Jakarta.

Organisasi dan Manajemen TMII Organisasi Pengelolaan Taman Mini "Indonesia Indah" beserta segala bangunan-bangunan yang berada di atasnya adalah milik negara Republik Indonesia. Dengan kata lain. TMII adalah sebuah kawasan wisata budaya milik seluruh rakyat dan bangsa Indonesia yang merupakan persembahan Yayasan Harapan Kita. Untuk selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.51 /1977 tanggal 10 September 1977. pengelolaan TMII diserahkan kepada Yayasan Harapan Kita. Untuk kepentingan pembangunannya. Ketua Yayasan Harapan Kita dengan SK Pengurus Yayasan Harapan Kita No. I/Kpts/yKH/VIII/ 1971, tanggal 23 Agustus 1971, membentuk Badan Pelaksana Pembangunan dan Persiapan Pengusahaan Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah" atau disebut BP5 "Indonesia Indah". Badan ini bertugas sebagai pelaksana dari Yayasan Harapan Kita untuk membangun Miniatur Indonesia "Indonesia Indah". Sebelum diresmikan. tepatnya pada tanggal 22 Agustus 1974, ditandatangani Surat Persetujuan Bersama tentang Pelaksana Pengelolaan Pengusahaan Taman Mini "Indonesia Indah" antara Ketua Yayasan Harapan Kita dengan Gubernur KDKI Jakarta. Adapun ijin penyelenggaraan usaha Taman Mini "Indonesia Indah" diberikan oleh Gubernur KDKI Jakarta kepada Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pengusahaan Taman Mini "Indonesia Indah" dengan SK Gubernur KDKI Jakarta No. : D.I111552/d/3/75 Tanggal 12 Maret 1975. Untuk selanjutnya, Pengelolaan Taman Mini "Indonesia Indah" dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pengusahaan Taman Mini "Indonesia Indah" atau BP3 TMII. Badan ini dibentuk berdasarkan SK Ketua Yayasan Harapan Kita. Pelaksanaan Pengelolaan Dalam operasional sehari-harinya, manajemen Taman Mini "Indonesia Indah" dipimpin oleh seorang Jenderal Manajer, yang dibantu oleh beberapa orang wakil dan sejumlah manajer, baik dalam fungsi staf maupun fungsi lini. Manajer-manajer dalam fungsi staf menangani masalah-masalah operasional umum TMII, sedangkan manajermanajer dalam fungsi lini membawahi anjungan Daerah, Museum, Taman dan sarana lainnya. restasi dan Penghargaan Jumlah pengunjung TMII dari tahun ke tahun terus bertambah. Hal ini hanya bisa terjadi karena kerja keras, pengabdian, dan profesionalisme pengelola TMII. Wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara telah menjatuhkan pilihan kepada TMII sebagai salah satu tempat wisata. Dengan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung, misi yang dicanangkan oleh penggagas di awal pembangunan TMII pun selangkah demi selangkah dapat terwujud. Pengakuan prestasi bukan hanya datang dari wisatawan yang datang berkunjung, namun juga berupa berbagai penghargaan. Pada tahun 1976, sekitar satu tahun setelah peresmian, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta memberikan penghargaan di

bidang kepariwisataan kepada TMII. Sampai dengan tahun 2001 Pemda DKI Jakarta memberikan tujuh buah penghargaan di bidang kepariwisataan. Pada tahun 2001 Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan penghargaan "Upakarti Kepeloporan" untuk Pembinaan Usaha Kecil. Sementara pada tahun 2002 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata memberikan Piagam Penghargaan "Adikarya Pariwisata". Penghargaan pun bukan hanya datang dari dalam negeri. Pada tahun 1987 dan 1995 Pacific Asian Travel Association (PATA) memberikan Penghargaan Pelestarian Kebudayaan Global Award. Khusus dalam bidang seni tari, melalui "Pelangi Nusantara TMII", duta-duta seni budaya TMII, "wahana informasi" perkembangan seni budaya Indonesia, TMII telah menerima sejumlah penghargaan dari mancanegara, pada saat tim operasional di bidang seni budaya TMII ini tampil di peristiwa-peristiwa budaya internasional, seperti dari EXPO `88 Brisbane - Australia, Asian Tourism Festival di Fukuoka - Jepang, EXPO`89 Vancouver - Canada, Misi Kesenian ke Seoul- Korea Selatan, EXPO`90 Osaka -Jepang, Misi Kesenian Beautiful Indonesia ke Hongkong, International Folks Dance Festival di Seoul - Korea Selatan dan Tournament of Roses di Pasadena - USA. Salah satu penghargaan "bergengsi" dari dunia internasional berupa "Soka Gakai International Peace and Culture Award" diterima dari Soka Gakai International (SGI) di penghujung tahun 1997. Selain penghargaan-penghargaan tersebut di atas, TMII juga mencatat berbagai prestasi "Ter". Layar lebar Teater Imax Keong Emas tercatat dalam "Guiness Book of Record" sebagai layar bioskop terbesar di dunia. Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan sejumlah penghargaan atas capaian kegiatan TMII, beberapa diantaranya adalah : Pembuatan Kue Dodol Betawi Terpanjang (1999), Pembuatan Terompet Terbesar (2000), Replika Bangunan Komodo Terbesar (2000), Penyelenggaraan Tumpeng Terbesar (2000), Pembuatan Ondel-ondel Buah dan Jajanan Pasar Terbesar (2001), Pemrakarsa Pergelaran Raja dan Ratu Dangdut (2001), Replika Keong Emas Terbesar (2001), Taman dan Museum Terbanyak (2003), Prestasi Penyelenggara Pemecahan Rekor Terbanyak (2003) dan masih banyak lainnya. Pengakuan dan penghargaan telah didapat. Namun perjalanan karya cipta dan kreatifitas harus tetap berjalan untuk menjawab dinamika jaman.

Istana Anak-anak Indonesia

Bangunan utama Istana Anak Anak Indonesia dinamai Graha Widya Tama, berbentuk istana mirip dalam dongeng Cinderella ciptaan Hans Christian Andersen, terdiri atas empat lantai dengan ruang terbuka di lantai dua. Bangunan ini memiliki dua sayap dan menara menjulang tinggi ke angkasa, lambang kebersamaan anak laki-laki dan anak perempuan dalam menggapai prestasi setinggi langit. Di dalam ruang ini disajikan pameran wayang dan peragaan aneka alat permainan tradisional anak. Istana Anak-Anak Indonesia dibangun dengan dasar pemikiran bahwa pendidikan anak-anak untuk menyongsong hari depan sangat penting. Istana ini dilengkapi bendabenda peraga ilmu pengetahuan dan teknologi, alat musik diatonik dan pentatonik, medan permainan sehat dan mendidik, serta alat peraga lain yang menumbuhkan keinginan untuk tahu lebih banyak. Program-program yang diselenggarakan baik secara tetap maupun berkala meliputi permainan, seni, ilmu, dan kegiatan lain yang dapat memperluas wawasan anak-anak. Untuk kegiatan itu tersedia Panggung Kancil berbentuk bulat dilengkapi panggung terbuka yang dapat menampung 1.000 orang penonton. Di halaman depan disediakan sarana bermain sehat, misalnya rumah bola, telepon cerita, gua sigura-gura, kincir, giring ombak, roda tamasya, dan kereta api kelinci, sedang di halaman belakang terdapat air terjun buatan, kolam renang Sendang Sejodo, serta hutan buatan. Di dalam istana anak-anak dapat bebas bermain secara sendiri-sendiri atau dalam rombongan yang dipimpin oleh pengasuh dari sekolah atau kelompok bermain

Teater Imax Keong Emas

Teater Imax Keong Emas berbentuk keong raksasa, merupakan tempat pemutaran dan pertunjukan film khusus dengan teknologi canggih, didirikan atas prakarsa lbu Tien Soeharto, dan mulai dioperasikan pada tanggal 20 April 1984. Gedung teater yang sangat khas ini dimaksudkan sebagai sarana rekreasi yang mendidik guna memperkenalkan kekayaan alam dan budaya bangsa melalui tanyangan film layar raksasa dengan menggunakan kecanggihan teknologi sinematografi modem Proyektor IMAX. Menonton film di teater ini, penonton serasa ikut berada di dalamnya dan ikut pula berperan sebagai pemain. Teknologi film imax menunjukkan kecanggihan dan kemampuannya untuk menimbulkan daya tarik kuat yang membuat penonton berdecak kagum. Beberapa film tersedia untuk diputar, antara lain film Indonesia Indah I, Indonesia Indah II (Anak-anak Indonesia), Indonesia Indah III (Indonesia Untaian Manikam di Khatulistiwa), dan Indonesia Indah IV (Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia). Semuanya menunjukkan keindahan lingkungan, kekayaan alam, dan keragaman budaya Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya pemutaran film tidak hanya menampilkan film-film seri Indonesia Indah saja, namun juga diselingi pemutaran film-film impor yang bernuansa pendidikan dengan tema-tema hiburan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tema-tema lingkungan hidup. Sejak tahun 1984 Teater Imax Keong Emas telah memutar 20 judul film impor dengan masa sewa antara 1 dan 2 tahun. Film-film itu antara lain To Fly, Speed, Blue Planet, The Living Sea, Forces of Nature, T-Rex, The First Emperor of China, Island Adventure, dan Mistic India. Pada tahun 2004, teater ini mampu meng-upgrade sistem dan sekaligus memutar film IMAX DMR (Digital Re-Mastering), yakni teknologi revolusioner yang memungkinkan transfer film laga format 35 mm ke dalam IMAX EXPERIENCE 70 mm.

Perahu Angsa

Danau Miniatur Arsipel Indonesia adalah sebuah danau luas yang di tengahnya terdapat pulau-pulau yang dibuat sesuai dengan kepulauan Indonesia yang sebenarnya. Bagi pengunjung, terutama anak-anak, yang ingin berkeliling disediakan perahu angsa dengan berbagai warna. Dengan perahu ini pengunjung dapat menikmati suasana lautan sambil membayangkan betapa luasnya kepulauan Indonesia. Dengan perahu angsa itu pula pengunjung diajak mengenali satu persatu pulau-pulau yang ada di Indonesia. Selain menikmati keindahan pemandangan dari danau pengunjung memperoleh pengetahuan geografi dan kekayaan alam Indonesia. Kesan yang diperoleh seakan pengunjung telah menjelajahi seluruh kepulauan Indonesia dengan perahu dalam waktu singkat. Dan adapun salah satu Taman flora di TMII adalah Taman Apotik Hidup

Lebih dari seratus ribu jenis tanaman asli Indonesia tersebar di kepulauan Nusantara. Dari jumlah tersebut, baru ditemukan sekitar ratusan jenis tanaman berkhasiat obat. Berdasarkan hal itulah Ibu Tien Soeharto memprakarsai untuk mengumpulkan, melestarikan, serta membudidayakan tanaman yang memiliki khasiat obat tersebut. Gagasan itu diwujudkan dalam bentuk Taman Apotek Hidup (TAH) yang secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 20 April 1984. Taman seluas 6.000 m2 ini berada di jalur sebelah utara berdampingan dengan Taman Kaktus, menampilkan suasana sejuk dengan air terjun yang keluar dari bukit buatan, di bawahnya ada ruangan menyerupai gua digunakan untuk tempat pameran. Taman ini memiliki koleksi sekitar 400 jenis tanaman obat asli Indonesia. Jumlah tersebut dibagi berdasarkan tiga kategori. Pertama, tanaman langka seperti kayu rapet (parameria barbata schum) dan kedawung (parkia biglobosa auct.); kedua, tanaman yang baru ditemukan dan masih diteliti khasiatnya, misalnya telosom (talinum paniculatum); dan ketiga, tanaman yang sudah dibudidayakan menjadi tanaman obat keluarga (Toga), misalnya kunyit, jahe, dan kumis kucing. Selain sebagai tempat pelestarian tanaman obat, taman ini juga menjadi pusat pengetahuan dan penunjang pendidikan yang bermanfaat. Pengunjung dapat belajar mengenali bermacam jenis tanaman berkhasiat obat yang ditunjang laboratorium dan perpustakaan dengan ratusan buku referensi tentang tanaman obat dalam berbagai bahasa. Sementara di laboratorium tersedia beragam contoh hasil tanaman obat yang telah diawetkan (simplisia). Di taman obat ini pengunjung dapat berwisata sambil menimba ilmu pengetahuan. Bibit tanaman obat dapat dibeli dengan harga relatif terjangkau untuk buah tangan. Pada kesempatan tertentu, pengunjung juga bisa menyaksikan atau mengikuti acaraacara yang berkaitan dengan pengobatan herbal. Dan adapun salah satu Taman Fauna di TMII adalah Taman Bekisar

Taman Bekisar merupakan taman rekreasi yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan ayam bekisar, termasuk kegiatan pembudidayaan ayam hutan sebagai sumber budi daya ayam bekisar. Bentuknya khas seperti kurungan bekisar raksasa, lengkap dengan naga yang bertengger di atas atapnya. Selain bekisar di taman seluas 4.000 m2 ini ditampilkan juga ayam kate dan merak sebagai pelengkap koleksi. Ayam bekisar merupakan hasil kawin silang antara ayam hutan hijau jantan (Gallus varius) dengan ayam kampung betina (Gallus domestica). Selain bentuk tubuh yang gagah, warna bulu yang indah mengkilat, serta bentuk jengger dan rialnya yang indah, bekisar dipelihara orang sebagai jenis "unggas penyanyi". Di taman ini dapat dilihat percontohan ayam bekisar, bahkan beberapa dapat diperoleh, sangkar perawatan dan penangkaran, mesin penetas, dan tiang gantungan untuk lomba. Selain itu dapat pula dilihat foto dan gambar mengenai berbagai sangkar bekisar yang pernah dibuat. Taman Bekisar menyediakan sarana lomba yang bisa digunakan untuk latihan lomba bersama juga menyelenggarakan lomba ayam bekisar bertaraf nasional. Lomba ini dapat ditonton oleh siapa saja yang tertarik. Untuk menyebarluaskan pemahaman terhadap ayam yang khas ini, taman ini memberikan pula penjelasan singkat tentang bagaimana merawat dan cara mengembangbiakkan ayam bekisar. Dan adapun salah satu Museum-museum di TMII adalah Museum Asmat

Perhatian besar orang-orang asing terhadap kekhasan seni ukir Asmat yang mengagumkan ditanggapi Ibu Tien Soeharto dengan meprakarsai mendirikan Museum Asmat. Berada di atas lahan Taman Bunga Keong Emas dengan luas bangunan 6.500 m, museum ini dapat dicapai melalui dua pintu masuk: berjalan kaki melalui Taman Bunga Keong Emas atau melewati jembatan Taman Aquarium Air Tawar. Gedung museum mencontoh model rumah kariwari, yakni rumah pemujaan suku Tobati-Enggros, penduduk asli di tepi Danau Sentani, Papua, namun dikembangkan menjadi bangunan berarsitektur modern. Gedung terdiri atas tiga bangunan utama dan dua bangunan penghubung yang masing-masing berbentuk segi delapan, diberi kesan rumah panggung. Atap berbentuk kerucut tiga setinggi 25 meter berbahan GRC dan pada permukaannya diberi kesan daun rumbia. Di berbagai bagian bangunan diberi ragam hias dengan warna khas Asmat, yakni merah, putih, dan hitam. Ketiga bangunan utama digunakan untuk ruang pameran tetap koleksi museum, sedangkan dua bangunan penghubung sebagian dimanfaatkan untuk ruang pameran tetap dan sebagian lagi untuk ruang administrasi, serta ruang pimpinan museum. Benda-benda pameran berupa benda-benda budaya yang mengandung nilai keperkasaan dan mencerminkan pandangan hidup orang Asmat yang selalu berkait dengan nenek moyang. Ikatan batin dengan nenek moyang itu diwujudkan dalam ukiran perlambang di berbagai benda keseharian. Untuk memudahkan pengunjung memahami kehidupan suku Asmat secara keseluruhan, tata pameran disusun berdasar tema. Tema pameran bangunan pertama berupa Manusia dan Lingkungannya, memamerkan bermacam pakaian adat dan perhiasan, diorama mata pencaharian hidup (menokok sagu), perahu arwah kendaraan roh nenek moyang (wuramon), patung nenek moyang (mbis pole), dan berbagai hiasan perlambang yang menceritakan gejala kehidupan. Pameran pada bangunan kedua bertema Manusia dan Kebudayaannya, memamerkan peralatan untuk membuat sagu, peralatan berburu, senjata, benda budaya dan upacara, perkusi (tifa), alat musik tiup dari bambu (fu), dan kapak batu (si). Tema pameran pada bangunan ketiga adalah Manusia dan Hasil Kreatifitasnya, memamerkan seni kontemporer yang merupakan hasil pengembangan pola-pola rancangan seni tradisional. Benda-benda yang dipamerkan berupa hasil seni modern orang Asmat yang mengacu pada permintaan pasar tetapi masih berpijak pada pola rancangan tradisional. Di samping pameran tetap, Museum Asmat juga menyelenggarakan kegiatan secara berkala dengan tema khusus, misalnya Gelar Lomba Kreasi Tari Gerak Asmat dan Lomba Mewarnai Gambar Ragam Hias Asmat Dan adapun salah satu bangunan dan sasono di TMII adalah Peragaan Kayu Gede

Salah satu kekayaan hutan Indonesia diperagakan di TMII, lokasinya terletak di sebelah selatan terminal B Kereta Gantung dan di belakang Pusat Peragaan IPTEK. Di sinilah terletak sejumlah kayu gelondongan (kayu log), yang lebih dikenal oleh pengunjung dengan sebutan Kayu Gede. Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa ukuran diameter Kayu Gede ini adalah yang terbesar dalam sejarah perkayuan Indonesia, bahkan dunia. Bahkan bisa jadi Kayu Gede merupakan bukti ukuran kayu terbesar yang masih tersisa dalam sejarah umat manusia. Terdapat 24 batang kayu gelondongan Kayu Gede berbagai ukuran dengan diameter antara 2 dan 3 meter, merupakan bukti kekayaan hutan Indonesia; bahkan beberapa di antaranya ada kayu yang sudah berusia ratusan tahun dipamerkan sebagai suatu contoh. Dan adapun tempat peribadatan di TMII salah satunya adalah . Masjid Pangeran Diponegoro

Masjid Pangeran Diponegoro berdiri di atas lahan seluas 2.850 m2 dengan luas bangunan 760 m2 dan terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk para jamaah, tempat wudhu, kamar mandi, ruang tunggu, perpustakaan, gudang, dan dapur; sedang lantai dua tempat imam, khatib, mihrap, serta menara berbentuk kubah berketinggian 26 meter untuk mengumandangkan adzan. Arsitekturnya diambil dari bentuk kebanyakan masjid di Indonesia, seperti masjid Al Azhar, Jakarta, dan masjid Syuhada, Yogyakarta. Pembangunannya dilaksanakan tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975 oleh Presiden Soeharto. Pangeran Diponegoro dipilih sebagai nama masjid karena pertimbangan untuk mengabadikan nama seorang tokoh pahlawan nasional yang sekaligus pemimpin agama Islam yang bersama masyarakat Yogyakarta gigih melawan penjajahan Belanda. Bangunan yang terletak di depan sebelah kanan gedung Sasana Kriya dan berbatasan dengan gereja Santa Chatarinayang berarti menempati urutan pertama deretan rumah ibadah dari gerbang utamaini dimaksudkan sebagai simbol kerukunan umat beragama di Indonesia. Masjid ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Islam di lingkungan TMII, tetapi juga bagi pengunjung dan masyarakat sekitarnya, baik perorangan maupun berjamaah, termasuk salat Jumat (jumatan) dan salat tarawih pada bulan Ramadhan. Namun untuk hari-hari besar, seperti Idhul Fitri dan Idhul Adha, pelaksanaan salat dilakukan di Plaza Tugu Api Pancasila. Ceramah keagamaan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan atau sekedar mengingatkan kembali aturan kehidupan dalam beragama pun dilaksanakan di masjid ini. Selain kegiatan rutin keagamaan, masjid Pangeran Diponegoro juga bisa digunakan

untuk akad nikah yang dapat dilanjutkan dengan syukuran, baik secara sederhana maupun agak meriah, dengan menambahkan tenda ataubila berniat melanjutkan resepsi menggunakan Sasana Utomo ataupun Sasono Adiguno yang berjarak sekitar 100 meter. Bangunan masjid ini tidak memiliki hiasan dekoratif, atapnya berbentuk setengah bola (doom) menyerupai gaya Bizantium yang dipengaruhi struktur ruangan Pantheon (Yunani Kuno), yang mengandung makna bahwa kehidupan manusia merupakan bagian kecil dari struktur alam semesta dan bernaung di bawahnya.

You might also like