You are on page 1of 11

PRINSIP-PRINSIP PENYULUHAN PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyuluhan Pertanian

Disusun Oleh : Wendi Irawan Dediarta Dedy Napitupulu Rina Paramita Annisa Wahyurani P 150310080137 150310080138 150310080139 150310080140

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

BAB I PENDAHULUAN Penyuluhan pertanian merupakan bagian dari system pembangunan pertanian yang merupakan system pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri ( Soeharto, N.P.2005). Sedangkan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. (Subejo dan Supriyanto 2004) Dalam melakukan suatu kegiatan diperlukan prinsip untuk dijadikan pedoman agar tujuan dari kegiatan tersebut dapat terlaksana, begitu pula dengan kegiatan penyuluhan pertanian dan pemberdayaan masyarakat. Mathews menyatakan bahwa: Prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian prinsip dapat dijadikan sebagai landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Prinsip penyuluhan pertanian Dalam tugas sebelumnya telah dinyatakan bahwa penyuluhan merupakan bagian dari proses pendidikan. Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah satu sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip: Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena melalui mengerjakan mereka akan mengalami proses belajar Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat, sebab perasaan akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan penyuluhan dimasa-masa mendatang. Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya. Sebab setiap orang cenderung untuk mengaitkan/menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa yang lainnya. Secara lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar (1980) meng-ungkapkan prinsip-prinsip penyuluhan yang lain yang mencakup: Minat dan Kebutuhan, artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masya-rakat. Mengenai hal ini, harus dikaji secara mendalam: apa yang benarbenar menjadi minat dan kebutuhan setiap individu maupun segenap warga masyarakatnya Organisasi masyarakat bawah artinya penyuluhan akan efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluarga. Keragaman budaya, artinya penyuluhan harus memperha-tikan adanya keragaman budaya. Perencanaan penyuluhan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang beragam. Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya. Kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya.

Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan hanya akan efektif jika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dirancang.

Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam penyu-luhan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu alternatif yang ingin diterapkan.

Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluh-an harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. Dengan kata lain, penyuluhan tidak hanya sekadar menyampaikan informasi atau konsep-konsep teoritis, tetapi harus memberikan kesempatan kepada masyarakat sasaran untuk mencoba atau memperoleh pangalaman melalui pelaksanaan kegiatan secara nyata.

Penggunaan metoda yang sesuai, artinya penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metoda yang selalu disesuaikan dengan kondisi. Kepemimpinan, artinya, penyuluh tidak melakukan kegi-atan-kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepenting-an/kepuasannya sendiri, dan harus mampu mengembang-kan kepemimpinan.

Spesialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar orang yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh. Penyuluh-penyuluh yang disiapkan untuk menangani kegiatan-kegiatan khusus akan lebih efektif dibanding yang disiapkan untuk melakukan beragam kegiatan (meskipun masih berkaitan dengan kegiatan pertanian).

Segenap keluarga, artinya, penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial. Dalam hal ini, terkandung pengertian-pengertian: a) Penyuluhan harus dapat mempengaruhi segenap ang-gota keluarga, b) Setiap anggota keluarga memiliki peran/pengaruh dalam setiap pengambilan keputusan, c) Penyuluhan harus mampu mengembangkan pemahaman bersama d) Penyuluhan mengajarkan pengelolaan keuangan kelu-arga e) Penyuluhan mendorong keseimbangan antara kebutuh-an keluarga dan kebutuhan usahatani,

f) Penyuluhan harus mampu mendidik anggota keluarga yang masih muda Kepuasan, artinya penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. Adanya kepuasan, akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada program-program penyuluhan selanjutnya. 2.2 Prinsip pemberdayaan Dalam bukunya Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan

(Owin Jamasy, 2004) dikatakan bahwa para pelaku program pemberdayaan, harus profesional dan komitmen untuk mewujudkan seluruh prinsip pemberdayaan ke dalam setiap kegiatan aksi program.

Pemberdayan, harus berlaku adil (melaksanakan prinsip kerja berdasarkan keadilan dan komitmen untuk meningkatkan kualitas kerja yang adil). Keadilan distribusi dan keadilan procedural menjadi prinsip yang diusung dalam pemberdayaan. Adil distribusi adalah berlaku adil ketika mendistribusikan sesuatu sekalipun

yang miskin harus diutamakan. Adalah berlaku adil apabila pendistribusian informasi dan pengalaman (yang terkait dengan pengetahuan dan ketrampilan) lebih mendahulukan mereka yang miskin daripada yang kaya, dalam hal ini keadilan berfungsi untuk menyeimbangkan stratifikasi sosial yang acap kali terlihat semakin timpang antara batas yang kaya dengan yang miskin. Keadilan prosedural adalah berlaku adil dalam memberikan pelayanan sekalipun yang harus dutamakan adalah orang miskin.

Pemberdayaan haruslah jujur. Dengan mengemban prinsip pemberdayaan maka akan mempermudah mencapai tujuan dari pemberdayaan tersebut Kemampuan melakukan problem solving, menumbuhkan dan memasarkan inovasi, asistensi, fasilitasi, promosi, dan social marketing. Memecahkan masalah (problem solving) adalah proses bagaimana semua pihak menerima jalan keluar yang ditawarkan. Sebagaimana proses dialog yang baik berlangsung ketika proses mencari jawaban dari sebuah masalah.

Tenaga pemberdaya harus trampil dan kreatif mencari inovasi (ide dan pemikiran baru atau terobosan baru); juga trampil melakukan asistensi dan fasilitasi (bimbingan dan dampingan); demikian juga dalam hal promosi dan sosial marketing.

Kerjasama kemitraan Partisipasi

dan aktif

koordinasi dari seluruh

seluruh unsur

unsur

stakeholders Partisipasi

berdasarkan tidak hanya

stakeholders.

diukur oleh jumlah melainkan harus juga diukur oleh seberapa banyak elemen masyarakat yang terlibat

Lingkup dan cakupan program berlangsung secara terpadu. Keterpaduan ini diawali dengan ketajaman analisis dalam melihat persoalan. Keterpaduan dari sudut pandang tujuan mengandung arti bahwa tujuan pemberdayaan harus meliputi aspek intelektual, aspek sosial-ekonomi, aspek fisik, dan aspek manajerial. Tujuan juga harus mampu meningkatkan aspek pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan. Selanjutnya dari sisi pelakunya, keterpaduan harus diartikan kepada kerjasama unsur stakeholders yang harmonis dan kondusif.

Mengutamakan penggalian dan pengembangan potensi lokal. Pengembangan potensi lokal untuk merintis kemandirian dan memperkecil terjadinya ketergantungan kepada pihak luar. Pengembangan potensi lokal yang konsisten, juga mengandung maksud agar masyarakat sadar bahwa kontribusi itu jauh lebih realistis untuk tujuan rasa memiliki.

Aktif melakukan mobilisasi dan peningkatan swadaya yang bertumpu kepada kekuatan masyarakat sendiri/kelompok sasaran (self-reliant development). Mengembangkan metode pembinaan yang konstruktif dan berkesinambungan. Program pembinaan dikonstruksi bersama oleh semua pihak sehingga dapat dipastikan bahwa antara satu bentuk pembinaan dengan bentuk yang lainnya akan berkorelasi positif, saling mendukung dan berkesinambungan.

Pelaksanaan kegiatan berlangsung secara gradual/bertahap. Tahapan kegiatan sebaiknya dibuat bersama masyarakat. Fasilitator dapat menggabungkan antara waktu yang tersedia bagi program dan yang tersedia pada masyarakat

Seluruh unsur stakeholders harus konsisten terhadap pola kerja pemberdayaan. Pola ini harus dibedakan dengan pola kerja pada pembangunan fisik. Pemberdayaan adalah untuk kepentingan manusia seutuhnya. Oleh karena itu pola dan cara kerja harus mampu

menyentuh kepada seluruh kepentingan masyarakat (SDM, ekonomi dan material serta manajrial)

Komitmen serta peduli kepada misi pemberdayaan dan kepada masyarakat miskin yang kurang mampu (Sense of mission, sense of community, and mission driven profesionalism).

2.3 Persamaan dan Perbedaan penyuluhan pertanian dengan pemberdayaan 2.3.1 Persamaan penyuluhan pertanian dengan pemberdayaan:
a) Baik penyuluhan maupun pemberdayaan mengutamakan penggalian dan pengembangan

potensi lokal. Dalam konsep ini penyuluhan dilakukan untuk memaksimalkan potensi masyarakat dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bidang pertanian begitu juga dengan pemberdayaan yang berfungsi menjadikan masyarakat lebih berdaya saing di masyarakat.
b) Mereka yang melaksanakan pemberdayaan maupun penyuluhan sama-sama mampu

bersikap dan menempatkan diri seperti fasilitator, narasumber, moderator maupun motivator bagi mereka yang menerima program ini
c) Mereka yang melaksanakan pemberdayaan maupun penyuluhan sama-sama dituntut

memiliki sikap kepemimpinan serta kreativitas tinggi agar penyuluhan dan pemberdayaan berhasil 2.3.2 Perbedaan penyuluhan pertanian dengan pemberdayaan
a) Dalam konteks ini penyuluhan pertanian pertujuan memajukan bidang pertanian

sedangkan pemberdayaan tidak terbatas baik secara sosial, ekonomi, maupun pertanian.
b) Pemberdayaan meliputi unsur pengawasan dan evaluasi, sedangkan penyuluhan tidak.

c) Kebanyakan pemberdayaan dilakukan secara berkelanjutan

2.4 Analisis Masyarakat miskin yang pada umumnya adalah masyarakat pedesaan (petani) seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Penyuluh pertanian kemudian hadir sebagai agen pengubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka. Kegiatan penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti:
a. merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi b. memobilisasi sumber daya setempat, terutama kegiatan usaha tani

c. memecahkan masalah sosial d. menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan, dan e. menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat. Penyuluh pertanian sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Mengacu pada Ife (1995), peran penyuluh sebagai pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya. a. Fasilitator Fasilitator merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. b. Pendidik Penyuluh berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan

pengalaman

masyarakat

yang

didampinginya.

Membangkitkan

kesadaran

masyarakat,

menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. c. Perwakilan masyarakat Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembagalembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Penyuluh pertanian dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. d. Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Penyuluh dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana. Keberhasilan pemberdayaan keluarga miskin dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis jenis. Agar para penyuluh pertanian mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan, maka perlu diketahui berbagai indikator yang dapat menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika pendampingan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan (keluarga miskin) yang perlu dioptimalkan.

BAB III PENUTUP Prinsip bisa dikatakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan agar tujuan dalam kegiatan tersebut dapat dicapai dengan maksimal , begitu juga dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian maupun pemberdayaan masyarakat. Antara prinsip penyuluhan pertanian dan pemberdayaan msayarakat terdapat persamaan maupun perbedaan, persamaan dari kedua kegiatan tersebut adalah dimana baik penyuluhan maupun pemberdayaan mengutamakan penggalian dan pengembangan potensi lokal. Dalam konsep ini penyuluhan dilakukan untuk memaksimalkan potensi masyarakat dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bidang pertanian begitu juga dengan pemberdayaan yang berfungsi menjadikan masyarakat lebih berdaya saing di masyarakat. Sedangkan perbedaannya yaitu penyuluhan pertanian lebih berfokus pada pengembangan diri di bidang pertanian dan pada program penyuluhan tidak mencakup unsur evaluasi dan monitoring. Sedangkan pemberdayan cakupannya lebih dan mencakup unsur evaluasi dan monitoring.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Jakarta. Eliizabeth, R. 2007. Fenomena sosiologis metamorphosis petani:ke arah keberpihakan pada masyarakat petani di pedesaan yang terpinggirkan terkait konsep ekonomi kerakyatan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 25 No. 1. 29-42.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Hubeis, A. V. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Intruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi. 25-1. Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting Dalam Pembangunan Pedesaan dan pertanian. Penjelasan tentang konsep, istilah, teori dan indikator serta variabel. Bina Rena Pariwara, Jakarta.

You might also like