You are on page 1of 13

RESPIRASI

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah genetika

Disusun Oleh : Noyalita Khadijah Riky Sheptian Siti Nurul Azizah Siti Resti Nurbaeti H1A0901046 H1A0901017 H1A0901032 H1A0901033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2011
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Respirasi merupakan ciri terpenting pada makhluk hidup. Pentingnya pengukuran jumlah O2 yang dikonsumsi oleh hewan dalam selang waktu tertentu dengan menggunakan respirometer adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pernapasan pada hewan yang diteliti, yang dalam percobaan ini digunakan salah satu jenis serangga yaitu jangkrik, dengan variabel terikat jenis kelamin dan variabel bebasnya berat badan. Melalui percobaan ini kita dapat mengetahui jumlah oksigen yang dikonsumsi jangkrik dalam selang waktu tertentu, juga dapat dihitung laju respirasinya.

B. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah aktifitas respirasi yang dilakukan oleh mahkluk hidup? b. Bagaimanakah hubungan berat tubuh mahkluk hidup dengan konsumsi oksigen?

C. Tujuan a. Memahami adanya aktifitas respirasi yang dilakukan oleh mahluk hidup

b. Mengetahui hubungan berat tubuh mahluk hidup dengan konsumsi oksigen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Respirasi pada mahluk hidup dimaksudkan untuk mendapatkan oksigen dari hasil pernafasannya. Oksigen dalam respirasi aerob berguna sebagai penerima elektron terakhir ketika sebuah sel menjalankan fungsi respirasinya. Oksigen merupakan gas yang sangat penting bagi makhluk hidup. Sel-sel tubuh kita memerlukan oksigen untuk melakukan pembakaran. Makanan dibakar di dalam tubuh agar menghasilkan energi. Energi tersebut diperlukan sel untuk menjalankan fungsinya. Karbon dioksida yang dihasilkan pada proses pembakaran ini bila terakumulasi dapat membahayakan tubuh, karenanya harus segera dikeluarkan dari tubuh. Proses dalam uraian di atas disebut respirasi sel. (Novida, 2008) Oksigen yang dibutuhkan tubuh tersebut didapatkan dari proses respirasi, begitu pula CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh pun dilakukan oleh sistem respirasi. Respirasi adalah proses pertukaran gas O2 (oksigen) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolism yang akan menghasilkan CO2 (karbon dioksida) yang akan dikeluarkan oleh tubuh. (Wiryadi, 2007) Ditinjau dari bentuknya respirasi terbagi dua macam, yaitu respirasi eksternal (luar) dan internal (dalam). Respirasi eksternal meliputi proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dan uap air antara makhluk hidup dengan lingkungannya, misalnya pada tumbuhan, hewan, dan manusia.

Respirasi internal disebut juga pernafasan seluler karena pernafasan ini terjadi di dalam sel, yaitu di dalam sitoplasma dan mitokondria. (Siregar, 2010). Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, respirasi internal dibagi menjadi respirasi aerob (memerlukan oksigen) dan respirasi anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Respirasi aerob merupakan rangkaian reaksi enzimatis yang

menggunakan oksigen bebas dari udara untuk mengubah glukosa sempurna menjadi CO2, H2O, dan energi sebesar 38 ATP dalam 3 tahapan, yaitu glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron. (Siregar, 2010) Respirasi anaerob atau yang biasa disebut fermentasi atau peragian merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen yang pada umumnya terjadi pada tumbuhan, fungi, dan bakteri. Pada manusia, respirasi anaerob menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan rasa lelah, sedangkan pada tumbuhan, ragi, reaksi ini menghasilkan CO2 dan alkohol. Respirasi anaerob hanya menghasilkan sedikit energi, yaitu 2 ATP. Menurut hasil samping yang terbentuk, maka fermentasi dibedakan atas fermentasi alkohol pada ragi (khamir) dan bakteri anaerobik, fermentasi asam laktat pada umumnya di sel otot, dan fermentasi asam sitrat pada bakteri heterotrof. (Siregar, 2010) Alat-alat respirasi tiap makhluk hidup tidak selalu sama, berbeda-beda tergantung tempat tinggal, habitat, jenis, dan faktor-faktor penentu lainnya. Selain itu, kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh. (Wiryadi, 2007).

Dalam taksonomi, jangkrik atau Gryllus assimilis termasuk ke dalam kelas insecta, alat respirasinya berupa trakea. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mem punyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya jangkrik, adalah sebagai berikut : Jika otot perut jangkrik berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut jangkrik berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.

Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara. Perbedaan jenis hewan, jenis kelamin dan berat badan akan sangat berpengaruh pada laju konsumsi oksigen pada mahkluk hidup. Secara teoritis hewan yang memiliki berat badan lebih besar akan memiliki tingkat konsumsi oksigen lebih banyak dibanding hewan yang berat badannya lebih rendah. Seperti yang telah dijelaskan diatas hal ini berhubungan dengan aktivitas tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan oksigen sebagai penerima elektron terakhir ketika sebuah sel menjalankan fungsi respirasinya.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan a. Alat : - Respirometer - Pipet tetes / spet - Pinset - Neraca - Plastik b. Bahan : - Jangkrik - NaOH / KOH - Kapas - Larutan warna - Vaselin

B. Prosedur Kerja a. Menimbang dua ekor jangkrik yang berjenis kelamin sama (jantan) untuk diketahui berat tubuhnya. b. Membersihkan alat respirometer sebelum digunakan c. Menempatkan sedikit kristal NaOH / KOH pada bagian dasar botol respirometer, kemudian tutupi dengan kapas d. Memasukkan jangkrik yang telah diketahui bobotnya kedalam botol respirometer, kemudian ditutup dengan tutup botol respirometer berskala e. Mengolesi bagian penghubung tutup dan botol dengan vaselin f. Menutup ujung penutup botol respirometer berskala dengan ujung jari beberapa saat, kemudian disumbat dengan larutan warna g. Mengamati perubahan pergeseran larutan warna yang menandakan penggunaaan oksigen oleh jangkrik.

h. Mencatat tiap pergerakan metilen blue pada respirometer, pencatatan dilakukan setiap 2 menit sekali dan diulang selama tiga kali i. Mencatat semua hasil pengamatan dalam tabel hasil pengamatan

Rancangan Percobaan

Serangga

Kapas

Larutan

Tutup Botol berskala

Botol Respirpmeter

Kristal NaOH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Waktu (tiap 2 menit) Jangkrik 0,3 Kg 1 2 3 jumlah Konsumsi O2 (volume/menit) Laju respirasi (Konsumsi O2/berat badan/waktu) 26 10 4 40 40/100/6 = 0.67 ml/menit 0.067ml/menit/ 0.3kg/(6/60) jam = 2.23 ml/kg/jam Jarak yang ditempuh indikator (Strip) Jangkrik 0,65 Kg 25 17 7 49 49/100/6 = 0.082 ml/menit 0.082ml/menit/ 0.65kg/(6/60) jam = 1.26 ml/kg/jam

B. Pembahasan Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan terhadap konsumsi oksigen oleh salah satu serangga yaitu jangkrik. Seperti telah dijelaskan pada pendahuluan variabel bebas pada percobaan kali ini adalah berat badan, maka kami memilih jangkrik yang memiliki jenis kelamin sama yaitu jantan dengan berat badan yang

berbeda. Jangkrik pertama memiliki berat badan 0,3 kg dan jangkrik kedua memiliki berat badan 0,65 kg. Pengamatan yang pertama yaitu untuk mengetahui adanya aktivitas repirasi pada mahkluk hidup, karenanya pada respirometer diberi kristal KOH yang dibungkus kassa, hal ini bertujuan untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan indikator yaitu metilen blue benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Mengolesi bagian penghubung tutup dan botol dengan vaselin dan menutup ujung penutup botol respirometer berskala dengan ujung jari beberapa saat bertujuan agar tidak ada udara dari luar respirometer yang masuk. Dari hasil pengamatan, larutan warna bergerak cepat dengan data tertera pada tabel pengamatan. Kecepatan ini yang menyebabkan pengamatan hanya dilakukan 3 x 2 menit pada setiap jangkrik. Dengan melihat hal tersebut dapat dipahami bahwa telah terjadi aktifitas respirasi pada mahkluk hidup, yang dalam hal ini dibuktikan melalui pengamatan jangkrik. Dengan demikian hal tersebut sudah sesuai teori yang dipaparkan diatas. Oksigen yang dibutuhkan tubuh didapatkan dari proses respirasi yang pada praktikum kali ini menyebabkan larutan warna bergerak, begitu pula CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh pun dilakukan oleh sistem respirasi. Respirasi adalah proses pertukaran gas O2 (oksigen) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolism yang akan menghasilkan CO2 dikeluarkan oleh tubuh. (Wiryadi, 2007) Pengamatan yang kedua yaitu mengetahui hubungan berat tubuh mahluk hidup dengan konsumsi oksigen. Melanjutkan pengamatan konsumsi oksigen oleh (karbon dioksida) yang akan

10

jangkrik. Terdapat dua jangkrik dengan berat tubuh yang berbeda yaitu 0,3 kg dan 0,65 kg. Dalam teori dijelaskan kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh. (Wiryadi, 2007). Dari hasil yang didapat, diketahui bahwa jangkrik dengan berat tubuh 0,65 kg memiliki tingkat konsumsi oksigen lebih tinggi yaitu 0,082 ml/menit dibandingkan jangkrik dengan berat 0,3 kg yang konsumsi oksigenya hanya 0,067 ml/menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semaki berat tubuh mahkluk hidup maka semakin tinggi konsumsi oksigennya. Penghitungan laju respirasi didasarkan pada jumlah konsumsi oksigen per berat badan per satuan waktu, melihat hasil pengamatan, justru jangkrik dengan konsumsi oksigen lebih tinggi memiliki laju reaksi yang lebih rendah dibandingkan jangkrik yang konsumsi oksigennya lebih rendah. Hal ini berhubungan dengan efisiensi luas permukaan tubuh. Semakin kecil berat tubuh memungkinkan tingkat efisiensi kecepatan respirasi semakin cepat. Karenanya pada jangkrik yang berat tubuhnya 0,3 kg memiliki laju respirasi 2,23 ml/kg/jam, lebih cepat dibanding jangkrik yang memiliki berat tubuh 0,65 kg yang hanya memiliki laju respirasi 1,26 ml/kg/jam.

11

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan : a. Terjadi aktifitas respirasi yang dilakukan oleh mahkluk hidup. b. Konsumsi oksigen pada jangkrik dengan berat tubuh 0,3 kg yaitu 0,067 ml/menit, sedangkan konsumsi oksigen pada jangkrik dengan berat tubuh 0,65 kg yaitu 0,083 ml/menit. c. Berat tubuh mahkluk hidup mempengaruhi konsumsi oksigen

olehmahkluk hidup tersebut. d. Semakin berat tubuh mahkluk hidup, maka konsumsi oksigen semakin besar. e. Laju respirasi pada jangkrik dengan berat tubuh 0,3 kg yaitu 2,23 ml/kg/jam, sedangkan laju respirasi pada jangkrik dengan berat tubuh 0,65 kg yaitu 1,26 ml/kg/jam. f. Laju respirasi dipengaruhi oleh konsumsi oksigen dan berat tubuh mahkluk hidup.

12

DAFTAR PUSTAKA
Biofagri, A.R. 2006. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan : Respirasi. Bandung : Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2002. BIOLOGI Jl.3 Ed.5. Jakarta: Erlangga. Depocas, Florent, Hart,S.J.1957. Use of the Pauling Oxygen Analyzer for Measurement of Oxygen Consumption of Animals in Open-Circuit Systems and in a Short- Lag, Closed-Circuit Apparatus. (diakses tanggal 21 Desember 2011, pukul: 02.38 Kingsley,Richard. 1999. http://www.madsci.org/posts/archives/1999-

12/944743327.Gb.r.html. Diakses tanggal 20 Desember 2011. Mallorim. 2009. Simple Heart and Respiration Rate Measurement. (diakses tanggal : 20 Desember 2011, pukul: 22.05) Martini, Federic H. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology, 7th edition. San Fransisco: Pearson Education, Inc. p.837-854 Se Dong Min, dkk. 2010. Noncontact Respiration Rate Measurement System Using an Ultrasonic Proximity Sensor. (diakses tanggal: 20 Desember 2011, pukul: 23.29) Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies Toedt, John, Koza, Darrell, Van Cleef-Toedt, Kathleen. 2005. Chemical Composition of Everyday Product. New York : Greenwood Publishing Group. halaman 11 - 14 Wulangi, Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Dekdikbud.

13

You might also like